Professional Documents
Culture Documents
Islam Adalah Agama Wahyu: Khutbah Jumat Pilihan No Comments
Islam Adalah Agama Wahyu: Khutbah Jumat Pilihan No Comments
Khutbah Pertama:
َض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَال ِ ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُمِ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئاHُِإ ّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُه
ُي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه
َ هَا ِد
ٍ ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس
ان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن َ اَللهُ ّم.
ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِ ْيرًا َونِ َسا ًء َواتّقُوا هللاَ الَ ِذي تَ َسا َءلُوْ نَ بِ ِه
ّ َق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب ٍ يَاَأيّهَا النَاسُ اتّقُوْ ا َربّ ُك ُم الّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف
َ َس َوا ِح َد ٍة َو َخل
ُ َ َ ّ
َوا رْ َحا َم ِإن هللاَ كانَ َعل ْيك ْم َرقِ ْيبًاَْأل
َأ ّما،يَاَأيّهَا الّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرسُوْ لَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظ ْي ًما
… بَ ْع ُد
َو ُك ّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُك ّل، َو َش ّر ْاُأل ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا،صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم ِ َوخَ ْي َر ْالهَ ْد،ِث ِكتَابُ هللا
ُ ى هَ ْد
َ ى ُم َح ّم ٍد ِ ق ْال َح ِد ْي
َ فَِأ ّن َأصْ َد
ِ ّضالَلَ ِة فِي الن
ار َ َو ُك ّل،ًضالَلَة َ بِ ْد َع ٍة.
Islam adalah agama wahyu. Maksudnya, semua ajarannya bersumber dari Alquran dan sunah
yang merupakan wahyu. Allah menurunkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melalui Malaikat Jibril.
Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Kalamullah,
bukan perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, ketika orang
kafir menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendatangkan Alquran selain
yang sudah ada tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa melakukannya. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengikuti wahyu yang diturunkan kepadanya, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa Muhammad itu manusia biasa yang
menerima wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Ketika orang-orang kafir tetap menuduh bahwa Alquran itu buah karya Rasulullah, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala menentang mereka untuk membuat karya semisal Alquran, namun mereka
tidak bisa melakukannya sama sekali.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Alquran yang merupakan sumber ajaran Islam adalah
wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain Alquran, sumber lain yang juga merupakan
wahyu ialah sunah; yang diberikan kepada Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus
di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan
Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran: 164)
Di depan sudah disampaikan, Islam adalah agama wahyu, maka kewajiban kita sebagai kaum
muslimin adalah melaksanakannya semampu kita sesuai dengan panduan wahyu yang diturunkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Ketika beribadah, kita beribadah sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan dengan cara-cara baru yang kita rasa baik.
Karena perasaan bukan landasan agama, apalagi perasaan masing-masing orang itu berbeda-
beda. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Betapa banyak orang yang menginginkan
kebaikan, namun dia tidak dapat meraihnya.”
Itulah kewajiban pertama kita terkait keberadaan Islam sebagai agama wahyu. Dan itu juga
merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah yang dilakukan oleh seseorang; tanpa itu,
tertolak sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ;
“Barangsiapa melakukan satu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka itu tertolak.”
(HR. Muslim).
ِ َأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا َأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما
َ ت فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر
الر ِح ْي ُم
Khutbah Kedua:
ُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن نَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه،ُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهُ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه،َُأحْ َم ُد َربِّي َوَأ ْش ُك ُره
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ikhlas adalah amalan hati, bukan amalan lisan. Ikhlas tidak perlu disampaikan kepada orang lain.
Dan keikhlasan seseorang dalam beramal pasti diketahui oleh Allah, meskipun orang tersebut
tidak mengucapkannya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui niat yang
terpendam dalam hati seseorang.
Ikhlas ini, wahai saudara-saudaraku, meski singkat dan mudah dilafalkan, akan tetapi sangat
susah direalisasikan. Perhatikanlah perkataan Imam ats-Tsauri rahimahullah yang menjelaskan
betapa susahnya menjaga niat ini. Beliau rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah
mengobati sesuatu yang lebih susah bagi saya melebihi susahnya saya mengobati niat”.
Ini perkataan seorang Ulama yang tidak diragukan keshalihannya, lalu bagaimana dengan orang
seperti kita di tengah banyaknya gempuran godaan dunia?! Hendaklah kita terus mengintrospeksi
diri kita dan terus memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dijadikan
termasuk para hamba yang ikhlas.
Keikhlasan seseorang dalam beramal mempunyai efek yang luar biasa terhadap nilai amalan
yang dilakukannya, jika ibadah yang dilakukannya itu untuk mencari dunia, maka sebatas itu
yang didapatkan: sementara di akhirat ia tidak akan mendapatkan apa pun.
َ ِار َو َحب
ط َ َّْس لَهُ ْم فِي اَْأل ِخ َر ِة ِإالَّ الن َ َمن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا الَيُ ْب َخسُونَ ُأوْ لَِئ
َ ك الَّ ِذينَ لَي
َاط ٌل َّما َكانُوا يَ ْع َملُون ِ َصنَعُوا فِيهَا َوب َ َما
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Hud: 15-16).
Dengan keikhlasan, amalan yang ringan menjadi besar ganjarannya, bahkan dengan niat yang
ikhlas, seseorang bisa mendapatkan pahala, meskipun dia belum sempat beramal karena
terhalang oleh udzur. Simaklah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kembali dari perang
Tabuk dan mendekat ke Madinah, beliau bersabda, “Sesungguhnya di kota Madinah terdapat
beberapa kaum yang tidaklah kalian menempuh satu perjalanan atau menyebrangi lembah
kecuali mereka senantiasa bersama kalian (dalam pahala)”, Para shahabat bertanya (keheranan)
“Wahai Rasulullah, padahal mereka berada di kota Madinah,” Rasulullah menjawab, “Ya,
padahal mereka berada di kota Madinah, mereka tertahan oleh udzur (HR. al-Bukhari)
Ibnul-Mubarak rahimahullah mengatakan bahwa betapa banyak amalan yang kecil namun
menjadi besar pahalanya disebabkan oleh niat, dan betapa banyak amalan yang besar namun
karena niat juga ganjarannya menjadi sedikit.
Demikianlah hal kedua yang perlu kita perhatikan agar amal ibadah yang dilakukan dalam
keislaman kita menjadi bermanfaat. Pertama, melaksanakannya sesuai dengan tuntutan wahyu;
dan yang kedua ikhlas, hanya mengharap balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .
َّحي ٌم ٌ
ِ ُؤوف ران َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِّلَّ ِذينَ آ َمنُوا َربَّنَا ِإنَّكَ َر
ِ َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َوِإِل ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاِإْل ي َم
َظلَ ْمنَا َأنفُ َسنَا َوِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرين
َ َربَّنَا
Related Posts