Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies

Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:


10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
Hakikat Belajar Menurut UNESCO Serta Relevansinya Pada Saat Ini

Ujang Hartono, Risal Qori Amarullah, Enday Mulyadi


STIT Sirojul Falah Bogor
STIT Sirojul Falah Bogor
STIT Sirojul Falah Bogor
*Korespodensi: ujanghartono@stitsifabogor.ac.id risalqoriamarullah@stitsifabogor.ac.id,
endaymulyadi@stitsifabogor.ac.id

ABSTRACK
Learning is an activity or a process to gain knowledge, improve skills, improve behavior, develop attitudes, and
produce personality. Learning is said to be successful if a person is able to repeat the material he has learned,
so this kind of learning is called rote learning, learning through memory, by heart, outside the head, regardless
of meaning. As stated by UNESCO, education is based on four pillars, namely, learning to know, learning to do,
learning to live together, and learning to be. Of course, in these pillars, it does not only stop at the cognitive
aspects but the affective and psychomotor This research uses a qualitative approach and uses a descriptive
analytic method, which is very closely related to the qualitative approach, and in this study, the authors take
qualitative data types. The data analysis technique that was carried out was by distributing questionnaires in
the form of four essay questions. This was done to determine the relevance of Learning According to UNESCO
at the moment. The results from the answers of the informants at STIT Sirojul Falah Bogor found that by
learning to know there is relevance to life, meaning that by knowing knowledge it can be applied in life; by
learning to do, the resource persons believe that there is relevance between knowledge and work in this life;
they answer that knowledge is not just known but needs to be actualized in life; by learning to live together, it is
found that resource persons can understand the basic tasks of social life in their community, so that with this
knowledge individuals can be well received in society; with learning to be, there is relevance to life, meaning
that by

Keywords: Relevance, Learning, UNESCO

1. PENDAHULUAN ke-terampilan yang diperlukan dirinya,


Pendidikan adalah suatu proses masyarakat bangsa dan negara.
dalam rangka mempengaruhi siswa agar Dalam keseluruhan proses
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin pendidikan di sekolah/madrasah Belajar
terhadap lingkungannya dengan demikian merupakan aktivitas yang sengaja
akan menimbulkan perubahan dalam dilakukan agar terjadi perubahan
dirinya yang memungkinkan untuk kemampuan diri, dengan belajar anak
berfungsi secara kuat dalam kehidupan yang tadinya tidak tahu, tidak terampil,
masyarakat (Oemar Hamalik. 2004: 79). menjadi tahu dan terampil.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Namun ada fakta yang menarik terkait
nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah mitor belajar, Dalam buku Peak Learning
usahasadar dan terencana untuk (1991), Ronald Gross mengemukakan
mewujudkan suasana belajar dan proses bahwa ada enam mitos tentang belajar,
pembelajaran agar peserta didik secara yaitu:
aktif mengembangkan potensi dirinya a. Belajar itu membosankan, merupakan
untuk memiliki kekuatan spiritual kegiatan yang tidak menyenangkan
keagamaan, pengendalian diri, ke- b. Belajar hanya terkait dengan materi dan
pribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diberikan sekolah,

22 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
pembelajar harus pasif, menerima dan dapat dilakukan dengan mudah dan bisa
mengikuti apa yang diberikan guru mencapai pilar yang dikemukakan oleh
c. Pembelajar harus pasif, menerima dan UNESCO.
mengikuti apa yang diberikan guru
Akan tetapi belajar itu bukan hanya
d. Di dalam belajar, si pembelajar di
bawah perintah dan aturan guru mengetahui esensi atau hakikatnya tetapi
e. Belajar harus sistematis, logis dan harus memiliki relevansi nya dalam
terencana kehidupan Oleh karena itu dalam tulisan
f. Belajar harus mengikuti seluruh program ini akan mengkaji bagaimana hakikat
yang telah ditentukan (Suyono dan belajar menurut UNESCO serta
Hariyanto, 2014:11) relevnsinya pada saat ini
Mitos semacam itu timbul karena
dilandasi oleh fakta, banyak praktik
2. TINJAUAN PUSTAKA
pembelajaran di sekolah yang
menunjukkan pelaksanaan hal-hal tersebut. A. Hakikat Belajar
Belajar dikatakan berhasil jika Hakikat adalah intisari atau dasar
seseorang mampu mengulangi kembali menurut KBBI, secara terminologi, hakikat
materi yang telah dipelajarinya, sehingga diartikan sebagai rahasia yang paling
belajar semacam ini disebut dengan rote dalam dari segala awal dan akhir dari
learning, belajar hafalan, belajar melalui perjalanan yang ditempuh. Dalam
ingatan, by heart, diluar kepala tanpa
pendidikan hakikat yang disebut sebagai
mempedulikan makna. Rote Learning
merupakan lawan dari meaningful kebenaran adalah makna terdalam dari
learning, pembelajaran bermakna. praktik pendidikan, salah satu bagian
Seperti yang termuat dalam UNESCO penting dalam pendidikan adalah belajar.
dalam buku Belajar dan Pembelajaran oleh Belajar adalah aktifitas atau suatu
Aunurrahman, Komisi Pendidikan untuk prosesuntuk memperoleh pengetahuan,
Abad XXI melihat bahwa pendidikan meningkatkan keterampilan, memperbaiki
sesungguhnya adalah belajar (learning). perilaku, sikap dan menghasilkan
Selanjutnya dikemukakan bahwa kepribadian. Slameto menyatakan bahwa
pendidikan bertumpu pada empat pilar, belajar merupakan proses usaha yang
yaitu; (1) learning to know (Belajar dilalui seseorang untuk memperbaiki
Mengetahui), (2) learning to do (Belajar tingkah laku.
Melakukan Sesuatu), (3) learning to live Jadi hakikat belajar adalah upaya
together (Belajar Hidup Bersama), (4) seseorang secara sendiri atau bersama-
learning to be (Belajar Menjadi Sesuatu) sama dan dibantu oleh orang lain untuk
(Aunurrahman, 2014). mendapatkan tingkah laku yang baru.
Dari pilar yang disebutkan oleh
UNESCO bisa dipahami bahwa belajar itu B. Pilar Pendidikan UNESCO
memiliki esensi tersendiri dari apa yang Pilar pendidikan adalah tiang atau
dikemukakan. Oleh sebab itu, harus penunjang dari suatu kegiatan usaha,
diciptakan suasana agar belajar disekolah pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang
berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, akan diberikan kepada anak didik yang
efektif, dan menyenangkan. Terlebih bertujuan untuk pendewasaan anak.
dizaman modern seperti ini pembelajaran (Syafril & Zen, 2007).

23 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
United Nations Educational, Scientific learning to live together (Belajar Hidup
and Cultural Organization, disingkat Bersama), (4) learning to be (Belajar
UNESCO merupakan badan khusus PBB Menjadi Sesuatu) (Aunurrahman, 2014).
yang didirikan pada tahun 1945. Jenis-jenis Pilar Pendidikan UNESCO:
(Wikipedia, 2019). UNESCO berdiri 1. Learning to Know (Belajar
dengan ditandatanganinya konstitusi Mengetahui)
UNESCO di London pada tanggal 16 Pembelajaran yang berlangsung
November 1945. Suasana keprihatinan atas di sekolah umumnya dimaksudkan
terjadinya perang dunia pertama dan kedua mendorong siswa memperoleh
secara berturut-turut yang kurang dari pengetahuan secara terstruktur, di
masa satu generasi dinyatakan sebagai samping penguasaan alat belajar.
tujuan dasar dari pendirian dan sekaligus Dengan demikian pembelajaran
menjadi moto organisasi ini yang tertuang merupakan sarana sekaligus
dalam kalimat terkenal berikut: since wars sebagai upaya mencapai tujuan
begin in the mind of men, it is in the minds akhir eksistensi manusia. (Danim,
of men that the defenses of peace must be 2010).
constructed (oleh karena perang diawali
dari pikiran manusia, maka dalam pikiran 2. Learning To Do (Belajar
manusialah upaya menjaga perdamaian Melakukan Sesuatu)
dibangun). Learning to do merupakan
Dalam melaksanakan tugasnya, konsekuensi dari Learning to know.
UNESCO meletakkan prioritasnya pada (Kodir, 2011). Learning to do lebih
masalah kesetaraan gender, pendidikan, ditekankan pada bagaimana
dan pengembangan Negara-negara Afrika. mengajarkan anak-anak untuk
UNESCO telah memiliki rencana aksi mempraktikkan segala sesuatu
kesetaraan gender UNESCO tahun 2014- yang telah dipelajarinya dan dapat
2021 yang memberikan perhatian khusus mengadaptasikan pengetahuan
pada kasus-kasus kekerasan terhadap pengetahuan yang telah
perempuan, terutama di wilayah diperolehnya tersebut dengan
konflik.UNESCO berusaha mengatasi pekerjaan-pekerjaan di masa depan
masalah tersebut sesuai dengan tugas
UNESCO, yaitu dengan memberikan 3. Learning to Live Together (Belajar
pendidikan. (Kemendikbud, 2018). Hidup Bersama)
Menurut UNESCO dalam buku Belajar Learning to live together, pada
dan Pembelajaran oleh Aunurrahman, dasarnya adalah mengajarkan,
Komisi Pendidikan untuk Abad XXI melatih dan membimbing peserta
melihat bahwa pendidikan sesungguhnya didik agar mereka dapat
adalah belajar (learning). Selanjutnya menciptakan hubungan melalui
dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu komunikasi yang baik, menjauhi
pada empat pilar, yaitu; (1) learning to prasangka-prasangka buruk
know (Belajar Mengetahui), (2) learning to terhadap orang lain serta menjauhi
do (Belajar Melakukan Sesuatu), (3)

24 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
dan menghindari terjadinya b) Memiliki kemampuan untuk hidup
perselisihan dan konflik. bersama dengan anak-anak yang
berbeda
4. Learning To Be (Belajar Menjadi c) Belajar menghargai perbedaan pendapat
Sesuatu)
Learning to be mengandung 4. Learning To Be
arti bahwa belajar adalah proses a) Mengenal kekurangan dan kelebihan
diri sendiri
untuk membentuk jati dirinya
b) Menunjukkan sikap percaya diri
sendiri. Oleh karena itu, pendidik c) Menunjukkan kemampuan belajar
harus berusaha memfasilitasi secara mandiri
peserta didik agar belajar d) Membentuk nilai-nilai yang dimiliki
mengaktualisasikan dirinya sendiri bersama
sebagai individu yang e) Belajar menjadi orang yang
berkepribadian utuh dan bertanggung jawab.
bertanggung jawab sebagai
3. METODE
individu sekaligus sebagai anggota Penelitian ini menggunakan
masyarakat. (Efendi, 2015). pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif
C. Indikator Pilar-Pilar Pendidikan sebagai prosedur penelitian yang
UNESCO
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
1. Learning to Know kata tertulis atau lisan dari orang-orang
a). Menguasai dan mendapatkan materi dan perilaku yang diamati (Lexi J
b). Mencari informasi dari lingkungan Moleong, 2017:10).
sekitar dan sumber yang beragam Penelitian ini memakai metode
c). Merespons sumber informasi baru deskriptif analitik yang sangat berkaitan
d). Mengembangkan rasa ingin tahu erat dengan pendekatan kualitatif. Metode
e). Memanfaatkan sumber belajar deskriptif analitik adalah uraian apa
adanya yang berasal dari tempat atau tokoh
2. Learning To Do pelaku sebuah peristiwa, bisa juga berasal
a) Mengaitkan pelajaran dengan dari tokoh yang menyangkut pemikirannya
kompetensi (Amarullah, Risal Qori, 2021).
b) Menjembatani pengetahuan dan Jenis data ada dua, yaitu data kualitatif
keterampilan dan data kuantitatif. Namun dalam
c) Mengaplikasikan pemahaman dan penelitian ini, penulis mengambil jenis
bertindak secara kreatif data kualitatif. Data kualitatif adalah data
d) Meningkatkan problem solving yang berupa kata-kata dan tindakan.
e) Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh Tujuannya untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis,
3. Learning To Live Together faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
a) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki (Amarullah, Risal Qori,
2021).

25 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
Dalam penelitian ini, peneliti diharapkan memahami secara bermakna
menggunakan sumber data primer. Data asal mula teori dan konsep, serta
primer adalah data yang diperoleh menggunakannya untuk menjelaskan dam
langsung dari subjek penelitian, dalam memprediksi proses-proses berikutnya.
hal ini peneliti memperoleh data atau Siswa harus memiliki tujuan dalam
informasi langsung dengan belajar, selalu mencari tahu dan menggali
menggunakan instrumen-instrumen yang hal yang harus diketahuinya, dan mencari
telah ditetapkan. Adapun informan dalam cara yang harus ditempuh untuk dapat
penelitian ini terdiri dari informan utama mengetahui hal-hal tersebut.
dan pendukung, yaitu mahasiswa STIT Hal yang harus digaris bawahi adalah
Sirojul Falah Semester III. bahwa learning to know tidak sekadar
Teknik analisis data yang lakukan memperoleh pengetahuan tapi juga
yakni dengan menyebarkan quesioner menguasai teknik memperoleh
berupa 4 buah pernyataan soal essay, ini pengetahuan tersebut. Tidak hanya itu,
dilakukan untuk mendapatkan relevansi siswa juga dituntut tidak sekadar
Belajar Menurut UNESCO Pada Saat Ini. mengetahui ilmu tetapi juga sekaligus
mengetahui apa yang bermanfaat bagi
4. HASIL PEMBAHASAN kehidupan. Pilar ini berperan untuk
4.1 Relevansi Belajar UNESCO Pada membentuk generasi penerus bangsa yang
Saat Ini memiliki kemampuan intelektual dan
Hasil didapatkan rata-rata respon akademik yang tinggi. (Syafril & Zen,
mengatakan ada relevansi antara learning 2007).
to know, learning to do, learning to live Hasil dari jawaban narasumber di STIT
together, learning to be dengan kehidupan. Sirojul Falah Bogor didapatkan bahwa
dengan Learning To Know terdapat
a). Learning To Know relevansi nya dengan kehidupan artinya
Pembelajaran yang berlangsung di dengan mengetahui pengetahuan maka
sekolah umumnya dimaksudkan dapat diterapkan dalam kehidupan akan
mendorong siswa memperoleh tetapi bukan sebatas proses belajar di
pengetahuan secara terstruktur, di samping mana peserta didik mengetahui dan
penguasaan alat belajar. Dengan demikian memiliki materi informasi sebanyak-
pembelajaran merupakan sarana sekaligus banyaknya, menyimpan dan mengingat,
sebagai upaya mencapai tujuan akhir namun juga kemampuan untuk dapat
eksistensi manusia. (Danim, 2010). memahami makna dibalik materi ajar yang
Learning to Know (belajar untuk telah diterimanya. (Kodir, 2011)
mengetahui), artinya belajar itu harus
dapat memahami apa yang dipelajari b). Learning To Do
bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada Learning to do merupakan
pengertian yang dalam. Hal ini dapat konsekuensi dari Learning to know.
diartikan bahwa siswa harus memiliki (Kodir, 2011). Learning to do lebih
pemahaman yang bermakna terhadap ditekankan pada bagaimana mengajarkan
proses pendidikan mereka. Siswa anak-anak untuk mempraktikkan segala

26 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat nya dengan kehidupan artinya dengan
mengadaptasikan pengetahuan learning to do narasumber menyakini
pengetahuan yang telah diperolehnya bahwa ada relevansi antara pengetahuan
tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di kepada pekerjaan dikehidupan ini mereka
masa depan. menjawab bahwa pengetahuan bukan
Memperhatikan secara cermat hanya sekedar tahu melainkan perlu
kemajuan-kemajuan serta perubahan- diaktualisasikan dalam kehidupan, hal ini
perubahan yang terjadi, maka pendidikan sesuai dengan peran sekolah/madrasah
tidak cukup hanya dipandang sebagai sebagai masyarakat belajar hendaknya
transmisi atau melaksanakan tugas-tugas memfasilitasi siswanya untuk
rutin, akan tetapi harus mengarah pada mengaktualisasikan keterampilan yang
pemberian kemampuan untuk berbuat dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
menjangkau kebutuhankebutuhan dinamis Learning to do dapat terealisasi. (Efendi,
masa mendatang, karena lapangan kerja 2015).
masa mendatang akan sangat tergantung
pada kemampuan untuk mengubah c) Learning To Live Together
kemajuan dalam pengetahuan yang Learning to live together, pada
melahirkan usaha atau pekerjaan-pekerjaan dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan
baru. membimbing peserta didik agar mereka
Hal ini akan menjadi tonggak dapat menciptakan hubungan melalui
penting untuk membentuk kemampuan, komunikasi yang baik, menjauhi
kemauan serta kesadaran atas prasangka-prasangka buruk terhadap orang
berkembangnya ekonomi baru yang lain serta menjauhi dan menghindari
berbasis pengetahuan. terjadinya perselisihan dan konflik.
Sebagaimana juga pada pilar Persaingan dalam misi ini harus dipandang
pertama, maka belajar menerapkan sesuatu sebagai upaya-upaya yang sehat untuk
yang telah diketahui juga harus dilakukan mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya
secara terus menerus, karena proses bahwa persaingan justru mengalahkan
perubahan juga akan berjalan tanpa nilai-nilai kebersamaan bahkan
hentinya. penghancuran orang lain atau pihak lain
Dengan keinginan yang kuat untuk untuk kepentingan sendiri. Dengan
belajar melakukan sesuatu, maka setiap demikian diharapkan kedamaian dan
orang akan terlepas dari tindakantindakan keharmonisan hidup benar-benar dapat
yang tidak memiliki nilai-nilai positif bagi diwujudkan.
kehidupannya, dan hal ini memiliki arti Tugas pendidikan, baik dalam rangka
sangat penting dalam memelihara proses pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa
dan lingkungan kehidupan yang tentang keragaman manusia maupun untuk
memberikan ketenteraman bagi diri orang menanamkan kesadaran diri mereka
lain (Aunurrahman, 2014). tentang persamaan dan saling
Hasil dari jawaban narasumber di STIT ketergantungan semua orang esensinya
Sirojul Falah Bogor didapatkan bahwa adalah bagaimana mereka mampu hidup
dengan Learning To Do terdapat relevansi bersama dengan orang lain secara

27 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
bersahabat dan menyenangkan. Sejak dari bermasyarakat dan menjadi manusia
anak usia dini, proses dan substansi berpendidikan yang bermanfaat baik bagi
pembelajaran harus merebut setiap diri sendiri dan masyarakatnya maupun
kesempatan untuk mengejar aneka cabang bagi seluruh umat manusia. (Kodir, 2011).
ilmu yang mengarah pada tujuan ini. Tentu saja hal tersebut harus didukung
(Danim, 2010) oleh lembaga pendidikan karena lembaga
Dalam,proses,pembelajaran,pengemba pendidikan sekolah/madrasah sebagai
ngan kemampuan berkomunikasi yang wadah tempat bersosialisasi dan tatanan
baik dengan guru dan sesama siswa yang kehidupan. Artinya, mempersiapkan siswa
dilandasi sikap saling menghargai harus untuk hidup bermasyarakat. Situasi
perlu secara terus menerus dikembangkan bermasyarakat hendaknya dikondisikan di
di dalam setiap Event pembelajaran. lingkungan pendidikan. Kebiasaan hidup
Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia bersama, saling menghargai, terbuka,
mendengar dan menghargai pendapat mandiri, dan menerima perlu
rekan-rekan sesama siswa sering kali ditumbuhkembangkan. (Hamdani, 2011).
kurang mendapat perhatian oleh guru,
karena dianggap sebagai hal rutin yang d). Learning To Be
berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Learning to be mengandung arti bahwa
Padahal kemampuan ini tidak dapat belajar adalah proses untuk membentuk
berkembang dengan baik begitu saja, akan jati dirinya sendiri. Oleh karena itu,
tetapi membutuhkan latihan-latihan yang pendidik harus berusaha memfasilitasi
terbimbing dari guru. Kebiasaankebiasaan peserta didik agar belajar
saling menghargai yang dipraktikkan di mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
ruang-ruang kelas dan dilakukan secara individu yang berkepribadian utuh dan
terus menerus akan menjadi bekal bagi bertanggung jawab sebagai individu
siswa untuk dapat dikembangkan secara sekaligus sebagai anggota masyarakat.
nyata dalam kehidupan bermasyarakat (Efendi, 2015).
(Aunurrahman, 2014) Learning to be, sebagaimana
Hasil dari jawaban narasumber di STIT diungkapkan secara tegas oleh komisi
Sirojul Falah Bogor didapatkan bahwa pendidikan, bahwa prinsip fundamental
dengan Learning To Live Together pendidikan hendaklah mampu memberikan
terdapat relevansi nya dengan kehidupan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya
artinya Dengan learning to live together setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi,
didapatkan bahwa narasumber dapat kepekaan, rasa etika, tanggung jawab
memahami tugas pokok dikehudupan pribadi dan nilainilai spiritual. Semua
social di masyarakat nya, sehingga dengan manusia hendaklah diberdayakan untuk
ilmu tersebut individu dapat diterima berpikir mandiri dan kritis dan mampu
dengan baik dimasyarakat. membuat keputusan sendiri dalam rangka
Dari jawaban tersebut sesuai dengan menentukan sesuatu yang diyakini yang
hakikat dari learning to live together yang harus dilaksanakan Kekhawatiran yang
dimana Learning to live together ini mendalam terhadap terjadinya salah satu
mengajarkan seseorang untuk hidup pertimbangan mendasar untuk pentingnya

28 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
penekanan kembali belajar untuk menjadi tetapi bukan sebatas proses belajar di
diri sendiri ini. Oleh sebab itu, melalui mana peserta didik mengetahui dan
kegiatan pembelajaran, setiap siswa harus memiliki materi informasi sebanyak-
terus didorong agar mampu banyaknya, menyimpan dan mengingat,
memberdayakan dirinya melalui latihan- namun juga kemampuan untuk dapat
latihan pemecahan masalah-masalahnya memahami makna dibalik materi ajar yang
sendiri. telah diterimanya.
Dalam keadaan ini pendidikan dan Dengan Learning To Do terdapat
pembelajaran hendaknya dapat relevansi nya dengan kehidupan artinya
memberikan kekuatan, membekali mampu dengan learning to do narasumber
mengembangkan talenta yang dimilikinya menyakini bahwa ada relevansi antara
untuk dapat hidup secara layak ditengah- pengetahuan kepada pekerjaan
tengah berbagai dinamika dan gejolak dikehidupan ini mereka menjawab bahwa
kehidupan masyarakat. (Aunurrahman, pengetahuan bukan hanya sekedar tahu
2014). melainkan perlu diaktualisasikan dalam
Hasil dari jawaban narasumber di STIT kehidupan
Sirojul Falah Bogor didapatkan bahwa Dengan learning to live together
dengan Learning To Be terdapat relevansi didapatkan bahwa narasumber dapat
nya dengan kehidupan artinya Dengan memahami tugas pokok dikehudupan
learning to be narasumber dapat mencapai social di masyarakat nya, sehingga dengan
apa yang diinginkan nya secara kusus ilmu tersebut individu dapat diterima
dalam kehidupan didunia ini. dengan baik dimasyarakat. Dari jawaban
Manusia harus tumbuh menjadi dirinya tersebut sesuai dengan hakikat dari
sendiri. Perkembangan manusia, dimulai learning to live together yang dimana
saat lahir hingga sepanjang hidupnya, Learning to live together ini mengajarkan
adalah sebuah proses dialektika yang seseorang untuk hidup bermasyarakat dan
didasarkan pada pengetahuan dan menjadi manusia berpendidikan yang
hubungan pribadi dengan orang lain. Hal bermanfaat baik bagi diri sendiri dan
ini mensyaratkan pengalaman pribadi yang masyarakatnya maupun bagi seluruh umat
sukses. Sebagai sarana pelatihan manusia.
kepribadian, pendidikan harus menjadi Dengan Learning To Be terdapat
proses yang sangat individual dan pada relevansi nya dengan kehidupan artinya
saat yang sama pengalaman interaksi Dengan learning to be narasumber dapat
sosial. (Danim, 2010). mencapai apa yang diinginkan nya secara
kusus dalam kehidupan didunia ini.
5. KESIMPULAN Manusia harus tumbuh menjadi dirinya
Hasil dari jawaban narasumber di STIT sendiri. Perkembangan manusia, dimulai
Sirojul Falah Bogor didapatkan bahwa saat lahir hingga sepanjang hidupnya,
dengan Learning To Know terdapat adalah sebuah proses dialektika yang
relevansi nya dengan kehidupan artinya didasarkan pada pengetahuan dan
dengan mengetahui pengetahuan maka hubungan pribadi dengan orang lain.
dapat diterapkan dalam kehidupan akan

29 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023


Khidmatussifa: Journal of Islamic Studies
Volume 2 Nomor 1 (2023) 22- 30 E-ISSN 2829-7989DOI:
10.56146/khidmatussifa.v1i2.53
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, Risal Qori.
(2021) Penerapan metode Targhib
dan Tarhib dalam pembelajaran
akidah akhlak untuk meningkatkan
akhlak karimah peserta didik:
Studi kasus siswa kelas X MA
Darut Tafsir Al Husaini Kota
Depok. UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Aunurrahman. (2014). Belajar dan
Pembelajran. Bandung: Alfabeta.
Danim, S. (2010). Pengantar
Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Efendi, D. (2015). Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Kodir, A. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Banfung: CV Pustaka Setia.
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar
dan Pembelajaran Teori dan
Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Syafril, & Zen, Z. (2007). Dasar-dasar


Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.
Oemar, Hamalik. 2007. Proses belajar
mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

30 | VOLUME 1 NO 2 TAHUN 2023

You might also like