Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Hukum/Universitas Nusa Cendana Kupang - Mail
Fakultas Hukum/Universitas Nusa Cendana Kupang - Mail
ABSTRACT
Januaristi Bule Logo. Legal Implementation of the Change in the Status of Sub-district to Village
in terms of Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 concerning Village
Arrangement (Study on Changes in Status from Sub-district to Village in Ledeke Sub-District,
Sabu Raijua Regency). Guided by: Saryono Yohanes, as Advisor I, and Hernimus Ratu Udju, as
Advisor II.
Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 regulates the requirements for
changing the status of sub-district into a village. The purpose of this research is to find out and analyze
the implementation of Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 concerning Village
Arrangement in changing the status of sub-district to village; to find out and describe the inhibiting
factors for the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017 concerning
Village Management in changing the status of sub-districts to villages. The main issues in this research
are (1) How far is the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017
concerning Village Management in changing the status of sub-district to village? (2) What are the
inhibiting factors for the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017
concerning Village Management in changing the status of a sub-district to a village?
This research was conducted by collecting techniques in two ways, namely: The methods used
in collecting data were interviews and documentation studies. The data collected was then analyzed
and presented or described in a qualitative descriptive manner.
The results of the study show that the implementation of the Regulation of the Minister of Home
Affairs Number 1 of 2017 concerning Village Arrangement in changing the status of Sub-district to
Village in Ledeke Sub-district, Sabu Raijua Regency is carried out by socializing regulations to the
community, gathering community initiatives, and conducting an analysis of requirements as a first step,
to fulfill requirements and criteria for changing status to village. There are several factors inhibiting
the change in sub-district status to a village such as the lack of sub-district officials so that the
implementation of the administrative and technical tasks needed to change the status of a sub-district
to a village becomes an obstacle, incomplete legal documents showing that the area meets the criteria
as a village, such as population documents, administration map, and so on. and another factor is the
existence of a moratorium on the granting and updating of codes and data on the administrative areas
of the District, Sub-district and Village Governments, in connection with the implementation of the 2024
General Elections and Simultaneous Elections, so that the change in the status of Sub-district to Village
in Ledeke Sub-district has not yet fully taken place.
1
Keywords : Implementation of law, village arrangement, and changes in the status of the urban
village to village.
ABSTRAK
Januaristi Bule Logo. Implementasi Hukum terhadap Perubahan status Kelurahan menjadi
Desa ditinjau dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan
Desa (Studi tentang Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa di Kelurahan Ledeke
Kabupaten Sabu Raijua). Dibimbing oleh: Saryono Yohanes, sebagai Pembimbingan I, dan
Hernimus Ratu Udju, sebagai Pembimbing II.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 mengatur persyaratan perubahan
status kelurahan menjadi desa .Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam
perubahan status kelurahan menjadi desa; untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor
penghambat implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan
Desa dalam perubahan status kelurahan menjadi desa. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah
(1) Seberapa jauh implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Penataan Desa dalam perubahan status kelurahan menjadi desa? (2) Apakah saja faktor penghambat
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam
perubahan status kelurahan menjadi desa?
Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan dengan dua cara yaitu: Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Data yang
dikumpulkan selanjutnya dianalisis kemudian disajikan atau dipaparkan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam perubahan status Kelurahan menjadi Desa di Kelurahan
Ledeke Kabupaten Sabu Raijua dilakukan dengan sosialisasi peraturan terhadap masyarakat,
mengumpulkan prakasa masyarakat, dan melakukan analisis syarat sebagai langkah awal, agar dapat
memenuhi persyaratan dan kriteria mengubah status menjadi desa. Ada beberapa faktor
penghambat perubahan status kelurahan menjadi desa seperti, kurangnya pegawai kelurahan
sehingga pelaksanaan tugas-tugas administratif dan teknis yang diperlukan dalam perubahan status
kelurahan menjadi desa menjadi terhambat, ketidaklengkapan dokumen yuridis yang menunjukkan
bahwa wilayah tersebut memenuhi kriteria sebagai desa, seperti dokumen kependudukan, peta
administrasi, dan sebagainya. dan faktor lainnya adalah dengan adanya moratorium pemberian dan
pemutakhiran kode dan data wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan, Kelurahan, dan Desa,
sehubungan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Serentak Tahun 2024, sehingga
perubahan status Kelurahan menjadi Desa di Kelurahan Ledeke belum sepenuhnya berjalan.
Kata Kunci :
Implementasi Hukum, Penataan Desa, dan Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa.
1. PENDAHULUAN
2
hukum. Sedangkan kelurahan memerlukan model manajemen
1
Nurcholis, Hanif, Pertumbuhan dan Erlangga, 2011, hlm 12.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:
3
Kesatuan Republik Indonesia. masih kuat dan budaya
Selain itu jarak sosial yang tidak sosial dalam pembangunan desa.
2
Hanif Nurcholis, Teori dan Daerah, Grasindo, Jakarta, 2007, hlm 30.
Praktik Pemerintahan dan Otonomi
4
kelurahan menjadi desa tertuang sebagian lagi menjadi kelurahan.
5
kelurahan. Berdasarkan latar dalam perubahan status
6
hukum diciptakan untuk dilaksanakan. merupakan tempat yang kesulitan
Hukum tidak bisa lagi disebut sebagai mendapat air bersih dan merupakan
berdiri dari tahun 1992, ibu kota kecamatan dan ibu kota
7
bidang pertanian sebagai mata sulit dijangkau, sehingga seringkali
3
Hasil wawancara bersama Pak Hagai Pade Rohi , 15 Januari 2023 di Kelurahan
Hili Buru , 15 Januari 2023 di Kelurahan Ledeke, Kabupaten Sabu Raijua.
Ledeke, Kabupaten Sabu Raijua.
4 Hasil wawancara bersama Pak Domi
8
melalui sosialisasi peraturan masyarakat kelurahan dan munculah
merupakan salah satu cara yang dapat prakasa masyarakat sebagai respon
tersebut dapat diterapkan dengan baik serta memiliki analisis mengenai hal- hal
Penataan Desa yang mana juga yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
memuat salah satu aturan mengenai bahwa, disatu pihak untuk mencapai
desa yang menjadi daya tarik bagi memerlukan peran serta masyarakat
5
Khusaini, M. (2006). Desentralisasi Daerah.
dan Otonomi Daerah. Ekonomi Publik
Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan
9
yang cukup tinggi dan di lain pihak, a. batas usia Desa induk paling
secara lebih mandiri. Selain itu, dalam paling sedikit 1.000 (seribu)
nuansa dimana peran serta masyarakat jiwa atau 200 (dua ratus) kepala
Penataan Desa), disebutkan bahwa Desa sumber daya alam, sumber daya
10
dalam Peraturan Bupati/Wali memenuhi persyaratan antara lain:
(1) huruf i, diatur dengan Peraturan Sabu Raijua tahun dari Kabupaten
11
Ledeke sudah terbentuk lebih memenuhi syarat untuk
12
Ledeke masih dalam suasana rumput laut untuk
13
seperti kantor desa setelah Nomor 1 Tahun 2017 tentang
14
penelitian apa saja Faktor
penghambat implementasi
15
bahwa perubahan status Penataan Desa dalam
16
administrasi, dan sebagainya. 2. Saran
17
pemerintah kelurahan terus proses pengambilan
seperti fasilitas-fasilitas
sebagainya. Sehingga
memastikan implementasi
administrasi pemerintahan
kehidupan masyarakat.
18
3. DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2015, Hukum
Buku Pemerintahan Desa “dalam Konstitusi
Indonesia sejak kemerdekaan
AAGN dan SutoroEko. 2003. hingga era reformasi”, Malang: Setara
Membangun Good Governancedi Press.
Desa.Yogyakarta: IRE Press.
Juliantara, D. et.al. 2006,
Adisasmita, Rahardjo, “Desentralisasi Kerakyatan Gagasan
2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Praksis”,
dan Teori. Bantul.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa
Antlov, Hans. 2003. Negara Dalam Indonesia ( KBBI )
Desa.Yogyakarta: LAPERA
PustakaUtama.AriDwipayana, Khusaini, M. (2006). Desentralisasi dan
Otonomi Daerah. Ekonomi Publik
Dirdjosisworo, Soedjono. 2014. Desentralisasi Fiskal dan
Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. Pembangunan Daerah.
RajaGrafindo Persada
Marzuki, Peter Mahmud. 2005.
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Penelitian Hukum. Jakarta
PelayananPublik: Peduli, Inklusif, Mulyadi, Deddy, dkk.
dan Kolaboratif. Yogyakarta: 2016. Administrasi Publik untuk
Gajah Mada University Press Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan
Grasindo, Jakarta, 2007. dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
Hanitijo Soemitro, Ronny. 1990. Jakarta: Erlangga.
Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri. Suratman. 2012. Metode Penelitian
Bandung Hukum. Bandung: Alfabeta
19
Peraturan Perundang-Undangan No. 1, 2020
20