Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Fitrah: Journal of Islamic Education P-ISSN : 2723-3847

Vol 3 No. 2 Desember 2022 E-ISSN : 2723-388X


Available online at http://jurnal.staisumatera-medan.ac.id/fitrah

PERAN ORANG TUA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL


ANAK; ANALISIS FAKTOR DAN STRATEGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati


Universitas Nurul Jadid
E-mail: chusnulmuali@unuja.ac.id, sulisfatmawati62@gmail.com

How to Cite:
Muali, C., Fatmawati, S. (2022). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak; Analisis Faktor dan Strategi. Fitrah:
Journal of Islamic Education, 3(2), 85-100.

ARTICLE HISTORY ABSTRACT


Received : 15 November 2022 This study aims to analyze the role of parents in improving children's emotional
Revised : 18 January 2022 intelligence with a focus on analyzing factors that increase emotional intelligence
Accepted : 20 January 2022
Published : 31 January 2022 and strategies to increase emotional intelligence. This research was conducted in
Alaspandan Village, Pakuniran District, Probolinggo. The research method used is
qualitative, using a phenomenological approach—the source of data from research
informants and library sources. The research informants consisted of two parents
KEYWORDS:
and children. At the same time, library sources comprised books, journals and
Emotional Intelligence,
Family Environment, research results. Data collection techniques using observation, interviews, and
Children's Education documentation studies. The study's results revealed that there were two influencing
factors, namely internal and external. The research findings revealed that of the
two, the internal factor became the most dominant factor, namely the family
environment. The interactions and socialization that occur within the family have a
dominant influence on the emotional development of children. The strategies used
by parents to improve children's emotional intelligence are getting used to
interacting with children, developing self-confidence, building child empathy,
providing good role models, and controlling children's emotions.
RIWAYAT ARTIKEL ABSTRAK
Diterima : 15 November 2022Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran orang tua dalam meningkatkan
Direvisi : 18 Januari 2022
Disetujui : 20 Januari 2022kecerdasan emosional anak dengan fokus kajian pada faktor yang meningkatkan
kecerdasan emosional, dan strategi peningkatan kecerdasan emosional. Penelitian
Diterbitkan : 31 Januari 2022
ini dilaksanakan di Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran, Probolinggo.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi. Sumber data dari informan penelitian dan sumber
KATA KUNCI: pustaka. Informan penelitian terdiri dari dua yakni orang tua dan anak.
Kecerdasan Emosional, Sementara sumber pustaka terdiri dari buku, jurnal dan hasil-hasil penelitian.
Lingkungan Keluarga, Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi
Pendidikan Anak
dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi yakni internal dan eksternal. Temuan penelitian mengungkapkan
bahwa dari keduanya, faktor internal menjadi faktor yang paling dominan, yakni
lingkungan keluarga. Interaksi dan sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga
berpengaruh dominan terhadap perkembangan emosional anak. Adapun strategi
yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak adalah
membiasakan berinteraksi dengan anak, mengembangkan rasa percaya diri,
membangun empati, memberikan tauladan baik, mengendalikan emosi anak.

85
Fitrah: Journal of Islamic Education

PENDAHULUAN Perpspektif pendidikan Islam juga sangat


Setiap anak yang dilahirkan memiliki memberi kedudukan tinggi bagi orang tua. Tidak
keterampilan atau potensi yang baik dan itu harus hanya sebagai pendidik anak, akan tetapi dalam
dikenali dan dikembangkan agar keterampilan anak pendidikan Islam orang tua disebut guru utama
ikut berperan untuk bertahan hidup hingga yang paling dominan memberikan warna
dewasa. Hal itu dapat dicapai melalui kehidupan bagi seorang anak. Atas hal itu lah,
pembentukan perasaan sosial dan spiritual yang maka orang tua dimintai pertanggung jawaban
baik. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk kelak terhadap anak yang telah didiknya.
mengembangkan potensi penuh mereka. (Rijkiyani Pertanggung jawaban itu menandakan bahwa
et al., 2022). Oleh karena itu, orang tua sebagai dalam Islam anak itu adalah anugrah dan amanah,
pendidik anak yang paling utama berkewajiban yang memang harus di jaga dan didik sesuai
untuk menciptakan lingkungan yang baik selama dengan tuntutan dalam Islam, dalam hal itu
proses pendidikan. Tanpa orang tua anak akan tuntunan yang dimaksud adalah Al-Qur’an dan
kehilangan asupan pendidikan dasar, yang Hadis Nabi Saw. Orang tua menuntun
menyebabkannya bisa kehilangan arah dan sulit perkembangan anak dalam segala aspek,
untuk mampu bertahan menghadapi kehidupan termasuklah perkembangan emosional.
nyata. (Jaelani & Ilham, 2019). Lingkungan keluarga menjadi faktor penentu
Orang tua, terutama ibu memiliki peran kecerdasan emosional anak, sebab Islam
penting dalam membentuk pola sosial, emosional, memberikan ajaran bahwa interaksi anak dengan
dan pendidikan anak di masa depan. Suasana orang tua tidak hanya terjadi saat ia lahir ke dunnia
psikologis dan terutama kekhasan hubungan ini saja, melainkan sudah terjadi sejak dalam masa
keluarga memegang peranan penting dalam kandungan. Setelah itu keluarga sebagai tempat
pembentukan kepribadian seorang anak. Selain itu, tinggal pertama anak menjadi yang paling utama
hubungan timbal balik antara orang tua dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan
keluarga, hubungan antara orang tua dan anak keerdasan emosional anak.
dalam keluarga terus mempengaruhi seluruh masa Dari penjelasan tersebut dapat diketahui
kanak-kanak, dan kemudian kehidupan dewasa. bahwa emosi sosial anak dibentuk oleh interaksi
(Yuliasari & Lestari, 2021). Vasilyeva dan antara orang tua dan anak serta model dari orang
Schernakov menyebutkan orang tua memiliki tua. Namun di Indonesia, hal ini masih
peran fungsional sebagai tugas sosial anggota menimbulkan masalah, hal itu terbukti dari banyak
keluarga kepada anak, yang sesuai dengan orang tua yang tidak memahami bagaimana emosi
kehidupan keluarga, aturan perilakukeluarga, tradisi dan sosial anak. Sehingga hal itu sering berujung
dan hubungan interpersonal yang terjalin. (Nur pada kasus bullying atau bahkan kekerasan yang
Utami & Raharjo, 2021). dilakukan teman di sekolah, hingga anak tersebut

86 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

berujung ke pengadilan. Penindakan terhadap anak dan hubungan erat antara kecerdasan emosional
di sekolah atau organisasi masyarakat telah menjadi dan kecerdasan umum (Khusniyah, 2018).
pekerjaan rumah bagi para orang tua, terutama Hal ini mendorong penelitian dengan
para ibu yang lebih banyak menghabiskan waktu fokus kajian pada: (1) peran orang tua berpengaruh
bersama orang tuanya untuk meningkatkan pola terhadap pembentukan sosial-emosional anak, (2)
asuh. Hal ini dapat mempengaruhi terbentuknya faktor yang mempengaruhi kecerdasan, dan (3)
perasaan sosial yang baik. Dengan cara ini, anak strategi pembentukannya. Berdasarkan tujuan
memahami pola aturan dan hukuman untuk setiap tersbut, tentu akan memberikan implikasi pada
tindakan. pemberian pemahaman baru kepada para orang
Potensi sosial-emosional anak yang stabil tua khususnya para ibu bahwa perasaan sosial
sejak masa kanak-kanak, akan berlanjut hingga harus ditumbuhkan sejak usia dini. Tidak hanya itu
dewasa dan menjadi permanen. Seperti dicatat oleh perspektif Islam yang menjadi fokus pembahasan
Abe & Izard, kompetensi emosional dan sosial juga mewarnai pembinaan tersebut. Ajaran Islam
menghadirkan pola yang relatif stabil dari waktu ke yang komprehensif akan memberikan bukti
waktu dari prasekolah hingga remaja (Juniarti & ampuh dalam membina kecerdasan emosional
Nurlaeni, 2017). Hurlock berpendapat bahwa anak. Selain itu, penelitian ini juga merupakan
perkembangan sosial adalah perolehan sumbangsih ilmu pengetahuan khususnya bagi
kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan perkembangan keilmuan terkait kajian peran orang
tuntutan sosial. Salah satu langkah untuk tua dalam membesarkan anak.
membentuk kecerdasan emosional itu adalah Penelitian ini tentu memiliki distingsi
dengan membiasakan anak mampu untuk dengan penelitian lain, untuk membuktikannya
bersosialisasi. Maksudnya kemampuan untuk berikut eksplorasi terhadap penelitian terdahulu:
berperilaku sesuai dengan norma sosial, nilai atau (1) Strategi guru Pendidikan agama Islam dalam
harapan. Perkembangan sosial-emosional anak meningkatkan kecerdasan emosional melalui
sangat ditentukan oleh interaksi orangtua-anak., pendidikan alam (Sholihin et al., 2021), (2)
maka pekerjaan mengajari anak norma dan aturan Kontribusi pendidikan Islam dalam
sosial, serta moral, harus dimulai pada usia 0 tahun. menumbuhkan kecerdasan emosional anak (Nisa
Dalam studi karakteristik psikologis anak & Susandi, 2021), (3) implikasi distance learning
prasekolah yang dilakukan di Rusia, ditemukan dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak
bahwa perkembangan emosional merupakan jalur (Aswat et al., 2021), (4) strategi guru Pendidikan
utama perkembangan mental anak. Artinya Islam dalam meningkatkan kecerdasan spritual dan
komponen perkembangan emosi adalah; emosional (Oktaria & Karoma, 2019), (5) gaya dan
membedakan emosi, memahami emosi, mengelola pengasuhan aspek emosional anak (Kurniasari,
emosi, memfasilitasi proses berpikir; kecerdasan 2016). Dari beberapa penelitian tersebut tampak

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |87


Fitrah: Journal of Islamic Education

perbedaan penelitian yakni pada sisi faktor dan menjaga emosi artinya adalah mengelola emosi
strategi yang dilakukan oleh orang tua. Berbeda yang terdapat pada diri seseorang sehingga dapat
dengan penelitian sebelumnya yang cenderung berperan positif dalam mengatur kehidupan.
meneliti peran guru, sementara pada penelitian ini Manusia memiliki emosi sebagai anugerah yang
objeknya adalah orang tua yang tinggal dipedesaan diberikan oleh Allah Swt., namun emosi ini jika
yang secara kompetensi masih minim dengan ilmu tidak dikelola dengan baik maka akan memiliki
tentang pengasuhan anak. dampak negatif bagi kehidupan seseorang. Dengan
emosi seseorang akan memiliki warna pada
KAJIAN TEORI perasaanya, sehingga timbul sifat kasih sayang,
Dalam ilmu psikologi kecerdasan peduli, empati kepada orang lain. Emosi juga
seseorang dibagi menjadi tiga kecerdasan yakni mampu membuat orang memiliki sifat
kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual. kebalikannya yakni benci, tidak peduli, dan
Kecerdasan intelektual berkaitan dengan dendam kepada orang lain. Kemudian pengndalian
kecerdasan yang berkaitan dengan pengetahuan diri atau kontrol diri Kontrol diri adalah
ataupun kemampuan otak seseorang. Kecerdasan serangkaian proses yang dapat membentuk
emosional berarti kecerdasan yang berkaitan psikologi, fisik, dan pola perilaku pada individu
dengan sikap dan perasaan yang dimiliki oleh sehingga dapat menentukan perilaku yang keluar
seseorang. Kecerdasan spiritual berkaitan dengan berdasarkan standar tertentu, seperti moral, aturan
kecerdasan seseorang dalam mengelola diri pada masyarakat, dan nilai yang dianut oleh masyarakat
agama yang diyakininya. Ketiganya harus seimbang agar dapat mengarah ke perilaku yang positif.
dimiliki oleh manusia sebab jika tidak makan di (Zulfah, 2021). Empati adalah kapasitas untuk
depan seseorang akan goyah atau tidak memiliki memahami atau merasakan apa yang dialami orang
ketahanan dalam kehidupan.Dalam perspektif lain dari sudut pandang mereka, yakni kapasitas
Islam Allah Swt. memberikan tiga kemampuan untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang
tersebut kepada manusia sebagai modal untuk lain. Definisi empati mencakup berbagai proses
melaksanakan Fungsinya sebagai makhluk Tuhan sosial, kognitif, dan emosional yang terutama
yang beribadah kepadanya dan tugasnya sebagai berkaitan dengan memahami orang lain.
khalifah di muka bumi. Kemudian empati adalah adalah kapasitas untuk
Menurut Goleman (2017), kecerdasan memahami atau merasakan apa yang dialami orang
emosional adalah kemampuan seseorang mengatur lain dari sudut pandang mereka, yakni kapasitas
emosi, menjaga emosi, dan pengungkapan melalui untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang
kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi lain. Definisi empati mencakup berbagai proses
diri, dan keterampilan sosial. (Goleman, 1996). sosial, kognitif, dan emosional yang terutama
Secara rinci dijelaskan bahwa mengatur emosi dan berkaitan dengan memahami orang lain. (Amrullah

88 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

& Awalunnisah, 2022). Motivasi diri merupakan ha Sebab dengannya anak akan memiliki perilaku
yang mendorong seseorang utuk melakukan yang baik tidak hanya berperan untuk mengelola
sesuatu, lazimnya ditimbulkan dalam bentuk dirinya sendiri, akan tetapi juga berperan untuk
perilaku. Kemudian keterampilan sosial adalah berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia
kemampuan psikomotorik seseorang dalam lainnya.
berinteraksi dalam kehidupan sosial, yang dengan Kebanyakan orang beranggapan bahwa
keterampilan itu membuat manusia menjadi dapat proses membesarkan anak melibatkan popok,
berhubungan antar kehidupan sosial. makanan yang berantakan, dan mengejar anak
Setiap manusia membutuhkan bantuan yang sedang menangis atau sedang aktif bermain.
orang lain dalam meningkatkan kecerdasan Tetapi pengasuhan anak jauh melampaui
emosionalnya. Pada lingkungan keluarga maka pemenuhan kebutuhan kelangsungan hidup dasar
orang tua Allah yang akan memberikan bantuan anak, dan orang tua memiliki dampak besar pada
untuk meningkatkan kecerdasan emosional perkembangan anak, termasuk kepribadian,
seseorang, Sementara pada lingkungan pendidikan perkembangan emosi, dan pola perilaku, di antara
maka guru yang akan memberikan bantuan untuk banyak faktor lainnya. Penting untuk
meningkatkan kecerdasan emosional seseorang. perkembangan keseluruhan anak-anak bahwa
Dan jika pada lingkungan masyarakat maka teman orang tua cukup hadir untuk mendukung mereka,
sebaya, Tetangga, Ataupun masyarakat pada dan dukungan ini memupuk rasa percaya diri dan
umumnya yang akan memberikan bantuan untuk pertumbuhan di banyak bidang. (Nurhasanah et
meningkatkan kecerdasan emosional seseorang. al., 2021).
Namun di antara ketiganya orang tua memiliki Terkadang perhatian fisik saja tidak cukup,
peran yang paling dominan dalam membentuk karena perkembangan jiwa anak menjadi bagian
kecerdasan emosional seseorang, Sebab secara penting dalam kehidupannya di masa depan.
Intensitas waktu, seseorang akan berada dalam Orang tua yang dekat tetapi tidak terlibat atau
lingkungan keluarga lebih lama dibandingkan responsif secara emosional cenderung
dengan lingkungan yang lain. Dan tidak hanya itu membesarkan anak yang lebih stres dan kurang
alasan lain karena orang tua telah memiliki terlibat dalam permainan atau aktivitas. Sebuah
hubungan erat dengan seseorang masa sebelum studi yang meneliti hubungan antara investasi
kelahiran. Itu sebabnya tak salah jika dikatakan orang tua dan kompetensi anak menunjukkan
bahwa anak memiliki hubungan emosional yang bahwa keterlibatan emosional orang tua penting
kuat dengan ibunya, walau anak dan orang tua dan memengaruhi hasil kompetensi dan regulasi
tersebut telah lama tidak bertemu. Maka dari itu emosi anak mereka. Orang tua harus mengingat
Islam memberikan amanah kepada orang tua hal ini, ketika mengevaluasi kualitas waktu yang
untuk membentuk kecerdasan emosional anak. mereka habiskan bersama anak- anak mereka.

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |89


Fitrah: Journal of Islamic Education

Karena jika mereka tidak menginvestasikan waktu Secara konseptual kaitan antar teori
yang cukup serta dedikasi untuk tersebut tergambar pada bagan yang tampak di
mengkomunikasikan emosi mereka kepada anak- bawah ini:
anak mereka akan sulit bagi anak- anak untuk
belajar mengekspresikan emosi mereka Perkembangan Emosional
(Khusniyah N. L., 2018).
Dalam perspektif Islam manusia dicitpkan
Lingkungan
pada dasarnya tidak memiliki kemampuan apapun, Keluarga
lantas Allah memberikannya anugarah berupa
pendengaran, penglihatan dan hati agar
Lingkungan
dipergunakan sebagai instrumen untuk memahami Pendidikan
sesuatu, yang tentu pemahaman itu bermuara pada
pengabdian kepada Allah Swt. Hal itu dijelaskan Lingkungan
dalam Al-Qur’an: Masyarakat

       


Kecerdasan Emosional
      


Faktor Strategi
Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Gambar 1. Bagan Konseptual

Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,


agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nahl:78) METODE PENELITIAN

Ayat di atas memberikan penjelasan Penelitian ini menggunakan metode

bahwa kecerdasan emosional dalam proses Islam penelitian kualitatif dengan menggunakan

terletak pada hati manusia. Itulah sebabnya banyak pendekatan fenomenologi. Penelitian ini

penjelasan di dalam hadis Nabi Muhammad Saw., dilakukan untuk menganalisis fenoma tentang

bahwa hati manusia itu dapat berbolak-balik, yang perkembangan emosional anak yang berada di
Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran,
jika dikelola dengan baik maka akan membuat
Probolinggo. Sumber data pada penelitian ini terdiri
seseorang terhantar pada kehidupan yang baik pula
dari informan penelitian dan sumber data pustaka.
Begitu juga sebaliknya jika tidak dikelola dengan
Informan penelitian yani orang tua dan anak yang
baik maka akan menghantarkan seseorang pada
berada di Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran,
jurang kerusakan. Maka pendidik dalam hal ini Probolinggo sebanyak masing-masing 20 orang.
orang tua berperan memberikan stimulus untuk Sumber pustaka berasal dari buku, dan hasil-hasil
hati agar condong pada arah yang baik. penelitian dalam bentuk tugas akhir atau jurnal.

90 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

Pengumpulan data menggunakan teknik yakni pikiran seseorang. Pikiran seseorang


observasi wawancara dan studi dokumentasi. memberikan pengaruh terhadap perkembangan
Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas emosional, Sebab walaupun hal itu merupakan
interaksi orang tua dan anak di lokasi penelitian,
aktivitas psikis akan tetapi tetap juga dipengaruhi
sementara wawancara digunakan untuk mendalami
oleh pikiran seseorang. Itu sebabnya seseorang
faktor dan strategi peningkatan kecerdasan emosional
yang tidak mampu berpikiran secara jernih maka
anak. sedangkan dokumentasi digunakan untuk
akan timbul emosional yang buruk. Begitu juga
melihat dokumen-dokumen berkaitan dengan
peningkatan kecerdasan emosional, baik yang dimiliki
dengan sebaliknya jika seseorang dalam

oleh orang tua, ataupun yang tersebar di lingkungan kemampuan berpikiran jernih maka emosional
desa. Untuk analisa data menggunakan alur reduksi yang muncul juga akan selaras dengan pikiran
data, penyajian data dan pnarikan simpulan. Dan jaminan tersebut. Itu sebabnya di dalam Islam
untuk menjamin keabsahan data dilakukan trianggulasi seseorang diminta untuk menggunakan akal dan
data, baik antar data dengan data, dan antar pikirannya untuk dapat mengontrol emosinya.
sumberdata dengan sumber data. Secara bagan desain Temuan penelitian di lapangan yakni di
penelitian berikut ini:
desa Alaspandan menunjukkan bahwa anak-anak

Peningkatan Kecerdasan Emosional Anak yang diteliti rata-rata berada pada usia di bawah
delapan tahun, yang itu artinya dalam usia tersebut
tentu mereka tidak mampu seara optimal
Observasi Interaksi orang tua dan anak menggunakan akal pikirannya dalam mengelola
emosi mereka. Pada usia ini anak-anak memiliki
Wawancara Faktor dan strategi kecenderungan untuk menggunakan akal
pikirannya meniru perbuatan orang yang lebih
Dokumentasi Dokumen perkembangan dewasa darinya. sehingga tindakan emosional yang
dimunculkan oleh anak usia dini tersebut
cenderung mengikuti sikap emosional yang
Penyajian data Penarikan simpulan
dimiliki oleh orang dewasa. Kultur ataupun budaya
yang dimiliki oleh masyarakat desa alas
Gambar 2. Desain dan Alur Penelitian
pandan, menjadi satu hal yang tampak tercermin
pada perilaku emosional anak di desa tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Sama seperti pada umumnya bahwa, Anak kerap
Temuan penelitian mengungkapkan
tidak memiliki kemampuan untuk
bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
mengekspresikan emosionalnya kecuali dalam
perkembangan emosional anak, yaitu faktor
bentuk tindakan-tindakan yang terkadang dianggap
internal dan eksternal. Yang termasuk dalam faktor
bertentangan dengan orang dewasa. Tindakan
internal adalah faktor dari dalam diri anak tersebut,

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |91


Fitrah: Journal of Islamic Education

emosional yang dimaksud seperti menangis, dengan pengasuhan yang hangat akan
marah, menunjukkan kepedulian kepada orang lain memberikan pengaruh timbulnya emosional
dan rasa membantu teman. berupa kasih sayang, sedangkan ibu yang
Selain faktor internal terdapat faktor depresi memiliki pikiran, sikap, dan perilaku
eksternal yang mempengaruhi kecerdasan yang maladaptif. Hal ini, bersama dengan
emosional anak. Faktor eksternal merupakan berada di lingkungan penuh tekanan yang
faktor yang berasal dari luar diri anak tersebut, atau sama dengan sang ibu, menempatkan anak
dengan kata lain hal-hal di luar dari diri siswa yang pada risiko mengembangkan masalah
memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosionalnya sendiri. Fakta bahwa ibu yang
emosional anak. Namun sebelum depresi cenderung bersikap apatis terhadap
mengungkapkan temuan penelitian, berikut anak-anaknya, menempatkan mereka dalam
disajikan dalam bentuk bagan: situasi sosial yang kurang, dan umumnya
kurang memberikan rangsangan kepada anak-
Internal Akal/Pikiran
anak mereka, menempatkan anak-anak pada
posisi yang kurang menguntungkan dalam
Faktor yang Mempengaruhi mencapai perkembangan emosi yang
Kecerdasan Emosional Anak normal.(Aghnaita & Irmawati, 2022)
2. Faktor kemampuan orang tua mengatur emosi
Interaksi sosial anak, dalam temuan kecerdasan anak sangat
dipengaruhi oleh kemampuan orang tua
Eksternal Kontrol emosi mengatur emosi anak. Orang tua yang
memiliki kesabaran, tentu akan dengan tenang
Keterampilan sosial
dan sabar dalam mengatur emosi anak. Jika
dikaitkan dengan perspektif Islam, maka ini
Setting sosial
ada kaitannya dengan yang dilakukan oleh
Gambar 2. Bagan Temuan Penelitian Nabi Ibrahim a.s. kepada putranya Ismail, yang
Temuan penelitian mengungapkan berusaha mengatur emosi anaknya saat
beberapa faktor eksternal yang dimaksud sebagai mengatakan penyembelihan kepadanya:
berikut:
         
1. Faktor interaksi orang tua dengan anak,
temuan penelitian mengungkapkan bahwa          
kehangantan orang tua dalam mengasuh
       
anaknnya berpengaruh terhadap
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada
perkembangan emosi anak sejak usia dini. Ibu
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,

92 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku sosial di taman dapat dilihat dari perilaku anak-
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. anak yang berbeda-beda, diantaranya anak-
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: anak yang selalu ingin egois, agresif, pemarah,
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang harus mengabulkan segala keinginan, melawan
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan bahkan menarik diri dari lingkungannya dan
mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". tidak mau. (Yasir, 2022). Maka dari itu,
(Q.S. ash-Shafat: 102). pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran
Anak-anak melihat orang tua mereka anak dan pengalaman interaksi sosial sangat
mengekspresikan emosi dan berinteraksi penting bagi perkembangan kemampuan
dengan orang lain, dan mereka meniru apa berpikir anak. Vygotsky juga menjelaskan
yang mereka lihat dan lakukan pada orang tua bahwa bentuk aktivitas mental muncul dari
mereka untuk mengatur emosi. Temperamen konteks sosial dan budaya di mana anak
seorang anak juga berperan dalam pengaturan berinteraksi, sehingga dalam memahami
emosinya, yang dipandu oleh pola asuh yang perkembangan anak orang dewasa ditantang
diterimanya (Suhati & Islami, 2018). Misalnya, untuk memahami hubungan sosial yang ada di
anak lebih rentan terhadap emosi negatif atau lingkungan tempat anak berkumpul.
episode kemarahan yang sangat dipengaruhi 4. Faktor keterampilan sosial itu menjadi masalah
oleh pengasuhan yang lalai dan sering krusial sehingga dapat dibangun dan
mengarah ke masalah perilaku bahkan lebih. dikembangkan kemampuan untuk
Temperamen yang sulit dapat menjadi bersosialisasi pada individu sejak dini
masalah bersama dan menimbulkan lebih (Darmiah, 2020). Ada beberapa faktor yang
banyak perasaan negatif pada orang tua jika dapat mempengaruhi keterampilan sosial anak
dibiarkan. Orang tua perlu memahami bahwa yaitu jenis kelamin, usia dan tingkat
emosi dan gaya pengasuhan mereka sendiri perkembangan, serta lingkungan.
tidak memengaruhi hasil emosional anak-anak Keterampilan sosial yang dikembangkan
mereka, tetapi ketika mereka tidak menyadari individu dengan belajar bagaimana berinteraksi
bagaimana emosi anak-anak mereka dengan lingkungan orang tua dan anak dapat
memengaruhi mereka, mereka dapat berubah mengoptimalkan perannya dalam menghadapi
menjadi pengasuhan yang tidak efektif dan anak. Hal ini disebabkan oleh kepekaan sosial
acuh tak acuh. perilaku anak-anak. anak yang dimulai dari keluarga kemudian
3. Setting Lingkungan Sosial, lingkungan sosial berpindah ke lingkungan sekolah. Khusniyah
meliputi lingkungan yang khususnya di sekolah menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas
dasar dan berlanjut ke lingkungan yang lebih mental berasal dari konteks sosial dan budaya
luas yaitu masyarakat umum. Permasalahan dimana anak-anak berinteraksi dengan orang

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |93


Fitrah: Journal of Islamic Education

lain. Studi lain meneliti bahwa bentuk mempengaruhi perkembangan sosio-emosional


keterampilan sosial untuk anak-anak anak. Selain itu, perkembangan emosi
prasekolah, antara lain, asuh dan tanggap anak juga dipengaruhi oleh usia anak. (Henni
hubungan interpersonal dengan anak-anak lain Marsari, Neviyarni, 2021)
secara memuaskan, tidak suka bertengkar, Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
tidak egois, berbagi kue dan mainan. dipahami bahwa perkembangan perasaan sosial
(Khusniyah, 2020) Oleh karena itu, anak dipengaruhi oleh pola asuh atau peran orang
keterampilan sosial anak harus dikuasai karena tua dalam pengasuhan dan pendidikan sehari-hari.
hal ini akan membantu mereka memasuki Keputusan mengasuh anak memengaruhi
kehidupan sosial yang lebih luas. bagaimana anak berkembang secara fisik, sosial,
Pendidikan anak usia dini harus mencakup dan emosional, tetapi itu tidak berarti orang tua
semua proses interaksi sosial yang merangsang dan tidak boleh terobsesi untuk menetapkan tonggak
tidak terbatas pada pembelajaran yang berlangsung tertentu dalam pendidikan anak mereka. Jadi tidak
di lembaga pendidikan yang hanya mengutamakan ada standar atau formula khusus yang sempurna
aspek kognitif untuk perkembangan anak. Hal ini untuk mencontoh perilaku anak. Namun, penting
menunjukkan bahwa pendidikan terhadap anak bagi orang tua untuk membangun perasaan sosial
dapat terjadi kapan saja, serta interaksi manusia anak-anaknya dengan benar sesuai dengan ajaran
dalam keluarga, kelompok umur dan hubungan agama yang dianutnya, norma sosial, etika, adat
sosial sesuai dengan kebutuhan pendidikan anak. istiadat, hukum atau aturan sosial.
Ketika seorang anak memasuki fase prasekolah, Ibu memiliki persentase tertinggi pada
perkembangan anak adalah kemampuan untuk semua aspek dari indikator kecemasan dan self-
mengidentifikasi dengan dunia di luar dirinya, esteem. Perilaku penolakan orang tua terhadap
bersedia berbagi dan mengurangi ketergantungan keinginan anak menjadi sangat besar bagi perilaku
orang dewasa, membimbing dan menanggapi kemarahan anak. Sikap kerjasama yang
kebutuhannya akan persahabatan, dan kemudian ditunjukkan orang tua mempengaruhi sikap
anak-anak siap untuk berhubungan (Anggito & kerjasama anak dengan teman-temannya di
Setiawan, 2018). Di satu sisi, orang tua tetap sekolah atau lingkungan luar rumah. Pola
menjadi faktor sosial terpenting di masa kanak- komunikasi yang baik dari orang tua menjadi
kanak. teladan bagi anak dalam menuturkan kata dan
Dan di sisi lain, anak prasekolah kalimat yang baik dan sopan. (Utami & Raharjo,
membutuhkan teman dan melakukan segalanya 2019). Pola sosialisasi sosial menjadi proses
untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil penelitian bimbingan yang besar terhadap pola bersosialisasi
menunjukkan bahwa stimulasi psikososial anak di lingkungan masyarakat. Sedangkan
merupakan salah satu faktor dominan yang kepribadian positif orang tua bisa menjadikan anak

94 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

yang selalu berpikir positif dan semangat. Dari komprehensif. Ciri utama dari sistem relasional di
hasil pencapaian nilai rata-rata diketahui bahwa sekolah adalah saling pengertian dan perlakuan
baik ibu maupun ayah memiliki nilai rata-rata sama satu sama lain, dengan mempertimbangkan
besar untuk kedua indikator yang mempengaruhi karakteristik dan minat anak lain.(Zainul &
perkembangan emosional sosial anak. Dengan Azmussya’ni, 2021)
demikian dapat disimpulkan bahwa ada korelasi Oleh karena itu, dalam perannya, orang
positif antara jenis sikap ibu dan ayah terhadap tua harus menerapkan proses komunikasi yang
anak-anak. Ketika ibu memperlakukan anak baik secara konstruktif yang dapat dipahami oleh
dengan sikap lamban, tidak mampu, mengabaikan anak. Karena jika terjadi kesalah pahaman,
minat, hobi, pikiran dan perasaannya, maka tingkat kesalahan tersebut akan tenggelam hingga dewasa
kecemasannya meningkat (Khusniyah, 2020) di alam bawah sadar anak, yang akhirnya muncul
Perilaku menolak merupakan bagian dari dan dimanfaatkan. Ini juga telah dibuktikan dalam
perilaku imitatif yang dapat dibentuk oleh anak penelitian. (Utami, 2019). Dari penelitiannya,
melalui sikap yang ditunjukkan oleh orang tuanya. diketahui bahwa pola asuh ibu yang salah
Meskipun aspek kerjasama dalam pola asuh (overprotection, hanya ingin memuaskan
seringkali dianggap kurang penting. Kerja sama keinginannya saja, hukuman yang berlebihan,
mempengaruhi proses interaksi yang saling kurang percaya diri dalam keterampilan mengasuh
membantu antar anak. Agar anak memiliki rasa anak, fobia kehilangan anak, mengasuh
tanggung jawab, yang berujung pada kemampuan infantilisme) menghancurkan ikatan positif dalam
komunikasi anak yang baik. Penelitian yang keluarga dan hubungan multipersonal yang
dilakukan oleh Zakharova & Silakova sistematis antara anak dan dunia di sekitar mereka
menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak serta hubungan yang harmonis antara orang tua
merupakan subsistem keluarga khusus yang dan anak. Kesalahan pendidikan menyebabkan
merupakan faktor terpenting baik dalam masalah komunikasi yang mendasar, substantif,
perkembangan mental dan emosional anak instrumental dan refleksif; menentukan perilaku
maupun dalam proses sosial(Makagingge et al., anak yang tidak konstruktif dalam situasi
2018). Hubungan interpersonal lainnya di sekolah komunikatif. Kesulitan komunikasi akibat
juga penting untuk perkembangan emosi anak. kesalahan dalam pendidikan memainkan peran
Ciri-ciri utama dari sistem hubungan antara orang ambivalen dalam perkembangan anak sebagai
tua dan anak adalah cinta yang kredibel untuk komunikator. Di satu sisi, mereka membawa
anak, kegembiraan dan kesenangan dalam pengalaman yang membawa malapetaka,
berkomunikasi dengannya, keinginan akan menghambat perkembangan kualitas subjektif
perlindungan dan keamanan, penerimaan dan anak dan realisasi diri. Di satu sisi, mereka
perhatian tanpa syarat, serta sikap yang membawa pengalaman yang merusak dan

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |95


Fitrah: Journal of Islamic Education

menghambat evolusi sifat subjektif dan realisasi pengetahuan tentang diri sendiri dan dunia, yang
diri pada anak. Di sisi lain, mereka memobilisasi memungkinkan siswa sekolah dasar untuk lebih
sumber daya pribadi; menstimulasi aktivitas tiruan, memahami diri sendiri dan mengevaluasi
pengembangan diri dan kemandirian dalam kemampuan, kekuatan dan kelemahannya,
komunikasi, mengungkapkan potensi komunikatif posisinya dalam kelas dan lebih tepat dalam
seorang anak. (Dewi, 2021). kelompok sosial lainnya. Perkembangan
Jika anak-anak tidak dapat mengatasi keterampilan sosial dari kelas dua hingga empat
kesulitan komunikasi sendiri dan menyelesaikan juga tampak logis karena siswa kelas empat
tugas komunikasi konteks sosial, perlu untuk mendapatkan pengalaman komunikasi yang lebih
memberikan bantuan psikologis yang disesuaikan, luas baik dengan teman sebayanya maupun dengan
yang ditujukan untuk, pertama, membuat orang dewasa dalam konteks sosial yang berbeda
hubungan antara anak dan orang tua lebih yang mungkin memerlukan keterampilan sosial
harmonis dengan memperbaiki kesalahan yang berbeda. Anak-anak di tahun ke-4 saat di
pengasuhan ibu dan ayah. Kedua, penting untuk sekolah biasanya termasuk dalam jumlah
memotivasi anak-anak untuk mengatasi kesulitan kelompok sosial yang lebih besar daripada siswa
komunikasi, mengungkapkan potensi mereka, kelas dua, dan mereka menghadapi lebih banyak
mengajari mereka untuk mengendalikan dan kesempatan untuk melatih keterampilan sosial
mengekspresikan diri mereka dalam situasi mereka. Selain itu, siswa tahun keempat
komunikasi secara efektif dan mandiri.(Karisma et menemukan diri mereka di perbatasan masuk ke
al., 2020) awal masa remaja, kegiatan utama yang seperti
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat anak kelas 2 dalam komunikasi antar pribadi
bahwa kondisi proses komunikasi yang baik daripada belajar (Fitriani, 2022)
memaksimalkan kemampuan anak dengan kondisi Dengan demikian, penegmbangan
sosio-emosional yang baik. Anak-anak usia sekolah keterampilan sosial sangat diperlukan untuk
dasar dapat mencapai potensi penuh mereka. Ini komunikasi yang sukses dalam mempersiapkan
dicatat dalam studi Tarasova, yang mana ada transisi dari usia sekolah dasar ke remaja. Hasil
perbedaan yang signifikan secara statistik antara yang cukup menarik, yang menunjukkan bahwa
siswa kelas dua dan empat dalam harga diri tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
(p=0,038) dan keterampilan sosial (p=0,039). pada kompetensi sosial-emosional secara umum
Peningkatan rasa percaya diri dari kelas dua sampai antara siswa kelas 2, 3, dan 4. Data tersebut
kelas empat dapat dibenarkan dalam batasan usia mendukung asumsi bahwa kompetensi sosial-
sekolah dasar. Pembentukan baru yang penting emosional, tingkat dan model adalah individu dan
dari tingkat usia ini adalah munculnya harga diri, bukan ciri khusus usia. Diagnosis dan
refleksi, keterampilan analitis, memperluas pengembangan keterampilan sosial-emosional

96 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

sangat penting saat menangani anak-anak. Jika dengan interaksi kekerasan ataupun Interaksi kata-
tingkat kompetensi sosial- emosional di bidang- kata yang kasar maka itu akan mempengaruhi
bidang penting seperti empati, motivasi emosional anak yang juga akan menjadi buruk.
komunikasi, dan pengaturan diri tidak meningkat 2. Mengembangkan Rasa Percaya Diri
secara alami maka seiring bertambahnya usia anak Strategi yang kedua yang peneliti
akan berdampak pada kebutuhan akan pekerjaan ditemukan di lapangan adalah orang tua
yang ditujukan dalam mengembangkan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk
kesenjangan kompetensi akan diremehkan. mengembangkan rasa percaya diri. Hal ini terlihat
dari beberapa aktivitas orang tua yang melibatkan
Strategi Peningkatan Kecerdasan Emosional
Anak anaknya untuk ikut serta pada kegiatan-kegiatan
Strategi peningkatan kecerdasan emosional perlombaan, ataupun memberikan kesempatan
anak merupakan langkah orang tua meningkatkan kepada anak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
kecerdasan emosional anak-anak mereka. Temuan sosial di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan sosial
lapangan yang diperoleh dari observasi, wawancara yang dimaksud seperti memberikan kesempatan
dan studi dokumentasi, mengungkapkan beberapa kepada anak untuk mengikuti kegiatan budaya
strategi yakni sebagai berikut: yang ada di desa dan kegiatan keagamaan yang
1. Membiasakan Berinteraksi Dengan Anak dilaksanakan di desa. Orang tua berasumsi bahwa
Strategi yang dilakukan orang tua untuk dengan mengembangkan rasa percaya diri
meningkatkan kecerdasan emosional anak adalah anak, tentu akan menimbulkan rasa keberanian
membiasakan berinteraksi dengan anak, strategi dan dapat berdampak pada baiknya kontrol diri
yang pertama yang peneliti ditemukan di lapangan seseorang. Anak yang cenderung memiliki percaya
adalah orang tua membiasakan diri untuk diri akan memiliki emosi yang stabil, Sebab Iya
berinteraksi dengan anak. Interaksi ini tampak dari akan merasa mampu untuk melakukan hal yang
keseharian yang dilakukan oleh orang tua kepada diperintahkan kepadanya ataupun yang
anaknya seperti bermain bersama, memberikan diinginkannya.
nasihat, memberikan makan dan minum, termasuk 3. Membangun Empati
mengurus kebutuhannya seperti mandi dan Strategi yang ketiga yang peneliti
sebagainya. Interaksi antara orang tua dan anak ini ditemukan Di lapangan adalah orang tua
dianggap sebagai hal yang dapat memberikan membangun empati pada diri anaknya. Cara orang
dampak positif pada emosional anak. Semakin baik tua membangun empati dengan mengikutsertakan
interaksi yang ditunjukkan orang tua kepada anak pada kegiatan yang sifatnya berkelompok
anaknya maka akan semaki baik pula emosional seperti memberikan kesempatan kepada anak
anak. Begitu juga dengan sebaliknya Semakin untuk mengikuti salat berjamaah, Dan
buruk interaksi yang ditunjukkan, seperti misalnya memberikan kesempatan juga kepada anak untuk

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |97


Fitrah: Journal of Islamic Education

mengikuti kegiatan kebudayaan yang dilakukan datang kepada orang tuanya untuk mengadu, Maka
secara berkelompok. Kegiatan yang dilakukan di saat itu orang tua mengendalikan emosi anaknya
secara berjamaah atau berkelompok ini tentu akan dengan cara memberikan nasihat kepadanya
menimbulkan rasa kerjasama antar satu dengan ataupun menenangkannya saat dia sedang
yang lainnya. Tentunya ini akan berdampak pada menangis. Tentu kondisi ini dianggap sebagai
timbulnya rasa empati pada diri seorang anak. strategi untuk mengendalikan emosi anak, Sebab
Tidak hanya itu membangun empati anak dengan kemampuannya untuk mengendalikan emosi tentu
cara memahamkan kepada mereka tentang akan berdampak di masa mendatang saat ia juga
kedudukannya di dalam keluarga. Sehingga ia berhadapan dengan kondisi sulit yang
mampu untuk menghargai yang lebih tua dan mengharuskan dirinya untuk mengendalikan
menghormatinya serta dengan sukarela emosi.
memberikan pertolongan kepada yang lebih muda
darinya. SIMPULAN
4. Memberikan Keteladanan yang Baik
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
Strategi yang ketiga yang peneliti temukan
disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
di lapangan adalah orang tua memberikan teladan
mempengaruhi kecerdasan emosional anak yaitu
yang baik kepada anaknya. Penerapan nilai-nilai
internal dan eksternal. Faktor internal ialah
budaya di dalam keluarga menjadi teladan yang
faktor dari dalam diri anak yakni akal dan pikiran
baik ditunjukkan orang tua kepada anaknya.
mereka. Sedangkan faktor eksternal ialah faktor
Dalam kebudayaan orang tua tidaklah
dari luar diri anak yang mencakup faktor interaksi
diperkenankan untuk berbicara kasar kepada yang
orang tua dengan anak, faktor kemampuan orang
lain sehingga itu menjadi teladan bagi anaknya
tua mengatur emosi anak, setting lingkungan Sosial,
untuk tidak berbicara yang kasar kepada temannya.
faktor keterampilan sosial. Kemudian strategi yang
Sifat saling menghormati dan saling menghargai
dilakukan orang tua untuk meningkatkan
antar satu sama lain dalam keluarga juga menjadi
kecerdasan emosional anak yakni membiasakan
teladan bagi anak, sehingga timbul rasa empati
berinteraksi dengan anak, mengembangkan rasa
pada dirinya terhadap orang lain.
percaya diri , membangun empati, memberikan
5. Mengendalikan Emosi Anak
keteladanan yang Baik, mengendalikan emosi anak.
Strategi yang keempat yang peneliti
Hasil penelitin ini tentunya menjadi implikasi bagi
temukan di lapangan adalah orang tua
para orang tua agar lebih memberikan perhatian
mengendalikan emosi anaknya. Di lapangan
terhadap perkembangan emosional anak, sebab
peneliti kerap menemukan anak yang terkadang
perkembangan itu bermuara pada kepribadian
marah ataupun menangis saat bermain dengan
yang islami dan ideal saat anak tumbuh menjadi
teman-temannya. Dan disaat itu pula sang anak
dewasa.

98 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak


Fitrah: Journal of Islamic Education

DAFTAR PUSTAKA 2056


Aghnaita, & Irmawati. (2022). Bahaya Juniarti, Y., & Nurlaeni. (2017). Peran Orang
Perkembangan Sosial Emosional Anak Tua dalam Mengembangkan Kemampuan
Usia Dini Dangers of Social-Emotional Bahasa Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal
Development of Early Childhood. Jurnal Pelita Paud, 2(1), 51–62.
Ilmiah Pesona Paud, 9(1), 1–11. https://doi.org/10.33222/pelitapaud.v2i1.
https://doi.org/10.24036/112470. 196.
Amrullah, A., & Awalunnisah, S. (2022). Pengaruh Karisma, W. T., Dwi, P., & Karmila, M. (2020).
Metode Storytelling Terhadap Sikap Empati Peran Orangtua dalam Menstimulasi
Anak di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi. Pengelolaan Emosi Anak Usia Dini.
Jurnal Golden Age, 6(1), 322–332. PAUDIA, Jurnal Penelitian dalam Bidang
https://dx.doi.org/10.29408/goldenage.v6i1. Pendidikan Anak Usia Dini, 9(1), 94–102.
5807 http://journal.upgris.ac.id/index.php/paud
ia/article/view/6144.
Aswat, H., Sari, E. R., Aprilia, R., Fadli, A., &
Milda, M. (2021). Implikasi distance Learning Khusniyah, N. L. (2018). Peran Orang Tua
di Masa Pandemi Covid 19 Terhadap Sebagai Pembentuk Emosional Sosial
Kecerdasan Emosional Anak di Sekolah Anak. Qawwãm, 11(2), 87–102.
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(2), 761–771. https://doi.org/10.20414/qawwam.v12i1.7
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.803 82.
Darmiah. (2020). Perkembangan Dan Faktor- Kurniasari, A. (2016). Gaya Pengasuhan dan
Faktor yang Mempengaruhi Emosi Anak Kecerdasan Emosi Anak. Sosio Informa:
Usia MI. Jurnal Ar Raniry, 94–104. Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha
http://dx.doi.org/10.22373/pjp.v8i2.6230. Kesejahteraan Sosial, 2(2), 15–36.
https://doi.org/10.33007/inf.v2i2.269
Dewi, C. (2021). Pengaruh Karakter, Pola Asuh dan
Masalah Orangtua terhadap Perilaku Anak di Makagingge, M., Karmila, M., & Chandra, A.
Sekolah. Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, 13(1), 28–37. (2018). Sosial Anak ( Studi Kasus Pada Anak
http://jurnal.staiserdanglubukpakam.ac.id/inde Usia 3-4 Tahun di KBI Al Madina Sampangan
x.php/alfikru/article/view/25 Tahun Ajaran 2017-2018 ). Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 3(2), 116–122.
Fitriani, A. (2022). Melatih Keterampilan Sosial https://doi.org/10.24853/yby.3.2.115-122.
Anak Melalui Metode Bermain Sains. Jurnal
Pelangi, 4(2), 188–205. Nisa, A. W. C., & Susandi, A. (2021). Kontribusi
https://doi.org/10.52266/pelangi.v4i2.948. Pendidikan Islam dalam Menumbuhkan
Kecerdasan Emosional. IQ (Ilmu Al-Qur’an):
Goleman, D. (1996). Emotional intelligence. Why it Jurnal Pendidikan Islam, 4(02), 154–170.
can matter more than IQ. Learning, 24(6), 49– https://doi.org/10.37542/iq.v4i02.236
50. https://eric.ed.gov/?id=EJ530121
Nur Utami, A. C., & Raharjo, S. T. (2021). Pola
Henni Marsari, Neviyarni, dan I. (2021). Asuh Orang Tua dan Kenakalan Remaja.
Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Dasar. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial, 4(1), 1.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1816–1822. https://doi.org/10.24198/focus.v4i1.22831
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view
/1182. Nurhasanah, N., Sari, S. L., & Kurniawan, N. A.
(2021). Perkembangan Sosial dan Emosional
Jaelani, A. Q., & Ilham, L. (2019). Strategi Anak Usia Dini. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal
Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Pendidikan dan Konseling, 4(02), 91–102.
Spiritual Siswa. Komunika: Jurnal Dakwah https://doi.org/10.46963/mash.v4i02.346
dan Komunikasi, 13(1), 97–106.
https://doi.org/10.24090/komunika.v13i1.

Chusnul Muali, Sulis Fatmawati |99


Fitrah: Journal of Islamic Education

Oktaria, M., & Karoma, K. (2019). Strategi Guru


Pai DALAM Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas Vi Sd. Jurnal PAI
Raden Fatah, 1(4), 509–527.
https://doi.org/10.19109/pairf.v1i4.3736
Rijkiyani, R. P., Syarifuddin, S., & Mauizdati, N.
(2022). Peran Orang Tua dalam
Mengembangkan Potensi Anak pada Masa
Golden Age. Jurnal Basicedu, 6(3), 4905–4912.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2986
Sholihin, M. F., Hakim, M. S. T., & Fitri, A. Z.
(2021). Pengembangan Kecerdasan Emosional
Siswa: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Pembelajaran Berbasis Alam. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 6(2), 168–
184. https://doi.org/10.25299/al-
thariqah.2021.vol6(2).8036
Suhati, & Islami, C. (2018). Pengaruh Peran
Orangtua Melalui Kegiatan Parenting
Terhadap Perkembangan Sosial Emosional
Anak.Jurnal Pelita Paud, 3(1) 2018.
https://doi.org/10.33222/pelitapaud.v3i1.
436.
Yasir, M. (2022). Peran Pentingnya Pendidikan
Dalam Perubahan Sosial di Masyarakat. Seri
Publikasi Pembelajaran, 1(1), 122–132.
https://doi.org/10.20527/tmkm.v1i1.376.
Yuliasari, A. L., & Lestari, D. L. (2021). Peran Ibu
Yang Bekerja dalam Mengelola Emosi Anak
Usia Dini. J+plus Unesa, 10(2), 12–25.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurna
l-pendidikan-luar-sekolah43091.
Zainul, M., & Azmussya’ni, A. (2021). Menilik
Bentuk Komunikasi Antara Anak dan Orang
Tua. Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam
dan Isu-Isu Sosial, 6(2), 17–23.
https://doi.org/10.37216/tarbawi.v6i2.449
Zulfah, Z. (2021). Karakter: Pengendalian Diri. Iqra:
Jurnal Magister Pendidikan Islam, 1(1), 28–33.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/iqra
/article/view/5803

100 |Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak

You might also like