Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

LEGITIMASI JURIDIS EFFECTIVE OCCUPATION

DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Jeffry Alexander Ch Likadja


Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana,
Jl. Adisucipto, Penfui, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang

ABSTRACT: The territory of a state is an inseparable part of the country's existence in its capacity as an
entity that is recognized as a subject of international law. Therefore, territory is a condition that must
exist and be controlled by a civilized nation based on the provisions contained in the 1939 montevideo
convention. The land border between the Republic of Indonesia and Timor Leste, which was once the same
country, still causes endless conflicts. The difference in historical interpretations of the control of the ter-
ritory,based on the annexation action previously carried out by the Dutch and the Portuguese, seems to
have been a legacy of the conflict when the East Timor region became a sovereign state. One of the disput-
ed areas between the two countries is in the Neolbesi / Citrana segment, which was originally a natural
delimitation that separated the two countries. Neolbesi itself is a large river that separates the regions of
the two countries in question, which due to its natural nature has undergone changes in river currents,
causing significant changes in the border areas of the two countries. The current factual situation causes
the natural elements that have been previously determined to have changed and has the potential to harm
Indonesia's interests, so that the Indonesian government invites the Timor Leste government to renegoti-
ate in negotiations between countries to redefine the points of demarcation between the two countries.
There has not been an agreement between the two countries regarding land boundary delimitation, but
the fact that the construction of a government building carried out by the Timor Leste authorities in an
area that is still disputed by the two countries is considered to be anxious for the Indonesian people and
this action can be considered an unfriendly act in the context good relations between countries (Good
Neighborhood Relationship), as regulated in the charter of the United Nations (UN Charter).
Keywords: Juridical legitimacy, effective occupation and border territories

ABSTRAK: Wilayah negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi negara
tersebut dalam kapasitasnya sebagai entitas yang diakui sebagai subjek hukum internasional.
Oleh karena itu maka wilayah merupakan syarat yang harus ada dan dikuasai oleh suatu bang-
sa beradab berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam montevideo convention 1939. Perbatasan
darat antara Republik Indonesia dan Timor Leste yang dulunya merupakan satu negara yang
sama, hingga kini masih menimbulkan konflik yang tidak berkesudahan. Perbedaan inter-
pretasi sejarah tentang penguasaan wilayah berdasarkan tindakan aneksasi yang dahulu dil-
akukan Bangsa Belanda dan Portugis, seakan menjadi warisan konflik ketika wilayah Timor-
timur menjadi negara yang berdaulat. Salah satu wilayah sengketa diantara kedua negara ini
berada di segmen Neolbesi/Citrana, yang awalnya merupakan delimitasi natural atau alamiah
yang memisahkan kedua negara tersebut. Neolbesi sendiri adalah sungai besar yang mem-
isahkan wilayah kedua negara yang dimaksud, yang karena sifatnya yang alamiah mengalami
perubahan arus sungai sehingga menyebabkan perubahan yang signifikan pada wilayah per-
batasan kedua negara. keadaan faktual saat ini menyebabkan unsur alamiah yang telah

192 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional


ditetapkan sebelumnya tersebut telah mengalami perubahan dan berpotensi merugikan kepent-
ingan Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia mengajak pemerintah Timor Leste untuk
melakukan renegosiasi dalam perundingan antar negara untuk menentukan kembali titik-titik
demarkasi diantara kedua negara. Belum terdapat kata sepakat diantara kedua negara sehub-
ungan dengan delitimasi batas daratan, namun fakta adanya pembangunan gedung pemerinta-
han yang dilakukan oleh otoritas Timor Leste di wilayah yang masih dipersengketakan oleh
kedua negara dianggap meresahkan masyarakat Indonesia dan tindakan tersebut dapat diang-
gap sebagai suatu perbuatan yang tidak bersahabat dalam konteks hubungan yang baik antar
negara (Good Neighborhood Relationship), sebagaimana yang diatur dalam piagam perserikatan
bangsa-bangsa (piagam PBB).
Kata kunci : legitimasi yuridis, penguasaan efektif dan wilayah perbatasan

PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara yang secara


Suatu negara berdaulat sudah seha- geografis dan geostategis terletak di kawa-
rusnya mampu dan dapat menjaga seluruh san asia tenggara menghadapi tantangan
wilayah teritorialnya tanpa terkecuali. nyata sehubungan dengan kekuasaan nega-
Selain sudah merupakan hal yang sepan- ra dalam mempertahankan dan mengopti-
tasnya jika hal tersebut dilakukan, malkan wilayah perbatasan negara. Secara
sesungguhnya yang paling penting adalah geografis, Indonesia diapit oleh 10 negara
memastikan suatu wilayah teritorial negara yaitu Malaysia, Timor-Timur, Singapura,
tetap berada dalam kekuasaan yurisdiksi Thailand, Papua Nugini, Australia, Filipina,
nasional, sehingga diterapkan suatu hukum Brunei Darussalam, Kamboja, dan Tiong-
municipal yang berlaku di seluruh wilayah kok. Wilayah darat berbatasan dengan 3
tersebut adalah mutlak tanpa terkecualikan negara yaitu Malaysia, PNG, dan Timor
sedikitpun. Lorosae.1 Untuk perba-tasan negara di
Keberadaan wilayah bagi suatu nega- wilayah darat, maka pengaruh lepasnya
ra adalah sangat penting. Bahkan sudah timor-timur dan men-jadi negara baru yang
menjadi suatu persyaratan utama bagi sua- bernama Republik Timor Leste, membuat
tu bangsa agar dapat dianggap sebagai Indonesia meng-hadapi suatu tantangan
negara yang berdaulat. Sesung-guhnya baru dalam menjaga pertahanan dan kea-
Montevideo Convention telah mene-gaskan manan. Selain itu, secara sosial politis
hal tersebut dan dapat diterima secara keberadaan negara baru Timor Leste men-
global serta dipraktekkan oleh negara- imbulkan juga tantangan tersendiri khu-
negara modern dewasa ini. Adalah wilayah susnya dalam membangun hubungan bilat-
yang merupakan syarat utama, disamping eral diantara kedua negara dalam semangat
adanya pemerintahan dan pen-duduk serta good neigboorhood principle. Hal inilah yang
kemampuan untuk melakukan hubungan ter-penting sebab dalam kenyataannya
internasional dengan negara lain yang wilayah perbatasan khususnya di wilayah
kemudian dapat dianggap sebagai parip- daratan kedua negara masih menyisakan
urnanya suatu komunitas negara yang ber-
daulat. 1TNI dan Kompleksitas Isu Perbatasan -
Kompas.com, publish Tuesday, October, 05 2010, diakses 30
Juni 2018, jam 12.00

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 2 Oktober 2020 | 193


banyak persoalan yang membutuhkan tuntas. Lahan di dekat Kabupaten Kupang
komitmen politik yang baik (political will) dan Distrik Oecuse itu sering menjadi sum-
dari unsur pemerintah di kedua negara ber konflik khususnya diantara sesama
yang mem-peroleh dukungan sepenuhnya petani. Perundingan yang terjadi pada ting-
dari masyarakat. kat pemerintahan pusat kedua negara selalu
Persoalan tapal batas diantara Repu- menemui jalan buntu karena menggunakan
blik Indonesia dan Republik Democratik dasar ketentuan yang saling berlawanan
Timor Leste (RDTL) masih belum terse- dalam mengartikan isi pemahaman kesepa-
lesaikan dengan baik hingga saat ini, katan perjanjian negara penjajah karena ti-
bahkan merupakan salah satu keinginan dak sesuai dengan kondisi masa lalu dan
dan kerinduan utama dari masyarakat yang juga saat ini.3
hidup di kedua wilayah perbatasan terse- Terdapat beberapa kali pertemuan
but. Beberapa wilayah tapal batas diantara yang dilakukan oleh pemerintah kedua
kedua negara yang belum selesai tersebut negara untuk membahas masalah perbata-
adalah Bijael Sunan-Oben dan salah satu san tersebut. Dalam catatan dan rekam data
wilayah di perbatasan Naktuka (Noelbesi- peneliti, maka setidaknya terdapat bebera-
Citrana)2, yang hingga saat masih dalam pa kali pertemuan penting diantara kedua
tahap negosiasi diantara para pihak, baik negara yang membahas sengketa perbata-
yang dilakukan oleh masyarakat khususnya san tersebut, yaitu pada pertemuan di Ta-
para tokoh adat setempat maupun oleh hun 2004 di Yogyakarta terkait penentuan
pihak pemerintah kedua negara. garis batas geografis disepanjang sungai
Noel Besi, pertemuan di Tahun 2005 di Dili,
PEMBAHASAN dimana disepakati Provisional agreement
1. Unresolved Segment di batas wilayah antara kedua negara yang menyepakati 907
RI-RDTL titik perbatasan dan menyisakan 3 segmen,
Berdasarkan data pada Tahun 2010, yaitu di kabupaten Timor tengah Utara, di
wilayah perbatasan Naktuka diduduki seki- Kabupaten Belu, dan Segmen Naktuka-
tar 44 kepala keluarga asal Oecusse, Timor Noelbesi di Kabu-paten Kupang. Selanjut-
Leste, sejak 1999, yakni setelah Timor Leste nya pada pertemuan antar negara di tahun
(waktu itu masih bernama Timor Timur) 2012, telah menghasilkan Memorandum of
menyatakan berpisah dari Indonesia. Nak- Under-standing (MOU) yang diwakili oleh
tuka berada di wilayah Noelbesi-Citrana, Menkokesra Susilo Bambang Yudhoyono
terletak di antara Kabu-paten Kupang dari Indonesia dan Sergio Viera De Mello
(NTT) dengan Distrik Oecusse. Pada bulan dari Timor Leste. Terakhir pada tahun 2017,
April Tahun 2017 yang lalu, pemerintah RI juga telah berlangsung pertemuan ke-1 Sen-
dan Timor Leste kembali berunding soal ior Official Consultation On Unresolved Seg-
wilayah perbatasan dua negara tersebut. ment Ke-1 RI-RDTL.4
Selama 10 tahun terakhir, sengketa perbata-
san darat dan laut dua negara tak kunjung
3 Ola Keda, Akhir Sengketa Batas Indonesia - Timor

Leste, https://m.liputan6.com, dipublish pada 12 Des 2017,


2Kristian Erdianto, "Atasi Sengketa Wilayah, Indone- 19:02 WIB, diakses pada 15 Mei 2018, jam 10.00
sia-Timor Leste Bentuk Tim Khusus", 4 Forum Group Discussion permasalaha Perbatasan

https://nasional.kompas.com, publish 13 Maret 2017, diakses RI-RDTL, Korem 161/ WIRA SAKTI, SURTA SOPS TNI.
16 Mei 2018, jam 11.30 Wita Kupang, Mei, 2018

194 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional


Berdasarkan data-data yang telah ter- Gambar 1
sebut di atas, dapat ditegaskan bahwa per- Convention Portugees and
soalan batas negara diantara kedua negara Ducth 19046
ini belum memperoleh kesepakan yang ko-
koh dan legitimate sehubungan dengan
banyaknya interpretasi dokumen legal yang
berkaitan dengan garis perbatasan yang di-
persengketakan tersebut. Untuk batas nega-
ra di segmen Naktuka-Noelbesi di Kabu-
paten Kupang saja, terjadi perbedaan inter-
pretasi diantara kedua negara. Sebagaimana
yang nampak pada pertemuan terakhir di
Tahun 2017, maka dapat dikemukakan be-
berapa perbedaan pandang sebagai berikut
: pertama, penempatan garis geografis Noel
besi/ Citrana menurut pemerintah Indone-
sia terletak di sebelah Timur sedangkan
menurut Timor Leste yang didasarkan pada
traktak 1904, terletak di sebelah barat.
Kedua, menurut pemerintah Indonesia, fak-
ta di lapangan menunjukkan bahwa
penempatan nama Noel Besi yang menun-
juk pada aliran sungai yang kecil yang
dikenal oleh masyarakat lokal setempat se-
bagai Sakotuinan adalah kesalahan
toponomi. Namun hal tersebut menurut
pemerintah RDTL adalah sesuai azimut da-
lam treaty 1904 yang sudah jelas dan du-
lunya merupakan batas propinsi NTT dan
Timor-timor (nama sebelum munculnya
negara RDTL).5

6konvensi 1904 yang ditandatangani di Den Haag

5 ibid pada 1 Oktober 1904 dan diratifikasi pada 29 Agustus 1908

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 2 Oktober 2020 | 195


Jika melihat dasar argumentasi RDTL kedua negara, khususnya untuk menye-
yang menggunakan treaty 1904 (telah dirat- lesaikan sengketa batas wilayah di segmen
ifikasi pada 29 Agustus 1908) dan batas tersebut akan menjadi semakin sulit dan
wilayah propinsi pada saat masih menjadi rumit. Setidaknya nampak itikad yang tidak
bagian dari Indonesia, maka hal tersebut baik dari pihak pemerintah RDTL yang
menjadi logis. Namun tentunya hal ini tidak melakukan pembangunan beberapa fasilitas
dapat serta merta dilaksanakan (entry force) negara di wilayah yang seharusnya dibiar-
ketika wilayah tersebut yang dulunya men- kan netral (green zone) tanpa dikelola oleh
jadi bagian dari Indonesia telah merdeka siapapun (kedua negara) untuk sementara
dan menjadi suatu negara baru. Oleh kare- waktu sampai ditemukannya solusi oleh
nanya maka pemerintah Indonesia men- kedua negara.
gusulkan proposal segmen Noel besi Jika dicermati lebih jauh akan
dengan cara menarik garis potensial baru keberadaan gedung-gedung pemerintah
yang akan disepakati oleh kedua negara. RDTL di atas tanah yang dipersengketakan
Cara tersebut adalah menarik garis median oleh kedua negara, maka dalam ajaran ilmu
line yang membagi segmen noel Besi / hukum internasional hal ini dapat
Citrana menjadi dua bagian yang sama.7 dikatakan sebagai suatu cara dan upaya
Namun usulan tersebut mendapat pe- yang dilakukan oleh pemerintah RDTL un-
nolakan dari pemerintahan RDTL dengan tuk melakukan occupation (pendu-dukan)
menyatakan bahwa seharusnya batas nega- di atas suatu wilayah. Jika keadaan ini
ra tetap mengacu pada prinsip Utti Posside- dibiarkan tanpa adanya upaya yang tegas
tis Juris yang pada prinsipnya mengacu pa- dan terukur dari pemerintah Indonesia,
da perjanjian 1904 dan inter-pretasi bersama maka bisa saja keadaan tersebut dapat
Tahun 2005.8 Perbe-daan inilah yang berkembang menjadi suatu perbuatan yang
sesungguhnya menjadikan segmen Naktu- dikategorikan sebagai pendudukan yang
ka-Noelbesi menjadi wilayah atau daerah di efektif (effective occu-pation) oleh pemerintah
perbatasan kedua negara berada dalam sta- RDTL, dan karenanya dapat saja menjadi
tus quo vadis, sehingga pada prinsipnya dasar legitimasi bagi pemerintah RDTL un-
wilayah tersebut tidak dapat dipakai atau tuk mengklaim wilayah yang bersengketa
digunakan oleh kedua negara sampai tersebut masuk menjadi bagian dari wila-
adanya kesepakatan diantara kedua negara. yahnya. Meskipun masih merupakan suatu
Namun, berdasarkan pemantauan wacana dan sangat debatable, namun prinsip
dan data dari citra satelit dapat dilihat dan effectif occupation dikenal dalam hukum In-
ditunjukkan bahwa untuk wilayah di seg- ternasional dan seringkali dipraktekkan
men Naktuka-Noelbesi yang seharusnya oleh negara-negara. Setidaknya
untuk sementara waktu tidak dilakukan keberadaan dan penerapan prinsip tersebut
aktifitas apapun oleh kedua negara, ken- pernah membuat Indonesia kehilangan sa-
yataannya telah berdiri beberapa fasilitas lah satu wilayah kedaulatannya. Sejarah
berupa gedung pemerintah RDTL. Ten- mencatat bahwa beberapa tahun silam,
tunya keadaan ini membuat jalannya pe- penerapan prinsip effective occupation yang
rundingan yang sedang diupayakan oleh dipakai sebagai dasar legitimasi oleh negara
Malaysia untuk mengklaim penguasaannya
7 ibid atas pulau Sipadan dan Ligitan. Atas klaim
8 Ibid.

196 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional


penerapan prinsip tersebut, pada akhirnya
membuat Indonesia harus melepaskan Gambar 2
kedua pulau tersebut dari bagian wilayah Provisional Agreement RI dan
kedaulatan nasionalnya.9 Singkatnya, RDTL 2005
keberadaan prinsip ini dan adanya klaim
RDTL menghormati dan menerapkan prin-
sip Utti Possidetis Juris, sebagai prinsip
hukum internasional untuk mengklaim
pembagian wilayah perbatasan negara ber-
dasarkan perjanjian 1904 yang dibuat sebe-
lumnya oleh Portugal dan Belanda, men-
jadikan masalah sengketa batas wilayah di
kedua negara ini menjadi cukup pelik dan
rumit.10
Perbedaan persepsi diantara kedua
negara dan masalah penerapan prinsip-
prinsip hukum internasional sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi
masalah batas delimitasi antara negara RI
dan RDTL menjadi menarik untuk dikaji
lebih dalam, terutama terkait penerapan-
penerapan prinsip-prinsip hukum inter-
nasional dalam mengklaim kepemilikan
suatu wilayah negara.

2. Convention, Provisional Agreement and


Boundaries in the island of Timor
Selain konvensi 1904 yang dijadikan
dasar hukum diantara kedua negara yang
bersengketa, terdapat Provisional Agreement
between the Government of Republic of Indone-
sia and the Government of the Democratic Re-
public of Timor Leste on the Land Boundary
2005, sebagaimana tampak dalam gambar
berikut:11

9 Malaysia Memenangkan Sengketa Sipadan dan

Ligitan, https://www.liputan6.com/news, dipublish pada


tanggal 18 Des 2002, 17:28 WIB, diakses pada tanggal 18 Juli
2018, Jam 15.00 Wita
10 Perundingan Batas RI-Timor Leste Pelik, Ini

Sebabnya, https://www.liputan6.com/global, 13 Mar 2017,


21:30 WIB, diakses tanggal 18 Juli 2018, jam 22.00 Wita
11 Provisional Agreement between the Government

of Republic of Indonesia and the Government of the Demo-


cratic Republic of Timor Leste on the Land Boundary 2005

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 2 Oktober 2020 | 197


Perjanjian di atas menegaskan bahwa dangkan pihak RDTL berpendapat bahwa
kedua negara tetap merujuk pada perjanjian sungai Noel Mina adalah yang dimak-
Portugal dan Belanda Tahun 1904 serta pac- sudkan dalam konvensi. Untuk memperte-
ta compromis Permanent Court of Arbitra- gas hal ini maka batas wilayah yang dimak-
tion 1913 yang ditandatangani di Paris 1914 sud dalam article III paragraph 1 convention
(selanjutnya disingkat PCA 1914). 1904 adalah sebagai berikut:14
Selain itu, dalam perjanjian tersebut “Proceeding from the Mouth of the Noel
juga menegaskan bahwa telah kedua negara (river) Besi, where is the summit of pulu
telah mencapai kesepakatan di Annex A (island) Batek can be sighted, on a 30°47°
dan B (Article 1 and 2) yang pada intinya astronomical azimuth, following the thal-
menyetujui titik-titik koordinat (annex A) weg of Neol Besi, that of Neol Mina and of
pembagian wilayah Portugis dan Belanda the Bidjael Sunan, ups to it’s source”
yang terdapat pada map B (annex B), se- (dimulai dari muara sungai Noel Besi,
hingga Kupang Barat yang beribukota di dimana puncak pulau Batek dapat ter-
Kupang menjadi bagian dari Indonesia, se- lihat pada azimut 30°47° mengikuti
dangkan Kupang Timor yang beribukota di muara sungai Neol Besi, Noel Niema
Dili menjadi bagian dari Timor Leste.12 dan Bidjael Sunan sampai ke mata
Namun, Kesepakatan untuk meng- Air)15
hormati traktak dan PCA 1914 berdasarkan Penegasan dalam konvensi di
pengakuan terhadap penerapan prinsip utti atas menimbulkan perbedaan penaf-
possidetis juris tidak dapat dilaksanakan ka- siran diantara kedua negara karena
rena perbedaan interpretasi topografi khu- muara sungai Neol Besi menurut
susnya toponomi (penamaan) pada tahun pemerintah Indonesia berada di sebe-
1904 yang penyebutannya dengan penyebu- lah Timur (tidak tampak dalam peta
tan masyarakat sekitar perbatasan pada saat 1904 dan hanya tertulis sebagai Noel
sekarang adalah berbeda (sekarang disebut Sutrana) dan menurut RDTL seha-
Mota Bico, Ribeira Motabico, dan Mota rusnya di tarik dari Neol Besi (yang
Halimeak dan dalam traktak disebut Mota digambarkan sebagai parit kecil) sebe-
Biku), lah Barat sampai pada pertemuan
serta perbedaan penentuan batas cabang sungai Neol Besi besar.16
darat di segmen Neol Besi uang oleh
masyarakat sekitar dikenal dengan Distrik 3. Tinjauan tentang Hukum dan Syarat-
Ambenu. Perbedaan penafsiran diantara syarat penafsiran dalam
kedua negara adalah batas wilayah darat Perjanjian Internasional
yang menunjuk pada batas sungai (Noel Terdapat dua dokumen perjanjian in-
dalam istilah masyarakat setempat).13 ternasional sebagaimana yang tampak da-
Indonesia berpendapat bahwa yang lam penjelasan sebelumnya yang perlu di-
dimaksud dalam traktak 1904 adalah sungai jadikan patokan untuk dianalisis lebih
Neol Besi (pasal III ayat traktak 1904) se- lanjut. Bahwa benar terdapat perbedaan

12 Lihat juga Dewa Gede Sudika Mangku, Implemen- 14 Convention for demarcation pf Portuguese and

tasi Joint Border committee (jbc) untuk penyelesaian Dutch Dominions on the island of Timor 1904
sengketa perbatasan darat antara Indonesia-Timor Leste, 15 Lihat dan bandingkan dengan Dewa Gede Sudika

Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1, Juni 2017: hal 43-66 Mangku, Loc.Cit
13 Ibid. 16 Ibid.

198 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional


interpretasi diantara Indonesia dan RDTL “Preparatory work” dapat disamakan
sebagai negara yang setidaknya menguasai dengan interpretasi kehendak sehingga
secara defakto wilayah negara yang diper- pelaksanaan perjanjian harus sesuai dengan
sengketakan. apa yang benar-benar menjadi kehendak
Penggunaan istilah Traktak dalam (semula) para pihak. Selanjutnya menurut
seperti yang tampak pada Traktat 1904 Por- metode textual School maka yang terpenting
tugees and Ducth, dalam perspektif hukum dalam suatu perjanjian adalah naskah itu
perjanjian internasional dapat disamakan sendiri dan metode teleological School
dengan Treaty (english), sedangkan provi- menekankan pada apa yang menjadi objek
sional agreement diantara Indonesia dan dan tujuan perjanjian. Jika dihubungkan
RDTL secara umum dapat disamakan dengan sengketa delimitasi a quo, maka jelas
dengan Treaty secara khusus mengatur hal bahwa ada kehendak untuk membagi wila-
yang lebih kecil dibanding materi yang dia- yah diantara penguasa terdahulu (Portugal
tur dalam traktak, namun keduanya mem- dan Belanda), yang secara tekstual sudah
iliki kekuatan hukum mengikat. Traktak ditentukan objeknya berupa wilayah alami-
digunakan untuk suatu perjanjian yang ah sungai yang memisahkan dua wilayah
muatan materinya menyangkut hal-hal daratan. Namun, perlu diingat bahwa
yang prinsipil sehingga memerlukan obyek perjanjian yang adalah sungai ten-
pengesahan atau ratifikasi. Jenis-jenis per- tunya merupakan garis delitimasi alamiah
janjian yang masuk dalam kategori ini dian- yang masih relatif baru dalam hukum in-
tranya: delitimasi, keamanan dan perdama- ternasional sebab pada konperensi ke 52 di
ian.17 Helzinki yang diadakan oleh the intenational
Terkait dengan interpretasi suatu per- law association, hanya diatur secara rinci
janjian internasional, maka Lord McNair terkait dengan pemanfaatan sungai-sungai
menyatakan “there is no part of the law of trea- internasional dan tidak membahas secara
ties which the text writer approaches with more khusus tentang sungai sebagai batas wila-
trepidation than the question of interpreta- yah negara. Secara umum, hak kedaulatan
tion”.18 Secara singkat, maka dapat dijelas- atas sungai ada pada negara yang berada
kan bahwa tidak ada suatu lembaga inter- pada tepi sungai tersebut.19
nasional yang memiliki kewenangan dalam Selain ketiga metode tersebut terdapat
memberikan interpretasi terhadap suatu metode lain yang sering digunakan oleh
perjanjian internasional. Biasaya inter- Mahkamah Internasional dalam memutus-
pretasi dilakukan oleh pengadilan maupun kan sengketa perjanjian internasional.
pemerintah dalam suatu negara. Selanjut- Metode interpretasi tersebut adalah “the
nya mengenai penafsiran, terdapat 3 (tiga) principle of effektiveness”, dimana suatu per-
metode pendekatan (school of Thoughts) se- janjian ditafsirkan sedemikian rupa sehing-
bagai berikut: pendekatan kehendak (pre- ga memberi akibat hukum kepada objek
paratory work), pendekatan “textual School dan tujuan perjanjian itu sesuai.
(restrictive Interpretation)” dan pendekatan
“teleological School”.

17 Muhammad Ashri, Hukum Perjanjian Inter- 19 Huala Adofl, Aspek-aspek Negara dalam Hukum

nasional, Arus timur, Makassar, 2012, hal 14 Internasional, Edisi Revisi, Cetakan ketiga, RajaGrafindo
18 Ibid, hal 93-110 Persada, Jakarta, 2002, hal 142-144

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 2 Oktober 2020 | 199


4. Effective Occupation Prinsiple 1. Negara mempunyai maksud untuk
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa menguasai (intention)
dimulainya sengketa antara RDTL dan In- 2. Menjalankan kedaulatan secara tepat.
donesia berawal dari perbedaan interpretesi 3. Harus dijalankan secara terus menerus
terhadap perjanjian yang dibuat antara Pur- dan damai atau tidak ditentang oleh
tugis dan Belanda, khususnya mengenai negara lain.
batas wilayah alamiah sungai dan penentu- 4. Penguasaan secara aktual (an actual tak-
an garis bujur dan lintang yang diukur dari ing of possession), seperti mendirikan ge-
dan ke arah pulau batek. dung pemerintahan atau melaksanakan
Kasus ini sebenarnya mirip dengan fungsi administrasi dan legislasi
sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan yang pemerintahan.
pernah dialami oleh Indonesia ketika ber- 5. Keadaan Khusus atau Relevan (Special or
hadapan dengan Malaysia. Dalam sengketa relevant circumtances) seperti faktor ge-
ini, maka isu Effective Occupation menjadi ologi dan gemorfologi, historis, sosial
hal yang paling disorot dan dijadikan dasar ekonomi dan keamanan dan faktor nega-
pertimbangan oleh mahkamah internasion- ra ketiga.
al. Jelas bahwa dalam melaksanakan
Effective Occupation (pengendalian prinsip effective occupation (pengendalian
efektif) merupakan asas hukum inter- efektif) harus disesuaikan dengan hukum
nasional umum yang dapat menciptakan internasional dan dengan demikian maka
hak atau kedaulatan atas suatu wilayah. apa yang dijadikan sebagai indikator atau
Kasus Palmas Island antara pemerintah aspek-aspek dalam mengukur penggen-
Hindia Belanda dan Amerika Serikat, kasus dalian tersebut oleh para hakim dalam
Clipperton Island antara pemerintah Peran- memutuskan setiap sengketa wilayah antar
cis dan Meksiko, kasus Eastern Greenland negara telah menjadi salah sumber hukum,
antara Denmark dan Meksiko dan kasus sesuai dengan ketentuan pasal 38 ayat 1 hu-
Pulau Sipadan dan Legitan antara Indone- ruf d, statuta mahkamah internasional.22
sia dan Malaysia telah diputuskan oleh Jika melihat keberadaan persyaratan
mahkamah internasional menggunakan atau unsur untuk terpenuhinya pengen-
prinsip yang sama.20 dalian yang efektif atas suatu wilayah dan
Oleh Mahkamah internasional prinsip kenyataan bahwa wilayah segmen Naktu-
pengendalian efektif digunakan sebagai da- ka-Noelbesi yang diatasnya telah didirikan
sar untuk menentukan siapa pemegang gedung-gedung pemerintah RDTL (Tiles)
kedaulatan dalam sengketa wilayah antar meskipun masih dalam tahap negosiasi an-
negara. Dari beberapa kasus tersebut, maka tar pemerintah di kedua negara membuk-
dapatlah diuraikan unsur-unsur yang ter- tikan bahwa setidaknya RDTL telah menun-
kandung dalam prinsip ini sebagai beri- jukkan niat menguasai dan melakukan tin-
kut:21 dakan penguasaan secara aktual atas wila-
yah daratan tersebut.
Jika hal ini terus dibiarkan dan upaya
20 Marcel Hendrapati, Implikasi Kasus Sipadan &
renegosiasi yang diinisiasi oleh pemerintah
Ligitan atas titik pangkal dan Delimitasi Maritim, Arus Ti-
mur, Makassar, 2013, hal 78-94
21 Lihat dan bandingkan dengan Marcel Hendrapati, 22 Article 38, Statute of The International Court Of

Ibid. Justice, 1945

200 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional


Indonesia kepada pihak RDTL dalam ben- perundingan RI-Timor Leste di Jakarta, 15-
tuk Provisonal agreement tidak dikategorikan 16 Maret 2013, wilayah Naktuka disepakati
sebagai bentuk penentangan atas pem- sebagai daerah steril, menjadi bukti bahwa
bangunan gedung-gedung pemerintah di tindakan pemerintah Indonesia tidak tegas
wilayah yang tengah dipersengkatan terse- dan cenderung tidak melakukan protes atau
but, maka Indonesia akan kehilangan seba- tindakan yang menentang terhadap semua
hagian dari kedaulatannya. perbuatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah RDTL.
PENUTUP Jika hal ini terus dibiarkan, maka
Batas darat antara Indonesia dan Ti- aspek niat, kedaulatan, penguasaan secara
mor Leste ditetapkan atas dasar Konvensi terus menerus, damai dan aktual (terdapat
tentang Penetapan Batas Hindia Belanda gedung pemerintah Tiles dan masyarakat
dan Portugal Tahun 1904 dan Keputusan yang menggarap lahan sengketa) akan
Permanent Court of Arbitration (PCA) Ta- menjadi suatu keadaan khusus yang rele-
hun 1914. 23 Dalam keputusan PCA tersebut, van dengan keadaan masyarakat Timor
Noèl Bilomi as far as the source of the Noèl Leste dan bukan Indonesia. Hal ini ten-
Meto merupakan batas wilayah kedaulatan tunya akan menyebabkan Indonesia akan
belanda24 kehilangan wilayah dipersengketan dan
Berdasarkan Prinsip uti possidetis juris akan menjadi miliki RDTL.+++
(negara yang merdeka mewarisi wilayah
bekas negara penjajahnya) yang berlaku
dalam hukum internasional, maka jelas In- DAFTAR PUSTAKA
donesia mewarisi bekas wilayah negara ko- A. Buku
lonial belanda yang sayangnya memiliki
Huala Adofl, Aspek-aspek Negara dalam
perbedaan penamaan dengan istilah sungai Hukum Internasional, Edisi Revisi, Ce-
(noel) yang dikenal oleh masyarakat sekitar takan ketiga, RajaGrafindo Persada,
saat ini yang disebut sebagai Noel Mina Jakarta, 2002
(sungai besar) dan Nonomna (sungai kecil).
Muhammad Ashri, Hukum Perjanjian Inter-
Meskipun tahapan perundingan nasional, Arus timur, Makassar, 2012
terkait sengketa telah melibatkan kerajaan Marcel Hendrapati, Implikasi Kasus Sipadan
Amfoang (Indonesia) dan kerajaan Ambenu & Ligitan atas titik pangkal dan Delim-
(Timor Leste) sebagai wujud eksistensi itasi Maritim, Arus Timur, Makassar,
masyarakat adat di wilayah konflik25, na- 2013
mun fakta bahwa masyarakat Amfoang dil-
B. Jurnal/ Makalah
arang memasuki wilayah sengketa Naktu-
Dewa Gede Sudika Mangku, “Implementasi
ka, padahal berdasarkan kesepakatan sesuai
Joint Border committee (jbc) untuk
penyelesaian sengketa perbatasan
23 Penjelasan atas Undang-undang Nomor 43 Tahun darat antara Indonesia-Timor Leste,”
2008 Tentang Wilayah Negara Jurnal Yuridis Vol. 5 No. 1, Juni 2017
24 Keputusan Permanent Court of Arbitration (PCA)

Tahun 1914 Forum Group Discussion permasalahan


25 Ola Keda, Kesepakatan Para Raja dan Perbatasan Perbatasan RI-RDTL, Korem 161/
RI-Timor Leste di Naktuka, ttps://www.liputan6.com/ re-
WIRA SAKTI, SURTA SOPS TNI.
gional/read/3236662/kesepakatan-para-raja-dan-perbatasan-
ri-timor-leste-di-naktuka 23 Jan 2018, 23:40 WIB Kupang, Mei, 2018

Jurnal Proyuris Vol. 2 No. 2 Oktober 2020 | 201


TNI dan Kompleksitas Isu Perbatasan -
C. Peraturan Perundang-Undangan: Kompas.com, publish Tuesday, Octo-
Convention for demarcation of Portuguese ber, 05 2010, diakses 30 Juni 2018, jam
and Dutch Dominions on the island of 12.00
Timor 1904 Ola Keda, Akhir Sengketa Batas Indonesia -
Provisional Agreement between the Gov- Timor Leste, https://m.liputan6.com,
ernment of Republic of Indonesia and dipublish pada 12 Des 2017, 19:02
the Government of the Democratic WIB, diakses pada 15 Mei 2018, jam
Republic of Timor Leste on the Land 10.00
Boundary 2005 Perundingan Batas RI-Timor Leste Pelik, Ini
Permanent Court of Arbitration (PCA) Ta- Sebabnya,
https://www.liputan6.com/global, 13
hun 1914
Statute of The International Court of Justice, Mar 2017, 21:30 WIB, diakses tanggal
1945 18 Juli 2018, jam 22.00 Wita
Undang - undang Republik Indonesia no- Malaysia Memenangkan Sengketa Sipadan
mor 43 tahun 2008 tentang Wilayah dan Ligitan,
Negara https://www.liputan6.com/news,
dipublish pada tanggal 18 Des 2002,
D. Internet 17:28 WIB, diakses pada tanggal 18 Ju-
li 2018, Jam 15.00 Wita
Kristian Erdianto, "Atasi Sengketa Wilayah, Ola Keda, Kesepakatan Para Raja dan Per-
Indonesia-Timor Leste Bentuk Tim batasan RI-Timor Leste di Naktuka,
Khusus", ttps://www.liputan6.com/regional/rea
https://nasional.kompas.com, publish d/3236662/kesepakatan-para-raja-dan-
13 Maret 2017, diakses 16 Mei 2018, perbatasan-ri-timor-leste-di-naktuka
jam 11.30 Wita 23 Jan 2018, 23:40 WIB

202 | Legitimasi Juridis Effective Occupation dalam Hukum Internasional

You might also like