Pengaruh Pemberian Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

ISSN: 0852-3681
E-ISSN: 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh pemberian aditif cair buah naga merah (Hylocereus


polyrhizus) terhadap performa burung puyuh betina umur 16-50 hari
Vernanda Windi Laksmita, Fajar Wahyono dan Istna Mangisah

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

vernandalaksmita@gmail.com

ABSTRACT: The research aimed to know the effect of a liquid additive red dragon
fruit (Hylocereus polyrhizus) on the performance of quail females aged 16-50 days with
different treatment. The research was conducted at cage of Non Ruminant Feed
Nutrition Science Laboratory, Department of Animal Nutrition and Feed, Animal
Agriculture Faculty, Diponegoro University on September-December 2015. The
research design based on Completely Randomized Design (CRD), with the control
treatment and treatment liquid additives red dragon fruit twice a day, once a day and
two days one. Each treatment was 5 times repeated. The parameters measured were feed
consumption, weight gain, feed conversion and feed efficiency. The results showed that
the treatment was not significant (P> 0.05) effects on feed consumption, weight gain,
feed conversion and feed efficiency in quail. The average of T0, T1, T2 and T3 which
feed consumption of 15.64; 15.85; 15.67 and 15.80 g/ head/day, weight gain of 118.70;
121.00; 124.20 and 126.90 g/head, feed conversion of 4.62; 4.58; 4.43 and 4.38 and
feed efficiency of 21.68; 21.98; 22.65 and 22.92%. The conclusion is the treatment of a
liquid additive red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) on quail resulted in feed
consumption, weight gain, feed conversion and feed efficiency were similar to the
control treatment that has not been able to improve the performance of quail aged 16-50
days.

Keywords : quail, red dragon fruit, feed consumption, performances

PENDAHULUAN penting untuk diperhatikan agar potensi


Burung puyuh merupakan salah burung puyuh dapat maksimal. Masa
satu komoditi unggas dari genus pertumbuhan burung puyuh
Coturnix yang dapat dimanfaatkan membutuhkan energi yang cukup untuk
sebagai penghasil telur dan daging. memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Burung puyuh betina akan mulai Pemenuhan kebutuhan nutrisi
bertelur pertama kali pada umur 42-50 baik dari segi kualitas maupun kuantitas
hari (Rachmat et al., 2007). sangat diperlukan karena nutrien
Produktifitas burung puyuh dapat merupakan salah satu faktor penting
mencapai 250–300 butir/tahun dengan dalam menunjang produktivitas ternak.
berat rata–rata 10 g/butir. Pemeliharaan Oleh sebab itu peternak sering
pada fase starter dan grower sangat memberikan zat aditif dengan cara

37
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

mencampurkan dalam ransum atau MATERI DAN METODE


dilarutkan dalam air minum. Salah satu Penelitian telah dilaksanakan
alternatif zat aditif yang dapat diberikan pada bulan September-Desember 2015
pada puyuh adalah buah naga merah di Kandang Non Ruminansia
(Hylocereus polyrhizus). Buah naga Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan,
merah memiliki kandungan zat nutrisi Laboratorium Teknologi dan Rekayasa
yang bermanfaat yaitu vitamin. Akan Pangan, Fakultas Peternakan dan
tetapi penambahan zat aditif dapat Pertanian Universitas Diponegoro,
meningkatkan biaya produksi. Sehingga Semarang.
alternatif yang dapat dilakukan untuk Materi yang digunakan adalah
mengatasi kendala tersebut adalah 200 ekor burung puyuh betina umur 7
dengan membudidayakan sendiri hari dengan bobot badan 13,61 ± 0,49 g,
tanaman sumber zat aditif, sehingga ransum yang digunakan tersusun atas
harga yang dikeluarkan akan lebih enam bahan pakan yang terdiri dari
murah jika dibandingkan dengan buatan tepung ikan, jagung kuning, konsentrat
pabrik. Bahan organik dianggap lebih CP 124, bekatul, bungkil kedelai dan
mudah untuk diaplikasikan oleh top mix dengan protein kasar 20,91 %
peternak karena lebih aman dan tidak dan EM 2763,93 kkal/kg. Aditif cair
meninggalkan residu dalam produk yang digunakan yaitu buah naga merah.
ternak. Peralatan yang digunakan adalah
Buah naga merah memiliki kandang battery sebanyak 20 petak
kandungan nutrisi vitamin yang kandang dimana setiap petak kandang
optimal, diantaranya adalah vitamin C diisi dengan 10 ekor puyuh, tempat
bersifat antioksidan yang dapat pakan dan minum, blender dan
mengurangi radikal bebas, timbangan.
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap Penelitian telah dilaksanakan
stres serta menurunkan pH saluran dalam beberapa tahap kegiatan antara
pencernaan. Kandungan vitamin lain lain tahap persiapan, perlakuan dan
yang ada pada zat aditif alami ini adalah pengumpulan data.
vitamin B dengan manfaat memberi Tahap persiapan yang meliputi
pengaruh padai nafsu makan ternak. persiapan kandang, pengadaan dan
Vitamin sangat penting untuk penyusunan ransum, analisis kandungan
menunjang pertumbuhan, kesehatan dan nutrien ransum, pengadaan burung
dibutuhkan dalam tubuh agar puyuh, penimbangan bobot badan awal
penyerapan nutrisi menjadi lebih efisien burung puyuh dan pembuatan zat aditif
sehingga diharapkan dengan pemberian cair buah naga merah dengan cara
aditif cair buah naga merah dapat menimbang 100 g daging buah naga
meningkatkan konsumsi ransum dan merah dan dipotong menjadi bagian
performa burung puyuh pada masa yang lebih kecil. Memasukkan
pertumbuhan. potongan tersebut ke dalam blender dan
Tujuan dari penelitian ini adalah menambahkan 500 ml air (perbandingan
untuk mengetahui pengaruh pemberian 1:5) kemudian di blender hingga
aditif cair buah naga merah terhadap tercampur rata. Campuran buah naga
performa burung puyuh betina umur 16- kemudian disaring untuk memisahkan
50 hari. Performa burung puyuh dilihat biji buah naga dengan bagian aditif cair.
dari konsumsi ransum, pertambahan Tahap perlakuan dilaksanakan
bobot badan, konversi ransum dan pada burung puyuh betina umur 16-50
efisiensi ransum. hari. Ransum diberikan secara terbatas

38
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

terkontrol dua kali sehari pada pagi dan 10.00 WIB dan pada perlakuan T1
sore hari, untuk minum diberikan secara diberikan dua kali sehari yaitu pada
ad libitum setiap hari dan aditif cair pukul 10.00 dan 14.00 WIB.
buah naga merah diberikan dengan Penimbangan sisa pakan dilakukan
dosis pemberian 5 ml/ekor, tiap kali setiap hari sebelum pemberian ransum
pemberian ditempatkan pada wadah pertama di pagi hari. Pada setiap
tempat minum tersendiri. Sebelum minggunya dilakukan kegiatan
pemberian aditif cair buah naga merah, penimbangan bobot badan, perhitungan
air minum diambil terlebih dahulu satu konversi ransum serta efisiensi ransum.
jam sebelum pemberian. Brikut merupakan data komposisi
Pemberian aditif cair buah naga ransum yang disajikan pada Tabel 1.
merah pada pagi hari diberikan pukul

Tabel 1.Komposisi ransum dan kandungan nutrisi ransum penelitian


Bahan Pakan Komposisi
---- % ----
Bekatul 10,60
Jagung Kuning 43,00
Konsentrat CP 124 30,00
Tepung Ikan 8,00
bungkil kedelai 8,00
top mix 0,40
TOTAL 100
Kandungan Nutrisi
Energi Metabolis
2763,93
(kkal/kg)**
Protein (%)* 20,91
Lemak (%)* 2,12
Serat Kasar (%)* 4,20
Abu (%)* 8,58
Kadar kalsium (%)** 0,65
Kadar fosfor (%)** 0,65
Keterangan :
*Hasil analisis proksimat Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah, Ungaran (2015).
** Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang (2015).

Penelitian ini menggunakan kali). Parameter yang diamati dalam


Rancangan Acak Lengkap dengan 4 penelitian ini adalah :
perlakuan dan 5 ulangan, masing- 1. Konsumsi ransum = ransum yang
masing kandang terdiri dari 10 ekor diberikan dikurangi sisa ransum,
puyuh betina. Perlakuan yang diberikan dilakukan setiap hari (g/ekor/hari)
adalah: (T0 = kontrol, T1 = pemberian 2. Pertambahan Bobot Badan (PBB) =
zat aditif cair buah naga dua kali sehari, bobot badan akhir dikurangi bobot
T2 = pemberian zat aditif cair buah badan awal pemeliharaan (g/ekor)
naga satu kali sehari, T3 = pemberian
zat aditif cair buah naga dua hari satu

39
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

3. Konversi ransum = HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemberian zat aditif cair buah
naga merah (T1, T2 dan T3) belum
4. Efisiensi ransum = mampu menghasilkan performa yang
baik pada burung puyuh betina umur
x 100% 16-50 hari dari segi konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan, efisiensi
ransum dan konversi ransum yang
ditampilkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pbb, konversi ransum dan
efisiensi ransum
Perlakuan T0 T1 T2 T3
Konsumsi Ransum* (g/ekor/hari) 15,64 15,85 15,67 15,80
PBB* (g/ekor) 118,70 121,00 124,20 126,90
Konversi Ransum* 4,62 4,58 4,43 4,38
Efisiensi Ransum* (%) 21,68 21,98 22,65 22,92
Keterangan: * Nilai rata-rata tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05)

Konsumsi ransum mampu mengurangi stres akibat suhu


Nilai rata-rata konsumsi ransum panas pada lingkungan sehingga akan
yang diperoleh lebih rendah dari mengkonsumsi ransum dengan jumlah
pendapat Hardjosworo (1992) yang lebih banyak. Sesuai dengan pendapat
menyatakan bahwa konsumsi burung Subekti (2012) bahwa pemberian aditif
puyuh pada umur lebih dari 5 minggu vitamin C dapat mengurangi cekaman
adalah 20 g/ekor/hari. panas sehingga konsumsi ransum tidak
Perlakuan T1 hingga T3 akan terganggu. Selain vitamin C,
menunjukkan tidak berpengaruh nyata vitamin B berfungsi dalam
(P>0,05) dengan perlakuan kontrol (T0) pembentukan energi yang dapat
karena ransum pada setiap perlakuan memperbaiki saluran pencernaan dan
memiliki kandungan nutrien yang akan meningkatkan nafsu makan.
hampir sama, selain itu imbangan energi Menurut Patwary et al. (2013) buah
dan protein juga sama. Energi yang naga merah mengandung vitamin B
dikonsumsi pada perlakuan T1, T2 dan yang berguna untuk meningkatkan
T3 dari pakan maupun aditif cair buah nafsu makan. Namun, hasil penelitian
naga merah sama yaitu 2763,93 kkal/kg. menunjukkan tidak berpengaruh nyata
Menurut Wahju (2004) faktor utama pada konsumsi karena dosis pemberian
yang mempengaruhi konsumsi ransum aditif cair buah naga merah yang masih
adalah kandungan energi metabolisme sedikit menyebabkan asupan vitamin B
dalam pakan, imbangan nutrisi ransum, dan C tidak mempengaruhi cekaman
kesehatan, temperatur lingkungan, panas.
ruang tempat pakan, keadaan air minum Selain vitamin B dan C,
dan aktivitas ternak. kandungan gula dalam aditif cair buah
Pemberian aditif cair buah naga naga merah juga cenderung
merah diharapkan mampu meningkatkan konsumsi ransum
meningkatkan konsumsi ransum karena perlakuan walaupun tidak berbeda
memiliki kandungan vitamin C yang nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat

40
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

Utari dkk. (2013) yang menyatakan berbeda jauh. Sedangkan menurut


bahwa kandungan gula dalam buah pendapat Anggorodi (1995) kandungan
naga merah dapat berpengaruh pada energi dalam pakan burung puyuh dapat
energi metabolis yang merupakan mempengaruhi konsumsi pakan,
komponen penting yang digunakan semakin tinggi kandungan energi maka
sebagai sumber energi bagi ternak. ransum yang dikonsumsi semakin
Maghfiroh dkk (2012) menambahkan berkurang. Data mengenai konsumsi
bahwa kandungan energi yang sama energy dan protein pada burung puyuh
pada ransum menyebabkan konsumsi ditampilkan pada Tabel 3 berikut.
ransum cenderung sama dan tidak

Tabel 3. Konsumsi energi dan protein pada burung puyuh


Perlakuan T0 T1 T2 T3
Konsumsi Energi (kkal/ekor/hari) 43,22 43,81 43,32 43,66
Konsumsi Protein (g/ekor/hari) 3,27 3,31 3,28 3,30
Keterangan: Konsumsi energi dan konsumsi protein menunjukkan kisaran yang sama
(P>0,05)

Berdasarkan hasil penelitian pada burung puyuh berumur 6 minggu


menunjukkan bahwa konsumsi energi adalah 3,39-4,53 g/ekor/hari dan
burung puyuh dalam kisaran normal menurut penelitian Widjastuti dan
yaitu sebesar ± 43 kkal/ekor/hari (Tabel Kartasudjana (2006) konsumsi protein
3), sesuai dengan hasil penelitian Yatno sebesar 3,49 g/ekor/hari telah cukup
dkk. (2008) yang menyatakan bahwa untuk memenuhi hidup pokok,
burung puyuh pada masa pertumbuhan pertumbuhan dan produksi telur pada
memiliki kisaran konsumsi energi burung puyuh. Penelitian ini tingkat
26,71-51,35 kkal/ekor/hari. Tidak protein ransumnya sama akibatnya
adanya pengaruh nyata ini karena konsumsi protein juga sama sehingga
konsumsi ransum yang sama. pemberian aditif cair buah naga tidak
Kandungan energi dalam pakan dan mempengaruhi kadar protein ransum.
aditif cair buah naga merah pada Hal ini sesuai dengan pendapat Irawan
perlakuan belum dapat mempengaruhi dkk. (2012) yang menyatakan bahwa
konsumsi ransum, konsumsi energi dan konsumsi protein dipengaruhi oleh
konsumsi protein karena kadar EM tingkat protein ransum, apabila tingkat
ransum sama. Hal ini sesuai dengan protein dalam ransum semakin tinggi,
pendapat Wahju (2004) yang maka konsumsi protein akan semakin
menyatakan bahwa jika energi dalam meningkat.
pakan yang dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhannya, maka konsumsi pakan Pertambahan bobot badan
akan tinggi sedangkan jika kandungan Hasil penelitian menunjukkan
energi melebihi kebutuhan, maka bahwa rata-rata PBB burung puyuh
konsumsi pakan akan sedikit. tidak berpengaruh nyata (P>0,05).
Rata-rata konsumsi protein pada Tidak adanya perbedaan pertambahan
perlakuan T1, T2 dan T3 sudah sesuai bobot badan secara nyata dikarenakan
kebutuhan yaitu sebesar 3,31; 3,28; dan jumlah konsumsi ransum sama (Tabel
3,30 g/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan 2) dan konsumsi energi serta konsumsi
pendapat Yatno dkk. (2008) yang protein (Tabel 3) yang sama pula.
menyatakan bahwa konsumsi protein Asupan nutrisi vitamin dalam aditif cair

41
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

buah naga merah belum mampu Konversi ransum erat kaitannya


meningkatkan pertambahan bobot dengan konsumsi ransum dan
badan. Buah naga merah mengandung pertambahan bobot badan ternak. Sesuai
vitamin B yang dapat meningkatakan dengan pernyataan Achmanu dkk.
nafsu makan akan tetapi belum nyata (2011) yang menyatakan bahwa
meningkatkan PBB. Hal ini sesuai perbedaan konversi pakan disebabkan
dengan pendapat Patwary et al. (2013), karena adanya perbedaan dalam
bahwa vitamin B dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan
nafsu makan. Menurut Kuswahyuni bobot badan. Menurut Amrulloh (2003)
(1983) bahwa berat badan burung faktor yang mempengaruhi konversi
puyuh betina pada umur enam minggu ransum adalah kualitas ransum, teknik
berkisar 121,89-138,24 g. pemberian, bentuk dan konsumsi
Salah satu faktor yang ransum serta bobot badan ternak.
mempengaruhi bobot badan adalah
kualitas dan kuantitas pakan, dengan Efisiensi ransum
jumlah pemberian ransum dan Perlakuan dengan pemberian
kandungan nutrien ransum yang sama aditif cair buah naga merah tidak
sehingga menghasilkan pertambahan menurunkan atau menaikkan nilai
bobot badan yang sama. Hal ini sesuai efisiensi ransum secara signifikan.
dengan pendapat Widjastuti dan Pemberian aditif cair buah naga merah
Kartasudjana (2006) yang menyatakan pada perlakuan T1, T2 dan T3
bahwa bobot badan dipengaruhi oleh mengakibatkan efisiensi ransum yang
kualitas dan kuantitas pakan yang cenderung lebih baik dibandingkan
dikonsumsi. Goa dkk. (2015) dengan ransum kontrol. Hal ini sesuai
menambahkan bahwa faktor yang dengan pendapat Tillman et al. (1991)
mempengaruhi pertambahan bobot yang menyatakan bahwa efisiensi
badan adalah jumlah pakan yang penggunaan ransum yang terbaik
dikonsumsi, laju perjalanan pakan ditunjukkan dari semakin besar efisiensi
dalam saluran pencernaan, bentuk fisik pakan yang dihasilkan, semakin tinggi
pakan, komposisi pakan dan imbangan nilai efisiensi pakan menunjukkan
kandungan nutrisi pakan. ternak efisien dalam mengkonsumsi
pakan untuk menghasilkan bobot badan
Konversi ransum yang ideal.
Hasil rerata konversi ransum Kandungan vitamin C pada buah
perlakuan pemberian aditif cair buah naga merah belum mampu
naga merah T1, T2 dan T3 yang meningkatkan nilai efisiensi ransum
diperoleh termasuk dalam kisaran pada perlakuan ini dikarenakan dosis
normal karena lebih efisien perlakuan yang diberikan terlalu sedikit.
memanfaatkan ransum yang ada Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Parakkasi (1983) yang menyatakan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa penambahan vitamin C dalam
Mufti (1997) yang menyatakan bahwa ransum dapat menaikkan bobot badan
rataan konversi ransum burung puyuh dan efisiensi penggunaan pakan.
fase grower berkisar antara 4,03-4,73. Asupan vitamin C pada puyuh yang
Sedangkan menurut Hazim et al. (2010) masih sedikit menunjukkan bahwa
angka konversi ransum burung puyuh dengan pemberian aditif cair buah naga
idealnya adalah 3,76-4,71. merah kurang dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan ransum.

42
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

KESIMPULAN Irawan, I., Sunarti, D dan Mahfudz, L.


Berdasarkan hasil penelitian D. 2012. Pengaruh pemberian
disimpulkan bahwa pemberian aditif pakan bebas pilih terhadap
cair buah naga merah (Hylocereus kecernaan protein burung puyuh
polyrhizus) sebanyak 5 ml/ekor dengan (Coturnix coturnix japonica).
frekuensi pemberian dua kali sehari, Fakultas Peternakan dan
satu kali sehari dan dua hari satu kali Pertanian, Universitas
tidak meningkatkan performa burung Diponegoro, Semarang. Animal
puyuh umur 16-50 hari. Agriculture Journal. 1 (2): 238-
245.
DAFTAR PUSTAKA Kuswahyuni, I. R. 1983. Parameter
Achmanu, Muharlien dan Salaby. 2011. genetik beberapa sifat produksi
Pengaruh lantai kandang (rapat pada burung puyuh (Coturnix
dan renggang) dan imbangan coturnix japonica). Fakultas
jantan betina terhadap konsumsi Pascasarjana Institut Pertanian
pakan, bobot telur, konversi Bogor, Bogor. (Thesis).
pakan dan tebal kerabang pada Maghfiroh, K., Sukamto, B. dan
burung puyuh. Jurnal Ternak Mahfudz, L. D. 2014.
Tropika. 12 (2): 1-14. Penggunaan sorgum atau kulit
Amrulloh, I. K. 2003. Seri beternak pisang terhidrolisis terhadap
mandiri: nutrisi ayam broiler. retensi kalsium dan massa
Lembaga Satu Gunung Budi, kalsium tulang pada ayam
Bogor. broiler. Jurnal Agromedia. 32
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi ternak (1): 54-62.
unggas. Cetakan I. PT. Mufti, M. 1997. Dampak fotoregulasi
Gramedia Pustaka Utama, dan tingkat protein ransum
Jakarta. selama periode pertumbuhan
Goa, S. E. L., Silitonga, L dan Yuanita, terhadap kinerja burung puyuh
I. 2015. Substitusi ransum jadi penelur. Pascasarjana Institut
dengan roti afkir terhadap Pertanian Bogor, Bogor.
performa burung puyuh (Thesis).
(Coturnix coturnix japonica) Parakkasi, A. 1983. Ilmu nutrisi dan
umur starter sampai awal makanan ternak ruminan.
bertelur. Jurnal Ilmu Hewani Angkasa, Bandung.
Tropika. 4 (2): 61-65. Patwary, M., Rahman, M., Barua.,
Hardjosworo, P. S., 1992. Beternak Sarkar. and Alam, M. 2013.
puyuh. Fakultas Peternakan IPB, Study on the growth and
Bogor. development of two dragon fruit
Hazim, J., Al-Daraji, H. A. Al- (Hylocereus polyrhizus)
Mashadani, W. K. Al–Wahyani, genotypes. The Agriculturists 11
H. A. Mirza and A. S. AlHasani. (2): 52-57.
2010. Effect of dietary Rachmat, W., Piliang, W. G.,
suplementation with different oil Suhartono, M. T and Manalu,
on productive and reproductive W. 2007. Age maturity of
performance of quail. female japanese quails fed diets
International Journal Poultry containing katuk leave meal
Science. 9 (5): 429 -435. Sauropus androgynus. Animal
Production. 9 (2): 67-72.

43
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 37 - 44

Subekti, E. 2012. Pengaruh Widjastuti, T. dan Kartasudjana, R.


penambahan vitamin C pada 2006. Pengaruh pembatasan
pakan non komersial terhadap ransum dan implikasinya
efisiensi pakan puyuh petelur. terhadap performa puyuh
Mediagro. 8 (1): 1-8. petelurpada fase produksi
Tillman, A. D., Hari, H., Soedomo, R., pertama. Journal Indoesia
Soeharto, P dan Soekato, L. Tropical Animal Agriculture. 31
1991. Ilmu makanan ternak (3): 162-166.
dasar. Universitas Gadjah Mada Yatno, N. R., Wiryawan, K. G.,
Press, Yogyakarta. Setiyono, A., Purwadaria, T dan
Utari, G. A., Iriyanti, N dan Mugiyono, Hardjosworo, P. 2008. Retensi
S. 2013. Kadar total plasma dan protein dan nilai energi
glukosa darah pada itik manila metabolis konsentrat protein
yang diberi pakan dengan bungkil inti sawit hasil ekstraksi
protein dan energi metabolis kombinasi fisik-kimiawi.
yang berbeda. Jurnal Ilmiah Seminar Nasional Teknologi
Peternakan 1 (3): 1037-1042. Peternakan dan Veteriner. Hal :
Wahju, J. 2004. Ilmu nutrisi unggas. 669-673.
cetakan V. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

44

You might also like