Professional Documents
Culture Documents
No. 2, November 2022 Halaman 299-317
No. 2, November 2022 Halaman 299-317
KANDAI
Volume 18 No. 2, November 2022 Halaman 299-317
Sri Kusumo Habsari, Diah Kristina, Fitria Akhmerti Primasita, Yusuf Kurniawan,
& Karunia Purna Kusciati
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Pos-el: skhabsari@staff.uns.ac.id
(Diterima: 4 November 2021; Direvisi: 20 Februari 2022; Disetujui: 25 Oktober 2022)
Abstract
Developing the observation of the intensity of students' engagement with digital texts, which
tend to increase significantly during the pandemic Covid-19, this research raises questions on
the cognitive poetics process and experiences in readers' engagement with digital fiction. Of
such phenomenon, this research applies cognitive poetics, which refers to the appreciation of
the texts experiencing artistic enjoyment and creativity. In the context of digital fiction, this
research assumes that readers experience mental immersion and create some forms of
transportation. Subsequently, this research studies the readers' immersion in narratives and
identifies forms of transportation as a conceptual metaphor projected to different media. This
research applies qualitative content analysis to the data obtained from a survey posted on
social media. Data are analyzed based on the trend and generalized to identify the causal
relationship between the act of reading, the sensory immersion, and the forms of
transportation. Adopting cognitive psychology theory, this research argues that readers'
immersion process in digital fiction is not holistic and stable. Instead, it is a situation creating
different forms and intensities. The result shows that digital text variations and the freedom of
expression provide a space for readers to project the conceptual metaphor into various forms
of transportation, which can be supportive and persuasive.
Keywords: cognitive poetics, digital fiction, immersion experiences, transportation of fiction
Abstrak
Dari pengamatan terhadap semakin meningkatnya imersi mahasiswa terhadap teks digital
yang semakin meningkat dalam situasi pandemi Covid-19, intensitas interaksi dengan fiksi
digital menimbulkan pertanyaan, bagaimana proses kognitif dan keterlibatan pembaca dengan
fiksi digital. Untuk mengkaji fenomena tersebut, penelitian ini menggunakan teori poetika
kognitif yang mengarah pada konsep apresiasi teks yang menimbulkan kenikmatan artistik dan
kreatif. Dalam konteks fiksi digital, penelitian ini memiliki asumsi bahwa pembaca mengalami
imersi mental dan melakukan transportasi dalam berbagai bentuk. Dengan demikian,
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji imersi pembaca terhadap naratif dan mengidentifikasi
bentuk-bentuk transportasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analisis konten
terhadap data yang diperoleh melalui survey yang disebarkan melalui media sosial. Data
dianalisis berdasarkan trend dan digeneralisasikan untuk mengidentifikasi relasi kausal
perilaku membaca dan pengalaman imersi sensoris serta bentuk transportasi yang dilakukan.
Dengan mengadopsi cabang teori kognitif psikologis, penelitian ini berusaha membangun
argumen bahwa proses imersi pembaca terhadap fiksi digital bukanlah imersi yang bersifat
holistik atau stabil, tetapi selalu terjadi perubahan baik dalam jenis maupun intensitas,
tergantung pada situasi saat berinteraksi dengan teks digital. Hasil survey menunjukkan
bahwa keragaman teks digital dan kebebasan untuk berekspresi di berbagai medium digital
memberikan ruang pembaca untuk mengekpresikan bentuk-bentuk transportasi yang sifatnya
bisa berupa supportif maupun persuasif.
Kata-kata kunci: poetika kognitif, fiksi digital, pengalaman imersi, transportasi fiksi
DOI: 10.26499/jk.v18i2.4129
How to cite: Habsari, S. K., Kristina, D., Primasita, F. A., Kurniawan Y., & Kusciati, K. P. (2022). Kajian poetika
kognitif keterlibatan pembaca terhadap fiksi digital. Kandai, 18(2), 299-317 (DOI: 10.26499/jk.v18i2.4129)
300
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
301
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
empiris (sebagai contoh Gerrig, 1999; karakter di dalamnya (Thon, 2008) dan
Green, 2004) yang mengungkapkan berhubungan erat dengan kategori
bahwa kehidupan kita merupakan spasial, temporal, dan emosional. Imersi
pengalaman dunia naratif sehingga dalam konsep Ryan (2001) merupakan
membaca merupakan proses kognitif respons terhadap setting, yang menjaga
transportasi naratif. Sementara, Ermy dan pembaca untuk membalik halaman atau
Mayra (2005) mengidentifikasi tiga penonton berspekulasi tentang hal yang
model imersi berdasarkan pengalaman akan terjadi selanjutnya dan reaksi
bermain gim, yaitu imersi sensoris, subjektif terhadap karakter dan penilaian
perasaan tertantang dan imajinatif. terhadap perilaku karakter, emosi yang
Calleja (2011) mengembangkan enam dirasakan untuk orang lain, emosi yang
dimensi keterlibatan gim yang satu dirasakan untuk diri sendiri”. Dengan
dengan yang lain. Enam model tersebut kata lain, tulisan Ryan dan Thon adalah
ialah keterlibatan spasial, keteribatan tentang bagaimana elemen naratif dalam
naratif, keterlibatan kinestetik, dunia cerita atau gameworld dapat
keterlibatan berbagi, keterlibatan ludic, berkontribusi pada imersi gim para
dan keterlibatan afektif. Intensitas pemain gim terhadap dunia gim.
keterlibatan tersebut menimbulkan Metafora membaca sebagai
perasaan bergairah yang menyenangkan. pengalaman transportasi dianggap
Thon (2008) berpendapat bahwa bermasalah karena tidak ada transportasi
tidak ada transportasi literal yang terjadi yang sifatnya literal bagi pembaca
saat membaca atau bermain. Sebagai maupun pemain gim ketika mereka
gantinya, Thon cenderung mengusulkan sedang membaca atau bermain (Thon,
konseptualisasi pengalaman pemain gim 2008). Namun, pengalaman transportasi
sebagai absorpsi psikologis yang tersebut menunjukkan adanya perubahan
merupakan akibat dari pergeseran perhatian dari dunia yang satu ke dunia
perhatian dan konstruksi model situasi yang lainnya yang sering membuat
dari bagian-bagian tertentu dari gim pembaca atau pemain gim kehilangan
tersebut. Thon menekankan pergeseran sense of reality atau kesadaran realitas.
perhatian karena hal tersebut menjelaskan Berbagai penelitian yang telah dilakukan
bagaimana pembaca atau pemain gim sebelumnya mendapatkan temuan yang
bisa kehilangan ‘rasa realitasnya’ saat serupa sehingga imersi kemudian
mereka membaca atau bermain gim dan dikonseptualisasikan sebagai relokasi
juga bagaimana mereka berpindah dari yang menyeluruh terhadap dunia lain.
satu bagian dunia cerita ke dunia cerita Mengamati imersi terhadap gim
yang lain. Sedangkan bagi Ryan (2001), menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah
perendaman spatio-temporal adalah ‘rasa terdapat konsep imersi yang serupa
hadir di tempat kejadian’ dari peristiwa terhadap fiksi digital seperti halnya pada
yang diwakili dan hal ini berhubungan gim karena fiksi digital tidak menyajikan
erat dengan imersi spasial: pergeseran layar yang bisa memberikan kesan tiga
perhatian pemain gim ke ruang gim dimensi seperti halnya layar saat bermain
(Thon, 2008). Baik spatio-temporal a la gim.
Ryan maupun imersi spasial a la Thon Meskipun konsep imersi tidak
berhubungan dengan pembaca-pemain akurat untuk mengonseptualisasikan
gim yang ditempatkan secara spasial- relokasi total pembaca-pemain gim ke
temporal dalam dunia gim. Bagi Thon, dunia lain, adalah perlu juga untuk
imersi naratif adalah pergeseran perhatian melihat pengalaman imersi dalam fiksi
pemain ke perkembangan cerita dan digital, terutama dalam hal transportasi
302
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
303
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
2002). Tiga pendekatan tersebut memproyeksikan pikiran kita dan diri kita
menekankannya pada aspek-aspek sendiri dari ruang realitas saat ini di mana
biologis dari proses kreatif. kita menghubungkan masa lalu dan ruang
Pendekatan linguistik kognitif masa depan ke dalam situasi yang
terhadap sastra menyediakan metodologi hipotetis dan kontrafaktual, ke dalam
yang menyelaraskan berbagai teori sastra. ruang harapan, dan lain sebagainya.
Karena pendekatan linguistik kognitif Pemetaan ini adalah pusat dari setiap
berkaitan dengan cara kerja konseptual pemahaman bahasa semantik dan
pikiran, semua aspek pengalaman dan interpretasi pragmatis, interpretasi dan
perilaku manusia, baik dari perspektif konstruksi kognitif. Contoh pemetaan
penulis, perspektif pembaca, maupun ruang mental misalnya analogi.
perspektif teks itu sendiri, menjadi Ketika otak kita berinteraksi
relevan dan diintegrasikan ke dalam dengan teks, ruang mental kita akan
pemahaman kognitif tentang pengalaman memproyeksikan pikiran kita ke dalam
sastra. Selain itu, kognitif linguistik ruang realitas teks dan membuat analogi
berkontribusi pada studi sastra dengan dengan berbagai pemetaan sebagai
mengungkapkan kekuatan imajinatif respons terhadap berbagai atribut yang
bahwa karya sastra yang diciptakan dan disajikan oleh teks tersebut. Setidaknya
dipahami mencerminkan karya-karya ada tiga keterampilan kognitif dalam
hasil pikiran manusia. membuat analogi seperti yang
Rice (2002) mencatat adanya satu diidentifikasi oleh Holyoak and Thagard
pertanyaan yang diajukan oleh (1994), yaitu sebagai pemetaan atribut
pendekatan linguistik kognitif terhadap (persepsi atau penciptaan kesamaan antar
sastra, yaitu apakah produksi tekstual dan objek), pemetaan relasional (sensitivitas
resepsi selalu tergantung pada jaringan terhadap hubungan antara objek), dan
integrasi yang identik atau serupa. pemetaan sistem (pengenalan pola yang
Sementara itu, Grady (1999) memberikan dibuat oleh relasi objek tersebut, yang
beberapa bukti motivasi pengalaman memungkinkan generalisasi ke struktur
metafora konseptual yang menunjukkan yang lebih abstrak). Jenis-jenis teks yang
bahwa pembicara dan pendengar berbeda memunculkan kebutuhan
memiliki struktur jaringan kognitif yang kognitif yang berbeda. Teks sastra
sama. Fauconnier dan Turner (2002) mengandung unsur-unsur poetika yang
mengklaim bahwa jaringan integrasi mengundang lebih dari satu pemetaan.
konseptual ini adalah cara kita berpikir, Ketika membaca fiksi, respons yang
daripada cara kita berbicara (atau muncul bisa kombinasi dari persepsi,
menulis), yang menunjukkan adanya cara sensitivitas (Steen, 1999), dan
kerja struktur yang sama baik pada pengenalan pola. Oleh karena itu, proses
produksi dan resepsi. Dapat dikatakan kognitif pada pembacaan sastra bisa
bahwa pikiran manusia memiliki dua sampai pada level imajinatif dan fantasi
komponen konseptual yang diskret dan yang menyebabkan terjadinya proses
independen untuk merumuskan dan imersi dan transportasi.
memahami bahasa. Istilah poetika pada awalnya
Menurut Fauconnier and Turner ditafsirkan sebagai kajian terhadap
(2002) kita mengartikulasikan pemikiran hukum dan prinsip-prinsip yang
kita tentang dunia dengan memetakan mendasari karya seni verbal dan sering
seluruh ruang mental parsial, dinamis, mengarah pada konotasi normatif dan
dan sementara. Ruang mental ini reseptif. Ia dimunculkan sebagai kajian
memungkinkan kita untuk yang sistematis pada sekitar 350 SM pada
304
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
Poetics yang ditulis oleh Aristoteles, dan aktivitas cognition atau proses mental.
sejak dipergunakan memberikan Activitas cognition membaca merupakan
pengaruh yang besar pada upaya untuk aktivitas individual, kesadaran,
mendefinisikan prinsip-prinsip struktural intelektual, kritis, dan berbagi yang
dan fungsional karya seni, terutama, melibatkan bahasa dan persepsi. Ketika
meskipun tidak secara eksklusif, dalam membaca karya sastra, pembaca akan
media verbal (Hardie, 1895). melakukannya secara individual,
Poetics mendefinisikan seni puisi berbahagia ketika mendiskusikan bacaan
dan menggunakan metodologi yang mirip dan mengembangkannya menjadi
yang juga diimplementasikan pada kegiatan lain yang sifatnya intelektual
naratif-naratif lainnya. Pada karyanya atau kreatif (Thon, 2008). Dengan
tersebut, Aristoteles mengklasifikasikan demikian, poetika kognitif merujuk pada
dan mendefinisikan beberapa genre hubungan antara pembaca dan teks
utama di Yunani Kuno yang juga secara dengan mempertimbangkan bagaimana
implisit menentang denigrasi puisi Plato makna kata dipahami secara berbeda oleh
(poiesis). Hasilnya tidak representatif tiap-tiap individu pembaca.
atau konklusif, cenderung analitis dan Menurut pendapat Stockwell
berujung terbuka. Menurut Aristoteles, (2002), poetika kognitif’ merupakan
ketiga genre–epik, drama, dan puisi perkembangan baru dalam stilistika atau
dithyrambic didefinisikan oleh mimesis, sebagai restorasi versi stilistika yang kaya
tetapi jenis mimesis bervariasi tergantung dengan beberapa inovasi yang tidak
pada genre masing-masing. Mimesis, hanya sekadar daur ulang ide-ide lama
kemudian, dapat bervariasi sehubungan atau proyek konservatif. Steen (1999)
dengan media (bahasa, ritme, melodi), menyebutnya sebagai waktunya kognitif
atau objek (superioritas atau power dari yang melahirkan rekonsepsi dari banyak
masing-masing orang) dan, akhirnya, kategori yang cenderung membatasi
mode (narasi atau peniruan dramatis dan displin. Kontribusi linguistik kognitif
pergantian mereka) (Aristotle, 1962). menunjukkan profesionalitas dan
Konsep genre dan media yang berbeda ketergantungan konseptual sistem
inilah yang membuka poetics kategorisasi pada sistem berpikir
berkembang lebih luas, tidak terbatas manusia.
pada puisi saja, tetapi juga pada naratif- Perkembangan poetika kognitif
naratif lain dalam berbagai media, juga cukup luas dan berbeda aspek-aspeknya
media digital. tergantung dengan wilayah kajiannya.
Cognitive poetics diperkenalkan Stockwell (2002) membedakan
pertama kali oleh Tsur (1992) pada tahun perkembangannya menjadi dua, yaitu
1970-an pada penelitiannya tentang efek dimensi mikrologis dan makrologis.
persepsi karya sastra terhadap pembaca. Yang termasuk pada dimensi mikrologis
Konsep poetika kognitif berkembang adalah poetika kognitif yang termasuk di
dengan dimasukkannya konsep cognitive dalamnya figure and ground, prototype,
psychology dan cognitive linguistics. dexis, dan cognitive grammar. Sedangkan
Pengaruh linguistik kognitif pada poetika dimensi makrologis yang mengikuti
kognitif terletak pada asumsi mengenai dimensi mikrologis adalah schema
adanya kaitan erat antara makna dan poetics (poetika skema), possible worlds
pengetahuan. Jika kita memahami (dunia-dunia probabilitas), mental space
bahasa, kita pun memahami pengetahuan. (ruang mental), conceptual metaphor
Dalam hubungannya dengan cognitive (metafora konseptual) dan parable
psychology, membaca merupakan (parabel), text world theory (teori dunia
305
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
306
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
307
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
tersebut, diperoleh 67 responden yang bermain gim. Siaran Netflix dan bermain
menjawab pertanyaan dari berbagai gim dapat dikategorikan dalam satu
wilayah di Indonesia. Hasil survei kategori, yaitu untuk kegunaan rekreasi.
kemudian dianalisis dengan pendekatan Namun, intensitas waktu yang dihabiskan
kualitatif analisis konten berdasarkan tren responden, yakni kurang dari 1 jam per
dan digeneralisasi untuk diidentifikasi hari, mayoritas berasal dari penggunaan
sebagai relasi kasual perilaku membaca rekreasi dan bekerja. Rata-rata
dan pengalaman imersinya. Tingkat penggunaan dalam kurun waktu kurang
imersi dipetakan menjadi tiga, sesuai dari satu jam memang dapat dikatakan
dengan hasil observasi terhadap berbagai sebagai penggunaan gawai yang bersifat
jenis fiksi digital yaitu pasif fungsional, artinya, responden memang
mengonsumsi, aktif berfantasi, dan aktif hanya menggunakan gawainya untuk
berproduksi. Sedangkan bentuk memenuhi semacam kewajiban, yaitu
transportasi berhubungan dengan bekerja dan setelahnya melepas penat,
kenikmatan membaca dan literasi yaitu aktivitas rekreasi.
transmedia yang merupakan sarana bagi Sedangkan intensitas penggunaan
pembaca untuk membagikan perspektif gawai dalam kurun 1 sampai 5 jam, dapat
hasil membaca kepada komunitas dikatakan sebagai penggunaan yang
mereka. bersifat opsional, yang berarti responden
hanya menggunakan gawainya saat
PEMBAHASAN dibutuhkan saja. Bagi responden yang
intensitas waktu penggunaan gawai
Seperti yang telah dikemukakan hanya berkisar 1 sampai 5 jam, kegiatan
sebelumnya, bahwa survei disebarkan menggunakan gawai dipakai untuk
melalui media sosial selama empat belajar, bersosialisasi, menjalankan hobi,
minggu. Dalam kurun waktu tersebut media sosial, berselancar (mencari
diperoleh 67 responden. Tema informasi), siaran Youtube dan Netflix,
pertanyaan berkisar pada perilaku digital, bermain gim, dan terakhir membaca fiksi.
keterlibatan terhadap naratif dan elemen- Jika dilihat, aktivitas-aktivitas tersebut
elemen cerita lainnya, bentuk-bentuk bisa dikatakan membutuhkan fokus yang
fantasi, dan transportasi fiksi. lebih serta penggunaan waktu yang lebih
intens (lebih dari 1 jam) untuk mencapai
Perilaku Digital imersi atau tujuan pelaksanaannya.
308
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
309
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
310
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
311
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
312
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
313
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
role play yang dilakukan responden daripada membangun naratif baru untuk
berpura-pura menjadi tokoh tertentu dan disajikan pada media lain.
merasakan emosi yang nyata dalam
pertengkaran antarpemain role play saat PENUTUP
ia menjadi tokoh tersebut. Absorpsi yang
besar pada saat transportasi dari dunia Penelitian ini bertujuan melihat
fiksi ke dunia realitas pada sosial media tingkat keterlibatan pembaca terhadap
membuat responden pada saat yang berbagai jenis fiksi digital dan untuk
bersamaan mengalami imersi emosional, mengetahui secara lebih lanjut tingkat
temporal, spasial, dan sekaligus imersi dan bentuk transportasi pembaca
transportasi emosional ludik. sebagai bentuk afektif dari bacaan. Fiksi
Kehidupannya mulai berjalan digital dalam penelitian ini didefinisikan
menyerupai kehidupan si tokoh dalam secara luas. Fiksi digital tidak hanya
metropop tersebut. dimaknai sebagai bacaan yang memang
Berdasarkan dari jawaban terhadap secara desain ditujukan untuk medium
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan digital, tetapi fiksi digital pada penelitian
dalam survei, penelitian ini dapat ini merujuk pada semua fiksi yang
mengidentifikasi kompleksitas imersi dan dikonsumsi melalui media digital. Ada
transportasi pembaca terhadap fiksi fiksi yang awalnya terbit kemudian
digital. Sejalan dengan hasil penelitian- didigitalisasi, fiksi yang didesain untuk
penelitian sebelumnya yang kebanyakan medium digital seperti web-novel,
dilakukan pada gim, penelitian ini webtoon, fanfic, wattpad, dan juga gim
menemukan bahwa pengalaman imersi digital.
dan transportasi pembaca ke dalam dunia Penelitian ini menggunakan
teks tidaklah stabil. Ada elemen-elemen pendekatan cognitive poetics untuk
pendukung yang memengaruhi intensitas mencapai tujuan penelitian. Pendekatan
imersi dan transportasi. Dengan ini merupakan pendekatan yang berawal
menerapkan pendekatan poetika kognitif, dari pendekatan respons pembaca yang
penelitian ini menyetujui konsep yang memadukan teori dari bidang ilmu
dikembangkan oleh para peneliti linguistik dan psikologi. Pendekatan ini
sebelumnya bahwa membaca teks bertujuan mengkaji emosi afektif
merupakan aktivitas interteks. Membaca pembaca terhadap karya sastra, yang pada
melakukan korelasi antara teks yang satu umumnya dipengaruhi oleh keindahan
dan yang lain dan juga korelasi antara bahasa pada genre puisi dan keindahan
dunia teks dan dunia realitas dengan ekspresi kebahasaan pada puisi terhadap
mengenali pemetaan-pemetaan yang emosi pembaca. Namun, penelitian ini
disajikan oleh teks tersebut. Namun, menggunakan teori untuk mengkaji
penelitian ini menambahkan satu temuan pengaruh membaca fiksi digital terhadap
bahwa aktivitas membaca digital bisa emosi dan perilaku pembaca. Oleh karena
mendorong pembaca ke aktivititas itu, konsep poetics pada penelitian ini
transmedia. Seperti jawaban yang dipilih diperluas, tidak berfokus pada aspek
oleh para responden, mayoritas memilih kebahasaan, tetapi juga poetika pada
jawaban bahwa membaca fiksi digital berbagai jenis fiksi digital. Dengan
mendorong untuk ikut berpartisipasi demikian, aspek naratif yang menonjol
mengemukakan pendapat dalam forum pada fiksi digital justru dijadikan aspek
pembaca. Namun, kebanyakan masih utama untuk mengkaji tingkat imersi dan
cenderung menuliskan komentar bentuk transportasi pembaca yang
merupakan metafora realitas.
314
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
Imersi yang dikaji dalam penelitian tantangan dalam lingkungan virtual yang
ini lebih pada pengalaman subjektif diciptakan oleh naratif.
pembaca, yaitu sampai sejauh mana Ada berbagai metode yang
pembaca masuk ke dalam dunia cerita diterapkan dengan menggunakan strategi
dalam bentuk respons terhadap berbagai khusus yang dikembangkan oleh peneliti
elemen naratif. Imersi naratif dapat sebelumnya untuk mengkaji tingkat
berupa imersi imajinatif dan imersi imersi dan bentuk transportasi terhadap
fiksional. Imersi terhadap naratif juga fiksi digital. Metode yang dipergunakan
bersifat temporal karena pada saat oleh peneliti sebelumnya bervariasi baik
tertentu pembaca bisa melupakan realitas secara kuantitatif yang dikembangkan
yang ada di sekitarnya dan hanyut dengan berdasarkan hipotesis tertentu maupun
teks. Hal tersebut mendorong pembaca kualitatif dalam bentuk kelompok diskusi
untuk tidak berhenti dan mencari terpumpun untuk mengkaji pemaknaan
kelanjutan cerita. Pembaca juga teks peserta dan bentuk-bentuk
mengalami imersi spasial ketika pembaca keterlibatan. Namun, penelitian ini
mengenali relasi sosial yang ada pada cenderung menggunakan metode
teks dan kemudian memproyeksikan kualitatif yang memadukan pengambilan
dunia cerita ke dunia realitas. Ketika data melalui kuesioner dan dianalisis
imersi emosional meningkat karena secara kualitatif analisis konten. Hasil
adanya imersi temporal dan spasial, survei menunjukkan tren yang sama
pembaca dapat melakukan beberapa dengan hasil observasi yang telah
bentuk transportasi untuk membawa dilakukan sebelum menyusun survei. Hal
dunia fantasi menuju dunia realitas. tersebut menunjukkan bahwa
Transportasi yang dilakukan pembaca pengalaman imersi dan transportasi
memanfaatkan keterampilan transmedia digital memiliki kesamaan sekaligus
dengan mengemukakan berbagai ekspresi perbedaan dengan gim. Fiksi digital juga
baik dalam bentuk tulisan maupun mengubah konsep poetika seperti yang
berpartisipasi dalam kegiatan fandom. diperoleh berdasarkan observasi awal dan
Pendekatan poetika kognitif diujikan dengan survei. Estetika fiksi
memang bukan pendekatan baru. Namun, cenderung pada naratif daripada aspek
pendekatan tersebut belum banyak kebahasaan, sedangkan kognitif
diterapkan terhadap fiksi digital, terutama mengarah pada pemahaman terhadap
dengan tujuan mengkaji imersi pembaca. bacaan dan interkonektivitas antara
Sementara itu, kajian tentang imersi yang bacaan dan teks-teks lain maupun realitas
telah dilakukan sebelumnya juga tidak sosial yang mengelilingi pembaca, pada
menerapkan konsep imersi yang fiksi digital konsep kognitif lebih
konsisten. Penelitian ini juga tidak mengarah kepada afektif. Keterlibatan
membedakan antara konsep keterlibatan terhadap teks yang sifatnya emosional
dan imersi. Berdasarkan dari berbagai menyebabkan pembaca mengalami
penelitian terhadap imersi, didapatkan proses imersi dan transportasi ke dunia
tiga kategori imersi, yaitu imersi terhadap kemungkinan dan global. Namun
sistem properti, respons subjektif demikian, penelitian ini masih memiliki
terhadap konten naratif, dan respons celah-celah yang perlu untuk
subjektif terhadap tantangan pada dikembangkan lagi. Meskipun survei
lingkungan virtual. Penelitian ini lebih sudah memberikan opsi jawaban terbuka,
memfokuskan pada respons subjektif selain opsi memilih jawaban yang
terhadap konten naratif dan hanya sedikit disediakan dalam survei, tidak semua
menyentuh respons subjektif terhadap responden menuliskan alasan pemilihan
315
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317
opsi tertentu. Hal ini terbuka untuk dikaji Ensslin, A. 2017, March 23, 2017. The
lebih lanjut, terutama bentuk-bentuk Digital according to Ryan:
transportasi yang mengarah kepada immersion – interactivity –
proses perilaku transmedia. ludonarrativity Narrative 2017
conference, Lexington, Kentucky.
DAFTAR PUSTAKA Ermi, L., & Mäyrä, F. 2005, June 16-20,
2005. Fundamental components
Aarseth, E. J. 1997. Cybertext: of the gameplay experience:
Perspectives on Ergodic Analysing immersion
literature. Baltimore: The Johns Proceedings of Digra Digital
Hopkins University Press. Games Research Conference:
Aristotle. 1962. On the art of poetry (I. Changing Views -- Worlds in
Bywater, Trans.). New York: The Play, Vancouver, British
Clarendon Press. Columbia, Canada.
Bell, A., & Alber, J. 2012. Ontological Fauconnier, G., & Turner, M. 2002. The
metalepsis and unnatural way we think: A new theory of
narratology. Journal of Narrative how ideas happen. New York:
Theory, 42(2), 166-192. Basic Books.
https://doi.org/10.1353/jnt.2012.0 Gavins, J., & Steen, G. 2003. Cognitive
005 Poetics in Practice. Boca Raton:
Bell, A., Ensslin, A., Van der Bom, I., & Routledge.
Smith, J. 2018. Immersion in Gerrig, R. 1999. Two metaphors for the
digital fiction: A cognitive, experience of narrative worlds. In
empirical approach. International Experiencing Narrative Worlds:
Journal Literary Linguistics, 7(1), On the Psychological Activities of
1-22. Reading (pp. 1-25). Boulder:
https://doi.org/https://doi.org/10. Westview Press.
15462/ijll.v7i1.105 Grady, J. E. 1999 A typology of
Calleja, G. 2011. Emotional involvement motivation for conceptual
in digital games. Int. J. Arts and metaphor: Correlation vs.
Technology, 4(1), 19-32. resemblance In J. Raymond W.
Carroll, J. 2015. Evolutionary literary Gibbs & G. J. Steen (Eds.),
study. In D. M. Buss (Ed.), The Metaphor in Cognitive
Handbook of Evolutionary Linguistics (pp. 79-100).
Psychology (Vol. II, pp. 1103- Amsterdam: John Benjamins.
1119). Wiley & Son. Green, M. C. 2004. Transportation into
https://doi.org/https://doi.org/10. narrative worlds: The role of prior
1002/9781119125563.evpsych24 knowledge and perceived realism.
8 Discourse Processes, 38(2), 247-
Ciccoricco, D., Ensslin, A., Pressman, J., 266.
Rustad, H. K., Laccetti, J. M., & https://doi.org/10.1207/s1532695
Bell, A. A [S]creed for digital 0dp3802_5
fiction. Electronic book review Hardie, R. P. 1895. The poetics of
(March 7, 2010), 1-8. Retrieved Aristotle. Mind, New Series,
27 Oktober 2020, from 4(15), 350-364.
https://electronicbookreview.com Holland, N. N. 2002. Where is a text? A
/essay/a-screed-for-digital- neurological view. New Literary
fiction/ History, 33(1), 21-38.
316
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….
317