Fenomena, Feminisme Dan Political Self Selection Bagi Perempuan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN.

1411-0199

FENOMENA, FEMINISME DAN POLITICAL SELF SELECTION


BAGI PEREMPUAN
Phenomenon, Feminism and Political Self Selection for Women

Nurwani Idris
Dosen Fakultas Sosial dan Politik Universitas Jayabaya

ABSTRACT

Democracy needs all participation people in the country, women and men. The
political right for women, as we know was feminism hard and long time struggled,
therefore now the women have the high quality live in politic, the economic and social. All
the country in the world have ratificated the PBB of law for political freedom for women as
the same as men.
Especially in Indonesia now there‟s no formal barriers for women leadership, if they
select to participate in politics but it was the phenomenon for the women among self
selection in politics, the freedom to be participating and children, husband, housing, that
still stronger; from which one barrier “self selection” or “culture and religion”
responsibility where significantly.
Minangkabau women, forward analysis we can aim self selection or children,
husband and family responsibility. It is indisputable that the women‟s awareness and
struggle in the politics are debt to the feminists‟ endless efforts. The feminists have fostered
the women to empower themselves by which they reach equal position compared with their
counterparts, in nearly all aspects of the social life.

Keywords: phenomenon, feminism, and political self selection.

PENDAHULUAN kemampuan dalam pekerjaan tertentu,


pendapatan yang cukup bagi seseorang
Keberhasilan perjuangan feminisme untuk hidup dalam kesenangan, serta
serta tuntutan demokrasi agar semua warga memiliki legal capacity dalam hukum dan
negara berpartisipasi aktif dalam politik, akademik; dan competent yang apabila
dalam penyelenggaran pemerintahan yang diatributkan pada orang dianggap memiliki
lebih baik (good government) meng- kemampuan (ability), kekuatan (power),
haruskan keikutsertaan perempuan dalam otoritas (authority), kemampuan (skill),
segala bidang termasuk politik, dengan dan pengetahuan (knowledge) (The
kata lain perempuan diharapkan ambil Advanced Learner’s Dictionary of Current
bagian dalam pengambilan keputusan English). Sementara itu Echols dan Shadily
(compete). Istilah kompetensi politik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia
perempuan dalam beberapa tahun mendefinisikan kata competency sama
belakangan ini menjadi perbincangan yang dengan competence yakni kecakapan,
menarik dalam bidang kajian birokrasi kemampuan dan wewenang (Matullesy,
pemerintahan, dalam pendidikan, dan 2005).
perusahaan. Kewenangan perempuan atau kom-
Istilah ”kompetensi” berasal dari kata petensi perempuan dalam politik, se-
compete, yang berarti ikut ambil bagian benarnya sudah lama disadari di banyak
dalam balapan, kontes atau ujian. negara di dunia, termasuk di Indonesia.
Selanjutnya, competence berarti memiliki Pemerintah Indonesia sampai saat ini

116
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

sudah memberikan kewenangan yang luas menyempurnakan peran masing-masing.


kepada perempuan dengan dikeluarkannya Secara khusus, pembagian tugas berdasar
peraturan dan undang-undang. Dengan jender yang berkelanjutan di tempat kerja
berbagai alasan perempuan harus diberi maupun di rumah dapat berubah menjadi
hak-hak, kewajiban, dan kewenangan cara tersendiri untuk memandang usulan
dalam politik. legislasi dan agenda politik berbeda,
Cendekiawan Sue Thomas melontar- karena jiwa pengabdian, pemeliharaan, dan
kan lima alasan mengapa perempuan perlu religiulitas yang mereka punyai,
meningkatkan partisipasinya dalam politik diharapkan akan memberikan cara yang
atau untuk meningkatkan proporsi berbeda dalam kepemimpinan.
keterwakilannya dalam jabatan politik Sehubungan dengan itu, Christine de
(Thomas dan Wilcox 1998, dalam Pizan mengemukakan konsep keluhuran
Bennion, 2001). Pertama, kesempatan dan harmoni mengenai perempuan, bahwa:
yang sama bagi kedua jenis kelamin, laki- perempuan adalah dewi yang ber-
laki dan perempuan, untuk memangku mahkotakan keluhuran-keluhuran berupa
jabatan politik bisa meningkatkan akal, ketulusan dan keadilan; dan de Pizan
legitimasi pemerintahan demokratis yang menganjurkan agar perempuan ikut
mengklaim mewakili semua warga membela negara dengan keluhuran, ilmu
negaranya. pengetahuan (pendidikan) agar dapat
Ke dua, warga negara percaya bahwa membela kebenaran (de Pizan, 1405 dalam
semua warganegara mempunyai kesem- Losco, 2005).
patan yang sama untuk berpartisipasi Keikutsertaan perempuan juga
dalam pengambilan keputusan politik. Jika penting karena alasan keadilan, legitimasi,
hal ini dapat diwujudkan, maka tingkat stabilitas, dan simbolisme politik. Para
kepercayaan dan dukungan terhadap aktivis politik dan politisi yang berjuang
pemerintah akan meningkat, dan hal ini meningkatkan jumlah pemegang jabatan
bisa membantu menciptakan pemerintahan perempuan, seringkali mengemukakan
yang lebih stabil. bahwa perempuan akan membuat per-
Ke tiga, perempuan merupakan bedaan dalam politik bahwa mereka akan
kelompok talenta yang besar. Kemampuan, mewakili perspektif, kebutuhan, dan
titik pandang, dan ide-ide mereka dapat kepentingan warganegara perempuan.
menguntungkan masyarakat dengan Selanjutnya Virginia Sapiro yang
melibatkan pemegang jabatan laki-laki dan menjelaskan pendapat Wollstonecraft
perempuan sekaligus. dalam A Vindication of the Rights of
Ke empat, pemerintahan yang Women, percaya bahwa keibuan adalah
merangkul pemimpin laki-laki dan salah satu tugas terpenting kaum
perempuan menyampaikan pesan kepada perempuan, meskipun dengan berjalannya
kaum muda laki-laki dan perempuan, juga waktu ia tampaknya lebih yakin bahwa
warganegara dewasa dari semua kelompok tugas-tugas domestik bukanlah tanggung
umur, bahwa dunia politik terbuka bagi jawab tunggal kaum perempuan. Itu
semua orang dan semua golongan, tidak adalah tanggung jawab bersama dengan
hanya sebagai wilayah eksklusif laki-laki. kaum laki-laki, dan kaum perempuan tidak
Alasan ini didasarkan pada legitimasi, dapat dibatasi hanya pada tugas-tugas
stabilitas, dan pemanfaatan sumberdaya. domestik. Namun, ia dengan kuat
Ke lima, alasan mengenai pentingnya menegaskan di seluruh tulisannya bahwa
untuk memasukkan perempuan dalam karakter perempuan yang ditanamkan oleh
jajaran pemimpin politik dilandasi oleh keadaan masyarakat sekarang sepenuhnya
fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak memadai bagi pemenuhan keibuan
mempunyai pengalaman hidup berbeda. yang luhur. Sebagai salah satu tugas
Dengan adanya perbedaan ini, laki-laki dan terpenting dalam kehidupan, pembesaran
perempuan bisa saling mengisi dan anak memerlukan kekuatan tubuh dan

117
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

pikiran yang selama ini disangkal (NWPC), didirikan tahun 1971, dan
keberadaannya pada kaum perempuan. Women’s Campaign Fund (WCF),
Kaum perempuan tidak akan mampu didirikan tahun 1974, bekerja
menghasilkan anak-anak dan warga negara meningkatkan jumlah perempuan pro
yang baik seandainya mereka sendiri tidak pemilihan dalam jabatan yang dipilih dan
dididik untuk menjadi orang-orang dewasa ditunjuk tanpa memandang afiliasi
dan warga-warga negara yang luhur partainya. Kedua kelompok ini percaya
(Sapiro, dalam Losco, 2005). bahwa pemimpin perempuan akan
Selanjutnya dengan dideklarasikannya meningkatkan perhatian publik dan
“Tahun Perempuan” 1992 oleh PBB, hal memberikan solusi inovatif atas banyak
ini juga meningkatkan perhatian masalah sosial yang meliputi kemiskinan,
warganegara, politisi, dan akademisi kualitas hidup, pemeliharaan anak
terhadap peran perempuan dalam politik, berkualitas dan perawatan kesehatan, upah
khususnya peran mereka sebagai setara, perumahan terjangkau, kesejah-
pemegang jabatan politik. Pada masa ini teraan ibu dan anak. (Beck, 1997 dalam
di Indonesia, masyarakat telah mulai Bennion, 2001).
menyetujui dan berharap akan partisipasi Beberapa pengamat berkesimpulan
perempuan yang lebih besar, walaupun bahwa kehadiran perempuan sebenarnya
bagi perempuan masih banyak hambatan sangat dibutuhkan dalam politik untuk
yang harus dilalui dan diatasi. Disamping menjamin suara, kepentingan dan prioritas
memang tidak mudah bagi perempuan perempuan tersebut agar terwakili dalam
untuk memasuki dunia politik, walaupun pemerintahan dan dalam undang-undang
tidak ada lagi aturan-aturan formal yang yang diberlakukan oleh pemerintah.
menghalangi namun juga merupakan Banyak aktivis politik dan warganegara
pilihan (self selection) yang sulit. yang terlibat dalam politik tampaknya
Pilihan inilah yang menjadi fenomena setuju. WPC dan NWPC telah dirangkul
yang juga berat saat ini bagi perempuan oleh beberapa komite aksi politik lebih
untuk memilih karier politik dan baru yang berkomitmen memilih lebih
mengorbankan keluarga seperti dikatakan banyak perempuan untuk jabatan politik.
oleh Wilson Nadiale (2002, 2004) dalam (Bennion, 2001)
bukunya “Lembutnya Hati Ibu” Banyak pengamat politik, menyatakan
mengungkapkan dalam Maria Etty bahwa akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21
perempuan yang akan berkarier harus siap ditandai oleh “feminisasi politik.” Apa
sepenuhnya menanggung segala resiko yang disebut feminisasi politik mengacu
profesionalisme. Mereka harus siap pada prioritas yang telah diberikan para
mengorbankan waktu, perasaan, kesem- politisi pada isu-isu yang dianggap penting
patan-kesempatan yang seharusnya di- oleh perempuan dan pada gaya kampanye
berikan kepada keluarganya. Perempuan lebih personal yang didisain untuk menarik
harus merelakan ini semua demi karir dukungan pemilih perempuan. Isu-isu
politik. Hal ini jelas merupakan tugas seperti jaminan sosial, medicare, dan
yang berat dan sulit. pendidikan adalah isu-isu yang diberi
prioritas lebih tinggi oleh pemilih
Perjuangan Feminisme dan Politik perempuan daripada oleh laki-laki.
Para aktivis politik telah lama Feminisasi politik bertujuan mewujudkan
mengungkapkan hubungan antara ke- kebijakan-kebijakan yang melindungi
hadiran pemegang jabatan perempuan dan kaum perempuan; kaum miskin,
sifat agenda politik. Sebuah lengan meredakan konflik antara keluarga dan
gerakan feminis yang penting telah kerja; dan menyediakan dukungan jaringan
mengkampanyekan pemegang jabatan pengaman bagi mereka yang tertimpa
perempuan selama beberapa dekade seperti bencana; yang menghadapi kesulitan
National Women’s Political Caucus

118
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

ekonomi dan di bawah garis kemiskinan. gelombang gerakan feminisme, yang


(Edsall, 1999 dalam Bennion, 2001). mendapatkan kebebasannya dalam segala
Namun, perempuan yang ingin masuk bidang termasuk politik.
dalam dunia politik, menemukan kenya-
taan bahwa lingkungan politik, publik, a. Feminisme Gelombang Pertama:
budaya dan sosial sering tidak bersahabat Penghapusan Diskriminasi
atau bahkan bermusuhan dengan mereka. Feminisme gelombang pertama
Bahkan secara sepintas, komposisi berkembang pada abad ke-19 dan awal
pengambil keputusan politik sekarang di abad ke-20. Pada masa ini terdapat tiga
berbagai wilayah memberikan bukti bahwa aliran feminisme dengan perspektif: (1)
perempuan tetap menghadapi sejumlah feminisme liberal berusaha memper-
hambatan dalam mengartikulasikan serta juangkan perombakan legislatif untuk
menentukan kepentingannya. Perempuan mendapatkan hak-hak pendidikan, hak
di seluruh dunia pada setiap tingkat sosio- milik, pengaturan jarak kelahiran,
politik merasa dirinya kurang terwakili perceraian, pekerjaan dan hak pilih
dalam parlemen dan jauh dari keterlibatan (suffrage); (2) feminisme utopia menuntut
dalam pengambilan keputusan. Sementara pemerataan pekerjaan dan pendapatan (equal
arena permainan politik di setiap negara employment and income); (3) feminisme
mempunyai karakter tersendiri, ada sebuah marxis menuntut partisipasi penuh
gambaran umum yang tetap bagi semua: perempuan dalam produksi dan
yakni bahwa hal itu tidak seimbang dan berakhirnya penindasan perempuan; (4)
tidak kondusif bagi keikutsertaan pe- feminisme psikoanalisis dan jender,
rempuan. berdasarkan pandangan Freud, percaya
Hambatan dan situasi politik memiliki bahwa penjelasan fundamental atas cara
variasi di setiap negara, mayoritas lem- bertindak perempuan berakar dalam psike
baga-lembaga yang memerintah dido- perempuan, terutama dalam cara pikir
minasi oleh laki-laki yang mengutamakan perempuan. Berdasarkan konsep Freud,
kepentingan–kepentingan mereka sendiri. seperti tahapan Oedipal dan kompleks
Lembaga-lembaga politik pemerintah yang Oedipus, mereka mengklaim bahwa
didominasi laki-laki tidak mempromosikan ketidaksetaraan jender berakar dari
perempuan atau isu-isu perempuan. Jadi rangkaian pengalaman pada masa kanak-
tetap penting sekali untuk menekankan kanak awal mereka, yang mengakibatkan
bahwa perempuan sendiri harus meng- bukan saja cara laki-laki memandang
organisir dan memobilisasi jaringan dirinya sebagai feminin, melainkan juga
kerjanya, belajar mengkomunikasikan cara masyarakat memandang bahwa
kepentingan-kepentingan mereka dengan maskulinitas adalah lebih baik daripada
organisasi-organisasi yang berbeda, dan femininitas; (5) feminisme radikal kultural
mendorong mekanisme untuk me- yang dipelopori oleh Marilyn French,
ningkatkan representasi diri mereka mengatribusikan perbedaan laki-laki dan
sendiri. (International IDEA, 2002). perempuan lebih kepada biologi (nature/
alam), daripada kepada sosialisasi (nurture
Fenomena Perempuan dalam /pengasuhan); (6) feminisme eksistensialis
Politik dan Perjuangan Feminisme yang dipelopori oleh Simon de Beauvoir
Perlu diingat bahwa studi tentang dalam bukunya Second Sex (Tong, 1998).
perempuan yang akhirnya menjadi Dari sekian banyak teori feminis
fenomena perempuan dalam politik, pada dalam studi ini dipakai konsep alienasi
dasarnya merupakan sebuah produk dari Marilyn French dan Simon de Beauvoir
perjalanan panjang gerakan feminisme di sebagai konsep dasar dari tersisihnya
negara-negara Barat, khusus di Amerika perempuan dari ranah publik, dan
Serikat. Studi tentang perempuan menjadi bagaimana cara mereka memasuki ranah
semakin penting akibat munculnya tiga

119
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

publik tersebut, dengan kata lain usaha masyarakat yang terbaik adalah
mereka untuk keluar dari ranah domestik. masyarakat yang androgin, yang setiap
Sesungguhnya di dalam buku Marilyn individu laki-laki dan perempuan
French yang berjudul Beyond Power, setelah didalamnya dapat merangkul nilai-nilai
meneliti asal-muasal patriarki, French yang secara historis adalah feminin, seperti
menyimpulkan bahwa manusia awal hidup cinta, kelembutan, kemauan saling berbagi,
dalam harmoni dengan alam. Mereka dan saling menjaga, seantusias mereka
memandang diri mereka sebagai bagian merangkul nilai-nilai ketegasan, struktur,
kecil dari keseluruhan yang lebih besar, rasa memiliki, dan status yang secara
dan manusia harus menyesuaikan diri historis adalah maskulin (French, 1985
dengan itu jika mereka ingin hidup. dalam Tong, 1998). Namun Beauvoir
Berdasarkan bukti dari primata dan sisa- dalam feminisme eksistensialisme untuk
sisa peninggalan “masyarakat sederhana”, perempuan dalam “Second Sex”
French berspekulasi bahwa masyarakat mengatakan bahwa perempuan teropresi
manusia awal, mungkin berbentuk seperti diulas oleh Tong (1998); dengan
matrisentris (berpusat pada ibu), karena ibu mengadopsi bahasa ontologis dan bahasa
yang lebih mungkin untuk memainkan etis eksistensialisme, Beauvoir
peran utama di dalam kegiatan keterikatan, mengemukakan bahwa laki-laki dinamai
berbagi, dan partisipasi harmoni di dalam “laki-laki” sang Diri, sedangkan
alam, yang kesemuanya berorientasi “perempuan” sang Liyan. Jika Liyan
kepada kelangsungan hidup. French juga adalah ancaman bagi Diri, maka
berspekulasi bahwa sejalan dengan perempuan adalah ancaman bagi laki-laki.
pertumbuhan populasi manusia, makanan Karena itu, jika laki-laki ingin tetap bebas,
menjadi langka. Manusia kemudian ia harus mensubordinasi perempuan
membuat sumur, menggali, dan membajak terhadap dirinya.
alam untuk memperoleh kekayaan yang Beauvoir mengatakan perempuan di
disembunyikan-nya.Semakin besar kendali Eropa sangat tersubordinasi, terkekang
yang didapat manusia atas alam, semakin oleh hukum dan sosial, perempuan
terpisah manusia dari diri manusia itu sendiri teropresi, mereka adalah makhluk kelas
(French, 1985 dalam Tong, 1998). dua, perempuan adalah liyan (the others 
Alienasi, sebagaimana didefinisikan yang lain). Perempuan tidak hanya
oleh French, sebagai rasa terpisah yang berbeda dan terpisah dari laki-laki, juga
dalam, yang menimbulkan “kebencian”, inferior terhadap laki-laki (de Beauvoir,
yang pada gilirannya menimbulkan 1952 dalam Tong, 1998:262). Selanjutnya
“ketakutan” dan akhirnya “permusuhan.” Beauvoir mengamati peran sebagai istri
Tidaklah mengherankan, karena itu, bahwa membatasi kebebasan perempuan. Meski-
perasaan negatif ini mengintensifkan hasrat pun Beauvoir percaya bahwa perempuan
laki-laki untuk menguasai, bukan saja dan laki-laki mempunyai kemampuan
alam, tetapi juga perempuan, yang mereka untuk memiliki rasa cinta yang mendalam,
asosiasikan dengan alam, terutama karena ia menyatakan bahwa lembaga perkawinan
peran perempuan di dalam reproduksi merusak hubungan suatu pasangan.
(French, 1985 dalam Tong, 1998). Perkawinan mentransformasi perasaan
French selanjutnya mengatakan: jika yang tadinya dimiliki, yang diberikan
kita ingin melihat abad 21, kita harus secara tulus, menjadi kewajiban dan hak
menghargai “cinta dan kelembutan, serta yang diperoleh dengan cara yang
kemauan untuk saling berbagi, dan saling menyakitkan. Perkawinan merupakan
menjaga setara dengan kendali dan bentuk perbudakan, menurut de Beauvoir.
struktur, rasa memiliki dan status.” Jika Perkawinan memberikan perempuan
kita ingin menerima penegasan ini sebagai (paling tidak perempuan borjuis Perancis)
mana adanya saja, kita akan dapat dengan sedikit lebih dari “kehidupan sehari-hari
mudah menyimpulkan bahwa, bagi French,

120
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

yang disamarkan, sehingga tampak lebih membuat ibunya menjadi objek, menjadi
baik dari yang sesungguhnya, yaitu mesin untuk mencuci, membersihkan,
kehidupan yang tidak berambisi dan tidak merawat, dan terutama untuk berkorban.
mengandung hasrat, hari-hari tak bertujuan Direduksi sebagai objek, sang ibu, tentu
yang terus-menerus diulangi tanpa batas, saja, mulai memandang dan memanfaatkan
hidup yang berlalu dengan perlahan anaknya sebagai objek, sebagai sesuatu
menuju kematian tanpa mempertanyakan yang dapat mengkompensasi rasa
tujuannya.” Perkawinan menawarkan pe- frustrasinya yang dalam (de Beauvoir,
rempuan kenyamanan, ketenangan, dan 1952, 2003).
keamanan, tetapi perkawinan juga me- Sangatlah jelas bahwa menjadi istri
rampok perempuan atas kesempatan untuk dan menjadi ibu, dalam pandangan de
menjadi hebat. Sebagai imbalan atas ke- Beauvoir seperti diulas oleh Tong (1998),
bebasannya perempuan diberikan adalah dua peran feminin yang membatasi
“kebahagiaan.” Perlahan, perempuan kebebasan perempuan, tetapi hal yang
belajar untuk menerima kurang dari yang sama juga berlaku bagi peran perempuan
sesungguhnya berhak diperolehnya (de pekerja. Beauvoir menekankan bahwa
Beauvoir, 1952, 2003). perempuan pekerja sama halnya dengan
Jika peran sebagai istri membatasi istri dan ibu, tidak dapat melepaskan diri
pengembangan diri perempuan, peran dari batasan femininitas. Lebih dari itu,
sebagai ibu lebih membatasi lagi. dalam beberapa hal, perempuan pekerja
Meskipun Beauvoir mengakui bahwa bahkan berada dalam kondisi yang lebih
mengasuh dan membesarkan anak hingga buruk dibandingkan perempuan istri dan
dewasa dapat bersifat mengikat eksistensi ibu yang tinggal di rumah (yang tidak
seorang perempuan, ia bersikeras bahwa bekerja di sektor publik), karena
melahirkan bukanlah tindakan, melainkan perempuan pekerja, secara terus-menerus,
semata-mata suatu peristiwa. Beauvoir di manapun juga diharuskan untuk menjadi
menekankan bahwa kehamilan dan bersikap sebagai perempuan. Dengan
mengalienasi perempuan dari dirinya perkataan lain, disamping tugas-tugas
sendiri, dan hal itu menyulitkan perempuan profesionalnya, seorang pekerja diharuskan
dalam menentukan arah takdirnya tanpa untuk melakukan pekerjaan yang
terganggu. Seperti feminis radikal- diimplikasikan oleh “ feminitasnya”, yang
libertarian, Shulamith Firestone, Beauvoir bagi masyarakat berarti kewajiban untuk
mempertanyakan kenikmatan yang berpenampilan yang menyenangkan.
“seharusnya” dari kehamilan, dan Sebagai akibatnya, perempuan
mengatakan bahwa bahkan perempuan mengembangkan konflik internal antara
yang menginginkan anak tampaknya kewajiban profesional dan kepentingan
mengalami masa-masa yang sulit selama femininnya. Jika seorang perempuan
kehamilan. Juga seperti Firestone, pekerja mengabdikan dirinya kepada
Beauvoir khawatir dengan hubungan ibu- kepentingan profesionalnya, sehingga ia
anak yang sangat mudah terdistorsi. Mula- mengabaikan penampilannya, ia akan
mula anak tampaknya membebaskan menghadapi kenyataan bahwa ia tidak lagi
perempuan dari status objeknya karena ia memenuhi standar yang dibangun oleh
“mendapatkan dari anaknya apa yang para perempuan cantik. Ia kemudian akan
dicari laki-laki dan perempuan; seorang menemukan kesalahan-kesalahan dari
Liyan, paduan alam dan nalar, yang akan rambutnya, giginya, kukunya, kulitnya,
menjadi mangsa dan juga menjadi ganda.” bentuk tubuhnya, dan pakaiannya. Karena
Sejalan dengan waktu, anak itu menjadi panik akan berkurangnya kecantikannya,
tiran yang banyak menuntutbalita, perempuan kemudian akan memotong
remaja, dewasa, seorang subjek yang waktu kerjanya agar mempunyai waktu
sadar, yang dengan melihat ibunya, dapat lebih banyak untuk merawat
kecantikannya. Jika ia mengatur ulang

121
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

waktunya dengan cara ini, perempuan membebani, dan secara inheren


pekerja kemudian akan menghadapi mengalienasi (diri). Elshtain berspekulasi
kenyataan bahwa ia hanyalah pekerja lapis bahwa ketidakpercayaan Beauvoir secara
kedua setelah laki-laki, yang tidak seperti umum terhadap tubuh berakar dari
perempuan, tidak dituntut untuk kecemasan eksistensialisnya tentang
membangun narsisisme sebagai suatu ketubuhan dan kematian tubuh. Tubuh
karakteristik yang diinginkan (de Beauvoir, adalah suatu masalah dalam kerangka pikir
1952, 2003). eksistensialis, sepanjang tubuh dipandang
Beberapa teoretikus feminis tidak sebagai objek yang tidak dapat dikuasai
sependapat dengan Beauvoir yang dan tidak dapat dihindari yang membatasi
cenderung memandang buku tersebut kebebasan setiap subjek berkesadaran.
sebagai sebuah studi sosiologi usang. Beauvoir mencatat dalam memoirnya
Penelitian baru telah mengungkapkan perjuangannya sendiri melawan tubuh:
kenyataan fakta-fakta empiris kehidupan hasrat berahinya yang tertekan, usahanya
kaum perempuan yang tidak terbayangkan untuk hidup tanpa tidur, rasa ketakutannya
di masa Beauvoir. Penelitian ini me- ketika ia semakin menua. Karena
nunjukkan bahwa realitas kehidupan disintegrasi yang lambat dari tubuh
tersebut jauh lebih bervariasi daripada menandai datangnya kematianakhir dari
yang disarankan Beauvoir. Senada de- kesadaran, dari kebebasan, dari subjek-
ngan itu, antropolog budaya Judith Okely tivitas  seorang eksistensialis seperti
membantah sejumlah klaim Beauvoir Beauvoir mempunyai keinginan yang
menyangkut budaya non-Barat yang sangat sangat kecil untuk merayakan tubuh yang
menghargai lembaga perkawinan yang merepresentasikan kekuatan kematian
mengharuskan menghormati suami dan padanya.
tidak menganggap hal itu sebagai Ketidakpercayaan Beauvoir secara
subordinasi laki-laki terhadap perempuan. umum terhadap tubuh, menurut Elshtain,
Selanjutnya Jean Bethke Elshtain menjadi ketidakpercayaan secara khusus
(1981 dalam Tong, 1998) menyalahkan kepada tubuh perempuan. Menurut
pemikiran Beauvoir dalam The Second Sex Beauvoir, kapasitas reproduksi perempuan
untuk tiga alasan. Ia mencatat, pertama, telah merampok perempuan dari
bahwa buku ini tidak dapat diakses oleh kemanusiaannya. Sebaliknya, kapasitas
mayoritas perempuan. “Imanensi” dan reproduksi laki-laki tidak mengancam
“transendensi”, “esensi”, dan “eksistensi”, kemanusiaan laki-laki. Setelah hubungan
“Ada bagi Dirinya sendiri” dan “Ada pada seksual, laki-laki tetap orang yang sama
dirinya sendiri” adalah ide yang tidak sebelum hubungan seksual. Tetapi jika
muncul langsung dari pengalaman hidup terjadi fertilisasi setelah hubungan seksual,
perempuan, tetapi merupakan abstraksi perempuan berubah dan menjadi bukan
yang muncul dari spekulasi sang filsuf orang yang sama ketika hubungan itu
ketika duduk di kursi goyang. Pilihan kata terjadi: “terjebak dalam hukum alam,
de Beauvoir, menurut Elshtain, akan perempuan hamil adalah tumbuhan dan
mengarahkan perempuan yang tidak binatang, setumpuk koloid, sebuah
mendapat pendidikan formal tinggi untuk inkubator, sebuah telur, perempuan hamil
menyetujui pemikirannya daripada me- menakutkan bagi anak-anak yang bangga
yakinkan mereka bahwa perempuan dengan tubuh muda dan lurus, dan
sesungguhnya memang “warga kelas dua”. membuat orang muda tertawa sinis, karena
Elshtain juga dengan keras menolak ia adalah manusia, seorang subjek yang
pendapat Beauvoir tentang tubuh, terutama berkesadaran dan individu yang bebas,
tubuh perempuan. Ia menyatakan bahwa yang telah berubah menjadi alat untuk
Beauvoir menampilkan semua tubuh, melanjutkan kehidupan.” Dengan
terutama tubuh perempuan sebagai negatif: memfokuskan pada bagian ini dan bagian-
merugi, tidak penting, kotor, memalukan,

122
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

bagian lain yang serupa, Elshtain untuk menolak “yang feminin” sama sekali
mengomentari bahwa gambaran Beauvoir atau untuk merangkulnya dengan lebih erat
mengenai kehamilan yang sangat (Elshtain, 1981 dalam Tong, 1998).
mengalienasi kebanyakan perempuan Dengan berjalannya waktu akhirnya
hamil, yang mempunyai pandangan positif partisipasi perempuan dalam kehidupan
atas “tubuhnya yang membesar karena berisi politik mulai mendapatkan perhatian yang
bayi.” Kita tidak dapat membuat orang cukup besar di seluruh dunia setelah
menjadi feminis dengan pernyataan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
perempuan hamil adalah sejenis dengan mengeluarkan Universal Declaration of
sayuran. Human Rights pada tahun 1949, yang
Akhirnya, Elshtain mengkritik menjamin hak asasi manusia dan
Beauvoir yang dianggapnya merayakan kebebasan fundamental seluruh umat
norma laki-laki pada umumnya. Semua manusia, laki-laki dan perempuan. Isu
keluhan Beauvoir mengenai karakter politik perempuan ini muncul sebagai
perempuan sebagai pasif, submisif, tanggapan dan hasil dari perjuangan
imanen, dimaknai sebagai perayaan Women Liberation Movement (WLM)
karakter laki-laki sebagai aktif, dominan, yang dimulai pada dekade 1960-an di
dan transeden. Perendahan tubuh pe- Barat.
rempuan ini muncul sebagai akibat dari Pada dekade 1980-an WLM menjadi
ditinggi-tinggikannya pikiran laki-laki. gerakan perjuangan berskala besar sampai
Pandangan yang merendahkan hubungan meluas ke Dunia Ketiga dan Negara
perempuan dengan alam sangat kontras Sosialis Eropa Timur. WLM menandai
dengan kekaguman akan konstruksi laki- kemajuan yang sangat nyata dalam
laki terhadap kebudayaan. Karena itu, mobilisasi politik dan integrasi politik
saran Beauvoir bagi pencapaian kebebasan perempuan, sehingga mainstream ini tidak
perempuan adalah dengan menolak dapat diabaikan lagi oleh para elit politik.
tubuhnya dan hubungannya dengan alam. Perubahan jelas kelihatan dalam pemberian
Menurut Elshtain, saran Beauvoir dengan suara, aktivisme dalam politik, seperti ikut
mengopresi perempuan adalah salah, serta berpartisipasi dalam partai politik, LSM,
meminta perempuan untuk menghilangkan penyusunan agenda politik, formulasi
identitas perempuannya tanpa memper- politik, dan berbagai organisasi politik.
timbangkan konsekuensi yang harus Satu hal lagi, yang tak bisa dipungkiri
dipertaruhkan perempuan, yaitu per- adalah kesadaran politik perempuan yang
saudaraan (sisterhood) untuk memperoleh semakin meningkat.
persaudaraan laki-laki (brotherhood), Selanjutnya PBB mengadopsi
menurut Elshtain, adalah tidak ber- Convention on The Elimination of All
tanggungjawab. Forms of Discrimination Against Women
Para kritikus Beauvoir mengundang kita (CEDAW/Konvensi tentang Penghapusan
untuk memikirkan apakah lebih mem- Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
bebaskan untuk berpandangan bahwa Kaum Perempuan) pada 1979 dan
perempuan adalah produk dari konstruksi Indonesia telah meratifikasi Konvensi
kebudayaan, atau sebaliknya, memandang Perempuan tersebut melalui Undang-
perempuan sebagai hasil dari pengaturan Undang No. 7/1984. Pemerintah Indonesia
alamiah. Para kritikus itu juga me- telah mengeluarkan Konvensi Hak-Hak
ngundang kita untuk berpikir apakah Politik Perempuan melalui Undang-
wahana transendensi lebih baik, lebih Undang No. 68 tahun 1958. Walaupun
buruk, atau hanya berbeda semata dari sudah ada jaminan atas partisipasi penuh
wahana imanensi. Akhirnya, para kritikus perempuan dalam domain politik, yang
itu mengundang kita untuk mem- tertuang dalam konvensi atau konstitusi,
pertimbangkan apakah pembebasan namun dalam kenyataan sehari-hari, hak-
perempuan mengharuskan perempuan hak perempuan tidak sepenuhnya dipenuhi

123
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

dan kadang upaya-upaya untuk mereka menjadi pijakan imajinasi dari


mendapatkan hak tersebut harus dilakukan sebuah generasi kaum perempuan.
dengan perjuangan yang berat. Selanjutnya Betty Friedan (1974)
Sebagai sebuah gerakan praktis untuk dalam bukunya The Feminine Mystique,
mengubah keadaan kaum perempuan, sebuah buku Filsafat Kontemporer,
feminisme didominasi oleh para tokoh memiliki makna yang cukup penting dalam
feminis liberal, yang pada akhir abad ke-19 mengubah arah dan memperkuat
dan awal abad ke-20 banyak memperbaiki feminisme liberal, serta feminisme
keadaan perempuan, terutama dengan eksistensialis Beauvoir. Buku ini secara
menghapus beberapa peraturan hukum tegas menolak asumsi yang diterima begitu
yang cacat, diberikannya pendidikan dan saja bahwa perempuan adalah makhluk
pekerjaan yang layak, dan terutama, hak yang berbeda, memiliki karakteristik dasar
untuk memberikan suara dalam pemilu. yang sangat cocok untuk mengurusi
Misalnya, Selandia Baru adalah negara persoalan rumah tangga, dan hanya
modern pertama yang mengakui hak suara membutuhkan kesetaraan status formal.
perempuan sejak 1893. Perempuan Inggris Friedman menegaskan bahwa pandangan
berusia di atas tiga puluh tahun ini tidaklah tepat. Ia menegaskan bahwa
mendapatkan hak untuk memberikan suara perbedaan, yang disimbolkan dalam apa
pertama kali tahun 1918, sementara semua yang disebut “feminine mystique”, telah
perempuan Amerika memberikan suara dinilai terlalu tinggi. Apa yang sebenarnya
untuk pertama kalinya tahun 1920 diinginkan perempuan adalah keluar ke
(meskipun beberapa negara bagian telah dunia luas, berkiprah dalam berbagai
menerapkan hak ini terlebih dulu). kegiatan dan membangun karir dan ber-
Setelah hak-hak ini diakui secara tetap, kompetisi secara setara dengan kaum laki-
feminisme sebagai sebuah gerakan yang laki.
aktif mulai mengalami masa kemandekan,
seolah-olah apa yang telah dicapainya harus b. Feminisme Gelombang Kedua:
dialami, dicerna, dan dievaluasi. Masih ada Pembebasan Wanita
sebagian perempuan yang, melalui tindakan Feminisme gelombang kedua pada
dan tulisan mereka, menantang norma- akhir dekade 1960-an dan awal 1970-an
norma yang berlaku. Meskipun demikian, ditandai oleh kehadiran Women Liberation
feminisme sebagai sebuah gerakan Movements yang kemudian dikenal sebagai
kemudian menyusut hanya menjadi gerakan feminisme radikal kultural dan
perhatian segelintir orang. Tapi radikal libertarian dengan pelopornya Kate
pembicaraan di kalangan intelektual tetap Millet (1970 yang dikutip Tong, 1998)
berlanjut dan semakin berkembang setelah dalam bukunya Sexual Politics. Millet
Perang Dunia I (Wollstonecraft dalam mengatakan bahwa seks adalah politis,
Adams, 1993, 2004:388). terutama karena hubungan laki-laki dan
Sudah ada kesetaraan formal bagi perempuan merupakan paradigma dari
kaum perempuan, dari tahun 1950-an semua hubungan kekuasaan: “Kasta sosial
hingga 1960-an kesetaraan ini terus mendahului semua bentuk inegalite-
semakin meningkat di Barat, namun masih rianisme: ras, politik, ekonomi dan jika
ada kekecewaan. Di satu sisi, nasib penerimaan terhadap supremasi laki-laki
perempuan telah mengalami perbaikan, sebagai hak sejak lahir tidak dihilangkan,
tapi di pihak lain, dalam realitasnya dunia semua sistem opresi akan terus ber-
semakin dikuasai kaum laki-laki. Di langsung hanya atas mandat logis dan
samping itu, kaum perempuan juga emosional dalam situasi manusia yang
mengalami diskriminasi di hampir semua primer.”
aspek kehidupan di masyarakat. Ada dua Kendali laki-laki di dunia publik dan
orang penulis yang secara khusus privat menimbulkan patriarki, sehingga
mengartikulasikan perasaan ini dan buku penguasaan oleh laki-laki harus

124
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

dihapuskan jika perempuan ingin luar politik radikal. Millet sekadar bertanya
mendapat kebebasan. Tetapi ini bukanlah mengapa di dalam sebuah masyarakat
tugas yang mudah. Untuk menghilangkan yang bebas, di mana kaum perempuan
penguasaan oleh laki-laki, perempuan dan memiliki hak-hak politik dan sipil yang
laki-laki harus menghapuskan jender lengkap, serta segala kesempatan
terutama status, peran, dan temperamen pendidikan yang terbuka lebar, semua
seksualsebagaimana hal ini dibangun di keputusan penting dalam masyarakat
bawah patriarki. hanya dibuat oleh kaum laki-laki tanpa
Selanjutnya masih menurut Millet, melibatkan kaum perempuan. Mengapa
ideologi patriarkal, membesar-besarkan kaum perempuan harus mendapatkan peran
perbedaan biologis antara laki-laki dan subordinat dari kaum laki-laki?
perempuan, dan memastikan bahwa laki- Millet juga mengembangkan gagasan
laki selalu mempunyai peran yang tentang “politik seks” (The personal is
maskulin dan dominan, sedangkan political) dengan menyatakan bahwa
perempuan selalu mempunyai peran yang dalam hubungan yang paling pribadi antara
subordinat, atau feminin. Ideologi ini lelaki dan perempuan, laki-lakilah yang
begitu kuat, hingga laki-laki biasanya mengontrol hubungan seksual, mengambil
mampu mendapatkan persetujuan dari inisiatif, membatasi dan mendefinisikan
perempuan yang mereka opresi. Mereka seksualitas perempuan sesuai dengan
melakukan hal tersebut melalui institusi kebutuhan mereka, serta membiarkan
akademi, gereja, dan keluarga, yang perempuan sering tak terpenuhi kebutuhan
masing-masingnya membenarkan dan seksnya. Hal ini dianggap “politis” dalam
menegaskan subordinasi perempuan artian bahwa hubungan seksual merupakan
terhadap laki-laki, yang berakibat bagi relasi kekuasaan, hubungan dominasi dan
kebanyakan perempuan untuk meng- subordinasi, sebuah dimensi dari situasi di
internalisasi rasa inferioritas diri terhadap mana pihak yang subordinate hidup untuk
laki-laki. melayani pihak yang dominan
Gerakan feminisme ini dicirikan (superordinate). Dengan kata lain, hal ini
dengan dua hal pokok: (1) tuntutan akan merupakan dimensi patriarki. Ini adalah
demokrasi yang bersifat partisipatoris, sumber slogan feminis “The Personal is the
yaitu demokrasi yang melibatkan seluruh Political (Setiap Pribadi adalah Politis)”
rakyat, dan the personal is political; dan (2) (Adam, 1993, 2004). Millet menekankan,
melihat persoalan-persoalan mendasar yang bahwa meskipun ada usaha terus- menerus
saling berlawanan antara laki-laki dan untuk mengkondisikan dan mengkoersi
perempuan. Secara khusus feminisme semua perempuan, banyak perempuan
radikal ini ditandai dengan diskusi dan aksi terbukti tidak dapat dikendalikan.
politik di seputar isu-isu reproduksi
(aborsi, kontrasepsi) dan kekerasan (per- c. Feminisme Gelombang Ketiga:
kosaan, penyalahgunaan seksual) (Pascal, Identitas Politik
1986). Feminisme gelombang ketiga, awal
Pemberi karakteristik pikiran baru, 1980-an sampai awal 1990-an, ditandai
yang secara luas dipengaruhi oleh oleh pemahaman atas gerakan feminisme
spektrum feminis Millet. Seperti banyak yang semakin beragam. Di mana gerakan
teori Pembebasan Perempuan awal, teori politik sudah mengedepankan politik
ini banyak dipengaruhi oleh ide-ide Kiri perempuan, ras etnisitas, dan posisi subjek
Baru dengan gagasannya tentang dominasi, yang sering dipahami dalam rubrik “politik
represi, dan alienasi, serta penggunaan postmodern”. Di mana segala sesuatu yang
konsep psikoanalitik. Meskipun demikian, selama ini dimarjinalkan dan terpinggirkan,
masalah yang dikemukakan dan di- dalam “teori postmodern” spesifikasi
simpulkan oleh Millet memantul jauh ke posisi mereka mulai ditonjolkan; dengan

125
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

menghargai perbedaan mereka dari kontemporer dan politik, namun ada


kelompok dan individu lain. kesesuaian atau kecocokan logika antara
Teori politik ini mencirikan “politik politik perbedaan dan politik identitas,
identitas” (politics of identity) dan “politik karena politik identitas bisa “menekankan
perbedaan” (politics of difference). Politik berbagai kekuatan” yang membentuk
ini timbul dalam pengelompokkan politik identitas politik dan pentingnya meng-
baru, dari kategori yang telah diabaikan absahkan serta memperkuat spesifisitas
pada zaman modern seperti ras, jender, kelompok politik tersebut, seperti Laclau
preferensi seksual, etnisitas, dan politik dan Mouffe (Foucault, Deleuze dan
identitas. Guattary dalam Best dan Kelner, 1991),
Gaya konsep politik baru ini misalnya, mengedepankan pentingnya
didasarkan pada konstruksi identitas politik pluralitas politik, dengan penekanan yang
dan identitas budaya melalui perjuangan banyak kita jumpai pada teoretisi
politik dan komitmen politik. Memang ada postmodern lain, mereka juga menekankan
perbedaan pendapat tentang masalah pentingnya membentuk identitas politik,
identitas ini seperti dikemukakan Best dan yang harus diartikulasikan di dalam aliansi
Kelner (1991), ketegangan ini bermula dari politik radikal, namun radikalisme ini
ambiguitas kata „identitas,‟ yang ber- gagal, namun terartikulasikan dengan baik.
konotasi negatif di dalam teori postmodern Sebenarnya, gerakan feminisme yang
selama ini, karena ia mengimplikasikan banyak berlangsung di dunia ini, telah
logika identitas represif (dikaitkan dengan menempatkan kembali perempuan dalam
Hegel dan Marxisme) yang mereduksi semangat emansipasi yang tinggi dengan
heterogenitas menjadi homogenitas. Di aturan-aturan yang telah memberi tempat
samping itu, „identitas‟ juga berkonotasi perempuan dalam ranah publik, di mana
positif selama ini, karena ia melibatkan kaum laki-laki dan perempuan “berdiri
penempaan identitas politik, dari latar sama tinggi dan duduk sama rendah” yang
belakang sejarah dan budaya seseorang, selama beabad-abad termarjinalkan di
dan jender, kelas, dan status etnis setiap aktivitas kehidupan. Gerakan
seseorang. Kedua sumber subjektifitas emansipasi ini memberikan inspirasi besar
individu dan pengelompokan politik yang kepada organisasi perempuan di dunia,
berlainan ini diistilahkan „posisi subjek‟. yang mempengaruhi organisasi perempuan
Dalam hal ini Perserikatan Bangsa- untuk memperjuangkan hak-hak sosial dan
Bangsa (PBB) mendeklarasikan tahun hak politiknya tanpa harus mengurangi
1975-1985 sebagai Dasawarsa Perempuan, peran perempuan sesuai kodratnya. Dan
dan menginstruksikan kepada setiap negara peran politik perempuan dari satu periode
anggotanya untuk memberikan perempuan perjuangan politik ke periode perjuangan
kesempatan yang sama untuk kemajuan di politik berikutnya, memiliki tujuan yang
bidang ekonomi, kebudayaan, agama, berbeda disesuaikan dengan periode
politik, dan hukum seperti yang dimiliki perjuangan itu sendiri karena setiap
laki-laki. Diikuti tiga konferensi perem- periode perjuangan punya karakteristik
puan internasional menandai Dasawarsa yang berlainan.
Perempuan: konferensi awal dilakukan di
Mexico City (1975); konferensi tengah Pilihan Politik bagi Perempuan
dilakukan di Kopenhagen (1980), dan yang (Political Self Selection)
terakhir adalah konferensi 12 hari di Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah
Nairobi Kenya (1985). Lebih dari 2.000 banyak perempuan di dunia saat ini yang
delegasi dari 140 negara menghadiri sudah berkarier di segala bidang kehidupan
pertemuan terakhir itu, termasuk Indonesia kehidupan sosial, apakah berkarier itu
(Tong, 1998). merupakan keharusan untuk menambah
Kendati ada konflik nyata ikhwal isu penghasilan keluarga yang tidak cukup,
identitas dan perbedaan dalam teori

126
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

ataukah merupakan pilihan dengan alasan- “Perempuan Minangkabau dalam Politik:


alasan lain. suatu kajian mengenai hambatan dan usaha
Jika kita bandingkan perempuan yang untuk mendapatkan kedudukan kepemim-
bekerja di bidang lain dengan yang pinan politik” (Nurwani Idris, 2007), dapat
memasuki bidang politik, bidang politik dilihat bahwa masih kecil sekali jumlah
lebih rendah. Dalam sebuah penelitian perempuan yang memasuki politik.
yang diadaka di Sumatera Barat mengenai

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2004

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah


(1) (2) (3) (4)
1. Tidak/ Belum Pernah Sekolah 22.763 72.420 95.183
2. Tidak Belum Tamat SD 265.437 337.082 602.519
3. Sekolah Dasar 394.218 409.443 803.661
4. SMTP Umum 343.482 330.007 673.489
5. SMTA Umum 274.157 295.405 569.562
6. SMTA Kejuruan 87.424 65.796 153.220
7. Diploma I / II 6.850 23.213 30.063
8. Akademi / Diploma III 20.889 26.853 47.742
9. Universitas (S1) 42.894 38.787 81.681
10. Strata-2 (S2) 3.091 980 4.071
Jumlah 1.461.205 1.599.986 3.061.191
Sumber : BPS, Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional, 2004.
Keterangan total: (a) Jumlah total perempuan yang bekerja terlihat lebih tinggi dari laki-laki.
(b) Jumlah perempuan yang bekerja lulusan SD juga lebih banyak daripada laki-laki. (c) Yang
lain rata-rata hampir sama, begitu juga yang berpendidikan sarjana, namun jumlah perempuan
yang lulusan S2 (pascasarjana) lebih sedikit dari laki-laki.

Hampir tidak ada perbedaan dalam Sedangkan dari hasil perolehan suara
bidang pekerjaan berdasarkan pendidikan dalam Pemilu Legislatif pemilihan anggota
di Minangkabau antara perempuan dan DPRD Provinsi Sumatera Barat periode
laki-laki, yaitu jumlahnya hampir sama. 2004-2009, hanya ada 5 perempuan yang
Yang menarik, jumlah total perempuan menjadi anggota DPRD Provinsi. (Komisi
yang bekerja lebih tinggi daripada laki- Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat,
laki. Selanjutnya dari hasil perolehan suara 2004).
dalam Pemilu Legislatif DPRD Kabupaten/ Di Minangkabau Sumatera Barat
Kota Provinsi Sumatera Barat tahun 2004, ditemukan banyak hal yang menyebabkan
dalam politik jumlah perempuan yang perempuan enggan memasuki dunia politik
berpartisipasi masih sangat sedikit. antara lain diperlukan motivasi politik
Di Kabupaten Agam ada 4 orang yang tinggi yang dipengaruhi oleh hal-hal
perempuan; Kabupaten Limapuluh Kota yang multikompleks.
ada 4 orang perempuan, dan Kabupaten Secara umum pengertian dari minat
Tanah Datar hanya 3 orang perempuan, dan atau motivasi adalah rangsangan yang
empat kabupaten tidak mempunyai anggota didapat dari lingkungan, yang sangat erat
perempuan. hubungannya dengan emosi atau perasaan
seseorang, yang mengarah pada terciptanya

127
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

suatu kondisi yang menyebabkan hasrat Hambatan yang dihadapi untuk


atau kehendak untuk melakukan suatu mendapatkan kedudukan politik dengan
tindakan dalam hal ini tindakan politik. karier sosial yang lain memang lebih berat,
Namun pada sebagian besar perempuan dan lebih kompleks dan rumit, terdapat
Minangkabau rangsangan dari lingkungan hambatan eksternal dan hambatan internal.
politik menyebabkan mereka tidak Hambatan eksternal adalah hambatan
berminat pada politik. yang datang dari lingkungan publik,
Selanjutnya agar motivasi dapat politik, sosial budaya yang tidak men-
timbul atau meningkat, kearah pencapaian dukung pemberdayaan perempuan dalam
kesadaran diri yang tinggi, sehingga dapat politik atau peluang bagi perempuan untuk
melakukan aktivitas dalam hal politik atau mendapatkan kedudukan kepemimpinan
tindakan aktualisasi politik, Vroom (1964 politik, terdiri dari: (1) Hambatan budaya
dalam Huitt, 2001) mengajukan konsep politik dan agama, terdiri dari: a)
sebagai berikut: Pemarjinalan perempuan dari ranah publik,
berupa: (1) Proses pemarjinalisasian telah
Motivasi = Persepsi Probabilitas dimulai sejak kolonialisme Belanda; (2)
Keberhasilan (Expectancy)* Framing atau pembingkaian makna bagi
Hubungan antara Keberhasilan dan masyarakat Minangkabau terhadap ke-
Reward (Instrumentality)* bebasan perem-puan; (3) Wacana ilmiah
Nilai dari Mencapai Tujuan (Valance, dan kekuasaan; (4) Program pemerintah
Value). oleh Orde Baru; (5) Perubahan kedudukan
perempuan Minangkabau dalam masya-
Dengan demikian motivasi politik rakat; b) Kompetensi; c) Sistem
yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran perekrutan; d) Aturan partai; e) Hambatan
politik yang tinggi sehingga berusaha birokrasi; f) Hambatan ekonomi; g)
untuk mencapai hasil. Hambatan pendidikan; h) Hambatan
Crittenden (pengantar dalam agency.
Megawati, 1999) mengatakan bahwa, Disimpulkan menjadi hambatan
usaha perempuan untuk meraih ke- budaya politik dan agama yang diringkas
pemimpinan politik juga dipengaruhi oleh ke dalam 4 (empat) faktor hambatan: (a)
keterlibatan pemerintah dalam merekrut hambatan struktural, (b) hambatan budaya
perempuan, misalnya perbaikan konstitusi, dan agama, (c) hambatan perantaraan
komitmen pemerintah yang tinggi untuk (agency) atau intermediate organization,
membantu menaikkan partisipasi (d) hambatan kelembagaan (institusional).
perempuan dalam politik dengan aturan Hambatan budaya dan agama,
dan sanksi yang jelas serta fasilitas memang telah melonggar tetapi tetap
penitipan anak dan sebagainya. mempengaruhi motivasi atau dorongan
Untuk mencapai tujuan kesuksesan yang dapat membawa perempuan ke dalam
dalam politik, dan partisipasi dalam politik urusan publik, seperti kewajiban terhadap
dalam arti mengaktualisasikan diri dalam rumah tangga dan anak-anak, sementara
politik, seseorang perlu berusaha, belajar, berpolitik sangat menyita waktu dan tenaga
menambah pengalaman, meningkatkan diikuti pula oleh kepercayaan kepada
komunikasi dengan pihak terkait dan lembaga/ institusi yang sangat kurang.
lingkungan dan seterusnya. Untuk dapat Singkatnya, penjelasan-penjelasan di
sukses dalam politik sehingga dapat atas menyatakan bahwa perempuan
menduduki posisi kepemimpinan politik, Minangkabau menduduki posisi yang
kemampuan internal sangat berpengaruh, rendah dalam parlemen: (a) karena mereka
dengan menambah kemampuan secara tidak mampu (mereka tidak punya
terus menerus, untuk dapat menembus sumberdaya); (b) mereka tidak mau
hambatan. (mereka tidak tertarik); (c) tidak ada yang
meminta mereka (tidak mempunyai

128
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

jaringan); atau (d) aturan (konstitusi) KESIMPULAN


menghalangi mereka.
Dengan demikian, hambatan eksternal Sebenarnya, gerakan feminisme yang
dapat dirumuskan: hambatan budaya banyak berlangsung di dunia ini, telah
politik dan agama, (a) hambatan struktural, menempatkan kembali perempuan dalam
(b) hambatan budaya dan agama, (c) semangat emansipasi yang tinggi seperti di
hambatan perantaraan (agency) atau Minangkabau dengan aturan-aturan yang
intermediate organization, (d) hambatan telah memberi tempat perempuan
kelembagaan (institusional), yang mem- Minangkabau dalam ranah publik, di mana
pengaruhi diri (self) perempuan, yakni kaum laki-laki dan perempuan “berdiri
keinginan, minat dan tindakan perempuan sama tinggi dan duduk sama rendah” yang
untuk mencalonkan diri dalam men- selama beabad-abad termarjinalkan di
dapatkan kedudukan kepemimpinan setiap aktivitas kehidupan. Gerakan
politik. (Nurwani, 2007). emansipasi ini memberikan inspirasi besar
Hambatan internal adalah faktor diri kepada organisasi perempuan di dunia,
(self) yang menyebabkan perempuan yang mempengaruhi organisasi perempuan
kurang berminat pada politik, gagap di Indonesia dan Minangkabau, dan
memasuki dunia publik, sehingga daya perempuan-perempuan dari suku lainnya di
juangnya rendah. (1) Keterlibatan atau Indonesia, untuk memperjuangkan hak-hak
aktivisme perempuan sangat terkait sosial dan hak politiknya tanpa harus
dengan kompetensi; minat, kemampuan, mengurangi peran perempuan sesuai
dan kesadaran politik perempuan dalam kodratnya. Dan peran politik perempuan
politik yang diiringi dengan memasuki Indonesia pada umumnya dan perempuan
jaringan sosial atau tingkat pendidikan Minangkabau pada khususnya, dari satu
yang lebih tinggi; (2) Keterlibatan periode perjuangan politik ke periode
(aktivisme) perempuan dipengaruhi oleh perjuangan politik berikutnya, memiliki
faktor struktural, budaya dan agama, tujuan yang berbeda disesuaikan dengan
agency (intermediate organization) dan periode perjuangan itu sendiri karena
konstitusi yang dirangkum dalam setiap periode perjuangan punya
hambatan budaya politik dan agama, yang karakteristik yang berlainan, untuk
mempengaruhi diri (self) perempuan itu memasuki dunia politik ternyata jauh
sendiri, yang membentuk mind perempuan berbeda dari berkarier di bidang lain,
itu. (3) Selanjutnya faktor diri (self) bidang politik banyak hambatan yang
dipengaruhi juga oleh: (a) anggapan dan harus dihadapi.
sikap terhadap politik siapa yang menjadi Walaupun tidak ada lagi aturan formal
pemimpin tidak begitu penting; (b) yang menghalangi namun jalan untuk
ditambah lagi dengan perasaan perempuan menuju dan mendapatkan kedudukan
yang menganggap bahwa politik itu hanya politik sangat kompleks. Sejauh ini
permainan kekuasaan yang sering diikuti terbukti bahwa budaya dan agama memang
dengan permainan kotor, politik uang, dan berpengaruh, tetapi telah mulai melonggar,
sebagainya; sementara laki-laki meng- jika dibandingkan dengan faktor budaya
anggap politik itu penting dan politik dan faktor sosial serta institusional
mempercayai lembaga-lembaga politik; lainnya yang terkait dengan kesetaraan
(4) Sebenarnya semua resources untuk perempuan dalam politik. Seperti
perempuan terjun dalam politik telah pentingnya status pekerjaan, pendidikan,
tersedia dengan cukup, namun perempuan dan sosioekonomi perempuan tersebut;
masih terpengaruh oleh pemikiran bahwa sumber daya finansial, pengalaman, dan
politik itu bukan dunia mereka, bagi jaringan sosial yang memudahkan
mereka siapa yang memimpin tidak begitu pencalonan untuk menduduki jabatan
penting, asalkan hidup dalam harmoni. tersebut. (Nurwani, 2007:329).
(Nurwani, 2007).

129
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

Begitu juga hambatan budaya dan lanjut oleh feminisme bahwa fenomena
agama saat ini sudah melonggar namun perempuan dalam politik terdapat dalam
disamping aturan permainan politik, seperti kebebasan yang telah dipunyai, peluang
aturan dan permainan partai politik yang yang ada, dengan suatu tindakan strategis
terdapat dalam budaya politik pada saat ini dalam memanfaatkan peluang tersebut
menjadi fenomena yang penting dalam yakni S.W.O.T (Strengths, Weaknesses,
mendapatkan kedudukan politik. Opportunities, dan Threats).
Untuk memasuki dunia politik sangat
tergantung pada political self selection
perempuan itu sendiri. Dalam hal untuk DAFTAR PUSTAKA
mengambil tindakan politik, tulisan ini
merujuk pendapat Talcott Parsons (1951 Adams, Ian. 1993. Ideologi Politik
yang dikutip oleh Hambermas, 2007) Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik,
dalam teori struktural-fungsionalnya dan Masa Depannya, Yogyakarta:
bahwa masyarakat bertindak didorong oleh Qalam.
pemahaman kultural yang diyakini, dan Bennion, Elizabeth Anne. 2001. Gender
berdasarkan pemahaman itu, yakni nilai-nilai Perception, and Policy Priorities in
dan norma-norma yang berlaku sebagai Three Midwestern State Legislatures,
tujuan dan mengikat para aktor secara Dissertation, University of
intersubjektif, serta nilai-nilai dan norma itu Wisconsin– Madison.
menjadi motif (dorongan pribadi) untuk Best, Steven and Kellner, Douglas. 1991.
bertindak dan pembentuk karakter manusia Postmodern Theory: Critical
bersama terjadinya internalisasi, dalam arti Interrogations, London: Macmillan
manusia dalam mengambil keputusan Education LTD.
untuk melakukan sesuatu, norma dan nilai de Beauvoir, Simon. 2003. Second Sex:
yang diyakini menjadi dorongan untuk Kehidupan Perempuan, Cetakan
bertindak (Nurwani, 2007). pertama, Penerjemah: Toni B.
Kajian tulisan ini sependapat dengan Febriantono, dkk. Penerbit: Pustaka
Parsons yang menyatakan bahwa: Promethea.
tindakan tersebut dapat menjadi saluran di Etty, Maria. 2004. Perempuan: Memutus
mana nilai-nilai kultural bergeser menjadi Mata Rantau Asimetri, Jakarta: PT.
tindakan yang didorong oleh motivasi: Grasindo.
“sistem sosial adalah sistem tindakan yang Friedan, Betty. 1974. The Feminine
didorong oleh motivasi yang mengatur Mystique. New York: Dell.
hubungan aktor dengan sesamanya: Habermas, Jürgen. 2007. Teori Tindakan
kepribadian adalah sistem tindakan yang Komunikatif II: Kritik atas Rasio
didorong oleh motivasi yang mengatur Fungsionalis, Yogyakarta: Kreasi
organisme hidup.” (Nurwani, 2007). Wacana.
Untuk memasuki dunia politik adalah Huitt, W. 2001. Motivation to Learn: An
merupakan pilihan politik (political self Overview, Educational Psychology
selection) suatu konsep tentang usaha Interactive. Valdosa, GA: Valdosa
politik atau gerakan untuk mencapai State University. (http://chiron.
kedudukan dalam politik adalah kerja valdosta.edu/whuitt/col/
keras, tidak bisa hanya menunggu dari motivation/motivate.html)
alam “given” tetapi harus diraih “taken”, Idris, Nurwani. 2007. Perempuan
dengan kata lain usaha dalam mendapatkan Minangkabau dalam Politik: Suatu
kedudukan kepemimpinan politik adalah kajian mengenai hambatan dan
perjuangan menentang gejala rasa rendah usaha untuk mendapatkan
diri dan menaklukkan rintangan yang ada. kedudukan kepemimpinan politik,
Sebagai suatu konsep perjuangan Disertasi Program Doktor Program
perempuan dalam politik perlu dikaji lebih Studi Ilmu Sosial Universitas

130
WACANA Vol. 13 No. 1 Januari 2010 ISSN. 1411-0199

Airlangga Surabaya, Surabaya: Leonard Williams, penerjemah,


Airlangga Press. Haris Munandar, Jakarta: PT.
International Institute for Democracy and RajaGrafindo Persada.
Electoral Assistance (International Matullesy, Andik. 2005. Psikologi Politik,
IDEA). 2002. Perempuan di Cetakan pertama, Surabaya:
Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Penerbit Srikandi.
Edisi Bahasa Indonesia, Sweden: Megawangi, Ratna. 1999. Pengantar
International IDEA, SE-103 34 Penerbit dalam: Wanita Salah
Stockholm. Langkah, oleh Danielle Crittenden,
(http://www.idea.int/publications/wi Bandung: Qanita.
p/ upload/full_version.pdf) Pascal, Gillian. 1986. Social Policy, A
Losco, Joseph. 2005. Political Theory, Feminist Analysis. London and New
Kajian Klasik dan Kontemporer, York: Tovistock Publication Ltd.
Volume I, Joseph Losco, dan Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist
Leonard Williams, penerjemah, Thought: Pengantar Paling
Haris Munandar, Jakarta: PT. Komprehensif kepada Aliran Utama
RajaGrafindo Persada. Pemikiran Feminis, Penerjemah,
Losco, Joseph. 2005. Political Theory, Aquarini Priyatna Prabasmoro,
Kajian Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra.
Volume II, Joseph Losco, dan

131

You might also like