Professional Documents
Culture Documents
Yg Kemarenn Itu Juga Ada CBT Itu
Yg Kemarenn Itu Juga Ada CBT Itu
Abstact
This paper aims to explain the importance of strengthening religious moderation and
national insight for the community through educational institutions, both formal, non-
formal and informal educational institutions. This research is a qualitative research
to find the meaning of a phenomenon. The data analysis uses the triangulation
method, which is to cross check from a document source with another source, or from
a document source with a historical fact. These results are (1) Formal educational
institutions are the right means in carrying out religious moderation activities because
in formal education there is a structured, systemic and easy-to-evaluate learning
space, (2) religious moderation learning in non-formal institutions, is very effective
in developing insight nationality considering that non-formal educational institutions
are built on public awareness and are doctrinal in character, (3) the implementation
of religious moderation education in informal educational institutions is also no less
strategic considering that informal educational institutions that are integrated in the
community can effectively stem radical religious beliefs that easily accessible and
consumed by the public.
Abstrak
Paper ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya penguatan moderasi beragama
dan wawasan kebangsaan bagi masyarakat melalui lembaga pendidikan, baik
lembaga pendidikan formal, non-formal maupun informal. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif untuk menemukan makna dari sebuah fenomena. Adapun
analisis data menggunakan metode triangulasi, yakni melakukan cross check dari
Corresponding author
Email: najmaayu31@gmail.com, 2syamsbakr99@iain-surakarta.ac.id
1*
422 Dinar Bela Ayu Naj’ma, Syamsul Bakri
sebuah sumber dokumen dengan sumber lain, atau dari sumber dokumen dengan
sebuah fakta historis. Hasil ini adalah (1) Lembaga pendidikan formal menjadi
sarana tepat dalam melaksanakan kegiatan moderasi beragama karenma di
pendidikan formal itulah terjadi ruang pembelajaran yang terstruktur, sistemik
dan mudah dievaluasi, (2) pembelajaran moderasi beragama di lembaga non-
formal, sangat efektif dalam pengambangan wawasan kebangsaan mengingat
bahwa lembaga pendidikan non-formal dibangun di atas kesadaran masyarakat
dan bercorak doktriner, (3) pelaksanaan pendidikan moderasi beragama di
lembaga pendidikan informal juga tidak kalah strategisnya mengingat bahwa
lembaga pendidikan informal yang menyatu di lingkungan masyarakat dapat
efektif membendung paham keagamaan yang radikal yang mudah diakses dan
dikonsumsi oleh masyarakat.
PENDAHULUAN
Setiap agama memiliki dua aspek yakni aspek vertikal dan horizontal.
Aspek vertikal mengharuskan manusia untuk mengabdi dan melakukan
penghgambaan seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan
dalam bentuk melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi semua larangannya.
Adapun aspek horisontal agama mencakup keharusan berbuat baik kepada
sesama manusia bahkan pada hewan dan benda mati sekalipun. Kedua aspek
tersebut berbeda tetapi tidak terpisahkan. Artinya, kesadaran teologis (vertikal)
harus dimanifestasikan dalam dataran perilaku terhadap sesama makhluk (aspek
horizontal), dan sebaliknya perilaku keagamaan horisontal harus memiliki ruh
teologis yang vertikal. Manusia diciptakan dengan keunggulan akal dan budi
pikir, sehingga menjadi hamba Tuhan yang diberi mandat untuk memimpin dan
mengelola bumi. Agama harus dibumikan dalam mencipta kebaikan di bumi,
terutama dalam penguatan wawasan kebangsaan.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, sehingga agama perlu
dimenifestasikan untuk menjadi problem solver dalam mengatasi persoalan-
persoalan bangsa. Salah satu persoalan bangsa adalah adanya pemikiran dan
gerakan radikalisme yakni pemikiran dan perilaku yang lebih memberikan
penekanan pada pemahaman keagamaan yang sifatnya keras dan ekstrim,
METODE PENELITIAN
Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu,
di dalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha
untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur
formal, non-formal dan informal. Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menegasan bahwa penddikan dilakukan melalui
tiga jalur, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal.
Pendidikan formal adalah yang sering disebut pendidikan persekolahan,
berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya SD, SMP, SMA
dan PT (Perguruan Tinggi). Pendidikan formal lebih difokuskan pada pemberian
keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat dalam lingkungan formal ini setiap
individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman
dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di
masyarakat. Untuk pendidikan formal, jika bersinggungan dengan kebijakan
pembatasan mata pelajaran, maka pendidikan moderasi beragama dapat
diajarkan secara integratif, pengayaan, sintesis, ekstrakurikuler, atau muatan
lokal.
Lembaga pendidikan formal merupakan laboratorium paling tepat dalam
pengembangan moderasi beragama karena di lembaga formal itulah kader-
agama berbasis lembaga pendidikan (Amrullah & Islamy, 2021; Faruq & Noviani,
2016; Sutrisno, 2019).
karakter moderat pada anak yaitu: faktor lingkungan, faktor guru, dukungan
orang tua dan Komite sekolah serta pihak Yayasan (Priatmoko, 2021).
pula paham keagamaan yang radikal yang mudah diakses dan dikonsumsi
pelaku. Oleh karena itu, beberapa pemuka agama, tokoh masyarakat, aparatur
keamanan memandang perlu pengembangan pendidikan moderasi beragama
berbasis keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu maka, pendidikan moderasi
beragama perlu dikembangkan dalam ruang pendidikan informal. Terutama di
lingkungan keluarga.
Beberapa teknis pendidikan moderasi beragama yang bisa dilakukan
orang tua antara lain sering-sering orang tua mengajak dialog secara terbuka
pada anak untuk membangun sikap moderat dalam paham keagamaan anak
serta dalam beberapa kesempatan mengajak anak untuk bersosiala atau
mengikuti kajian majlis taklim setempat untuk menumbuhkan sikap empati
anak terhadap berbagai masalah sosial dan diajak berpikir memecahkan
permasalahan sosial berbasih moderasi beragama. Pendidikan moderasi
beragama juga penting dilaksanakan dimajlis taklim, pesantren. untuk itu
maka diperlukan pengembangan SDM dan peningkatan kualitas akademik
dan keilmuan bagi para ustaz dan kiai dengan kualitas akademik yang baik
maka akan tercipta cara pandang keagaamaan yang moderat. Semakin memiliki
paradigma berfikir yang baik maka seorang religious leader akan memiliki sikap
yang moderat dan tidak radikal (Sabic-El-Rayess, 2020). Ustaz, kiai dan mubalig
yang memiliki kecakapan akademik maka pemikirannya menjadi luas sehingga
dapat memoderasi cara pandang agama bagi santri dan jamaahnya (Haryani,
2020).
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1–10. https://doi.org/10.52166/mida.v4i1.601
Sabic-El-Rayess, A. (2020). Epistemological Shifts In Knowledge And
Education In Islam: A New Perspective On The Emergence
Of Radicalization Amongst Muslims. International Journal Of
Educational Development, 73(December 2019), 102148. https://doi.
org/10.1016/j.ijedudev.2019.102148
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan Informal. Jurnal Pendidikan, 4(2),
1–7.
Sutrisno, E. (2019). Aktualisasi Moderasi Beragama Di Lembaga
Pendidikan. Jurnal Bimas Islam, 12(2), 323–348. https://doi.
org/10.37302/jbi.v12i2.113
Syaoki, M. (2017). Gerakan Islam Transnasional Dan Perubahan Peta
Dakwah Di Indonesia. Komunike, ix(2), 167–182.
Wibisono, S., Louis, W. R., & Jetten, J. (2019). A Multidimensional Analysis
Of Religious Extremism. Conceptual Analysis, 10, 1–12. https://doi.
org/10.3389/fpsyg.2019.02560