104-File Utama Naskah-171-1-10-20210101

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

KAJIAN KETANGGUHAN MASYARAKAT

DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR BANDANG WAY ELA


DI DESA NEGERI LIMA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Fretha Julian Kayadoe1, Sutopo Purwo Nugroho2, Sugeng Triutomo3


1
Mahasiswa Prodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional
Universitas Pertahanan Indonesia
2
Kapusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
Dosen Universitas Pertahanan Indonesia
3
Wakil Ketua Dewan Pengurus Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI);
Dosen Universitas Pertahanan Indonesia
e-mail : frethaj@gmail.com

Abstract

Way Ela Flash Flood occurred on July 25, 2013 had caused great damage and losses, yet
induced only three people missing and three others injured. The research aimed to assess the
resiliency of the community of Negeri Lima village and factors that inluenced it as well as efforts
undertaken in order to minimize the impact of the disaster. This research predominantly applied
qualitative methods in order to collect data through interview and desk review. The data obtained
in this research were qualitative data. To fortify it, researcher also applied quantitative approach
using scoring to tone up qualitative results. The scoring was applied by associating the results of
qualitative data obtained in accordance with the characteristics of resilient community’s indicators.
The result indicated that community resilience towards Flash Flood Disaster in Negeri Lima village
was overall rated moderate. Moreover, the community of Negeri Lima showed characteristics of
resilience ranging from anticipation, protection and adaptability to resiliency. This research also
showed that community resilience of Negeri Lima Village was inluenced by external and internal
factors. External factors included environment and the government, while the internal factors
included enthusiasm and prevailing local wisdom. In order to minimize impacts of disaster, the
role of government and society, including NGOs is indeed contributing to community resilience in
Negeri Lima.

Keywords : Resilience, the community of Negeri Lima vilage.

1. PENDAHULUAN kapan saja, di mana saja dan dapat menimpa


siapa saja tanpa memandang status sosial
1.1. Latar Belakang seseorang. Tak dapat dipungkiri bahwa
bencana merupakan ancaman bagi Negara
Dalam sistem pertahanan di Indonesia, Kesatuan Republik Indonesia.
salah satu jenis ancaman yang dikenal Kejadian bencana itu sendiri sering
adalah ancaman berdimensi keselamatan terjadi di Provinsi Maluku tiap tahunnya.
umum yang diakibatkan oleh bencana alam Salah satu bencana yang cukup besar
atau bencana akibat ulah manusia (natural or terjadi pada tahun 2013 yaitu bencana banjir
man-made disaster), kecelakaan transportasi bandang Natural Dam Way Ela di Desa
dan permasalahan sosial (p. 38). Bencana Negeri Lima Kabupaten Maluku Tengah.
merupakan peristiwa yang dapat terjadi Natural Dam (Bendungan Alam) Way Ela

82 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
merupakan bendungan yang terbentuk Muncul berbagai pandangan terhadap
sebagai akibat dari patahnya Gunung bencana yang dimaksud. Ada yang
Ulakhatu yang menutupi aliran sungai Way berpendapat bahwa sedikitnya korban jiwa
Ela yang mengalir di Desa Negeri Lima. yang ditimbulkan akibat bencana banjir
Kronologis terbentuknya Bendungan Alam bandang Way Ela merupakan hasil kerja
Way Ela adalah pada tanggal 12 Juli 2012 keras dalam tahapan pra bencana, di mana
terjadi gempa 5,6 SR yang berpusat pada 51 pengurangan risiko bencana diusahakan
km timur laut Kabupaten Maluku Tengah yang semaksimal mungkin oleh seluruh pihak
diikuti dengan curah hujan yang tinggi dan terkait. Ada yang menilai bahwa ketangguhan
banjir yang besar melanda Pulau Ambon pada masyarakat merupakan salah satu kunci
tanggal 13 Juli 2012 menyebabkan longsoran keberhasilan penanggulangan bencana
material tanah dan bebatuan dengan volume banjir bandang Way Ela. Hal ini menjadi
yang sangat besar menutup total aliran Sungai menarik untuk diteliti terkait apa saja yang
Way Ela sehingga membentuk bendungan memengaruhi ketangguhan masyarakat.
alam di bagian hulu (2,55 km dari desa Negeri Asian Disaster Reduction Response
Lima). Hal ini membuat sungai Way Ela tidak Network (2009), mendeiniskan pengertian
mengalir seperti biasanya ke desa Negeri Ketangguhan (resilience):
Lima.
Dari simulasi yang dilaksanakan, “Ketangguhan/ Daya lenting adalah kemampuan sebuah
sistem, komunitas atau masyarakat yang terpapar
diprediksi bahwa Established Time Arrival ancaman bahaya untuk bertahan terhadap, menyerap,
(ETA) aliran air sampai ke pantai jika berakomodasi dengan dan pulih dari dampak-dampak
Bendungan Alam Way Ela jebol adalah 2,7 sebuah ancaman bahaya dengan tepat pada waktunya
menit dengan kecepatan 11 m/det (JICA, dan secara eisien, termasuk melalui pemeliharaan dan
pemulihan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasar yang
2013, p. 3). Adapun jumlah penduduk yang paling mendasar” (p. 21).
tercatat menempati Desa Negeri Lima adalah
sejumlah 4.814 jiwa (BPBD Kabupaten Terkait dengan ketangguhan, Twigg
Maluku Tengah, 2012, p. 7). Sebagai tindak (2012) menguraikan beberapa komponen
lanjut dari terbentuknya Bendungan Alam Way ketangguhan berdasarkan “thematic area”
Ela Pemerintah mengupayakan berbagai cara atau area tematik. Terdapat 5 (lima) area
untuk menanggulangi setiap kemungkinan tematik yang didasari oleh Kerangka Aksi
yang dapat terjadi. Mulai dari upaya teknis Hyogo atau Hyogo Framework for Action
dan non-teknis yang melibatkan SKPD teknis (HFA), yaitu Tata Kelola, Penilaian Risiko,
terkait, NGO, dan masyarakat. Pengetahuan dan Edukasi, Manajemen
Seiring dengan berjalannya waktu, Risiko dan Pengurangan Kerentanan, serta
debit air dalam Bendungan Alam Way Ela Kesiapsiagaan dan Respon Bencana (p.12).
makin meningkat. Disertai dengan curah Twigg (2012) dan Maarif (2012) juga
hujan yang tinggi, maka pada tanggal tanggal menguraikan beberapa ciri ketangguhan
25 Juli 2013 tepatnya pukul 12:05 WIT masyarakat, yaitu antisipasi, proteksi,
terjadi “DAM BREAK” yang mengakibatkan adaptasi, dan daya lenting. Ketangguhan
kerusakan yang besar pada pemukiman itu sendiri juga berhubungan dengan modal
penduduk. Tercatat sebanyak 407 unit rumah sosial. Mancini et al (2009) menuangkan
rusak total, 3 unit rumah rusak sedang dan elemen-elemen dalam organisasi sosial
10 unit rumah rusak ringan. sejumlah 517 KK dalam bentuk piramida yang menempatkan
mengungsi, dengan jumlah penduduk 2.227 struktur jaringan anteseden komunitas dan
jiwa. Adapun korban jiwa tercatat 3 korban kondisi komunitas serta karakteristiknya
luka ringan dan 3 korban hilang. Sarana pada bagian dasar. Pada bagian tengah,
pendidikan, sarana kesehatan, transportasi, ditempatkan proses aksi sosial dari kapasitas
fasilitas keagamaan, telekomunikasi, dan air komunitas dan sosial capital. Selanjutnya
bersih turut mengalami kerusakan. pada bagian atas ditempatkan komunitas

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 83
yang berhubungan dengan ketangguhan (p. DKI Jakarta, Kota Ambon, dan Desa Negeri
249-250). Lima Kabupaten Maluku Tengah. Selama
proses penelitian, peneliti juga mengumpulkan
1.2. Tujuan data sekunder pada instansi-instansi terkait
kebencanaan, terutama instansi yang terlibat
Penelitian ini dilaksanakan untuk secara langsung dalam penanggulangan
mengkaji kondisi dan aspek-aspek apa saja bencana banjir bandang Way Ela.
dari Ketangguhan Masyarakat Desa Negeri
Lima dalam menghadapi bencana banjir 2.3. Teknik Analisis Data
bandang Way Ela. Dengan demikian, tujuan
yang dapat diperoleh antara lain: Data yang dikumpulkan pada tahap
1. Menjelaskan kondisi ketangguhan pengumpulan data, dianalisis dengan analisis
masyarakat dalam menghadapi bencana kualitatif. Dengan penggunaan desain
banjir bandang Way Ela. penelitian kualitatif, analisis data dalam
2. Menguraikan faktor-faktor apa saja yang penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan
memengaruhi ketangguhan masyarakat model Miles dan Huberman. Adapun Miles
dalam menghadapi banjir bandang Way dan Huberman (1984) sebagaimana tertuang
Ela. dalam Sugiyono (2014) mengemukakan
3. Menguraikan upaya yang dilaksanakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
oleh masyarakat maupun pemerintah dilakukan secara interaktif dan berlangsung
dalam meminimalisir dampak bencana. secara terus menerus sampai tuntas, hingga
Penelitian ini dibatasi hanya pada fase pra datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
bencana dan kedaruratan. data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/ veriication (p. 404).
2. METODOLOGI PENELITIAN Dalam analisis data penelitian ini,
sedikit pendekatan kuantitatif digunakan untuk
2.1. Pendekatan Penelitian memperkuat data kualitatif yang telah diperoleh
guna menjawab pertanyaan penelitian pertama
Metode Penelitian yang digunakan tentang kondisi ketangguhan masyarakat Desa
dalam penulisan ini menggunakan pendekatan Negeri Lima. Peneliti menggunakan indikator
kualitatif dengan sedikit pendekatan yang teori area tematik komponen ketangguhan
bersifat kuantitatif pada pembobotan dan turunannya yang telah disusun oleh Twigg
ketangguhan masyarakat. Dengan kata lain, (2012). Tambahan modiikasi pendekatan
penelitian ini lebih dominan menggunakan kuantitatif ini, dijelaskan sebagai berikut:
pendekatan kualitatif. Adapun metode 1. Informasi kualitatif yang telah diperoleh
pengambilan data serta analisa dalam pada tahap sebelumnya digunakan untuk
metode kualitatif yang dibantu dengan sedikit menjawab indikator-indikator yang ada.
pendekatan kuantitatif, membantu peneliti 2. Indikator yang digunakan oleh peneliti
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang adalah indikator komponen ketangguhan
mengemuka dalam penelitian ini. Dengan Twigg (2012) yang telah disederhanakan
jawaban hasil wawancara, data deskriptif ke dalam konteks kehidupan masyarakat
diolah menjadi kajian dalam pembahasan desa.
penelitian ini. 3. Masing-masing indikator diberi nilai
berdasarkan temuan di lapangan yang
2.2. Waktu dan Tempat Penelitian berupa data kualitatif. Pembobotan nilai
yang digunakan, yaitu nilai 3 untuk penilaian
Penelitian ini berlangsung sejak bulan “baik”; nilai 2 untuk penilaian “cukup”; nilai
September 2015 sampai dengan bulan 1 untuk penilaian “kurang”; dan nilai 0 untuk
November 2015, dengan lokasi penelitian di penilaian “tidak baik”.

84 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
4. Menetapkan kriteria berdasarkan nilai dan TUPOKSI yang mengikat masing-
maksimum dan minimum tiap indikator. masing pihak. Dari sisi pemerintah, proteksi
5. Indikator yang telah diberi nilai kemudian dilaksanakan dengan dua pendekatan. Yaitu,
diboboti berdasarkan presentase area upaya non teknis maupun teknis. Dari sisi
tematik untuk mendapatkan hasil akhir. masyarakat, ada anggota masyarakat yang
6. Hasil akhir dicocokkan dengan kriteria mengambil langkah proteksi sesuai dengan
untuk memperkuat analisa kualitatif. pemahaman mereka berdasarkan sosialisasi
maupun informasi dari pemerintah. Namun
3. Pembahasan ada juga langkah proteksi yang dijalankan
masyarakat hanya dengan memadukan
3.1. Ketangguhan Masyarakat Desa kearifan lokal melalui upacara adat.
Negeri Lima dalam menghadapi Masyarakat cenderung lebih percaya
Banjir Bandang bahwa Bendungan Alam Way Ela tidak akan
jebol, karena ada leluhur mereka menetap
3.1.1. Karakteristik Ketangguhan Masyarakat di sana dan akan selalu menjaga mereka.
Desa Negeri Lima Langkah proteksi dari sisi masyarakat jelas
Berdasarkan hasil penelitian yang dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap “tete
dilaksanakan, tercermin adanya ciri- nene moyang” atau leluhur mereka tersebut.
ciri ketangguhan yang ditunjukkan oleh Hal ini menandakan bahwa unsur budaya
masyarakat Desa Negeri Lima.Mulai dari maupun kearifan lokal dalam masyarakat
antisipasi, proteksi, adaptasi, sampai dengan Desa Negeri Lima masih kental sebagai wujud
daya lenting. Selain itu, terlihat juga jaring warisan budaya dari generasi pendahulunya.
informasi dari masyarakat sampai dengan Mereka percaya dengan proses upacara adat
pemerintah pusat. Secara turun-temurun, untuk menghormati leluhurnya, mereka akan
diakui oleh masyarakat bahwa banjir bandang terlepas dari ancaman. Dalam konteks budaya
tidak pernah terjadi di Desa Negeri Lima. masyarakat Pulau Ambon, kepercayaan
Fenomena banjir yang pernah terjadi hanya ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
sebatas banjir akibat luapan sungai. Thomas (2000) bahwa perlindungan kepada
Dari sisi antisipasi, dapat terlihat manusia dapat terlaksana dengan menjaga
bahwa prediksi, analisis, identiikasi, dan hubungan baik dan teratur dengan leluhur,
kajian telah dilaksanakan dengan baik sesuai termasuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
dengan yang disampaikan oleh Twigg (2012) adat yang diturunkan oleh leluhur (p. 173).
dan Maarif (2012). Hal ini dapat dilihat dari Dari sisi adaptasi, masyarakat tampak
keseriusan pihak-pihak teknis terkait, seperti menerima bencana yang terjadi dengan ikhlas.
Kementerian PU, dan BWS yang selalu Dalam prosesnya, memang dibutuhkan waktu
memantau perkembangan Bendungan Alam untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan
Way Ela serta melakukan kajian ilmiah guna pengungsian yang baru. Hasil penelitian juga
pengambilan keputusan Kepala Daerah. Hasil menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi
kajian yang dikeluarkan oleh instansi terkait masyarakat rata-rata sekitar satu minggu
juga telah disampaikan kepada masyarakat setelah bencana. Namun dalam hal-hal kecil,
melalui sosialisasi-sosialisasi bahkan telah mereka telah dengan baik menunjukkan daya
dilaksanakan geladi lapang penanggulangan adaptasi mereka. Misalnya dengan patuh
bencana. mengikuti arahan dari petugas Posko Utama
Langkah antisipasi yang disebutkan ketika mereka harus mengantri bantuan.
di atas, diperlihatkan dengan pelaksanaan Dengan berbagai ciri ketangguhan,
berbagai upaya guna melindungi masyarakat masyarakat Desa Negeri Lima dapat dengan
Desa Negeri Lima itu sendiri. Proteksi dimaksud baik mencapai suatu daya lenting. Misalnya
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam hal sederhana, terlihat dari semangat
sesuai dengan pemahaman, rekomendasi untuk bangkit. Mereka mengakui bahwa

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 85
adanya dorongan maupun semangat untuk lingkungan dan alam; kesehatan dan
berjuang menata hidup ke depan. Walaupun kesejahteraan; penghidupan berkelanjutan;
mulai dari nol bukan hal yang mudah. Namun perlindungan sosial; instrumen keuangan;
disadari oleh mereka bahwa kehidupan harus perlindungan isik, langkah struktural dan
berjalan demi masa depan keluarga. Semangat teknis; perencanaan.
dan keikhlasan dalam menghadapi bencana, e. Kesiapsiagaan dan Respon Bencana,
seolah menjadi bekal untuk melenting balik sejumlah 30 indikator.
dari titik terendah akibat bencana ke kehidupan Meliputi kapasitas dan koordinasi organisasi;
yang lebih baik. sistem peringatan dini; kesiapsiagaan
dan rencana kontijensi; sumber daya dan
3.1.2. Penilaian Ketangguhan Masyarakat infrastuktur kedaruratan; tanggap darurat
Desa Negeri Lima dan pemulihan; pastisipasi, kerelawanan,
Dalam konteks ketangguhan akuntabilitas.
masyarakat, Twigg (2012) telah mengelaborasi
komponen ketangguhan yang mengacu Masing-masing indikator diberi
pada Hyogo Framework for Action (HFA). pembobotan sesuai dengan temuan di
Berdasarkan sejumlah karakteristik yang telah lapangan. Hasil pembobotan tiap indikator
disusun oleh Twigg, maka dalam penelitian menghasilkan akumulasi nilai perhitungan
ini dipilih karakteristik yang sesuai dengan sejumlah 187 poin. Dengan rincian nilai
kondisi masyarakat desa. Setelah itu diberikan perhitungan untuk tata kelola sebesar 25 poin,
pembobotan sesuai dengan temuan di penilaian risiko sebesar 9 poin, pengetahuan
lapangan. Hasil analisis menemukan bahwa dan pendidikan sebesar 34 poin, Manajemen
setidaknya ada 81 indikator karakteristik Risiko dan Pengurangan Risiko Bencana
masyarakat tangguh bencana yang sebesar 40 poin, dan Kesiapsiagaan dan
disesuaikan dengan karakteristik desa, yaitu: Respon Bencana sebesar 79 poin. Dalam
a. Tata Kelola, sejumlah 17 indikator. penilaian ini, diperhitungkan pula kriteria score
Meliputi kebijakan, perencanaan, prioritas, ketangguhan desa yang dapat dilihat pada
dan komitmen politik; sistem hukum dan Tabel 1.
regulasi; integrasi dengan kebijakan dan Hasil perhitungan penilaian dicocokkan
perencanaan pembangunan; integrasi dengan kriteria pada tabel 1 di atas, sehingga
dengan tanggap darurat dan pemulihan; didapatkan penilaian ketangguhan yang
mekanisme, kapasitas, dan struktur bersifat kuantitaif dan kualitatif. Adapun uraian
institusional; kemitraan; serta akuntabilitas penilaian ketangguhan dapat dilihat dalam
dan partisipasi masyarakat. ringkasan penilaian tingkat ketangguhan
b. Penilaian Risiko, sejumlah 4 indikator. masyarakat Desa Negeri Lima dapat dilihat
Meliputi data bahaya/ risiko dan penilaian; dalam Tabel 2. Selain itu pada setiap area
kapasitas kerentanan dan data dampak tematik terdapat pembagian bobot presentase
serta penilaian; kapasitas pengetahuan dan tertentu. Hal ini tidak berarti bahwa dari
teknis serta inovasi. kelima area tematik, hanya beberapa area
c. Pengetahuan dan Pendidikan, sejumlah 14 tematik yang penting. Pada dasarnya kelima
indikator. area tematik sama-sama pentingnya dan
Meliputi kesadaran publik, pengetahuan, patut diperhitungkan. Namun dalam konteks
dan keterampilan; manajemen informasi penilaian ketangguhan desa, maka diberikan
dan penyebaran informasi; pendidikan bobot presentase yang sesuai dengan kondisi
dan pelatihan; budaya, sikap, motivasi; desa.
pembelajaran dan riset. Twigg (2012) mengemukakan bahwa
d. Manajemen Risiko dan Pengurangan Risiko Area Tematik 1 (Governance) merupakan
Bencana, sejumlah 16 indikator. tema lintas sektoral yang mendasari Area
Meliputi manajemen sumber daya Tematik lainnya. Perencanaan, regulasi,

86 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
Tabel 1. Kriteria Penilaian Ketangguhan Masyarakat Desa Negeri Lima

Penilaian Kriteria Skor Ketangguhan Rata-rata

Baik ≥ 1275
Agak baik 850 ≤ Skor Ketangguhan < 1275
Tata Kelola
Cukup 425 ≤ Skor ketangguhan < 850
Kurang < 425
Baik ≥ 180
Agak baik 120 ≤ Skor Ketangguhan < 180
Penilaian Risiko
Cukup 60 ≤ Skor ketangguhan < 120
Kurang < 60
Baik ≥ 840
Agak baik 560 ≤ Skor Ketangguhan < 840
Pengetahuan & Pendidikan
Cukup 280 ≤ Skor ketangguhan < 560
Kurang < 280
Baik ≥ 720
Agak baik 480 ≤ Skor Ketangguhan < 720
Manajemen Risiko & PRB
Cukup 240 ≤ Skor ketangguhan < 480
Kurang < 240
Baik ≥ 2250
Agak baik 1500 ≤ Skor Ketangguhan < 2250
Kesiapsiagaan & Respon Bencana
Cukup 750 ≤ Skor ketangguhan < 1500
Kurang < 750
Baik ≥ 24300
Agak baik 16200 ≤ Skor Ketangguhan < 24300
Ketangguhan
Cukup 8100 ≤ Skor ketangguhan < 16200
Kurang < 8100

Sumber : Data diolah Peneliti (2015)

integrasi, sistem institusional, kemitraan, 25%. Kesiapsiagaan dan Respon Bencana


dan akuntabilitas bersifat relevan dengan diberikan bobot presentase 25%, karena dalam
setiap orang, karena merupakan isu-isu yang konteks ketangguhan bencana masyarakat
mungkin memengaruhi setiap prakarsa dalam sangat berkaitan dengan fase kesiapsiagaan
PRB, pembangunan, atau bantuan. Pengguna dan respon bencana yang diambil.
karenanya disarankan untuk merujuk kepada Hasil rangkuman penilaian pada Tabel
aspek tata kelola ini apapun Area Tematik atau 2 memberikan penjelasan bahwa area tematik
Komponen Ketahananan yang menjadi fokus Tata Kelola dinilai cukup, sedangkan area
mereka (p. 13). komponen Penilaian Risiko, Pengetahuan
Dengan mempertimbangkan pendapat dan Pendidikan, Manajemen Risiko dan PRB,
bahan literatur di atas, expert jugdement Kesiapsiagaan dan Koordinasi Organisasional
dan temuan di lapangan, maka area tematik memperoleh penilaian agak baik. Secara
Tata Kelola diberi presentase 25%, Penilaian umum, ketangguhan masyarakat Desa Negeri
Risiko 15%, Pengetahuan dan Pendidikan Lima dalam menghadapi bencana banjir
20%, Manajemen Risiko dan PRB 15%, serta bandang Negeri Lima mendapatkan penilaian
Kesiapsiagaan dan Respon Bencana sebesar agak baik.

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 87
Tabel 2. Rangkuman Penilaian Tingkat Ketangguhan Masyarakat Desa Negeri Lima

Bobot Nilai Tingkat


No Area Tematik Skor Ketangguhan
(%) Perhitungan Ketangguhan
1 2 3 4 5=3x4 6
1 Tata Kelola 25 24 600 CUKUP
2 Penilaian Risiko 15 9 135 AGAK BAIK
3 Pengetahuan & Pendidikan 20 34 680 AGAK BAIK
4 Manajemen Risiko & PRB 15 40 600 AGAK BAIK
5 Kesiapsiagaan & Respon Bencana 25 79 1975 AGAK BAIK
KETANGGUHAN MASYARAKAT 100 187 18700 AGAK BAIK

Sumber : Nugroho (2010) yang dimodiikasi dari Walker dan Reuter (1996) dan Paimin et al (2002),
diadaptasi kembali oleh Peneliti (2015)

Hasil penilaian area tematik Tata terbentuk sejak zaman dulu. Secara informal,
Kelola yang berada dalam kategori cukup masyarakat Desa Negeri Lima memiliki
menunjukan adanya kesesuaian dengan hubungan kekerabatan sebagai keluarga
temuan di lapangan, bahwa jalannya maupun anggota dari masing-masing soa.
pemerintahan di Desa Negeri Lima kurang baik. Secara formal, masyarakat Desa Negeri Lima
Pada saat sebelum terjadi bencana hingga juga memiliki hubungan dengan pihak luar,
tanggap darurat serta fase transisi darurat ke seperti pemerintah.
pemulihan, Desa Negeri Lima dipimpin oleh Dalam kenyataannya, interaksi sosial
seorang Penjabat Pemerintahan yang bukan antar masyarakat dengan masyarakat atau
merupakan Raja Deinitif. Padahal status Desa pun masyarakat Desa Negeri Lima dengan
Negeri Lima sebagai sebuah negeri adat, pemerintah juga tercipta dalam berbagai aspek
patut memiliki seorang pemimpin yang digelar kehidupan. Misalnya, dalam konteks ancaman
Raja serta proses pengangkatannya harus Way Ela, informasi terbentuknya Dam diawali
sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di dengan informasi dari masyarakat. Selanjutnya
sana. Penjabat Pemerintah Negeri Lima saat pemerintah pun melakukan peninjauan,
itu juga memimpin hingga di luar batas waktu pengamatan, dan kajian, di mana hasilnya
kepemimpinan yang diperbolehkan. Hal ini juga dikomunikasikan kepada masyarakat.
mengundang ketidakpuasaan masyarakat. Di tengah masyarakat juga ada pembagian
Selain itu, letak geograis Desa Negeri tanggung jawab. Misalnya, peran Raja, peran
Lima yang jauh dari ibukota Kabupaten juga Penjabat, peran Kepala Soa, maupun peran
menambah permasalahan. Desa Negeri Lima Tua Adat.
secara geograis lebih dekat dengan Kota Proses aksi sosial yang terjadi di Desa
Ambon dan pusat pemerintahan Provinsi Negeri Lima, pada akhirnya mencirikan
Maluku, dari pada ibukota Kabupaten Maluku ketangguhan masyarakat Desa Negeri
Tengah. Fakta ini juga dapat dipandang Lima itu sendiri. Walaupun ketangguhan
sebagai suatu kerentanan struktural. masyarakat yang dicapai belum sempurna,
tetapi dari ciri-ciri ketangguhan menandakan
3.1.3. Ketangguhan Masyarakat Negeri bahwa masyarakat Desa Negeri Lima memiliki
Lima dari segi Social Capital ketangguhan.
Sebagai suatu kesatuan komunitas yang Sudut pandang “Social Capital” juga
mempunyai organisasi sosial walaupun dalam menyajikan adanya beberapa jenis jaringan.
bentuk adat, masyarakat Desa Negeri Lima Yaitu: (1) bonding; (2) bridging dan (3) linking.
memiliki kondisi atau karakteristik tersendiri. Bonding Networks adalah hubungan dekat
Sebagai negeri adat, tidak dapat dipungkiri yang orang dapatkan. Koneksi ini biasanya
bahwa terdapat struktur jaringan yang dengan keluarga, teman dan tetangga.

88 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
Bridging Network adalah hubungan yang disampaikan oleh Buckle (2000) bahwa faktor
tidak kuat, tapi jaringan ini memberi orang pendukung ketangguhan menandakan adanya
lebih banyak kesempatan. Linking networks berbagi kesadaran positif untuk masa depan,
merupakan jaringan yang membuat akses ke yaitu sebuah komitmen untuk komunitas
organisasi dan sistem yang membantu orang secara keseluruhan.
mendapatkan sumber daya dan membawa Secara internal, semangat dan
perubahan (Scheffert et al, 2008, p. 4-6). kearifan lokal merupakan faktor pendukung
Pada saat penanggulangan bencana ketangguhan masyarakat Desa Negeri
Way Ela, ikatan kekerabatan ini dapat Lima. Sebagai suatu masyarakat adat yang
terlihat. Bonding networks ini terlihat pada menjunjung tinggi nilai budaya, rasa senasib
kekerabatan yang baik dalam kehidupan sepenanggungan sebagai suatu kesatuan
masyarakat Desa Negeri Lima, sehingga masyarakat Desa Negeri Lima sangat terasa
masyarakat bisa sama-sama menyelamatkan ketika terjadi bencana. Diakui oleh beberapa
diri dan bersama menghadapi duka dan anggota masyarakat, bahwa mereka
bangkit dari keterpurukan. Apabila dilihat dari memandang bencana banjir bandang Way
aspek bridging ini, terlihat hubungan yang baik Ela ini sebagai suatu kejadian yang telah
dengan desa yang lain. Kala itu juga banyak dikehendaki Sang Pencipta. Oleh sebab itu,
desa yang datang untuk menyatakan rasa kejadian bencana yang menimpa mereka
duka dan bantuan dukungan mereka tergadap dapat diterima dengan ikhlas. Semangat untuk
masyarakat Desa Negeri Lima. Termasuk bangkit demi masa depan juga diakui mereka
kabupaten/kota terdekat yang turut membantu sebagai faktor internal yang sangat penting.
masyarakat yang tertimpa bencana. Begitu pun sebaliknya dengan reaksi
Dari aspek linking, yaitu sebuah yang ditunjukkan oleh masyarakat Maluku
ikatan yang longgar, belum terlalu dilihat. pada umumnya dan masyarakat Ambon
Pemanfaatan jaringan linking ke luar masih pada khususnya yang turut menunjukkan
belum diupayakan untuk terjalin. Linking duka mendalam dan rasa empati serta turut
sangat terlihat hanya secara struktural, di membantu masyarakat Desa Negeri Lima
mana ada permintaan bantuan dari pemerintah dalam menghadapi duka akibat bencana. Hal
daerah agar penanggulangan bencana Way ini sejalan dengan pepatah orang Maluku, yaitu:
Ela dibantu dari pusat. Bantuan dari beberapa “ale rasa beta rasa”, di mana memerlihatkan
kementerian, khususnya BNPB sangat terlihat betapa orang Maluku yang lain juga merasakan
nyata. Semua kebutuhan masyarakat dibantu apa yang dirasakan masyarakat Desa Negeri
oleh pihak BNPB. Lima tanpa memandang apakah mereka satu
kampung, satu darah, maupun satu agama.
3.2. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Hasil temuan lainnya, masyarakat
Ketangguhan Masyarakat Desa sering menceritakan kepemimpinan dari Karel
Negeri Lima A. Ralahalu (mantan Gubernur Maluku periode
Dari hasil penelitian, ada faktor-faktor 2003-2013). Dalam pandangan masyarakat,
yang mendukung ketangguhan masyarakat beliau merupakan sosok pemimpin yang
Desa Negeri Lima, berupa faktor internal dekat dengan masyarakat. Setiap minggu
maupun eksternal. Secara internal, masyarakat beliau selalu mengecek dan memantau
menunjukkan kegigihan mereka untuk tetap perkembangan masyarakat Desa Negeri
kuat menghadapi bencana banjir bandang Way Lima. Ada hal yang menarik, selain sosok
Ela dan dampaknya. Ada pemikiran ke depan kepemimpinan beliau sebagai Gubernur
terkait masa depan yang harus dicapai. Dari Maluku, masyarakat juga memandang
beberapa narasumber, hal itu diakui sebagai beliau sebagai “saudara laki-laki” mereka.
suatu kekuatan yang memacu diri mereka dan Hal ini bertalian dengan kearifan lokal “Pela-
keluarga untuk menjadi tangguh. Hal ini senada Gandong” yang ada dalam masyarakat Maluku,
dengan faktor pendukung ketangguhan yang khususnya Ambon dan Maluku Tengah. Dari

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 89
sejarah, Desa Negeri Lima (kampung Islam) kuat. Ada yang berpikir, “tete nene moyang”
memiliki hubungan “Gandong” dengan Desa tidak mungkin membuat anak cucu-nya susah.
Allang (kampung Kristen; kampung asal Karel Jadi, bencana tidak mungkin terjadi. Selain
A. Ralahalu). Dengan mengusung semangat itu, ada juga pandangan, bahwa upacara adat
“pela-gandong”, Karel mampu mengarahkan telah dilaksanakan sehingga mara bahaya
masyarakat. Bahkan, pada saat detik-detik pasti tidak akan menimpa Desa Negeri Lima.
akan jebol, Karel memimpin langsung evakuasi Pada awalnya, ada kelompok masyarakat
warga. Beliau meyakinkan warga bahwa harus yang kurang bisa menerima ancaman bencana
keluar dari rumah masing-masing. Walaupun dengan harus mempersiapkan diri mereka.
dalam konteks bencana, hal ini menandakan Kepercayaan bahwa “tete nene moyang”
masih ada semangat ikatan “Pela-Gandong” selalu menjaga mereka, membuat upaya dari
dari zaman “tete nene moyang” yang masih pemerintah seakan tidak berarti. Namun pada
ada dalam kehidupan masyarakat Maluku. akhirnya, ada pengakuan bahwa apa yang
Pemandangan yang indah lainnya, ketika dilakukan pemerintah memang untuk kebaikan
saudara pela maupun saudara gandong dari masyarakat.
Desa yang mengangkat pela dan gandong
datang untuk memberi bantuan. Ketulusan dan 3.3. Upaya
semangat “ale rasa beta rasa” yang diusung
menciptakan semangat untuk bangkit. 3.3.1. Pra Bencana
Faktor lingkungan juga menjadi Dalam fase pra bencana, masyarakat
salah satu pendorong adanya ketangguhan sangat aktif dalam penyampaian informasi
masyarakat. Hidup bersama di lingkungan kepada pemerintah desa yang ditindaklanjuti
yang sama membuat masyarakat Desa Negeri dengan pemberitahuan kepada pihak
Lima bersatu di kala bencana melanda. Hal Kecamatan Leihitu. Informasi tersebut secara
ini kembali membuktikan teori social capital berjenjang dilaporkan mulai dari Pemerintah
yang menggambarkan bahwa ketangguhan Daerah Kabupaten, Pemerintah Daerah
juga bertumbuh dari relasi informal maupun Provinsi dan Pemerintah Pusat (BNPB,
formal yang ditandai dengan interaksi sosial di Kemeterian Pekerjaan Umum dan Presiden).
dalamnya. Upaya masyarakat dalam menginformasikan
Salah satu fakta lainnya yang perlu fenomena yang terjadi merupakan suatu
menjadi sorotan adalah banyak masyarakat di langkah yang baik. Penyebaran informasi dari
Desa Negeri Lima yang masih percaya kepada pihak masyarakat menginidikasikan adanya
kekuatan leluhur melalui upacara adat. Hal ini peran aktif masyarakat, karena kesadaran
sesuai dengan yang diuraikan oleh Thomas dari masyarakat bahwa ada bahaya yang
(2000) bahwa bagi orang Ambon (Desa Negeri menggangu kehidupan masyarakat. Hal ini
Lima juga merupakan bagian dari Pulau cukup beralasan, karena Sungai Way Ela
Ambon) berhubungan dengan leluhur memiliki merupakan sungai besar yang juga sebagai
peranan yang melindungi dan peranan yang sumber air bagi masyarakat.
menghukum. Diyakini juga, bahwa tiap negeri Dalam upaya yang dilaksanakan,
memiliki “tete nene moyang” yang mendiami tutut terlihat adanya hubungan sipil militer
ruma tua, gunung, labuang, tempat-tempat dalam yang dimulai dari koordinasi antara
pamali, atau batu pamali, baileu negeri lama, pemerintah daerah dengan pihak militer telah
langit dan tanah (p. 173). dilaksanakan mulai dari fase pra bencana.
Kepercayaan ini terkadang menjadi Ketika terbentuknya bendungan alam Way Ela,
penghalang bagi upaya-upaya pemerintah Gubernur Maluku yang pada saat itu dijabat
dalam proteksi bencana.Temuan di lapangan oleh Karel A. Ralahalu telah membangun
menunjukkan walaupun hasil kajian telah koordinasi yang efektif dengan pihak Kodam
disampaikan kepada masyarakat, tetapi XVI/Pattimura maupun dengan pihak Polda
kepercayaan mereka kepada leluhur sangat Maluku. Pada saat itu, Gubernur Maluku

90 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
meminta kesediaan Pangdam XVI/Pattimura Peringatan Dini; d) Pembangunan Jalan Akses
untuk mengijinkan Danrem 151/Binaiya agar Bendungan Alam Way Ela; f) Pembangunan
dapat menjadi Incider Commander (IC) dalam Emergency Spillway; g) Pengadaan dan
pelaksanaan siaga darurat. Pengoperasian Pompa; dan h) Toe Drain.
Setelah penentuan IC, maka koordinasi Dengan demikian dapat dikatan bahwa
dan kerja sama mulai dirajut pada tingkat upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemeritah
pelaksana. Hal ini ditindaklanjuti dengan dinilai sejalan dengan yang diuraikan oleh
pembagian peran dan tugas antara instansi sipil Associated Programme on Flood Management
maupun militer yang terkait penanggulangan (2007) bahwa upaya proteksi banjir dapat
bencana Way Ela. Hal ini menunjukkan adanya dibagi ke dalam tindakan struktural (teknis)
pembagian informasi, pembagian tugas dan dan non struktural (non teknis). Upaya-upaya
perencanaan, sebagaimana yang seharusnya ini dianggap sangat efektif karena saling
dilaksanakan dalam koordinasi sipil militer berkaitan. Dijelaskan pula bahwa upaya-upaya
seperti yang diuraikan oleh UN-OCHA (2015). ini bertujuan untuk mengurangi ancaman
bahaya bagi kehidupan manusia.
3.3.2. Siaga Darurat Dalam menghadapi bencana,
Informasi yang diperoleh pemerintah masyarakat Desa Negeri Lima juga melakukan
ditindaklanjuti dengan peninjauan langsung langkah-langkah protektif, baik secara individu
serta penetapan kondisi siaga darurat oleh maupun secara masif sebagai suatu kesatuan
Pemerintah Daerah menandakan adanya komunitas. Misalnya dengan mengungikan
kesadaran dan keseriusan Pemerintah Daerah harta benda mereka, melaksanakan upacara
dalam menanggapi ancaman yang dapat adat (sesuai dengan kearifan lokal yang dimiliki),
ditimbulkan oleh Bendungan Alam Way Ela. mengikuti sosialisasi dan gelada lapang, dll.
Upaya pemerintah dengan pendekatan teknis Hal ini sejalan dengan teori dari Mancini et
dan non teknis, dinilai telah menunjukkan al (2009) bahwa ketangguhan masyarakat
langkah konkrit yang tepat. juga memerhatikan proses protektif yang
Secara garis besar, upaya non teknis menjelaskan kemampuan masyarakat untuk
yang dilakukan, antara lain: a) Penetapan Tim menunjukkan ketangguhan dalam tantangan
Siaga Darurat; b) Penyusunan Prosedur Tepat dan kesulitan. Bencana kadang dipandang
(PROTAP) PB Way Ela; c) Melaksanakan sebagai kesulitan, di mana banyak korban
rapat koordinasi secara intensif antara Badan bencana yang turut merasakan kesulitan hidup
Nasional Penanggulangan Bencana RI, terutama setelah terjadi bencana.
BPBD Provinsi Maluku, BPBD Maluku Tengah Penanganan siaga darurat yang di
maupun instansi teknis terkait kebencanaan penanggulangan bencana Way Ela turut
lainnya; d) Pendirian posko lapangan; e) melibatkan Non Government Organization
Penentuan titik evakuasi sementara; f) (NGO) yang terdiri dari konsorsium JICA,
Mendesain dan memasang rambu jalur Mercy Corps dan URDI sangat dirasakan
evakuasi; g) Melaksanakan sosialisasi; h) membantu pemerintah dalam penanganan
Penyusunan Dokumen Rencana Kontijensi; di lapangan. Konsorsium ini melaksanakan
i) Melaksanakan Simulasi/ Geladi Lapang; program “Raising Disaster Awareness and
j) Mempersiapkan sumber daya dan lokasi Capacity of Community in Desa Negeri Lima
pengungsian; k) Evakuasi Masyarakat. and Ambon, Maluku”. Program ini dimulai dari
Upaya teknis pun dilaksanakan oleh bulan April 2013 sampai dengan Mei 2014
pemerintah. Pada umumnya, upaya teknis (JICA Report, 2013).
dilaksanakan oleh SKPD teknis, yaitu BWS
Provinsi Maluku, Dinas PU Provinsi Maluku, 3.3.3. Tanggap Darurat
dan Kementerian PU. Adapun upaya-upaya Ketika bencana banjir bandang Way
yang dilaksanakan, antara lain: a) Penyusunan Ela terjadi pada tanggal 25 Juli 2013, maka
Rencana Tindak Darurat; b) Monitoring; c) Gubernur Maluku menandatangani Surat

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 91
Pernyataan Bencana dan menetapkan Masa jaringan (linking) ke luar dirasakan
Tanggap Darurat selama 14 (empat belas) masih belum terjalin dengan baik.
hari, mulai tanggal 25 Juli sampai dengan Linking hanya terlihat secara struktural.
7 Agustus 2013. Berdasarkan data dari
BPBD Provinsi Maluku bahwa dalam tahap 2. Ketangguhan masyarakat Desa Negeri
Tanggap Darurat, terdapat beberapa upaya Lima dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang dilaksanakan, yaitu: a) Pelaksanaan kaji yaitu:
cepat melalui pembagian Cluster; b) Pendirian a. Faktor eksternal dan faktor internal.
tenda pengungsian; c) Pelayanan dapur Faktor eksternal meliputi lingkungan dan
umum bagi para pengungsi; d) Pendirian pemerintah, sedangkan faktor internal
sarana MCK Darurat di titik Pengungsian dan meliputi semangat dan kearifan lokal
Posko; e) Supply Air Bersih bagi kebutuhan yang berlaku. Dari penjabaran faktor
para pengungsi dan dapur umum lapangan; pendukung ketangguhan ini, dicirikan
f) Pemasangan instalasi pipa yang rusak; adanya berbagi kesadaran positif untuk
g) Penerimaan dan pendistribusian bantuan masa depan, yaitu sebuah komitmen
kepada pengungsi; h) Pendataan Pengungsi; untuk komunitas secara keseluruhan.
i) Pemasangan jaringan listrik ke tenda b. Temuan di lapangan menunjukkan
pengungsi; j) Pembangunan jembatan darurat; bahwa walaupun hasil kajian telah
k) Pembangunan tenda sekolah darurat; l) disampaikan kepada masyarakat,
Melaksanakan Trauma Healing & Pesantren tetapi kepercayaan mereka kepada
Kilat bagi anak-anak korban bencana. leluhur sangat kuat. Hal ini ditunjukkan
bahwa ada yang berpikir, “tete nene
4. Kesimpulan dan Saran moyang” tidak mungkin membuat anak
cucu-nya susah. Di lain pihak, ada
4.1. Kesimpulan juga masyarakat yang sudah tangguh
melalui upaya kajian dan sosialisasi
1. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kondisi ketangguhan masyarakat Desa yang dapat terserap dengan baik serta
Negeri Lima dalam menghadapi banjir dapat diaktualisasi ke dalam tindakan
bandang Way Ela, yaitu: penyelamatan diri dan harta benda.
a. Secara keseluruhan, ketangguhan Masyarakat juga mendapat manfaat dari
masyarakat Desa Negeri Lima dalam geladi lapang yang dilaksanakan oleh
menghadapi Bencana Banjir Bandang pemerintah.
Negeri Lima dinilai agak baik. Jika
dinilai setiap komponen, maka area 3. Upaya yang dilakukan dalam meminimalisir
tematik Tata Kelola dinilai cukup, dampak bencana, antara lain Pemerintah
sedangkan area komponen Penilaian melaksanakan berbagai upaya pendekatan
Risiko, Pengetahuan dan Pendidikan, teknis dan non-teknis serta merupakan
Manajemen Risiko dan PRB, wujud koordinasi dan pembagian peran
Kesiapsiagaan dan Respon Bencana sesuai dengan kewenangan dari tatanan
memperoleh penilaian agak baik. pusat hingga daerah, dengan melibatkan
Masyarakat Desa Negeri Lima juga semua instansi teknis yang terkait. Upaya
menampakkan ciri-ciri ketangguhan yang dilaksanakan mulai dari pra bencana
yang dimiliki mulai dari antisipasi, hingga tanggap darurat, dipandang sebagai
proteksi, adaptasi dan daya lenting. tindakan yang tepat dalam melindungi
b. Ditinjau dari Teori “Social Capital”, masyarakat. Selain itu masyarakat juga
aspek kekerabatan (bonding) dan aspek mengambil bagian dalam upaya baik
hubungan (bridging) terlihat sangat secara individu maupun kolektif.
baik. Apabila ditinjau dari Pemanfaatan

92 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94
4.2. Saran 2. Kajian ketangguhan masyarakat adat
perlu disinergikan dengan ranah kajian
4.2.1. Saran Praktis ketangguhan masyarakat yang bersifat
Dalam penanganan tanggap darurat umum.
di Kabupaten Maluku Tengah perlu dipikirkan
langkah-langkah konkrit apabila terjadi DAFTAR PUSTAKA
bencana di wilayah yang jauh dari ibukota
kabupaten. Mengingat Kabupaten Maluku Asian Disaster Reduction Response Network.
Tengah memiliki cakupan wilayah yang terdiri (2009). Terminologi pengurangan risiko
dari banyak pulau dan sebagian wilayahnya bencana. Retrieved July 17, 2015,
berada di dataran Pulau Ambon. Langkah- from http://www.preventionweb.net/
langkah konkrit dimaksud, antara lain: iles/7817_isdrindonesia.pdf.
1. Penyusunan rencana kontijensi khusus Badan Penanggulangan Bencana Daerah
bagi desa di Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tengah. (2012).
khususnya yang letaknya jauh dari ibukota Rencana kontijensi penanggulangan
Kabupaten. bencana banjir bandang Way Ela
2. Inventarisasi peralatan penanggulangan Negeri Lima Kabupaten Maluku Tengah.
yang diperlukan pada saat kondisi darurat. Ambon: Badan Penanggulangan
3. Menunjuk pejabat yang dapat bertugas Bencana Daerah Kabupaten Maluku
dalam penanganan bencana sebagai Tengah.
wakil pemerintah Kabupaten di desa yang Balai Wilayah Sungai Provinsi Maluku. (2012).
jaraknya jauh dari ibukota kabupaten. Rencana tindak darurat. Ambon: Balai
4. Penyusunan Prosedur Tetap Wilayah Sungai Provinsi Maluku.
Penanggulangan Bencana harus Buckle, P., Marsh, G. & Smale, S. (2000). New
dilaksanakan sebagai langkah approaches to assessing vulnerability
kesiapsiagaan menghadapi bencana. and resilience. Australian Journal of
5. Pemerintah Daerah perlu memerhatikan Emergency Management 15(2) 8-14.
kearifan lokal secara komprehensif dalam Retrieved July 7, 2015, from http://
upaya-upaya non teknis penanggulangan www.radixonline.org/resources/buckle-
bencana kepada masyarakat yang masih marsh.pdf.
memegang teguh adat. JICA. (2013). Expert report of way ela. Jakarta:
6. Pemerintah Daerah dalam sosialisasi JICA.
kepada masyarakat, khususnya Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
masyarakat adat, perlu menggunakan (2014). Buku doktrin pertahanan negara.
metode penyampaian pesan yang mudah Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.
dimengerti. Misalnya dengan metode Maarif, S. (2012). Pikiran dan gagasan
learning by doing, contohnya: Geladi penanggulangan bencana di
lapang. Indonesia. Jakarta: Badan Nasional
7. Diharapkan kajian ketangguhan ini dapat Penanggulangan Bencana.
digunakan Pemerintah Daerah dalam Mancini, J.A. & Bowen, G.L. (2009). Community
rangka penyusunan kebijakan/program resilience: A social organization theory of
kerja yang disesuaikan dengan temuan di action and change. dalam J.A. Mancini
lapangan. dan K.A.Roberto (ends). Pathways of
Human Development: Exploration of
4.2.2. Saran Teoritis change. p.245-265. Maryland: Lexington
1. Kajian lebih mendalam perlu dilaksanakan Books.
dalam menetapkan indikator-indikator baku Nugroho, S.P. (2010). Karakteristik luks karbon
terkait penilaian ketangguhan terhadap dan kesehatan DAS dari aliran sungai-
bencana. sungai utama di Jawa. Bogor: Sekolah

Kajian Ketangguhan ... (Fretha Julian Kayadoe, Sutopo Purwo Nugroho dan Sugeng Triutomo) 93
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Scheffert, D.R., Horntvedt, J., & Chazdon, S.
(2008). Social capital and our community.
University of Minnesota.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian
manajemen. Bandung: Alfabeta.
Thomas, F. (2010). Wacana tradisi pela dalam
masyarakat Ambon. Bahasa dan Seni,
Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010.
Twigg, J. (2012). Karakteristik masyarakat
tahan bencana. Australia-Indonesia
Facility for Disaster Reduction (AIFDR),
AusAID.
UN-OCHA. (2015). UN-CMCoord Field
Handbook. Retrieved February 2, 2016
from https://docs.unocha.org/sites/dms/
Documents/CMCoord%20Field%20
Handbook%20v1.0_Sept2015.pdf

94 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 1 Tahun 2016 Hal. 82-94

You might also like