Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SMKS 6 PERITIWI CURUP

Fitri Mukti1, Lukman Asha2, Hendra Hilmi3


Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam/ IAIN, CURUP
e-mail: { fitrimukti892@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to describe the leadership style of the principal at the Pertiwi Curup Vocational High School
(SMK). This study uses a descriptive research design that uses research informants, namely vice principals as key
informants and principals, teachers and employees as supporting informants. Data collection techniques using
interviews, observation and documentation. The data analysis technique uses an interactive model, namely data
reduction, data presentation, and drawing conclusions. The validity of the data was carried out by means of
triangulation of sources and methods. The results of the study indicate that (1) The leadership style played by the
principal tends to be selling and participating with a leadership type that tends to be democratic. (2) The
implementation of the principal's leadership includes: the planning process with a selling and participating
leadership style with an open management system. The organizing process is carried out with a participating
leadership style with the division of tasks among teachers, employees. The mobilization process is carried out with a
patterned leadership style prioritizing cooperative relationships with directive and coaching at meetings or
personally. The coordination process is carried out with a patterned leadership style prioritizing cooperative and
participating relationships with formal and non-formal activities. Supervision is carried out with a delegating
leadership style that gives confidence to subordinates so that they do not continuously carry out supervision by
going around the classroom, supervising the performance of teachers and employees directly at work.

Keywords: Leadership, leadership style

PENDAHULUAN

Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun keterbatasan yang mereka milikiantara
satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka untuk membentuk suatu organisasi. Dimana
semua orang berkumpul dalam suatu wadah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah
mereka tetapkan. Dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin agar berjalan dengan baik. Tanpa
adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan semua elemen dan komponen
yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin tidak begitu saja dipiliih dan ditentukan. Ada
kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat
menjadi pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan. Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap
pemimpin di dunia ini. Cara dan pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari
kepemimpinan seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki
tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan
strategi yang baik dan sesuai dengan kondisinya.

Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Istilah kepemimpinan sesungguhnya telah lama menjadi bahan perbincangan oleh
banyak orang ilmuan dan praktisi. Kepemimpinan seringkali diasosiasikan dengan orang-orang yang
dinamis dan kuat yang memimpin bala tentara, mrngendalikan perusahaan besar, atau menentukan arah
suatu bangsa dan masyarakat. Agar terciptanya suatu organisasi yang harmonis, maka manusia harus
memiliki kelompok dalam suatu organisasi tertentu. Kepemimpinan merupakan hal yang selalu menarik
dibicarakan. Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan
dan kedewasaan serta kematian organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas pemimpin. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan
kualitas- kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-
pemimpin yang efektif maka organisasi tersebut akan maju dan mendapatkan simatik dari masyarakat.

Terdapat pengertian yang lain yaitu; kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu
menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting
keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan
merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi Lebih dari itu, kepemimpinan dan
peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian
organisasi.Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting
effektifitas manajer.

Organisasi adalah wujud besar dari kumpulan manusia yang solid (SDM), kekuatan perangkat
keras sarana dan prasarana, perikatan perangkat lunak yaitu System yang konsistens yang juga disebut
peraturan, dimana ketiga bekerja secara terorganisasi dan terkoordinasi dalam rangka melaksanakan
kegiatan/proses memenuhi hasrat, keinginan dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas kehidupan atau
kesejahteraan, dan keseluruhan bergerak dalam kendali kepemimpinan organisasi yang
bertanggungjawab.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-
prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono,
2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Definisi
Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan
menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya
kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Dalam teori kepribadian menurut
Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu
arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan
pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

Pemimpin sendiri adalah seseorang yang bertanggung jawab atas suatu organisasi dalam
mencapai tujuan tertentu (Bashori et al., 2020). Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
baik setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :

1. Pengaruh, Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang


mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.

2. Kekuasaan/power, Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia
memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.

3. Wewenang, Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan.

4. Pengikut, Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang


tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di
belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin.

Dalam hal ini pemimpin pun harus memiliki pengetahuan yang luas dan berpendidikan,
Bertanggung jawab, dapat dipercaya, tertib dan teratur, dapat mengatur waktunya dengan baik, keputusan
dan dapat memberi contoh terhadap suatu golongan atau organisasi tertentu dikarenakan adanya
kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan bersama (Mantasya, 2022)

Tugas pokok seorang pemimpin pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Terlaksananya
tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan
orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang
pemimpin di samping harus  memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan
manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin dalam sebuah organisasi meliputi:
pengambilan keputusan, menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan
menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan
atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan
pekerjaan (Riyanti, 2018).

Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan Informal


Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan
formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi informal.
Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada diangkat dalam jabatan
kepemimpinan (Duryat, 2021).Pola kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang
mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan
akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh bawahan.

Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat
dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan
nyata. Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak
didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada struktur organisasi.

          Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam
praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa
kriteria diantaranya adalah sebagai berikut :

- Kemampuan "memikat" hati orang lain.

- Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain.

- Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.

- Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional.

- Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.

          Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin.
Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi
pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin
(Jakaria, 2019).

          Seorang pemimpin harus mencapai serta mampertahankan kepercayaan orang lain. Dengan
sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara
otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.

kepala sekolah adalah seorang tenaga professional guru yang di beri tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana sekolah tersebut menjadi tempat proses belajar mengajar dan menjadi interaksi antara
guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah pemimpin
pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin
pendidikan yang diangkat dari tenaga professional guru yang mempunyai peranan besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah.

Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah berfungsi sebagai penanggungjawab semua kaegiatan
pendidikan di sekolah. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2010 pasal 12
tentang tugas kepala sekolah yaitu : Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan daN pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana prasarana.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, pengumpulan data menggunakan


metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisa data menggunakan reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Intrumen utama peneitian ini adalah peneliti sendiri yang mana peneliti
melakukan observasi dan waancara langsung dengan narasumber. Waancara merupakan proses
memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dangan atau tanpa menggunakan
pedomana wawancara, diaman pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative
lama. Teknik wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dilakukan dengan tujuan untuk
mengungkapkan berbagai hal yang diketahui oleh informan tentang kepemimpinan kepala sekolah SMKS
6 Pertiwi Curup. Untuk membantu peneliti agar fokus pada permasalahan yang sedang diteliti, maka pada
saat waancara dipergunakan pedoman wawancara yang didalamnya terdapat beberpa pertanyaan terbuka.

Tempat dalam penelitian ini adalah SMKS 6 Pertiwi Curup, pelaku yang selanjutnya disebut
dengan subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan di SMKS 6
Pertiwi Curup. Aktivitas yang diamatii dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah SMKS
6 Periwi Curup.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil waancara dan observasi di SMKS 6 Pertiwi Curup Gaya kepemimpinan yang diterapkan
Kepala Sekolah di SMKS 6 Pertiwi Curup dapat dilihat dari cara kepemimpinan yang dilakukan kepala
sekolah. Suatu organisasi akan berhasil atau mengalami kegagalan sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan organisasi tersebut. Kepemimpinan yang baik adalah suatu kepemimpinan yang
menunjukkan kombinasi antara hubungan pimpinan dengan anggota yang baik dengan pelaksanaan tugas-
tugas yang teratur dan tersktruktur, dan kedudukan kekuasaan yang tinggi yang dimiliki oleh pemimpin.
Sebenarnya gaya kepemimpinan yang idela itu adalah dengan menggunakan semua gaya yang sebaik
mungkin pada situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri.
Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah di SMKS 6 Pertiwi Curup secara keseluruhan cenderung
kearah selling dan participating. Selling disini dapat dilihat bahwa Kepala Sekolah sebagai pemimpin
pendidikan mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan. Kepala Sekolah bersedia
membagi persoalan dengan bawahannya dan sebalinya persoalan dari bawahan selalu didengarkan serta
memberikan mengenai apa yang seharusnya dikerjakan. Sedangkan participating, dapat dilihat bahwa
Kepala Sekolah memberikan kesempatan kepada bawahan supaya lebih berkembang dan
bertanggungjawab serta memberikan dukungan yang sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan.
Misalnya dalam pemberian tanggung jawab untuk sebuah program motivasi yang diperlukan para guru.
Program motivasi yang berasal dari guru itu sendiri seperti rekreasi, pengajian, dan lain sebagainya.

Jika dilihat dari berbagai fungsi manajemen yang sudah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan
gaya kepemimpinan diatas, Kepala Sekolah SMKS 6 Pertiwi Curup cenderung mengarah kepada tipe
kepemimpinan demokratis, karena Kepala Sekolah selalu malakukan sharing dengan bawahan dengan
masalah yang menarik perhatian mereka, dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu (baik ide
maupun saran). Hal ini juga dapat dilihat mulai dari proses perencanaan program kerja sampai pada
pengambilan keputusan Kepala Sekolah selalu menerima dan mempertimbangkan masukan-masukan dari
Bapak/ Ibu guru dan semua stakeholder yang ada.

a. Gaya Kepemimpianan Kepala Sekolah dalam fungsi pernecanaan

Hasil dari perencanaan berisi program-program kerja yang mencakup semua aspek yang mendukung
sekolah. Program kerja SMKS 6 Pertiwi Curup memuat bidang garapan prioritas dan tujuan dari program
yang cukup lengkap. Mulai dari bidang pencapaian tujuan sekolah hingga bidang unit produksi. Dalam
proses perencanaan program kerja di SMKS 6 Pertiwi Curup, Kepala Sekolah cenderung menggunakan
gaya kepemimpinan selling dan participatin. Gaya kepemimpinan selling yaitu Kepala Sekolah selalu
bersedia membagi persoalan kepada Bapak/ Ibu guru, terkait dengan pentuan program kerja yang akan
dilaksanakan diSekolah. Gaya kepemimpinan particpating dapat dilihat dari Kepala Sekolah yang
melibatkan beberapa guru berpartisipasi untuk menentukan program kerja apa saja yang akan dijalankan
disekolah sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal ini dapat dilihat dari Kepala Sekolah
yang selalu memberikan kesempatan kepada Bapak/ Ibu guru untuk memberikan ide-ide mengenai
program kerja yang akan dilaksanakan dan kemudian dibahas bersama pada saat rapat pleno dengan
semua guru dan semua stakeholder yang ada.

b. Gaya kepemimpinana kepala sekolah dalam menjalankan fungsi keorganisasian

Salah satu hasil dari proses pengorganisasian atau menyangkut penentuan pekerjaan, pembagian
kerja, penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan adalah struktur organisasi. Struktur
organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan korelasi atau hubungan dalam menjalankan sebuah
fungsi dan peran dari masingmasing bagian dalam sebuah organisasi. Tugas dan peran tersebut nantinya
dapat mempermudah sebuah kerjasama yang jelas dan terarah dalam menentukan suatu tujuan yang
diharapkan oleh sekolah. Dalam penyusunan struktur organisasi di SMKS 6 Pertiwi Curup Kepala
Sekolah cenderung menggunakan gaya kepemimpinan participating. Hal ini dapat dilihat dari Kepala
sekolah yang selalu memberikan kesempatan kepada semua Bapak/ Ibu guru untuk berpartisipasi dalam
sebuah kegiatan dan menjadi penanggung jawab dalam sebuah kegaiatan. Sesuai dengan teori yang ada
bahwa dalam penyusunan sebuah struktur organisasi seorang pemimpin harus selalu memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk dapat berpartisipasi dan berkembang serta bertanggung jawab
terhadap sebuah jabatan yang diberikan kepada bawahan. Gaya kepemipimpina participating yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dapat dilihat juga dari adanya pembagian tugas diantara guru dan
karyawan yang terlibat dalam kegiatan.

c. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi penggerakan

Dalam proses penggrakan bawahan, Kepala Sekolah cenderung menggunakan gaya yang berpola
mementingkan hubungan kerja sama. Hal ini dapat dilihat dari Kepala Sekolah meberikan perhatian
kepada Bapak/ Ibu guru dan semua karyawan untuk dapat melaksanakan tugas masing-masing dengan
baik. Gaya kepemimpinan yang berpola hubungan kerja sama yang dilakukan Kepala Sekolah juga dapat
dilihat dari kegiatan yang dapat memotivasi Bapak/ Ibu guru untuk melakukan pekerjaan dengan baik,
misalnya melalui pengarahan, pembinaan terhadap bawahan sehingga dengan demikian mereka bisa
meningkatkan kinerjanya dan dapat mencapai tujuan organisasi yang sesuai dengan visi dan misi yang
sudah ditetapkan sesuai target.

d. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi pengawasan

Dalam melakukan proses pengawasan Kepala Sekolah cenderung menggunakan gaya


kepemimpinan delegating yang memberikan tanggung jawab kepada bawahan dan memberikan
kesempatan juga kepada bawahan untuk memutuskan persoalan sendiri. Hal tersebut didukung dengan
pengawasana yang dilakukan oleh Kepala Sekolah tidak dilakukan secara terus menerus dan tidak rutin.
Kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada para guru mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh
Bapak/Ibu guru. Hal ini kurang sesuai dengan teori yang ada, yang mengatakan bahwa prinsipprinsip
pengawasan yaitu pengawasan harus bersifat terus-menerus sehingga dapat diketahui perkembangan
kinerja atau pekerjaan yang dilakukan setiap anggota organisasi.

Proses pengawasan terhadap kinerja bawahan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMKS 6
Pertiwi Curup yaitu dengan melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan ini
dilakukan untuk mengukur efektifitas kerja seluruh personil sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
moral kerja bawahan (tingkat baik buruknya warga sekolah terhadap pekerjaan yang ditunjukkan oleh
etika kerja, kedisiplinan, kejujuran, hubungan kerja dan tanggungjawabnya). Semua ini telah ditunjukkan
oleh personil sekolah, yang tercermin dari terciptanya lingkungan kerja yang kondusif yang dapat dilihat
dari seluruh warga sekolah selalu bersikap ramah dan bertegur sapa setiap bertemu, karena disini kepala
sekolah juga selalu menegakkan budaya 4 S (Senyum, Sapa, Sopan dan Santun).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai deskripsi gaya kepemimpinan kepala
sekolah di SMKS 6 Pertiwi Curup, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di SMKS 6
Pertiwi Curup cenderung Tempel cenderung pada gaya selling dan participating dengan tipe
kepemimpinan yang cenderung demokratis. Selling disini adalah Kepala Sekolah sebagai pemimpin
pendidikan mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan dan memberikan penghargaan
kepada para bawahan. Participating adalah Kepala Sekolah memberikan kesempatan kepada bawahan
supaya lebih berkembang dan bertanggungjawab serta memberikan dukungan yang sepenuhnya mengenai
apa yang mereka perlukan. Hal ini dapat dilihat pada saat melakukan fungsi perencanaan yang cenderung
pada gaya selling dan participating, pada saat pengorganisasian cenderung pada gaya participating, pada
saat penggerakan cederung pada gaya yang mengutamakan hubungan kerja sama, pada saat
pengkoordinasian cenerung pada gaya kepemimpina yang mengutamakan hubungan kerja sama dan
participating, dan pada saat pengawasan cenderung pada gaya yang delegating.

DAFTAR PUSTAKA

Bashori, B., Yolanda, M., & Wulandari, S. (2020). Konsep Kepemimpinan Abad 21 Dalam
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam. PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(2).

Daut, F. (2021). TIPOLOGI KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM. Istiqra: Jurnal


Hasil Penelitian, 9(2), 155–172.

Duryat, H. M. (2021). Kepemimpinan Pendidikan: Meneguhkan Legitimasi Dalam Berkontestasi Di


Bidang Pendidikan. Penerbit Alfabeta.

HAMDANI, F. (n.d.). GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS
PADA BMT DINAR RAHMAT INSANI MUAMALAT KCP MARGASARI-TEGAL).

HASANAH, U. (2019). KEPEMIMPINAN KEPALA DESA PEREMPUAN DALAM ISLAM DAN


PENGARUHNYA DALAM PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI DESA KARANG MANUNGGAL
KECAMATAN SELAT PENUGUAN KABUPATEN BANYUASIN [PhD Thesis]. UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH.
Jakaria, R. B. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Organisasi Managemen Industri. Umsida Press, 1–55.

Malkan, M., Adam, Y., Syafaat, M., & Sofyan, S. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Mandiri KCP Palu Imam Bonjol. Jurnal Ilmu Perbankan
Dan Keuangan Syariah, 2(1), 106–121.

Mantasya, N. (2022). ANALISIS DISIPLIN DAN BUDAYA KERJA ISLAM PADA LEMBAGA AMIL
ZAKAT INFAQ DAN SADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA MEDAN. Jurnal El
Rayyan, 1(1), 26–44.

Noprizal, H. (2021). PERAN KEPEMIMPINAN LURAH DALAM MENINGKATKAN


KEDISIPLINAN PEGAWAI DI KANTOR LURAHSOLOK SIPIN KOTA JAMBI. NUSANTARA:
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8(4), 693–698.

RISMAYANI, R. (2021). Pengaruh kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Media DR Group. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Sosial Sains, 1(01).

Riyanti, R. (2018). Pelaksanaan Pengawasan Disiplin Pegawai Pada Kantor Lurah Kerumutan
Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan [PhD Thesis]. Universitas Islam Riau.

Susilo, I. (2020). PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME


GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH BEACON ACADEMY KELAPA GADING JAKARTA
UTARA [PhD Thesis]. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta.

You might also like