Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Table of Contents

No. Title Page


1 Orang-Orang Jepang Di Indonesia Tahun 1942-1950 110 - 125
2 Trem OJS di Kota Surabaya Tahun 1889 – 1930-an 126 - 135
3 KH. Bisri Syansuri: Nyantri Keliling dan Pendidikan Pesantren 136 - 143
4 Konflik Tanah Di Desa Tubanan Kecamatan Tandes Surabaya 1973-1995 144 - 158
5 Peran Baperki Pendidikan dan Kebudayaan 1956-1965 159 - 164
6 Sekolah Santa Maria Tahun 1950-1976 165 - 173
7 Monumen Perjuangan Kadet Soewoko: Simbolisme Militer di Kabupaten 174 - 187
Lamongan 1972-1976
8 Pemikiran dan Kesederhanaan: Biografi KH. Baidlowi bin Abdul Aziz 189 - 199
9 Pengaruh Iklan Terhadap Kecantikan Perempuan Jawa 1967-1980 200 - 210
10 Berdirinya Gerakan Pembaharuan Organisasi Perempuan Aisyiyah 211 - 220
Vol. 1 - No. 2 / 2013-06
TOC : 8, and page : 189 - 199

Pemikiran dan Kesederhanaan: Biografi KH. Baidlowi bin Abdul Aziz

Pemikiran dan Kesederhanaan: Biografi KH. Baidlowi bin Abdul Aziz

Author :
M. Nilzam Aly | nilzamsvarna@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Angkatan
Gayung Kasuma | gekasuma@gmail.com
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya, Jl Darmawangsa Dalam Selatan

Abstract

This research focuses about the life and cogitation concept (fatwa) of a religious figure from Islamic Organization NU
(Nahdlatul Ulama), KH. Baidlowi bin Abdul Aziz. Figure who was born in 1880 gives an influence of his cogitation in
history of NU in Indonesia. Because came of Islamic boarding house family, KH. Baidlowi spend his education in religion
sector in Indonesia and abroad, Saudi Arabian. More than twenty years having education process, KH. Baidlowi
continues dedication of his father in managing Al-Wahdah Islamic boarding school. His capability in religion sector,
especially in Fiqh makes him as Syuriah chief of Nahdlatul Ulama and Thoriqoh Mu’tabaroh association until his
death in 1970, in Lasem. In this research, the researcher finds that KH. Baidlowi as NU figure has national rule. His
religious advice about Waliyyul Amri Addhoruri Bis-syaukah in 1952 gives strong legitimation to Ir. Soekarno as a legal
President when rebellion of DI/TII Kartosoewirjo head is run. This religious advice be the social agreement for all of the
Islamic expert from the Islamic classes variety in national Islamic expert conference, in 1954. Although his capability has
been recognized nationally, KH.Baidlowi stays to choose managing Al Wahdah Islamic boarding school in Lasem.

Keyword : Ideas, KH., Baidlowi, Nahdlatul, Ulama,

Daftar Pustaka :
1. Gerg Barton , (2008). Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta : LKiS
2. Gerg Feally, (2007). Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952 – 1967. Yogyakarta : LKiS
3. Asrahah Hanun, (0000). Pesantren di Jawa: Asal-usul, Perkembangan, dan Pelembagaan. Jakata : Departemen
Agama RI-INCIS
4. R.M. Panji Khamzah, (0000). Crita Lasem. - : -
5. M. Luhfi Thomafi, (2007). MBAH MA’SHUM LASEM; The Authorized Biography of KH. Ma’shum Ahmad.
Yogyakarta : Pustaka Pesantren

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


PEMIKIRAN DAN KESEDERHANAAN:
BIOGRAFI KH. BAIDLOWI BIN ABDUL AZIZ
1)
M. Nilzam Aly 2)
Gayung Kasuma
Abstract
This research focuses about the life and cogitation concept (fatwa) of
a religious figure from Islamic Organization NU (Nahdlatul Ulama), KH.
Baidlowi bin Abdul Aziz. Figure who was born in 1880 gives an influence of
his cogitation in history of NU in Indonesia. Because came of Islamic
boarding house family, KH. Baidlowi spend his education in religion sector
in Indonesia and abroad, Saudi Arabian. More than twenty years having
education process, KH. Baidlowi continues dedication of his father in
managing Al-Wahdah Islamic boarding school. His capability in religion
sector, especially in Fiqh makes him as Syuriah chief of Nahdlatul Ulama
and Thoriqoh Mu'tabaroh association until his death in 1970, in Lasem. In
this research, the researcher finds that KH. Baidlowi as NU figure has
national rule. His religious advice about Waliyyul Amri Addhoruri Bis-
syaukah in 1952 gives strong legitimation to Ir. Soekarno as a legal President
when rebellion of DI/TII Kartosoewirjo head is run. This religious advice be
the social agreement for all of the Islamic expert from the Islamic classes
variety in national Islamic expert conference, in 1954. Although his
capability has been recognized nationally, KH.Baidlowi stays to choose
managing Al Wahdah Islamic boarding school in Lasem.
Keywords: Ideas, KH. Baidlowi, Nahdlatul Ulama.
Abstraksi
Penelitian ini mengkaji tentang kehidupan dan konsep pemikiran
(fatwa) tentang seorang tokoh ulama dari organisasi keislaman NU
(Nahdlatul Ulama), KH. Baidlowi bin Abdul Aziz. KH. Baidlowi yang lahir
pada 1880 memberikan pengaruh pemikirannya dalam perjalanan sejarah
NU di Indonesia. Lahir dari keluarga pesantren, KH. Baidlowi menjalani
proses pendidikannya dalam bidang keagamaan baik di Indonesia maupun
di luar negeri, Arab Saudi. Selama lebih dari dua puluh tahun menjalani
proses pendidikan, KH. Baidlowi akhirnya melanjutkan pengabdian
ayahnya dalam mengurus pesantren Al-Wahdah. Kemampuannya di bidang
keagamaan khususnya fiqih , menjadikannya sebagai Rais Syuriah
Nahdlatul Ulama dan Ketua perkumpulan Thoriqoh Mu'tabaroh sampai
meninggalnya pada tahun 1970 di Lasem. Dalam penelitian ini penulis
menemukan bahwa KH. Baidlowi Sebagai tokoh NU memiliki peran
nasional. Fatwanya tentang Waliyyul Amri Addhoruri Bis-syaukah di tahun
1952, memberikan legitimasi kuat kepada Ir. Soekarno sebagai presiden
yang sah di saat terjadi pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosoewirjo.
Fatwanya ini menjadi kesepakatan bersama seluruh ulama dari berbagai
golongan Islam dalam konferensi nasional ulama di Cipanas pada tahun
1954. Meskipun kemampuannya telah diakui secara nasional, KH. Baidlowi
tetap memilih mengurus pesantren Al-Wahdah miliknya di Lasem.
Kata Kunci: Pemikiran, KH. Baidlowi, Nahdlatul Ulama.

*)
Mahasiswa Jurusan Ilmu SejarahAngkatan 2008, Email nilzamsvarna@gmail.com
2)
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UniversitasAirlangga Surabaya

189
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz

Pendahuluan maka dibentuklah lembaga-lembaga


KH. Baidlowi bin Abdul Aziz. KH. tradisional yang mengajarkan kitab-kitab
Baidlowi memberikan pengaruh agama Islam. Tidak sebatas pada kitab suci
pemikirannya dalam perjalanan sejarah Al-Quran saja namun juga kitab-kitab
NU di Indonesia. Lahir dari keluarga penunjang lainnya (Hanun Asrahah, 2002:
pesantren, KH. Baidlowi menjalani 5).
proses pendidikannya dalam bidang Lebih jauh lagi dalam konteks
keagamaan baik di Indonesia maupun di historisnya, p esantren tidak hanya
luar negeri, Arab Saudi. Selama lebih dari mengandung makna islamisasi atau
dua puluh tahun menjalani proses bersifat keislaman, tetapi menjadi bagian
pendidikan, KH. Baidlowi akhirnya dari produk lokal (local genius) metode
melanjutkan pengabdian ayahnya dalam pendidikan asli masyarakat Indonesia
mengurus pesantren Al-Wahdah . zaman Hindu-Budha. Padepokan pada
Kemampuannya di bidang keagamaan masa Hindu- Budha menjadi sarana
khususnya fiqih , menjadikannya sebagai pendidikan secara tradisional dan pada
Rais Syuriah Nahdlatul Ulama dan Ketua masa itu pula murid-murid dari berbagai
perkumpulan Thoriqoh Mu'tabaroh daerah yang hendak berguru di padepokan
sampai meninggalnya di Lasem. KH. tersebut diharuskan untuk “mondok” atau
Baidlowi Sebagai tokoh NU memiliki tinggal sementara di padepokan tersebut
peran nasional. Fatwa nya tentang dalam jangka waktu tertentu sebelum
Waliyyul Amri Addhoruri Bis-syaukah di akhirnya menyelasaikan pendidikan
tahun 1952, memberikan legitimasi kuat mereka. Ketika Islam datang, tradisi yang
kepada Ir. Soekarno sebagai presiden erat ini lantas kemudian disesuaikan untuk
yang sah di saat terjadi pemberontakan diolah sedemikian rupa menjadi
DI/TII pimpinan Kartosoewirjo. “Pesantren” yang memiliki ciri khas Islam
Fatwanya ini menjadi kesepakatan namun tidak meninggalkan kekhasan
bersama seluruh ulama dari berbagai sebelumnya. Dengan kata lain telah terjadi
golongan Islam dalam konferensi akulturasi sistem pada transformasi dari
nasional ulama di Cipanas pada tahun “padepokan” atau “dharma” menjadi
1954 “Pesantren” (HanunAsrahah, 2002: 6).
Salah satu daya tarik dari kota Teori ini setidaknya bersumber dari
Lasem selain sisi sejarah geografisnya dua fakta yang telah ada. Fakta pertama
adalah keberadaan pondok Pesantren dilihat dari dari hubungan identitas antara
yang cukup banyak. Keberadaan guru dengan murid yang hampir sama
Pesantren bermula dari surau-surau kecil dengan identitas hubungan kiai dengan
(gothakan) yang digunakan untuk belajar santri. Identitas tersebut adalah berupa
mengaji seiring berkembangnya agama hubungan “kebapakan” yang sudah ada
Islam di tanah Jawa. Kondisi ini hampir sebagai ikatan pokok pada zaman kerajaan
sama dalam sejarah adanya Pesantren di Hindu Budha. Kedua, antara Pesantren
wilayah Lasem dan sekitarnya. Setelah dengan lembaga keagamaan pra Islam
sang pengajar mulai menetap dan terdapat kebisaan lama yang masih terjaga
perkembangan zaman yang mulai berubah yaitu berkelana. Berkelana dalam hal ini

190
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013

adalah melakukan pencarian ilmu ruhani terhadap kedudukan mereka masing-


dari satu tempat ke tempat lainnya (Hanun masing dalam suatu tatanan sosial yang
Asrahah, 2002: 3). tersusun dengan terperinci. Mengikuti
Di sepanjang desa-desa yang dekat aturan-aturan tata krama yang sesuai,
dengan jalan Daendles (jalan raya pos) dengan mengambil sikap hormat atau
bisa dipastikan terdapat lebih dari satu kebapakan yang tepat merupakan hal yang
pesantren.Desa Ngemplak terdapat sangat penting.
Pesantren Al-Aziz, Wahdatut Thollab, dan Lebih spesifik lagi di dunia
sebagainya. Desa Soditan terdapat Pesantren penghormatan kepada orang
Pesantren Al Hidayat, An Nur, dan Al yang berilmu dan lebih dituakan, dipanggil
Hamidiyah. Sedangkan di desa dengan kata sapaan Mbah. Sapaan Mbah
Sumbergirang terdapat Pesantren Nailun cenderung populer digunakan di wilayah
Najah, Al-Fakhriyyah, Al Wahdah, dan Jawa Tengah. Sedangkan di wilayah
sebagainya. Sebagai pusat pendidikan Banten dan Jawa Barat cenderung
agama Islam, Pesantren-Pesantren di menggunakan istilah Abuya dan Eyang
Lasem pun memiliki sejarah dalam (Murtadho Hadi, 2009: 9-10). Jawa Timur
menghasilkan ulama-ulama di Indonesia. lebih cenderung menggunakan istilah Yai,
Pesantren tidak hanya mengandung yang berasal dari kata Kyai. Beberapa
makna islamisasi atau bersifat keislaman, daerah lainnya seperti Madura lebih
tetapi menjadi bagian dari produk lokal cenderung menggunakan istilah
(local genius) masyarakat setempat. Syaikhona. Lebih umum lagi di beberapa
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat daerah menggunakan istilah Syekh atau
pendapat yang cukup menarik dari Frans Syaikh.
Magnis Suseno mengenai identitas orang Masing-masing istilah tersebut
Jawa yang pada perkembangan meskipun memiliki arti bahasa yang
selanjutnya memberikan sentuhan berbeda namun hakekat penggunaannya
identitas kultural pada Pesantren. Menurut adalah sama. Sama-sama memiliki tujuan
Magnis setidaknya terdapat dua kaidah untuk memberikan penghormatan kepada
dasar kehidupan masyarakat Jawa. orang yang lebih tua dan dituakan,
Pertama, prinsip kerukunan yang memiliki ilmu lebih (khususnya di bidang
bertujuan untuk mempertahankan agama), dan sejenisnya. Kondisi seperti ini
masyarakat dalam keadaan harmonis. juga berlaku pada Pesantren yang ada di
Kedua, prinsip hormat yang mengatur pola Lasem. Para santri dan masyarakat lebih
interaksi antar masyarakat (Frans Magnis terbiasa menyapa seorang kiyai dengan
Suseno, 1984: 38 – 61) sapaan Mbah . Selanjutnya dalam
Penghormatan orang Jawa bukan menjalankan aktifitas pendidikannya,
hanya kepada penggunaan bahasa untuk pesantren tradisional cenderung lebih
berkomunikasi (Krama dan Ngoko) tetapi menggunakan kitab kuning dari pada kitab
juga penggunaan kata sapaan. Apabila dua terjemahan latin. Pemaknaan dari itab
orang Jawa bertemu, bahasa, pembawaan tersebut mayoritas menggunakan
dan sikap mereka mesti mengungkapkan terjemahan bahasa Jawa dan bentuk
suatu pengakuan terhadap pengakuan tulisan Arab pegon. Identitas kultural Jawa

191
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz

bisa jadi sangat melekat erat pada kultural Hasyim Asy'ari Jombang, dan jika ingin
Pesantren ditarik berdasarkan faktor belajar ilmu nahwu dan ilmu-ilmu alat
historis kedua kebudayaan tersebut.3) mampirlah ia kepada Mbah Manaf
Lirboyo atau Syaikhona Kholil
Riwayat Pendidikan KH. Baidlowi Bangkalan. Perlu menjadi catatan adalah
Lahir pada tanggal 12 Syawal 1297
meskipun kiai-kiai tersebut ahli dalam
Hijriyah atau dalam kalender Masehi
bidang tertentu, tidak menutup
adalah 17 September 1880, Baidlowi
kemungkinan mereka memiliki
menghabiskan masa kecil di Lasem
kemampuan di cabang keilmuan lainnya
sampai umurnya beranjak remaja. Sejak
(Murtadlo Hadi, 2009: 38)
kecil hingga menginjak dewasa, Baidlowi Sebagai permulaan, Baidlowi tidak
muda mencari banyak pengetahuan perlu berpergian jauh untuk belajar agama
kepada berbagai kiai, baik di Lasem karena dia lahir di lingkungan yang
maupun luar Lasem seperti Sarang, Solo, terdapata pengajian-pengajian kecil.
Bojonegoro, hingga ke Makkah. Ayahnya adalah seorang guru dari
Perjalanan ilmiah Baidlowi muda kepada pengajian itu. Melalui sang Ayah, Mbah
banyak ulama kemudian memunculkan Baidlowi belajar membaca dan menulis
pertanyaan “Mengapa dan untuk apa dia Arab, termasuk membaca Al-Qur'an.
belajar sedemikian banyak kepada para Selama kurang lebih 7 tahun berada
ulama?”. Terdapat berbagai argumen yang dibawah didikan KH. Abdul Aziz,
bisa disampaikan terkait hal tersebut. Baidlowi kecil kemudian melanjutkan
Pada masa-masa ini tradisi
pendidikan agama di bawah asuhan KH.
masyarakat yang ingin belajar ilmu agama
Umar bin Harun Sarang (Abu Hizqil,
kepada ulama dilakukan secara
tanpa tahun: 2). Jiwa kepemimpinan
berpindah-pindah (nomaden). Istilah lain
Mbah Baidlowi dibentuk dalam
yang digunakan adalah santri kelana
pendidikan pesantren ini sehingga sempat
(Gerg Barton, 2010:32). Berbeda dengan
diangkat menjadi lurah pondok. Baidlowi
sistem pembelajaran klasikal yang telah
yang beranjak muda ini nyantri kepada
diterapkan oleh banyak pondok pesantren
KH. Umar selama 10 tahun. Jika melihat
pada zaman setelahnya. Tradisi ini
kenyataan bahwa Mbah Baidlowi mengaji
dilakukan karena seorang kiai memiliki
di Sarang selama 10 tahun maka hal itu
spesialisasi ilmu sendiri-sendiri sesuai
bukan waktu yang pendek. Masa-masa ini
bidangnya. Sekedar menyebut, dahulu
menjadi masa yang sangat penting
ketika seseorang ingin mendalami ilmu
terhadap pemikiran keagamaan Baidlowi
fiqih, ia tentu akan berkunjung ke Mbah
muda. KH. Umar merupakan orang
Umar bin Harun Sarang. Jika ingin belajar
penting kedua setelah KH. Abdul Aziz
hadist maka ia akan belajar kepada KH.
yang memiliki saham besar dalam

3)
Secara garis besar lembaga pondok pesantren dibagi dalam dua kelompok besar. Pertama, Pesantren
Modern (Khalafy) yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah atau sekolah
yang dikembangkan secara klasikal. Kedua, Pesantren Tradisional (Salafy) yang tetap mempertahankan
pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai inti pendidikan pesantren. Sedangkan Kitab kuning
adalah sebutan untuk buku-buku berhuruf arab yang biasa dipakai dilingkungan pondok pesantren.
Dinamakan kitab kuning karena kebanyakan kertas yang dipakai berwarna kuning atau mungkin juga
karena sudah usang.

192
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
pendidikan keagamaan Mbah Baidlowi. muda menjual beberapa kitab yang telah
Hal ini juga terbukti dalam jenjang dimilikinya (Abu Hizqil, tanpa tahun: 2)
pendidikan selanjutnya. Kitab terakhir yang dimilikinya
Baidlowi muda kemudian adalah kitab Ihya' 'ulumuddin. Perubahan-
melanjutkan pendidikan keagamaannya perubahan politik dan identitas
di pesantren Jamsaren Solo, yang diasuh keagamaan yang terjadi di Makkah dan
oleh Kiai Idris selama lima tahun. Selain kesulitan ekonomi yang melanda wilayah
sebagai santri, Baidlowi juga diberikan itu menyebabkan banyak orang-orang
kesempatan untuk mengajar kitab-kitab yang berasal dari luar Makkah kembali ke
tertentu. Selesai dari Solo, Baidlowi muda negaranya masing-masing. Begitu pula
ini melanjutkan pendidikan dengan Baidlowi yang pulang ke
keagamaannya di Makkah. Selain berguru Indonesia. Baidlowi pulang dengan
kepada ulama-ulama Makkah, Mbah menggunakan kapal laut transit di India
Baidlowi juga belajar kepada KH. kemudian melanjutkan perjalanan darat
Mahfudz At-Turmusi seorang kiai yang serta laut melewati Thailand, Malaysia,
berasal dari Indonesia. Kepada KH. Singapura, kemudian tiba di Jawa (Abu
Mahfudz At-Turmusi Baidlowi muda Hizqil, tanpa tahun: 3). Selesai menjalani
mendalami kajian ilmu hadist. Di masa proses pendidikan dari Makkah, dua tahun
itu, sulit rasanya belajar ke negeri orang kemudian Baidlowi muda meninggalkan
jika tidak memiliki akses ekonomi yang masa lajangnya dengan menikahi
cukup kuat (wawancara dengan Luthfi Halimah, putri dari KH. Shiddiq Rembang
Thomafi, 26 Maret 2012). Hal ini terjadi pada usia sekitar 27 tahun. Termasuk juga
karena kondisi Indonesia saat itu yang menjadi pengasuh di pesantren yang dulu
masih dalam masa penjajahan, sehingga menjadi tempat pengajian Ayahnya, KH.
cukup sulit jika ada beberapa masyarakat AbdulAziz.
yang hendak melanjutkan pendidikan di
luar Indonesia. Masa-masa remaja Kontribusi Sosial Kemasyarakatan
KH. Baidlowi
Baidlowi dihabiskan di negara dimana
Secara khusus kontribusi Mbah
terdapat kiblat umat muslim ini.
Baidlowi terbagi dalam empat tipe.
Awal tahun 1900-an terjadi
Pertama, kontribusi intelektual (ilmiyah)
pertikaian antara Arab Saudi dengan Turki
seperti sebagai kiai yang memiliki
Ottoman. Syarif Husain yang memimpin
pesantren dan mengajar di sana. Kedua,
orang-orang Arab berhasil mengusir
kontribusi spiritual (rohaniyah) berkaitan
pasukan Turki dari tanah suci dan ingin
dengan kedudukan kiai yang seringkali
keluar dari kekuasaan kekhalifahan Turki
bertindak sebagai pemimpin doa, menjadi
Ottoman. Kebencian Arab Saudi terhadap
imam sholat, juga sebagai pimpinan
Turki melebar kepada orang-orang yang
thoriqot . K etiga , kontribusi sosial
berasal dari Turki yang tinggal di sekitar
(ijtima'iyah) berkaitan dengan
Ka'bah dan mereka juga ikut diusir.
kepercayaan yang diemban kiai dari
Pertikaian ini menyebabkan penduduk
masyarakat sebagai seorang pimpinan
Makkah dilanda kelaparan. Untuk
atau dalam aktivitas lain seperi menjadi
mencukupi kebutuhannya, Baidlowi
ketua organisasi, tokoh politik dan

193
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz

sebaganya. Keempat, kontribusi ibadah juga menjadi media pendidikan


administratif (idariyah) berkaitan dengan bagi masyarakat Lasem. Mbah Baidlowi
jabatan kiai sebagai pengasuh pesantren, dan kiai-kiai Lasem lainnya mendirikan
maka mau tidak mau kiai akan menangani sebuah sekolah diniyyah (keagamaan) di
masalah administrasi, memimpin, Masjid Jami' Lasem. Meskipun sekolah
mengawasi, dan sebagainya. Kesemuanya tersebut berlatar belakang sekolah
ini mengacu pada peran kepemimpinan keagamaan, tetapi pelajaran yang
ulama yang diutarakan oleh Prof. Dr. diajarkan tidak kalah dengan sekolah-
Muhammad Tholhah Hasan (Muhammad sekolah lain pada zamannya, antara lain
hasyim dkk, 2009: xv). dengan memuat pelajaran bahasa Inggris
Sebagai seorang yang memiliki dan Arab. Kenyataan ini tidak banyak
pondok pesantren serta pengembaraan diterapkan pada pesantren-pesantren NU.
ilmiah dalam bidang ilmu agama Sekolah tersebut bernama Madrasah Al-
khususnya, Mbah Baidlowi memiliki Jailiniyah dan gedungnya berada di area
kontribusi intelektual dalam mengajarkan Masjid Jami' Lasem. Sayangnya sekolah
ilmunya di pesantren atau melalui ini berhenti beroperasi 15 tahun setelah
ceramah di luar pesantren. Khusus kepada meninggalnya Mbah Baidlowi, tepatnya
santri, Mbah Baidlowi lebih menekankan tahun 1985 (Luthfi Thomafi, 2007: 144).
pada penguasaan ilmu-ilmu agama secara Pada tanggal 10 Oktober 1957 di
sempurna. Ada klasifikasi kitab kuning pondok pesantren Tegal Rejo Magelang
yang dibedakan dalam hal pengajarannya para kiai NU mendirikan suatu badan
oleh Mbah Baidlowi. Pertama, kitab yang otonom bernama Jam'iyah Ahli Thoriqoh
diajarkan oleh Mbah Baidlowi secara Muktabarah (Soelaiman Fadeli, 2007:
terus menerus. Jika selesai pembahasan 34). Badan otonom ini merupakan sebuah
dalam kitab tersebut maka akan diulang bentuk pengajian dari kalangan kaum
kembali proses pengajarannya. Kedua, Nahdliyin (orang-orang yang menjadi
kitab yang pengajarannya tidak dilakukan anggota Nahdlatul Ulama). Alasan utama
secara berulang-ulang. Beberapa bidang didirikannya Banom ini adalah untuk
keilmuan yang diajarkan Mbah Baidlowi membimbing organisasi-organisasi
kepada santrinya adalah perihal hukum- thoriqoh yang dinilai belum mengajarkan
hukum agama (fiqih), tata bahasa Arab amalan-amalan yang sesuai dengan Al-
(nahwu, shorof), aturan perilaku manusia Qur'an dan Al-Hadist. Selain itu Banom
(adab, tauhid, tasawuf). ini juga berfungsi untuk mengawasi
Selain mengajar di pesantrennya organisasi-organisasi thoriqoh agar tidak
sendiri, Mbah Baidlowi juga sempat menyalahgunakan pengaruhnya untuk
menjadi nadhir (ketua pembina) Masjid kepentingan yang tidak dibenarkan oleh
Jami' Lasem. Inilah yang menjadi salah ajaran agama Islam (Soelaiman Fadeli,
satu kontribusi spiritual Mbah Baidlowi. 2007: 104 – 105).4)
Pengelolaan masjid selain sebagai tempat Selama dua belas tahun, KH.

4)
Thoriqoh adalah metode untuk mengetahui sebuah sifat mana yang tercela yang kemudian dijauhi dan
mana yang terpuji yang kemudian diamalkan.

194
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013

Baidlowi menjabat sebagai Rois Akbar toleransi dan saling menghormati adalah
Ifaddhiyah Thoriqoh Muktabaroh . hal sangat diperhatikan oleh Mbah
Sebuah jabatan tertinggi dalam majelis Ma'shum. Begitu juga dengan Mbah
dzikir atau istighozah, yang dijabat Baidlowi. Pada Muktamar kedua NU di
sampai akhir hidupnya baru kemudian Surabaya tahun 1927 Mbah Baidlowi
Mbah Baidlowi lepas dari jabatan sempat menjadi anggota dewan
tersebut. Sebagai “petinggi” organisasi pertimbangan bersama dengan KH.
para ahli thoriqoh, Mbah Baidlowi Hasyim Asy'ari, Ridwan Abdullah
memiliki kewibaan tinggi dalam (pembuat lambang NU), Zuhdi, dan
komunitas thoriqoh. Mbah Baidlowi aktif sebagainya. Termasuk juga Mbah
menghadiri acara-acara perkumpulan Baidlowi menjabat sebagai Rois Syuriah
thoriqoh seperti muktamar. Tidak banyak NU cabang Lasem, meskipun tidak ada
yang mengetahui bahwa kedudukan penjelasan pasti kapan ia menjabatnya
Mbah Baidlowi ternyata adalah sebagai (wawancara dengan KH. Abdul Hamid
Mursyid (guru) thoriqoh (Abu Hizqil, Baidlowi).
tanpa tahun: 6). Periode tahun 1952-1952,
Nahdlatul Ulama merupakan merupakan masa-masa perpecahan di
sebuah organisasi massa berbasis agama tubuh Masyumi dengan keluarnya NU
terbesar yang ada di Indonesia. dari partai tersebut. Secara fulgar, Mbah
Pengabdiannya sebagai seorang ulama, Baidlowi meyakinkan masyarakat Lasem
menjadikan dia masuk dalam organisasi bahwa ia tetap mendukung NU sebagai
ini bersama dengan Mbah Ma'shum yang partai dan organisasi dakwahnya. Hal ini
juga sebagai suami dari adik Mbah setidaknya mampu mempengaruhi
Hamid, Nyai Masfuriyati. Bahkan Mbah masyarakat untuk lebih memilih NU dari
Ma'shum pernah berkata sebagai bentuk pada Masyumi atau partai lainnya di
rasa cintanya kepada NU: masa-masa selanjutnya. Mbah Baidlowi
mempersepsikan NU sebagai organisasi
…Engkau jangan sekali-kali membenci
Islam berbasis pedesaan sedangkan
NU, sebab membenci NU sama dengan
membenci aku karena NU itu saya yang Masyumi sebagai organisasi Islam
mendirikan bersama-sama ulama lain. berbasis perkotaan. Setidaknya ini
Meski demikian, kaupun jangan menjadi jalan tengah yang diambil Mbah
membenci Muhammadiyah. Jangan Baidlowi untuk meredakan konflik
pula membenci PNI dan partai-partai
lain… (Luthfi Thomafi, 2007: 131) masyarakat terkait perpecahan dalam
partai Islam. Ketika Islam dan politik
Ucapan yang disampaikan oleh Islam menjadi bulan-bulanan kaki tangan
Mbah Ma'shum tersebut mengandung arti kekuasaan, yang membela Islam dan
bahwa meskipun memiliki latar belakang kepentingan umatnya melalui lidah yang
organisasi dan pemahaman politik yang fasih adalah Mbah Baidlowi. Tidak peduli
berbeda, sesama muslim tidak seharusnya berhadapan dengan kekuasaan yang
saling terpecah belah. Asalkan tidak punya senjata, semua dilawannya
melakukan hal-hal yang menyebabkan (Murtadho Hadi, 2009: 38).
seseorang keluar dari Islam. Sikap Sebuah peristiwa penting pada

195
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz

perjalanan organisasi Nahdlatul Ulama Bil Syaukati” (Abu Hizqil, tanpa tahun: 9)
yang berkaitan dengan eksisitensinya Makna dari kalimat tersebut
sebagai organisasi yang cukup disegani adalah “Soekarno, dia adalah Presdien RI
adalah ketika para ulama dari NU yang syah dalam keadaan darurat”.
mengeluarkan fatwa atas kepemimpinan Akhirnya, keputusan itu dibawa pada
Soekarno sebagai pemimpin negara konferensi Alim Ulama di Mega
Indonesia. Pada Mei tahun 1953 di Mega Mendung, Bogor pada awal Mei 1953.
Mendung, Bogor, digelar sebuah Hasil tersebut tertuang pada bagian II ayat
Koferensi Alim Ulama se-Indonesia. 2 (Gema Muslimin Th.1, 1954: 76).
Latar belakang peristiwa tersebut adalah Melalui landasan fikih ini, NU mengakui
terjadinya pemberontakan yang diakukan Presiden Soekarno sebagai Waliyyul amri
oleh DI/TII pimpinan Kartoesowirjo al-dlaruri bi al-syaukah- suatu pengakuan
dengan mengatasnamakan Islam. yang biasa dilihat dengan sinisme oleh
Pemberontakan itu bertujuan untuk kalangan Masyumi (Irsjad Zamjani, 2010:
mewujudkan Indonesia menjadi sebuah xxxi).
Sebagai seorang ulama yang
negara berlandaskan syariat Islam.
memiliki spesifikasi ilmu hadist dan fiqih,
Presiden Soekarno meminta fatwa alim
menjadikan Mbah Baidlowi sebagai
ulama tentang keabsahannya sebagai
“penentu hukum” yang menjadi rujukan
presiden Republik Indonesia dari
beberapa ulama lainnya termasuk juga
pandangan syari'at Islam. Para Ulama,
masyarakat. Mbah Baidlowi merupakan
khususnya dari kalangan NU, melakukan
sosok yang memiliki tingkat kearifan
sidang untuk membahas persoalan
yang tinggi. Perlu ada pembedaan antara
tersebut di Denanyar, Jombang. Diantara
kealiman dengan kearifan. Jika kealiman
peserta yang hadir adalah Mbah Baidlowi
berkaitan dengan seberapa banyak ilmu
(Wawancara dengan KH. Abdul Hamid
yang didapat, kearifan cenderung kepada
Baidlowi).
Terjadi sebuah perdebatan antar proses bagaimana seseorang setelah
peserta yang saling berbeda pendapat mendapatkan ilmu tersebut. Dalam
mengenai permasalahan tersebut. berdialog dengan fenomena-fenomena
Musyawarah mengalami deadlock . yang terjadi pada masyarakat, Mbah
Akhirnya diputuskan untuk diadakan Baidlowi mempunyai pandangan
istirahat. Sewaktu terjadi perdebatan itu, (pemikiran) yang cukup realistis. Artinya
Mbah Baidlowi yang duduk di emperan adalah cukup kontekstual dalam
tempat musyawarah lebih memilih diam menterjemahkan nilai-nilai keislaman ke
dan belum menyampaikan pendapat dalam pergaulan masyarakat. Ketika
apapun. KH. Wahab Hasbullah, salah Lasem mengalami masa paceklik
seorang pencetus berdirinya NU, meminta pertanian, ada seorang kyai yang juga
pendapat Mbah Baidlowi. Setelah sidang seorang petani yang bertanya kepada
dibuka kembali, Mbah Baidlowi Mbah Baidlowi mengenai zakat fitrah
menyampaikan pandangannya mengenai dengan menggunakan jagung. Jawaban
masalah ini. Inti pendapatnya adalah Mbah Baidlowi dengan tenang
“Soekarno, Huwa Waliyyul Amri Adloruri mengiyakan atau memperbolehkan zakat

196
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013

dengan menggunakan jagung, meskipun (pembuat lambang NU), Zuhdi, dan


sempat ditentang oleh ulama lainnya. sebagainya. Sampai akhir hidupnya,
Banyak ulama dari kalangan NU Mbah Baidlowi secara de facto masih
pada masa Mbah Baidlowi menjadi menjabat sebagai rois syuriah NU cabang
Lasem dan mursyid (guru) thoriqoh atau
politikus dan menjadi bagian dari dewan tarekat Jam'iyah Ahli Thoriqoh
konstituante, salah satunya adalah Mbah Muktabarah, sebuah badan otonom dari
Ma'shum. Pilihan Mbah Baidlowi NU yang didirikan tahun 1957. Salah satu
cenderung lebih cenderung mengurus yang menjadi peran sentral Mbah
pesantren Al-Wahdah miliknya. Hidupnya Baidlowi dalam sejarah Indonesia adalah
ketika fatwanya di tahun 1953
didedikasikan untuk mengurus dan memberikan legitimasi kuat kepada
mengasuh pesantren serta madrasah di Soekarno sebagai presiden atau pemimpin
Masjid Jami' Lasem. Sampai kemudian ia yang sah di Indonesia. Bidang politik
meninggal pada tahun 1970 di Lasem. tampaknya menjadi hal yang sangat biasa
Kesimpulan bagi kiai tradisional ini. Tahun 1952
Sejak dalam periode kanak-kanak ketika NU secara resmi keluar dari partai
sampai remaja, KH. Baidlowi , atau yang Masyumi, Mbah Baidlowi termasuk
lebih akrab disapa dengan Mbah Baidlowi dalam kelompok yang setuju
mengikuti alur pendidikan keagamaan pengunduran NU dari partai yang
yang lumrah bagi kalangan keluarga kiai. dibentuk zaman penjajahan Jepang ini.
Mulai dari pendidian langsung dari sang Bahkan pemikiran Mbah Baidlowi yang
ayah, KH. Abdul Aziz sampai kepada cenderung terbuka dan apa adanya,
pendidikan ala Makkah di bawah asuhan menyatakan secara jelas di depan
KH. Mahfudz At-Turmusi, kiai kelahiran masyarakat Lasem bahwa ia tetap
Hindia Belanda. Pengalaman pendidikan konsisten berada di organisasi NU. Fakta
yang sedemikian matang itu, membawa ini telah menunjukka peran spiritual dan
kepada corak pemikiran Mbah Baidlowi sosial yang dibawa oleh Mbah Baidlowi
sebagai kiai spesialis fiqih atau ahli dalam semasa hidupnya. Terlepas dari itu ia
menentukan hukum-hukum agama. Di masih tetap konsisten menjalankan peran
Lasem sekitar tahun 1920, ia melanjutkan ilmiahnya sebagai pengasuh pesantren di
pengabdian ayahnya untuk mengelola Lasem.
sebuah pesantren yang pada zaman
ayahnya hanya sebuah surau kecil untuk
pengajian musiman. Disinilah peran Daftar Pustaka
ilmiah dalam mengajarkan
keilmuannyadan peran administratif Sumber Buku:
dalam mengelola dan mengasuh
pesantren diterapkan oleh Mbah Barton, Gerg. (2008) Biografi Gus Dur:
Baidlowi. The Authorized Biography of
Sejak didirikannya UN Nahdlatul Abdurrahman Wahid. Yogyakarta:
Ulama (NU) pada tahun 1926, sebagian LKis.
besar pesantren menjadi bagian dari
jaringan kuat NU. Begitu juga Mbah Fadeli, H. Soeleiman dan Subhan,
Baidlowi dengan komunitas pesantren Muhammad. (2007) Antologi NU:
miliknya. Pada Muktamar kedua NU di Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah.
Surabaya tahun 1927 Mbah Baidlowi Surabaya: Khalista.
sempat menjadi anggota dewan
pertimbangan bersama dengan KH. Fattah, M. Munawwir Abdul. (2006)
Hasyim Asy'ari, Ridwan Abdullah Tr a d i s i O r a n g - O r a n g N U .

197
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz

Yogyakarta: Pustaka Pesantren. SumberArsip:

Feally, Gerg. (2007) Ijtihad Politik Arsip pribadi Al-Haj Mudloffar


Ulama: Sejarah NU 1952 – 1967. Fathurrohman. Mengenal
Yogyakarta: LKis. Thoriqoh: Panduan Pemula
Mengenal Jalan Menuju Allah
Hadi, Murtadho. (2009) Jejak Spiritual Ta'ala
Abuya Dimyati. Jogjakarta:
Pustaka Pesantren. Arsip pribadi Al-Haj Mudloffar
Fathurrohman. Silsilah Bani
Hanun, Asrahah dkk. (2002) Pesantren di Shiddiq Jember
Jawa: Asal-usul, Perkembangan,
Arsip pribadi Al-Haj Mudloffar
dan Pelembagaan. Jakarta:
Fathurrohman. Silsilah Al
DepartemenAgama RI-INCIS.
Lasimiyah
Hasan, Abdul Halim, et.al. (1994)
Menapak Jejak Mengenal Tokoh.
Jakarta: Yayasan Saifudin Zuhri. Sumber Koran atau Majalah:
Hasyim, Muhammad dan Athoillah, Soera Moeslimin Indonesia, No. 3 ( 1
Ahmad. (2009) Khazanah Pebroeari 2604 / 6 Safar 1363).
Khatulistiwa, Potret Kehidupan
dan Pemikiran Kiai-Kiai Gema Muslimin, Th.1 (April 1954).
Nusantara. Babat: Kakilangit.
Chalid, Idam. “Soal Walijjul Amri:”,
R.M. Panji Khamzah, Carita Lasem. dalam Gema Muslimin , Th.1
Tanpa Kota: Tanpa Penerbit. (April 1954).
Tanpa Tahun.
Noeh, Ahmad Zaini. “Waliyul Amri
Suseno, Magnis. 1984. Etika Jawa: Dharuri bis Syaukati; Antara
Sebuah Analisa Falsafi tentang Fakta, Historis, dan Politik”,
Kebijaksanaan Hidup Jawa. PT. dalam Panji Mas, No. 456 Th.
Gramedia: Jakarta. 1985.
Thomafi, M. Luhfi. (2007) MBAH Kompas, 31 Maret 2012.
MA'SHUM LASEM; The
Authorized Biography of KH.
Ma'shum Ahmad. Yogyakarta:
Pustaka Pesantren. Sumber Wawancara:
Zamjani, Irsyad.. (2009) Sekularisasi 1. KH. Abdul Hamid Baidlowi,
Setengah Hati: Politik Islam Pengasuh pesantrenAl-Wahdah.
Indonesia dalam Periode Putera bungsu KH. Baidlowi.
Formatif. Jakarta: Dian Rakyat. Usia : 74 Tahun
Alamat : Desa Sumber
Girang Kec. Lasem Kab. Rembang

198
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013

2. KH. Maimun Zubair, Pengasuh Tolibin Rembang.


PesantrenAl-Anwar. Usia : 68 Tahun
Santri dan menantu KH. Baidlowi. Alamat : Pondok Pesantren
Usia : 84 Tahun Roudhotut Tholibin, Rembang
Alamat : S a r a n g ,
Rembang. 5. M. Luthfi Thomafi, pengasuh
pesantrenAl-Hamidiyah.
3. Gus Novi (Abu Hizqil) Penulis buku “Biografi Mbah
Cucu KH. Baidlowi Ma'shum Lasem”.
Usia : 45 Tahun Usia : 45 Tahun
Alamat : Desa Sumber Alamat : Desa Soditan
Girang Kec. Lasem Kab. Rembang Kec. Lasem Kab. Rembang

4. KH. Mustofa Bisri


Pengasuh Pesantren Roudlotut

199

You might also like