Professional Documents
Culture Documents
Usia Mahasiswa
Usia Mahasiswa
Usia Mahasiswa
ABSTRACT
Background: Eating habits are human behavior towards food which includes attitudes, beliefs, and choices in
comsuming food that occur repeatedly.
Objectives: This study aims to determine the factors associated with eating habits of students at Diponegoro University.
Methods: Observational research with cross sectional design. Subject were 110 Diponegoro University students aged
19 – 22 years who were selected by consecutive sampling method. The data of gender, nutritional knowledge, pocket
money, place of residence, peer influence, food sources (carbohydrates, animal protein, vegetable protein, vegetables,
and fruit), hometown food habits, dietary restriction were obtained using research questionnaire, data of eating habits
were obtained using the Adolescent Food Habits Checklist. Data were analyzed statistically by univariate and bivariate
using the Chi-Square method.
Results: Most of subject (85.5%) had unhealthy eating habits while other (14.5% had healthy eating habits). There
were corelations between nutritional knowledge and how to get food source (carbohydrates, animal protein, vegetable
protein, vegetables, and fruit) with the students eating habits (p= 0.043, p= 0.005, p= 0.002, p= 0.001, p= 0.010, p=
0.018). There were no corelations between gender, pocket money, place of residence, peer influence, regional eating
habits, and dietary restrictions with the students eating habits (p >0.005).
Conclusion: Nutrition knowledge and how to get food sources (carbohydrates, animal protein, vegetable protein,
vegetables, and fruit) were factors associated with the eating habits of students.
ABSTRAK
Latar Belakang: Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia terhadap makanan yang meliputi sikap,
kepercayaan, dan pemilihan dalam mengonsumsi makanan yang terjadi secara berulang-ulang.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan pada
mahasiswa di Universitas Diponegoro.
Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek adalah 110 mahasiswa Universitas
Diponegoro berusia 19 – 22 tahun diambil dengan cara consecutive sampling. Data jenis kelamin, pengetahuan gizi,
uang saku, tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, asal sumber pangan (karbohidrat, protein hewani, protein nabati,
sayur, dan buah), kebiasaan makan daerah asal, dan pantangan makan diperoleh dengan menggunakan kuesioner
penelitian, data kebiasaan makan diperoleh menggunakan Adolescent Food Habits Checklist. Data dianalisis statistika
secara univariat dan bivariat menggunakan metode Chi-square.
Hasil: Sebagian besar subjek (85,5%) memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat sedangkan 14,5% lainnya memiliki
kebiasaan makan yang sehat. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, cara mendapatkan makanan sumber zat gizi
berupa karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah dengan kebiasaan makan mahasiswa (p = 0,043, p =
0,005, p = 0,002, p = 0,001, p = 0,010, p = 0,018). Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, uang saku, tempat
tinggal, pengaruh teman sebaya, kebiasaan makan daerah asal, dan pantangan makan dengan kebiasaan makan
mahasiswa (p>0,05)
Simpulan: Pengetahuan gizi dan cara mendapatkan makanan (karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan
buah) merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan mahasiswa Universitas Diponegoro.
Perilaku makan adalah tindakan seseorang matang berkaitan dengan kebiasaan makan yang
terhadap makanan yang dipengaruhi oleh preferensi kurang sehat dan konsumsi buah dan sayur yang
makan dan kebiasaan makan.3 Perilaku makan sehat rendah.14 Uang saku pada mahasiswa juga
yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan dengan berpengaruh terhadap kebiasaan makan.15 Teman
upaya mempertahankan dan meningkatkan sebaya juga dapat mempengaruhi seseorang dalam
kesehatan. Salah satu perilaku makan sehat adalah memilih suatu makanan. Pemilihan makanan tidak
kebiasaan makan dengan menu seimbang.4 hanya didasarkan pada kandungan gizi tetapi
Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan
terhadap makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, supaya tidak kehilangan status.7
dan pemilihan dalam mengonsumsi makanan yang Mahasiswa Universitas Diponegoro
diperoleh secara berulang-ulang.5 Faktor-faktor yang memiliki karakteristik yang cukup beragam karena
mempengaruhi kebiasaan makan pada mahasiswa berasal dari berbagai wilayah yang beragam.
sangatlah kompleks meliputi jenis kelamin, Sebagian besar mahasiswa Universitas Diponegoro
pengetahuan gizi, budaya (kebiasaan makan daerah juga merupakan anak rantau yang bertempat tinggal
asal, pantangan makan), tempat tinggal mahasiswa, di kos. Melihat fenomena-fenomena tentang
teman sebaya, ekonomi, dan asal sumber pangan.6,7 kebiasaan makan serta faktor-faktor yang dapat
Jenis kelamin mempengaruhi kebiasaan mempengaruhi kebiasaan makan pada mahasiswa,
makan. Laki-laki cenderung kurang dapat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
menyiapkan makanan sendiri dan kurang peduli lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan makanan yang dikonsumsi, sedangkan kebiasaan makan mahasiswa Universitas
perempuan cenderung lebih peduli terhadap Diponegoro.
makanan yang dikonsumsi karena takut tubuhnya
gemuk.8 Pengetahuan gizi juga memiliki peran METODE
penting dalam pembentukan kebiasaan makan Penelitian ini merupakan penelitian di
seseorang, sebab pengetahuan gizi akan bidang gizi masyarakat dengan pendekatan cross
mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan sectional. Nomor etical clearance penelitian ini
jumlah makanan. Tingkat pengetahuan gizi adalah 3/B/RSI-SA/II/2020. Penelitian ini dilakukan
seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku bulan Februari - Maret 2020 di Universitas
dalam memilih makanan yang akhirnya akan Diponegoro. Subjek dari penelitian ini adalah
berpengaruh terhadap status gizi seseorang.9 Faktor mahasiswa S1 Universitas Diponegoro angkatan
tempat tinggal juga mempengaruhi kebiasaan makan 2018, 2017, dan 2016 berusia 19 – 22 tahun. Subjek
mahasiswa. Mahasiswa yang bertempat tinggal di penelitian dipilih dengan metode consecutive
kos atau asrama cenderung memiliki kebiasaan sampling dengan menyebarkan link bagi mahasiswa
makan yang tidak teratur dan jauh dari ukuran sehat yang berkenan menjadi subjek penelitian. Besar
dibandingan dengan mahasiswa yang tinggal di sampel didapatkan menggunakan rumus lemeshow
rumah.10 Selain itu, dibandingkan dengan makan besar sampel dengan hasil sebanyak 110 orang.
siang dan makan malam, sarapan merupakan waktu Kriteria inklusi subjek penelitian ialah mahasiswa
makan yang sering diabaikan oleh mahasiswa.7 Hal Universitas Diponegoro, berusia 19 sampai 22
ini dapat disebabkan karena jadwal kuliah yang tahun, berstatus sebagai mahasiswa aktif, dan
padat juga sehingga mahasiswa melewatkan waktu bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi subjek
makan. Mahasiswa juga berada di masa transisi dari penelitian ialah mahasiswa Universitas Diponegoro
hidup bersama keluarga ke hidup secara mandiri yang tidak hadir saat pengambilan data.
yang menyebabkan konsumsi makanan kurang Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
teratur dan kurang bergizi.10–12 jenis kelamin, pengetahuan terkait gizi, lingkungan
Cara mendapatkan makanan berpengaruh tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, uang saku,
terhadap kebiasaan makan. Mahasiswa yang tidak asal sumber pangan, kebiasaan makan daerah asal,
memiliki waktu untuk memasak makanan sendiri, dan pantangan makan. Variabel terikat pada
memungkinkan pola makan tidak teratur, dan penelitian ini adalah kebiasaan makan. Data primer
cenderung malas makan terutama bila akses untuk pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
memperoleh makanan jauh.13 Makanan sumber zat terstruktur menggunakan kuesioner (secara langsung
gizi yang diperoleh dengan cara memasak/mengolah maupun via telefon). Data primer yang didapatkan
sendiri berkaitan dengan kebiasaan makan yang terdiri dari karakteristik responden meliputi nama,
sehat pada mahasiswa. Sedangkan makanan sumber angkatan, jenis kelamin, pengetahuan tentang gizi,
zat gizi yang didapatkan dengan cara membeli tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, jumlah uang
saku, cara mendapatkan makanan sumber zat gizi, sebanyak 38,2% subjek dipengaruhi oleh teman
kebiasaan makan daerah asal, pantangan makan, dan sebayanya dalam pemilihan makan. Sebagian besar
kebiasaan makan. Kuesioner kebiasaan makan subjek penelitian bertempat tinggal dikos/asrama/
terdiri dari 23 item pertanyaan yang diadopsi dari kontrakan 78,2%, sebanyak 86,4% subjek memiliki
kuesioner Adolescent Food Habits Checklist. uang saku yang tergolong tinggi.
Kebiasaan makan dalam penelitian ini merupakan Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh subjek
perilaku mengonsumsi makanan sehat pada remaja mengonsumsi kelompok bahan makanan serealia,
yang meliputi beberapa aspek yaitu; menghindari kacang-kacangan, lemak dan minyak (100%) selama
makanan yang tinggi kalori, memilih makanan satu bulan terakhir. Sebanyak 97,3% subjek
rendah lemak, mengonsumsi buah dan sayur setiap mengonsumsi daging hewani berupa daging ayam
hari, dan mengonsumsi makanan dan minuman dan ikan air tawar, 51,8% mengonsumsi seafood,
ringan. Setiap jawaban benar mendapatkan skor 1. 99,1% mengonsumsi telur dalam sebulan. Konsumsi
Skor akhir dikoreksi dengan pernyataan yang tidak buah sebanyak 99,1% dan konsumsi sayur sebanyak
berlaku bagi subjek dan hilang dengan rumus AFHC 97,3% selama sebulan. Konsumsi susu dan
= jumlah tanggapan sehat x (23/jumlah item yang olahannya sebanyak 40,9% selama sebulan.
diisi/diselesaikan).16 Kebiasaan makan mahasiswa Kebiasaan konsumsi makanan pokok
dikatakan sehat apabila skor kebiasaan makan ≥ (sumber karbohidrat) 92,7% konsumsi sebanyak 2-
rata-rata, dan kebiasaan makan mahasiswa dikatakan 3x/hari, 60,9% mengonsumsi sumber protein hewani
kurang sehat apabila skor kebiasaan makan < rata- 2-3x/hari, 69,1% mengonsumsi sumber protein
rata, rata-rata skor kebiasaan makan pada penelitian nabati 2-3x/hari. Sebanyak 54,4% mengonsumsi
ini sebesar 11. Kuesioner pengetahuan gizi terdiri sayur 2-3x/hari dan 8,2% mengonsumsi buah 2-
dari 25 soal benar/salah yang mencakup pertanyaan 3x/hari. Sebanyak 50% mengonsumsi camilan 1x
tentang kriteria makanan yang baik, manfaat zat gizi dalam sehari berupa gorengan, jajanan anak sekolah,
bagi tubuh, dan contoh sumber makanan. maupun snack makanan ringan.
Pengetahuan gizi mahasiswa dikatakan baik apabila Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
≥75% jawaban benar dan pengetahuan gizi sebagian besar subjek (85,5%) memiliki kebiasaan
mahasiswa dikatakan kurang baik apabila <75% makan yang tidak sehat, pengetahuan gizi tergolong
jawaban benar. Analisis statistik digunakan untuk baik (77,3%), mendapatkan uang saku yang
meilihat hubungan variabel dengan menggunakan uji tergolong tinggi (86,4%), bertempat tinggal
Chi-Square. Batas kemaknaan yang digunakan dikos/asrama/kontrakan (78,2%), pemilihan makan
dalam penelitian ini adalah p<0,05. Data terpengaruh oleh teman sebaya (38,2%), kebiasaan
ditampilkan dalam nilai jumlah (n) dan persen (%). makan daerah asal (30%), dan memiliki pantangan
makan (40%). Sebagian besar subjek mendapatkan
HASIL makanan dengan cara membeli untuk sumber
Karakteristik Subjek Penelitian karbohidrat (65,5%), sumber protein hewani
Karakteristik subjek disajikan pada Tabel 1. (77,3%), sumber protein nabati (71,8%), sayur
Karakteristik terdiri dari usia, angkatan, jenis (68,2%), dan buah (80,9%).
kelamin, tingkat pengetahuan gizi, tempat tinggal,
pengaruh teman sebaya, uang saku, asal sumber Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
pangan (meliputi: karbohidrat, protein hewani, Kebiasaan Makan Mahasiswa Universitas
protein nabati, sayur, dan buah), kebiasaan makan Diponegoro
daerah asal, dan pantangan makan. Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Tabel 1 menunjukkan subjek penelitian ini antara pengetahuan gizi, cara memperoleh makanan
terdiri dari 51,6% laki-laki dan 74,5% perempuan pokok (sumber karbohidrat), sumber protein hewani,
dengan rentang usia 19-22 tahun. Mahasiswa yang sumber protein nabati, sumber pangan sayur, dan
dijadikan sebagai subjek penelitian terdiri dari sumber pangan buah dengan kebiasaan makan
mahasiswa semester 8, 6, dan 4. Sebanyak 77,3% (p<0,05). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin,
subjek memiliki pengetahuan gizi yang baik, 86,4% tempat tinggal, uang saku, pengaruh teman sebaya,
subjek memiliki uang saku yang tergolong tinggi. kebiasaan makan daerah asal, dan pantangan makan
Makanan sebagian besar didapatkan dengan cara dengan kebiasaan makan (p>0,05).
membeli. Sebanyak 30% subjek dalam pemilihan
makan masih dipengaruhi oleh kebiasaan makan PEMBAHASAN
daerah asal, sebanyak 40% subjek dipengaruhi oleh Kebiasaan makan merupakan tingkah laku
pantangan makan dalam pemilihan makannya, dan manusia terhadap makanan yang meliputi sikap,
kepercayaan, dan pemilihan dalam mengonsumsi makanan dan minuman ringan. Berdasarkan hasil
makanan yang diperoleh secara berulang-ulang.5 penelitian diketahui bahwa faktor yang berhubungan
Sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki dengan kebiasaan makan pada subjek yaitu
kebiasaan makan yang tidak sehat seperti adanya pengetahuan gizi dan cara mendapatkan makanan.
kebiasaan mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, Pengetahuan merupakan hal pokok yang dapat
masih memilih makanan berlemak, kurang mempengaruhi kebiasaan makan.5,17 Pengetahuan
mengonsumsi buah dan sayur, dan mengonsumsi merupakan landasan terbentuknya sikap.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik n %
Usia
19 tahun 2 1,8%
20 tahun 29 26,3%
21 tahun 39 35,5%
22 tahun 40 36,4%
Semester
Semester 8 35 31,8%
Semester 6 40 36,4%
Semester 4 35 31,8%
Jenis kelamin
Laki-laki 28 25,5%
Perempuan 82 74,5%
Pengetahuan gizi
Kurang baik (jika <75% jawaban benar) 25 22,7%
Baik (jika ≥75% jawaban benar) 85 77,3%
Tempat tinggal
Kos/ asrama/ kontrakan 86 78,2%
Rumah 24 21,8%
Pengaruh teman sebaya
Terpengaruh (≥4 jawaban benar) 42 38,2%
Tidak terpengaruh (<4 jawaban benar) 68 61,8%
Uang saku15
< Rp 500.000,- 15 13,6%
> Rp 500.000,- 95 86,4%
Cara mendapatkan makanan pokok (sumber
karbohidrat)
Membeli matang 72 65,5%
Memasak/mengolah sendiri 38 34,5%
Cara mendapatkan lauk hewani (sumber protein
hewani)
Membeli matang 85 77,3%
Memasak/mengolah sendiri 25 22,7%
Cara mendapatkan lauk nabati (sumber protein
nabati)
Membeli matang 79 71,8%
Memasak/mengolah sendiri 31 28,2%
Cara mendapatkan sayur
Membeli matang 75 68,2%
Memasak/mengolah sendiri 35 31,8%
Cara mendapatkan buah
Membeli matang 89 80,9%
Memasak/mengolah sendiri 21 19,1%
Kebiasaan makan daerah asal
Terpengaruh 33 30%
Tidak terpengaruh 77 70%
menyebabkan konsumsi buah, sayuran, daging, dan Sulitnya mendapatkan makanan yang sehat
ikan lebih rendah; konsumsi makanan cepat saji, serta tingginya ketersediaan makanan yang rendah
gula dan alkohol yang lebih tinggi; dan penambahan zat gizi mikro serta padat energi menyebabkan
berat badan.10–12,19,23,24 mahasiswa terbiasa dengan makanan-makanan
tersebut.1,19
Berbagai faktor ini dapat menyebabkan konsumsi kos/asrama/kontrakan (88,4%) dibandingkan yang
protein nabati, sayur, dan buah di kalangan tinggal di rumah (75%). Hal ini sesuai dengan
mahasiswa juga termasuk kurang. penelitian lain yang menemukan bahwa mahasiswa
Penelitian lain pada remaja di Bangkok, yang bertempat tinggal di kos atau asrama
Thailand juga menunjukkan tingginya prevalensi cenderung memiliki kebiasaan makan yang tidak
perilaku makan yang tidak sehat terutama kurangnya teratur dan jauh dari ukuran sehat dibandingkan
asupan buah dan sayuran. Selain itu, kepercayaan dengan mahasiswa yang tinggal di rumah.10
diri, niat, hambatan yang dirasakan, dan situasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku terdapat hubungan antara pengaruh teman sebaya
makan yang sehat. Perilaku makan sehat pada dengan kebiasaan makan. Mahasiswa berada pada
remaja pria paling baik diprediksi oleh hambatan tahap awal kedewasaan dengan pengaruh kuat dari
yang dirasakan, sedangkan pada remaja wanita teman sebaya melebihi pengaruh lingkungan sosial
paling baik diprediksi oleh situasi.26 lainnya. Pengaruh yang kuat ini terutama apabila
Penelitian ini tidak menemukan adanya mahasiswa jauh dari orangtua. Teman sebaya juga
hubungan antara jenis kelamin dengan kebiasaan dapat memberikan pengaruh negatif maupun positif
makan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu terhadap asupan makan dan pemilihan jenis
tentang perilaku pembelian makanan di kampus, makanan.28 Makanan merupakan simbol dari
preferensi, dan opini tentang ketersediaan makanan penerimaan, kehangatan, dan pertemanan dalam
di Sydney, Australia yang menunjukkan bahwa hubungan sosial. Menerima makanan atau nasihat
penentu terbesar dalam perilaku pembelian makanan mengenai makanan dari teman-teman atau orang lain
adalah rasa, diikuti oleh nilai, kenyamanan dan yang dipercaya akan diartikan sebagai bentuk
biaya, tanpa ada perbedaan berdasarkan jenis penerimaan terhadap teman dan hubungan sosial.11
kelamin. Akan tetapi, perempuan lebih Studi terdahulu di Kota Minneapolis, Amerika
mementingkan manfaat kesehatan, daya tarik visual Serikat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
makanan, dan suasana hati dibandingkan laki-laki.1 signifikan antara pengaruh teman-teman terbaik
Faktor kebiasaan makan dari orangtua juga dengan asupan sarapan, asupan gandum, asupan
berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. susu, dan asupan sayur remaja. Akan tetapi
Penelitian di Brazil melaporkan bahwa terdapat konsumsi buah tidak berhubungan dengan pengaruh
hubungan yang signifikan antara perilaku sehat dan teman-teman terbaik.29 Temuan tersebut
tidak sehat dari pasangan ibu dan ayah dengan menunjukkan bahwa pada beberapa jenis pangan
perilaku sehat dan tidak sehat remaja. Anak laki-laki subjek terpengaruh oleh temannya dan untuk jenis
cenderung meniru ayah sedangkan anak perempuan lain tidak. Demikian pula pada penelitian ini subjek
cenderung meniru ibu dalam perilaku makannya. tidak seluruhnya terpengaruh oleh teman sebaya
Anak laki-laki lebih rendah mengonsumsi permen dalam kebiasaan makannya, sehingga secara
tapi lebih sering mengonsumsi makanan yang keseluruhan teman sebaya tidak berhubungan
digoreng dan minuman ringan dibandingkan anak dengan kebiasaan makan.
perempuan. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ayah dan ibu, ayah yang memiliki usia rata-rata, tidak terdapat hubungan antara kebiasaan makan
berat, dan tinggi badan yang lebih tinggi memiliki daerah asal dengan kebiasaan makan mahasiswa.
frekuensi konsumsi sayuran, buah-buahan, dan Budaya daerah asal seperti cara memasak dan
manisan yang rendah tapi konsumsi gorengan dan bumbu yang digunakan dapat mempengaruhi
minuman ringan lebih tinggi dibandingkan ibu.27 kebiasaan makan seseorang.6 Asal daerah dan bahan
Penelitian ini tidak menganalisis kebiasaan makan makanan yang biasa dikonsumsi dapat
11,30
orang tua tetapi hanya menganalisis pengaruh mempengaruhi konsumsi seseorang. Masyarakat
kebiasaan makan daerah asal, pengaruh teman, serta yang tinggal di daerah pantai lebih banyak
ada tidaknya pantangan makan. Hal ini mengonsumsi ikan, selain karena mudah didapat
menyebabkan kurangnya bukti yang kuat mengenai harganya juga lebih murah. Orang yang tinggal di
keterkaitan kebiasaan makan orang tua dengan daerah pegunungan cenderung mengonsumsi banyak
kebiasaan makan remaja dalam penelitian ini. sayuran karena tanah di daerah pegunungan cocok
Tempat tinggal subjek dalam penelitian ini ditanami sayuran. Orang yang berasal dari Sumatera
tidak berhubungan dengan kebiasaan makan. Akan akan memilih makanan yang pedas, sedangkan
tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang berasal dari Jawa akan memilih makanan
prevalensi kebiasaan makan kurang sehat lebih yang manis.31 Budaya dan lingkungan asal (tempat
tinggi pada responden yang tinggal di tinggal) dapat mempengaruhi kebiasaan makan
seseorang. Akan tetapi, hasil penelitian ini B. Exploring university food environment and
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil subjek on-campus food purchasing behaviors,
yang kebiasaan makannya dipengaruhi oleh preferences, and opinions. J Nutr Educ Behav.
kebiasaan makan daerah asalnya. Oleh karena itu, 2019; 51(7): 865–75.
kebiasaan makan daerah asal bukan merupakan 3. Dewi TR. Studi deskriptif: perilaku makan pada
faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan mahasiswa Universitas Surabaya. Calyptra.
subjek penelitian ini. 2014; 3(2): 1–15.
Penelitian ini juga menemukan bahwa 4. Sarkim L, Nabuasa E, Limbu R. Perilaku
pantangan makan tidak berhubungan dengan konsumsi mie instan pada mahasiswa fakultas
kebiasaan makan. Pantangan merupakan suatu kesehatan masyarakat UNDANA Kupang yang
larangan untuk mengonsumsi jenis makanan tinggal di kos wilayah Naikoten 1. Kupang:
tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau Universitas Nusa Cendana. Thesis. 2010.
hukuman apabila dilanggar. Pantangan makan 5. Prasasti HP, Indrawati V. Pengaruh kebiasaan
biasanya berdasarkan agama, pantangan yang makan keluarga terhadap status gizi anak di
diwariskan dari leluhur melalui orangtua, dan SDN Babak Sari - Kecamatan Dukun -
keadaan kesehatan tertentu yang diharuskan untuk Kabupaten Gresik. e-Jurnal Tata Boga. 2019;
menghindari jenis makanan tertentu. Misalnya 8(I): 119–25.
seperti didaerah Bali yang memiliki pantangan 6. Hizni A. Gizi Dewasa. In: Hardinsyah, Rezkina
terhadap daging sapi.6 Sebagian subjek memiliki E, editors. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. 1st ed.
pantangan makan karena faktor agama, kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2014.
atau budaya daerah asal. Namun, ketiganya tidak p. 209–19.
berhubungan dengan kebiasaan makan yang kurang 7. Saufika A, Retnaningsih, Alfiasari. Gaya hidup
sehat pada subjek. dan kebiasaan makan mahasiswa. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen. 2012; 5(2): 157–65.
SIMPULAN 8. Klinik K, Kks S, Bagian DI, Rsud O, Abidin Z,
Terdapat hubungan antara cara mendapatkan Aceh B. Gambaran pola makan dan status gizi
makanan dan pengetahuan gizi dengan kebiasaan mahasiswa kuliah klinik senior (KKS) di bagian
makan mahasiswa Universitas Diponegoro. Cara obsgyn RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
mendapatkan makanan berupa membeli matang dan J Kedokt Syiah Kuala. 2012; 12(1): 23–30.
pengetahuan gizi yang kurang berhubungan dengan 9. Lukmanto J, Kristanti M, Perhotelan M, Petra
kebiasaan makan yang kurang sehat pada subjek UK. Pengetahuan gizi dan perilaku makan
penelitian. Namun, tidak terdapat hubungan antara remaja di SMP Gloria 1 Surabaya. Jurnal
jenis kelamin, tempat tinggal, pengaruh teman Hospitality dan Manajemen Jasa. 2013;1(2).
sebaya, uang saku, kebiasaan makan daerah asal, 10. Gazibara T, Kisic Tepavcevic DB, Popovic A,
dan pantangan makan dengan kebiasaan makan Pekmezovic T. Eating habits and body-weights
subjek. of students of the University of Belgrade,
Subjek perlu memperhatikan keseimbangan Serbia: A cross-sectional study. J Heal Popul
gizi dalam mengonsumsi makanan terutama subjek Nutr. 2013; 31(3): 330–3.
yang mendapatkan makanan dengan cara membeli 11. Navarro-Prado S, González-Jiménez E, Perona
matang. Konsumsi protein nabati, sayur, dan buah JS, Montero-Alonso MA, López-Bueno M,
perlu ditingkatkan untuk menjaga keseimbangan dan Schmidt-RioValle J. Need of improvement of
kesehatan tubuh. Penelitian lebih lanjut sebaiknya diet and life habits among university student
memperhatikan lebih rinci mengenai faktor-faktor regardless of religion professed. Appetite. 2017;
internal (motivasi, persepsi, sugesti, dan preferensi) 114: 6–14.
berkaitan dengan kebiasaan makan yang kurang 12. Brunt AR, Rhee YS. Obesity and lifestyle in
sehat di kalangan mahasiswa. U.S. college students related to living
arrangemeents. Appetite. 2009; 51(3): 615–21.
DAFTAR PUSTAKA 13. Dewi SN. Pengaruh anggaan dan harga
1. Tam R, Yassa B, Parker H, O’Connor H, terhadap preferensi konsumen kantin koperasi
Allman-Farinelli M. University students’ on- mahasiswa (KOPMA) Di Kota Bandung.
campus food purchasing behaviors, preferences, Universitas Pendidikan Indonesia. Thesis. 2016
and opinions on food availability. Nutrition. 14. Altavilla C, Caballero Pérez P, Tuells J. High
2017; 37: 7–13. cooking skills do not lead to healthy
2. Roy R, Soo D, Conroy D, Wall CR, Swinburn mediterranean eating habits. Focus on catering
students. Int J Gastron Food Sci. university students regarding calories, food
2019;17(April). healthiness, and the importance of calorie
15. Kurniawan MWW, Widyaningsih TD. information in menu labelling. Appetite. 2015;
Hubungan pola konsumsi pangan dan besaran 91: 173–8.
uang saku mahasiswa manajemen bisnis dengan 24. Bernardo GL, Jomori MM, Fernandes AC,
mahasiswa jurusan teknologi hasil pertanian Colussi CF, Condrasky MD, Proença RP da C.
Universitas Brawijaya terhadap status gizi. J Positive impact of a cooking skills intervention
Pangan dan Agroindustri. 2017; 5(1): 1–12. among Brazilian university students: Six
16. Johnson F, Wardle J, Griffith J. The adolescent months follow-up of a randomized controlled
food habits checklist : reliability and validity of trial. Appetite. 2018; 130(July): 247–55.
a measure of healthy eating behaviour in 25. Muharni, Mairyiani H, Ryanti S. Perbedaan
adolescents. Eur J Clin Nutr. 2002; 56: 644–9. pola makan , aktivitas fisik dan status gizi
17. Fadhilah FH, Widjanarko B, Shaluhiyah Z. antara mahasiswa indekos dan tidak indekos
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Poltekkes Kemenkes Riau. Jurnal Proteksi
perilaku makan pada anak gizi lebih di sekolah Kesehatan. 2015; 4(1): 7–14.
menengah pertama wilayah kerja puskesmas 26. Chansukree P, Rungjindarat N. Social cognitive
Poncol Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2018; determinants of healthy eating behaviors in late
6(1): 734–44. adolescents: a gender perspective. J Nutr Educ
18. Istiningtyas A. Hubungan antara pengetahuan Behav. 2017; 49(3): 204-210.
dan sikap tentang gaya hidup sehat dengan 27. Christofaro DGD, Tebar WR, Mota J,
perilaku gaya hidup sehat mahasiswa Di PSIK Fernandes RA, Scarabottolo CC, Saraiva BTC,
UNDIP Semarang. Kesehat Masy Kusuma et al. Gender analyses of brazilian parental
Husada Surakarta. 2010; 1(1): (18-25). eating and activity with their adolescents’
19. Sada M, Hadju V, Dachian DM. Hubungan eating habits. J Nutr Educ Behav. 2019; 52(5):
body image, pengetahuan gizi seimbang, dan 503-11.
aktivitas fisik terhadap status gizi mahasiswa 28. Ruder EH, Lohse B, Mitchell DC,
Politeknik Kesehatan Jayapura. Media Gizi Cunningham-Sabo L. Parent food and eating
Masyarakat Indonesia. 2012; 2(1): 44–48. behavior assessments predict targeted healthy
20. Pemayun RP, Saraswati R. Gambaran eating index components. J Nutr Educ Behav.
kebiasaaan mengkonsumsi makanan cepat saji 2019; 51(6): 711–8.
dan obesitas pada mahasiswa semester V 29. Bruening M, Eisenberg M, MacLehose R,
Program Studi Kedokteran Umum Universitas Nanney MS, Story M, Neumark-Sztainer D.
Udayana Tahun 2014. Intisari Sains Medis. Relationship between adolescents’ and their
2015; 4(1): 6–13. friends’ eating behaviors: breakfast, fruit,
21. Putra WN. Hubungan pola makan, aktivitas vegetable, whole-grain, and dairy intake. J
fisik dan aktivitas sedentari dengan overweight Acad Nutr Diet. 2012; 112(10): 1608–13.
di SMA Negeri 5 Surabaya. J Berk Epidemiol. 30. Miko A, Dina PB. Hubungan pola makan pagi
2017; 5(3): 276–85. dengan status gizi pada mahasiswi Poltekkes
22. Utami P, Budiningsih S. Potensi dan Kemenkes Aceh. AcTion Aceh Nutrion Journal.
ketersediaan bahan pangan lokal sumber 2016; 1(2): 83.
karbohidrat non beras di Kabupaten Banyumas. 31. Indriyani R. Pengaruh asal sekolah dan tempat
Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis.2015; 12 tinggal terhadap prestasi belajar mahasiswa
(2): 15–8. Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraja
23. Fernandes AC, Oliveira RC, Rodrigues VM, Sumenep. Wiraraja Medika Jurnal Kesehatan.
Fiates GMR, Proença RP. Perceptions of 2014; 4 (1): 4–9.