14965-Article Text-46342-1-10-20191231

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Biocelebes, Desember, 2019 Volume 13 Nomor 3

KOMUNITAS GULMA PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao) DI DATARAN


TINGGI DESA DONGI-DONGI DAN DATARAN RENDAH DESA SIDERA

Yayang Istikana*, Wahyu Harso and Ramadhanil Pitopang

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas


Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117

Corresponding author :yayang_istikana@yahoo.com

ABSTRACT
Different elevation of lands can affect environmental conditions such as light intensity,
temperature, and humidity. The environmental conditions will affect the growth and species of
weeds. The aim of this study was to compare the diversity and species composition of weed
comunities on highland and lowland of cacao plantation. The study was conducted by colecting
the weed species from 25 plots with a size of 2 x 2 m. Every plot was placed by purposive
sampling. The result showed that there were 26 species of weeds on highland while only 15
species of weeds were found on lowland. Weeds on highland was dominated by Ageratum
conyzoides with important value index (IVI) of 62.07% while on lowland was dominated by
Euphorbia hirta with IVI of 26.56%. The weeds community has a medium diversity index while
the value of Similarity Index (IS) was low (4.87%) between weeds community on highland and
lowland. It could be concluded that different environmental condition would affect the number
and species of weeds.

Keywords : Weeds, Communities, Highlands, Lowlands

PENDAHULUAN daun tipis yang relative lebar. Keterbatasan


Kakao adalah tumbuhan yang tumbuh tersebut dioptimalkan dan menjadikan
di bawah naungan hutan tropika, oleh sosok kakao menjadi tumbuhan dengan
karena itu, tidak tersedia banyak cahaya, perakaran dangkal. Keberadaan gulma
dan kakao beradaptasi dengan mempunyai yang biasanya terdiri dari rumput

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 203


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

(Graminae), teki (Cyperaceae) atau herba tanam, metode bercocok tanam dan situasi
lunak (Asteraceae) dan paku – pakuan sosio-ekonomi. Pola tanam dari beberapa
(Pteridophyta) mempunyai sebaran akar yang ditanam terus menerus serta keadaan
sama seperti kakao, sehingga keberadaan iklim yang cocok akan meningkatkan dan
gulma merepresentasikan ancaman kompleksnya serangan hama, penyakit dan
berkurangnya ketersediaan sumberdaya gulma. Tinggi tempat dari permukaan laut
alam untuk kehidupan kakao. Keberadaan menentukan suhu udara dan intensitas
gulma mengurangi porsi sumberdaya alam sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin
dan merugikan kehidupan kakao (Mahfudz, tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu
2005). tempat tersebut, demikian juga intensitas
Gulma merupakan tumbuhan yang matahari semakin berkurang. Suhu dan
mengganggu atau merugikan kepentingan penyinaran inilah yang nantinya akan
manusia sehingga manusia berusaha untuk digunakan untuk menggolongkan tanaman
mengendalikannya Beberapa contoh jenis apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau
gulma adalah Imperata cylindrica (alang- dataran rendah. Perubahan suhu tentunya
alang), Mimosa pudica (putri malu), mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan
Ageratum conyzoides (bandotan), Cyperus pada wilayah – wilayah tertentu sesuai
rotundus (rumput teki) (Sembodo, 2010). dengan ketinggian tempatnya (Indriyanto,
Faktor iklim di dalamnya termasuk 2006).
suhu udara, sinar matahari, kelembaban Kerugian yang ditimbulkan gulma
udara dan angin. Unsur - unsur ini sangat terlihat pada penurunan hasil tanaman
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan budidaya. Ketinggian tempat yang berbeda
tanaman. Ketinggian tempat mempengaruhi dapat mempengaruhi faktor lingkungan
perubahan suhu udara. Semakin tinggi pertumbuhan gulma sehingga
suatu tempat, misalnya pegunungan, menyebabkan perbedaan seperti intensitas
semakin rendah suhu udaranya atau cahaya matahari, suhu, kelembaban.
udaranya semakin dingin. Semakin rendah Perbedaan ketinggian tempat juga dapat
daerahnya maka semakin tinggi suhu menyebabkan perbedaan vegetasi baik
udaranya atau udaranya semakin panas. jenis maupun populasi. Mencegah dan
Oleh karena itu ketinggian suatu tempat memperkecil persaingan antara tanaman
berpengaruh terhadap suatu wilayah. dengan gulma dapat diawali dengan
Perbedaan regional dalam topografi, mengumpulkan jenis-jenis gulma untuk
geografi dan cuaca menyebabkan mengetahui komunitas gulma yang terdapat
terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola pada perkebunan kakao sehingga

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 204


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

diharapkan dapat membantu masyarakat


dalam menentukan tindakan pengendalian
gulma yang tepat. Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana perbandingan komunitas gulma
pada perkebunan kakao dataran tinggi dan
dataran rendah.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Agustus 2016 di dataran tinggi desa Dongi-
Dongi (sekitar jalan Palu-Napu) Sulawesi Prosedur Penelitian
Tengah. Dongi-dongi adalah area dataran a. Pengambilan Sampel
tinggi dan sebagian besar termasuk dalam Penelitian ini dilakukan dengan
hutan pegunungan, berada pada ketinggian metode jelajah yaitu mendapatkan
1.200 m dpl di daerah hulu aliran Sungai informasi maupun data-data dengan cara
Sopu - Gumbasa (Dephut, 2015), dan di melakukan pengamatan dan
dataran rendah Desa Sidera dengan pengambilan sampel secara langsung di
ketinggian 81 meter dpl. lokasi penelitian dengan cara pembuatan
Alat dan Bahan plot petak ganda yang diletakkan secara
Alat yang digunakan pada penelitian purposive sampling yaitu peletakan plot
ini adalah alat tulis menulis, GPS (Global yang dilakuan dengan sengaja untuk
Posititioning System), lux meter, mengambil sampel yang telah sesuai
thermohygrometer, meteran, gunting stek, dengan semua persyaratan yang akan
karung, kamera dan parang. diperlukan, plot diletakan dilokasi yang
Bahan yang digunakan pada dianggap paling mewakili dan cocok
penelitian ini diantaranya spritus, tali raffia, untuk dijadikan sebagai tempat
plastik sampah bening atau nener, koran, pengambilan sampel. Plot tunggal
dan label gantung. berukuran 50 x 50 m dan terdapat sub
plot 2 x 2 m yang diletakan secara
sistemastis, masing – masing satu plot
utama 50 x 50 m pada dataran tinggi
yang di dalamnya terdapat sub plot 2 x 2

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 205


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

m sebanyak 25 buah, begitupun pada Mutiara Palu. Sedangkan untuk titik


agroforest kakao dataran rendah. koordinat dan ketinggian hanya dilakukan
Pada masing-masing sub plot 2 x satu kali pengukuran yaitu pada tiap
2 m seluruh jenis gulma dilakukan lokasi penelitian yaitu dataran tinggi dan
pencatatan jenis dan jumlah spesiesnya. dataran rendah. Untuk data curah hujan
Seluruh morphospesies yang dapat diperoleh dari BMKG.
dikenali dicatat nama spesiesnya, Analisa Data
sedangkan yang tidak dikenali Pengukuran besaran Kerapatan
dilapangan dilakukan pengoleksian Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan
spesimen untuk keperluan identifikasi. Indeks Nilai Penting (INP) dapat dihitung
Kemudian sampel tumbuhan yang telah dan dianalisis mengikuti rumus Dumbois-
diambil diberi label gantung yang berisi Muller dan Ellenberg sebagai berikut :
informasi penting, seperti nama kolektor
(inisial), nomor koleksi, tanggal koleksi,
 Kerapatan (K):
karakteristik habitat, ketinggian dan
lokasi. Sampel tersebut dimasukan satu  Kerapatan Relatif (KR):
per satu ke dalam koran bekas, Kerapatan suatu Jenis
x 100%
Kerapatan total semua jenis
kemudian disusun dan diikat dengan
 Frekuensi(F):
cukup kuat agar sampel tidak bergesek.
Jumlah petak ditempat individu
Setelah itu, sampel yang telah disatukan
Luas total petak
kemudian dimasukkan kedalam kantong
 Frekuensi Relatif (FR):
plastik dan diberi spritus.
Frekuensi suatu jenis
x 100%
Frekuensi total semua jenis
b. Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengukuran data lingkungan
Indek Nilai Peting (INP) atau Importance
meliputi suhu udara, kelembaban udara Value Index
(IVI) = KR + FR
dan intensitas cahaya dilakukan selama
3 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi hari
Tinggi atau rendahnya tingkat
(pada pukul 06.00 WITA), pada siang
keanekaragaman jenis vegetasi akan
hari (pada pukul 12.00 WITA) dan pada
ditentukan menggunakan rumus Shannon-
sore hari (pada pukul 18.00 WITA),
Whiener index (H’) yaitu sebagai berikut :
sedangkan curah hujan tahun 2016
H’ =∑[ni/N] ln [ni/N]
berdasarkan data iklim Badan
Keterangan :
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 206


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

n = Indeks Nilai penting dari suatu jenis I komunitas tumbuhan yang dibandingkan
N = jumlah total nilai Indeks Nilai Penting
semakin identik.
2w
Tabel. 1 Klasifikasi nilai indeks C= a+b
100%
keanekaragaman
Nilai Dimana :
Indeks Kategori C(=IS) = Koefisien masyarakat atau
Shannon Koefisien kesamaan komunitas
Keanekaragaman tinggi, W = Jumlah jenis yang sama dari
penyebaran individu tiap species jenis-jenis yang terdapat dalam
>3
tinggi dan kestabilan komunitas dua tegakan yang
tinggi dibandingkan
Keanekaragaman sedang, a = Jumlah jenis yang terdapat
penyebaran jumlah individu tiap pada dataran tinggi
1–3
species sedang dan kestabilan b = Jumlah jenis yang terdapat
komunitas sedang pada dataran rendah
Keanekaragaman rendah,
penyebaran jumlah individu tiap
<1 HASIL
species rendah dan kestabilan
komunitas rendah
Berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan 15 famili, 25 Marga dan 26
Kesamaan komunitas diketahui dengan
Spesies di dataran tinggi dan dataran
membandingkan setiap dua perkebunan
rendah ditemukan 9 Famili, 15 marga dan
kakao pada tempat tumbuh yang
spesies.
bersamaan digunakan rumus koefisien
Hasil analisis data Indeks Nilai Penting
Indeks of Similarity (IS) atau kesamaan
(INP) dan Keanekaragaman Jenis gulma
komunitas (C). Nilai IS tertinggi 100% dan
pada perkebunan kakao di dataran tinggi
terendah 0%, semakin mendekati 100%
Desa Dongi-Dongi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Famili, Genus, Spesies pada Perkebunan Kakao Dataran Tinggi
No. Famili Genus Spesies
Ageratum conyzoides L.
Ageratum Bidens pillosa L.
Bidens Crassocephalum crepediodes (Benth.)
Crassocephalum S.Moore 1912
1. Asteraceae Erigeron Erigeron sumatrensis Retz.
Acmella Acmella paniculata (Wall. ex DC)
Synedrella R.K.Jansen
Galinsoga Synedrella nodiflora (L.)
Galinsoga parviflora Cav.
Imperata cilindrica (L.) Raeusch
Imperata
Digitaria violascens Link.
2. Digitaria
Poaceae Digitaria longiflora (Retz.) Pers.
Eragrotis
Eragrotis tenella P. Beauv.
Pasphalum
Pasphalum conjugatum P.J. Bergius
3. Lythraceae Cupea Cupea balsamona Cham. & Schltdl.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 207


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

4. Cyperaceae Fimbristylis Fimbristylis tomentosa Vahl.


5. Euphorbia Euphorbia hirta L.
Euphorbiaceae
Commelina Commelina difusa Burm. F.
6. Caryophyllaceae Drymaria Drymaria cordata (L.) Willd.
7. Polygonaceae Poligonum Poligonum sinensis L.
8. Verbenaceae Lantana Lantana camara L.
9. Lamiaceae Hyptis Hyptis capitata Jacq.
10. Araceae Caladium Caladium sp.
11. Dryopteridaceae Nephrolepis Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott.
12. Rosaceae Rubus Rubus fructosus L.
13. Rubiaceae Spermacoce Spermacoce latifolia Aubl.
14. Convolvulaceae Ipomea Ipomea batatas L.
15. Thelypteridaceae Sphaerostephanus Sphaerostephanus sp.

Tabel 2. Jumlah Spesies, Genus dan Famili pada perkebunan kakao dataran rendah
No. Famili Genus Spesies
1. Euphorbiaceae Euphorbia Euphorbia hirta L.
Croton Croton bonplandianus Baill.
Croton Croton hirtus L`Hѐr
Jathropa Jathropa gossypifolia L.
2. Convovulaceae Ipomoea Ipomoea pestigridis L.
Ipomoea Ipomoea triloba L.
3. Poaceae Dactyloctenium Dactyloctenium aegyptyum L. (Richt)
Chloris Chloris barbata Swartz.
4. Cleomaceae Cleoma Cleoma rutidosperma D.C
5. Amaranthaceae Amaranthus Amaranthus spinosus L.
Alternantera Alternantera sessilis R.Br.
6. Phyllanthaceae Phyllanthus Phyllanthus urinaria L.
7. Asteraceae Acanthospermum Acanthospermum hispidium DC.
8. Fabaceae Macroptilium Macroptilium atropurpereum (DC.) Urb.
9. Araceae Alocasia Alocasia macoriza Schott.

Tabel 3. Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Keanekaragaman jenis (H’) Komunitas gulma
pada agroforest kakao di dataran tinggi Desa Dongi-Dongi
KR FR INP
No. Nama Spesies Famili ∑ Pi ln Pi
(%) (%) (%)
44,2 62,0
1. Ageratum conyzoides L. Asteraceae 935 17,9 0,36
1 7
32.7 49.1
2. Bidens pillosa L. Asteraceae 692 16,4 0,34
2 5
15,8
3. Imperata cilindrica (L.) Raeusch Poaceae 138 6.52 13 0,20
1
Crassocephalum crepediodes 15.3
4. Asteraceae 113 5.34 10 0,20
(Benth.) S.Moore 1912 4
5. Erigeron sumatrensis Retz. Asteracea 25 1.18 5 6.18 0.11

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 208


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

6. Cupea balsamona Cham. & Schltdl. Lythraceae 24 1.13 4,29 5.42 0,10

7. Digitaria violascens Link. Poaceae 17 0.80 3,57 4,38 0,08

8. Fimbristylis tomentasa Vahl. Cyperaceae 15 0.71 3,57 4,28 008


Acmella paniculata (Wall. ex DC)
9. Asteraceae 14 0.66 3,57 4,23 0.08
R.K.Jansen
10. Synedrella nodiflora (L.) Asteraceae 21 0,99 2,86 3,85 0,08

11. Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae 18 0.85 2,86 3.71 0.07


Drymaria cordata (L.) Willd. ex
12. Caryophyllaceae 20 0,95 3,09 0,06
Schult. 2,14
13. Digitaria longiflora (Retz.) Pers. Poaceae 19 0,90 2,14 3,04 0,06

14. Poligonum chinense L. Polygonaceae 5 0.24 2,14 2.38 0.05

15. Lantana camara L. Verbenacea 4 0.19 2,14 2.33 0.05

16. Galinsoga parviflora Cav. Asteraceae 13 0,61 1,43 2,04 0,05

17. Hyptis capitata Jacq. Lamiaceae 12 0.57 1,43 2.00 0.05

18. Caladium sp. Araceae 9 0,43 1,43 1,85 0,04

19. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. Dryopteridaceae 8 0,38 1,43 1,81 0,04

20. Eragrotis tenella P. Beauv. Poaceae 3 0.14 1,43 1.57 0.04

21. Commelina difusa Burm. F. Euphorbiaceae 2 0.09 1,43 1,52 0,04

22. Pasphalum conjugatum P.J. Bergius Poaceae 3 0,14 0,71 0,86 0,02

23. Rubus fruticosus L. Rosaceae 2 0,09 0,71 0,81 0,02

24. Spermacoce latifolia Aubl. Rubiaceae 1 0,05 0,71 0,76 0,02

25. Ipomea batatas L. Convolvolaceae 1 0,05 0,71 0,76 0,02

26. Sphaerostephanos sp. Thelypteridaceae 1 0,05 0,71 0,76 0,02


100.
Jumlah 2115 100 200
0
H’ = Shanon Diversity Index 2.30

Berdasarkan data pada Tabel 2 pillosa (Asteraceae) dengan jumlah INP


diatas, jenis gulma dengan INP tertinggi 49,15 % dan tumbuhan Imperata cilindrica
yaitu tumbuhan Ageratum conyzoides (Poaceae) dengan INP 15,81 %, sedangkan
(Asteraceae) dengan jumlah 62,07%, gulma dengan INP terendah yaitu tumbuhan
kemudian di ikuti oleh tumbuhan Bidens Spermacoce latifolia (Rubiaceae), Ipomoea

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 209


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

batatas (Convolvolaceae) Hasil analisis Indeks Nilai Penting


Sphaerostephanos (Thelypteridaceae) (INP) dan keanekaragaman jenis gulma
dengan jumlah INP 0,76 %, sehingga dapat pada agroforest kakao di dataran rendah
diketahui bahwa indeks keanekaragaman Desa Sidera adalah sebagai berikut :
gulma pada dataran tinggi desa Dongi-
Dongi adalah sedang.

Tabel 4. Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Keanekaragaman jenis (H’) Komunitas gulma
pada agroforest kakao di dataran rendah Desa Sidera
KR FR INP
No Nama Spesies Famili ∑ Pi ln Pi
(%) (%) (%)
1 Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae 116 13,93 12,63 26,56 0,27
2 Ipomoea pestigridis L. Convolvulaceae 103 12,36 10,53 22,89 0,25
Dactyloctenium aegyptyum L.
3 Poaceae 92 11,04 10,53 21,57 0,24
(Richt)
4 Cleoma rutidosperma D.C Cleomaceae 94 11,28 9,47 20,76 0,24

5. Croton bonplandianus Baill. Euphorbiaceae 86 10,32 9,47 19,80 0,23

6. Croton hirtus L`Hѐr Euphorbiaceae 84 10,08 9,47 19,56 0,23

7. Chloris barbata Swartz. Poaceae 63 7,56 7,36 14,93 0,19

8. Amaranthus spinosus L. Amaranthaceae 53 6,36 6,31 12,68 0,17

9. Jathropa gossypifolia L. Euphorbiaceae 29 3,48 5,26 8,74 0,14

10. Ipomoea triloba L. Convolculaceae 26 3,12 5,26 8,38 0,13

11. Alternantera sessilis R.Br. Amaranthaceae 22 2,64 4,21 6,82 0,12

12. Phyllanthus urinaria L. Phyllanthaceae 21 2,52 3,15 5,68 0,10

13. Acanthospermum hispidium DC. Asteraceae 20 2,40 2,10 4,51 0,09


Macroptilium atropurpereum (DC.)
14. Fabaceae 17 2,04 2,10 4,15 0,08
Urb.
15 Alocasia macoriza Schott. Araceae 7 0,84 2,10 2,95 0,06
Jumlah 833 100,0 100 200
H’ = Shanon Diversity Index 2,53

Berdasarkan data pada Tabel 4.7, jenis jumlah 26,56%, kemudian di ikuti oleh
gulma dengan INP tertinggi yaitu tumbuhan tumbuhan Ipomoea pestigridis
Euphorbia hirta (Euphorbiaceae) dengan (Convolvulaceae) dengan jumlah INP 22,89

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 210


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

% dan tumbuhan Dactyloctenium perkebunan kakao pada tempat tumbuh


aegyptyum (Poaceae) dengan INP 21,57 %, yang bersamaan digunakan rumus
sedangkan gulma dengan INP terendah Sorensen untuk perhitungan koefisien
yaitu tumbuhan Acanthospermum hispidium Indeks of Similarity (IS) atau kesamaan
(Asteracea) 4,51%, Macroptilium komuitas (C).
atropurpereum (Fabaceae) 4,15%, Alocasia Hasil analisis data yang diperoleh
macoriza (Araceae) dengan jumlah INP dalam perhitungan Indeks Kesamaan
2,95 %, sehingga dapat diketahui bahwa komunitas/IS (Indeks Similarity) dengan
indeks keanekaragaman gulma pada menggunakan rumus menurut Soerianegara
dataran rendah desa Sidera adalah sedang. dan Indrawan (2005) disajikan pada Tabel
Kesamaan komunitas diketahui 4.8,
dengan membandingkan setiap dua

Tabel 5. Hasil Analisis Data Indeks Kesamaan komunitas/IS (Indeks Similarity)

Jumlah individu
No. Nama Spesies Famili Dataran Dataran
tinggi rendah
1. Ageratum conyzoides L. Asteraceae 935 -
2. Bidens pillosa L. Asteraceae 692 -
3. Imperata cilindrica (L.) Raeusch Poaceae 138 -
Crassocephalum crepediodes (Benth.)
4. Asteraceae 113 -
S.Moore 1912
5. Erigeron sumatrensis Retz. Asteracea 25 -
6. Cupea balsamona Cham. & Schltdl. Lythraceae 24 -
7. Digitaria violascens Link. Poaceae 17 -
8. Fimbristylis tomentasa Vahl. Cyperaceae 15 -
Acmella paniculata (Wall. ex DC)
9. Asteraceae 14 -
R.K.Jansen
10. Synedrella nodiflora (L.) Asteraceae 21 -
11. Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae 18 116
12. Drymaria cordata (L.) Willd. ex Schult. Caryophyllaceae 20 -
13. Digitaria longiflora (Retz.) Pers. Poaceae 19 -
14. Poligonum chinense L. Polygonaceae 5 -
15. Lantana camara L. Verbenacea 4 -
16. Galinsoga parviflora Cav. Asteraceae 13 -
17. Hyptis capitata Jacq. Lamiaceae 12 -
18. Caladium sp. Araceae 9 -

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 211


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

19. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. Dryopteridaceae 8 -


20. Eragrotis tenella P. Beauv. Poaceae 3 -
21. Commelina difusa Burm. F. Euphorbiaceae 2 -
22. Pasphalum conjugatum P.J. Bergius Poaceae 3 -
23. Rubus fruticosus L. Rosaceae 2 -
24. Spermacoce latifolia Aubl. Rubiaceae 1 -
25. Ipomea batatas L. Convolvolaceae 1 -
26. Sphaerostephanos sp. Thelypteridaceae 1 -
27. Ipomoea pestigridis L. Convolvulaceae - 103
28. Dactyloctenium aegyptyum L. (Richt) Poaceae - 92
29. Cleoma rutidosperma D.C Cleomaceae - 94
30. Croton bonplandianus Baill. Euphorbiaceae - 86
31. Croton hirtus L`Hѐr Euphorbiaceae - 84
32. Chloris barbata Swartz. Poaceae - 63
33. Amaranthus spinosus L. Amaranthaceae - 53
34. Jathropa gossypifolia L. Euphorbiaceae - 29
35. Ipomoea triloba L. Convolculaceae - 26
37. Alternantera sessilis R.Br. Amaranthaceae - 22
38. Phyllanthus urinaria L. Phyllanthaceae - 21
39. Acanthospermum hispidium DC. Asteraceae - 20
40. Macroptilium atropurpereum (DC.) Urb. Fabaceae - 17
41. Alocasia macoriza Schott. Araceae - 7
Nilai IS (%) 4,87

Berdasarkan pada Tabel 4.8, hanya


terdapat satu spesies yang sama yaitu Pembahasan
Euphorbia hirta (Euphorbiaceae) dengan Berdasarkan data yang diperoleh
jumlah spesies dataran tinggi sebanyak 18 dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dan pada dataran rendah merupakan keanekaragaman jenis gulma pada
spesies terbanyak yaitu 116 spesies perkebunan kakao di dataran tinggi desa
dengan Indeks Similarity yaitu 4,87 %, Dongi-Dongi, berjumlah 26 jenis yang terdiri
sehingga kedua komunitas dikatakan tidak dari 16 suku/famili. Sedangkan pada
mirip karena memiliki nilai IS sangat rendah. perkebunan kakao di dataran rendah hanya
Kedua komunitas dapat dikatakan mirip jika terdapat 15 jenis dari 9 suku/family.
nilai kesamaannya lebih dari 50% (Suin, Indek nilai penting (INP) digunakan
2002). untuk menggambarkan tingkat Dominansi

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 212


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

yang diberikan kepada suatu spesies 116. Hal ini disebabkan karena tumbuhan
terhadap komunitas, semakin besar nilai ini memiliki kerapatan yang tinggi serta
INP suatu spesies maka semakin besar penyebaran yang baik, karena gulma ini
tingkat suatu komunitas atau sebaliknya. ditemukan pada setiap tempat. Hal ini
Adanya spesies yang mendominasi dapat ditunjang juga oleh habitat Euphorbia hirta
mempengaruhi persaingan antara yang pada umumnya hidup ditempat yang
tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan terlindung, di dataran rendah dan tanahnya
dengan faktor abiotik dan faktor biotik, jika tidak terlalu kering juga tidak terlalu
faktor tersebut mendukung maka spesies lembab. Hal ini sesuai dengan Steenis
tersebut lebih unggul dan lebih banyak (2005), yang menyatakan bahwa suatu jenis
ditemukan. Dari hasil penelitian yang famili mampu beradaptasi dan cocok pada
diperoleh, jenis gulma yang memiliki INP lingkungan ditemukan dalam jumlah yang
tertinggi pada agroforest kakao dataran banyak atau dominan.
tinggi adalah Ageratum conyzoides dengan Euphorbia hirta dapat hidup pada
jumlah spesies 935 jenis, hal ini disebabkan ketinggian 1 m sampai 1400 m dpl dan
karena gulma ini dapat berkembang biak hidup pada tanah yang tidak terlalu lembab
melalui biji, mempunyai kemampuan dan biasanya berumput (Heyne, 1987).
beradaptasi dengan lingkungan, misalnya Euphorbia hirta L. mampu bertahan hidup
sedikit air sampai tempat basah dan tahan selama 1 tahun dan berkembang biak
terhadap naungan, kebutuhan akan cahaya, melalui biji. Banyak tumbuh liar di kebun,
temperatur, air dan ruang tumbuh terpenuhi ladang, tepi dan pekarangan rumah
sesuai dengan kebutuhannya, sehingga (Hariana, 2008).
gulma ini dapat berkembang cepat (Reader Jenis tumbuhan herba yang INP nya
dan Buck, 2000). Ageratum conyzoides tergolong rendah pada perkebunan kakao
merupakan gulma golongan daun lebar dataran tinggi yaitu Spermacoce latifolia
yang termasuk dalam famili Asteraceae. (Rubiaceae), Ipomea batatas
Gulma ini banyak ditemui dipinggir jalan, (Convolvolaceae), Sphaerostephanos
hutan, ladang, dan lahan terbuka. Buahnya (Telyptheridaceae) karena hanya ditemukan
mudah tersebar sedangkan bijinya ringan 1 spesies saja. Rendah nya INP tumbuhan
dan mudah terbawa angin, sehingga mudah ini juga dikarenakan tumbuhan ini hidup
untuk berkembangbiak (Prasad, 2011). pada daerah terbuka yang cenderung
Gulma yang memiliki INP tertinggi panas dan daerah yang lembab sehingga
pada dataran rendah adalah Euphorbia hirta tidak mampu beradaptasi dengan kondisi
(Euphorbiaceae) dengan jumlah spesies lingkungan tersebut.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 213


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

INP terendah pada perkebunan spesies tersebut memiliki sebaran yang


kakao dataran rendah adalah Alocasia luas.
machoriza (Araceae) hanya terdapat 7 Faktor lingkungan abiotik seperti
spesies. Hal ini juga dikarenakan cahaya ketinggian, suhu, intensitas cahaya,
matahari yang sampai pada lantai hutan matahari, dan kelembaban merupakan
umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan penentu keberadaan suatu jenis makhluk
terhalang oleh lapisan-lapisan tajuk pohon hidup, hal ini dikarenakan tumbuhan dan
yang ada pada hutan tersebut, sehingga seluruh makhluk hidup memiliki batasan
tumbuhan yang tumbuh dekat permukaan toleransi dan faktor untuk tumbuh dan
tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan berkembang dengan baik sehingga dapat
cahaya matahari bagi tumbuhan memperoleh dan memperbanyak
merupakan salah satu faktor yang penting keturunannya untuk memperluas
dalam proses perkembangan, pertumbuhan penyebaran dan jauh dari kepunahan.
dan reproduksi (Gusmaylina, 1983). Habitat Berdasarkan data temperatur,
tumbuhan ini dapat tumbuh pada kisaran diketahui bahwa di dataran rendah memiliki
ketinggian 70-2000 m dpl (Suhono, 2010). temperatur udara yang lebih tinggi daripada
Suatu jenis dalam suatu komunitas dataran tinggi. Di dataran rendah
menentukan atau mengendalikan kehadiran temperatur udaranya adalah sekitar 25◦ C
jenis lain disebut jenis dominan atau dapat dan di dataran tinggi temperatur udaranya
dikatakan sebagai jenis yang berkuasa. adalah sekitar 22◦ C. kondisi ini sesuai
Selanjutnya spesies-spesies yang dominan dengan Williams dkk. (1980) menyatakan
(yang berkuasa) dalam suatu komunitas bahwa ketinggian tempat akan
tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting mempengaruhi kondisi tanah dan iklim.
yang tinggi, sehingga spesies yang paling Lebih lanjut Rukmana (1997) menyatakan
dominan tentu saja memiliki indeks nilai bahwa dataran rendah biasanya memiliki
penting yang paling besar. curah hujan rendah (< 1.500 mm/th),
Setiap jenis tumbuhan mempunyai tingkat kelembaban rendah (30-40%) dan
suatu kondisi minimum, maksimum dan suhu udara tinggi (>25◦ C). Sedangkan
optimum terhadap faktor lingkungan. daerah dataran tinggi memiliki curah hujan
Spesies yang mendominasi memiliki kisaran yang tinggi (> 1.500 mm/th), tingkat
batasan yang lebih luas jika dibandingkan kelembaban tinggi (65-70%) dan suhu
dengan jenis yang lainnya terhadap faktor udara rendah (<25◦ C). Menurut Aldrich
lingkungan, sehingga kisaran toleransi yang (1984) gulma menyerang melalui kompetisi
luas pada faktor lingkungan menyebabkan terhadap air, unsur hara dan cahaya. Daya

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 214


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

kompetisi gulma tersebut dikarenakan Pengendalian gulma dapat


gulma mempunyai sifat yaitu tumbuh denga didefinisikan sebagai proses membatasi
cepat, mempunyai toleransi yang tinggi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga
terhadap faktor lingkungan, daya tanaman budidaya lebih produktif. Dengan
berkembang biakannya besar baik secara kata lain pengendalian bertujuan hanya
generatif maupun vegetatif, dan biji sangat menekan populasi gulma sampai tingkat
mudah disebarkan. Kehadirannya yang populasi yang tidak merugikan secara
merugikan secara perlahan dan pasti perlu ekonomi atau tidak melampaui ambang
dikendalikan secara bijaksana. ekonomi, sehingga sama sekali tidak
Keanekaragaman jenis (H’) merupakan bertujuan menekan populasi gulma sampai
karakteristik tingkatan dalam komunitas nol. Pengendalian gulma dapat dilakukan
berdasarkan organisasi biologisnya, yang dengan berbagai cara. Menurut et al (1991)
dapat digunakan untuk menyatakan struktur pada dasarnya ada beberapa cara
komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan pengendalian gulma yaitu mekanis, kultur
mempunyai keanekarangaman tinggi jika teknis, fisik, biologis, kimia dan terpadu.
komunitas tersebut disusun oleh banyak Pengendalian gulma dengan cara kimia
jenis dengan kelimpahan tumbuhan yang lebih diminati akhir akhir ini, terutama untuk
berbeda dalam satu kawasan. Berdasarkan lahan pertanian yang cukup luas.
hasil analisa data dengan menggunakan Pengendalian gulma dengan cara kimia
rumus Shannon-Whiener indekx (H’), yaitu dengan pemberian herbisida dapat
didapatkan nilai Shannon-Whiener index mengendalikan gulma sebeleum
(H’) pada perkebunan kakao di dataran mengganggu, megendalikan gulma pada
tinggi yaitu 2,30 % (Tabel 4.6) kawasan ini deretan lurus tanaman pokok, mencegah
merupakan kategori daerah yang memiliki kerusakan tanaman pokok, lebih efektif
tingkat keanekaragaman jenis vegetasi membunuh gulma tanaman tahunan dan
yang cenderung sedang, sama halnya pada semak belukar, dan meningkatkan hasil
perkebunan kakao di dataran rendah panen pada tanaman pokok dibandingkan
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) yaitu dengan penyiangan biasa (Sukman dan
2,53 % (Tabel 4.7) yang juga memiliki Yakup, 1995).
tingkat keanekaragaman yang sedang. Komunitas gulma pada perkebunan
Indeks keanekaragaman jenis kedua kakao dataran tinggi dan dataran rendah
perkebunan kakao sedang, kemungkinan ditemukan 1 jenis tumbuhan yang sama
dikarenakan perkebunan kakao tersebut yaitu Euphorbia hirta dengan jumlah
telah dilakukan pengendalian gulma. koefisien kesamaan komunitas (IS) sebesar

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 215


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

4,87 %. Dari hasil penelitian, dapat


diketahui bahwa kedua perkebunan kakao
tidak memiliki kesamaan komunitas diduga DAFTAR PUSTAKA
karena faktor lingkungannya berbeda
sehingga jenis gulma yang tumbuh pada Gusmaylina. (1983). Analisa Vegetasi
Dasar di Hutan Setia Mulia Ladang
kedua perkebunan kakao berbeda, hal ini
Padi Padang. Tesis Sarjana Biologi
dapat dilihat pada tabel 4.8 IS (Indeks FMIPA UNAND. Padang.
similarity). Menurut Soerianegara dan
Hariana, A. (2008). Tumbuhan Obat dan
Indrawan (2005), Indeks of Similarity (IS) Khasiatnya. Cetakan Kelima. Penebar
Swadaya. Jakarta.
atau kesamaan komunitas (C) digunakan
untuk mengetahui kesamaan relatif dari Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
Indonesia II. Jakarta : Badan Litbang
komposisi jenis dan struktur antara dua
Kehutanan.
perkebunan kakao dataran tinggi dan
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta:
dataran rendah.
Penerbit PT Bumi Aksara.

Mahfudz. (2005). Dinamika investasi dan


KESIMPULAN
karakter ekofisiologi gulma di daerah
Dari penelitian yang telah dilakukan penyangga Taman Nasional Lore
Lindu [disertasi]. Bogor: Sekolah
dapat disimpulkan bahwa perkebunan
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
kakao di dataran tinggi didominasi oleh
Rahmat, R. (1997). Usaha Tani Jagung.
gulma jenis Ageratum conyzoides yang
Penerbit Kansius. Jogjakarta.
memiliki INP sebsesar 62,07% dan pada
Sembodo, D. R. J. (2010). Gulma dan
perkebunan kakao di dataran rendah
Pengelolaanya. Yogyakarta: Graha
didominasi oleh Euphorbia hirta yang Ilmu.
memiliki INP sebesar 26,56%. Komunitas
Soerianegara, I., dan Indrawan, A. (2005).
gulma pada perkebunan kakao dataran Ekologi Hutan Indonesia. Bogor.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
tinggi dan perkebunan kakao dataran
Bogor.
rendah ditemukan 1 jenis tumbuhan yang
Suhono. (2010). Ensiklopedia Biologi Dunia
sama yaitu Euphorbia hirta yang memiliki
Tumbuhan 7. Jakarta : PT Lentera
jumlah koefisien kesamaan komunitas (IS) Abadi.
sebesar 4,87%, yang berarti kedua
Suin, N. M. (2002). Metode Ekologi. Padang
komunitas gulma pada perkebunan kakao : Penerbit Universitas Andalas.
tidak mirip, diduga karena memiliki faktor
Sukman dan Yakup. (1991). Gulma dan
lingkungan yang berbeda. Teknik Pengendaliannya. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 216


Istikana, dkk. Biocelebes. Desember. 2019. Volume 13 Nomor 3, Halaman 203-217

Steenis, V. (2005). Flora Untuk Sekolah di


Indonesia, Jakarta. PT Pradya
Paramita.

Williams, J. G. K., Kubelik, K. J., Livak, J.


A., Rafalski, S. V., Tingey. (1980).
DNA Polymorphisms Amplified by
Arbitary Primers are Useful as Genetic
Markers. Nucleic Acids Res. Res. 18.
New York : Publisher.

ISSN-p : 1978-6417 ISSN-e : 25805991 Page 217

You might also like