Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

HUKUM TAK BERPUASA

RAMADHAN TANPA UDZUR


SYAR'I
K.H. MUHAMMAD SHIDDIQ AL-JAWI, M.Si
Tanya :
Ustadz, apa hukumnya meninggalkan shaum Ramadhan tanpa
alasan syar’i? Apa sanksinya bagi orang tersebut menurut
Syariah Islam? (Hamba Allah, Bogor).

Jawab :

Muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa udzur syar’i


misalnya sakit atau sedang dalam perjalanan, berarti telah
melakukan dosa besar (itsmun kabiir) dan berhak mendapatkan
sanksi pidana syariah di dunia dari negara Khilafah dan azab yang
pedih dari Allah SWT di akhirat kelak.
Syekh Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah berkata :

ِ ‫صر فِيه لَيست ِح ُّق الع َذاب اْألَليم ِِف‬


‫اآلخ َرِة‬ ِ ‫ق‬
َُ‫امل‬ ‫َّت‬َّ ‫ح‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ، ‫ن‬ِ ‫ك‬
ْ‫الر‬
ُّ َ ّ َ‫ف‬
‫ا‬ ‫ذ‬
َ ِ
‫ِل‬ ‫ك‬
َ ِ
‫ر‬ ‫ا‬‫الت‬ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬
َْ َ َ َْ َ َّ َ ْ
ُّ ‫ض اًل َع ْن إِي َق ِاع َد ْولَ ِة اخلًِلفَ ِة الْعُ ُق ْوبَةَ َع َْي ِه ِِف‬
‫الدنْ يَا‬ ْ َ‫ف‬
”Siapa saja muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan, dan
bahkan yang sekedar melalaikannya [misalnya berbuka sebelum
waktunya], sungguh dia berhak mendapatkan azab yang pedih di
akhirat dan lebih-lebih lagi dia juga mendapatkan sanksi dari negara
Khilafah di dunia.”

(Mahmud ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam Ash Shiyam,


hlm. 54).
‫‪Azab yang pedih di akhirat tersebut, antara lain dijelaskan dalam‬‬
‫‪hadits dari Abu Umamah Al Bahili RA, bahwa dia mendengar‬‬
‫‪Rasulullah SAW telah bersabda :‬‬

‫ِ‬
‫ض ْب ِع ْي فَأَتَ يَا ِ َّب َجبَ اًل َو ْع ارا فَ َقالَ ا ْ َ ْ َ ُ ُ ّ َ‬
‫ل‬ ‫إن‬‫ِ‬ ‫ْت‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ص‬ ‫بَ ْي نَا أَنَ نَئِم أ َََتِنْ َر ُجًلَ ِن فَأَ َخ َذ بِ َ‬
‫َص َوات‬ ‫ِ‬
‫ِب‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ب‬‫ْل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ت ح ََّّت إِذَا ُك ْنت ِف سو ِ‬
‫اء‬ ‫د‬ ‫ِ‬
‫ع‬ ‫ص‬ ‫َ‬‫ف‬ ‫ك‬ ‫َ‬‫ل‬ ‫ه‬ ‫َ‬
‫ُ‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫س‬ ‫ن‬‫س‬ ‫َّ‬
‫إن‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫أ ُُْ َ‬
‫َ‬‫ف‬ ‫ه‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ُط‬
‫ْ‬ ‫َ َ ََ‬ ‫ُ‬ ‫َُ َ ّ ُ َ َ ْ ُ َ‬
‫ات قَالُْوا َه َذا عُ َواءُ أ َْه ِل النَّا ِر ُثَّ اِنْطََ َق ِ َّب فَِإذَا أ ََن بَِق ْوم‬ ‫و‬ ‫ص‬ ‫َ‬
‫أل‬
‫ُ َ َ ْ َْ ُ‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ِ‬
‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ْت‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ة‬ ‫د‬ ‫ِ‬
‫َش ْ َ‬
‫ي‬ ‫د‬
‫ْت َم ْن َه ُؤلَ ِء قَ َ‬
‫ال‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ُ‬‫اق‬ ‫د‬ ‫ش‬ ‫َ‬
‫أ‬
‫ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ اَ‬‫ل‬ ‫ي‬ ‫س‬‫ِ‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫اق‬
‫ُ‬ ‫د‬ ‫ش‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ة‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫َّ‬
‫ق‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ي‬‫ِ‬
‫ُم َعََّ ْ َ َ َ ْ ْ ُ َ‬
‫اق‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫ِ‬‫ب‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ق‬
‫ص ْوِم ِه ْم‪ .‬روا النسائي واحلاكم وابن خزمية وابن حبان‪.‬‬ ‫َ‬
‫الَّ ِذين ي ْف ِطرو َن قَ بل ََِتََّ ِ‬
‫ة‬ ‫ْ َ ُ ُْ ْ َ‬
“Pada saat saya tidur, (dalam mimpiku) tiba-tiba datang kepadaku dua
orang laki-laki, lalu keduanya memegang lenganku dan membawaku ke
sebuah gunung yang terjal. Keduanya mengatakan,’Naiklah!’ Aku
menjawab, ’Aku tidak mampu naik.’ Keduanya berkata, ’Kami akan
membantumu naik.’ Lalu aku pun naik dan sampai ke puncak gunung.
Tiba-tiba aku mendengar teriakan yang sangat keras. Aku bertanya,
’Suara apakah ini?’ Mereka menjawab, ’Ini adalah teriakan penghuni
neraka.’Kemudian aku melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba aku melihat
orang-orang digantung pada urat-urat di atas tumit mereka (secara
terjungkir), yang sobek-sobek pada sudut mulut mereka, dan darah pun
mengalir dari sudut-sudut mulut mereka.’ Aku berkata,’Siapakah orang-
orang ini?’ Kedua laki-laki itu menjawab,’Mereka adalah orang-orang
yang berbuka puasa sebelum waktunya [yakni tidak berpuasa
Ramadhan].” (HR An Nasa`i, dalam As Sunan Al Kubra, no 3286; Al Hakim, dalam Al
Mustadrak, no 1568, Shahih Ibnu Khuzaimah, no 1986; Shahih Ibnu Hibban, no 7491. Kata
Imam Al Hakim,”Hadits ini shahih menurut syarat Imam Muslim.”)
Selain hadits tersebut, juga terdapat hadits-hadits lain yang
menunjukkan betapa tercelanya perbuatan meninggalkan puasa
Ramadhan tanpa udzur syar’i. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah
SAW bersabda :

‫الد ْه َر ُكََّ ُه‬


َّ ‫ام‬ ِ ِ َّ َّ ِ ِ ِ
‫ص‬ ‫ن‬
ْ ‫إ‬‫و‬ ‫ه‬
َ َ َ ُ َْ ‫ن‬‫ع‬ ‫ض‬ ‫ق‬
ْ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ ََ ْ ‫َم ْن أَفْطََر يَ ْواما‬
‫ي‬ ‫َل‬
َ ‫ه‬‫ل‬
َ ‫اىل‬‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫اَّلل‬ ‫ا‬‫ه‬‫ص‬ ‫خ‬ ‫ر‬ ‫ة‬‫ص‬ ‫خ‬
ْ ‫ر‬ ‫ْي‬‫غ‬
َ ‫ِف‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬‫ض‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬

“Barangsiapa yang berbuka [meninggalkan puasa] satu hari dari bulan


Ramadhan tanpa ada suatu rukhshah yang ditetapkan Allah baginya,
maka dia tidak dapat mengqadha`-nya walaupun dia melakukan puasa
setahun penuh.” (HR An-Nasa`i, dalam As Sunan Al Kubra, no 3283;
Ahmad, dalam Al Musnad, 2/386, no 9002. Hadits ini dinilai hasan oleh
Imam Jalaluddin As Suyuthi, Al Jami’ Al Shaghir, 2/166).
Demikian pula, muslim yang menjual makanan/minuman kepada
muslim yang tak berpuasa, padahal dia tahu pembelinya itu tak
berpuasa Ramadhan tanpa udzur syar’i, maka penjual itu juga turut
berdosa dan turut memikul dosa yang sama dengan dosa pembeli.
Kaidah fiqih menyatakan :
ِ ‫َعا َن َعَى م ْع‬
‫صيَة َح َرام‬ َ ‫ُك ُّل بَ ْيع أ‬
ََ
Kullu bai’in a’aana ‘ala ma’shiyatin haraam. (Setiap jual beli yang
membantu suatu kemaksiatan hukumnya haram). (Imam Syaukani,
Nailul Authar, hlm. 1035, syarah hadits no 2193). Kaidah fiqih lain
menetapkan :
‫إلث‬ ِ ‫َعا َن َعَى م ْع‬
ِْ ْ‫صيَة فَ ُه َو َش ِريْك ِِف ا‬ َ ‫َم ْن أ‬
ََ
Man a’ana ‘ala ma’shiyatin fahuwa syariik[un] fi al itsmi. (Barangsiapa
membantu suatu kemaksiatan, maka dia telah bersekutu dalam dosa
kemaksiatan itu). (Syarah Ibnu Bathal, 17/207).
Adapun sanksi dari negara Khilafah, berupa ta’ziir, yaitu sanksi yang
bentuk dan kadarnya tidak ditetapkan secara khusus oleh syariah. Jika
sanksi ta’ziir-nya tidak diadopsi oleh Imam (Khalifah), maka qadhi
(hakim) berhak menentukan sendiri ta’ziir-nya.

Menurut Syekh Abdurrahman Al Maliki, seorang muslim yang tak


berpuasa pada bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i, maka dia dijatuhi
sanksi penjara selama 2 (dua) bulan untuk satu hari tak berpuasa. Jika
dia tak berpuasa secara terbuka di hadapan umum seraya menodai
kesucian bulan Ramadhan, maka sanksinya ditambah dengan penjara
hingga maksimal 6 (enam) bulan.

(Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul ‘Uqubat, hlm. 200). Wallahu a’lam

You might also like