You are on page 1of 20

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA


(STUDI TENTANG PERUBAHAN STATUS KELURAHAN MENJADI DESA DI
KELURAHAN LEDEKE KABUPATEN SABU RAIJUA)
Januaristi Bule Logo
Fakultas Hukum/Universitas Nusa Cendana
Kupang-mail:
bulelogojanuaristi@gmail.com
Pembimbing 1, Saryono Yohanes, S.H., M.H.
Universitas Nusa Cendana Kupang
Jl. Adi Sucipto Penfui, Kota Kupang

Pembimbing 2, Hernimus Ratu Udju, S.H.,


M.H.
Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana
Kupang

ABSTRACT

Januaristi Bule Logo. Legal Implementation of the Change in the Status of Sub-district to Village
in terms of Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 concerning Village
Arrangement (Study on Changes in Status from Sub-district to Village in Ledeke Sub-District,
Sabu Raijua Regency). Guided by: Saryono Yohanes, as Advisor I, and Hernimus Ratu Udju, as
Advisor II.
Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 regulates the requirements for
changing the status of sub-district into a village. The purpose of this research is to find out and analyze
the implementation of Regulation of the Minister of Home Affairs Number 1 of 2017 concerning Village
Arrangement in changing the status of sub-district to village; to find out and describe the inhibiting
factors for the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017 concerning
Village Management in changing the status of sub-districts to villages. The main issues in this research
are (1) How far is the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017
concerning Village Management in changing the status of sub-district to village? (2) What are the
inhibiting factors for the implementation of Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017
concerning Village Management in changing the status of a sub-district to a village?
This research was conducted by collecting techniques in two ways, namely: The methods used
in collecting data were interviews and documentation studies. The data collected was then analyzed
and presented or described in a qualitative descriptive manner.
The results of the study show that the implementation of the Regulation of the Minister of Home
Affairs Number 1 of 2017 concerning Village Arrangement in changing the status of Sub-district to
Village in Ledeke Sub-district, Sabu Raijua Regency is carried out by socializing regulations to the
community, gathering community initiatives, and conducting an analysis of requirements as a first step,
to fulfill requirements and criteria for changing status to village. There are several factors inhibiting
the change in sub-district status to a village such as the lack of sub-district officials so that the
implementation of the administrative and technical tasks needed to change the status of a sub-district
to a village becomes an obstacle, incomplete legal documents showing that the area meets the criteria
as a village, such as population documents, administration map, and so on. and another factor is the
existence of a moratorium on the granting and updating of codes and data on the administrative areas
of the District, Sub-district and Village Governments, in connection with the implementation of the 2024
General Elections and Simultaneous Elections, so that the change in the status of Sub-district to Village
in Ledeke Sub-district has not yet fully taken place.

1
Keywords : Implementation of law, village arrangement, and changes in the status of the urban
village to village.

ABSTRAK

Januaristi Bule Logo. Implementasi Hukum terhadap Perubahan status Kelurahan menjadi
Desa ditinjau dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan
Desa (Studi tentang Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa di Kelurahan Ledeke
Kabupaten Sabu Raijua). Dibimbing oleh: Saryono Yohanes, sebagai Pembimbingan I, dan
Hernimus Ratu Udju, sebagai Pembimbing II.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 mengatur persyaratan perubahan
status kelurahan menjadi desa .Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam
perubahan status kelurahan menjadi desa; untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor
penghambat implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan
Desa dalam perubahan status kelurahan menjadi desa. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah
(1) Seberapa jauh implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Penataan Desa dalam perubahan status kelurahan menjadi desa? (2) Apakah saja faktor penghambat
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam
perubahan status kelurahan menjadi desa?
Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan dengan dua cara yaitu: Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Data yang
dikumpulkan selanjutnya dianalisis kemudian disajikan atau dipaparkan secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 Tahun 2017 tentang Penataan Desa dalam perubahan status Kelurahan menjadi Desa di Kelurahan
Ledeke Kabupaten Sabu Raijua dilakukan dengan sosialisasi peraturan terhadap masyarakat,
mengumpulkan prakasa masyarakat, dan melakukan analisis syarat sebagai langkah awal, agar dapat
memenuhi persyaratan dan kriteria mengubah status menjadi desa. Ada beberapa faktor
penghambat perubahan status kelurahan menjadi desa seperti, kurangnya pegawai kelurahan
sehingga pelaksanaan tugas-tugas administratif dan teknis yang diperlukan dalam perubahan status
kelurahan menjadi desa menjadi terhambat, ketidaklengkapan dokumen yuridis yang menunjukkan
bahwa wilayah tersebut memenuhi kriteria sebagai desa, seperti dokumen kependudukan, peta
administrasi, dan sebagainya. dan faktor lainnya adalah dengan adanya moratorium pemberian dan
pemutakhiran kode dan data wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan, Kelurahan, dan Desa,
sehubungan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Serentak Tahun 2024, sehingga
perubahan status Kelurahan menjadi Desa di Kelurahan Ledeke belum sepenuhnya berjalan.

Kata Kunci :
Implementasi Hukum, Penataan Desa, dan Perubahan Status Kelurahan Menjadi Desa.

1. PENDAHULUAN

Desa dan kelurahan Desa adalah satuan pemerintahan

adalah dua satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat

terendah dengan status berbeda. sehingga merupakan badan

2
hukum. Sedangkan kelurahan memerlukan model manajemen

adalah satuan pemerintahan pemerintahan dengan berbagai

administrasi yang hanya pendekatan yang berbeda pula.

merupakan kepanjangan tangan Pendekatan tersebut harus sesuai

dari pemerintah kabupaten/kota. dengan kondisi sosial budaya

Dengan demikian, kelurahan termasuk di dalamnya adat

bukan badan hukum melainkan setempat yang diakui

hanya sebagai tempat pemerintah. Entitas desa dan

beroperasinya pelayanan kelurahan sepanjang peradaban

pemerintahan dari pemerintah masih ada, maka akan terus

kabupaten/kota di wilayah berkembang secara dinamis,

kelurahan setempat. Sedangkan rasional dan realistis.

desa adalah wilayah dengan Undang-Undang Nomor

batas-batas tertentu sebagai 23 Tahun 2014 Tentang

kesatuan masyarakat hukum Pemerintahan Daerah),

(adat) yang berhak mengatur dan pengertian otonomi daerah

mengurus urusan masyarakat adalah hak, wewenang, dan

setempat berdasarkaan asal kewajiban daerah otonom untuk

usulnya.1 mengatur dan mengurus sendiri

Pemerintahan pada Urusan pemerintahan dan

tingkat desa dan kelurahan yang kepentingan masyarakat

secara entitas berbeda, setempat dalam sistem Negara

1
Nurcholis, Hanif, Pertumbuhan dan Erlangga, 2011, hlm 12.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:

3
Kesatuan Republik Indonesia. masih kuat dan budaya

Otonomi daerah adalah hak masyarakat masih tetap

penduduk yang tinggal dalam dipertahankan. Untuk

suatu daerah untuk mengatur, menciptakan efektivitas dalam

mengurus, mengendalikan dan pemerintahan maka perlu

mengembangkan urusannya dianalisis secara teliti

sendiri dengan menghormati berdasarkan kondisi sosial dan

peraturan perundangan yang budaya masyarakat untuk

berlaku.2 merubah status dari Kelurahan

Pola kehidupan menjadi Desa. Dengan menjadi

masyarakat Kelurahan masih Desa maka dapat diyakini akan

lebih banyak dipengaruhi oleh mengubah kehidupan masyarakat

lingkungan fisik seperti kondisi menjadi lebih baik, mandiri dan

alam, mobilitas sosial penduduk sejahtera. Hal ini karena

yang rendah, diferensiasi yang kohesisosial dan solidaritas

rendah karena masih masyarakat serta partisipasi

menunjukkan kesamaan- masyarakat desa dapat tumbuh

kesamaan dalam masyarakat. dan berkembang menjadi modal

Selain itu jarak sosial yang tidak sosial dalam pembangunan desa.

jauh dan pelapisan masyarakat Salah satu aturan

yang sederhana serta tradisi yang mengenai perubahan status

2
Hanif Nurcholis, Teori dan Daerah, Grasindo, Jakarta, 2007, hlm 30.
Praktik Pemerintahan dan Otonomi

4
kelurahan menjadi desa tertuang sebagian lagi menjadi kelurahan.

dalam Peraturan Menteri Dalam Ketika Kelurahan

Negeri Nomor 1 Tahun 2017 berubah status menjadi Desa

tentang Penataan Desa. Merujuk akan memiliki kewenangan yang

pada peraturan tersebut, luas dalam mengurus urusan

perubahan status kelurahan pemerintahan dan kepentingan

menjadi desa hanya dapat masyarakat setempat

dilakukan bagi kelurahan yang berdasarkan hak asal usul dan

kehidupan masyarakatnya masih hak tradisional yang diakui dan

bersifat pedesaan. Bersifat dihormati dalam system

pedesaan yang dimaksud, yakni pemerintahan Negara Kesatuan

kelurahan yang kehidupan Republik Indonesia. Pada

masyarakatnya memiliki dasarnya perubahan dari

karakteristik seperti: kondisi kelurahan Kembali menjadi desa

masyarakatnya homogen; mata akan menimbulkan berbagai

pencaharian masyarakat sebagian dampak yang signifikan terhadap

besar di bidang agraris atau perubahan pelayanan desa agar

nelayan; dan akses transportasi lebih efisien dan akan ditinjau

dan komunikasi masih terbatas. dalam penelitian ini.

Perubahan status kelurahan Oleh karena itu, perlu

menjadi desa ini dapat kajian yang mendalam secara

seluruhnya menjadi desa atau komprehensif tentang efektivitas

sebagian menjadi desa dan suatu desa berubah menjadi

5
kelurahan. Berdasarkan latar dalam perubahan status

belakang masalah inilah penulis kelurahan menjadi desa?

ingin melakukan penelitian 2. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Implementasi Peraturan Menteri
perubahan status Kelurahan
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
menjadi Desa terkait bagaimana
2017 tentang Penataan Desa dalam
kajian hukum terkait mekanisme
Perubahan Status Kelurahan
perubahan status Kelurahan
menjadi Desa
menjadi Desa.
Implementasi merupakan serangkaian
Berdasarkan uraian pada bagian
aktifitas dalam rangka menghantarkan
latar belakang di atas, maka yang
kebijakan kepada masyarakat sehingga
menjadi pokok permasalahan
kebijakan tersebut dapat membawa
dalam penelitian ini yaitu:
hasil sebagaimana yang diharapkan.
a. Seberapa jauh implementasi
Menyadari hal itu, dipahami bahwa
Peraturan Menteri Dalam
implementasi merupakan salah satu
Negeri Nomor 1 Tahun 2017
tahap dalam kebijakan publik.
tentang Penataan Desa
Kebijakan publik dalam bentuk
dalam perubahan status
Undang-Undang adalah jenis kebijakan
kelurahan menjadi desa?
yang memerlukan kebijakan publik
b. Apakah saja faktor
penjelas atau sering disebut sebagai
penghambat implementasi
peraturan pelaksanaan.
Peraturan Menteri Dalam
Berbicara Implementasi hukum
Negeri Nomor 1 Tahun 2017
berarti berbicara mengenai
tentang Penataan Desa
pelaksanaan hukum itu sendiri dimana

6
hukum diciptakan untuk dilaksanakan. merupakan tempat yang kesulitan

Hukum tidak bisa lagi disebut sebagai mendapat air bersih dan merupakan

hukum, apabila tidak pernah daerah tandus sehingga

dilaksanakan. Pelaksanaan hukum masyarakatnya jarang memiliki mata

selalu melibatkan manusia dan tingkah pencaharian di bidang pertanian,

lakunya. tetapi lebih memilih bekerja di sektor

3.1.1 Kondisi Masyarakat agraris karena letaknya yang dekat

Kelurahan dengan laut. Kelurahan ledeke sendiri

Kelurahan Ledeke menunjukkan ciri-ciri pedesaan,

merupakan salah satu antara lain: kurangnya bangunan

Kelurahan yang ada di perkantoran maupun perumahan,

Kecamatan Raijua. Penduduk yang homogen, fasilitas-

Secara historis telah fasilitas umum yang kurang, jauh dari

berdiri dari tahun 1992, ibu kota kecamatan dan ibu kota

Kelurahan Ledeke sudah kabupaten, dan lain-lain. Di samping

terbentuk sebelum itu, penghidupan masyarakatnya lebih

pemekaran Kabupaten banyak menggantungkan kehidupan

Sabu Raijua tahun dari pada sektor agraris.

Kabupaten Kupang pada Mata pencaharian masyarakat di

tahun 2008. Kelurahan Ledeke lebih banyak di

Secara fisik berdasarkan sektor agraris, seperti nelayan dan

pengamatan lapagan dan data yang petani rumput laut. Masyarakat

diperoleh penulis, Kelurahan Ledeke kurang mengambil pekerjaan di

7
bidang pertanian sebagai mata sulit dijangkau, sehingga seringkali

pencahariannya dikarenakan lahan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

yang tandus dan kekurangan air. sehari-hari.3 Keterbatasan

Akses transportasi dan aksesibilitas menjadi tantangan besar

komunikasi di Kelurahan Ledeke juga bagi masyarakat desa di Kabupaten

masih terbatas dikarenakan Sabu Raijua, karena kelurahan ini

kurangnya fasilitas umum dan terletak di pulau kecil yang sulit

letaknya yang jauh dari ibukota dijangkau.4

kabupaten karena berbeda pulau jadi 3.1.2 Implementasi Peraturan melalui

transportasi yang diperlukan berupa Sosialisasi Peraturan

kapal atau perahu. Masyarakat juga Sosialisasi peraturan melalui

mengalami kendala dalam proses pemberitahuan, penyampaian,

berkomunikasi dikarenakan jaringan dan pemahaman tentang isi dan tujuan

yang kurang memadai dikarenakan dari suatu peraturan yang baru

kurangnya tower pemancar jaringan dikeluarkan. Tujuan dari sosialisasi

sebagai sarana penyambung peraturan yang dilakukan agar

komunikasi. peraturan tersebut dapat diterapkan

Kehidupan masyarakat di dengan baik dan efektif serta diterima

Kelurahan Ledeke hidup dalam oleh masyarakat yang

kondisi kemiskinan, dikarenakan berkepentingan.

berada di daerah yang terpencil dan Implementasi peraturan

3
Hasil wawancara bersama Pak Hagai Pade Rohi , 15 Januari 2023 di Kelurahan
Hili Buru , 15 Januari 2023 di Kelurahan Ledeke, Kabupaten Sabu Raijua.
Ledeke, Kabupaten Sabu Raijua.
4 Hasil wawancara bersama Pak Domi

8
melalui sosialisasi peraturan masyarakat kelurahan dan munculah

merupakan salah satu cara yang dapat prakasa masyarakat sebagai respon

digunakan oleh pemerintah dari sosialisasi tersebut.

Kelurahan Ledeke untuk 3.1.3 Prakasa Masyarakat

meningkatkan pemahaman dan Otonomi daerah memberi kebebasan

penerapan peraturan yang dalam menyusun program dan

dikeluarkan oleh pemerintah. mengajukannya kepada pemerintahan

Sosialisasi peraturan digunakan pusat. Hal ini sangat akan berdampak

sebagai sarana untuk meningkatkan positif dan bisa memajukan daerah

kesadaran dan pemahaman tersebut apabila Orang/Badan yang

masyarakat tentang peraturan yang menyusun memiliki kemampuan yang

dikeluarkan, sehingga peraturan baik dalam merencanakan suatu program

tersebut dapat diterapkan dengan baik serta memiliki analisis mengenai hal- hal

dan efektif. apa saja yang akan terjadi dikemudian

Sebagai respon atas sosialisasi hari .5 Peran serta masyarakat dan

terkait Peraturan Menteri Dalam implementasi otonomi daerah memiliki

Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang tingkat korelasi dan interdependensi

Penataan Desa yang mana juga yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat

memuat salah satu aturan mengenai bahwa, disatu pihak untuk mencapai

perubahan status kelurahan menjadi keberhasilannya, otonomi daerah

desa yang menjadi daya tarik bagi memerlukan peran serta masyarakat

5
Khusaini, M. (2006). Desentralisasi Daerah.
dan Otonomi Daerah. Ekonomi Publik
Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan

9
yang cukup tinggi dan di lain pihak, a. batas usia Desa induk paling

otonomi daerah dapat memberikan sedikit 5 (lima) tahun terhitung

fasilitasi bagi masyarakat untuk terlibat sejak pembentukan;

secara aktif memanfaatkan berbagai b. jumlah penduduk, yaitu: 8)

keunggulan dan sumber daya daerah wilayah Nusa Tenggara Timur,

untuk meningkatkan kesejahteraannya Maluku, dan Maluku Utara

secara lebih mandiri. Selain itu, dalam paling sedikit 1.000 (seribu)

nuansa dimana peran serta masyarakat jiwa atau 200 (dua ratus) kepala

masih minimal, otonomi daerah dapat keluarga;

menjadi key leverage (pengungkit) yang c. wilayah kerja yang memiliki

dapat menciptakan kondisi yang akses transportasi antar

kondusif bagi masyarakat untuk wilayah;

berperan aktif dan berinteraksi dalam d. sosial budaya yang dapat

pelaksanaan pembangunan. menciptakan kerukunan hidup

3.1.3 Analisis Syarat bermasyarakat sesuai dengan

Dalam (Peraturan Menteri Dalam adat istiadat Desa;

Negeri Nomor 1 Tahun 2017 tentang e. memiliki potensi yang meliputi

Penataan Desa), disebutkan bahwa Desa sumber daya alam, sumber daya

yang merupakan hasil perubahan status manusia, dan sumber daya

harus memenuhi syarat dalam pasal 7. ekonomi pendukung;

(1) Pembentukan Desa harus memenuhi f. batas wilayah Desa yang

syarat: dinyatakan dalam bentuk peta

Desa yang telah ditetapkan

10
dalam Peraturan Bupati/Wali memenuhi persyaratan antara lain:

Kota; usia desa dari hasil perubahan

g. sarana dan prasarana bagi status, jumlah penduduk atau

pemerintahan Desa dan kepala kelurga, sosial budaya,

pelayanan publik; dan potensi desa, batas wilayah, sarana

h. tersedianya dana operasional, dan prasarana pemerintahan,

penghasilan tetap, dan tersedianya dana operasional,

tunjangan lainnya bagi penghasilan tetapdan tunjangan

perangkat pemerintah Desa bagi perangkat desa serta cakupan

sesuai dengan ketentuan wilayah desa.

peraturan perundang-undangan. Kelurahan Ledeke merupakan

i. cakupan wilayah Desa terdiri salah satu Kelurahan yang ada di

atas dusun atau dengan sebutan Kecamatan Raijua. Secara historis

lain. telah berdiri dari tahun 1992,

(2) Cakupan wilayah Desa Kelurahan Ledeke sudah terbentuk

sebagaimana dimaksud pada ayat sebelum pemekaran Kabupaten

(1) huruf i, diatur dengan Peraturan Sabu Raijua tahun dari Kabupaten

Bupati/Wali Kota dengan Kupang pada tahun 2008.

mempertimbangkan asal usul, adat 1. Dalam hal batas usia desa

istiadat, dan nilai sosial budaya yang dipersyaratkan paling

masyarakat Desa. sedikit 5 (lima) tahun

Dalam pasal7 yang terkait terhitung sejak

dengan pembentukan desa harus pembentukannya. Kelurahan

11
Ledeke sudah terbentuk lebih memenuhi syarat untuk

dari 20 tahun. Oleh karena berubah menjadi Desa.

berubah status menjadi Desa 3. Berdasarkan profil kelurahan

maka usia desa yang tahun 2022, menunjukkan

dipersyaratkan sudah bahwa di Kelurahan Ledeke

terpenuhi karena usia terdapat 328 Kepala Keluarga

Kelurahan Ledeke telah dan jumlah jiwa 1.121 orang.

melebihi ketentuan usia desa 4. Berdasarkan pengamatan

paling sedikit 5 (lima) tahun. lapangan di Kelurahan Ledeke

2. Salah satu syarat menunjukkan bahwa

pembentukan desa adalah kehidupan sosial budaya

jumlah penduduk atau kepala masyarakat yang masih

keluarga. Jumlah penduduk memelihara rasa kebersamaan

yang dipersyaratkan untuk sebagai suatu komunitas yang

wilayah Nusa Tenggara memiliki ikatan sosial dan

Timur, Maluku, dan Maluku adat atau tradisi yang kuat,

Utara paling sedikit 1.000 Kelurahan Ledeke juga berada

(seribu) jiwa atau 200 (dua di pulau Raijua yang mana

ratus) kepala keluarga. berbeda pulau dengan pulau

Dengan mengacu pada induk kabupaten Sabu Raijua

ketentuan jumlah penduduk sehingga kehidupan

yang dipersyaratkan maka masyarakatnya jauh dari

Kelurahan Ledeke telah perkotaan dan Kelurahan

12
Ledeke masih dalam suasana rumput laut untuk

pedesaan. memanfaatkan sumber daya

5. Berkaitan dengan kehidupan alam tersebut melalui

masyarakat Kelurahan juga pengadaan bibit rumput laut

masih bersifat pedesaan, dan alat untuk bertani.

dimana kondisi masyarakat 7. Berkaitan dengan letak dan

homogen, mata pencaharian batas wilayah Kelurahan

masyarakat sebagian besar di Ledeke berada di daerah garis

bidang agraris atau nelayan khatilistiwa dan berbukit,

dan akses transportasi dan beriklim tropis serta berada di

komunikasi masih terbatas. daerah pantai yang

6. Berkaitan dengan mempunyai luas 3,90 km2,

pengembangan potensi dengan batas-batas; sebelah

sumber daya alam terutama timur berbatasan dengan selat

dalam budi daya rumput laut Raijua, sebelah selatan

yang menjadi unggulan berbatasan dengan laut Sabu,

masyarakat Kelurahan sebelah utara berbatasan

Ledeke. Dapat dioptimalkan dengan Kelurahan Ledeunu,

oleh pemerintah desa, jika dan sebelah barat berbatasan

statusnya menjadi Desa. Hal dengan Desa Bolua dan Ballu.

ini karena ada kewenangan 8. Dalam hal sarana dan

desa untuk mengelola dana prasarana bagi pemerintahan

desa untuk mendorong petani desa dan pelayanan publik

13
seperti kantor desa setelah Nomor 1 Tahun 2017 tentang

menjadi Desa bukan Penataan Desa, pasal 7. Sehingga

merupakan masalah untuk sangat diharapkan perubahan

dipenuhi. Sarana dan status kelurahan menjadi desa,

prasarana menjadi milik desa sehingga dapat menerapkan

dan dikelola oleh desa yang pemerintahan dan pelayanan

bersangkutan untuk yang ideal sesuai kondisi

kepentingan masyarakat desa. kehidupan masyarakat.6

Dengan demikian semua aset 3.1 Faktorpenghambat Implementasi

Kelurahan setelah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri

Desa dialihkan menjadi aset Nomor 1 Tahun 2017 tentang

desa untuk dikelola desa Penataan Desa dalam perubahan

sebagai konsekuensi dari status kelurahan menjadi desa

perubahan status Kelurahan Dalam proses perubahan status

menjadi Desa. kelurahan menjadi desa mengalami

hambatan dalam mengimplementasi


Berdasarkan data diatas
Peraturan Menteri Dalam Negeri
dapat dinilai bahawa Kelurahan
Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Ledeke memenuhi syarat
Penataan Desa dalam perubahan
perubahan status kelurahan
status kelurahan menjadi desa maka
menjadi desa berdasarkan
dari itu peneliti melakukan
Peraturan Menteri Dalam Negeri

6 Hasil wawancara bersama Pak Titus Kabupaten Sabu Raijua.


Duri , 15 Januari 2023 di Kelurahan Ledeke,

14
penelitian apa saja Faktor

penghambat implementasi

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 1 Tahun 2017 tentang 3. KESIMPULAN DAN SARAN

Penataan Desa dalam perubahan 1. KESIMPULAN

status kelurahan menjadi desa. Berdasarkan uraian-

3.2.1 Sumber Daya Manusia uraian yang telah penulis

Pemerintahan kelurahan paparkan dalam

memiliki peran penting dalam pembahasan,maka dapat

menjaga kestabilan, memelihara disimpulkan sesuai dengan

keamanan dan membantu permasalahan sebagai berikut:

masyarakat dalam memecahkan 1. Implementasi Peraturan

masalah sosial. Namun, kurangnya Menteri Dalam Negeri Nomor

sumber daya manusia dalam hal ini 1 Tahun 2017 tentang

pegawai seringkali menjadi Penataan Desa memiliki peran

hambatan bagi proses pemerintahan penting dalam perubahan

kelurahan. Ini dapat mempengaruhi status kelurahan menjadi desa.

kualitas pelayanan publik dan Peraturan ini memberikan

efisiensi dalam mengatasi masalah panduan dan petunjuk bagi

masyarakat. pemerintah dan masyarakat

dalam proses perubahan status

kelurahan menjadi desa.

Peraturan ini juga memastikan

15
bahwa perubahan status Penataan Desa dalam

kelurahan menjadi desa perubahan status kelurahan

memenuhi persyaratan dan menjadi desa, agar dapat

kriteria yang ditentukan oleh memenuhi persyaratan dan

pemerintah. Kelurahan kriteria mengubah status

Ledeke dan Pemerintah menjadi desa.

Daerah telah melakukan 2. Implementasi peraturan ini,

upaya untuk ada beberapa faktor hambatan

mengimplementasi Peraturan seperti, kurangnya Sumber

Menteri Dalam Negeri Nomor daya manusia yaitu, pegawai

1 Tahun 2017 tentang kelurahan sehingga

Penataan Desa dalam pelaksanaan tugas-tugas

perubahan status kelurahan administratif dan teknis yang

menjadi desa dengan diperlukan dalam perubahan

melakukan sosialisasi status kelurahan menjadi desa

peraturan terhadap menjadi terhambat,

masyarakat, mengumpulkan Ketidaklengkapan dokumen

prakasa masyarakat, dan yuridis meliputi dokumen-

melakukan analisis syarat dokumen yang menunjukkan

sebagai langkah awal bahwa wilayah tersebut

implementasi Peraturan memenuhi kriteria sebagai

Menteri Dalam Negeri Nomor desa, seperti dokumen

1 Tahun 2017 tentang kependudukan, peta

16
administrasi, dan sebagainya. 2. Saran

dan faktor lainnya adalah


Berdasarkan hasil
dengan adanya moratorium
penelitian ini penulis memberikan
pemberian dan pemutakhiran
beberapa saran yakni:
kode dan data wilayah
1. Terhadap Pemerintah
administrasi Pemerintahan
Kelurahan Ledeke dan
Kecamatan, Kelurahan, dan
Pemerintah Daerah dapat
Desa, sehubungan dengan
terus melakukan komunikasi
pelaksanaan Pemilihan
dan koordinasi yang baik
Umum dan Pemilihan
dengan pihak-pihak terkait,
Serentak Tahun 2024
seperti masyarakat,
sehingga semua proses
lembaga-lembaga terkait,
administrasi perubahan status
dan pemerintah tingkat atas,
kelurahan menjadi desa
melibatkan masyarakat
menjadi terhambat, hambatan
dalam proses pengambilan
lainnya juga muncul dari
keputusan dan implementasi
perbedaan pandangan dan
peraturan, sehingga dapat
persepsi antara pemerintah
memastikan adanya
dan masyarakat, serta
dukungan dan partisipasi
keterbatasan sumber daya,
aktif dari masyarakat,
sarana prasarana dan
memastikan bahwa data dan
kemampuan pemerintah
informasi yang ada dalam
setempat.
sistem administrasi

17
pemerintah kelurahan terus proses pengambilan

diperbarui dan akurat, keputusan dan implementasi

sehingga dapat peraturan, sehingga dapat

mempermudah proses memastikan adanya

pengelolaan dan dukungan dan partisipasi

pemutakhiran, menyediakan aktif dari masyarakat

sarana dan prasarana yang

memadai bagi masyarakat,

seperti fasilitas-fasilitas

umum, jalan, dan lain

sebagainya. Sehingga

diharapkan pemerintah dapat

memastikan implementasi

peraturan dan regulasi yang

berlaku dapat berjalan

dengan baik, dan masyarakat

dapat merasakan manfaat

dari pengelolaan wilayah

administrasi pemerintahan

yang baik dan cocok dengan

kehidupan masyarakat.

2. Terhadap masyarakat dapat

terus melibatkan diri dalam

18
3. DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2015, Hukum
Buku Pemerintahan Desa “dalam Konstitusi
Indonesia sejak kemerdekaan
AAGN dan SutoroEko. 2003. hingga era reformasi”, Malang: Setara
Membangun Good Governancedi Press.
Desa.Yogyakarta: IRE Press.
Juliantara, D. et.al. 2006,
Adisasmita, Rahardjo, “Desentralisasi Kerakyatan Gagasan
2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Praksis”,
dan Teori. Bantul.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa
Antlov, Hans. 2003. Negara Dalam Indonesia ( KBBI )
Desa.Yogyakarta: LAPERA
PustakaUtama.AriDwipayana, Khusaini, M. (2006). Desentralisasi dan
Otonomi Daerah. Ekonomi Publik
Dirdjosisworo, Soedjono. 2014. Desentralisasi Fiskal dan
Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. Pembangunan Daerah.
RajaGrafindo Persada
Marzuki, Peter Mahmud. 2005.
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Penelitian Hukum. Jakarta
PelayananPublik: Peduli, Inklusif, Mulyadi, Deddy, dkk.
dan Kolaboratif. Yogyakarta: 2016. Administrasi Publik untuk
Gajah Mada University Press Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan
Grasindo, Jakarta, 2007. dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
Hanitijo Soemitro, Ronny. 1990. Jakarta: Erlangga.
Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri. Suratman. 2012. Metode Penelitian
Bandung Hukum. Bandung: Alfabeta

Hardiyansyah. 2011. Kualitas Syafiie, Inu Kencana. 2011”Sistem


Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Pemerintahan Indonesia”, Jakarta
Media
Widjaja, HAW. 2010, “Otonomi Desa
Hermanto, 2012.Orang Dayak Koman Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat
Memperkuat Identitas, Mempertegas dan Utuh”, Jakarta.
Batas
Wilayah Adat Desa Cenayan Yansen TP. 2014. Revolusi Dari Desa.
Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Sekadau. Pontianak: Artha
Grafistama.

19
Peraturan Perundang-Undangan No. 1, 2020

Undang-Undang Dasar Republik Web


Indonesia Tahun 1945
Amin Suprihatini, “Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Kelurahan”, (Klaten,
tentang Desa Cempaka Putih). Putra Prima
Perdana, “Banyak Kelurahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Ingin Diubah Statusnya Menjadi
tentang Pemerintahan Daerah Desa”, di akses melalui
www.nasional.tempo.co , pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor tanggal 4 Februari 2019, pukul
1 Tahun 2017 tentang Penataan 17.00 wib.
Desa
Husein Abdulsalam, “Saat Banyak
Jurnal Kelurahan Ingin Jadi Desa Demi
Dapat Dana Desa”, dalam situs
Hendro Agus Sutanto, Lukman Hakim, www.tirto.id dipublikasikan pada
Fatkhurohman, Politik Hukum 24 Maret 2019 dan diakses
Perubahan status dari melalui Google pada 16 April
Pemerintahan Kelurahan 2019 pukul 19.45 WIB.
menjadi Pemerintahan Desa Kualitas Aktiva Bank Umum
berdasarkan Undan-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Magister Ilmu Hukum,
Program Pascasarjana Univ.
Widyagama Malang

Umar Nain, Kajian Perubahan Status


Kelurahan menjadfi Desa di Kabupaten
Takalar Study Of Change Status
Urban Village to Village in Takalar
Regency, Institut Pemerintahan
Dalam Negeri Kampus Sulawesi
Selatan, Palangga Praja Vol 2,

20

You might also like