Professional Documents
Culture Documents
Untitled
Untitled
Author :
M. Nilzam Aly | nilzamsvarna@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Angkatan
Gayung Kasuma | gekasuma@gmail.com
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya, Jl Darmawangsa Dalam Selatan
Abstract
This research focuses about the life and cogitation concept (fatwa) of a religious figure from Islamic Organization NU
(Nahdlatul Ulama), KH. Baidlowi bin Abdul Aziz. Figure who was born in 1880 gives an influence of his cogitation in
history of NU in Indonesia. Because came of Islamic boarding house family, KH. Baidlowi spend his education in religion
sector in Indonesia and abroad, Saudi Arabian. More than twenty years having education process, KH. Baidlowi
continues dedication of his father in managing Al-Wahdah Islamic boarding school. His capability in religion sector,
especially in Fiqh makes him as Syuriah chief of Nahdlatul Ulama and Thoriqoh Mu’tabaroh association until his
death in 1970, in Lasem. In this research, the researcher finds that KH. Baidlowi as NU figure has national rule. His
religious advice about Waliyyul Amri Addhoruri Bis-syaukah in 1952 gives strong legitimation to Ir. Soekarno as a legal
President when rebellion of DI/TII Kartosoewirjo head is run. This religious advice be the social agreement for all of the
Islamic expert from the Islamic classes variety in national Islamic expert conference, in 1954. Although his capability has
been recognized nationally, KH.Baidlowi stays to choose managing Al Wahdah Islamic boarding school in Lasem.
Daftar Pustaka :
1. Gerg Barton , (2008). Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta : LKiS
2. Gerg Feally, (2007). Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952 – 1967. Yogyakarta : LKiS
3. Asrahah Hanun, (0000). Pesantren di Jawa: Asal-usul, Perkembangan, dan Pelembagaan. Jakata : Departemen
Agama RI-INCIS
4. R.M. Panji Khamzah, (0000). Crita Lasem. - : -
5. M. Luhfi Thomafi, (2007). MBAH MA’SHUM LASEM; The Authorized Biography of KH. Ma’shum Ahmad.
Yogyakarta : Pustaka Pesantren
*)
Mahasiswa Jurusan Ilmu SejarahAngkatan 2008, Email nilzamsvarna@gmail.com
2)
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UniversitasAirlangga Surabaya
189
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz
190
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
191
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz
bisa jadi sangat melekat erat pada kultural Hasyim Asy'ari Jombang, dan jika ingin
Pesantren ditarik berdasarkan faktor belajar ilmu nahwu dan ilmu-ilmu alat
historis kedua kebudayaan tersebut.3) mampirlah ia kepada Mbah Manaf
Lirboyo atau Syaikhona Kholil
Riwayat Pendidikan KH. Baidlowi Bangkalan. Perlu menjadi catatan adalah
Lahir pada tanggal 12 Syawal 1297
meskipun kiai-kiai tersebut ahli dalam
Hijriyah atau dalam kalender Masehi
bidang tertentu, tidak menutup
adalah 17 September 1880, Baidlowi
kemungkinan mereka memiliki
menghabiskan masa kecil di Lasem
kemampuan di cabang keilmuan lainnya
sampai umurnya beranjak remaja. Sejak
(Murtadlo Hadi, 2009: 38)
kecil hingga menginjak dewasa, Baidlowi Sebagai permulaan, Baidlowi tidak
muda mencari banyak pengetahuan perlu berpergian jauh untuk belajar agama
kepada berbagai kiai, baik di Lasem karena dia lahir di lingkungan yang
maupun luar Lasem seperti Sarang, Solo, terdapata pengajian-pengajian kecil.
Bojonegoro, hingga ke Makkah. Ayahnya adalah seorang guru dari
Perjalanan ilmiah Baidlowi muda kepada pengajian itu. Melalui sang Ayah, Mbah
banyak ulama kemudian memunculkan Baidlowi belajar membaca dan menulis
pertanyaan “Mengapa dan untuk apa dia Arab, termasuk membaca Al-Qur'an.
belajar sedemikian banyak kepada para Selama kurang lebih 7 tahun berada
ulama?”. Terdapat berbagai argumen yang dibawah didikan KH. Abdul Aziz,
bisa disampaikan terkait hal tersebut. Baidlowi kecil kemudian melanjutkan
Pada masa-masa ini tradisi
pendidikan agama di bawah asuhan KH.
masyarakat yang ingin belajar ilmu agama
Umar bin Harun Sarang (Abu Hizqil,
kepada ulama dilakukan secara
tanpa tahun: 2). Jiwa kepemimpinan
berpindah-pindah (nomaden). Istilah lain
Mbah Baidlowi dibentuk dalam
yang digunakan adalah santri kelana
pendidikan pesantren ini sehingga sempat
(Gerg Barton, 2010:32). Berbeda dengan
diangkat menjadi lurah pondok. Baidlowi
sistem pembelajaran klasikal yang telah
yang beranjak muda ini nyantri kepada
diterapkan oleh banyak pondok pesantren
KH. Umar selama 10 tahun. Jika melihat
pada zaman setelahnya. Tradisi ini
kenyataan bahwa Mbah Baidlowi mengaji
dilakukan karena seorang kiai memiliki
di Sarang selama 10 tahun maka hal itu
spesialisasi ilmu sendiri-sendiri sesuai
bukan waktu yang pendek. Masa-masa ini
bidangnya. Sekedar menyebut, dahulu
menjadi masa yang sangat penting
ketika seseorang ingin mendalami ilmu
terhadap pemikiran keagamaan Baidlowi
fiqih, ia tentu akan berkunjung ke Mbah
muda. KH. Umar merupakan orang
Umar bin Harun Sarang. Jika ingin belajar
penting kedua setelah KH. Abdul Aziz
hadist maka ia akan belajar kepada KH.
yang memiliki saham besar dalam
3)
Secara garis besar lembaga pondok pesantren dibagi dalam dua kelompok besar. Pertama, Pesantren
Modern (Khalafy) yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah atau sekolah
yang dikembangkan secara klasikal. Kedua, Pesantren Tradisional (Salafy) yang tetap mempertahankan
pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai inti pendidikan pesantren. Sedangkan Kitab kuning
adalah sebutan untuk buku-buku berhuruf arab yang biasa dipakai dilingkungan pondok pesantren.
Dinamakan kitab kuning karena kebanyakan kertas yang dipakai berwarna kuning atau mungkin juga
karena sudah usang.
192
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
pendidikan keagamaan Mbah Baidlowi. muda menjual beberapa kitab yang telah
Hal ini juga terbukti dalam jenjang dimilikinya (Abu Hizqil, tanpa tahun: 2)
pendidikan selanjutnya. Kitab terakhir yang dimilikinya
Baidlowi muda kemudian adalah kitab Ihya' 'ulumuddin. Perubahan-
melanjutkan pendidikan keagamaannya perubahan politik dan identitas
di pesantren Jamsaren Solo, yang diasuh keagamaan yang terjadi di Makkah dan
oleh Kiai Idris selama lima tahun. Selain kesulitan ekonomi yang melanda wilayah
sebagai santri, Baidlowi juga diberikan itu menyebabkan banyak orang-orang
kesempatan untuk mengajar kitab-kitab yang berasal dari luar Makkah kembali ke
tertentu. Selesai dari Solo, Baidlowi muda negaranya masing-masing. Begitu pula
ini melanjutkan pendidikan dengan Baidlowi yang pulang ke
keagamaannya di Makkah. Selain berguru Indonesia. Baidlowi pulang dengan
kepada ulama-ulama Makkah, Mbah menggunakan kapal laut transit di India
Baidlowi juga belajar kepada KH. kemudian melanjutkan perjalanan darat
Mahfudz At-Turmusi seorang kiai yang serta laut melewati Thailand, Malaysia,
berasal dari Indonesia. Kepada KH. Singapura, kemudian tiba di Jawa (Abu
Mahfudz At-Turmusi Baidlowi muda Hizqil, tanpa tahun: 3). Selesai menjalani
mendalami kajian ilmu hadist. Di masa proses pendidikan dari Makkah, dua tahun
itu, sulit rasanya belajar ke negeri orang kemudian Baidlowi muda meninggalkan
jika tidak memiliki akses ekonomi yang masa lajangnya dengan menikahi
cukup kuat (wawancara dengan Luthfi Halimah, putri dari KH. Shiddiq Rembang
Thomafi, 26 Maret 2012). Hal ini terjadi pada usia sekitar 27 tahun. Termasuk juga
karena kondisi Indonesia saat itu yang menjadi pengasuh di pesantren yang dulu
masih dalam masa penjajahan, sehingga menjadi tempat pengajian Ayahnya, KH.
cukup sulit jika ada beberapa masyarakat AbdulAziz.
yang hendak melanjutkan pendidikan di
luar Indonesia. Masa-masa remaja Kontribusi Sosial Kemasyarakatan
KH. Baidlowi
Baidlowi dihabiskan di negara dimana
Secara khusus kontribusi Mbah
terdapat kiblat umat muslim ini.
Baidlowi terbagi dalam empat tipe.
Awal tahun 1900-an terjadi
Pertama, kontribusi intelektual (ilmiyah)
pertikaian antara Arab Saudi dengan Turki
seperti sebagai kiai yang memiliki
Ottoman. Syarif Husain yang memimpin
pesantren dan mengajar di sana. Kedua,
orang-orang Arab berhasil mengusir
kontribusi spiritual (rohaniyah) berkaitan
pasukan Turki dari tanah suci dan ingin
dengan kedudukan kiai yang seringkali
keluar dari kekuasaan kekhalifahan Turki
bertindak sebagai pemimpin doa, menjadi
Ottoman. Kebencian Arab Saudi terhadap
imam sholat, juga sebagai pimpinan
Turki melebar kepada orang-orang yang
thoriqot . K etiga , kontribusi sosial
berasal dari Turki yang tinggal di sekitar
(ijtima'iyah) berkaitan dengan
Ka'bah dan mereka juga ikut diusir.
kepercayaan yang diemban kiai dari
Pertikaian ini menyebabkan penduduk
masyarakat sebagai seorang pimpinan
Makkah dilanda kelaparan. Untuk
atau dalam aktivitas lain seperi menjadi
mencukupi kebutuhannya, Baidlowi
ketua organisasi, tokoh politik dan
193
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz
4)
Thoriqoh adalah metode untuk mengetahui sebuah sifat mana yang tercela yang kemudian dijauhi dan
mana yang terpuji yang kemudian diamalkan.
194
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
Baidlowi menjabat sebagai Rois Akbar toleransi dan saling menghormati adalah
Ifaddhiyah Thoriqoh Muktabaroh . hal sangat diperhatikan oleh Mbah
Sebuah jabatan tertinggi dalam majelis Ma'shum. Begitu juga dengan Mbah
dzikir atau istighozah, yang dijabat Baidlowi. Pada Muktamar kedua NU di
sampai akhir hidupnya baru kemudian Surabaya tahun 1927 Mbah Baidlowi
Mbah Baidlowi lepas dari jabatan sempat menjadi anggota dewan
tersebut. Sebagai “petinggi” organisasi pertimbangan bersama dengan KH.
para ahli thoriqoh, Mbah Baidlowi Hasyim Asy'ari, Ridwan Abdullah
memiliki kewibaan tinggi dalam (pembuat lambang NU), Zuhdi, dan
komunitas thoriqoh. Mbah Baidlowi aktif sebagainya. Termasuk juga Mbah
menghadiri acara-acara perkumpulan Baidlowi menjabat sebagai Rois Syuriah
thoriqoh seperti muktamar. Tidak banyak NU cabang Lasem, meskipun tidak ada
yang mengetahui bahwa kedudukan penjelasan pasti kapan ia menjabatnya
Mbah Baidlowi ternyata adalah sebagai (wawancara dengan KH. Abdul Hamid
Mursyid (guru) thoriqoh (Abu Hizqil, Baidlowi).
tanpa tahun: 6). Periode tahun 1952-1952,
Nahdlatul Ulama merupakan merupakan masa-masa perpecahan di
sebuah organisasi massa berbasis agama tubuh Masyumi dengan keluarnya NU
terbesar yang ada di Indonesia. dari partai tersebut. Secara fulgar, Mbah
Pengabdiannya sebagai seorang ulama, Baidlowi meyakinkan masyarakat Lasem
menjadikan dia masuk dalam organisasi bahwa ia tetap mendukung NU sebagai
ini bersama dengan Mbah Ma'shum yang partai dan organisasi dakwahnya. Hal ini
juga sebagai suami dari adik Mbah setidaknya mampu mempengaruhi
Hamid, Nyai Masfuriyati. Bahkan Mbah masyarakat untuk lebih memilih NU dari
Ma'shum pernah berkata sebagai bentuk pada Masyumi atau partai lainnya di
rasa cintanya kepada NU: masa-masa selanjutnya. Mbah Baidlowi
mempersepsikan NU sebagai organisasi
…Engkau jangan sekali-kali membenci
Islam berbasis pedesaan sedangkan
NU, sebab membenci NU sama dengan
membenci aku karena NU itu saya yang Masyumi sebagai organisasi Islam
mendirikan bersama-sama ulama lain. berbasis perkotaan. Setidaknya ini
Meski demikian, kaupun jangan menjadi jalan tengah yang diambil Mbah
membenci Muhammadiyah. Jangan Baidlowi untuk meredakan konflik
pula membenci PNI dan partai-partai
lain… (Luthfi Thomafi, 2007: 131) masyarakat terkait perpecahan dalam
partai Islam. Ketika Islam dan politik
Ucapan yang disampaikan oleh Islam menjadi bulan-bulanan kaki tangan
Mbah Ma'shum tersebut mengandung arti kekuasaan, yang membela Islam dan
bahwa meskipun memiliki latar belakang kepentingan umatnya melalui lidah yang
organisasi dan pemahaman politik yang fasih adalah Mbah Baidlowi. Tidak peduli
berbeda, sesama muslim tidak seharusnya berhadapan dengan kekuasaan yang
saling terpecah belah. Asalkan tidak punya senjata, semua dilawannya
melakukan hal-hal yang menyebabkan (Murtadho Hadi, 2009: 38).
seseorang keluar dari Islam. Sikap Sebuah peristiwa penting pada
195
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz
perjalanan organisasi Nahdlatul Ulama Bil Syaukati” (Abu Hizqil, tanpa tahun: 9)
yang berkaitan dengan eksisitensinya Makna dari kalimat tersebut
sebagai organisasi yang cukup disegani adalah “Soekarno, dia adalah Presdien RI
adalah ketika para ulama dari NU yang syah dalam keadaan darurat”.
mengeluarkan fatwa atas kepemimpinan Akhirnya, keputusan itu dibawa pada
Soekarno sebagai pemimpin negara konferensi Alim Ulama di Mega
Indonesia. Pada Mei tahun 1953 di Mega Mendung, Bogor pada awal Mei 1953.
Mendung, Bogor, digelar sebuah Hasil tersebut tertuang pada bagian II ayat
Koferensi Alim Ulama se-Indonesia. 2 (Gema Muslimin Th.1, 1954: 76).
Latar belakang peristiwa tersebut adalah Melalui landasan fikih ini, NU mengakui
terjadinya pemberontakan yang diakukan Presiden Soekarno sebagai Waliyyul amri
oleh DI/TII pimpinan Kartoesowirjo al-dlaruri bi al-syaukah- suatu pengakuan
dengan mengatasnamakan Islam. yang biasa dilihat dengan sinisme oleh
Pemberontakan itu bertujuan untuk kalangan Masyumi (Irsjad Zamjani, 2010:
mewujudkan Indonesia menjadi sebuah xxxi).
Sebagai seorang ulama yang
negara berlandaskan syariat Islam.
memiliki spesifikasi ilmu hadist dan fiqih,
Presiden Soekarno meminta fatwa alim
menjadikan Mbah Baidlowi sebagai
ulama tentang keabsahannya sebagai
“penentu hukum” yang menjadi rujukan
presiden Republik Indonesia dari
beberapa ulama lainnya termasuk juga
pandangan syari'at Islam. Para Ulama,
masyarakat. Mbah Baidlowi merupakan
khususnya dari kalangan NU, melakukan
sosok yang memiliki tingkat kearifan
sidang untuk membahas persoalan
yang tinggi. Perlu ada pembedaan antara
tersebut di Denanyar, Jombang. Diantara
kealiman dengan kearifan. Jika kealiman
peserta yang hadir adalah Mbah Baidlowi
berkaitan dengan seberapa banyak ilmu
(Wawancara dengan KH. Abdul Hamid
yang didapat, kearifan cenderung kepada
Baidlowi).
Terjadi sebuah perdebatan antar proses bagaimana seseorang setelah
peserta yang saling berbeda pendapat mendapatkan ilmu tersebut. Dalam
mengenai permasalahan tersebut. berdialog dengan fenomena-fenomena
Musyawarah mengalami deadlock . yang terjadi pada masyarakat, Mbah
Akhirnya diputuskan untuk diadakan Baidlowi mempunyai pandangan
istirahat. Sewaktu terjadi perdebatan itu, (pemikiran) yang cukup realistis. Artinya
Mbah Baidlowi yang duduk di emperan adalah cukup kontekstual dalam
tempat musyawarah lebih memilih diam menterjemahkan nilai-nilai keislaman ke
dan belum menyampaikan pendapat dalam pergaulan masyarakat. Ketika
apapun. KH. Wahab Hasbullah, salah Lasem mengalami masa paceklik
seorang pencetus berdirinya NU, meminta pertanian, ada seorang kyai yang juga
pendapat Mbah Baidlowi. Setelah sidang seorang petani yang bertanya kepada
dibuka kembali, Mbah Baidlowi Mbah Baidlowi mengenai zakat fitrah
menyampaikan pandangannya mengenai dengan menggunakan jagung. Jawaban
masalah ini. Inti pendapatnya adalah Mbah Baidlowi dengan tenang
“Soekarno, Huwa Waliyyul Amri Adloruri mengiyakan atau memperbolehkan zakat
196
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
197
Pemikiran Dan Kesederhanaan: Biografi Kh. Baidlowi Bin Abdul Aziz
198
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 2, No.2
Juni 2013
199