Professional Documents
Culture Documents
11-Article Text-40-1-10-20220331
11-Article Text-40-1-10-20220331
Abstrak
The Ketambe Research Station is an important habitat for the Sumatran
orangutan (Pongo abelli), which experiences many disturbances from the
community, such as forest encroachment and illegal logging. This condition
has caused 7% habitat destruction. The impact of habitat destruction has led
to a decline in the orangutan population. This study aims to determine the
population of Sumatran orangutans at the Ketambe research station. The
study took place at the Ketambe research station, Mount Leuser National Park
(TNGL) Aceh Tenggara, for three months from April to June 2021, using the
purposive sampling method, and the orangutan population data collection
technique using the line transect method as many as 9 (nine) transects. ,
placed: riverbanks, plains, ridges, and mountain peaks. Data analysis for this
study used the formula d = N / 2 w L: Estimating nest density (d), number of
nests (N), length of observation path (L), width of observation path (w),
according to (Van Schaik, 1995) is Estimated density of each nest/species
found. The observation paths are 1 km long each and the left and right are 25
m wide, the Sumatran orangutan population density found is 0.7291
Individuals/Km², with a total of 104 nests. From the total area of observation
45 ha (450,000m²). Based on the results of the study, the most preferred type
of meranti (hopea cernua) was the Sumatran orangutan for making nests at
the ketambe research station. The most distribution of nests based on diameter
size is 21-40 cm, based on nest height is at a height of 10-20 m, based on nest
position is in position 1, based on nest class is in class C, and based on tree
height is in class 15-25 m. Based on the results obtained, the types of trees
that orangutans prefer for nesting can be used as a type of planting activity,
orangutan habitat restoration.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orangutan merupakan satu-satunya jenis kera besar yang dapat ditemukan di
Asia, yang sebarannya meliputi Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Saat ini
ada tiga jenis orangutan yang hidup di Indonesia yaitu orangutan sumatera
(Pongo abelii), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan tapanuli
METODE PENELITAN
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode (purposive sampling), dan teknik
pengambilan data populasi orangutan menggunakan metode line transect yang
dibuat berdasarkan keberadaan sarang (purposive sampling) dengan jumlah
transek sebanyak 9 (sembilan) transek, di tempatkan pada; Pinggir sungai, dengan
ketinggian 400-500 mdpl, lereng dengan ketinggian 500-600, mdpl punggungan,
dataran dengan ketinggian 400-500 mdpl, dan Bukit dengan ketinggian 1000-1100
mdpl, berikut beberapa tempat yang akan di amati untuk pengambilan data
estimasi populasi orangutan di kawasan penelitian. Tipe habitat pada jalur tersebut
adalah hutan sekunder. Adapun jarak transek pertama dengan transek kedua yaitu
1 km (1000 m), di Kawasan Stasiun Penelitian Ketambe Taman Nasional Gunung
50
36
12
6
Jumlah Sarang
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa posisi sarang yang
paling banyak dijumpai pada lokasi penelitian tersebut yakni posisi 1
sebanyak 46 sarang, dan yang paling sedikit ditemukan pada posisi 4 sebanyak
3 sarang sedangkan pada posisi 0 tidak ditemukan adanya sarang. Posisi
sarang dapat dilihat pada gambar 3.
19
3
0
Posisi I Posisi II Posisi III Posisi IV Posisi V
Gambar 3. Posisi sarang pada pohon sarang
Gambar 3 dapat dilihat bahwa posisi 1 merupakan posisi yang paling disukai
yang terletak pada batang utama, dimana pada posisi tersebut pohon lebih kuat
untuk menampung bobot tubuh orangutan, baik jantan maupun betina, dan
anaknya. Hal ini diduga sangat ditentukan oleh faktor kesesuaian pohon untuk
membangun sarang, mudah tidaknya mendapatkan bahan membuat sarang, dan
kenyamanan orangutan itu sendiri. Pengamatan ini sesuai dengan penelitian
(Swandi, 2000), yang menyatakan bahwa orangutan menyukai tempat untuk
membangun sarang pada posisi 1 (satu). Secara umum posisi ini mempunyai
bahan sarang yang melimpah. Cabang-cabang yang mengelompok pada bagian ini
secara vertikal maupun horizontal mempermudah pembentukan lingkaran sarang,
mangkuk sarang, dan penyangga sarang yang mampu menopang berat tubuh
orangutan. Posisi 2 (dua) hampir sama dengan posisi 1 (satu) dimana mampu
menampung bobot orangutan dewasa, sedangkan pada posisi 3 (tiga) digunakan
untuk orangutan remaja untuk membuat sarang dan untuk tempat bermain dan
istrahat.
Pernyataan Muslim dan Ma’ruf, (2016) bahwa orangutan yang menggunakan
cabang utama biasanya adalah orangutan jantan dewasa, sesuai dengan berat dan
besar tubuhnya, serta betina dewasa yang memiliki anak karena posisi ini mampu
untuk menahan beban yang cukup berat. Posisi ujung dahan biasanya dipakai oleh
orangutan remaja atau yang tidak terlalu berat. Posisi pucuk pohon dipilih oleh
orangutan untuk mempermudah mengamati gangguan dari luar. Pada penelitian
ini tidak ditemukan adanya posisi sarang orangutan sumatera (Pongo abelii) pada
jalur pengamatan yang berada di permukaan tanah (posisi 0). Tidak ditemukan
sarang orangutan karena untuk melindungi dirinya dari serangan predator. Hal ini
berbeda pula dengan orangutan kalimantan yang membuat sarang pada posisi 0.
26
9
0
0 - 10 m .11 - 20 m .21 - 30 m .31 - 40 m
Gambar 4 Jumlah sarang orangutan berdasarkan tinggi sarang pada pohon
sarang
26
11
0
0 - 10 m .11 - 20 m .21 - 30 m .31 - 40 m
Gambar 5. Tinggi pohon sarang di lokasi pengamatan
25
7 4 1 1 0 3
0 - 20 .21 - 40 .41 - 60 .61 - 80 .81 - 100 .101 - .121 - .141 -
120 140 160
Gambar 6. Diameter pohon sarang
Gambar 6, menjelaskan bahwa sarang paling tinggi ditemukan pada pohon dengan
ukuran diameter 21-40 cm, sebanyak 63 sarang. secara keseluruhan sarang relatif
lebih banyak di bangun pada pohon yang ukuran diameter 21-40 cm. Pemilihan
ukuran diameter berkaitan dengan kekuatan pohon sarang untuk menopang dan
memberikan kenyamanan pada orangutan, karena pada umumnya orangutan
akan mencari pohon berdiameter yang sesuai dengan berat tubuhnya. Namun
faktor lainnya yang mempengaruhi diameter pohon sarang yaitu jumlah jenis
pohon pakan yang berada disekitar sarang, karena pada umumnya orangutan akan
membuat sarang dekat dengan sumber pakan.
Penelitian yang dilakukan (Fahlevi, 2018) menunjukan kecenderungan
orangutan untuk membuat sarang pada pohon dengan ukuran diameter yang lebih
kecil yaitu rata-rata diameter pohon sarang adalah 23,71 cm. Hasil penelitian
(Kuswanda, 2014) di kawasan hutan batang toru menunjukkan bahwa orangutan
umumnya menyukai pohon dengan diameter 16–35 cm. Kelompok pohon ini
memiliki cabang dan ranting yang kuat dan berdaun lebat sehingga dapat
menambah kenyamanan tidur bagi orangutan.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kepadatan
populasi orangutan sumatera rata-rata di temukan sebanyak 0,7291 individu/Km²,
dengan jumlah keseluruhan 104 sarang, Sebaran karateristik sarang lebih banyak
Saran
Disarankan untuk konservasi orangutan di Stasiun Riset Ketambe Taman
Nasional Gunung Leuser, untuk meperbaiki habitat di lokasi penelitian dengan
menanami vegetasi yang disukai orangutan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, U.S.S., Rifqi, M.A. 2012. Buku panduan survei Orangutan. In forum
orangutan,
Indonesia.https://www.iucnredlist.org/species/121097935/123797627pong
o-abelli diakses pada tanggal 8-februari-2021.
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser [BBTNGL] . 2019. Keputusan
Kepala Balai Besar TNGL, tentang Sarana dan Prasara di Stasiun
penelitian Ketambe.
Fahlevi, R, Atmoko, U.S.S., Rifqi, M.A. (2018) Kepadatan Populasi Orangutan
Sumatera [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara 2018.
Fkl; TNGL Taman Nasional Gunung Leuser, 2020. Kondisi Taman Nasional
Gunung leuser. Laporan kerja
Kuswanda. 2014. Identifikasi jenis pohon bersarang orangutan, batang toru
[Skripsi]. Universitas Sumatrera Utara.
Prayogo H, Thohari, A M, Solihin, Duryadi D, Prasetyo, Budi L, Sugardjito
dan/and Jito. 2016. Permodelan Kesesuaian Habitat Orangutan
Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Koridor Satwa Kapuas
Hulu Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian hutan dan pelestarian alam.
Vol. 13 No. 2,: 137-150
Meijarard, E., H.D. Rijksen, S.N. Kartikasari. 2001, Di Ambang Kepunahan,
Kondisi Orangutan Liar. Peyuting S.N Kartikasari. The Gibbon
Foundation Indonesia. Jakarta.
Misdi. 2019. Karakteristik Pohon Sarang Dan Keberadaan Sarang Baru
Orangutan, [Tesis]. Uiversitas Nasional (UNAS).
Muslim., Ma’ruf, 2016. Analisis jenis pohon sarang orangutan, [Skripsi].
Universitas Sumatera Utara.
Nurcholisudin. 2020. Jenis Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo Abelii
Lesson, 1827) Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Stasiun Penelitian
Ketambe Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi Hewan. Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry [Skripsi]
Banda Aceh 2020.