Loan Loss Provisions: Rada Eramina, Ni Ketut Muliasari

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

LOAN LOSS PROVISIONS

Rada eramina, Ni ketut muliasari


Universitas Negeri Gorontalo
rada.gorontalo24@gmail.com
niketutliasari@gmail.com

Abstract
Loan losses rovision is one of the relatively large accruals for banks so that it has a
significant impact on profits and bank capital arrangements. Provision for credit losses is
defined as costs set aside by the bank's management based on estimates of possible losses
due to loans extended to other parties. In principle, the objective of the provision for credit
losses is to adjust a bank's loan loss reserves to reflect future expected losses in its credit
portfolio. Loan loss provision provisions are adjustments to loan loss provisions and are
also known as loan loss provision assessment allowances which are also affected by
company size. In banking, the size of the bank is seen from the amount of assets owned by
the bank, the greater the assets owned by the bank, the greater the size of the bank. Bank
size is proxied by the natural logarithm of total assets. In general, large-sized banks have a
larger loan loss provision than small-sized banks. This type of research used in qualitative
research and. The method is descriptive qualitative, secondary data sources, after
obtaining the necessary data, valid data is analyzed based on the stages of data reduction
to present data and draw conclusions.

Keywords: loan loss provisions, management

1. Pendahuluan
Banyak bank Eropa dibiarkan dengan sedikit modal peraturan setelah krisis keuangan global
2008 dan krisis utang negara berikutnya di Eropa karena kerugian besar yang mereka derita. Bank
dengan sedikit peraturan modal dapat menimbulkan ancaman bagi pemulihan ekonomi ketika mereka
mulai menyalurkan kredit ke perusahaan yang salah dalam perekonomian. 1
Dalam proses penyusunan laporan keuangan seringkali manajemen melakukan intervensi dalam
proses penyusunan laporan keuangan, hal ini dilakukan karena manajemen memiliki beberapa
motivasi untuk hal tersebut diantaranya agar laba terlihat baik atau stabil sehingga meningkatkan nilai
perusahaan dan pada akhirnya menarik investor.
Pada industri perbankan, penelitian yang menyelidiki praktik manajemen laba pada perbankan
konvensional telah banyak dilakukan, namun hasil temuan para peneliti mengungkapkan beberapa
1
Blattner, Laura, Luisa Farinha, and Francisca Rebelo. "When losses turn into loans: The cost of undercapitalized
banks." (2019).

View publication stats


bukti yang beragam. Beberapa penelitian yang dilakukan dalam menguji prakti manajemen laba pada
perbankan konvensional kebanyakan menggunakan LLP sebagai proksi untuk mendeteksi adanya
manajemen laba. Pada penelitian ini lebih memilih menggunakan Discretionary Loan Loss Provisions
(DLLP) dibandingkan dengan menggunakan Loan Loss Provisions (LLP) sebagai proksi untuk
mengukur manajemen laba. Hal tersebut mengingat di Indonesia, penelitian yang menggunakan
DLLP sebagai proksi untuk mengukur manajemen laba masih relatif sedikit. Selain itu, menurut
Shawtari et al., (2015) menggunakan DLLP sebagai proksi untuk kualitas laba dapat memberikan
penilaian yang lebih baik untuk diskresioner akrual yang tergantung pada manajer bukan pada
aktivitasnya.
Pada penelitian ini menggunakan variabel Earning Before Tax and Provisions (EBTP) yang
merupakan proksi dari profitabilitas dimana variabel EBTP sering digunakan dalam penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai proksi untuk praktik manajemen laba. 2
Loss Loan Provision akan menjadi alat yang kurang efektif untuk manajemen laba oleh
manajemen bank, untuk kondisi di Spanyol. Mereka menguji manajemen laba di bank-bank di
Spanyol, yang memiliki aturan yang sangat ketat yang mengatur Provisi Pinjaman Kerugian dan
menemukan bahwa meskipun demikian, manajemen menggunakan Provisi Pinjaman Kerugian untuk
manajemen laba. Mereka menyimpulkan bahwa adopsi IFRS merupakan langkah maju menuju
pendekatan berbasis prinsip, yang mungkin menjadi satu-satunya pilihan yang tersisa bagi pembuat
standar akuntansi untuk melawan manajemen menggunakan Loss Loan Provision untuk kebijakan
mereka. Pengungkapan yang lebih rinci dapat digunakan untuk mencapai tujuan manajemen. 3
Provisi kerugian pinjaman merupakan salah satu akrual yang relatif besar bagi bank sehingga
berdampak signifikan terhadap laba dan pengaturan modal bank. Provisi kerugian kredit didefinisikan
sebagai biaya yang disisihkan oleh manajemen bank berdasarkan estimasi dari kemungkinan kerugian
akibat kredit yang disalurkan kepada pihak lain. Secara prinsip, tujuan provisi kerugian kredit adalah
menyesuaikan cadangan kerugian kredit (loan loss reserves) bank untuk mencerminkan kerugian yang
diharapkan di masa mendatang pada portofolio kreditnya. Namun, manajer bank juga memiliki
insentif dalam menggunakan provisi kerugian kredit untuk mengelola laba dan pengaturan modal serta
mengomunikasikan atau memberikan sinyal informasi pribadi akan prospek bank di masa mendatang.
Loan Loss Provision berfungsi sebagai cadangan umum dan cadangan khusus untuk menutupi
risiko yang terjadi karena adanya kegiatan kredit dan untuk menjaga kestabilan keuangan bank agar
tetap likuid. Didalam LLP pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur
yang dilakukan oleh masing-masing bank. Jika menurut suatu bank terdapat bukti objektif bahwa
kredit dari debitur itu mengalami impairment (penurunan), maka bank itu harus membentuk dana
yang akan digunakan sebagai cadangan atas kredit tersebut. 4
Penelitian ini menguji lebih lanjut apakah provisi kerugian kredit pada bank konvensional di
Indonesia bersifat prosiklikal selama periode 2005-2014. Penelitian ini juga menguji apakah
prosiklikalitas provisi kerugian kredit tergantung pada tindakan diskresi manajerial, yang meliputi
manajemen modal (capital management), perataan laba (income smoothing), dan mekanisme sinyal
(signaling).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa provisi kerugian kredit pada bank konvensional di
Indonesia menunjukkan efek prosiklikal dimana bank membentuk provisi yang rendah pada saat
ekspansi ekonomi dan tinggi pada saat krisis. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa
prosiklikalitas provisi kerugian kredit hanya dijelaskan oleh tindakan manajemen modal yang
opportunistik.5

2. Kajian Teori

2
Embuningtyas, Sandra Sukma. "Discretionary Loan Loss Provions Sebagai Alat Deteksi Manajemen Laba Pada
Perbankan Konvensional Di Indonesia." Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi 4.1 (2018).
3
Ilham, Ahmad Zaenal, dan Wiwik Utami. “Analisis Earning Management Practice: Approach Discretionary
Loss Provision (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011.” (2020).h. 4
4
Hamisyah, Nurul, Djoko Setyadi, and Rizky Yudaruddin. "Dampak krisis dan kinerja terhadap penyediaan
kerugian pinjaman keuangan." KINERJA 15.1 (2018): 14-20.
5
Sutrisno, Bambang. "Prosiklikalitas Provisi Kerugian Kredit di Indonesia: Pengujian Pengaruh Manajemen
Modal, Perataan Laba, dan Mekanisme Sinyal." (2017).

View publication stats


2.1. Loss Loan Provision
Loss Loan Provision adalah biaya yang disisihkan sebagai penyisihan kerugian pinjaman dan
pembayaran pinjaman. Provisi ini digunakan untuk menutupi sejumlah faktor yang terkait dengan
potensi kerugian pinjaman termasuk kredit macet, wanprestasi pelanggan dan persyaratan renegosiasi
jatuh tempo yang lebih rendah dari perkiraan pembayaran sebelumnya. Penyisihan kerugian karena
pinjaman merupakan penyesuaian cadangan kerugian pinjaman dan dapat dikenal sebagai penyisihan
penilaian6
Loan loss provision dianggap sebagai mekanisme kendali atas pinjaman yang dianggap
berpotensi hilang Salah satu teori yang berkaitan dengan hal tersebut adalah collateral yang
merupakan salah satu bagian dari prinsip 5 c pemberian kredit. Collateral merupakan jaminan oleh
calon debitur yang memungkinkan untuk disita oleh bank untuk mengantisipasi gagal bayar. Konsep
collateral sejalan dengan loan loss provision yang merupakan jaminan yang dibuat oleh bank sebagai
antisipasi kredit bermasalah. Hal tersebut sejalan dengan loan loss provision dimana semakin tinggi
jaminan maka kemungkinan kredit bermasalah semakin kecil. Jumlah loan loss provision ditentukan
berdasarkan pada kualitas posisi portofolio pinjaman. 7
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI, 2008) Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti obyektif mengenai
penurunan nilai atas asset keuangan atau kelompok asset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih
peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal asset tersebut dan berdampak pada estimasi arus kas
masa depan. Oleh karena itu, tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk
cadangan dana dan kreditnya.
Perhitungan PPAP lebih sederhana dibandingkan dengan perhitungan CKPN. Perhitungan
PPAP hanya memperhitungkan penyisihan dananya berdasarkan tingkat kolektibilitas kredit dari
debitur, sedangkan untuk perhitungan CKPN harus dilihat satu persatu apakah kredit debitur
mengalami penurunan atau tidak. Kemudian, baru akan membentuk cadangan dana setelah terdapat
bukti bahwa kredit debitur tersebut sedang mengalami penurunan (Rinanti, 2013).
Loan loss provision biasanya dikaitkan dengan kebijakan manajemen bank dalam
mengantisipasi risiko kerugian investasi dan memperbaiki kinerja keuangan. Banyak penelitian
berhasil menjelaskan keterkaitan loan loss provision dan kinerja keuangan. Loan loss provision
sebagai beban non-tunai bagi bank untuk memperhitungkan kemungkinan kerugian di masa depan
atas kredit macet. Bank berasumsi bahwa persentase tertentu dari pinjaman akan gagal atau menjadi
lambat membayar. Cara ini menjamin solvabilitas dan kapitalisasi bank jika dan ketika terjadi
kegagalan.
Dari sisi akuntansi loan loss provision pada produk bank syariah dapat mempengaruhi
pendapatan dan kecukupan modal bank. Pada saat bank melakukan kontrak kerja sama mudharaba,
bank menghadapi risiko bahwa mudharib dapat gagal dan pengembalian aset yang tidak penuh. Bank
mengantisipasi kerugian yang benar-benar terjadi diakui sebagai beban dengan cara menyediakan
cadangan kerugian.8
Loan loss provision pada bank syariah mengacu pada pemotongan pendapatan bersih bank
untuk menyediakan kegagalan kontrak pembiayaan atau non performing financial. Secara akuntansi,
praktik loan loss provision tersebut wajar dilakukan dan umumnya diijinkan oleh regulasi perbankan.
Pada perkembangan praktik selanjutnya, manajemen menggunakan cara tersebut untuk mengelola
laba perusahaan.9
Pada sektor perbankan risiko kredit atas macetnya kredit yang disalurkan dapat dicadangkan
apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai pinjaman, pencadangan ini akan mengurangi laba yang
dilaporkan bank. Pembentukan LLP sebagai penurunan nilai aset akan menjadi pengurang laba
akuntasi, sehingga dapat digunakan sebagai tindakan manajer dalam mempengaruhi pelaporan laba

6
Ilham, Ahmad Zaenal, dan Wiwik Utami. “Analisis Earning Management Practice: Approach Discretionary Loss
Provision (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011.” (2020).
7
Madi, Riski Amalia, dan Karmila Aisyah Ahmadi. "Pengaruh Makro Ekonomi Dan Fundamental Bank Terhadap
Non Performing Loan." (2019).
8
Bonfim, Diana, dan Sonia Félix. "Kompleksitas dan risiko bank: masalah keagenan dan manfaat diversifikasi."
Tersedia di SSRN 3674141 (2020).
9
Zulfikar, Z., Andy Dwi Bayu Bawono, dan Sri Wahyuni. "Dampak Kebijakan Penyisihan Kerugian Pembiayaan
Mudharaba pada Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia."

View publication stats


yang seharusnya dilaporkan.10
Ketentuan kerugian pinjaman adalah penyesuaian terhadap cadangan kerugian pinjaman dan
juga dikenal sebagai tunjangan penilaianloan loss provision dipengaruhi pula oleh ukuran perusahaan.
Dalam perbankan ukuran bank dilihat dari besarnya aktiva yang dimiliki oleh bank semakin besar
aktiva yang dimiliki oleh bank maka semakin besar ukuran bank tersebut. Ukuran bank diproksikan
dengan logaritma natural dari total aktiva. Umumnya bank dengan ukuran besar memiliki loan
lossprovision yang lebih besar dibandingkan dengan bank ukuran yang kecil. 11

2.2. Manajemen Laba


Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk mempengaruhi
informasi laba yang dilaporkan di laporan keuangan, yang sebenarnya tidak dialami oleh perusahaan.
Tujuan dilakukannya manajemen laba adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap
manajer dikarenakan kinerja manajemen dikaitkan dengan tingkat keuntungan sehingga dapat
mempengaruhi besar atau kecilnya insentif yang diterima oleh manajemen.
Menurut Scott (2015) manajemen laba dapat terbagi menjadi empat teknik, yaitu: Income
Minimization, Income Maximization, Taking Bath dan Income Smoothing. Bentuk manajemen laba
yang akan menjadi focus pada penelitian ini adalah perataan laba (income smoothing) pada
perbankan.12

2.3. Perataan Laba


Penelitian mengenai perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian kredit berkaitan pula
dengan kebijakan manajer dalam manajemen laba dan mekanisme sinyal (Ahmed et al., 1999; Lobo
dan Yang, 2001; Ismail dan Lay, 2002; Anandarajan et al., 2007). Literatur sebelumnya menunjukkan
bahwa penelitian yang berkaitan dengan ketiga kebijakan manajemen tersebut menunjukkan hasil
yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al. (1999) misalnya, menyelidiki kebijakan
manipulasi provisi untuk tujuan perataan laba, manajemen laba, dan mekanisme sinyal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan bukti adanya perilaku perataan laba atau mekanisme
sinyal, namun manipulasi provisi kerugian kredit secara signifikan digunakan untuk manajemen
modal.
Anandarajan et al. (2007) menguji penggunaan provisi provisi untuk manajemen laba, perataan
laba, dan mekanisme sinyal pada bank-bank komersial di Australia. Selama periode 1991-2001,
mereka menemukan bukti bahwa bank-bank komersial di Australia memanipulasi provisi untuk
keperluan manajemen modal. Sehubungan dengan perataan laba, hasil penelitian mendokumentasikan
bahwa bank-bank yang terdaftar di pasar modal lebih terlibat dibandingkan dengan bank-bank yang
tidak terdaftar di pasar modal. Di lain pihak, Perez et al. (2011) mendokumentasikan bahwa provisi
statistik yang diterapkan pada bank di Spanyol menyebabkan perilaku perataan laba bank cenderung
berkurang. Hal serupa diungkapkan oleh Burroni et al. (2009) bahwa dengan menerapkan provisi
dinamis, kemungkinan bank melakukan kebijakan manajemen laba tidak ada lagi.
Menurut Beidleman dalam Belkaoui (2012) bahwa terdapat dua alasan yang digunakan
manajemen untuk melakukan perataan laba yaitu: Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa
suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung peningkatan dividen yang lebih tinggi dibandingkan
aliran laba yang berfluktuasi; Pendapat kedua berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk
mengantisipasi pola fluktuasi laba periodik dan kemungkinan mengurangi korelasi pengembalian
yang diharapkan dari perusahaan dengan pengembalianfortofolio pasar.
Tujuan perataan laba menurut Foster (1986) adalah untuk meningkatkan kepuasan relasi bisnis,
memperbaiki citra perusahaan di mata stakeholder bahwa perusahaan memiliki resiko yang rendah,

10
Sari, Nurshadrina Kartika, dan Nanda Widaninggar. "Penyisihan Kerugian Kredit, Good Corporate Governance
Dan Manajemen Laba Bank di Indonesia dan Malaysia." AFRE (Tinjauan Akuntansi dan Keuangan) 3.1 (2020):
59-66.
11
Anggraeni, Novita, dan Rosyid Nur Anggara Putra. "Penentu Penyisihan Kerugian Pinjaman Diskresioner pada
Perbankan Syariah di Indonesia." Sunan Kalijaga: Jurnal Ekonomi Islam 1.1.
12
Vikkatrisakti, Indry, dan Asri Noer Rahmi. "Pengaruh Bonus Plan dan Loan Loss Provision terhadap Perataan
Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2019)." Jurnal
Keuangan dan Perbankan 17.2 (2023): 101-124.

View publication stats


meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, memberikan informasi yang
relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang, dan meningkatkan
kompensasi bagi pihak manajemen.

3. Metode Penelitian
3.1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas,
sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara individual ataupun secara kelompok.
Penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian lapangan dan termasuk dalam penelitian murni atau
pure research. Maksudnya adalah penelitian ini dilakukan dengan terjun kelokasi penelitian.
Penelitian yaitu penelitian yang mengumpulkan datanya dilakukan dilapangan, seperti dilakukan
kemasyarakatan, lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal.
Penelitian kualitatif merupakan studi yang meneliti suatu kualitas hubungan, aktivitas, situasi,
atau berbagai material. Artinya penelitian kualitatif lebih menekankan pada deskripsi holistik, yang
dapat menjelaskan secara detail tentang kegiatan atau situasi apa yang sedang berlangsung daripada
membandingkan efek perlakuan tertentu, atau menjelaskan tentang sikap atau perilaku orang. 13

3.2. Sumber data


Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yan dimana peneliti memperoleh data
secara tidak langsung melalui beberapa jurnal, buku referemsi, internet, dan lain- lain.

3.3. Teknik Analisis data


Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Untuk penganalisisan data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 14

3.3.1. Reduksi Data (Date Reduction)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari pola dan temanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-
aspek tertentu.

3.3.2. Penyajian Data (Date Display)


Setelah data direduksi, maka langkah yang akan dilakukan selanjutnya oleh peneliti adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan sejenisnya agare memudahkan peneliti memahami yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3.3.3. Penarikan Kesimpulan (Conlusion Drawing)


Langkah ketiga analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan tidak berubah apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang tidak mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan ditemukan pada tahap awal, didukung oleh data-data yang valid dan
konsisten, saat kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang ditemukan
merupakan kesimpulan yang kredibel.

4. Hasil dan Pembahasan


13
Fadli, Muhammad Rijal. "Memahami desain metode penelitian kualitatif." Humanika, Kajian Ilmiah Mata
Kuliah Umum 21.1 (2021): 33-54.
14
Yusanto, Yoki. "Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif." Journal of scientific communication (jsc) 1.1
(2020).

View publication stats


Pembentukan LLP sebagai penurunan nilai aset akan menjadi pengurangan laba akuntansi,
penilaian penurunan kredit yang dimiliki debitur harus menggunakan bukti objektif dan penentuan
cadangannya dapat berbeda pada masing-masing bank. Hal ini dapat dibukti melalui penelitian oleh
Nurshadrina Kartika Sari, dan Nanda Widaninggar tentang Loan Loss Provision, Good Corporate
Governance Dan Manajemen Laba Bank di Indonesia dan Malaysia dimana adanaya perbedaan LLP
pada bank di Indonesia dan di Malaysia.
Pengaplikasian LLP sebagai alat manajemen laba di bank telah dibuktikan oleh Dong, Liu dan Hu
(2012) pada bank komersial di Cina pada periode 2001-2009. Penggunaan LLP dalam memanipulasi
laba yang dilaporkan bank bertujuan menyetabilkan harga saham, pelaporan tahunan laba sebelum
pajak dan meningkatkan kepercayaan investor. LLP juga digunakan manajemen bank untuk
menguatkan rasio CAR Ketika mengalami penurunan dengan mencadangkan banyak LLP. Sedangkan
Ruey, Wen dan Chung (2008) menemukan bahwa manajer bank menggunakan LLP pada manajemen
laba untuk menurunkan rasio NPL bank yang meningkat. Pada bank di Indonesia LLP terbukti
berpengaruh terhadap manajemen laba, mendukung penelitian Dong, Liu dan Hu (2012), sedangkan
berkebalikan dengan hasil yang diperoleh di bank Malaysia LLP justru tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa bank di Malaysia tidak menggunakan LLP sebagai alat
manajemen laba, hasil ini tidaksesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, Bujang dan
Ahmad (2015) yang membuktikan bahwa bank komersial di Malaysia menggunakan pencadangan
penurunan nilai asset dalam praktik manajemen laba.
Terbukti bahwa bank di Malaysia tidak mengambil kebijakan pencadangan LLP untuk melakukan
income smoothing atas laba yang dilaporkannya, hal ini menunjukkan bahwa manajemen bank
menggunakan pertimbangan kondisi ekonomi sebagai faktor makro ekonomi yang diperhitungkan
dalam menentukan cadangan kerugian penurunan nilai. Menurut Abdul lah, Bujang dan Ahmad (2015)
bank di Malaysia cenderung mencadangkan sedikit LLP pada saat kondisi ekonomi baik dan
sebaliknya, ketika kondisi ekonomi baik bank berasumsi bahwa peminjam masih mampu membayar
pinjamannya.
Perbankan di Indonesia mencadangkan LLP ketika pinjaman tidak tertagih mengalami
peningkatan, hal ini diperbolehkan sesuai dengan PSAK 55. Dimana cadangan kerugian penurunan
nilai aset dinilai dengan dengan menggunakan nilai wajar setelah ditemukan ada bukti
objektif adanya penurunan nilai aset. Setelah dicadangkan ketika pada tahun berikutnya
jumlah penurunan kerugian berkurang, manajemen dapat melakukan pembalikan aset
keuangan diakui pada laporan laba rugi. Hal ini memungkinkan manajemen mengatur
pengakuan lebih lambat ataupun lebih cepat sesuai motivasi yang melatarbelakanginya.
Dalam penelitian loan loss provision berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik
perataan laba dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan. Sebagaimana yang telah
dijelaskan di dalam teori keagenan (agency theory), adanya asimetri informasi antara pihak principal
dan pihak agent yang dapat mengakibatkan agent untuk menentukan pilihan akuntansi yang sesuai
dengan kepentingannya. Loan loss provision merupakan pos yang pengakuan dan pengukurannya
berdasarkan diskresi manajemen.
Hubungan yang positif ini menunjukkan bahwa bank akan menaik turunkan nilai loan loss
provision (CKPN) nya untuk meratakan laba sehingga mengurangi volatilitas laba yang berdampak
pada persepsi investor mengenai risiko bank. Dikarenakan, loan loss provision merupakan salah satu
discretionary accrual dimana kebijakan akuntansi, termasuk estimasi yang digunakan dalam
menentukan jumlahnya pencadangan ini tergantung pada kebijakan masing-masing bank. Sifat
diskresioner ini menjadi peluang untuk manajer dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu, termasuk
perataan laba
Loan Loss Provisions (LLP) atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah PPAP menjadi isu
yang menarik karena dijadikan dasar pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggantian
manajemen. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) menjadi pos yang menggambarkan
perilaku manajemen baru dalam mengelola jumlah setiap kelompok kualitas aktiva produktif.
Pertama, aktiva produkif yang sebenarnya digolongkan "macet" dapat digolongkan "diragukan" atau
"kurang lancar" sehingga berdampak pada jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
yang harus dibentuk menjadi lebih rendah. Kedua, manajemenbaru sengaja menurunkan golongan
aktiva produktifnya darikelompok sebenarnya untuk tahun berjalan agar pada tahun selanjutnya
tidakperlu melakukan penyesuaian yang berarti dan berharap terjadi pembalikan (kebalikan dari

View publication stats


penyisihan yang akhirnya menjadi pendapatan) untuk mencapai kinerja yang cemerlangdi masa
kepemimpinan manajemen baru.
Akademisi sering menggunakan teori keagenan untuk menjelaskan kebiasaan manajemen laba.
Teori keagenan mengklarifikasi hubungan kontraktual antara manajemen (agen) dan pemegang saham
(prinsipal). Jika prinsipal dan agen bertindak untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri, di balik
hubungan kontrak, manajemen (agen) mungkin tidak selalu bertindak terbaik untuk kepentingan
pemegang saham.
Penyisihan kerugian kredit di industri perbankan terutama didasarkan pada persyaratan peraturan
di Indonesia dan global. Sesuai dengan peraturan relatif, manajer bank harus mengklasifikasikan
kredit menjadi lima kategori berdasarkan penilaian risiko, dan kemudian menggunakan proporsi yang
telah ditentukan untuk menghitung jumlah penyisihan potensi kerugian kredit per bulan. Ceteris
paribus, setelah pengelola bank memutuskan untuk menaikkan jumlah penyisihan kerugian kredit
secara substansial pada tahun berjalan, berarti jumlah penyisihan kerugian kredit kemungkinan besar
akan berkurang secara signifikan dan menyebabkan peningkatan laba tahun depan.

5. Kesimpulan, dan Keterbatasan Penelitian


5.1. Kesimpulan
Provisi kerugian pinjaman merupakan salah satu akrual yang relatif besar bagi bank sehingga
berdampak signifikan terhadap laba dan pengaturan modal bank. Provisi kerugian kredit didefinisikan
sebagai biaya yang disisihkan oleh manajemen bank berdasarkan estimasi dari kemungkinan kerugian
akibat kredit yang disalurkan kepada pihak lain. Secara prinsip, tujuan provisi kerugian kredit adalah
menyesuaikan cadangan kerugian kredit (loan loss reserves) bank untuk mencerminkan kerugian yang
diharapkan di masa mendatang pada portofolio kreditnya.
Ketentuan kerugian pinjaman adalah penyesuaian terhadap cadangan kerugian pinjaman dan
juga dikenal sebagai tunjangan penilaianloan loss provision dipengaruhi pula oleh ukuran perusahaan.
Dalam perbankan ukuran bank dilihat dari besarnya aktiva yang dimiliki oleh bank semakin besar
aktiva yang dimiliki oleh bank maka semakin besar ukuran bank tersebut. Ukuran bank diproksikan
dengan logaritma natural dari total aktiva. Umumnya bank dengan ukuran besar memiliki loan
lossprovision yang lebih besar dibandingkan dengan bank ukuran yang kecil
Perbankan di Indonesia mencadangkan LLP ketika pinjaman tidak tertagih mengalami
peningkatan, hal ini diperbolehkan sesuai dengan PSAK 55. Dimana cadangan kerugian penurunan
nilai aset dinilai dengan dengan menggunakan nilai wajar setelah ditemukan ada bukti objektif adanya
penurunan nilai aset. Setelah dicadangkan ketika pada tahun berikutnya jumlah penurunan kerugian
berkurang, manajemen dapat melakukan pembalikan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. Hal
ini memungkinkan manajemen mengatur pengakuan lebih lambat ataupun lebih cepat sesuai motivasi
yang melatarbelakanginya. Dalam penelitian ini loan loss provision mempunyai pengaruh positif
terhadap praktik perataan laba.15

5.2. Implikasi Penelitian


Temuan dari penelitian ini berimplikasi bagi regulator, manajer bank, dan investor. Regulator
perlu mewaspadai akan provisi kerugian kredit yang menunjukkan efek prosiklikal, dimana kinerja
makroekonomi yang lebih tinggi cenderung menurunkan provisi kerugian kredit. Hasil penelitian ini
merekomendasikan regulator untuk menerapkan kebijakan sistem provisi dinamis (dynamic
provisioning system) pada bank konvensional dengan lebih difokuskan pada bank yang cenderung
menunjukkan efek prosiklikal.
Loan loss provision menjadi peluang bagi manajer untuk melakukan praktik perataan laba
dengan tujuan untuk menurunkan persepsi investor mengenai risiko bank yang tercermin dari
volatilitas laba. Namun, hal tersebut berbahaya mengingat objek dalam penelitian ini adalah bank-
bank yang menjual sahamnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, dewan standar akuntansi
perbankan yang berada di bawah pengawasan Bank Indonesia harus lebih berhati-hati dalam membuat

15
Ozili, Peterson K., and Erick Outa. "Bank loan loss provisions research: A review." Borsa Istanbul Review 17.3
(2017): 144-163.

View publication stats


kebijakan terkait dengan loan loss provision karena adanya indikasi perbankan yang melakukan
perataan laba melalui loan loss provision.
Penyisihan kerugian kredit di industri perbankan terutama didasarkan pada persyaratan
peraturan di Indonesia dan global. Sesuai dengan peraturan relatif, manajer bank harus
mengklasifikasikan kredit menjadi lima kategori berdasarkan penilaian risiko, dan kemudian
menggunakan proporsi yang telah ditentukan untuk menghitung jumlah penyisihan potensi kerugian
kredit per bulan. Ceteris paribus, setelah pengelola bank memutuskan untuk menaikkan jumlah
penyisihan kerugian kredit secara substansial pada tahun berjalan, berarti jumlah penyisihan kerugian
kredit kemungkinan besar akan berkurang secara signifikan dan menyebabkan peningkatan laba tahun
depan.

5.3. Keterbatasan Penelitian


Ada beberapa hal yang perlu dicermati dari hasil penelitian ini, yang sekaligus sebagai
keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini tidak memisahkan analisis untuk bank
konvensional terbuka dan tertutup. Penelitian selanjutnya dapat menguji bagaimana perilaku bank
konvensional terbuka dan tertutup terhadap prosiklikalitas provisi kerugian kredit. Kedua, penelitian
ini tidak membandingkan hasil estimasi panel dinamis dengan panel statis. Penelitian selanjutnya
dapat mengestimasi model penelitian dengan panel statis guna memperlihatkan apakah hasil penelitian
tangguh (robust) terhadap perbedaan metode estimasi.

Daftar Pustaka
Anggraeni, Novita, dan Rosyid Nur Anggara Putra. "Penentu Penyisihan Kerugian Pinjaman Diskresioner pada
Perbankan Syariah di Indonesia." Sunan Kalijaga: Jurnal Ekonomi Islam 1.1.
Belkaoui, A. R. (2012). Accounting Theory - Buku 2 (A. A. Yulianto & Krista (Eds.); 5th ed.). Salemba
Empat.
Bonfim, Diana, dan Sonia Félix. "Kompleksitas dan risiko bank: masalah keagenan dan manfaat
diversifikasi." Tersedia di SSRN 3674141 (2020).
Blattner, Laura, Luisa Farinha, and Francisca Rebelo. "When losses turn into loans: The cost of undercapitalized banks."
(2019).
Embuningtyas, Sandra Sukma. "Discretionary Loan Loss Provions Sebagai Alat Deteksi Manajemen Laba Pada
Perbankan Konvensional Di Indonesia." Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi 4.1 (2018).
Fadli, Muhammad Rijal. "Memahami desain metode penelitian kualitatif." Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah
Umum 21.1 (2021): 33-54.
Foster, G. (1986). Financial Statement Analysis (2nd ed.). Prentice Hall.
Hamisyah, Nurul, Djoko Setyadi, and Rizky Yudaruddin. "Dampak krisis dan kinerja terhadap penyediaan kerugian
pinjaman keuangan." KINERJA 15.1 (2018): 14-20.
Ilham, Ahmad Zaenal, dan Wiwik Utami. “Analisis Earning Management Practice: Approach Discretionary Loss
Provision (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011.” (2020).h. 4
Lo´pez-Espinosa, G. Gaizka, O., Yuki, S., 2021. Switching from incurred to expected loan loss provisioning: Early
evidence. Journal of Accounting Research (forthcoming). Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=3603056
or http://dx.doi.org/10.2139/ ssrn.3603056.
Madi, Riski Amalia, dan Karmila Aisyah Ahmadi. "Pengaruh Makro Ekonomi Dan Fundamental Bank Terhadap Non
Performing Loan." (2019).
Ozili, Peterson K., and Erick Outa. "Bank loan loss provisions research: A review." Borsa Istanbul Review 17.3 (2017):
144-163.
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia ( Revisi 2008 ) (Issue Revisi). (2008).
Rinanti, R. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (Ppap) (Studi
Komparasi Bank Konvensional & Bank Syariah di Indonesia).
Sari, Nurshadrina Kartika, dan Nanda Widaninggar. "Penyisihan Kerugian Kredit, Good Corporate Governance Dan
Manajemen Laba Bank di Indonesia dan Malaysia." AFRE (Tinjauan Akuntansi dan Keuangan) 3.1 (2020): 59-66.
Sutrisno, Bambang. "Prosiklikalitas Provisi Kerugian Kredit di Indonesia: Pengujian Pengaruh Manajemen Modal,
Perataan Laba, dan Mekanisme Sinyal." (2017).
Vikkatrisakti, Indry, dan Asri Noer Rahmi. "Pengaruh Bonus Plan dan Loan Loss Provision terhadap Perataan Laba
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2019)." Jurnal Keuangan
dan Perbankan 17.2 (2023): 101-124.
Wahlen, J.M., 1994. The nature of information in commercial bank loan loss disclosures. Account. Rev. 69 (3), 455–478

View publication stats


Wezel, T., Chan-Lau, J.A., Columba, F., 2012. Dynamic loan loss provisioning: Simulations on e ffectiveness and guide
to implementation. IMF Working Paper WP/12/110.
Yusanto, Yoki. "Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif." Journal of scientific communication (jsc) 1.1 (2020).
Zulfikar, Z., Andy Dwi Bayu Bawono, dan Sri Wahyuni. "Dampak Kebijakan Penyisihan Kerugian
Pembiayaan Mudharaba pada Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia."

View publication stats

You might also like