Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Dwiani S.

: Proses Morfologis Verba Bahasa Waringin

KANDAI
Volume 18 No. 2, November 2022 Halaman 299-317

KAJIAN POETIKA KOGNITIF KETERLIBATAN PEMBACA TERHADAP


FIKSI DIGITAL
(The Study of Cognitive Poetics to the Readers' Engagement with Digital Fiction)

Sri Kusumo Habsari, Diah Kristina, Fitria Akhmerti Primasita, Yusuf Kurniawan,
& Karunia Purna Kusciati
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Pos-el: skhabsari@staff.uns.ac.id
(Diterima: 4 November 2021; Direvisi: 20 Februari 2022; Disetujui: 25 Oktober 2022)

Abstract
Developing the observation of the intensity of students' engagement with digital texts, which
tend to increase significantly during the pandemic Covid-19, this research raises questions on
the cognitive poetics process and experiences in readers' engagement with digital fiction. Of
such phenomenon, this research applies cognitive poetics, which refers to the appreciation of
the texts experiencing artistic enjoyment and creativity. In the context of digital fiction, this
research assumes that readers experience mental immersion and create some forms of
transportation. Subsequently, this research studies the readers' immersion in narratives and
identifies forms of transportation as a conceptual metaphor projected to different media. This
research applies qualitative content analysis to the data obtained from a survey posted on
social media. Data are analyzed based on the trend and generalized to identify the causal
relationship between the act of reading, the sensory immersion, and the forms of
transportation. Adopting cognitive psychology theory, this research argues that readers'
immersion process in digital fiction is not holistic and stable. Instead, it is a situation creating
different forms and intensities. The result shows that digital text variations and the freedom of
expression provide a space for readers to project the conceptual metaphor into various forms
of transportation, which can be supportive and persuasive.
Keywords: cognitive poetics, digital fiction, immersion experiences, transportation of fiction

Abstrak
Dari pengamatan terhadap semakin meningkatnya imersi mahasiswa terhadap teks digital
yang semakin meningkat dalam situasi pandemi Covid-19, intensitas interaksi dengan fiksi
digital menimbulkan pertanyaan, bagaimana proses kognitif dan keterlibatan pembaca dengan
fiksi digital. Untuk mengkaji fenomena tersebut, penelitian ini menggunakan teori poetika
kognitif yang mengarah pada konsep apresiasi teks yang menimbulkan kenikmatan artistik dan
kreatif. Dalam konteks fiksi digital, penelitian ini memiliki asumsi bahwa pembaca mengalami
imersi mental dan melakukan transportasi dalam berbagai bentuk. Dengan demikian,
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji imersi pembaca terhadap naratif dan mengidentifikasi
bentuk-bentuk transportasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analisis konten
terhadap data yang diperoleh melalui survey yang disebarkan melalui media sosial. Data
dianalisis berdasarkan trend dan digeneralisasikan untuk mengidentifikasi relasi kausal
perilaku membaca dan pengalaman imersi sensoris serta bentuk transportasi yang dilakukan.
Dengan mengadopsi cabang teori kognitif psikologis, penelitian ini berusaha membangun
argumen bahwa proses imersi pembaca terhadap fiksi digital bukanlah imersi yang bersifat
holistik atau stabil, tetapi selalu terjadi perubahan baik dalam jenis maupun intensitas,
tergantung pada situasi saat berinteraksi dengan teks digital. Hasil survey menunjukkan
bahwa keragaman teks digital dan kebebasan untuk berekspresi di berbagai medium digital
memberikan ruang pembaca untuk mengekpresikan bentuk-bentuk transportasi yang sifatnya
bisa berupa supportif maupun persuasif.

©2022 Kandai, ISSN 2527-5968 (online), 1907-204X (print)


http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai 299
This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0 license
Kandai Vol. 18, No.2, November 2022; 299-317

Kata-kata kunci: poetika kognitif, fiksi digital, pengalaman imersi, transportasi fiksi

DOI: 10.26499/jk.v18i2.4129
How to cite: Habsari, S. K., Kristina, D., Primasita, F. A., Kurniawan Y., & Kusciati, K. P. (2022). Kajian poetika
kognitif keterlibatan pembaca terhadap fiksi digital. Kandai, 18(2), 299-317 (DOI: 10.26499/jk.v18i2.4129)

PENDAHULUAN melakukan klik terhadap hyperlink untuk


navigasi teks (Ciccoricco et al.).
Perkembangan fiksi digital dan Unsur lain dari fiksi digital adalah
popularitas fiksi digital, terutama di adanya naratif cerita dan tulisan dalam
kalangan anak muda, telah menarik bentuk kode atau simbol yang merupakan
perhatian akademisi untuk mengkaji fiksi bahasa program komputer. Tidak seperti
digital secara akademis. Para akademisi halnya teks konvensional atau teks cetak,
mempertanyakan kritik sastra yang konsep membaca pada fiksi digital
biasanya dipergunakan menganalisis teks membutuhkan interaktivitas antara
cetak dapat dipergunakan untuk pembaca dan computer’s interface atau
menganalisis fiksi digital yang memiliki perangkat lunak serta perangkat keras
karakteristik yang berbeda. Analisis teks komputer. Media digital memungkinkan
atau yang sering disebut sebagai analisis seseorang melihat ketegangan,
tekstual secara implisit lebih sering tidak ambiguitas, dan kesenjangan yang belum
mengikutkan pembaca dalam proses terselesaikan dalam konsep naratif inti.
analisis. Sementara itu, ketika fiksi Daripada mengembangkan istilah-istilah
memasuki wilayah digital yang dalam baru untuk mengkaji naratif atau cerita
perkembangannya memunculkan ide pada laman, fiksi digital lebih
interaksi langsung antara penulis dan menggunakan bentuk-bentuk narasi yang
pembaca, akademisi mulai selama ini telah mapan secara konseptual
mempertanyakan soal keterasingan guna lebih memahami kesenjangan yang
pembaca terhadap teks. Kemunculan terdapat antara fiksi yang dibaca melalui
berbagai aplikasi untuk mempublikasi medium digital dan fiksi konvensional.
teks yang didesain agar penulis hanya Menurut Viires (2019), fiksi digital
mengunggah sebagian bab saja atau bisa juga disebut dengan fiksi
mengakibatkan meningkatnya tingkat elektronik memiliki beberapa tipe atau
interaktivitas antara penulis dan morph, seperti fiksi hypertext, puisi
pembaca. multimedia kinetik, fiksi interaktif, fiksi
Fiksi digital didefinisikan sebagai atau puisi generatif, drama interaktif, dan
cerita yang ditulis dengan menggunakan naratif database. Kekhasan dari fiksi
komputer dan dibaca juga melalui digital ini karena memadukan aktivitas
komputer yang oleh Espen Aarseth membaca sekaligus berjejaring.
(1997) dikategorikan ke dalam genre Karakteristik lainnya adalah adanya
cybertext. Fiksi digital dibedakan dengan unsur demokratisasi produksi kesastraan
fiksi versi digital atau E-book karena fiksi karena adanya dialog antarpembaca, sifat
digital memiliki unsur-unsur khusus yang teks dan naratif yang dinamis, dan
tidak dapat dipisahkan dari medium memungkinkannya memadukan berbagai
digital, seperti hyperlink, gambar bentuk media yang berbeda. Dalam
bergerak, gim mini, atau efek suara. perkembangannya, beberapa platform
Dengan demikian, fiksi digital bahkan menawarkan kolaborasi menulis
membutuhkan pembaca untuk atau pembaca mengedit tulisan pengarang
berinteraksi dengan naratif, seperti (Viires, 2019).

300
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

Teks digital juga memiliki mengemukakan bahwa imersi tidaklah


karakteristik unik karena mengajak sekadar akibat dari intensitas stimulasi
pembaca untuk terlibat dengan teks sensoris. Naratif yang memikat dapat
secara interaktif. Keterlibatan pembaca menyebabkan pengalaman imersi (hlm.
menimbulkan pertanyaan, seberapa jauh 99).
tingkat imersi pembaca terhadap fiksi Kajian awal terhadap imersi dan
digital; dan bagaimana proses poetika konsep terkait seperti 'flow' (Mirvis,
kognitif dalam interaksi dengan fiksi 1991) dan 'presence' (Lombard & Ditton,
digital menimbulkan perilaku 1997) diambil dari bidang psikologi
transportasi. Dalam hubungannya dengan kognitif dan/atau ilmu komputer. Namun,
kritik sastra, poetika kognitif mengarah selama dua dekade terakhir,
kepada pemahaman terhadap kreativitas perkembangan kajian kognitif dan
dan kenikmatan artistik serta apresiasi naratologi/stilistika transmedial dalam
terhadap teks. ilmu-ilmu humaniora menimbulkan
Imersi merupakan istilah yang ketertarikan untuk melakukan kajian
sering diperdebatkan dan juga terhadap pengalaman kognitif pembaca
didefinisikan secara berbeda ketika teks serta mengamati teks yang
berhubungan dengan media yang diproduksi di berbagai media. Oleh
berbeda. Apabila medianya berbeda, karena itu, muncul juga ketertarikan
pengalaman naratif yang dialami untuk mengkaji imersi dalam konteks
pembaca juga berbeda. Oleh karena itu, disiplin ilmu humaniora. Berbagai kajian
konsep imersi tidak pernah mencapai titik menunjukkan bahwa teori-teori awal
temu. Para peneliti menggunakan istilah cenderung menyarankan bahwa imersi
imersi dengan definisi yang berbeda- adalah pengalaman meleburkan diri dan
beda. sifatnya konsisten terhadap berbagai
Imersi biasanya didefinisikan media. Murray mengungkapkan bahwa
sebagai ‘tingkat penyerapan mental yang ragam cakupan pengalaman medial
mendalam ataupun biasanya audiens menimbulkan ketertarikan untuk
diilustrasikan dengan pembaca yang mengkaji pengalaman imersi terhadap
melupakan diri sendiri dan medium-spesifik (Murray, 1997).
lingkungannya saat melakukan aktivitas Konsep imersi seperti yang
membaca’. Istilah imersi merujuk pada dikemukakan oleh Murray dan juga Ryan
relokasi yang menyeluruh terhadap dunia merupakan konsep transportasi yang
yang berbeda (Bell & Alber, 2012). sifatnya metaforis karena merupakan
Lombard dan Ditton (1997) konsep yang merujuk pada pengalaman
mendefinisikan imersi sebagai ‘presense’ transportasi ke wilayah simulasi. Ryan
atau keberadaan (hlm. 79). McMahan secara spesifik mengemukakan bahwa
(2003) memilih istilah involvement atau bentuk transportasi tersebut merupakan
‘keterlibatan’ (hlm. 79). Sedangkan, kesadaran yang sifatnya fiksional karena
Ryan (2001) cenderung menggunakan merelokasikan dirinya sendiri ke dunia
istilah engagement atau ‘keterlibatan’ lain dan memproyeksikan alam simulasi
(hlm. 72). Menurut Murray (1997), imersi disekelilingnya menjadi dunia lain (Ryan,
bisa dimetaforakan seperti konsep fisik 2018). Namun, konsep yang
pengalaman terendam air, terjun ke dalam dikemukakan oleh Ryan dan Murray
air terjun atau kolam air, dengan sensasi lebih banyak diterapkan untuk mengkaji
dikelilingi realitas yang sangat berbeda, gim.
dan mengambil alih seluruh perhatian dan Metafora membaca sebagai
persepsi kita. Murray juga transportasi memiliki beberapa dasar

301
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

empiris (sebagai contoh Gerrig, 1999; karakter di dalamnya (Thon, 2008) dan
Green, 2004) yang mengungkapkan berhubungan erat dengan kategori
bahwa kehidupan kita merupakan spasial, temporal, dan emosional. Imersi
pengalaman dunia naratif sehingga dalam konsep Ryan (2001) merupakan
membaca merupakan proses kognitif respons terhadap setting, yang menjaga
transportasi naratif. Sementara, Ermy dan pembaca untuk membalik halaman atau
Mayra (2005) mengidentifikasi tiga penonton berspekulasi tentang hal yang
model imersi berdasarkan pengalaman akan terjadi selanjutnya dan reaksi
bermain gim, yaitu imersi sensoris, subjektif terhadap karakter dan penilaian
perasaan tertantang dan imajinatif. terhadap perilaku karakter, emosi yang
Calleja (2011) mengembangkan enam dirasakan untuk orang lain, emosi yang
dimensi keterlibatan gim yang satu dirasakan untuk diri sendiri”. Dengan
dengan yang lain. Enam model tersebut kata lain, tulisan Ryan dan Thon adalah
ialah keterlibatan spasial, keteribatan tentang bagaimana elemen naratif dalam
naratif, keterlibatan kinestetik, dunia cerita atau gameworld dapat
keterlibatan berbagi, keterlibatan ludic, berkontribusi pada imersi gim para
dan keterlibatan afektif. Intensitas pemain gim terhadap dunia gim.
keterlibatan tersebut menimbulkan Metafora membaca sebagai
perasaan bergairah yang menyenangkan. pengalaman transportasi dianggap
Thon (2008) berpendapat bahwa bermasalah karena tidak ada transportasi
tidak ada transportasi literal yang terjadi yang sifatnya literal bagi pembaca
saat membaca atau bermain. Sebagai maupun pemain gim ketika mereka
gantinya, Thon cenderung mengusulkan sedang membaca atau bermain (Thon,
konseptualisasi pengalaman pemain gim 2008). Namun, pengalaman transportasi
sebagai absorpsi psikologis yang tersebut menunjukkan adanya perubahan
merupakan akibat dari pergeseran perhatian dari dunia yang satu ke dunia
perhatian dan konstruksi model situasi yang lainnya yang sering membuat
dari bagian-bagian tertentu dari gim pembaca atau pemain gim kehilangan
tersebut. Thon menekankan pergeseran sense of reality atau kesadaran realitas.
perhatian karena hal tersebut menjelaskan Berbagai penelitian yang telah dilakukan
bagaimana pembaca atau pemain gim sebelumnya mendapatkan temuan yang
bisa kehilangan ‘rasa realitasnya’ saat serupa sehingga imersi kemudian
mereka membaca atau bermain gim dan dikonseptualisasikan sebagai relokasi
juga bagaimana mereka berpindah dari yang menyeluruh terhadap dunia lain.
satu bagian dunia cerita ke dunia cerita Mengamati imersi terhadap gim
yang lain. Sedangkan bagi Ryan (2001), menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah
perendaman spatio-temporal adalah ‘rasa terdapat konsep imersi yang serupa
hadir di tempat kejadian’ dari peristiwa terhadap fiksi digital seperti halnya pada
yang diwakili dan hal ini berhubungan gim karena fiksi digital tidak menyajikan
erat dengan imersi spasial: pergeseran layar yang bisa memberikan kesan tiga
perhatian pemain gim ke ruang gim dimensi seperti halnya layar saat bermain
(Thon, 2008). Baik spatio-temporal a la gim.
Ryan maupun imersi spasial a la Thon Meskipun konsep imersi tidak
berhubungan dengan pembaca-pemain akurat untuk mengonseptualisasikan
gim yang ditempatkan secara spasial- relokasi total pembaca-pemain gim ke
temporal dalam dunia gim. Bagi Thon, dunia lain, adalah perlu juga untuk
imersi naratif adalah pergeseran perhatian melihat pengalaman imersi dalam fiksi
pemain ke perkembangan cerita dan digital, terutama dalam hal transportasi

302
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

kognitif dan imajiner, atau pergeseran LANDASAN TEORI


deiktik. Dengan demikian, pengalaman
tersebut juga bersifat ontologis karena Analisis sastra mengambil banyak
rasa tiga dimensi pembaca-pemain gim bentuk, tergantung pada pendekatan kritis
terhadap gim selalu diwujudkan dalam yang diadopsi. Teori kritis bervariasi
domain ontologis yang terpisah dalam dalam cara-cara mereka mengakomodasi
bentuk avatar di layar. Lebih khusus lagi, tiga komponen literatur, yaitu penulis,
pembaca-pemain gim adalah apa yang pembaca, dan teks. Kebanyakan teori-
Ensslin (2017) definisikan sebagai teori yang dikembangkan berfokus
‘bersituasi ganda’, yang terwujud dalam hampir secara eksklusif pada teks itu
bentuk avatar sebagai penerima langsung, sendiri, seperti formalis atau pendekatan
yang tubuhnya berinteraksi dengan struktural; di sisi lain, ada juga yang
perangkat keras dan perangkat lunak dari mengembangkannya dengan fokus pada
komputer. penulis (biografi, psikoanalitik) atau
Meskipun beberapa gim dapat pembaca (respons pembaca); dan ada
dikategorikan sebagai fiksi digital, juga pendekatan yang mengadopsi
terdapat perbedaan dalam interaksi elemen lebih dari satu komponen
pemain gim terhadap teks gim dan (historis, budaya). Setiap pendekatan
pembaca terhadap fiksi digital. Dengan memiliki kekuatan dan kelemahannya
mengamati imersi para pemain gim pada dalam menunjukkan sifat dan peran sastra
saat berinteraksi dengan teks pada layar, dalam masyarakat tertentu.
terlihat adanya perhatian yang total Model analisis yang berfokus pada
terhadap konstruksi model situasi sebagai teks dianggap memiliki keterbatasan
bagian dari gim tersebut. Sementara itu, karena analisisnya bersifat subjektif,
dalam interaksi pembaca terhadap teks impresionistik, dan reduktif (Holland,
digital masih terdapat adanya domain 2002). Oleh karena itu, muncul aliran
ontologis yang berbeda. Teks digital juga kritik sastra yang mengarahkan perhatian
mengajak pembaca aktif melakukan pada pemikiran pembaca dan
navigasi dalam proses membaca naratif menerapkan prinsip-prinsip kognitif
yang juga membutuhkan kontak tubuh dalam melakukan interpretasi terhadap
pembaca dengan komputer. Namun, karya sastra. Domain kritik sastra ini
karena teks digital tidak memberikan merupakan kolaborasi antara ilmu
avatar, tingkat imersi pembaca ialah ke psikologi syaraf dan kritik sastra yang
dunia cerita atau imersi naratif sehingga yang mengarah pada emosi kesastraan.
yang dominan adalah persepsi dalam Masuknya konsep neurologi ini telah
bentuk transportasi imajinatif dan mengubah fokus kritik sastra yang tidak
kognitif yang tidaklah sama. lagi melihat hubungan antara sastra dan
Bagaimanakah sebenarnya kompleksitas filsafat atau sastra dan budaya.
imersi pembaca terhadap fiksi digital? Pendekatan-pendekatan yang muncul
Fitur tekstual apa yang dapat yang menghubungkan antara pikiran dan
menyebabkan pembaca mengalami tubuh di antaranya adalah neuroestetik
imersi terhadap teks? Dengan demikian, yang berangkat dari premis bahwa seni
tujuan penelitian ini adalah mengkaji merupakan aktivitas manusia yang
pengalaman imersi dan transportasi tergantung dan patuh dengan hukum otak
pembaca berdasarkan intensitas (Zeki, 1999), humanisme evolusioner
keterlibatan terhadap fiksi digital. (Carroll, 2015) dan poetika kognitif yang
menerapkan prinsip-prinsip keilmuan
kognitif terhadap teks sastra (Stockwell,

303
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

2002). Tiga pendekatan tersebut memproyeksikan pikiran kita dan diri kita
menekankannya pada aspek-aspek sendiri dari ruang realitas saat ini di mana
biologis dari proses kreatif. kita menghubungkan masa lalu dan ruang
Pendekatan linguistik kognitif masa depan ke dalam situasi yang
terhadap sastra menyediakan metodologi hipotetis dan kontrafaktual, ke dalam
yang menyelaraskan berbagai teori sastra. ruang harapan, dan lain sebagainya.
Karena pendekatan linguistik kognitif Pemetaan ini adalah pusat dari setiap
berkaitan dengan cara kerja konseptual pemahaman bahasa semantik dan
pikiran, semua aspek pengalaman dan interpretasi pragmatis, interpretasi dan
perilaku manusia, baik dari perspektif konstruksi kognitif. Contoh pemetaan
penulis, perspektif pembaca, maupun ruang mental misalnya analogi.
perspektif teks itu sendiri, menjadi Ketika otak kita berinteraksi
relevan dan diintegrasikan ke dalam dengan teks, ruang mental kita akan
pemahaman kognitif tentang pengalaman memproyeksikan pikiran kita ke dalam
sastra. Selain itu, kognitif linguistik ruang realitas teks dan membuat analogi
berkontribusi pada studi sastra dengan dengan berbagai pemetaan sebagai
mengungkapkan kekuatan imajinatif respons terhadap berbagai atribut yang
bahwa karya sastra yang diciptakan dan disajikan oleh teks tersebut. Setidaknya
dipahami mencerminkan karya-karya ada tiga keterampilan kognitif dalam
hasil pikiran manusia. membuat analogi seperti yang
Rice (2002) mencatat adanya satu diidentifikasi oleh Holyoak and Thagard
pertanyaan yang diajukan oleh (1994), yaitu sebagai pemetaan atribut
pendekatan linguistik kognitif terhadap (persepsi atau penciptaan kesamaan antar
sastra, yaitu apakah produksi tekstual dan objek), pemetaan relasional (sensitivitas
resepsi selalu tergantung pada jaringan terhadap hubungan antara objek), dan
integrasi yang identik atau serupa. pemetaan sistem (pengenalan pola yang
Sementara itu, Grady (1999) memberikan dibuat oleh relasi objek tersebut, yang
beberapa bukti motivasi pengalaman memungkinkan generalisasi ke struktur
metafora konseptual yang menunjukkan yang lebih abstrak). Jenis-jenis teks yang
bahwa pembicara dan pendengar berbeda memunculkan kebutuhan
memiliki struktur jaringan kognitif yang kognitif yang berbeda. Teks sastra
sama. Fauconnier dan Turner (2002) mengandung unsur-unsur poetika yang
mengklaim bahwa jaringan integrasi mengundang lebih dari satu pemetaan.
konseptual ini adalah cara kita berpikir, Ketika membaca fiksi, respons yang
daripada cara kita berbicara (atau muncul bisa kombinasi dari persepsi,
menulis), yang menunjukkan adanya cara sensitivitas (Steen, 1999), dan
kerja struktur yang sama baik pada pengenalan pola. Oleh karena itu, proses
produksi dan resepsi. Dapat dikatakan kognitif pada pembacaan sastra bisa
bahwa pikiran manusia memiliki dua sampai pada level imajinatif dan fantasi
komponen konseptual yang diskret dan yang menyebabkan terjadinya proses
independen untuk merumuskan dan imersi dan transportasi.
memahami bahasa. Istilah poetika pada awalnya
Menurut Fauconnier and Turner ditafsirkan sebagai kajian terhadap
(2002) kita mengartikulasikan pemikiran hukum dan prinsip-prinsip yang
kita tentang dunia dengan memetakan mendasari karya seni verbal dan sering
seluruh ruang mental parsial, dinamis, mengarah pada konotasi normatif dan
dan sementara. Ruang mental ini reseptif. Ia dimunculkan sebagai kajian
memungkinkan kita untuk yang sistematis pada sekitar 350 SM pada

304
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

Poetics yang ditulis oleh Aristoteles, dan aktivitas cognition atau proses mental.
sejak dipergunakan memberikan Activitas cognition membaca merupakan
pengaruh yang besar pada upaya untuk aktivitas individual, kesadaran,
mendefinisikan prinsip-prinsip struktural intelektual, kritis, dan berbagi yang
dan fungsional karya seni, terutama, melibatkan bahasa dan persepsi. Ketika
meskipun tidak secara eksklusif, dalam membaca karya sastra, pembaca akan
media verbal (Hardie, 1895). melakukannya secara individual,
Poetics mendefinisikan seni puisi berbahagia ketika mendiskusikan bacaan
dan menggunakan metodologi yang mirip dan mengembangkannya menjadi
yang juga diimplementasikan pada kegiatan lain yang sifatnya intelektual
naratif-naratif lainnya. Pada karyanya atau kreatif (Thon, 2008). Dengan
tersebut, Aristoteles mengklasifikasikan demikian, poetika kognitif merujuk pada
dan mendefinisikan beberapa genre hubungan antara pembaca dan teks
utama di Yunani Kuno yang juga secara dengan mempertimbangkan bagaimana
implisit menentang denigrasi puisi Plato makna kata dipahami secara berbeda oleh
(poiesis). Hasilnya tidak representatif tiap-tiap individu pembaca.
atau konklusif, cenderung analitis dan Menurut pendapat Stockwell
berujung terbuka. Menurut Aristoteles, (2002), poetika kognitif’ merupakan
ketiga genre–epik, drama, dan puisi perkembangan baru dalam stilistika atau
dithyrambic didefinisikan oleh mimesis, sebagai restorasi versi stilistika yang kaya
tetapi jenis mimesis bervariasi tergantung dengan beberapa inovasi yang tidak
pada genre masing-masing. Mimesis, hanya sekadar daur ulang ide-ide lama
kemudian, dapat bervariasi sehubungan atau proyek konservatif. Steen (1999)
dengan media (bahasa, ritme, melodi), menyebutnya sebagai waktunya kognitif
atau objek (superioritas atau power dari yang melahirkan rekonsepsi dari banyak
masing-masing orang) dan, akhirnya, kategori yang cenderung membatasi
mode (narasi atau peniruan dramatis dan displin. Kontribusi linguistik kognitif
pergantian mereka) (Aristotle, 1962). menunjukkan profesionalitas dan
Konsep genre dan media yang berbeda ketergantungan konseptual sistem
inilah yang membuka poetics kategorisasi pada sistem berpikir
berkembang lebih luas, tidak terbatas manusia.
pada puisi saja, tetapi juga pada naratif- Perkembangan poetika kognitif
naratif lain dalam berbagai media, juga cukup luas dan berbeda aspek-aspeknya
media digital. tergantung dengan wilayah kajiannya.
Cognitive poetics diperkenalkan Stockwell (2002) membedakan
pertama kali oleh Tsur (1992) pada tahun perkembangannya menjadi dua, yaitu
1970-an pada penelitiannya tentang efek dimensi mikrologis dan makrologis.
persepsi karya sastra terhadap pembaca. Yang termasuk pada dimensi mikrologis
Konsep poetika kognitif berkembang adalah poetika kognitif yang termasuk di
dengan dimasukkannya konsep cognitive dalamnya figure and ground, prototype,
psychology dan cognitive linguistics. dexis, dan cognitive grammar. Sedangkan
Pengaruh linguistik kognitif pada poetika dimensi makrologis yang mengikuti
kognitif terletak pada asumsi mengenai dimensi mikrologis adalah schema
adanya kaitan erat antara makna dan poetics (poetika skema), possible worlds
pengetahuan. Jika kita memahami (dunia-dunia probabilitas), mental space
bahasa, kita pun memahami pengetahuan. (ruang mental), conceptual metaphor
Dalam hubungannya dengan cognitive (metafora konseptual) dan parable
psychology, membaca merupakan (parabel), text world theory (teori dunia

305
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

kata), dan models of global membaca teks (Stockwell, 2002; Viires,


comprehension (model pemahaman 2019). Perspektif pembaca menjadi kata
global). Aspek-aspek ini memberikan kunci dalam pendekatan ini. Perspektif
jalan untuk mengeksplorasi isu-isu kritis juga berhubungan dengan fantasi atau
sastra, seperti penyimpangan, ilusi ataupun proyeksi terhadap gambaran
defamiliarisasi, kesastraan, kreativitas, spasial lain di luar teks. Pada saat
genre, intertekstualitas, gaya pikiran, membaca, pembaca mendapatkan
parodi, periodisasi, kanonisasi, sudut aktivitas kenikmatan ketika mengalami
pandang, karakterisasi, narasi, perspektif, proses imersi terhadap teks karena
suara, fiksi, alokasi, simbol, nada, membuka aspek data sensoris ke berbagai
arketipe, tema, plot, dan sebagainya. dimensi objek lain. Dengan kata lain,
Namun, kebanyakan penerapannya pembaca ditarik untuk memasuki wilayah
terbatas pada pemaknaan atau yang imajinasi yang merupakan aktivitas
berhubungan dengan pengaruh bacaan mental (Ryan, 2018).
pada pembaca daripada mengkaji
estetika, motivasi dan pengaruh METODE PENELITIAN
emosional, etika, dan nilai budaya.
Beberapa karya awal dalam ranah Kajian imersi yang telah dilakukan
cognitive poetics telah menarik perhatian sebelumnya yang untuk mengkaji
ahli sastra dalam menawarkan sarana pengalaman imersi terhadap media atau
untuk melanjutkan praktik telah menjadi film cenderung menggunakan metode
terlalu berteori dan tidak lagi kuantitatif karena hanyalah untuk
dipergunakan dalam kajian sastra dan mengukur pengalaman transportasi ke
strategi pembacaan yang dilakukan di dalam dunia cerita atau absorpsi terhadap
luar akademi. Sama seperti stylistics yang ke dalam naratif (lihat Rigby et al., 2019).
membawa alat-alat kritik sastra-yang Dalam konteks media digital, kajian
dikembangkan dan divalidasi di luar imersi cenderung hanya dipergunakan
disiplin linguistik, demikian juga poetika sebagai eksperimen. Namun, penelitian
kognitif membawa wawasan khas yang ini lebih mengarah pada pengalaman
dikembangkan dalam ranah disiplin imersi dalam membaca fiksi digital dan
tersebut. Sumber interdisipliner yang mengkaji bagaimana pembaca
dimaksud bentuk kajian komparatif. mengonseptualisasikan imersi
Karena sastra dalam ranah poetika berdasarkan interaksi mereka terhadap
kognitif dianggap berbagi fitur yang sama fiksi digital. Pengalaman imersi yang
dengan domain bahasa, maka hendak dieksplorasi dalam penelitian ini
menerapkan bagaimana linguistik adalah pengalaman eksplorasi spasial
mewujudkan kerja otak terutama dalam terhadap dunia cerita yang bisa berlapis-
membaca karya sastra dianggap sebagai lapis dan bersifat dinamis yang sangat
validitas dan prosedur prinsip. dipengaruhi oleh konteks situasional
Singkatnya, kita tidak memerlukan teori individual pembaca.
literatur khusus, hanya teori bahasa Penelitian ini menggunakan
(Gavins & Steen, 2003). instrumen survei yang didesain bagi
Poetika kognitif juga dipahami responden untuk memilih jawaban yang
sebagai pendekatan karya sastra yang disediakan dan menjawab pertanyaan
mengkombinasikan metode stilistika dan pendek yang dikemukakan pada survei
naratologi dengan tujuan mengkaji tersebut. Untuk menjawab survei tersebut
bagaimana pembaca memaknai teks dan dibutuhkan waktu 15 menit untuk
apa yang ada dalam benak pembaca saat menjawab 4 variasi pertanyaan. Variasi

306
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

pertanyaan didesain dengan tujuan proses fantasi kreatif yang diekspresikan


mengevaluasi bentuk-bentuk dan proses pada medium yang berbeda.
imersi serta pengalaman transportasi Pertanyaan survei dimulai dengan
pembaca terhadap teks digital yang pertanyaan yang bertujuan mengetahui
mereka konsumsi. Desain pertanyaan perilaku dan kebiasaan konsumsi digital
dikembangkan berdasarkan observasi kesehariannya. Tingkat keterlibatan
dalam bentuk obrolan ringan dengan responden terhadap media digital dan
sejumlah mahasiswa berkisar aktivitas juga perilaku transmedia responden, yang
digital dan konsumsi berbagai media diketahui dari jumlah jam yang mereka
digital dan aktivitas lain yang dilakukan habiskan, jenis-jenis media, dan bentuk
setelah membaca teks-teks digital. aktivitas dengan media memiliki
Berdasarkan obrolan ringan tersebut, pengaruh yang cukup signifikan terhadap
diperoleh asumsi bahwa aktivitas digital tingkat dan bentuk imersi. Jenis-jenis
dan literasi transmedia berpengaruh media yang ditanyakan difokuskan pada
cukup signifikan terhadap pengalaman pilihan media yang mengandung unsur
dan proses imersi maupun transportasi. interaktif atau unsur yang mengajak
Selain itu, teori poetika kognitif yang pembaca terlibat meskipun hanya
menghubungkan antara dunia mikrologis melakukan klik terhadap hyperlink,
dan makrologis yang berbentuk poetika seperti Archive of Our Own, Wattpad,
skema, dunia-dunia probabilitas, ruang Webnovel, Webtoon, game, dsb.
mental, metafora konseptual dan parabel, Kemudian, pertanyaan berlanjut dengan
teori dunia kata dan model pemahaman proses dan bentuk imersi yang di
global diinterpretasi dengan dalamnya diberikan sejumlah pertanyaan
mengkorelasikan hasil observasi untuk sehubungan dengan keterlibatan dengan
membangun sejumlah pertanyaan untuk naratif dan elemen-elemen cerita seperti
survey. tokoh dan penokohan, adegan, konflik,
Keterampilan kognitif merupakan latar cerita maupun tema yang dapat
kemampuan untuk membuat analogi memengaruhi imersi emosional dan
dalam bentuk persepsi, sensitivitas, dan temporal dan yang dapat meningkatkan
pengenalan pola (Holyoak & Thagard, keterlibatan kognitif terhadap teks. Untuk
1994). Dalam pembuatan survey, menggali imersi spasial pembaca,
persepsi, sensitivitas dan pengenalan pola pertanyaan yang diajukan adalah
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan mengenai relasi sosial dalam
opsi jawaban yang dikorelasikan dengan teks untuk diproyeksikan sebagai
elemen-elemen naratif. Sementara itu, metafora realitas. Pembaca diajak untuk
untuk mengetahui bentuk bentuk dan mengenali segala hal yang ada di dalam
level imersi dan transportasi, konsepsi dunia tekstual yang berkaitan dengan
perbedaan imersi emosional, temporal tokoh untuk dikaitkan dengan lingkungan
dan spasial pembaca terhadap teks digital realitas. Untuk memahami bentuk
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang transportasi, pertanyaan kemudian
menghubungkan dunia mikro di dalam diarahkan pada aktivitas transmedia
teks dengan dunia makro yang membuka sebagai bentuk ekspresi pengalaman
dunia kemungkinan dan dunia gobal. imersi.
Oleh karena itu, pertanyaan yang Data penelitian ini adalah jawaban
berhubungan dengan intertekstualitas dan yang diberikan oleh para pengisi survei.
kreativitas dijabarkan dalam bentuk Data diperoleh melalui survei yang
kegiatan transmedia, yang berupa disebarkan melalui media sosial selama
kegiatan produktif sebagai hasil dari empat minggu. Dalam kurun waktu

307
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

tersebut, diperoleh 67 responden yang bermain gim. Siaran Netflix dan bermain
menjawab pertanyaan dari berbagai gim dapat dikategorikan dalam satu
wilayah di Indonesia. Hasil survei kategori, yaitu untuk kegunaan rekreasi.
kemudian dianalisis dengan pendekatan Namun, intensitas waktu yang dihabiskan
kualitatif analisis konten berdasarkan tren responden, yakni kurang dari 1 jam per
dan digeneralisasi untuk diidentifikasi hari, mayoritas berasal dari penggunaan
sebagai relasi kasual perilaku membaca rekreasi dan bekerja. Rata-rata
dan pengalaman imersinya. Tingkat penggunaan dalam kurun waktu kurang
imersi dipetakan menjadi tiga, sesuai dari satu jam memang dapat dikatakan
dengan hasil observasi terhadap berbagai sebagai penggunaan gawai yang bersifat
jenis fiksi digital yaitu pasif fungsional, artinya, responden memang
mengonsumsi, aktif berfantasi, dan aktif hanya menggunakan gawainya untuk
berproduksi. Sedangkan bentuk memenuhi semacam kewajiban, yaitu
transportasi berhubungan dengan bekerja dan setelahnya melepas penat,
kenikmatan membaca dan literasi yaitu aktivitas rekreasi.
transmedia yang merupakan sarana bagi Sedangkan intensitas penggunaan
pembaca untuk membagikan perspektif gawai dalam kurun 1 sampai 5 jam, dapat
hasil membaca kepada komunitas dikatakan sebagai penggunaan yang
mereka. bersifat opsional, yang berarti responden
hanya menggunakan gawainya saat
PEMBAHASAN dibutuhkan saja. Bagi responden yang
intensitas waktu penggunaan gawai
Seperti yang telah dikemukakan hanya berkisar 1 sampai 5 jam, kegiatan
sebelumnya, bahwa survei disebarkan menggunakan gawai dipakai untuk
melalui media sosial selama empat belajar, bersosialisasi, menjalankan hobi,
minggu. Dalam kurun waktu tersebut media sosial, berselancar (mencari
diperoleh 67 responden. Tema informasi), siaran Youtube dan Netflix,
pertanyaan berkisar pada perilaku digital, bermain gim, dan terakhir membaca fiksi.
keterlibatan terhadap naratif dan elemen- Jika dilihat, aktivitas-aktivitas tersebut
elemen cerita lainnya, bentuk-bentuk bisa dikatakan membutuhkan fokus yang
fantasi, dan transportasi fiksi. lebih serta penggunaan waktu yang lebih
intens (lebih dari 1 jam) untuk mencapai
Perilaku Digital imersi atau tujuan pelaksanaannya.

Hasil survei terhadap perilaku Keterlibatan terhadap Teks


digital responden menunjukkan bahwa
responden paling banyak menggunakan Dalam mengkaji seberapa jauh
waktu dengan gawai saat menjalani tingkat imersi pembaca terhadap teks
aktivitas, seperti belajar, bersosialisasi, digital, penting untuk melihat preferensi
berolahraga, menggunakan media sosial, pembaca saat membaca teks digital.
berselancar, siaran Youtube dan Netflix, Preferensi pembaca mencakup aspek-
membaca fiksi, dan bermain gim. Rata- aspek seperti adegan-adegan dalam fiksi,
rata penggunaan gawai selama 1 sampai hal yang diharapkan untuk muncul saat
5 jam per hari. membaca fiksi, alasan berhenti membaca
Terdapat kemiripan intensitas suatu fiksi, sudut pandang dalam fiksi,
responden dalam menghabiskan waktu tokoh dan penokohan dalam fiksi,
dalam pemakaian gawai, contohnya pada kemiripan unsur poetik fiksi terhadap
aktivitas: bekerja, siaran Netflix, dan realitas responden, dan alasan membaca

308
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

fiksi. Informasi dari responden mengenai bisa meningkatkan intensitas keterlibatan


aspek-aspek tersebut berguna untuk pembaca dengan teks. Adegan-adegan
mengkaji tingkat imersi pembaca yang bisa berujud verbal ataupun visual
terhadap teks digital karena semakin yang dirangkum untuk survei adalah
pembaca sadar atau terlibat dengan teks perang, percintaan romantik, perkelahian,
digital yang ia baca, maka semakin jauh kesetaraan gender, deskripsi peristiwa
tingkat imersi yang ia alami. dan tempat bersejarah, dominasi pria
Dalam survei kali ini, responden terhadap wanita, konflik yang panjang,
diberikan pertanyaan mengenai “jenis dan adegan seks. Adegan-adegan yang
adegan apa yang paling disukai” dan dikemukakan tersebut memang
“jenis adegan apa yang paling tidak menimbulkan imersi terhadap teks, tetapi
disukai”. Tujuan dari pertanyaan tersebut tidak setinggi imersi terhadap fiksi yang
adalah untuk mengetahui jenis adegan memberikan teka-teki. Meskipun konflik
tertentu yang dapat memengaruhi imersi bisa memberikan imersi emosional yang
pembaca terhadap suatu cerita fiksi yang mendalam, konflik yang berkepanjangan
dia baca. cenderung tidak disukai. Karena
Tabel 1 kebanyakan pengisi survei adalah
Adegan yang disukai perempuan, adegan yang didominasi pria
tidak disukai.
Tabel 2
Adegan yang tidak disukai

Berdasarkan varietas jawaban yang


diberikan oleh responden, tampak bahwa
tren yang menimbulkan tingkat imersi Selain adegan yang disukai, survei
yang paling tinggi adalah fiksi-fiksi juga menanyakan adegan yang tidak
dengan genre detektif yang memberikan disukai. Meskipun tidak disukai,
teka-teki. Tren jawaban tersebut sesuai berdasarkan hasil survei, adegan yang
dengan hasil observasi yang menjengkelkan bisa menimbulkan imersi
mengemukakan jika genre detektif emosional maupun temporal yang cukup
menimbulkan absorpsi pembaca ke dalam tinggi. Setelah dikumpulkan dari
teks sedemikian dalam sehingga pembaca observasi dengan memperbincangkan
menyatu dengan tokoh detektif pada adegan-adegan yang tidak disukai,
cerita tersebut dan ikut berpartisipasi didapatkan sejumlah adegan seperti tokoh
untuk menemukan siapa yang bersalah. perempuan yang lemah dan tidak
Genre detektif juga menyebabkan berdaya, kekerasan terhadap perempuan,
pembaca melakukan transportasi dalam akhir yang menyedihkan, perkosaan, dan
bentuk mengembangkan pengetahuan adegan seks yang digambarkan secara
berdasarkan dari beberapa informasi kecil eksplisit. Hasil survei menunjukkan
dalam teks. Namun, bentuk transportasi bahwa responden tidak menyukai hal-hal
ini masih bersifat pasif dalam yang bersifat kekerasan. Meskipun akhir
mengonsumsi. menyedihkan tidak disukai, responden
Penelitian ini juga memiliki asumsi masih bisa menerimanya. Selain itu,
aspek-aspek naratif selain teka-teki yang dalam beberapa hal responden juga masih

309
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

bisa menerima adegan perempuan yang menimbulkan keterlibatan pembaca


mendominasi meskipun tidak dengan teks. Pembaca menyukai sudut
menyukainya. pandang mata Tuhan dan sudut pandang
Survei juga menanyakan harapan- tokoh utama karena bisa mengetahui
harapan yang ingin mereka peroleh pada pergolakan emosi tokoh, terutama ketika
saat mereka membaca teks. Perbincangan pergolakan emosi tersebut digambarkan
informal dengan sejumlah mahasiswa secara detail. Responden juga menyukai
memberikan asumsi bahwa pembaca sudut pandang yang memberikan
menyukai naratif yang membuat jantung peristiwa secara detail. Hal tersebut
mereka berdetak cepat. Adegan semacam sejalan dengan hasil perbincangan
tersebut membuat mereka tidak ingin sebelum dilakukan kegiatan survei.
berhenti membaca. Adegan yang lucu Detail informasi adalah syarat untuk
juga mengirimkan sinyal ke otak untuk mendapatkan imajinasi dan pembaca
tertawa sehingga secara temporal ada menyukai bacaan yang memberikan
sinyal-sinyal bahagia yang mereka memberikan fantasi dan absorpsi.
rasakan pada saat membaca tersebut. Penokohan atau perwatakan
Observasi pada potongan-potongan merupakan unsur yang dapat
adegan seks yang implisit dan romantis meningkatkan emosi keterlibatan
pada sejumlah video yang dimuat pada pembaca. Perwatakan bisa menimbulkan
Youtube juga diangkat pada sikap simpati, kasihan, diidealkan, benci,
perbincangan tersebut, yang diteruskan marah, jengkel, dan sebagainya.
dengan perbincangan terhadap sejumlah Penelitian ini berhasil menyaring
adegan seksual yang eksplisit yang bisa sejumlah perwatakan yang disukai dan
ditemukan pada sejumlah video yang tidak disukai berdasarkan dari hasil
diunggah di Youtube dan fiksi-fiksi pada perbincangan informal dengan beberapa
web fanfic. Hasil survei menunjukkan mahasiswa. Tokoh yang berintelegensi
tren yang sejalan dengan perbincangan tinggi merupakan tokoh favorit, selain
bahwa adegan yang mengandung kejutan tokoh yang humoris, mandiri, dan peka.
dan keingintahuan merupakan adegan Kualitas tokoh tersebut memberikan
yang paling diharapkan. Adegan tersebut kesempatan pembaca untuk berfantasi
bisa menyebabkan imersi temporal yang dan memproyeksikan tokoh ke dalam
cukup dalam. Kejutan-kejutan dalam dirinya sehingga memengaruhi
cerita menyebabkan pembaca ingin pembentukan identitas pembaca.
melanjutkan membaca meskipun Tabel 4
berangkat dari sekadar mengisi waktu Proyeksi ke dunia realitas
luang tanpa ada minat terhadap tema
cerita.
Tabel 3
Hal yang diharapkan dalam fiksi

Perwatakan juga menimbulkan


metafora realitas dan transportasi
kognitif. Mengenali dan
Selain adegan, sudut pandang dan memproyeksikan antara dunia realitas
penokohan merupakan elemen yang dan dunia kemungkinan merupakan
bentuk imersi dan transportasi pembaca

310
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

terhadap teks. Pembaca melihat sebagai pengisi waktu luang, proses


kemiripan perwatakan pada tokoh dalam berfantasi belum tentu sampai mengarah
cerita dengan seseorang yang dikenal kepada imersi. Ada batas antara realitas
adalah salah satu bentuk transportasi, dan dan representasi sehingga pembaca tidak
demikian juga dengan pengenalan adegan lebur dalam dunia cerita. Perlu ada unsur-
cerita yang mengingatkan pada peristiwa unsur lain dalam cerita tersebut, seperti
yang pernah dilihat atau dialami. penokohan, adegan, ataupun konflik yang
Tingginya jumlah respons yang memilih intens yang bisa meningkatkan
jawaban mengenali baik watak maupun keterlibatan emosi pembaca terhadap
adegan dalam cerita yang mengingatkan teks. Ketika membaca merupakan alasan
pada seseorang ataupun peristiwa di untuk melarikan diri dari situasi yang
dunia realitas menunjukkan bahwa tidak menyenangkan, pembaca
pembaca melakukan proyeksi realitas ke cenderung melakukan relokasi mental
dunia fantasi. dari dunia nyata ke dunia fiksi.
Perkembangan cerita dan perwatakan
Fantasi, Imersi, dan Transportasi tokoh bisa menyerap habis perhatian
sehingga membentuk absorpsi terhadap
Membaca teks tidak selalu teks yang sangat besar. Dalam hal
membuat pembaca berfantasi dan tersebut, relokasi spatio-temporal bisa
melakukan metafora realitas dan terjadi secara total meskipun tidak ada
memproyeksikan dunia fiksi ke dunia unsur avatar dan tiga dimensi seperti
realitas dan dunia kemungkinan. Survei halnya yang dialami oleh para pemain
yang menanyakan adegan-adegan yang gim saat mereka bermain.
disukai dan juga alasan-alasan membaca Tabel 7
fiksi merupakan salah satu unsur yang Alasan Membaca Fiksi
dapat menimbulkan keinginan berfantasi.
Adegan percintaan yang romantis,
adegan yang menyedihkan seperti siksaan
batin tokoh memengaruhi emosi pembaca
menimbulkan fantasi dan dengan
demikian tingkat imersi emosional dan
temporal menjadi cukup tinggi.
Tabel 6
Adegan yang memengaruhi fantasi
Dalam survei ini, responden
diberikan pertanyaan mengenai alasan
mereka untuk membaca cerita fiksi dan
mereka bisa memilih lebih dari satu
jawaban. Hal ini bertujuan mengetahui
seberapa jauh alasan mereka tersebut
memengaruhi imersi mereka terhadap
cerita fiksi yang sedang mereka baca.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh,
65 responden menyatakan bahwa alasan
Namun, fantasi yang mengarah mereka membaca fiksi adalah sebagai
pada imersi dan transportasi hiburan. Rasa suka terhadap
membutuhkan situasi awal sebagai penggambaran konflik antartokoh
pemantik sebelum melakukan aktivitas merupakan alasan untuk membaca fiksi
membaca. Ketika membaca hanya dipilih oleh 40 responden. Sebanyak 34

311
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

responden memilih membaca fiksi Bentuk transportasi tidak selalu


dengan alasan sebagai pelarian dari bersifat fantasi. Ada bentuk-bentuk lain
berbagai masalah yang sedang mereka yang sifatnya produktif yang
alami, sedangkan 23 responden menunjukkan bagaimana responden
menyatakan bahwa alasan mereka melakukan proses transmedia dalam
membaca fiksi adalah untuk mempelajari upaya memproyeksikan transportasi
hal-hal yang enggan mereka pelajari fantasi ke dunia realitas. Mayoritas
melalui textbook. Sebanyak 20 responden responden mengekspresikan persepsi
lainnya membaca untuk mengetahui sebagai proyeksi transportasi dengan
tempat-tempat bersejarah atau tempat- melakukan perang wacana di media.
tempat terkenal adalah alasan mereka Yang menduduki posisi kedua adalah
dalam membaca suatu fiksi. mereka yang memproyeksikan fantasi
Sepintas lalu, jawaban responden lain atau dunia kemungkinan lain yang
tidak memberikan gambaran terhadap mereka ekspresikan dalam bentuk
bentuk transportasi pembaca ke dunia menulis fanatik fiksi. Koleksi beberapa
kemungkinan atau proyeksi pikiran dari merchandise menduduki posisi yang
ruang realitas ke ruang fantasi. Namun, ketiga dan sisanya melakukan
ketika jawaban tersebut dikorelasikan transportasi dengan berpakaian cosplay
dengan jawaban pertanyaaan tentang karakter favorit.
manfaat fantasi dan pengaruhnya dalam Tabel 9
kehidupan sehari-hari, dapat ditarik Bentuk transportasi
informasi bahwa imersi dan transportasi
yang dominan dapat membawa pembaca
ke dunia fantasi. Bentuk imersi tersebut
sifatnya pasif karena sekadar hanya
kenikmatan membaca. Namun, beberapa
responden mengalami imersi dan
transportasi yang lebih mendalam.
Beberapa responden merasa kehilangan
rasa realitas dan merasakan kenyamanan
dalam proyeksi dunia kemungkinan. Kemudian jika dilihat alasan
Beberapa responden sudah membangun responden melakukan fanatik fiksi
proyeksi konseptual karena tersebut, sebanyak 39 responden atau
memproyeksikan alam fiksi ke realitas 26.9% populasi jawaban menyatakan
untuk membantu mengatasi rasa takut, bahwa mereka melakukan fanatik fiksi
cemas, kesedihan ataupun juga karena ingin melanjutkan cerita fiksi
mengendalikan emosi agar tetap stabil. dengan cerita mereka sendiri. Alasan lain
yang mendorong responden melakukan
Tabel 8 fanatik fiksi adalah karena mereka merasa
Manfaat Fantasi
memiliki ikatan yang kuat dengan fiksi
yang dibaca. Alasan ini dipilih oleh
24,9% populasi jawaban atau 32
responden.

312
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

Tabel 10 karakter yang sedang mengalami


Alasan melakukan fanatik fiksi kesulitan, atau saat responden merasa
kesal saat menjumpai adegan
pemerkosaan dalam cerita yang ia baca.
Pada tahap ini, pengalaman imersi yang
dialami pembaca adalah imersi emosional
(lihat Ryan, 2015).
Tahap kedua, adalah keadaan
seseorang berfantasi secara aktif setelah
membaca suatu cerita fiksi. Sebagai
Melalui tren jawaban mengenai contoh, saat seseorang merupakan
bentuk fanatik fiksi dan alasan responden penggemar berat dari suatu sosok, orang
melakukan fanatik fiksi tersebut, dapat tersebut percaya bahwa idolanya adalah
diambil kesimpulan bahwa alasan yang terbaik, ia akan merasa tidak terima
sebagian besar responden melakukan apabila ada orang lain yang menyatakan
fanatik fiksi adalah karena mereka ingin bahwa idolanya tersebut memiliki sifat-
melanjutkan cerita dengan cerita mereka sifat yang bertentangan dengan yang
sendiri dan merasa memiliki ikatan yang mereka yakini. Fenomena ini akan
kuat dengan fiksi yang mereka baca. Oleh mengakibatkan sesuatu yang disebut
karena itu, responden melakukan perang dengan perang wacana, terdapat dua kubu
wacana di media sosial dan menulis epik yang saling mengutarakan hal-hal yang
cerita fanfiction. Seseorang akan bertolak belakang dari satu sama lain.
melakukan perang wacana mengenai Tahap ini tingkat imersi pembaca adalah
sebuah fiksi di media sosial ketika hal yang disebut sebagai imersi persepsi
mereka merasa bahwa mereka memiliki yang berhubungan dengan imersi
ikatan yang kuat dengan fiksi tersebut. situasional dan sosial (lihat Thon, 2008).
Dalam perang wacana, orang-orang juga Tahapan yang ketiga, adalah
biasa menyampaikan opini mengenai tahapan ketika seseorang bertransportasi
kelanjutan cerita yang mereka kehendaki. fiksi dengan cara memproduksi sesuatu.
Keinginan melanjutkan cerita dengan Sebagai contoh, seseorang yang
versi sendiri juga dapat disalurkan melakukan cosplay dapat dikategorikan
melalui menulis epik cerita fanfiction. telah melakukan transportasi fiksi tahap
Berdasarkan survei yang telah ketiga karena ia memproduksi suatu hal
dibagikan kepada para responden dari berupa ‘identitas baru’ yang berbeda
penelitian ini, ditemukan hasil bahwa dengan identitas orang tersebut dalam
proses dan level imersi para responden dunia nyata. Imersi yang terakhir ini
memengaruhi bentuk transportasi mereka adalah imersi ekstratekstual (lihat Bell et
yang merupakan metafora realitas dan al., 2018).
proyeksi terhadap dunia kemungkinan Melalui survei ditemukan juga
dan dunia global. bahwa bentuk kompleksitas imersi
Tahap pertama adalah keadaan pembaca teks digital bervariasi dari
seseorang bertransportasi fiksi secara kompleksitas spasial, temporal, spatio-
emosional, yakni seseorang yang temporal, sampai dengan emotional
merasakan perasaan seperti yang ludic. Contoh transportasi emosional
dirasakan oleh satu karakter dalam fiksi ludic adalah perilaku bermain role play
yang sedang dibaca. Sebagai contoh, sebagai selebriti di sosial media facebook
responden yang dapat merasakan atau memakai kostum cosplay dan
kesedihan yang dirasakan oleh satu bergabung pada kegiatan fandom. Dalam

313
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

role play yang dilakukan responden daripada membangun naratif baru untuk
berpura-pura menjadi tokoh tertentu dan disajikan pada media lain.
merasakan emosi yang nyata dalam
pertengkaran antarpemain role play saat PENUTUP
ia menjadi tokoh tersebut. Absorpsi yang
besar pada saat transportasi dari dunia Penelitian ini bertujuan melihat
fiksi ke dunia realitas pada sosial media tingkat keterlibatan pembaca terhadap
membuat responden pada saat yang berbagai jenis fiksi digital dan untuk
bersamaan mengalami imersi emosional, mengetahui secara lebih lanjut tingkat
temporal, spasial, dan sekaligus imersi dan bentuk transportasi pembaca
transportasi emosional ludik. sebagai bentuk afektif dari bacaan. Fiksi
Kehidupannya mulai berjalan digital dalam penelitian ini didefinisikan
menyerupai kehidupan si tokoh dalam secara luas. Fiksi digital tidak hanya
metropop tersebut. dimaknai sebagai bacaan yang memang
Berdasarkan dari jawaban terhadap secara desain ditujukan untuk medium
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan digital, tetapi fiksi digital pada penelitian
dalam survei, penelitian ini dapat ini merujuk pada semua fiksi yang
mengidentifikasi kompleksitas imersi dan dikonsumsi melalui media digital. Ada
transportasi pembaca terhadap fiksi fiksi yang awalnya terbit kemudian
digital. Sejalan dengan hasil penelitian- didigitalisasi, fiksi yang didesain untuk
penelitian sebelumnya yang kebanyakan medium digital seperti web-novel,
dilakukan pada gim, penelitian ini webtoon, fanfic, wattpad, dan juga gim
menemukan bahwa pengalaman imersi digital.
dan transportasi pembaca ke dalam dunia Penelitian ini menggunakan
teks tidaklah stabil. Ada elemen-elemen pendekatan cognitive poetics untuk
pendukung yang memengaruhi intensitas mencapai tujuan penelitian. Pendekatan
imersi dan transportasi. Dengan ini merupakan pendekatan yang berawal
menerapkan pendekatan poetika kognitif, dari pendekatan respons pembaca yang
penelitian ini menyetujui konsep yang memadukan teori dari bidang ilmu
dikembangkan oleh para peneliti linguistik dan psikologi. Pendekatan ini
sebelumnya bahwa membaca teks bertujuan mengkaji emosi afektif
merupakan aktivitas interteks. Membaca pembaca terhadap karya sastra, yang pada
melakukan korelasi antara teks yang satu umumnya dipengaruhi oleh keindahan
dan yang lain dan juga korelasi antara bahasa pada genre puisi dan keindahan
dunia teks dan dunia realitas dengan ekspresi kebahasaan pada puisi terhadap
mengenali pemetaan-pemetaan yang emosi pembaca. Namun, penelitian ini
disajikan oleh teks tersebut. Namun, menggunakan teori untuk mengkaji
penelitian ini menambahkan satu temuan pengaruh membaca fiksi digital terhadap
bahwa aktivitas membaca digital bisa emosi dan perilaku pembaca. Oleh karena
mendorong pembaca ke aktivititas itu, konsep poetics pada penelitian ini
transmedia. Seperti jawaban yang dipilih diperluas, tidak berfokus pada aspek
oleh para responden, mayoritas memilih kebahasaan, tetapi juga poetika pada
jawaban bahwa membaca fiksi digital berbagai jenis fiksi digital. Dengan
mendorong untuk ikut berpartisipasi demikian, aspek naratif yang menonjol
mengemukakan pendapat dalam forum pada fiksi digital justru dijadikan aspek
pembaca. Namun, kebanyakan masih utama untuk mengkaji tingkat imersi dan
cenderung menuliskan komentar bentuk transportasi pembaca yang
merupakan metafora realitas.

314
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

Imersi yang dikaji dalam penelitian tantangan dalam lingkungan virtual yang
ini lebih pada pengalaman subjektif diciptakan oleh naratif.
pembaca, yaitu sampai sejauh mana Ada berbagai metode yang
pembaca masuk ke dalam dunia cerita diterapkan dengan menggunakan strategi
dalam bentuk respons terhadap berbagai khusus yang dikembangkan oleh peneliti
elemen naratif. Imersi naratif dapat sebelumnya untuk mengkaji tingkat
berupa imersi imajinatif dan imersi imersi dan bentuk transportasi terhadap
fiksional. Imersi terhadap naratif juga fiksi digital. Metode yang dipergunakan
bersifat temporal karena pada saat oleh peneliti sebelumnya bervariasi baik
tertentu pembaca bisa melupakan realitas secara kuantitatif yang dikembangkan
yang ada di sekitarnya dan hanyut dengan berdasarkan hipotesis tertentu maupun
teks. Hal tersebut mendorong pembaca kualitatif dalam bentuk kelompok diskusi
untuk tidak berhenti dan mencari terpumpun untuk mengkaji pemaknaan
kelanjutan cerita. Pembaca juga teks peserta dan bentuk-bentuk
mengalami imersi spasial ketika pembaca keterlibatan. Namun, penelitian ini
mengenali relasi sosial yang ada pada cenderung menggunakan metode
teks dan kemudian memproyeksikan kualitatif yang memadukan pengambilan
dunia cerita ke dunia realitas. Ketika data melalui kuesioner dan dianalisis
imersi emosional meningkat karena secara kualitatif analisis konten. Hasil
adanya imersi temporal dan spasial, survei menunjukkan tren yang sama
pembaca dapat melakukan beberapa dengan hasil observasi yang telah
bentuk transportasi untuk membawa dilakukan sebelum menyusun survei. Hal
dunia fantasi menuju dunia realitas. tersebut menunjukkan bahwa
Transportasi yang dilakukan pembaca pengalaman imersi dan transportasi
memanfaatkan keterampilan transmedia digital memiliki kesamaan sekaligus
dengan mengemukakan berbagai ekspresi perbedaan dengan gim. Fiksi digital juga
baik dalam bentuk tulisan maupun mengubah konsep poetika seperti yang
berpartisipasi dalam kegiatan fandom. diperoleh berdasarkan observasi awal dan
Pendekatan poetika kognitif diujikan dengan survei. Estetika fiksi
memang bukan pendekatan baru. Namun, cenderung pada naratif daripada aspek
pendekatan tersebut belum banyak kebahasaan, sedangkan kognitif
diterapkan terhadap fiksi digital, terutama mengarah pada pemahaman terhadap
dengan tujuan mengkaji imersi pembaca. bacaan dan interkonektivitas antara
Sementara itu, kajian tentang imersi yang bacaan dan teks-teks lain maupun realitas
telah dilakukan sebelumnya juga tidak sosial yang mengelilingi pembaca, pada
menerapkan konsep imersi yang fiksi digital konsep kognitif lebih
konsisten. Penelitian ini juga tidak mengarah kepada afektif. Keterlibatan
membedakan antara konsep keterlibatan terhadap teks yang sifatnya emosional
dan imersi. Berdasarkan dari berbagai menyebabkan pembaca mengalami
penelitian terhadap imersi, didapatkan proses imersi dan transportasi ke dunia
tiga kategori imersi, yaitu imersi terhadap kemungkinan dan global. Namun
sistem properti, respons subjektif demikian, penelitian ini masih memiliki
terhadap konten naratif, dan respons celah-celah yang perlu untuk
subjektif terhadap tantangan pada dikembangkan lagi. Meskipun survei
lingkungan virtual. Penelitian ini lebih sudah memberikan opsi jawaban terbuka,
memfokuskan pada respons subjektif selain opsi memilih jawaban yang
terhadap konten naratif dan hanya sedikit disediakan dalam survei, tidak semua
menyentuh respons subjektif terhadap responden menuliskan alasan pemilihan

315
Kandai Vol. 18, No. 2, November 2022; 299-317

opsi tertentu. Hal ini terbuka untuk dikaji Ensslin, A. 2017, March 23, 2017. The
lebih lanjut, terutama bentuk-bentuk Digital according to Ryan:
transportasi yang mengarah kepada immersion – interactivity –
proses perilaku transmedia. ludonarrativity Narrative 2017
conference, Lexington, Kentucky.
DAFTAR PUSTAKA Ermi, L., & Mäyrä, F. 2005, June 16-20,
2005. Fundamental components
Aarseth, E. J. 1997. Cybertext: of the gameplay experience:
Perspectives on Ergodic Analysing immersion
literature. Baltimore: The Johns Proceedings of Digra Digital
Hopkins University Press. Games Research Conference:
Aristotle. 1962. On the art of poetry (I. Changing Views -- Worlds in
Bywater, Trans.). New York: The Play, Vancouver, British
Clarendon Press. Columbia, Canada.
Bell, A., & Alber, J. 2012. Ontological Fauconnier, G., & Turner, M. 2002. The
metalepsis and unnatural way we think: A new theory of
narratology. Journal of Narrative how ideas happen. New York:
Theory, 42(2), 166-192. Basic Books.
https://doi.org/10.1353/jnt.2012.0 Gavins, J., & Steen, G. 2003. Cognitive
005 Poetics in Practice. Boca Raton:
Bell, A., Ensslin, A., Van der Bom, I., & Routledge.
Smith, J. 2018. Immersion in Gerrig, R. 1999. Two metaphors for the
digital fiction: A cognitive, experience of narrative worlds. In
empirical approach. International Experiencing Narrative Worlds:
Journal Literary Linguistics, 7(1), On the Psychological Activities of
1-22. Reading (pp. 1-25). Boulder:
https://doi.org/https://doi.org/10. Westview Press.
15462/ijll.v7i1.105 Grady, J. E. 1999 A typology of
Calleja, G. 2011. Emotional involvement motivation for conceptual
in digital games. Int. J. Arts and metaphor: Correlation vs.
Technology, 4(1), 19-32. resemblance In J. Raymond W.
Carroll, J. 2015. Evolutionary literary Gibbs & G. J. Steen (Eds.),
study. In D. M. Buss (Ed.), The Metaphor in Cognitive
Handbook of Evolutionary Linguistics (pp. 79-100).
Psychology (Vol. II, pp. 1103- Amsterdam: John Benjamins.
1119). Wiley & Son. Green, M. C. 2004. Transportation into
https://doi.org/https://doi.org/10. narrative worlds: The role of prior
1002/9781119125563.evpsych24 knowledge and perceived realism.
8 Discourse Processes, 38(2), 247-
Ciccoricco, D., Ensslin, A., Pressman, J., 266.
Rustad, H. K., Laccetti, J. M., & https://doi.org/10.1207/s1532695
Bell, A. A [S]creed for digital 0dp3802_5
fiction. Electronic book review Hardie, R. P. 1895. The poetics of
(March 7, 2010), 1-8. Retrieved Aristotle. Mind, New Series,
27 Oktober 2020, from 4(15), 350-364.
https://electronicbookreview.com Holland, N. N. 2002. Where is a text? A
/essay/a-screed-for-digital- neurological view. New Literary
fiction/ History, 33(1), 21-38.

316
Habsari, Kristina, Primasita, Kurniawan, & Kusciati: Kajian Poetika Kognitif ….

Holyoak, K. J., & Thagard, P. 1994. Electronic Media. Baltimore:


Mental leaps: Analogy in Johns Hopkins University Press.
Creative Thought. Cambridge: Ryan, M.-L. 2018. Narrative mapping as
The MIT Press. cognitive activity and as active
Lombard, M., & Ditton, T. 1997. At the participation in storyworlds.
heart of it all: The concept of Frontiers of Narrative Studies,
presence. Journal of Computer- 4(2), 232-247.
Mediated Communication, 3, 2. https://doi.org/https://doi.org/10.
https://doi.org/https://doi.org/10. 1515/fns-2018-0020
1111/j.1083- Steen, G. 1999. From linguistic to
6101.1997.tb00072.x conceptual metaphor in five steps.
McMahan, A. 2003. Immersion, In R. W. G. J. a. G. J. Steen (Ed.),
engagement, and presence: A Metaphor in Cognitive
method for analyzing 3-D video Linguistics (pp. 57-77).
games. In W. M. B. Perron (Ed.), Amsterdam: John Benjamins.
The video game theory reader Stockwell, P. 2002. Cognitive Poetics: An
(pp. 67–86). Boca Raton: Introduction. Boca Raton:
Routledge. Routledge.
Mirvis, P. H. 1991. Flow: The Thon, J.-N. 2008. Immersion revisited:
psychology of optimal on the value of a contested
experience. Academy of concept. In A. Fernandez, O.
Management Review, 16(3), 636- Leino, & H. Wirman (Eds.),
640. Extending Experiences. Structure,
https://doi.org/https://doi.org/10. Analysis and Design of Computer
5465/amr.1991.4279513 Game Player Experience (pp. 29–
Murray, J. H. 1997. Hamlet on the 43). Rovaniemi: Lapland
Holodeck: The Future of University Press.
Narrative in Cyberspace. New Tsur, R. 1992. Toward a Theory of
York: The Free Press. Cognitive Poetics. Houston:
Rice, C. C. 2002. Poetic space: Critical Elsevier.
applications of cognitive Viires, P. 2019, March 6-8 2019.
linguistics to American poetry. Additions to the periodisation of
Dissertation, University of digital literature: The third
Georgia. generation 4th Conference of The
Rigby, J. M., Gould, S. J. J., Brumby, D. Association Digital Humanities in
P., & Cox, A. L. 2019, June 5–7, the Nordic Countries,
2019. Development of a Copenhagen.
questionnaire to measure Zeki, S. 1999. Art and the brain. Journal
immersion in video media: the of Consciousness Studies, 6(6-7),
film IEQ. ACM International 76-96.
Conference on Interactive
Experiences for TV and Online
Video (TVX' 19), Salford
(Manchester), United Kingdom.
ACM, New York, NY, USA.
Ryan, M.-L. 2015. Narrative as Virtual
Reality 2: Revisiting Immersion
and Interactivity in Literature and

317

You might also like