Jurnal Hukum Islam Tentang Retribusi Parkir

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMUNGUTAN RETRIBUSI

PARKIR DI KOTA PALOPO

REVIEW OF ISLAMIC LAW ON THE IMPLEMENTATION OF PARKING LEVY


COLLECTION IN PALOPO CITY
Mustam dan Firman Muhammad Arif,
Institut Agama Islam Negeri Palopo
mustam09_pasca@iainpalopo.ac.id dan firmanarif@iainpalopo.ac.id

ABSTRACT
This thesis discusses the Islamic Law Review on the Implementation of Parking Retribution
Collection in Palopo City; Applied procedures in determining parking objects; and
Strategy of the Department of Transportation of the City of Palopo. The method of data
collection was done through observation and interviews with a descriptive-qualitative
approach. The results of the study indicate that in the implementation of parking
retribution, there are still parking attendants who apply their own rules, for example: the
request for tariffs exceeds the provisions; and there are still objects and parking attendants
that have not been touched by the Palopo City Government. This is when viewed from the
perspective of Islamic law there are pillars or conditions in the contract (agreement) in
wadi'ah and ijarah that are not fulfilled, namely the ijab qabul between the parking
attendant and the vehicle owner. Transactions in the parking area between two parties
who trust each other, namely the owner of the vehicle as the first party who entrusts his
vehicle to a second party (parking clerk) to be properly guarded, is a wadiah contract.
While the ijarah contract is a reward or rent given by the vehicle owner to the parking
attendant for his services in maintaining the vehicle.
Keywords: lslam Law., Department of Transportation., Parking Levy.

ABSTRAK
Tesis membahas tentang Tinjauan Hukum lslam Terhadap Pelaksanaan Pemungutan
Retribusi Parkir di Kota Palopo. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
observasi dan wawancara dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir masih terdapat
juru parkir yang memberlakukan aturan sendiri semisal permintaan tarif melebihi
ketentuan; dan masih terdapat obyek dan juru parkir yang tidak disentuh oleh
Pemerintah Kota Palopo. Hal ini jika ditinjau dari perspektif hukum lslam terdapat
rukun ataupun syarat dalam akad (perjanjian) wadi’ah yang tidak terpenuhi yaitu ijab
qabul antara juru parkir dan pemilik kendaraan. Olehnya, untuk meminimalisir
keberadaan juru parkir yang tidak mematuhi ketentuan, maka Dinas Perhubungan Kota
Palopo sebagai Pemegang otoritas retribusi parkir di tepi jalan umum di Kota Palopo
agar berupaya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap obyek dan juru parkir
binaan dan obyek yang belum terdata dengan memberi teguran lisan maupun tulisan
serta memberikan pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan
sebagai juru parkir.
Kata Kunci: Hukum lslam., Dinas Perhubungan., Retribusi Parkir.

1
2

A. PENDAHULUAN

Perda merupakan sebuah produk hukum daerah yang mendukung Pemerintah Daerah
dalam pelaksanaan pembangunan di daerahnya. Seperti halnya Perda Kota Palopo Nomor
7 Tahun 2017 Tentang Retribusi Jasa umum yang menjadi payung hukum dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di Kota Palopo.1 Adapun Perangkat Daerah yang
mengelola retribusi parkir adalah Dinas Perhubungan Kota Palopo2 yang dijalankan oleh
para juru parkir sebagai mitra. Peran Dinas Perhubungan Kota Palopo berupa strategi,
pengelolaan, modifikasi dan inovasi untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah
termasuk prosedur terapan dalam menetapkan sebuah obyek atau lokasi parkir hingga
strategi dalam mempertahankan pendapatan retribusi parkir.3
Semrawutnya perparkiran merupakan potret perkembangan kota yang perlu perhatian
khusus dari pemangku kebijakan. Di satu sisi, melonjaknya jumlah kendaraan setiap
tahunnya tentu menimbulkan permasalahan baru karena volume jalan yang cenderung jalan
di tempat. Akan tetapi pada sisi yang lain, kecenderungan masyarakat menggunakan
kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum menjadi salah satu instrumen yang dapat
menambah pendapatan daerah utamanya dari sektor retribusi pelayanan parkir di tepi jalan
umum atau retribusi pakir.
Hubungan agama (syariah) dalam bingkai otonomi daerah (retribusi) dalam penerapan
dan pelaksanannya dapat bersesuaian dan bersinergi. lslam mewajibkan umatnya
memegang teguh amanah, misalnya, dalam sebuah akad (perjanjian), pihak yang sudah
melakukan perjanjian wajib melaksanakan isi perjanjian tersebut dengan semestinya yang
berdasar pada Al-Qur’an sebagai sumber hukum lslam utama yang mengatur dan memberi
solusi atas permasalahan manusia seutuhnya baik di dunia maupun di akhirat.

1
Perda Kota Palopo Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Nomor 2 Tahun
2012 tentang Retribusi Jasa Umum.
2
https://peraturan.bpk.go.id, Perwali Kota Palopo Nomor 34 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Palopo, diakses 12
Desember 2021, pukul: 10.37 Wita.
3
Perda Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab XIV,
Perparkiran, h. 60.

2
3

Kota Palopo merupakan daerah yang masyarakatnya mayoritas beragama lslam,4


sehingga penulis akan memperhadapkan pelaksanaan pemungutan retribusi parkir oleh juru
parkir pada sudut pandang hukum lslam. Adanya penyimpangan dalam pelaksanaan
penarikan retribusi parkir oleh oknum juru parkir yaitu memberlakukan peraturan sendiri.
Kendati besaran tarif parkir telah diatur oleh Pemerintah Kota Palopo, namun tidak jarang
ditemukan permintaan tarif parkir melebihi dari ketentuan yang ada. Ketersediaan uang
pecahan Rp. 1.000,- yang minim seringkali menjadi alasan bagi juru parkir menaikkan
tarif yang tidak semestinya, pada karcis parkir tertera nominal biaya sekali parkir dengan
nilai Rp. 1.000,-, akan tetapi oknum juru parkir menerapkan tagihan kepada pengguna
sepeda motor dengan nilai sebesar Rp. 2.000,- per kendaraan. Sesekali hal ini jadi
pertanyaan masyarakat pengguna jasa parkir (mudi’) dan adapula yang menganggapnya
sebagai sedekah.5 Selain itupula, pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di jalan, masih
terdapat objek dan juru parkir yang tidak disentuh oleh Dinas Perhubungan Kota Palopo
yang pelaksanaannya dilakukan oleh juru parkir tidak resmi.
Fenomena tersebut menggambarkan bentuk ketidakpuasan pengguna jasa parkir dan
tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Wujud dari transaksi di setiap pelaksanaan
pemungutan retribusi parkir yang dilakukan oleh para juru parkir di Kota Palopo, penulis
memandang perlu dikemas dengan pengetahuan nilai-nilai lslami melalui pendekatan
konsep wadi’ah dan ijarah. Guna memanifestasikan lslam sebagai rahmatan lil ‘alamin
(rahmat bagi semesta alam), penulis menyampaikan informasi ataupun pengetahuan
tentang retribusi parkir dalam bentuk penelitian dengan judul “Tinjauan Hukum lslam
Terhadap Pemungutan Retribusi Parkir”.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang pemungutan retribusi parkir
perspektif hukum Islam. Selain itu, penulis juga mendeskripsikan prosedur terapan Dinas
Perhubungan Kota Palopo dalam penetapan obyek parkir beserta strateginya dalam
mempertahankan pendapatan parkir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
yang merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif dimana proses dan makna (sudut pandang informan) lebih mencolok.

4
www.liputan6.com, 6 Fakta Menarik Palopo, Kota Maritim Penghasil Rumput Laut Berkualitas
Dunia, dipost: Henry, 2021, diakses 8 September 2022.
5
Weni dan Agustina, Pro-Kontra Tarif Parkir yang Melebihi Ketentuan, (Palopo: Wawancara, 4
Februari 2022).

3
4

Dalam penelitian ini digunakan tipe penelitian antara investigasi normatif dan empiris
yaitu penelitian yang mencermati konsep hukum dan pelaksanaanya dilapangan atau
bekerjanya hukum di masyarakat serta berusaha memberikan deskripsi atau gambaran
mengenai fakta dan kejadian yang berhubungan dengan pelaksanaan pemungutan retribusi
parkir oleh para juru parkir, prosedur terapan Dinas Perhubungan Kota Palopo dalam
penetapan obyek parkir beserta strateginya dalam mempertahankan pendapatan parkir yang
berimplikasi terhadap pelayanan masyarakat Kota Palopo sebagai variabel sosial yang
empirik.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Landasan Teori Tentang Retribusi Parkir
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Sedang retribusi parkir adalah pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah sebagai pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.6
Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah,
retribusi dapat dibedakan menjadi 14 (empat belas) item. Salah satu diantaranya adalah
retribusi parkir. Sedangkan kata “parkir” sendiri kerap diidentikkan dengan memarkir.
Adanya pergerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas hingga sampai ketempat
tujuan akan mengalami pemberhentian di ruang parkir baik yang bersifat sementara
maupun dalam jangka waktu tertentu yang bersifat tidak sementara.
Pengertian parkir juga disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2009 Pasal I angka l5 dinyatakan bahwa parkir adalah keadaan kendaraan
berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
David M.L. Tobing menegaskan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak
suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.7 Sehingga retribusi parkir dapat diartikan
sebagai pembayaran atas jasa penyediaan tempat parkir yang dimiliki dan dikelola oleh

6
Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.
625.
7
David M.L. Tobing, Parkir dan Per1indungan Konsumen, (Jakarta: Timpani Agung, 2007), h. l.

4
5

pemerintah daerah. Retribusi parkir juga dapat disebut sebagai perjanjian bilateral (timbal
balik).
Dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Pardata (KUHPerdata) disebutkan
bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu individu atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu individu lain atau lebih”.8 Selain itu dalam Pasal 1548
dan pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga disebutkan bahwa perjanjian
parkir merupakan perjanjian konsensuil, yaitu dianggap sah dan mengikat setelah adanya
kata sepakat kedua belah pihak. Sedangkan dalam kaidah Islam perjanjian dalam parkir
dapat dikategorikan ke dalam konsep wadi’ah (titipan) dan ijarah (sewa-menyewa)
dimana terdapat barang/kendaraan yang dititipkan oleh pemilik barang/kendaraan kepada
si penerima titipan (juru parkir) dengan amanah di pelataran parkir.
Penyelenggaraan dan pengelolaan perparkiran baik parkir di tepi jalan umum ataupun
tempat parkir khusus milik pemerintah daerah dikelola oleh pemerintah daerah dan dapat
dikerjasamakan dengan pihak ketiga melalui pelelangan ataupun penunjukan langsung. 9
Dalam pasal 2l3 angka (2) Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dijelaskan bahwa Pengelolaan parkir yang dikerjasamakan dengan pihak
ketiga dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penunjukan pihak lain dilakukan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk;
2. Penyerahan jaminan berupa uang minimal 40% dari nilai lelang yang dimenangkan;
3. Penyerahan jaminan berupa uang penunjukan sebesar 2 (dua) bulan di muka
sebelum izin terbit;
4. Lingkup pekerjaan meliputi penataan, penertiban, pembantu keamanan dan
penarikan retribusi;
5. Pekerjaan bermula di awal januari dan berakhir pada 3l Daesember tahun berjalan,
kecuali dalam keadaan tertentu.
Dalam rangka pelaksanaan otonominya, daerah selalu dituntut mampu dalam
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerahnya guna
mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat setempat. Potensi keuangan daerah

8
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 2008), h. 338.
9
Pasal 2l3 Perda Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Pengelolaan Parkir, h. 61.

5
6

sangat terbatas, terutama daerah otonom yang tanpa didukung oleh sumber daya alam yang
memadahi dan hanya mengandalkan pendapatan dari sektor pajak dan retribusi daerah.
Olehnya pemerintah bersama lembaga legislatif menetapkan regulasi di sektor perpajakan
dan retribusi daerah guna mengoptimalkan potensi dan sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Terdapat Regulasi yang mengatur tentang pajak dan retribusi tersebut adalah:
1. Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Tahun l957 tentang Peraturan Umum
Retribusi Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2l Tahun 201l tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah; dan
4. Peraturan Daerah (Perda) Gubernur, Bupati/Walikota.
Juru parkir merupakan ujung tombak pemerintah dalam mengumpulkan PAD.
Pelaksanaan tugasnya sebagai juru parkir perlu memperhatikan hak dan kewajiban
pengguna jasa parkir disamping hak dan kewajiban juru parkir itu sendiri. Dalam Perda
Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur
hak dan kewajiban juru parkir adalah sebagai berikut;
1. Hak juru parkir yaitu:
a. Mendapatkan penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;
b. Memungut retribusi parkir sesuai ketentuan peraturan daerah tentang retribusi
daerah;
c. Memperoleh jaminan sosial dan hak lainnya dari pengelola parkir.10
2. Kewajiban juru parkir yaitu:
a. Melaksanakan tugas yang telah ditetapkan pengelola;
b. Mematuhi ketentuan tarif retribusi parkir yang berlaku;
c. Menyerahkan bukti retribusi parkir (karcis) kepada pengguna jasa parkir;
d. Menyerahkan hasil pemungutan retribusi parkir kepada pengelola;
e. Menggunakan seragam parkir, kartu identitas parkir beserta kelengkapan lain
yang telah ditetapkan;

10
Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 2l9, Hak
Petugas Parkir, h. 62.

6
7

f. Melayani pengguna jasa parkir dengan sebaik-baiknya;


g. Menata kendaaraan yang diparkir dengan tertib sesuai pola parkir yang
ditetapkan
h. Memberikan jaminan keamanan;
i. Memberikan ganti rugi atas kehilangan kendaraan termasuk kelengkapannya
dan atau kerusakan yang dialami karena kesengajaan atau kealpaan;
j. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir.11
Selain hak dan kewajiban juru parkir dalam Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur hak dan kewajiban pengguna jasa
parkir, sebagai berikut:
1. Hak pengguna jasa parkir:
a. Memperoleh pelayanan yang baik dari petugas parkir;
b. Memperoleh jaminan keamanan;
c. Mendapat bukti pembayaran retribusi parkir.12
2. Kewajiban pengguna jasa parkir:
a. Mematuhi semua tanda-tanda parkir dan atau patunjuk yang ada;
b. Menempatkan kendaraan pada tempat yang sesuai dengan peruntukannya;
c. Meminta karcis parkir pada saat parkir;
d. Menunjukkan dan membayar retribusi parkir kepada petugas parkir di saat akan
meninggalkan tempat parkir.13

2. Prosedur Penetapan Obyek Parkir


Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan
pemungutan dan pengelolaan pajak dan retribusi daerah mengacu pada regulasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Begitu pula dengan Pemerintah Kota Palopo yang
menindaklanjuti Peraturan Perundang-Undangan dengan menerapkan Peraturan Daerah

11
Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 222,
Kewajiban Petugas Parkir, h. 63.
12
Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 220, Hak
Pengguna Jasa Parkir, h. 62.
13
Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 223,
Kewajiban Pengguna Jasa Parkir, h. 63.

7
8

sebagai payung hukum dalam melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi daerah
adalah:
1. Perda Kota Palopo Nomor l Tahun 20l7 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Perda Kota Palopo Nomor 7 Tahun 20l7 tentang Perubahan Kedua Atas Perda
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum;
3. Perwali Kota Palopo Nomor ll Tahun 20l5 tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi
Daerah.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 pasal 110 angka (1) huruf (e)
yaitu Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum yang merupakan salah satu bagian
dari retribusi jasa umum yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Palopo. Selanjutnya
tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi daerah ditetapkan dengan daerah dan peraturan
Kepala Daerah.14
Pengelolaan parkir di Kota Palopo dilaksanakan oleh beberapa perangkat daerah
berdasarkan porsi masing-masing. Perangkat daerah yang dimaksud yaitu:
1. Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Palopo, mengelola Pajak Parkir, seperti
RSUD Sawerigading Palopo dan City Market Palopo;
2. Dinas Perdagangan Kota Palopo, mengelola Retribusi Tempat Parkir Khusus
melalui UPTD Pusat Niaga Palopo (PNP) dan UPTD Pasar Andi Tadda;
3. Dinas Perhubungan Kota Palopo, mengelola Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi
Jalan Umum dan Penggunaan Jalan di Luar Fungsinya atau lebih familiar disebut
dengan “retribusi parkir”.
Mengenai prosedur yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Palopo dalam
menetapkan sebuah obyek parkir dijelaskan oleh Kepala Bidang Pengembangan Jaringan
Darat disingkat PJTD, Muhammad Syafaat Masri, SE yaitu bahwa mengacu pada
Peraturan Walikota Palopo Nomor 34 Tahun 2016 pasal 14 ayat (2) terkait tugas pokok
Kepala Seksi Manajemen Lalu Lintas yaitu melaksanakan perencanaan prasarana dan
fasilitas perlengkapan, optimalisasi penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas,
penetapan titik parkir dan analisis dampak lalu lintas. Untuk itu, kami melakukan surfey
titik lokasi/objek parkir baru yang potensial secara berkala sebagai langkah awal.
Kemudian bersurat kepada pemilik Obyek parkir, melakukan negosiasi secara persuasif

14
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Pasal l60 Ayat 1-5.

8
9

dengan pemilik obyek tersebut, menunjuk dan menetapkan juru parkir, kemudian
sosialisasi dan pemantauan potensi (uji petik) serta penentuan target. Terkait dengan
negosiasi dengan pemilik objek parkir dilakukan untuk menentukan dari pihak mana juru
parkir yang akan bertugas pada obyek tersebut, apakah juru parkir direkrut oleh pemilik
objek parkir kemudian kami legalkan atau dari pihak kami (Dishub). Pengangkatan juru
parkir dipertegas dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas tentang Penetapan Obyek
Parkir dan Pengangkatan Juru Parkir. Selain itu, sebelum bertugas mereka (para juru
parkir) dibekali karcis parkir, id card (kartu identitas) parkir dan rompi parkir.”15
Melihat performa juru parkir, tidaklah sulit untuk membedakan antara juru parkir
binaan Pemerintah, juru parkir pihak ketiga dan juru parkir ilegal (tidak sah). Juru parkir
binaan Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan id card (kartu
pengenal) dan mengenakan seragam berupa rompi parkir umumnya berwarna orange
(jingga).16 Dengan demikian sebagai wajib retribusi, masyarakat seharusnya lebih jeli
dalam membedakan juru parkir resmi dan juru parkir liar.
Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa masih terdapat obyek parkir yang bukan
merupakan obyek parkir binaan Dinas Perhubungan Kota Palopo. Obyek yang tersebut
terletak di sebelah kanan arah utara jalan Andi Attas eks jalan DR. Sam Ratulangi depan
City Market. Pada kesempatan lain peneliti mengonfirmasi Kasi Pengembangan SDM dan
Sistim Informasi LLAJ terkait bagaimana langkah Dinas Perhubungan Kota Palopo dalam
menyikapi keberadaan obyek parkir di depan City Market, beliau mengatakan:
“Obyek parkir depan City Market dulunya pernah kami kelola, adanya kebijakan
pimpinan terkait berkurangnya penerimaan pajak parkir City Market diakibatkan oleh
keberadaan ruang parkir di depan City Market, maka pihak Dinas Perhubungan Kota
Palopo dengan cepat melakukan pemasangan rambu larangan parkir di area tersebut
dan memasang himbauan tertulis berupa spanduk larangan parkir. Tidak hanya itu kami
juga berkoordinasi dengan pihak Kepolisian dan pihak internal Dishub yaitu Bidang
Pengendalian dan Operasional Perhubungan Darat untuk bersama-sama melakukan
sosialisasi tentang larangan parkir pada obyek tersebut.17

15
Muhammad Syafaat Masri, SE, Prosedur Dinas Perhubungan dalam Menetapkan Objyek Parkir,
(Palopo: Wawancara 31 Januari 2022).
16
Muhammad Syafaat Masri, SE, Prosedur Dinas Perhubungan dalam Menetapkan Objyek Parkir,
(Palopo: Wawancara 31 Januari 2022).
17
Drs. Ibbang Sa’buran, Menyikapi Kebijakan dengan Tindakan sesuai Tugas Pokok dan Fungsi,
(Palopo: Wawancara 28 Januari 2022).

9
10

Adanya obyek parkir yang tidak dikelola oleh Pemerintah Kota Palopo menjadi buah
manis bagi juru parkir illegal karena pendapatan yang diperoleh jukir tersebut tidak
menjadi bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo. Sebagaimana telah
dikemukakan Kabid PJTD bahwa sangatlah mudah membedakan juru parkir binaan Dinas
Perhubungan Kota Palopo. Oleh karena itu, kita sebagai pengguna jasa parkir harus lebih
selektif dalam melakukan transaksi dengan juru parkir.

3. Penarikan Retribusi Parkir Dalam Perspektif Hukum Islam


Hukum lslam merupakan hukum yang berasal dari agama lslam, yaitu hukum yang
diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-Nya di dunia dan akhirat.18 Hukum
lslam dapat pula dimaknai sebagai syariat lslam yang berisi kaidah yang disandarkan pada
wahyu Allah swt yang dibawa oleh Rasulullah saw mengenai perilaku seseorang yang
sudah dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan yakini, yang mengikat semua
pemeluknya.
Pada dasarnya sang pencipta jagad raya telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua mahluk-Nya. Islam memberikan solusi di semua aspek kehidupan manusia
untuk menjalankan gelar khalifah (pemerintah) di bumi dan mencontoh sifat-sifat utama
yang dimiliki oleh nabiullah Muhammad SAW yaitu shidiq (benar), tabligh
(menyampaikan wahyu), amanah (dapat dipercaya) dan fathanah (memiliki kecerdasan
yang tinggi). Sebagai khalifah, manusia sepatutnya harus tampil aktif dan dinamis dalam
mengemban dan menjalankan tugasnya agar dapat sejalan dengan prinsip dasar hukum
Islam yang berlandaskan tauhid, ahlak, keseimbangan, kebebasan individu dan keadilan. 19
Oleh karena itu, khalifah (pemerintah) berusaha untuk menggunakan dengan sebaik apa
yang telah Allah swt berikan di dunia ini untuk kepentingan ummat.
Dalam lslam, terdapat dasar hukum yang mewajibkan umatnya untuk taat kepada ulil
amri (pemerintah) sebagaimana disebutkan dalam surah An-Nisa ayat 59 berikut:
‫ِنك أمۖۡ َفإن تَ َنَٰ َز أع ُت أم ِِف َ أ‬
ُ َ ُ ‫َ َ ُّ َ ذ َ َ َ ُ ٓ ْ َ ُ ْ ذ َ َ َ ُ ْ ذ‬
‫ول َوأ ُ ْوِل ٱ أۡلَ أ‬
ٖ‫َشء‬ ِ ‫م‬ ‫ر‬
ِ ‫م‬ ِ ‫يأيها ٱَّلِين ءامنوا أطِيعوا ٱّلل وأطِيعوا ٱلرس‬ َٰٓ
‫َ ا‬ ‫أ‬ َ َ َ َ ‫َ ذ أ‬ ‫ُ ُ ُأ‬ ُ ‫َ ُّ ُ َ ذ َ ذ‬
‫ َوأ أح َس ُن تأ ِويًل‬ٞ‫نت أم تؤم ُِنون ة ِٱّللِ َوٱۡلَ أو ِم ٱٓأۡلخ ِِر ذَٰل ِك خ أۡي‬ ِ ‫ف ُردوه إَِل ٱّللِ وٱلرس‬
‫ول إِن ل‬

18
Muhammad lchsan, Pengantar Hukum lslam, (Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), h. 2.
19
Apridar, Teori Ekonomi, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013), h. 127.

10
11

Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”20

Al-Qur’an sebagai salah satu sumber hukum lslam utama yang mengatur dan memberi
solusi atas segala permasalahan manusia seutuhnya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Keterkaitan syariah dalam bingkai otonomi daerah (retribusi) dalam penerapan dan
pelaksanannya dapat bersesuaian dan bersinergi. lslam mewajibkan umatnya memegang
amanah, misalnya, dalam sebuah perjanjian, pihak yang sudah melakukan akad
(perjanjian) wajib melaksanakan isi perjanjian tersebut dengan semestinya, sebagaimana
firman Allah dalam surah Ali-lmran (3) ayat 76:
َ‫ِب ٱل أ ُم ذتقي‬
ُّ ُ َ ‫َ ذ َ َٰ َ ذ ذ‬ ‫أ‬ َ َٰ َ ‫ََ َ أ َأ‬
ِ ‫ل من أوَف ةِعه ِده ِۦ وٱتق فإِن ٱّلل ُي‬ َٰ ‫ة‬
Terjemahnya:
“Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang bertakwa”.21
Peraturan Daerah merupakan suatu akad (perjanjian tertulis) yang kemudian menjadi
payung hukum Pemerintah Kota Palopo dalam pelaksanaan penarikan retribusi parkir22
yang dijalankan oleh para juru parkir sebagai mitra Dinas Perhubungan Kota Palopo. Peran
Dinas Perhubungan Kota Palopo berupa strategi, pengelolaan, modifikasi dan inovasi
untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah23 termasuk prosedur terapan dalam
menetapkan sebuah obyek atau lokasi parkir hingga strategi dalam mempertahankan
pendapatan retribusi parkir.
Dalam konteks perparkiran, terdapat akad (perjanjian) antara juru parkir dan pemilik
kendaraan. Perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak untuk saling percaya tanpa ada
salah satu pihak yang merasa diberatkan sabagaimana dalam perspektif hukum lslam

20
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. An-Nisa: 59, h. 87.
21
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, QS. Ali-lmran: 76, h. 59.
22
https://peraturan.bpk.go.id, Perwali Kota Palopo Nomor 34 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Palopo, diakses 12
Desember 2021, pukul: 10.37 Wita.
23
Perda Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bab XIV,
Perparkiran, h. 60.

11
12

dengan pendekatan konsep wadi’ah dan ijarah serta musyarakah (kerjasama kemitraan)
antara juru parkir dengan pengelola parkir.
1. Konsep Wadi’ah
Pengaturan mengenai pemungutan retribusi parkir dalam Islam hingga kini tidak
terdapat penjelasan yang lebih spesifik. Walaupun demikian, Islam membolehkan segala
bentuk muamalah selama tidak terdapat dasar hukum lain yang bertentangan. Sebagaimana
dalam kaidah fiqih bahwa: “Hukum asal semua bentuk mu’amalah adalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Adapun norma atau kaidah yang mengatur hak
dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat disebut dengan hukum mu’amalah.24
Disini penulis mengaitkan antara Hukum Islam dengan retribusi parkir yang menjadi
sumber pendapatan asli daerah, dikelola dan diatur sedemikian rupa untuk menjaga
keberlangsungan suatu daerah.
Penitipan kendaraan merupakan salah satu bentuk hukum mua’amalah. Terjadinya
kesepakatan yang saling mengikat antara 2 orang yaitu pihak yang pertama sebagai penitip
dengan pihak kedua sebagai penerima titipan. Adanya transaksi antara pemilik kendaraan
dengan penerima titipan yaitu juru parkir di area/pelataran parkir dapat dikategorikan
sebagai wadi’ah. Dalam akad wadi’ah ditekankan sikap amanah terhadap sesuatu yang
dipercayakan.
Dari hasil wawancara dengan juru parkir, menunjukkan bahwa sikap amanah seorang
juru parkir terhadap kendaraan atau barang bawaan yang dipercayakan oleh pemilik
kendaraan kepadanya menjadi sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara serta
dipertanggunggungjawabkan kepada pemilik kendaraan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa masih terdapat juru parkir yang menjadi
pahlawan kesiangan, muncul di saat pemilik kendaraan akan meninggalkan area parkir
seraya membunyikan peluit dan memungut retribusi. Permasalahan ini perlu mendapat
perhatian oleh Dinas Perhubungan Kota Palopo agar memberikan pembinaan berkala
kepada para mitranya melakukan pelayanan yang pantas dan memperhatikan hak dan
kewajibannya sebagai juru parkir. Dikonfirmasi oleh Kepala Seksi Pengembangan SDM

24
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata), Cet. Ke-2, (Yogyakarta:
FH UII, 2004), h. ll.

12
13

dan Sistim Informasi LLAJ terkait adanya juru parkir yang abai terhadap hak pengguna
jasa parkir, beliau menegaskan:
“Dihimbau kepada masyarakat pengguna jasa parkir agar menyampaikan kepada kami
bilamana terdapat juru parkir yang tidak becus dalam bekerja agar kami beri sanksi.”25

Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan pemberian sanksi tegas terhadap juru
parkir yang bekerja tidak maksimal menjadi solusi dalam menjaga citra Dinas
Perhubungan Kota Palopo dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat baik di bidang
lalu lintas dan perparkiran.
2. Konsep ljarah
Akad ijarah merupakan wujud metamorfosis yang objeknya berupa manfaat dan
disertai imbalan tertentu. ljarah yang apabila objeknya berupa benda disebut sewa
menyewa, sedangkan jika objeknya berupa manfaat perbuatan atau jasa disebut upah
mengupah. Timbulnya ijarah disebabkan adanya kebutuhan akan manfaat barang atau jasa
yang tidak mungkin diperoleh melalui kepemilikan. Sebagaimana akad pada umumnya,
ijarah baru dianggap sah jika telah memenuhi rukun dan syarat akad yang ditetapkan
syara’ yakni: adanya para pihak, objek ijarah dan akad.
Praktik parkir termasuk dalam al-ijarah yang berarti akad sewa menyewa untuk
pengambilan suatu kemanfaatan yang mubah (boleh) dalam waktu tertentu. Sedangkan
perjanjian dalam jasa umum dalam Perda Kota Palopo Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Retribusi Jasa Umum dalam hal ini retribusi parkir merupakan perjanjian yang saling
mengikat dan saling mempercayai antara penyedia jasa parkir dengan pengguna jasa parkir
yang terjadi di area parkir. Penyedia jasa parkir mempunyai kewajiban menjaga, merawat
dan memelihara kendaraan yang diparkir serta harus menyerahkan kendaraan tersebut
sesuai dengan aslinya, yaitu sesuai dengan kondisi awal saat kendaraan memasuki area
parkir. Disinilah menjadi penyebab pengelola jasa parkir berhak menerima upah sebagai
akibat dari kewajiban hukum yang diterimanya.
Dalam perjanjian ini, terdapat unsur penyerahan barang/kendaraan bermotor kepada
juru parkir, dengan maksud untuk dijaga dan diawasi keamanannya. Selanjutnya, jika
pemilik kendaraan akan mengambil barang titipannya, maka juru parkir wajib

25
Ibbang Sa’buran, Sanksi Bagi Mitra yang Abai Terhadap Tugas dan Tanggung Jawab Sebagai
Juru Parkir, Palopo, Wawancara, 28 Januari 2022.

13
14

menyerahkan barang tersebut secara utuh seperti semula dengan ketentuan pemilik
kendaraan juga memberikan hak kepada juru parkir berupa sejumlah uang sebagaimana
yang tertera pada karcis parkir, karena pengelola parkir telah menyediakan jasanya dalam
mengawasi dan menjaga keamanan kendaraan.
Gambaran tarif sekali parkir kendaraan telah diatur dalam Perda Kota Palopo Nomor 7
Tahun 2017 sebagai berikut:
Table 1. Tarif Retribusi Parkir

a. Angkutan Orang

Jenis Kendaraan Jumlah Tempat Duduk Tarif Retribusi 1 (satu) Kali Parkir
Sepeda Motor X 2 Seat X Rp. 1.000,-
Taxi X s/d 5 Seat X Rp. 2.000,-
Kendaraan Bermotor Roda 4 X s/d 12 Seat X Rp. 2.000,-
dengan tempat duduk
Bus Kecil X s/d 19 Seat X Rp. 2.000,-
Bus Sedang X s/d 29 Seat X Rp. 3.000,-
Bus Besar X 30 Seat ke atas X Rp. 5.000,-

b. Retribusi Angkutan Barang/Angkutan Khusus

Tarif Retribusi 1 (satu) Kali Parkir


maksimal 2 jam pada lokasi parkir
Jenis Kendaraan Jumlah Tempat Duduk
dengan tingkat kepadatan yang
tinggi
Sepeda Motor X s/d 500 Kg X Rp. 2.000,-
Mobil Barang Khusus X s/d 2.500 Kg X Rp. 3.000,-
Mobil Barang Khusus X s/d 6.000 Kg X Rp. 3.000,-
Mobil Barang Khusus X s/d 9.000 Kg X Rp. 4.000,-
Mobil Barang Khusus X s/d 16.000 Kg X Rp. 5.000,-
Mobil Barang Khusus X s/d 25.000 Kg X Rp. 7.000,-
Mobil Barang Khusus X di atas 25.000 Kg dengan X Rp. 15.000,-
Kereta Gandengan/
Tempelan
Sumber: Perda Kota Palopo Nomor 7 Tahun 2017

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa masih terdapat juru parkir yang
menerapkan tarif parkir yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah.
Permintaan tarif lebih kepada pengguna sepeda motor sebesar Rp. 2.000,-, padahal pada

14
15

karcis parkir tarif sekali parkir senilai Rp. 1.000,-. Adapun alasan yang disebutkan oleh
Bapak Bayu seorang juru parkir yang berlokasi di jalan KH. Ahmad Dahlan belakang
Pusat Niaga Palopo (PNP):
“Tidak ada uang kecil, jadi kebanyakan pengunjung pasar yang pakai motor
membayar Rp. 2.000,- malahan ada yang membayar Rp. 5.000,- karena di sini sudah
jadi langganan dan memang kita layani dengan baik.”26

Hal senada juga disampaikan oleh juru parkir yang bertugas di jalan We Tenriabeng
eks jalan Rambutan depan Toko Swalayan Matahari, Bapak Subu mengatakan bahwa:

“Sudah biasa pengunjung membayar Rp. 2.000,- karena sudah jarang uang Rp. 1.000,-
tapi tidak semua pengunjung mau bayar Rp. 2.000,-. Ada juga yang bayar dengan
uang pas.”27

Biaya sewa yang timbul dikarenakan adanya jasa dari juru parkir. Adapun juru parkir
yang memberlakukan tarif melebihi ketentuan merupakan tindakan yang tidak sepatutnya
dilakukan, mengingat tarif retribusi sudah diatur oleh Pemerintah. Namun tindakan
tersebut dapat dikatakan wajar bilamana pengunjung ikhlas dan menganggap pemberian
tersebut sebagai sedekah, seperti yang disebutkan oleh Ibu Weni:
“Pembayaran retribusi parkir melebihi harga yang tertera pada karcis itu biasa, yang
penting ikhlas.”28

Solusi dalam meminimalisasi pemungutan retribusi yang tidak sesuai dengan aturan,
maka Dinas Perhubungan Kota Palopo perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat
melalui media elektonik dan memasang Spanduk atau Rambu terkait tarif retribusi parkir
yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

3. Konsep Musyarakah
Musyarakah atau syirkah merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan dua pihak
atau lebih dalam pengelolaan modal, keterampilan dan kepercayaan dalam suatu usaha
tertentu untuk mencapai keuntungan dengan pembagian laba berdasarkan kesepakatan.
Terminologi musyarakah menurut Hasbi As-Shiddieqie adalah akad yang berlaku antara
dua orang atau lebih untuk saling bekerjasama dalam suatu usaha dan berbagi
26
Bayu, Menyoal Tarif Parkir di Atas Ketentuan, Palopo, Wawancara 28 Januari 2022.
27
Subu, Tanggapan Terhadap Tarif Parkir di Atas Ketentuan, Palopo, Wawancara 28 Januari 2022.
28
Weni, Tarif Parkir Lebih Dianggap Sedekah, Palopo, Wawancara, 28 Januari 2022.

15
16

keuntungan.29 Adapun defenisi lain dari musyarakah adalah suatu akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberi
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.30
Kerjasama syirkah dalam konteks perparkiran kendaraan di Kota Palopo melibatkan
dua pihak yaitu:
a. Pihak pertama, yakni pemilik modal adalah Pemerintah Kota palopo yang
diperankan oleh Dinas Perhubungan Kota Palopo, modal yang dimaksud berupa
Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau karcis parkir;
b. Pihak kedua, yaitu juru parkir selaku orang yang diberi kepercayaan oleh pihak
pertama yang memiliki keterampilan dalam pelayanan parkir kendaraan di area
parkir.
Bentuk kerjasama syirkah ini terselenggara atas kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah Kota Palopo kepada juru parkir untuk memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa parkir, menjaga, menata dan mengatur kendaraan di lokasi parkir yang telah
ditentukan. Adapun bentuk kerjasama tersebut adalah akad (perjanjian) antara kedua belah
pihak (Dinas Pehubungan Kota Palopo dan juru Parkir) dengan pembagian keuntungan
yaitu berupa bagi hasil dari pendapatan retribusi yang diperoleh setiap harinya berdasarkan
kesepakatan sebelum memulai melakukan tugas sebagai juru parkir.
Penerimaan bagi hasil yang diperoleh Dinas Perhubungan Kota Palopo melalui
musyarakah dengan juru parkir menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota
Palopo yang disetor ke kas daerah Kota Palopo. Sedangkan dana yang diperoleh juru parkir
adalah merupakan gaji/imbalan atas jasanya dalam melaksanakan tugasnya sebagai juru
parkir. Bentuk kerjasama ini termasuk dalam kategori syirkah mudharabah, yaitu
penggabungan dari syirkah ‘amwal dari salah satu pihak dan syirkah abdan pada pihak
kedua. Dalam praktek syirkah mudharabah, Dinas Perhubungan Kota Palopo selaku pihak
pertama yang berperan menyediakan modal berupa harta atau barang (karcis parkir),
kemudian juru parkir selaku pihak kedua yang menyediakan keahlian atau tenaga.

29
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 20l7), h. l25.
30
Widyarini, Syamsul Hadi, Fatwa MUl, PSAK dan Praktek Musyarakah, (Yogyakarta: UlN Sunan
Kalijaga, 20l6), Jurnal Hukum lslam, vol. l5, No. l, h. l26, Diakses 30 Agustus 2022.

16
17

C. KESIMPULAN
Setelah penulis mendeskripsikan serta melakukan analisa terhadap penelitian bahwa secara
umum pelaksanaan pemungutan retribusi parkir yang didasarkan pada Perda Nomor 7
Tahun 2017 tentang Retribusi Jasa Umum telah terlaksana dengan baik dan sejalan dengan
Hukum Islam yaitu dengan menggunakan pendekatan konsep wadi’ah dan ljarah. Kedua
konsep tersebut mempunyai landasan hukum yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits serta
diikuti dengan ijma’ dan fatwa Majelis Ulama Indonesia. Meskipun spesifikasi aturan
dalam syari’at mengenai pemungutan retribusi parkir tidak ditemukan hingga saat ini,
namun tidak terdapat pula aturan yang bertentangan. Inti dari konsep wadiah dan ijarah
adanya transaksi antara 2 orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan asas saling
percaya satu sama lain.
Transaksi antara juru parkir selaku penerima titipan dengan pemilik kendaraan selaku
pemberi titipan yang kemudian memberikan uang sewa/imbalan kepada juru parkir
merupakan sebuah bentuk hukum mu’amalah. Salah satu cara untuk berbuat baik kepada
seorang juru parkir yaitu membalas jasa berupa pembayaran imbalan (sewa-menyewa) atas
barang/kendaraan (titipan) yang dijaganya. Juru parkir merupakan seorang yang beritikad
baik kepada penitip kendaraan, patutlah berbuat baik kepada orang yang berbuat baik
kepada kita atas jasanya menjaga keamanan kendaraan.
Kesepakatan antara juru parkir dengan pemilik kendaraan terjalin pada saat pemilik
kendaraan (pengguna jasa parkir) memasuki pelataran parkir dengan maksud memarkir
kendaraan dan meninggalkannya untuk beberapa saat. Hubungan timbal balik antara kedua
belah pihak membuahkan hasil, bagi pemilik kendaraan berupa rasa aman akan kendaraan
yang dijaga. Sedangkan bagi juru parkir berupa imbalan atas jasanya dalam menjaga
kendaraan.
Bentuk kerjasama syirkah ini terselenggara atas kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah Kota Palopo kepada juru parkir untuk memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa parkir, menjaga, menata dan mengatur kendaraan di lokasi parkir yang telah
ditentukan. Adapun bentuk kerjasama tersebut adalah akad (perjanjian) antara kedua belah
pihak (Dinas Pehubungan Kota Palopo dan juru Parkir) dengan pembagian keuntungan
yaitu berupa bagi hasil dari pendapatan retribusi yang diperoleh setiap harinya berdasarkan
kesepakatan sebelum memulai melakukan tugas sebagai juru parkir.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalah (Hukum Perdata), Cet. Ke-2, Yogyakarta: FH
UII, 2004.

Apridar, Teori Ekonomi, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013.

Bayu, Menyoal Tarif Parkir di Atas Ketentuan, Palopo, 2022.

David M.L. Tobing, Parkir dan Per1indungan Konsumen, Jakarta: Timpani Agung, 2007.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 20l7

Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Muhammad lchsan, Pengantar Hukum lslam, Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015.

Muhammad Syafaat Masri, SE, Prosedur Dinas Perhubungan dalam Menetapkan Objyek Parkir,
Palopo, 2022.

Perda Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2017 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2017.

Perda Kota Palopo Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Nomor 2 Tahun
2012 tentang Retribusi Jasa Umum, 2017.

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita,
2008.

Subu, Tanggapan Terhadap Tarif Parkir di Atas Ketentuan, Palopo, 2022.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Weni dan Agustina, Pro-Kontra Tarif Parkir yang Melebihi Ketentuan, Palopo, Wawancara, 2017.

Widyarini, Syamsul Hadi, Fatwa MUl, PSAK dan Praktek Musyarakah, Yogyakarta: UlN Sunan
Kalijaga, Jurnal Hukum lslam, vol. l5, No. l, 2016.

https://peraturan.bpk.go.id, Perwali Kota Palopo Nomor 34 Tahun 2016 tentang Susunan


Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota
Palopo, diakses 12 Desember 2021.

www.liputan6.com, 6 Fakta Menarik Palopo, Kota Maritim Penghasil Rumput Laut Berkualitas
Dunia, dipost: Henry, 2021, diakses 8 September 2022.

18

You might also like