Professional Documents
Culture Documents
2 PB
2 PB
DOI : dx.doi.org/10.26418/jpmipa.v11i2.37996
Abstract
Diarrhea and vomiting are often caused by E coli bacteria. E coli
bacteria has a strain of Shigatoxigenic Escherichia coli (STEC),
producing Shiga poisons or poisons such as Shiga (verotoxin) which
are harmful and pollute nature. This strain of the E coli bacterium has
a detrimental effect because it excludes one or both types of Shiga Like
Toxin -1 (Stx -1) and Shiga Like Toxin-2 (Stx-2) toxins. This bacterial
infection has the potential as a zoonotic agent because it has been found
in feces and sheep meat, feces and beef meat, chicken feces and human
feces. If this bacterial colony inceases in the digestive tract of poultry it
will disturb the productivity of the livestock. Therefore it must be
watched out and studied more deeply. The objectives of the study are 1)
to see the inhibitory power of chitosan on the growth and development
of E coli bacteria in vitro 2) the test of digestibility of dry matter (BK)
and crude protein (PK) ration in vitro. The treatments given in this test
are: R0 = control (without chitosan), R1 = 0.5% chitosan, R2 = 1%
chitosan, R3 = 1.5% chitosan, R4 = 2% chitosan, R5 = 2.5% chitosan.
The parameters measured were 1) inhibition of chitosan against E. coli
growth based on clear zone diameter 2) digestibility of dry matter (BK)
and crude protein (PK) ration in vitro. The results showed that the
higher level of chitosan administration showed greater inhibition,
which was indicated by the greater diameter of the clear zone caused.
The provision of 2.5% chitosan shows medium inhibition that is has a
range of 10-14 mm. The addition of a dose of 1.5% chitosan in the
ration was able to increase the digestibility of dry matter by 7.86% and
the digestibility of crude protein 11.20% higher than the control
treatment (without chitosan). The conclusion of this study is that
chitosan can inhibit the growth of E coli and improve the digestibility
of dry matter (BK) and crude protein (PK) for the better.
Received : 16/12/2019
Revised : 10/05/2020
Accepted : 26/07/2020
231
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol. 11, No. 2 (2020) h. 230-242
Abstrak
Penyakit diare dan muntah-muntah sering disebabkan oleh bakteri E
coli. Bakteri E coli memiliki strain Shigatoxigenic Escherichia coli
(STEC), menghasilkan racun Shiga atau racun seperti Shiga
(verotoxin) yang berbahaya dan mencemari alam. Strain dari bakteri
E coli ini mempunyai efek merugikan karena mengeluarkan salah satu
atau kedua jenis toxin Shiga Like Toxin -1 (Stx -1) maupun Shiga Like
Toxin-2 (Stx-2). Infeksi bakteri ini berpotensi sebagai agen zoonosis
karena sudah pernah ditemukan pada feses dan daging domba, feses dan
daging sapi serta feses ayam dan feses manusia. Jika koloni bakteri ini
tinggi dalam saluran pencernaan unggas akan mengganggu
produktivitas ternak tersebut. Oleh sebab itu harus diwaspadai dan
dikaji lebih mendalam. Tujuan penelitian adalah 1) melihat daya
hambat kitosan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bakteri E coli
secara in vitro 2) menguji kecernaan bahan kering (BK) dan protein
kasar (PK) ransum secara in vitro. Perlakuan yang diberikan dalam
pengujian ini adalah: R0 = kontrol (tanpa kitosan), R1 = 0,5% kitosan,
R2 = 1 % kitosan, R3 = 1,5% kitosan, R4 = 2% kitosan, R5 = 2,5%
kitosan. Parameter yang diukur adalah 1) daya hambat kitosan
terhadap pertumbuhan E. coli berdasarkan diameter zona bening (in
vitro) 2) kecernaan bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) ransum
secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi
level pemberian kitosan menunjukkan daya hambat yang semakin besar
yang ditandai oleh semakin besarnya diameter zona bening yang
ditimbulkan. Pemberian 2,5% kitosan menunjukkan daya hambat
sedang yaitu memiliki range 10 - 14 mm. Penambahan dosis 1,5%
kitosan dalam ransum, mampu meningkatkan kecernaan bahan kering
7,86% dan kecernaan protein kasar 11,20% lebih tinggi dari perlakuan
kontrol (tanpa kitosan). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa kitosan
mampu menghambat pertumbuhan E coli dan meningkatkan kecernaan
bahan kering (BK) serta protein kasar (PK) menjadi lebih baik.
diare, demam dan muntah. Suardana, yang sangat bermanfaat bagi tubuh
et al. (2010) menjelaskan bahwa telah manusia. Jika kitosan dicampurkan
ditemukan shiga like toxin dari ke dalam pakan atau air minum
Eschericia coli O157: H7 pada feses diharapkan akan menjaga tubuh
sapi, feses ayam, daging sapi, dan ternak dari paparan kuman serta
feses manusia yang mengindikasikan meningkatkan daya imun ternak
keberadaan bakteri tersebut sebagai tersebut. Kecuali itu kitosan yang
agen zoonosis yang sangat merupakan serat hewan ini akan
membahayakan dan mengancam menstimulasi pertumbuhan dan
kehidupan. Bakteri E coli jenis ini perkembangan mikroba yang bersifat
juga banyak hidup di alam seperti menguntungkan dalam saluran
tanah dan air kotor. Sutiknowati pencernaan untuk tumbuh dan
(2016) menegaskan bahwa E. coli di berkembang, sehingga kondisi
alam terbuka hidup di dalam tanah. saluran pencernaan unggas menjadi
Jika terjadi pencemaran (umumnya kondusif dan sehat. Salah satu jenis
pencemar organik yang ditandai bakteri menguntungkan yang hidup
dengan BOD tinggi), tanah menjadi dalam saluran pencernaan unggas
media pertumbuhan yang baik untuk adalah bakteri asam laktat (BAL).
bakteri ini dan menyebabkan Menurut Afriyanti, et al. (2019)
peningkatan konsentrasi E. coli dalam bahwa bakteri asam laktat (BAL)
tanah. Pencemaran lewat air juga yang hidup dalam saluran pencernaan
sering terjadi karena air merupakan akan menghasilkan produksi asam
media kehidupan bakteri E coli. Hal laktat dan short chain fatty acid
ini juga diungkapkan oleh Zikra, et al. (SCFH) yang akan menurunkan pH
(2018) bahwa penelitian pada depot saluran pencernaan menjadi asam.
air minum didapatkan hasil penelitian Penurunan pH saluran pencernaan
9/9 terdapat cemaran mikroba yaitu akan memaksimalkan bakteri gram
1,0 x 102. Pada Kecamatan Bungus positif dan menurunkan bakteri
Padang ditemukan 3/5 sampel merugikan sehingga nutrisi pakan
terdapat bakteri Escherichia coli. akan terserap maksimal. Hasil massa
Upaya yang bisa dilakukan protein daging yang didapatkan
untuk menghindari kuman ini adalah dengan pemberian sinbiotik 3ml/100
menjaga kebersihan dan sanitasi serta gram ransum adalah 232,15 gram
membentengi lingkungan ternak yang nyata lebih tinggi dari perlakuan
seperti air minum dan pakan dari tanpa pemberian sinbiotik yaitu
cemaran kuman tersebut. Kitosan 130,58 gram. Artinya potensi bakteri
adalah salah satu zat yang bersifat menguntungkan yang hidup dalam
sebagai anti mikroorganisme saluran pencernaan nyata
(Winiati, et al., 2016). Kitosan juga mempengaruhi tingkat retensi protein
dikenal sebagai serat hewan yang bisa dalam tubuh ternak unggas.
berperan sebagai prebiotik bagi Selanjutnya Krismaputri, et al. (2016)
ternak unggas. Fachri & Sartika juga menyatakan bahwa penurunan
(2012) menyatakan bahwa kitosan pH akibat produksi SCFH dapat
merupakan serat makanan yang meningkatkan bakteri
terdapat pada tempurung udang dan menguntungkan dan menurunkan
kepiting, terutama terdiri dari kitin bakteri merugikan sehingga dapat
ditentukan kandungan bahan kering 16 jam keluarkan botol vial dari water
(BK) dan protein kasar (PK) dengan shaker bath lalu biarkan selama 15
menggunakan analisis proksimat. menit hingga residunya mengendap.
Saring supernatan perlahan-lahan
Kecernaan bahan kering (BK) dan menggunakan kertas saring yang
kecernaan Protein Kasar (PK) sudah ditimbang, lalu bilas botol
ransum in vitro mengikuti metode dengan aseton. Residu yang diperoleh
Parson (1991) yang sudah selanjutnya dianalisa kandungan
dimodifikasi bahan kering (BK) dan protein
kasarnya (PK) menggunakan analisis
Pembuatan Larutan Pepsin proksimat untuk mendapatkan data
Larutkan 6,1 ml HCL dengan persentase daya cerna dari kitosan.
1 liter aquades. Siapkan 1 liter
aquades lalu tambahkan 0,2gram Analisis Data
pepsin, kemudian homogenkan. Data kandungan bahan kering
Larutan HCL yang telah dibuat, (BK) dan protein kasar (PK) yang
dipanaskan di atas hot plate pada suhu didapat dari analisis proksimat
420 – 450 C lalu tambahkan larutan (Metode Wende, 1865 dalam
pepsin yang telah dibuat tadi dan Tillman, et al. (1991) ditabulasi dan
homogenkan hingga larut. dibaca secara deskriptif (Prabowo &
Heriyanto, 2013).
Uji In Vitro
Timbang 5 gram ransum yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah diketahui kandungan bahan Kitosan mempunyai sifat
kering dan protein kasar, kemudian sebagai antimikroba. (Tabel 2).
tambahkan kitosan sesuai dosis Diameter zona bening dari uji tantang
perlakuan dan dimasukkan ke dalam kitosan dengan E coli secara in vitro
botol vial. Tambahkan 100 ml larutan menunjukkan bahwa semakin tinggi
pepsin yang sudah dihangatkan level penambahan kitosan
dengan suhu 420C – 450C. Kemudian menunjukkan diameter zona bening
botol vial dimasukkan ke dalam water yang semakin besar.
sheker bath selama 16 jam. Setelah
Tabel 3. Nilai kecernaan bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) ransum
secara in vitro
Perlakuan Kitosan Kecernaan BK (%) Kecernaan PK (%)
(1973) dalam Abun (2007), bahwa dan protein yang dibutuhkan untuk
ada 3 kategori kualitas bahan pakan meningkatkan produktivitas ternak
berdasarkan tingkat daya cernanya, tersebut.
yaitu: nilai kecernaan pada kisaran
50-60% adalah berkualitas rendah, KESIMPULAN
antara 60-70% berkualitas sedang dan 1. Dosis kitosan berbanding lurus
di atas 70% berkualitas tinggi. dengan kekuatan daya hambat;
Peran kitosan sebenarnya yaitu semakin tinggi dosis kitosan
lebih cenderung sebagai prebiotik, maka diameter zona bening yang
yaitu berperan sebagai makanan bagi ditimbulkan juga semakin besar,
bakteri bersifat baik yang hidup Dosis 2,5% kitosan mempunyai
dalam saluran pencernaan ayam. kekuatan sedang (10-14 mm)
Oleh sebab itu, diprediksi jumlah dalam daya hambat terhadap E
bakteri utama (predominan) yang coli.
hidup dalam saluran pencernaan akan 2. Penambahan dosis 1,5% kitosan
semakin tumbuh dan berkembang. dalam ransum, mampu
Artinya bahwa jumlah bakteri meningkatkan kecernaan bahan
pemfermentasi, bakteri amilolitik, kering 7,86% dan kecernaan
bakteri selulolitik dan bakteri protein kasar 11,20% lebih tinggi
proteolitik Febriyossa, et al. (2013) dari perlakuan kontrol (tanpa
akan tumbuh dan berkembang dalam kitosan)
saluran pencernaan unggas.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga Ucapan Terimakasih
mempertegas pernyataan bahwa Terimakasih kepada kementrian riset
potensi kitosan sebagai prebiotik teknologi pendidikan tinggi
merupakan substrat atau nutrisi untuk Universitas Sriwijaya atas bantuan
probiotik agar dapat menjalankan dana dalam penelitian ini.
kinerjanya dengan baik serta sebagai
pakan tambahan untuk meningkatkan DAFTAR PUSTAKAN
keseimbangan mikroba di dalam Abun. (2007). Pengukuran Nilai
saluran pencernaan. Prebiotik dapat Kecernaan Ransum Yang
menjadi sumber energi dan atau Mengandung Limbah Udang
nutrien terbatas lainnya bagi mukosa Windu Produk Fermentasi pada
usus dan substrat untuk fermentasi Ayam Broiler. Makalah llmiah.
bakteri cecal dalam menghasilkan Jurusan Nutrisi dan Makanan
vitamin dan antioksidan yang dapat Ternak Fakultas Peternakan
menguntungkan (Mountzouris et al., Universitas Padjajaran
2010). Jika kehidupan mikroflora Jatinangor
utama dalam usus meningkat
jumlahnya maka, berpotensi Afriyanti, R., Mangisah, I., &
meningkatkan jumlah enzim-enzim Yunianto, V. D. (2019). Nilai
pencernaan seperti protease yang Kecernaan Nutrien Broiler
sangat berguna untuk mencerna Akibat Penambahan
protein. Kondisi ini sudah cukup Lactobacillus sp. dalam Ransum
memberi gambaran terhadap yang Mengandung Mikropartikel
peningkatan kecernaan bahan kering Cangkang Telur. Jurnal sain
Tillman, A. D., Hartadi, H., Wijaya. Y., Suprijatna, E., & Kismiati,
Reksohadiprodjo, S., S. (2017). Penggunaan Limbah
Prawirokusumo, S., & Industri Jamu dan Bakteri Asam
Lebdosukojo, S. (1991). Ilmu Laktat (Lactobacillus sp.)
Makanan Ternak Dasar. Sebagai Sinbiotik Untuk Aditif
Yogyakarta: Gadjah Mada Pakan Terhadap Kualitas Interior
University Press. Telur Ayam Ras Petelur. Jurnal
Peternakan Indonesia, 19(2), 47-
Triyanto., Yunianto, V. D., & 54.
Sukamto, B. (2014). Pengaruh
Penggunaan Ekstrak Daun Winiati, W., Kasipah, C., Septiani W.,
Beluntas (Pluchea indeca less) Novrini, E., & Yulina, R. (2016).
sebagai Pengganti Klorin Aplikasi Kitosan Sebagai Zat
terhadap Kecernaan bahan Anti Bakteri pada Kain Poliester
Organik dan Retensi Nitrogen - Selulosa dengan cara
Ayam Broiler. Animal Perendaman. Arena Tekstil,
Agriculture Journal, 3(2), 341- 81(1), 1-10.
352.
Zikra, W., Amir, A., & Putra A. E.
Suardana, I. W., Artama, W. T., (2018). Identifikasi Bakteri
Asmara, W., & Daryanto, B. S. Escherichia coli (E coli) pada Air
(2010). Identifikasi Escherichia Minum di Rumah Makan dan
coli O157:H7serta Deteksi Gen Cafe di Kelurahan Jati serta Jati
Shiga Like Toxin 1 dan 2 Asal Baru Kota Padang. Jurnal
Feses Hewan, Daging dan Feses Kesehatan Andalas, 7(2), 212-
216.