Institutional System of Subak Organizations As Sustainable Water Resources Management

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

EnviroScienteae Vol. 16 No.

2, Agustus 2020
ISSN 2302-3708 (online)
Halaman 225-237

SISTEM KELEMBAGAAN ORGANISASI SUBAK SEBAGAI PENGELOLA


SUMBER DAYA AIR BERKELANJUTAN

Institutional System Of Subak Organizations As Sustainable Water Resources


Management

Diah Astriani Putri S1), Rachmad K. Dwi Susilo 2), Muhammad Hayat3), Joan Hesti Gita
Purwasih4)

Program Studi Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang


e-mail: 1)diah7767@gmail.com; 2)rachmad@umm.ac.id; 3)hayattto69@gmail.com
4)
Prodi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Malang,
e-mail: joan.hesti.fis@um.ac.id

Abstract

Subak Babakan Bayu is a social institution that is in the midst of growth in Bali’s tourism
industry, but Subak Babakan Bayu is able to maintain its existence as an executor of ritual
activities, irrigation water management, buffering food security, environmental preservation
and culture in a sustainable manner. The purpose of this research is to understand the
organizational system of Subak Babakan Bayu. This research is a qualitative study using an
ethnographic approach. The research location was in Sangkaragung Village, Jembrana District,
Jembrana Regency, Bali. Data collection techniques using observation, interviews, and
documentation. The technique of determining the subject of research using purposive sampling
and using data analysis techniques include domain analysis, taxonomic analysis, compound
analysis, and cultural theme analysis. The theory used is the social system theory from Niklass
Luhmann and the new institutional theory (new institutional theory) from William Richard
Scott. The results of this study indicate that the organizational system of the Subak Babakan
Bayu organization has three basic elements that make the subak institution strong, namely the
regulatory system including awig-awig, and perarem. The normative system is the norm of
responsibility and justice, and the cognitive cultural system that includes beliefs, traditions and
rituals. In its implementation, there are some obstacles but the social system is able to heal itself
so that Subak Babakan Bayu still exists.

Keywords : System; Institutional; Organization, Subak

PENDAHULUAN merupakan hasil proses adaptasi terhadap


alam yang diolah untuk keberlangsungan
Bali merupakan salah satu pulau di hidup yang biasanya terimplementasikan
Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan melalui kegiatan bertani yang kemudian
budaya. Masyarakat Bali meyakini bahwa dengan teguh memegang prinsip untuk
agama adalah budaya dan budaya adalah memelihara keberlanjutan (Nye 2008).
agama. Agama menjadi seperangkat ide Bali telah mengokohkan kebudayaan
gagasan, dan kepercayaan dimana setiap sebagai dasar pembangunan, termasuk
orang bisa terlibat dan sebagai kerangka bagi dalam hal pertanian yang berbasis
pengalaman hidup, serta aktifitas keseharian kelembagaan. Kelembagaan pertanian
masyarakat Bali. Kontruksi seperti ini sangat menentukan keberhasilan

225
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

pembangunan pertanian itu sendiri, Selznick yang mempelajari teori


utamanya yang terletak di pedesaan akan kelembagaan terhadap organisasi, dan
bermanfaat untuk pengembangan sosial Herbert Simmon yang bekerjasama dengan
ekonomi petani, aksesibilitas pada modal, James G. March yang mempelajari sifat atau
informasi pertanian, infrastuktur, pasar, dan ciri rasionalitas pada organisasi, serta Victor
inovasi pada pertanian. Keberadaan dari Nee yang mempelajari tentang analisis
kelembagaan pertanian juga akan kelembagaan yang mempelajari tentang
mempermudah pemerintah dan pemangku hubungan antara proses formal dan informal
kepentingan lain dalam memberikan pada lingkungan kelembagaan (Syahyuti
penguatan serta memfasilitasi petani 2016).
(Sampeliling et al. 2016). Riset yang dilakukan dalam konteks
Konsep kelembagaan dan organisasi kelembagaan baru berkaitan dengan
sejak awal dikenal oleh masyarakat, pengaruh lembaga terhadap perilaku
mengalami banyak perdebatan diantara para manusia melalui aturan (rules), norma
ahli sosiologi. Persoalannya adalah adanya (norms), dan kultural-kognitif (cultural
perbedaan pada tekanan di masing-masing cognitive) yang dibangun dan dipersepsikan
orang yang sering mempertukarkan oleh aktor. Sumbangan utama dari
penggunaannya. Konsep institution paling kelembagaan baru adalah penambahan
sering mengalami kekeliruan dalam pengaruh dari pengetahuan (cognitive),
penerjemahan menjadi kata kelembagaan, dimana individu bertindak karena
sedangkan kata lembaga diterjemahkan persepsinya terhadap dunia sosial. Menurut
persis sebagai organisasi (Syahyuti 2016). Scott (2008), teori kelembagaan baru adalah
Menurut hasil penelusuran secara sebuah pendekatan baru di dalam sosiologi
kronologis, terlihat bahwa mulanya kedua organisasi. Adapun pilar-pilar sebagai unsur
objek tersebut berbaur kemudian menjadi penyusun suatu kelembagaan menurut Scott
terpisah. Penyebabnya adalah karena terdiri dari tiga unsur yaitu aspek regulatif,
banyaknya sosiolog yang lebih cenderung normatif, dan aspek kultural kognitif.
memilih satu istilah saja di dalam Oleh sebab itu, kelembagaan petani
menerangkan sebuah fenomena sosial. Para di Bali adalah lembaga petani yang berada di
sosiolog memilih istilah institution saja atau kawasan institusi lokal yang berupa
organization saja, hingga pada akhirnya di organisasi keanggotaan atau kerjasama yaitu
awal tahun 1950-an terjadilah sebuah petani-petani yang tergabung dalam
perubahan yang menjadikan istilah kelompok kerjasama. Kelembagaan ini
institution semakin terfokus kepada aspek meliputi pengertian yang luas, yaitu selain
perilaku, nilai, dan norma, Sedangkan mencakup pengertian organisasi petani, juga
organization lebih terfokus kepada struktur aturan main (role of game) atau aturan
(Kelsall and Mitchell 1969). perilaku yang menentukan pola tindakan dan
Interaksi yang terjadi antara teori hubungan sosial, termasuk kesatuan sosial
kelembagaan institutional theory) dan teori sebagai wujud kongkrit dari lembaga itu
organisasi pada akhirnya melahirkan sebuah sendiri (Anantanyu 2011).
teori baru yang dinamakan dengan teori Kelembagaan petani tertua yang
kelembagaan baru (new institutional terdapat di Bali sekaligus sebagai sebuah
theory). Banyak terdapat tokoh-tokoh warisan budaya adalah kelembagaan
sosiologi yang berperan penting dalam organisasi “subak”. Subak merupakan
pembentukan dan pertalian kedua teori organisasi petani lahan basah yang
tersebut seperti Max Weber dengan teori mendapatkan air irigasi dari satu sumber
birokrasi, Talcott Parsons dengan bersama, memiliki satu atau lebih pura
kelembagaan kultural terhadap organisasi, bedugul yang digunakan untuk memuja

226
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

Dewi Sri, sebagai manifestasi Tuhan selaku 1. Makro


Dewi kesuburan, serta memiliki kebebasan Konteks makro disini adalah
untuk mengatur rumah tangganya sendiri, problematika yang disebabkan oleh
maupun dalam berhubungan dengan pihak berkembangnya arus globalisasi dan
luar (Windia et al. 2005). kapitalisme di Indonesia. Problematika
Sistem subak sebagai lembaga tersebut memberikan dampak kepada
sosial, setidaknya dapat memainkan kebijakan pemerintah baik pusat maupun
beberapa fungsi penting yang beragam daerah yang berkomitmen untuk
(multi-functional roles). Fungsi subak menjadikan Bali sebagai salah satu
diklasifikasikan menjadi fungsi internal dan destinasi wisata dunia terbesar di Asia
eksternal. Adapun fungsi internal subak melalui program pariwisatanya. Tentu
adalah sebagai pelaksana kegiatan ritual, saja pada akhirnya menyebabkan
pendistribusian air irigasi, penanganan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk
konflik, pemeliharaan jaringan irigasi dan dan wisatawan asing di Bali. Kemudian,
bangunan fisik lainnya. Sedangkan fungsi kini Bali juga menggencarkan
eksternal subak yaitu sebagai penyangga pembangunan untuk menopang
atau pendukung ketahanan pangan, pelestari pariwisata dalam bidang sarana dan
kebudayaan, pelestari lingkungan, dan prasarana pendukung secara fisik seperti
penyangga nilai-nilai tradisional secara jalan, hotel, villa, swalayan, restoran,
berkelanjutan (Budiasa 2010). perumahan, lahan kavlingan, dan
Perkembangan zaman modernisasi sebagainya. Konsekuensinya adalah
seperti saat ini membuat subak mengalami sumber daya alam, termasuk lahan
desakan dan keterancaman. Sistem irigasi pertanian dan sumber daya air menjadi
yang berlandaskan sosio-kultural seperti korban (Mustopa 2011).
halnya subak memang memiliki kelemahan 2. Mikro
seperti ketidakmampuan dalam melawan Konteks mikro yang dimaksud adalah
intervensi yang datang dari eksternal (i-lib problematika yang disebabkan oleh
Perpustakaan UGM 1997). Seperti yang pesatnya perkembangan pariwisata di
disampaikan oleh Prof. I Wayan Windia Bali, membuat pemuda Bali lebih tertarik
seorang guru besar pertanian Universitas kepada sektor non pertanian. Hal tersebut
Udaya menyatakan bahwa persawahan di berdampak kepada eksistensi subak yang
Bali saat ini mengalami compang-camping kini semakin terdesak dan terancam. Tak
karena banyak terjadi alih fungsi lahan. Hal sedikit pula petani yang beralih profesi ke
ini menyebabkan banyak sarana irigasi yang non-petani karena merasa bahwa sektor
mengalami kerusakan dan tidak berfungsi pariwisata lebih menjanjikan (Sutawan
secara efektif. Pernyataan tersebut 2001).
memperkuat bahwa fungsi-fungsi vital Fenomena ini pun telah meluas
subak lambat laun cukup mengalami hingga ke Kabupaten Jembrana. Subak di
pelemahan. Jembrana kini mengalami pengalihan fungsi
Subak di Bali terus mengalami lahan yang lebih banyak digunakan untuk
pelemahan fungsi sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur perumahan.
pesatnya perkembangan sektor parisiwata Dalam catatan I Ketut Wisada dinyatakan
dan pertumbuhan jumlah penduduk di Bali bahwa pada tahun 2002 luas lahan pertanian
(Tarigan et al. 2016). Pelemahan terhadap di Kabupaten Jembrana mencapai 13 ribu
fungsi subak dapat di bagi menjadi 2 jenis hektar, namun pada tahun 2011 hanya
yaitu: tinggal 6.856 hektar. Berdasarkan data ini,
dalam kurun waktu sepuluh tahun saja, lahan
pertanian di Kabupaten Jembrana menyusut

227
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

sekitar 50 persen. Kemudian (dalam Radar dengan investor. Memahami terkait


Bali, 2017) dinyatakan pula bahwa pada kelembagaan dalam bidang tata kelola air
awalnya luas lahan sawah tercatat 6.856 juga merupakan hal yang sangat penting
hektar, namun dari data hasil survei terakhir karena kelembagaan merupakan unsur
pada tahun 2016 lalu terdata 6.775 hektar. penting untuk menciptakan ketahanan sosial
Berada di tengah lemahnya kontrol organisasi dalam menghadapi industrialisasi
subak oleh kepungan kapitalisme dan pariwisata (Pranadji Tri, 2017)(Purnomo
industrialisasi, terdapat Subak Babakan and Purwasih 2019).
Bayu yang hingga kini masih tetap eksis.
Ditunjukkan melalui tiga keistimewaan
yaitu: pertama, Subak Babakan Bayu masih METODE PENELITIAN
tetap eksis dengan menjalankan fungsi-
fungsi yang dimilikinya. Kedua, Subak
Babakan Bayu mampu menjalankan Penelitian ini menggunakan jenis
kelembagaan dengan didasarkan kepada penelitian kualitatif dengan pendekatan
prinsip Tri Hita Karana. Prinsip yang etnografi. Etnografi merupakan potret suatu
bermakna tiga penyebab kebahagiaan bagi masyarakat yang mendeskripsikan tentang
umat hindu di Bali yaitu Parakhyangan keyakinan, bahasa, nilai-nilai, ritual, adat-
(hubungan manusia dengan Tuhan), istiadat, dan tingkah laku sekelompok orang
Pawongan (Hubungan manusia dengan yang berinteraksi dalam suatu lingkungan
manusia), dan Palemahan (hubungan sosial-ekonomi, organisasi, religi, politik,
manusia dengan alam). Ketiga, Subak dan geografis. Analisis etnografi bersifat
Babakan Bayu memiliki krama (warga) induktif dan dibangun berdasarkan
subak yang multikultural. Dimana cukup perspektif orang-orang yang menjadi
jarang dapat ditemui perbedaan agama di partisipan penelitian (Jailani 2013).
dalam suatu kelembagaan organisasi subak Penelitian dilaksanakan di Subak
di Bali. Walaupun terjadi perbedaan, krama Babakan Bayu, Kelurahan Sangkaragung,
subak (anggota subak) senantiasa harmonis Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana,
dan bertoleransi dalam menjalankan Bali. Teknik pengumpulan data dalam
keorganisasian subak dan mensejahterakan penelitian ini dengan menggunakan
kehidupan bersama selama ini. observasi, wawancara, dan studi
Bertahannya Subak Babakan Bayu dokumentasi. Adapun pemilihan subjek
dalam menjaga eksistensi di tengah penelitian ditentukan dengan menggunakan
maraknya industrialisasi di Jembrana, serta metode penelitian purposive sampling,
banyaknya subak lainnya yang telah dengan menetapkan subjek penelitian, yaitu:
mengalami pelemahan nilai-nilai dan fungsi 1) Kelian dan wakil kelian Subak Babakan
subak, membuat peneliti tertarik untuk Bayu; 2) sekretaris dan bendahara Subak
memahami lebih dalam tentang bagaimana Babakan Bayu; 3) Pemangku Subak
sistem kelembagaan organisasi subak di Babakan Bayu; 4) Krama Subak Babakan
Subak Babakan Bayu sebagai pengelola Bayu; 5) Kelian Subak Gede Jembrana; dan
sumber daya air berkelanjutan. Apabila 6) Pemandu musium subak di Kabupaten
mengetahui maupun memahami lebih dalam Tabanan.
terkait sistem kelembagaan subak, maka ini Penelitian ini menggunakan analisis
akan berkontribusi besar dalam bidang tata data penelitian etnografi. Analisis dan
kelola air (water governance) sehingga interpretasi data dalam penelitian ini
dapat mengantisipasi konflik antara dilakukan dengan menggunakan empat
masyarakat dengan pemerintah, maupun bentuk yaitu: analisis domain, analisis
antara organisasi kelembagaan subak taksonomi, analisis komponensial, dan
analisis tema kultural (Spradley dalam

228
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

Batuadji, 2009). Adapun teknik validitas subak karena harus mengaliri air ke petak
atau keabsahan data pada penelitian ini sawah dengan berjalan hingga berpuluh kilo
menggunakan beberapa tahapan pengujian meter melalui pematang sawah yang kecil.
kredibilitas yaitu melakukan perpanjangan Debit air yang kecil juga terkadang semakin
pengamatan, meningkatkan ketekunan, mempersulit kerja petani di lahan subak.
trianggulasi, analisis kasus negatif, dan Hingga suatu ketika, terdapat permohonan
mengadakan member check (Sugiyono dari krama subak khususnya dari umat
2012). muslim Desa Air Kuning untuk diberikan
izin guna melakukan pemekaran dengan
pembuatan subak yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil musyawarah krama
subak, kemudian didapatkan kesepakatan
Awal Mula Subak Babakan Bayu untuk melakukan pemekaran dari Subak
Sangkaragung ke wilayah Samblong
Industrialisasi dan kapitalisasi telah Kelurahan Sangkaragung dan Desa Air
menjangkiti tubuh sistem kelembagaan Kuning yang kini bernama Subak Babakan
organisasi pertanian tradisional di Bali, Bayu.
termasuk di wilayah Kabupaten Jembrana. Subak Babakan Bayu diambil dari
Dampak dari pesatnya perkembangan dua kata yaitu babakan dan bayu. Babakan
industrialisasi pariwisata di Bali menjadikan memiliki arti sesuatu yang baru saja
subak banyak mengalami keterancaman dan ditemukan yang dalam hal ini adalah sumber
pelemahan fungsi. Permasalahan ini masuk aliran air untuk irigasi subak hasil
kepada wilayah Kabupaten Jembrana yang pemekaran pada saat itu, dan kata bayu
saat ini banyak sekali lahan-lahan pertanian berarti tenaga. Oleh karena itu, berdasarkan
yang juga mengalami pengalihan fungsi penggabungan dua kosa kata tersebut dapat
untuk dijadikan sebagai pendukung diambil makna bahwa Subak Babakan Bayu
infrastruktur pariwisata seperti hotel, villa, yaitu subak yang baru saja menemukan
toko-toko, lahan kavlingan, perumahan, sumber aliran air yang mengalir dari sungai
akses jalan, dan sebagainya. wilayah Kecamatan Mendoyo menuju
Berada di tengah gempuran wilayah Samblong Kelurahan Sangkaragung
industrialisasi dan pariwisata, subak di dan Desa Air Kuning, digunakan sebagai
setiap daerah memiliki suatu keunikan sumber air bagi irigasi subak pemekaran dari
tersendiri begitu pula dengan Subak Subak Sangkaragung. Masyarakat pada saat
Babakan Bayu yang mampu eksis itu membangun aliran air irigasi dengan
mempertahankan nilai dan fungsinya. tenaga secara swadaya guna mencari atau
Mulanya Subak Babakan Bayu belum membuat jalur air tanpa bantuan mesin
menjadi subak yang independen, karena apapun. Hal tersebutlah yang menjadikan
krama subak (anggota subak) yang terdiri subak hasil pemekaran ini dinamakan Subak
dari dua umat beragama yaitu Hindu dan Babakan Bayu.
Islam tersebut masih tergabung di dalam Setelah dilegalkannya Subak
Subak Sangkaragung, yang terletak di Babakan Bayu sebagai subak yang baru di
Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan wilayah Kecamatan Jembrana, mulailah
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali. terjadi perkembangan di dalam kelembagaan
Krama subak yang tergabung di organisasi subak ini. Mulai terbentuk
dalam satu subak yang memiliki lahan struktur kepengurusan yang terdiri dari
sawah yang cukup luas tersebut, hanya kelian subak, wakil kelian subak, sekretaris,
memiliki satu sumber aliran air utama yang bendahara, juru arah sebanyak 5 orang,
sering menimbulkan keluhan dari krama badan rembug, dan pemangku. Struktur ini

229
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

pun diberlakukan secara turun temurun yang harus dihormati dalam tata aturan,
dengan melibatkan kedua umat beragama di monitoring, dan kegiatan sanksi.
dalam satu kepengurusan subak dan Tri Hita Semua hal yang berkaitan dengan
Karana sebagai pedoman. persubakan Babakan Bayu, diatur di dalam
awig-awig dan perarem subak termasuk
Sistem Regulasi Kelembagaan Organisasi pada persoalan rapat subak, memperhatikan
Subak Babakan Bayu kesejahteraan krama subak, penyediaan dan
pemeliharaan infrastruktur subak,
Subak Babakan Bayu sebagai sebuah pengaturan air irigasi dan pola tanam subak,
kelembagaan organisasi, memiliki beberapa serta pengelolaan konflik sosial. Berikut
elemen penyusun yang sangat berperan akan dijelaskan secara lebih terperinci.
penting demi memelihara stabilitas dan
untuk masyarakat subak bisa memaknai 1. Rapat subak
kehidupan sosial. Elemen penyusun Rapat subak biasanya disebut dengan
kelembagaan organisasi Subak Babakan sangkepan atau paruman yang pada
Bayu yaitu elemen regulasi, normatif, serta umumnya dilaksanakan secara rutin
kultural kognitif. Pengurus Subak Babakan setiap 35 hari (satu bulan menurut
Bayu dalam mengatur keorganisasian kalender Bali). Biasanya dipilih hari
memerlukan regulasi yang dapat menjadi yang dipandang baik misalnya anggara
landasan gerak organisasi, namun tetap tidak keliwon (selasa keliwon), buda umanis
lepas dari hukum adat yang berlaku. Oleh (rabu umanis) dan lain-lainnya
karena itu, aturan-aturan tersebut tertuang di tergantung kesepakatan pengurus subak
dalam sebuah awig-awig subak dan perarem Babakan Bayu. Rapat subak biasanya
dengan tetap menjadikan Tri Hita Karana dilaksanakan secara periodik maupun
sebagai konsep dasar. Awig-awig subak secara khusus. Rapat periodik umumnya
merupakan peraturan yang mengatur diselenggarakan pada setiap satu bulan
berbagai kegiatan, organisasi, hak, dan sekali, sedangkan rapat khusus bisa
kewajiban seluruh krama subak. Awig-awig dalam kondisi yang membutuhkan
juga dapat diperluas dan ditambahkan pengambilan keputusan atau pencarian
dengan aturan tambahan yang disebut solusi yang terjadi di subak secara cepat.
dengan pasuara (aturan tambahan) (Scott Rapat subak membicarakan terkait
2008). penetapan pola tanam, gotong royong,
Perarem biasanya dilakukan untuk perbaikan saluran air irigasi, perbaikan
beradaptasi dengan perubahan yang sarana-prasarana subak, maupun
mungkin terjadi untuk memenuhi tuntutan pelaksanaan ritual atau upacara di subak.
krama subak sebagai petani. Namun Selain itu, rapat subak juga
perubahan tersebut harus telah disepakati membicarakan terkait kas subak, dan
oleh seluruh krama subak. Awig-awig dan denda bagi warga subak yang melakukan
perarem subak mengatur segala hal yang pelanggaran. Subak Babakan Bayu juga
berkaitan dengan persubakan agar biasanya melakukan rapat 3 bulan sekali
menciptakan kesejahteraan dan keadilan dan 6 bulan sekali yang umumnya
bagi seluruh krama subak. Sistem regulasi membahas pertanggungjawaban
dalam kelembagaan organisasi Subak keuangan, kegiatan pertanian, pola
Babakan Bayu ini lebih dititik beratkan tanam, kegiatan keagamaan, serta hal-hal
kepada hal-hal sebagai pembatas atau yang perlu diselesaikan.
larangan melalui pembuatan aturan terhadap Kelian subak Babakan Bayu membuat
perilaku krama subak. Sistem regulasi ini, sebuah kebijakan khususnya terkait
memberikan penekanan juga kepada hal keuangan subak dengan membentuk

230
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

badan pemeriksa keuangan yang terdiri dari setiap kecoran pada masing-masing
dari tiga orang yang meliputi satu orang petak sawah. Adapun untuk setiap
umat muslim, dan 2 umat hindu. kecoran dihargai sebesar Rp.8000.
Kebijakan tersebut berdampak kepada Krama Subak Babakan Bayu juga wajib
timbulnya kepercayaan krama subak untuk membayarnya dengan menghitung
karena merasa kekayaan subak senantiasa jumlah kecoran yang terdapat di lahan
terjaga dan bukti-bukti transaksi keluar miliknya. Kecoran merupakan lubang
masuk keuangan terdata dengan baik. saluran air di masing-masing petak sawah
Kepercayaan tersebut juga di akui oleh krama subak.
pemerintah dan subak lainnya bahwa 3. Penyediaan dan pemeliharaan
mereka menilai masalah toleransi umat infrastruktur Subak Babakan Bayu.
beragama dan pengaturan keuangan Pengurus subak Babakan Bayu dalam
subak yang baik memang berada di Subak upaya menciptakan pengelolaan sumber
Babakan Bayu. daya air yang berkelanjutan dan
2. Memperhatikan kesejahteraan pengurus menciptakan kesejahteraan krama subak,
Subak Babakan Bayu terus beroperasi untuk menjamin bahwa
Setiap subak tentu memiliki hasil fasilitas-fasilitas yang terdapat di subak
kesepakatan musyawarah yang berbeda Babakan Bayu selalu pada kondisi yang
terkait dengan pemberian upah pengurus baik. Perangkat fisik ini sangat berperan
subak, begitu pula halnya dengan Subak penting untuk menjamin lancarnya air
Babakan Bayu. Pengurus subak pada irigasi mulai dari sumber air di hulu
kondisi normal mendapatkan upah sekitar hingga bisa mengaliri seluruh petak
Rp.600.000 hingga Rp.700.000 setiap sawah krama subak. Pengurus subak
kali panen padi atau sekitar per-tiga memelihara bangunan-bangunan
bulan. Tetapi, jika panen padi berjalan pengairan disertai pula dengan
dengan tidak lancar, rusak, gagal panen, pengamanan yang diupayakan oleh
atau kualitas panen buruk maka akan pengurus Subak Babakan Bayu dengan
sangat berpengaruh kepada pengurus tujuan untuk menghindari kehilangan air
Subak Babakan Bayu. pada saluran-saluran air irigasi.
Dampak yang terjadi ketika panen padi 4. Pengaturan air irigasi dan pola tanam
tidak sesuai harapan adalah jumlah upah subak
yang diberikan oleh krama subak kepada Pengurus subak khususnya kelian dan
pengurus sangat sedikit. Berdasarkan wakil kelian subak, serta juru arah
hasil wawancara kepada kelian subak, memiliki tanggung jawab pada bagian
dikatakan hanya mencapai Rp. 300.000 mengatur air irigasi dan pola tanam.
dengan jerih payah melayani subak Subak Babakan Bayu perlu melakukan
selama kurang lebih 3 bulan. Namun, koordinasi dengan Kelian Subak Gede
apabila padi benar-benar mengalami Jembrana terkait dengan pengaturan pola
gagal panen, maka tak jarang pengurus tanam sebelum pembukaan air di mulai.
subak tidak mendapatkan upah apapun Pengaturan air irigasi oleh pengurus
dan hanya mendapatkan ucapan Subak Babakan Bayu pada umumnya
terimakasih yang disampaikan oleh harus melaksanakan musyawarah terlebih
krama subak. dahulu, dan diperlukan mufakat dari
Terkait dengan pemangku Subak seluruh krama subak Kecamatan
Babakan Bayu sebagai seseorang yang Jembrana.
dihormati, maka krama subak Selanjutnya, dilakukan pendistribusian
memutuskan bahwa pemangku air secara proporsional berdasarkan luas
mendapatkan upah dengan mengambil maupun kesepakatan lainnya. Satuan

231
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

dasar pembagian air irigasi pada subak mengalami gangguan dari lingkungannya
adalah “tektek-tektek” yaitu bangunan seperti sering terjadinya kasus pencurian
dari kayu yang mempunyai ukuran lebar air oleh krama subak yang tidak
empat jari tangan atau sekitar 6-7 cm dan bertanggungjawab.
memiliki tebal setebal jari tangan sekitar Pencurian air merupakan bentuk
2-3 cm, yang dapat mengalirkan air untuk penyimpangan dan telah diatur di dalam
luasan sawah yang memerlukan bibit awig-awig subak sebagai suatu sistem
satu tenah (sekitar 0,30 – 0,50 Ha). regulasi yang menjadi landasan selama
Apabila kondisi alam sedang mengalami beratus tahun lamanya. Maka akan
krisis air, maka peran juru arah diterapkan sanksi tegas sesuai dengan
diperlukan untuk mengadakan ronda air awig-awig dan perarem Subak Babakan
(petelik). Pada saat air kritis dilakukan Bayu yang berupa denda, sebagai berikut:
penjagaan air siang dan malam yang a. Temuku aya : 40 kg gabah/padi :
disebut dengan mebagan. Pengaturan air Rp.5000,-
irigasi dari sumber air diatur dan b. Temuku penyahcah : 20 kg gabah/padi
dikoordinir oleh sedahan yeh, bahkan : Rp.10.000,-
dalam keadaan kekurangan air c. Temuku taki kunda : 5 kg gabah/padi +
dilaksanakanlah peminjaman air. 1 kali ayahan
Demikian pula peminjaman dilakukan d. Pundukan sawah : 5 kg gabah/padi + 1
antar subak, antar tempek, maupun antar kali ayahan
petani (krama subak). Adapun denda yang dijatuhkan apabila
Terkait dengan pengadaan pola tanam, terjadi perusakan terhadap sarana
sebelum melaksanakan penanaman bibit prasarana Subak Babakan Bayu, adalah
padi, maka hal yang perlu dilaksanakan sebagai berikut:
oleh krama subak adalah melakukan a. Merusak temuku aya : 30 kg gabah/
musyawarah terkait dengan penentuan padi dan mengembalikan sarana
jenis bibit padi yang akan digunakan prasarana yang dirusak.
bersama dengan Kelian Subak Gede b. Merusak temuku talikunda : 10 kg
Jembrana dan kelian subak lainnya di gabah/ padi dan mengembalikan
Kecamatan Jembrana, sistem pola tanam sarana prasarana yang dirusak.
yang akan digunakan, dan pembagian c. Merusak temuku penyahcah : 5 kg
pola tanam. Hal tersebut bertujuan untuk gabah/ padi dan dan mengembalikan
menciptakan ketertiban dan keadilan, sarana prasarana yang dirusak.
yang bukan saja untuk Subak Babakan d. Merusak pundukan telabah : 10 kg
Bayu namun juga untuk seluruh subak di gabah/ padi dan mengembalikan
Kecamatan Jembrana. sarana prasarana yang dirusak.
5. Pengelolaan konflik sosial e. Merusak palawija : 10 kg
Memberikan pelayanan kepada seluruh gabah/ padi
krama Subak Babakan Bayu, tentu saja f. Merusak bulir/ tetenduran : 20
tidak selalu berjalan mulus tanpa kendala. gabah/ padi.
Tidak jarang krama subak melakukan Jika permasalahan tidak dapat
pelanggaran-pelanggaran salah satunya dipecahkan sebab tidak ada pengakuan
seperti mencuri air. Persoalan ini menjadi dari oknum yang tidak bertanggung
tanggung jawab pengurus subak untuk jawab, maka krama subak akan
menertibkan dan memberikan keadilan melakukan dengan menggunakan sistem
bagi seluruh krama subak. Dalam lain. Oleh sebab suatu sistem sosial
pelaksanaan segala sistem regulasi, memiliki kemungkinan untuk mengganti
terdapat fungsi-fungsi dalam sistem yang fungsi-fungsi yang bermasalah dengan

232
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

fungsi alternatif sehingga dapat dilaksanakan oleh krama Subak Babakan


berlangsung terus menerus. Maka, ketika Bayu.
terjadi penanganan masalah pencurian air Subak Babakan Bayu memiliki
atau masalah lainnya yang tidak dapat norma-norma tertentu seperti norma
diselesaikan dengan kebijakan-kebijakan tanggung jawab dan berkeadilan. Ketika
yang terdapat di dalam awig-awig yaitu telah terpilih untuk menjadi pengurus Subak
pemberian sanksi denda, terdapat regulasi Babakan Bayu, maka pihak pengurus subak
lainnya atas dasar kesepakatan krama berkewajiban untuk menjalankan amanah
subak pada saat rapat yaitu melaksanakan dengan penuh tanggungjawab, dan
penyumpahan yang berlokasi di tempat berkeadilan. Sistem normatif tersebut dalam
suci yang krama subak yakini yaitu pelaksanaannya memang terkadang berjalan
tempat ibadah Subak Babakan Bayu baik tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena
di Pura maupun di Mushollah subak. mengalami beberapa kendala maupun
Penyumpahan tersebut dilakukan dengan permasalahan. Pada prosesnya hingga saat
tujuan untuk memberikan ancaman ini, sistem normatif di Subak Babakan Bayu
kepada para pelaku atas memiliki beberapa kendala seperti
ketidakjujurannya pada saat musyawarah mengabaikan kondisi pengurus yang sakit
penyelesaian kasus dilaksanakan. Sistem karena alasan masa bhakti kepengurusan.
regulasi penyumpahan yang terdapat di Kemudian, terkait dengan pemilihan waktu
Subak Babakan Bayu tersebut untuk bermusyawarah yang perlu
membuktikan bahwa suatu sistem sosial dikondisikan lagi sesuai kesepakatan dua
dapat menghasilkan elemen-elemen dasar umat, dan tetap menjaga kepercayaan
yang dapat menyusun sistem itu sendiri, seluruh krama Subak Babakan Bayu.
sehingga meskipun terjadi disfungsi dari Krama Subak Babakan Bayu
beberapa kebijakan sistem akan tetap meyakini bahwa pengurus subak harus tetap
berlangsung dan bertahan selama terdapat bertanggung jawab hingga selesai masa
fungsi lain yang masih bisa dijadikan jabatan. Sistem norma tersebut memang
alternatif. Fungsi alternatif pada sistem harus diterapkan pada kelembagaan
regulasi tersebut adalah adanya organisasi Subak Babakan Bayu, namun
kesepakatan dari krama subak untuk melihat dari kondisi pengurus subak yang
melaksanakan penyumpahan di tempat cenderung didominasi oleh usia lanjut dan
suci apabila terjadi ketidak jujuran dari kini telah banyak mengalami sakit seperti
krama subak yang melakukan diabetes dan asam urat, maka perlu kiranya
pelanggaran (Ritzer 2012). untuk dikaji ulang.
Pada saat musyawarah pengurus
Sistem Normatif di Subak Babakan Bayu Subak Babakan Bayu yang dilaksanakan
pada tanggal 19 Maret 2019, wakil kelian
Subak Babakan Bayu memiliki subak telah menyatakan bahwa dirinya ingin
sistem normatif yang menunjukkan apa yang mengundurkan diri menjadi wakil kelian
baik maupun yang buruk di dalam subak. Tetapi, disebabkan oleh belum
keorganisasian subak, sehingga dengan adanya calon pengganti dan masih ada jalan
menjalankan sistem norma yang ada tersebut lain yang dapat digunakan untuk mencari
bisa menciptakan kestabilan, keharmonisan, solusi, pada akhirnya forum musyawarah
dan kesejahteraan bersama. Sistem normatif memutuskan bahwa perizinan pengunduran
subak sejatinya telah tercantum secara diri wakil kelian subak di tolak dan selama
keseluruhan di dalam awig-awig namun satu tahun kedepan, tugas wakil kelian subak
terdapat beberapa hal yang memang tidak dalam hal pengontrolan juru arah dan
tertulis, tetapi tetap wajib untuk pendistribusian air irigasi, seluruhnya

233
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

dipercayakan kepada kelima juru arah Subak Dang Kahyangan Pura Mertasari. Begitu
Babakan Bayu. Hal tersebut membuktikan pula dengan umat Islam, krama subak
bahwa sistem normatif akan tetap berjalan muslim melakukan ritual selamatan
meskipun beberapa fungsi tidak dapat bersama di Mushollah Subak Babakan
berjalan dengan baik, namun selama masih Bayu.
terdapat fungsi lain yang dapat dijadikan b. Mapagtoya
alternatif, maka sistem sosial akan tetap Setelah semua upacara dilaksanakan,
berjalan dengan baik (Ritzer 2012). maka baru diperbolehkan untuk
melanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu
Sistem Kultural Kognitif di Subak Babakan melakukan mapagtoyo (menjemput air
Bayu dari sumber mata air). Ritual mapagtoya
Subak Babakan Bayu untuk yang umat
Bertani bagi seluruh krama subak di Hindu dilaksanakan di Pura Ulun Suwi
Subak Babakan Bayu, tidak sekadar yang terletak di empelan (DAM atau
menanam benih tanaman. Tetapi terdapat hal bendungan) sumber air irigasi Subak
penting yang wajib untuk mereka Babakan Bayu, sedangkan umat muslim
laksanakan, bahkan jika tidak maka mereka di Musholah Subak Babakan Bayu.
meyakini akan terjadi suatu hal buruk yang Tujuan dari dilaksanakannya ritual ini
berdampak kepada Subak Babakan Bayu. adalah untuk memohon kepada Tuhan
Terdapat beberapa upacara atau ritual yang agar air irigasi dilancarkan dan debit air
menjadi suatu kearifan lokal pada Subak nya tinggi, sehingga dapat mengaliri
Babakan Bayu. Kegiatan ritual di Subak seluruh petak sawah krama subak hingga
Babakan Bayu dilaksanakan oleh kedua panen tiba.
umat yaitu Hindu dan Islam, hanya saja di c. Kempelan
dalam pelaksanaannya terdapat beberapa Ritual kempelan yaitu kegiatan membuka
perbedaan yang justru menjadi keunikan saluran air ke sumber aliran air di hulu
tersendiri dibandingkan dengan subak yang subak, dan air irigasi subak dapat
lain. Adapun ritual yang dilaksanakan di mengaliri sawah pada bulan September.
Subak Babakan Bayu antara lain: Di Subak Babakan Bayu menggunakan
sistem pembagian air irigasi tradisional
a. Matur Piuning / Selamatan yang disebut dengan tek-tek, hingga
Pertama kali sebelum dilaksanakan akhirnya air sampai kepada petak-petak
segala kegiatan pertanian di lahan sawah, sawah.
krama Subak Babakan Bayu selalu d. Ngendag Tanah Carik
menjalankan ritual persembahyangan Ritual ngendag tanah carik atau
untuk meminta restu kepada Tuhan agar ngendagin yang berarti ritual untuk
kegiatan petani dilancarkan dari mulai memohon keselamatan kepada Tuhan
awal hingga panen. Ritual yang saat membajak tanah sawah dan
dilaksanakan oleh krama subak telah dilakukan oleh masing-masing anggota
tercantum didalam awig-awig subak Subak Babakan Bayu. Proses ini masih
sebagai bentuk dari pengimplementasian dilakukan pada sasih ketiga atau di bulan
nilai parahyangan (hubungan antara September.
manusia dengan Tuhan). Untuk umat e. Pangawiwit
hindu sendiri, melaksanakannya di Ritual pangawiwit atau bisa pula disebut
beberapa Pura Subak seperti di Pura Ulun dengan ritual pembibitan. Ritual
Danu, Dhang Kahyangan Pura Perancak, pangawiwit ini memiliki makna ritual
Pura Puseh Dauhwaru, Pura Dalem yang diadakan oleh krama Subak
Jembrana, Pura Gede Jembrana, dan Babakan Bayu pada saat memulai

234
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

menebar bibit padi. Ritual ini dilakukan petani. Ritual selamatan ini dilaksanakan
oleh semua anggota Subak Babakan Bayu di Mushollah Subak Babakan Bayu.
pada masing-masing tanah garapannya. Selamatan juga didampingi dengan
Upacara ini biasanya dilakukan pada hidangan ketupat dan lauk yang
sasih kelima atau sekitar bulan bermakna sebagai bentuk pengharapan
November. semoga padi-padi bisa segera berisi dan
f. Ngerasakin selalu sehat tanpa terkena gangguan hama
Ritual selanjutnya yang dilaksanakan maupun penyakit.
oleh krama subak adalah ritual k. Biyukukung
ngerasakin, yaitu ritual untuk Setelah beberapa hari dari proses yang
membersihkan kotoran (leteh) yang telah dilaksanakan, padi yang telah
terdapat di sawah. Ketika melakukan ditanam oleh petani di Subak Babakan
pembajakan di sawah, tentu saja terdapat Bayu akan mulai berisi atau bunting.
kotoran (leteh) dan prosesi ini dilakukan Pada saat ini diadakan kembali ritual
setelah pembajakan selesai di masing- yang dinamakan dengan ritual
masing tanah garapan krama subak. biyukukung yaitu ritual pada saat padi
g. Nandur bunting, dan memohon kepada Tuhan
Ritual selanjutnya adalah nandur yaitu agar padi-padi bisa sehat dan semakin
upacara mencari hari baik untuk memulai berisi sehingga ketika panen tiba dapat
menanam padi di sawah yang juga menghasilkan gabah dan jumlah yang
dilakukan pada sasih kepitu yaitu awal banyak dan baik. Pada ritual ini, krama
bulan Januari. subak Muslim juga mulai melaksanakan
h. Ngekambuhin ritual kembali yaitu dengan melakukan
Setelah melakukan ritual tersebut, maka kegiatan selamatan buntingan padi.
padi akan mulai tumbuh dan akan Selamatan buntingan padi ini
berumur mencapai 42 hari. Pada saat dilaksanakan di Mushollah Subak
itulah mulai dilakukan ritual Babakan Bayu. Kegiatan yang terdiri dari
ngekambuhin yaitu ritual untuk meminta tahlilan, berdoa, dan dilanjutkan dengan
keselamatan anak padi yang baru tumbuh menyantap ketupat bekel yang memiliki
yang dilaksanakan pada sasih kewulu makna semoga padi-padi yang telah
(bulan Februari). hamil atau berisi, bisa terus berkembang
i. Pamungkah dan sehat. Sehingga bisa menghasilkan
Setelah melaksanakan ritual padi yang berkualitas dan jumlah yang
ngekambuhin, maka kemudian banyak.
melakukan ritual pamungkah yaitu ritual l. Ngebekin/ Musaba Nini
untuk memohon kepada Tuhan agar Ritual ngebekin maupun musaba nini
diberikan keselamatan kepada tanaman memiliki makna yang sama yaitu ritual
padi sehingga dapat tumbuh dengan baik. persiapan panen yang dilakukan oleh
j. Neduh krama subak Babakan Bayu. Biasanya
Ritual selanjutnya yaitu neduh yang ritual ini dilaksanakan pada saat purnama
berarti ritual yang ditujukan untuk atau tilem, hanya saja yang membedakan
mencegah timbulnya penyakit/hama. antara keduanya adalah jumlah sesajen
Pada tahapan ini, krama subak muslim ataupun kebutuhannya. Ritual musaba
juga turut melaksanakan ritual selamatan nini dilakukan hanya 1 periode sekali
dengan bentuk tahlilan dan berdoa dikarenakan membutuhkan biaya yang
kepada Tuhan dengan harapan semoga jauh lebih besar dibandingkan dengan
diberikan kelancaran dan keselamatan ritual ngebekin. Sebelum ritual ini
kepada padi-padi yang telah ditanam oleh dilaksanakan, Subak Babakan Bayu

235
EnviroScienteae Vol. 16 No. 2, Agustus 2020 Hal. 225-237

memiliki tradisi yang setiap tahunnya Bayu yaitu elemen regulasi, normatif, serta
dilaksanakan secara bersama-sama oleh kultural kognitif. Sistem regulasi terdiri dari
kedua umat yaitu melakukan silaturahmi awig-awig subak, dan perarem subak yang
persiapan ritual ngebekin. merupakan kebijakan yang bersumber dari
Ritual ngebekin, musaba nini, dan falsafah Tri Hita Karana. Awig-awig dan
syukuran ini dilaksanakan oleh krama perarem subak mengatur segala hal yang
Subak Babakan Bayu sebagai bentuk rasa berkaitan dengan persubakan agar
syukur seluruh petani kepada Tuhan menciptakan menciptakan kesejahteraan dan
karena telah melancarkan dan keadilan bagi seluruh krama subak. Sistem
memberkahi setiap tahapan petani dalam regulasi memberikan penekanan juga
melaksanakan kegiatan bertani dan kepada hal yang harus dihormati dalam tata
mengelola air irigasi. Adapun untuk aturan, monitoring, dan kegiatan sanksi.
pelaksanaan ritual syukuran musaba nini Sementara itu, sistem normatif yang terdapat
oleh krama subak Muslim, menurut hasil di Subak Babakan Bayu adalah norma
wawancara dengan wakil kelian subak tanggung jawab dan berkeadilan. Sistem
juga dilaksanakan pemotongan hewan norma ini sangat berpengaruh besar
sapi secara berkelanjutan. kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh
Ketiga pilar kelembagaan yaitu krama subak. Terdapat beberapa upacara
sistem regulasi, sistem normatif, dan sistem atau ritual yang menjadi suatu kearifan lokal
kultural kognitif menjadikan Subak Babakan pada Subak Babakan Bayu. Kegiatan ritual
Bayu menjadi unsur eksis sebagai sebuah di Subak Babakan Bayu dilaksanakan oleh
kelembagaan organisasi yang mengelola kedua umat yaitu Hindu dan Islam, hanya
sumber daya air Berada di tengah saja di dalam pelaksanaannya terdapat
kapitalisasi dan industrialisasi Subak beberapa perbedaan yang justru menjadi
Babakan Bayu tetap keyakinan, pengikat, keunikan tersendiri dibandingkan dengan
dan budaya. Subak Babakan Bayu di dalam subak yang lain.
seluruh kegiatannya selalu diawali dengan
upacara atau ritual yang berlandaskan
filosofi Tri Hita Karana sebagai pedoman UCAPAN TERIMA KASIH
sehari-hari. Meskipun dalam pelaksanaan
ketiga sistem tesebut terjadi beberapa Terimakasih kepada Subak Babakan
kendala atau gangguan, namun hal tersebut Bayu dan program studi Sosiologi
tidak mengganggu sistem sosial subak Universitas Muhammadiyah Malang yang
karena selama masih terdapat fungsi lain telah mendukung dari awal hingga akhir
yang dapat dijadikan alternatif, maka sistem penelitian ini.
sosial yang terdapat di Subak Babakan Bayu
tetap berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN Anantanyu, Sapja. 2011.


“KELEMBAGAAN PETANI:
Subak Babakan Bayu sebagai sebuah PERAN DAN STRATEGI
kelembagaan organisasi, memiliki beberapa PENGEMBANGAN
elemen penyusun yang sangat berperan KAPASITASNYA SAPJA
penting demi memelihara stabilitas dan ANANTANYU Staf Pengajar
untuk masyarakat subak bisa memaknai Program Studi Agribisnis Fakultas
kehidupan sosial. Elemen penyusun Pertanian UNS.” Pebruari.
kelembagaan organisasi Subak Babakan Budiasa, I Wayan. 2010. “PERAN GANDA

236
Sistem Kelembagaan Organisasi Subak sebagai Pengelola Sumber Daya Air Berkelanjutan (Putri S. D. A., et al)

SUBAK UNTUK PERTANIAN Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian


BERKELANJUTAN DI PROVINSI Kuantitatif, Kualitatif Dan R &
BALI (The Double Roles of Subak For D.Bandung:Alfabeta.” Metode
Sustainable Agriculture in Bali Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R
Province).” Jurnal AGRISEP. & D.Bandung:Alfabeta.
i-lib Perpustakaan UGM. 1997. “Evaluasi Sutawan, Nyoman. 2001. “Eksistensi Subak
Hasil, Akibat Dan Dampak Di Bali: Mampukah Bertahan
Pelaksanaan Program Pengembangan Menghadapai Berbagai Tantangan.”
Irigasi Desa: Studi Kasus Kabupaten Soca (Socio-Economic of Agriculturre
Sleman Propinsi D.I. Yogyakarta.” and Agribusiness).
Jurnal i-lib UGM. Syahyuti, NFN. 2016. “Lembaga Dan
Jailani, M. Syahran. 2013. “Ragam Organisasi Petani Dalam Pengaruh
Penelitian Qualitative (Ethnografi, Negara Dan Pasar.” Forum penelitian
Fenomenologi, Grounded Theory, Dan Agro Ekonomi.
Studi Kasus).” Edu-Bio. Tarigan, Herlina, Arya H. Dharmawan, SMP
Kelsall, R. K., and G. Duncan Mitchell. Tjondronegoro, and Kedi Suradisastra.
1969. “A Dictionary of Sociology.” The 2016. “Persaingan Akses Sumber Daya
British Journal of Sociology. Air Di Yeh Ho, Tabanan, Bali.” Jurnal
MUSTOPA, ZAENIL. 2011. “Analisis Agro Ekonomi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Windia, Wayan et al. 2005. “Sistem Irigasi
Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Subak Dengan Landasan Tri Hita
Kabupaten Demak.” Universitas Karana (THK) Sebagai Teknologi
Diponegoro. Sepadan Dalam Pertanian Beririgasi.”
Nye, Malory. 2008. Religion: The Basics Soca (Socio-Economic of Agriculturre
Religion: The Basics. and Agribusiness).
“Pemberdayaan Kelembagaan Dan
Pengelolaan Sumberdaya Lahan Dan
Air.” 2017. Analisis Kebijakan
Pertanian.
Purnomo, Agus, and Joan Hesti Gita
Purwasih. 2019. “Build Student
Knowledge about Natural Resources
and Hazard Potential Through Field
Social Studies Laboratory Product.”
Ritzer, George. 2012. “Teori Sosiologi: Dari
Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern.”
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sampeliling, Sostenis, Santun R.P. Sitorus,
Siti Nurisyah, and Bambang Pramudya.
2016. “Kebijakan Pengembangan
Pertanian Kota Berkelanjutan: Studi
Kasus Di DKI Jakarta.” Analisis
Kebijakan Pertanian.
Scott, W.R. 2008. Institutions and
Organizations: Ideas and Interests
Institutions and Organizations: Ideas
and Interests.

237

You might also like