Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 135

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NASKAH DRAMA

PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER


DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SLTP.

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:
Maisyah Rahmanita Putri
1111013000112

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2018
ABSTRAK

MAISYAH RAHMANITA PUTRI, 1110113000112, Program Studi


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Tindak Tutur
Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C Noer dan Implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SLTP. Pembimbing Mahmudah Fitryah, ZA,MPd.

Tulisan ini dilandasi oleh pandangan bahwa karya sastra berupa naskah drama
mencerminkan tindak tutur dalam naskah drama tersebut. Naskah drama sebagai
dokumen yang terlahir dalam konteks fenomena di masyarakat dalam bertindaktutur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi yang terdapat dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noer. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini berupa teks naskah drama Pada Suatu Hari yang menggambarkan
tindak tutur sehari-hari dalam naskah drama tersebut.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data, ditemukan bentuk-


bentuk tindak tutur, yaitu: (1) Lokusi yang terdiri atas jenis deklaratif, interogatif,
imperatif, interjektif; dan simultan. (2) Ilokusi yang terdiri atas jenis tindak
penegasan, tindak meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas
kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan
kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi dan (3) Perlokusi yang terdiri atas jenis
menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan, mengajukan, mengalihkan,
meyakinkan, menakuti, membingungkan, melakukan, mengganggu, mempersulit,
memperngaruhi, menuruti, merespon, menyetujui, memperhatikan, memaklumi,
bersimpati, meahami, menyadarkan, menggelikanhati, membosankan, mengilhami,
dan tanpaperlokusi.

Kata kunci: Tindak Tutur, Naskah Drama, Arfin C Noer, Pembelajaran Sastra dan
Bahasa Indonesia

i
ABSTRACT

MAISYAH RAHMANITA PUTRI, 1110113000112, Indonesian


Language and Literature Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The title of term paper
"The act of speech, Locution, Ilocution and Perlokusi" in drama script Pada
Suatu Hari by Arifin C Noer and Its Implication to Indonesian Language and
Literature Teaching in SLTP. As a mentor, Mahmudah Fitryah, ZA, MPd.

This paper is based on the view that the literary work of drama script reflects
the act of speech in the drama script. Drama script as a document that was born in the
phenomenon context in the act of speech of society.

This study aims to find out how the results of speech acts location, ilocution
,and perlokusi contained in drama script Pada Suatu Hari by Arifin C. Noer. This type
of study is qualitative research. The method used is descriptive qualitative method.
The data in this study is a drama script text Pada Suatu Hari which describes the daily
speech act in the drama script.

Based on the results of the analysis and discussion of the data, there are forms
of speech acts, which are: (1) Locutions consisting of declarative, interrogative,
imperative, interjective, and simultaneous types, (2) Ilocution consisting of types of
affirmation acts, acts of action, combination of illocution acts and verbs, and
combinations of verbs in a single act of illocution and (3) Perlokusi consisting of
responding, explaining, answering, annoying, filing, transferring, convincing,
frightening confusing, doing, disturbing, complicating, affecting sympathy,
understanding, awakening, cheering, boring, inspiring, and without perlocution,
obeying, responding, approving, paying attention, tolerating.

Keywords: Speech Act, Drama, Arfin C Noer, Literature and Indonesian Language

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah Subhanahuwataala yang senan tiasa telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, serta kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga skripsi dengan
judul “ Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Dalam Naskah Drama Pada
Suatu Hari karya Arifin C Noer dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra
Indonesia” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
penulis curahkan kepada Rasulullah Shallahualaihiwasalam dan semoga kita
mendapat syafaatnya kelak.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.Terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak terlepas
dari nasihat, saran, dukungan, bimbingan dan motivasi yang dilimpahkan kepada
penulis dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.,selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Makyun Subuki, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang memudahkan dalam segala proses baik formal maupun
informal.
3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, MPd, selaku dosen pembimbing skripsi yang
paling membantu proses penulisan skripsi, selalu berusaha meluangkan waktu
dalam bimbingan skripsi, sabar dalam membimbing, mengarahkan dan
memberikan masukan untuk tulisan hingga akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya, dan
dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberkan ilmu

iii
pengetahuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Teruntuk yang lebih berperan penting dalam hal ini ialah (alm) ayah Thaif Abd
Manan dan (almh) mama Siti Atiqah, yang selama hidupnya tidak behenti untuk
terus mendukung, mendoakan dan selalu member motivasi serta bantuan moril
kepada penulis dengan tulus dan kasih sayangnya. Skripsi ini adalah hadiah
special untuk ayah dan mama.
6. kakak terbaik Hulyatun Jannah terimakasih selalu menjadi inspirasi adikmu ini
dan Aa Emha Rizky Rahman Putra, yang selalu bawel mengingatkan untuk
selalu cepat menyelesaikan skripsi ini dan adikku Nur ‘Azmy juga Wita Andriani
dan Aisyah Putri Utami yang selalu ada memberikan energi semangat, keceriaan
dan kasih sayang sehingga dapat terselesaikan skripsi ini terimakasih.
7. Anak didikku dan staff di Saung Qur’an AlManan terimakasih karena kalian
tidak ada kata letih selalu menyelipkan nama penulis didalam doa kalian.
8. Sahabat seperjuangan Marsita Fajarwati, Nurlaily Hanifah, dan Septi Liawati.
Makasih selalu jadi teman terbaik yang mau direpotkan, selalu ada keceriaan
setiap skripsian, saling membantu sama lain dan Alhamdulillah nazar kita
terlaksana, bisa wisuda bareng.
9. Teman-teman tersayang Iin, Intan, Sifa, Mimah, Via dan Amel terimakasih selalu
memberi semangat kepada penulis dan selalu setia mendengarkan keluh kesah
dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Keluarga besar PBSI UIN ‘11 terutama untuk kelas C, kalian adalah sahabat
sekaligus memberikan pengalam terbaik.

iv
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Dengan segala
kebaikan dan doake pada penulis, semoga senatiasa mendapat pahala juga limpahan
rahmat-Nya. Selain itu, besar harapan penulis skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi banyak pihak, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pembelajaran
sastra Indonesia.

Jakarta, 20 Juli 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. TujuanPenelitian. ........................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II :KAJIAN TEORI
A. Pragmatik .................................................................................... 7
1. Pengertian Pragmatik dalam Penggunaan Bahasa ................ 8
B. Hakikat Tindak Tutur ........................................................................... 9

a. Pengertian Tindak Tutur ................................................. 9


b. Macam-macam Tindak Tutur .......................................... 17
i. Tindak Lokusi ......................................................... 17

ii. Tindak Ilokusi ................................................... 21


iii. Tindak Perlokusi ............................................... 25

c. Hakikat Naskah Drama ........................................................... 31

d. Tindak Tutur Dalam Naskah Drama ....................................... 37

BAB III : ARIFIN C NOER, DUNIA DAN KARYANYA


A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 42
B. Sumber dan Data Penelitian ........................................................ 43
C. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 43

v
D. Pengolahan Data. ....................................................................... 44
E. Penyajian Data ............................................................................ 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama Pada


Suatu Hari karya Arifin C. Noer…………………………………….45
B. Analisis Deskripsi Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pada Suatu Hari
Karya Arifin C. Noer……………………………………………….. 48
1. Tindak Ilokusi ……………………………………………………48
2. Tindak Ilokusi……………………………………………………..52
3. Tindak Perlokusi…………………………………………………. 55
C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia...60

BAB V :PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ........................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR UJI REFERENSI
PROFIL PENULIS

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan


masyarakat di sekitarnya. Interaksi antarsesama anggota masyarakat dapat
berjalan lancar apabila memiliki sarana yang dapat menjalani komunikasi
antar sesama mereka. Salah satu sarana komunikasi itu adalah bahasa. Dengan
mengunakan bahasa dapat menggungkapkan gagasan, pikiran, pengalaman,
dan perasaan. Hal yang sesuai dengan teori tindak tutur, di mana pada
umumnya bahasa berfungsi sebagai wadah dalam hal berkomunikasi.
Kegiatan komunikasi tersebut dapat terlaksana jika penutur
mengemukakan tuturan pada mitra tutur, dalam konteks ini bahasa tidak
hanya untuk menyatakan sesuatu, akan tetap dapat juga untuk melakukan
sesuatu seperti, menyatakan keadaan, bertukar informasi dan pengalaman.
Tindak tutur kurang lebih mencangkup ada terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok
tuturan, dalam waktu, tempat, situasi tertentu.1
Peristiwa tutur terjadi karena adanya jumlah tindak tutur. Jika
peristiwa tutur merupakan gejala sosial yang menyangkut dari pihak-pihak
yang melakukan sebuah tuturan maka segala tindak tutur tersebut adalah
gejala individual yang bersikap psikologis dan berlangsungnya oleh
kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam
tindak tutur yang dilihat adalah tujuan dari sebuah peristiwanya, sedangkan
dalam tindak tutur yang dilihat ialah sebuah makna atau arti tindakan dalam
tuturannya. Tindak tutur dikemukakan oleh filsuf Inggris, John Langshaw,

1
Abdul Chaer dan Leonie Agustina,Sosiolingustik Perkenalan awal, (Jakarta:Rineka
Cipta,2004), hlm. 47

1
yang mengemukakan bahwa di dalam berbicara, pembicaraan melakukan
tindak tutur sekaligus, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah
tindakan mengatakan sesuatu dalam bentuk lingual, ilokusi adalah maksud
penutur mengatakan sesuatu, sedangkan perlokusi adalah efek atau akibat
yang dihasilkan dari ucapan pembicara terhadap pendengar. Tindak tutur
biasa terjadi dalam komunikasi sehari-hari, seperti dalam percakapan, dialog,
diskusi, tanya-jawab, wawancara, dan komunikasi lisan lainya. Selain itu, kita
dapat menemukan tindak tutur dalam berkomunikasi yang berbentuk tulisan,
seperti pada kolom surat pembaca majalah atau surat kabar, di dalam cerpen,
roman, naskah drama, ataupun wacana tulisan lainnya.
Tindak tutur dalam sebuah wacana lisan lebih mudah dipahami dari
pada tindak tutur dalam wacana tulisan. Hal ini disebabkan karena di dalam
wacana lisan faktor gerak seperti gerak-gerik, mimik, irama, jeda, serta unsur-
unsur nonlinguistik lainnya ikut membantu mempelancar jalannya komunikasi
terhadap seseorang disekitar. Unsur-unsur nonlinguistik itu tidak terdapat
dalam wacana tulisan, sehingga menyulitkan komunikasi dan member
peluang terjadinya kesalah pahaman.
Oleh karena itu, tindak tutur di dalam wacana tulisan direncanakan
dulu dalam menuturkan agar pembaca dapat memahami maksud penulisan
dengan mudah. Dalam hal ini, penulis harus menguasai dam mampu
menggukan ejaan dan tanda baca untuk mengantikan beberapa unsur
nonlinguistik yang diperlukan dalam memperjelas maksud penulis. Jadi,
dalam sebuah wacana tulisan tindak tutur yang terjadi direncanakan terlebih
dahulu. Hal ini juga berlaku dalam wacana yang berbentuk karya sastra yang
berbentuk naskah drama berjudul Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noer.
Naskah drama Pada suatu hari, karya Arifin C. Noer diamana
mengisahkan tentang sepasang suami istri yang sudah memasuki umur yang
bisa di bilang tidak muda lagi, mereka ingin mengadakan acara ulang tahun
pernikahan mereka untuk ke sekian kalinya mereka bersama. Sejak masih

2
muda sampai sekarang ini sepasang suami ini adalah pasangan yang romantis
dan selalu bahagia di dalam kehidupannya dan menjadi pasangan romantis.
Sampai pada suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka,
datanglah seorang janda yang seksi yang bernama nyonya Wenas, yang
berkunjung kekediaman sepasang suami istri ini. niat nyonya Wenas ini
datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek
karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Akan tetapi seketika
nenek marah, dan merasa kesalx karena yang nenek tau nyonya Wenas tidak
diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir keacara ulang tahun pernikahan
mereka. Namun pada saat itulah hubungan kakek dan nenek ini mulai
renggang. Pengalaman konflik ini dialami dalam kehidupan rumah tangga
ketika dirinya masuk masa tuanya karena kata perceraian sanggat mudah
diuangkapkan dalam drama ini. Lewat tokoh Nenek yang terdapat di dalam
naskah drama ini bahwasannya dalam mengambil tindakan atau keputusan
tidak harus memandang hanya satu sisi saja, melainkan harus juga
mempertimbangkan segala sesuatunya.
Penelitian ini, penulis berharap agar peserta didik mendapatkan ilmu
tentang kebahasaan yang di mana mereka akan mempelajari dan juga
mengelompokan macam-macam bahasa. Salah satu karya sastra yang dipilih
oleh Arifin C. Noer yaitu sebagai proses kreatifannya, karena banyaknya
nahkah yang diselesaikannya sendiri sehinga menjadi sebuah pementasan.
Naskah drama karya Arifin C. Noer ini berbeda dari karya sastra lainya yang
merupakan kumpulan dialog yang berderet, bertek-tok, dan berirama
keseharian. Namun dengan demikian, naskah drama adalah bagian dari karya
sastra yang mengandung unsur kesenian yang utuh. Maka dari itu penulis
mengangkat judul “ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NASKAH
DRAMA PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C. NOER DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SLTP.”

3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Karya sastra mengambarkan sebuah pemikiran dan sebuah alat
komunikasi, dan naskah drama merupakan media yang tepat sebagai alat
kritik terlebih terhadap tindak tuturnya.
2. Naskah-naskah dra ma karya Arifin C. Noer menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh masyarakat terutama pada naskah Pada suatu hari
yang mempunyai situasi tutur antar tokoh yang beragam di dalam naskah
drama.
3. Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer sangat menarik untuk dikaji,
sehingga perlunya sebuah pemahaman lebih mendalam mengenai tindak
tutur yang terdapat di dalam naskah.
4. Seperti tindak lokusi yang tindakannya mengatakan atau mengucapkan
sesuatu dalam bentuk linguistik. Tindak lokusi mencakup ujaran
deklaratif, ujaran interogratif, ujaran imperatif, dan ujaran interjektif.
5. Tindak ilokusi yang berfungsi sebagai sebuah pernyataan, tawaran dan
pernyataan.
6. Tindak perlokusi mempunyai fungsi yang dapat menghasilkan dampak
yang di timbulkan dari ungkapan kepada pendengar sesuai dengan situasi
dan kondisinya.

1.3 Pembatasan Masalah


Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penuliis membatasi
permasalahan pada hal berikut:
a. Macam-macam tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noer.
b. Fungi Tindak Tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.
Noer.

4
c. Implikasi peristiwa tindak tutur dala bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah.

1.4 Rumusan Masalah


Bedasarkan uraian di atas, berikut dikemukakan masalah dalam penelitian
ini.
1. Bagaimana macam-macam tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam
wacana naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer?
2. Bagaimana Fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi apa sajakah
yang terdapat dalam wacana naskah drama “Pada Suatu Hari” karya
Arifin C. Noer?
3. Bagaimana implikasi peristiwa tindak tutur dalam bidang pendidikan Bahasa
dan Sastra.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui macam-macam tindak tutur yang terdapat dalam wacana
naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.
2. Mengetahui fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam wacana
naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.
3. Mengetahui implikasi peristiwa tindak tutur dalam bidan pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis mengharapkan dengan dilakukannya penelitian mengenai


“Analisis Tindak Tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C.
Noer” dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca mengenai tindak
tutur, fungsi tindak tutur yang terdapat di dalam naskah drama tersebut dan
implikasinya terhadap pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5
1.6 Manfaat Penelitian
Penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teorits dan
praktis sebagai berikut:
A. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mengharapkan dapat memperkaya peneliti sastra
Indonesia dan mempekaya khazanah ilmu pegetahuan sehingga dapat
bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
B. Manfaat praktis.
a. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru bahasa dan sastra
Indonesia sebagai masukan bahan ajar apresiasi sastra dalam
pengembangan materi pembelajaran apresiasi sastra sehingga
memudahkan proses mengajar bahasa dan sastra Indonesia terutama
bagi dunia pendidikan.
b. Siswa
Sastra diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan siswa
tentang tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noor.
c. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra
dengan permasalahan yang sejenis dan dapat menambah wawasan
kepada penikmat karya sastra tentang tindak tutur dalam naskah drama
Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noor.

6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pragmatik
Pada dasarnya sebuah kajian prosa bersifat naratif, menjelaskan, atau
menguraikan. Dengan juga pada naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin
C. Noer juga menceritakan sesuatu keadaan. Drama ini akan lebih hidup,
bervariasi dan bernilai seni apabila pada saat penampilan sang pemain peran
bisa membawa audiens merasa seperti merasakan masuk di dalamnya. Karena
sebuah tuturan bisa membuat seseorang terbawa atau dengan mudah
terpengaruh, akan tetapi pada hakikatnya dapat juga dikaji melalui suatu teori
kebahasaan yang sudah dikenal dengan istilah tindak tutur. Teori tindak tutur
merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Oleh karena itu, apabila
seseorang membicarakan teori tindak tutur berarti pula membicarakan
pragmatik begitu pula sebaliknya.
Bahasa sendiri berada di dalam sebuah keadaan yang berada pada
benak seseorang, karena tidak bisa langsung didapatkan oleh pengamat
apabila pengamat tersebut mendapatkannya tanpa melalui pencapaian
standarnya seperti dikamus dan buku tata bahasa. Dan pada kenyataannya
bahasa itu muncul sebuah tindakkan yaitu tindak tutur atau perbuatan
seseorang itu sendiri.
Bahasa adalah wahana komunikasi dan tutur adalah penggunaan
wahana itu oleh karena itu pada suatu kejadian tertentu, sebuah kode tutur
adalah pengkodean (encode) dari pesan khusus yang kemudian akan diartikan
oleh seseorang pendengar atau lebih.
Dengan demikian, suatu ujaran itu mengandung di dalam nya tiga
unsur, yaitu tindak ujar (speech acts), muatan proposisi (propositional
content), dan muatan tematik (thematic content).1
Sebuah tindak tutur mempunyai dua segi yaitu fisik dan psikologis
bunyi tuturan yang sering didengar. Dengan demikian bahasa hanya dapat

1
Sunjono dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta,
Yayasan Obor Indonesia) hlm 94.

7
dicapai dengan melalui kegiatan bertutur. Itulah yang menyebabkan peneliti
menganalisis ujaran seseorang yang diharapkan dapat mengidentifikasi dari
kesatuan bahasa.

1. Pragmatik dalam Penggunaan Bahasa


Leech di dalam buku terjemahannya yaitu prinsip-prinsip
pragmatik menyatakan bahwa bahasa yang diupayakan untuk mmencari
hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan dan tanpa
disadari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu
digunakan dalam berkomunikasi.2
Dengan kata lain, jika seseorang ingin memahami sifat-sifat
bahasa, seseorang harus memahami pragmatiknya juga. Karena dari
pernyataan di atas dapat diketahui bahwasannya pragmatik sangat
berhubungan atau berkaitan dengan penggunaan bahasa. Jika dibandingan
dengan sebuah istilah competence dan performance dalam sistem
Chomsky, pragmatik lebih dekat kepada performance dari pada
competence. Pada sistem Chomsky “competence” ialah perangkat aturan-
aturan bahasa yang kalau dimiliki menyanggupkan orang membuat
kalimat-kalimat, performance ialah tindakan berbahasa orang yang
memang didasarkan atas competence tetapi dipengaruhi oleh faktor lain
sepertiingatan, keadaan dan sebagainya.
Pendapatnya hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh
Ibrahim, yang dimana ia memandang bahwa tindak tutur sebagai salah
satu konsep yang paling menonjol dalam katagori linguistik masa kini.
Konsep ini dianggap mampu membawa upaya agar ilmiah dari manusia ke
arah fungsi bahasa dalam sebuah komunikasi antar manusia.3
Untuk memahami dasar dari suatu tuturan dalam suatu komunikasi
pemahaman suatu konteks sangat dibutuhkan. Konteks yang dibutuhkan
itu dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) Konteks fisik yang

2
Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatic, Terj, Prinsip-Prinsip Pragmatik, M.D.D Oka
M.A(Jakarta: Universitas Indonesia, 2011)hml 3-4.
3
Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm, 106.

8
meliputi tempat terjadinya dalam penggunaan bahasa dalam suatu
komunikasi, objek yang ada di dalam peristiwa komunikasi itu adalah
tindakan atau sikap pada saat berkomunikasi, serta para pemain peran
dalam peristiwa komunikasi tersebut. (2). Konteks epitemis atau latar
belakang pengarang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh
pembicara atau pendengar. (3). Konteks linguistik yang terdiri dari
kumpulan kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mencoba uuntuk
mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam kegiatan
berkomunikasi. (4). Konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang
melengkapi hubungan anara pembicara (mitra tutur) dengan penutur.
Bedasarkan macam-macam konteks, teori tindak tutur adalah
sebuah bagian yang dikaji dari pragmatik dan pengertian dari pragmatik
itu sendiri adalah merupakan konteks. Dengan demikian, pragmati
mempunyai cangkuppan dengan cara memakai bahasa-bahasa untuk
menerapkan pengalaman atau pengetahuan untuk mengunterprestasi dari
ucapan-ucapan. Dan pernyataan tersebut menunjukan bahwasannya
menganalisis tindak ujar merupakan bagian dari kajian pragmatik. Oleh
karena itu dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa tindak tutur
merupakan kajian dari pragmatik.

B. Hakikat Tindak Tutur.


1. Pengertian Tindak Tutur
Dalam kegiatan berbahasa dan berkomunikasi berhadapan dengan sebuah
tindakkan kebahasaan yang memiliki beberapa aspeknya. Aspek tersebut
adalah informasi, interaksi, komunikasi, reaksi, dan transaksi. Tindak bahasa
tidak semata-mata merupakan peristiwa, tetapi mempunyai maksud dan
disusun untuk memberikan efek di sekitar pendengar dan pembicara tindak
bahasa itu disebut juga sebagai tindak tutur.
Dalam interaksi sosial saling berpengaruh karena orang akan lebih sering
menggunakan bahasa yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan
seseorang yang sudah sering menggunakan untuk sehari-hari. Tak heran

9
apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang.
Tapi sebaliknya bahasa yang tidak banyak digunakan, maka kosa katanya
akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan. 4
Bahasa itu sendiri adalah sejumlah kombinasi dari berbagaimacam kosa
kata yang digenerasikan oleh sebuah tataan bahasa. Dalam artian yaitu bahasa
adalah sejumlah formula yang mengalami sebuah kegiatan interpretasi secara
semantik ketia diletakan dalam hubungan sistematis di dalam objek lain.
Misalnya dengan susunan dari bahasa lain, dengan kondisi dari pengguna
bahasa atau kondisi-kondisi yang mungkinnya terjadi tanpa disadari.
Hal ini sering terjadi karena dalam pelaksanaan interaksi sosial itu
berhubungan dengan bahasa karena tanda yang disadari dalam pemerolehan
sebuah bahasa itu tidak pernah berfikir apakah kata-kata yang sering
diungkapkan itu memenuhi syarat fonologi, morfologi, atau sintaksis. Karena
sebuah kata yang dikeluarkan pada saat berkomunikasi tersebut adalah sebuah
pemerolehan kata itu tanpa disadari ke luar secara tidak disengaja, walaupun
sering kali hanya membutuhkan satu kata saja tetapi di dalam komunikasi
tersebut secara sepontan menjelaskan panjang lebar penjelasannya padahal
hanya membutuhkan satu kata saja.
Dalam pembahasan untuk meneliti sebuah kata atau beberapa kata dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi tindak tutur. Pengertian tindak tutur itu
sendiri adalah sesuatu yang dilakukan dalam rangka berbicara atau suatu inti
bahasa yang berfungsi di dalam sebuah percakapan. Tuturan juga
menjelaskan tentang pengutaraan sesuatu dengan jelas atau menerangkan
sesuatu dengan sejelas-jelasnya. Setelah penutur melakukan tindakan
menjelaskan ini diharapkan mitra tutur memahami penjelasan penutur dengan
baik.5
Tindak tutur (speech act theory) di perkenalkan oleh John Langshaw
Austin dalam buku How To Do Things With Words. Ia mencoba memecahkan
persoalan-persoalan dengan mengajukan pemikirannya mengenai dua macam

4
Mansoer Pateda, Sosiolinguistik, (Bandung: Angkasa,2001) hlm, 12.
5
Arono dan Nadrah, “Tindak tutur wacana dialog liputan enam SCTV, Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra dan Pengajarannya”, Vol.8, 2009, hlm 91.

10
cara pemakaian bahasa, yaitu tuturan konstatif dan tuturan perpomatif.
Tuturan perpomatif adalah pernyataan yang tidak dapat dinyatakan benar atau
salah karena menggambarkan suatu fakta atau realita indrawi atau tuturan
berupa kalimat atau bagian kalimat untuk melakukan sesuatu tindkaan yang
tidak lazin dideskripsikan untuk menyatakan sesuatu. Sedang tuturan konstatif
adalah pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah bedasarkan fakta atau
pernyataan deklaratifnya tidak dapat diukur contohnya “aya mempunyai uang
lima ribu rupiah”, pernyataan ini dapat di nilai benar atau salah karena adanya
fakta yang dinyatakan di dalam nya.6
Tuturan perfomatif menyatakan suatu perbuatan, tertentu yang akan
dilakukan melalui pengucapan kata-kata atau dalam sebuah kalimat. Misalnya
dalam suatu upacara peresmian, seorang gubenur berkata “saya menyatakan
pameran kerajinan tangan ini di buka” ia tidak menyatakan sesuatu realita
indrawi namun membuat pernyataan yang berfokus pada sebuah tindakan. Jadi
bisa diartikan bahwa Austin menyatakan atau mengklarifikasi sebuah tuturan
perfomatis ini menjadi dua, yaitu wajar dan tidak wajar. Menurut Austin agar
dapat terlaksana ada tiga syarat yang harus terpenuhi dalam performatif
seperti:
1. Pelaku dan situasi harus sesuai (The persons and circumstances
must be appropriate)
Misalnya, tuturan sering disampaikan kepada pasangan pengantin
“saya nyatakan saudara-saudara sebagai suami istri” hal tersebut hanya
dapat terpenuhi bila mengucapkan adalah seorang yang memang
berwewenang untuk mengucapkan tuturan tersebut, misalnya pendeta
dan penghulu. Sebaliknya jika tuturan seorang penghulu yang berbunyi
“saya nyatakan saudara-saudara sebagai suami istri” tidak dapat
dianggap berlaku apabila pengantinya bukan sepasang pria dan wanita.
2. Tindakan harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh
pelaku (The act must be executed completely and correctly by all
participants)

6
Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm, 64.

11
Misalnya, seorang pemimpin yang menyatakan “Anda betul-betul
salah” kepada bawahannya namun tidak mampu menunjukan
kesalahannya ataupun peraturannya apa yang membuatnya dianggap
salah merupakan tuturan yang tidak valid.

3. Pelaku harus mempunyai maksud yang sesuai (The participants


must have the appropriate intentions).
Misalnya, tuturan “saya akan menemui anda dikantor pukul tiga”,
sedangkan sebetulnya pukul tiga penutur tersebut telah mengadakan
janji lain dengan pihak tertentu, maka dari itu tuturan tersebut tidak
valid.7
Secara garis besar tindak tutur adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk mendapatan maksud tetntu misalnya, untuk
mendapatkan informasi atau memberikan informasi, ataupun
berfungsi untuk mengatakan sesuatu kepada mitra tutur itu sendiri.
Adapun beberapa jenis tindak tutur yang biasa di gunakan dalam
komunikasi sehari-hari yakni tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian mengenai tindak
tutur, dalam teks naskah drama dengan menggunakan prinsip dari
Austin.
Dalam buku pedoman penelitian sosiolinguistik menurut Suhardi
Basuki beranggapan bahwa Austin menyebutkan pada dasarnya pada
saat seseorang mengatakan sesuatu, ia juga melakukan sesuatu.
Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur.
Mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui
ujaran. Sedangkan Cohen dalam Hornberger dan McKay menyatakan
tindak tutur sebagai sebuah kesatuan fungsional dalam komunikasi.
Dengan kata lain tindak tutur merupakan suatu ujaran yang

7
FX. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm,12.

12
mengandung tindakan sebagai suatu kesatuan fungsional dalam
komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. 8
Dan kajian Austin diteruskan oleh Searle ia menjelaskan perincian
tindak tutur menjadi beberapa kelompok:9
1. Representatif (Representative): tindak tutur yang memerikan suatu
keadaan atau peristiwa seperti ( pernyataan, dugaan, laporan, dan
pemerintan) tindak tutur ini dapat benar dan salah.
Misalnya: Ini namanya lumpia (padahal sebenarnya ini adalah risoles)
2. Komisif (Commisseve): Tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melakukan sesuatu ( janji, sumpah, dan ancaman)
Misalnya: Siapa saja yang ketahuan menyontek, tidak tanggung-
tanggung saya akan kasih nilai E.
3. Direktif (Directive): tindak tutur yang dimaksudkan agar pendengar
melakukan tindakan ( minta tolong, perintah, menantang, dan
mengundang).
Misalhnya: Seorang pengawas berkata pada murid yang berisik
“Harap tenang karena ini sedang ulangan”.
4. Deklarasi (Declaration): tindak tutur yang dapat mengubah atau
mendatangkan suatu keadaan (pembabtisan, pengukuhan, dan
keputusan).
Misalnya: salah satu rektor dari fakultas kedokteran menyatakan
kepada mahasiswanya “Selamat untuk kalian, karena kami nyatakan
lulus menjadi dokter”.
5. Ekspresif (Expressive): tindak tutur yang menunjukan keadaan
psikologis atau sikap terhadap penuturnya (memberi salam, minta atau
memberi maaf, ucapan selamat, ucapan belasungkawan dan memberi
pujian).
Misalnya: Seorang muird yang terlambat kasuk ke dalam kelas dan
berkata “maaf pak, saya terlambat”.

8
Basuki Suhardi , Pedoman Penelitian Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2009) hml, 34.

13
Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat terkait. Keduanya
merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses
komunikasi. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena
menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam satu situasi dan tempat
tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari
sejumlah tindak tutur (speech act) yang terorganisasikan untuk
mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, tindak tutur selalu berada
dalam peristiwa tutur. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial
seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual,
bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Jika
dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi
dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam
tuturannya.
Karena tindak tutur adalah sesuatu yang dilakukan dalam rangka
berbicara atau suatu inti bahasa yang berfungsi di dalam sebuah
percakapan. Tuturan juga menjelaskan tentang pengutaraan sesuatu
dengan jelas atau menerangkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya.
Setelah penutur melakukan tindakan menjelaskan ini diharapkan mitra
tutur memahami penjelasan penutur dengan baik.
Menurut Austin di dalam buku kesantunan berbahasa Abdul Chaer
menjelaskan bahwasannya sebuah tindak tutur itu tidak hanya di
fokuskan untuk sebuah tuturan melainkan dapat menyatakan adanya
sebuah perbuatan atau tindakan yang terdapat di dalam kajian
pragmatik. Dan Abdul Chaer juga merumuskan sebagai ketiga
tindakan yaitu sebagai tindak lokusi ialah tindakan untuk menyatakan
sesuatu sebagaimana adanya atau an act of saying something tindakan
yang dilakukan untuk mengatakan sesuatu, tindak tutur ilokusi
bertindak untuk melakukan sesuatu (an act doing something), dan
tindak tutur perlokusi yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap
lawan tuturan bisa juga dengan orang yang mendengar tuturan tersebut

14
maka tindak tutur perlokusi sering di sebut an act of affecting someone
(tidak memberi dampak buruk untuk orang lain).10
Dari penjelasan di atas bahwa tindak lokusi dapat menyatakan
sesuatu lokusi juga dapat melakukan sebuah tindakan, maka dari itu
tindak ilokusi ini sangat berpengaruh besar dalam menyampaikan
maksud kepada seseorang, apabila seseorang itu berada di dalam
konteksnya. Oleh karena itu tindak ilokusi sangat berdampak kepada
implikatur di dalam sebuah percakapan. Contohnya seperti:
A. Kamu diam.!!
B. Apakah kamu tidak bisa tutup mulut kamu??
C. Seandainya saya jadi kamu, saya pasti sudah menutup mulut saya.

Dalam konteks tersebut semua tuturan tersebut merupakan


impositif yang bertujuan agar diam, akan tetapi pada perumusan dari
setiap tuturan sangat terlihat bahwa seseorang tersebut menggunakan
strategi-strategi penyampaian yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan
tertentu. Seperti percakapan si A terkesan sebagai perintah militer.
Sedangkan kalimat B terasa sedang merasakan hal yang sangat
menjengkelkan luar biasa terhadap pelaku yang tidak bisa diam. Dan yang
C mencoba menasehati si pelaku dengan cukup ramah demi sebuah
kebaikan. Dari ketiga contoh tersebut sangat jelas bahwasannya ilokusi
sangat dibutuhkan di dalam sebuah percakapan karena ilokusi sangat
mempertahankan sebuah kesopanan dalam berbicara atau melakukan
sebuah percakapan kepada seseorang meskipun cara bercakapnya berbeda-
beda untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Dan dari semua pengertian
tindak tutur, suatu tindak percakapan tidak akan pernah ada jika tidak
adanya faktor-faktor yang mendukung kegiatan tersebut, faktor-faktornya
adalah penutur dan mitra tutur.

Jhon Austin dan John Searle ialah mengembangkan teori tindak


tutur dari keyakinan dasar bahwa bahasa yang digunakan untuk melakukan

10
Abdul Chaer, Kesantunan Berbahsa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hml 27-28.

15
tindakan, jadi paham fundamentalnya (dasar) yang berfokus pada bagian
mana makna dan tindakan dihubungkan dengan bahasa. Teori tindak tutur
berawal dengan kerja John Austin. Yang dimana ide-ide itu dikembangkan
dan digabungkan ke dalam teori linguistik oleh Jhon Searle. Karena Searl
juga memunculkan pertanyaan penting mengenai inventarisasi dan
klarifikasi tindakan yang dikenal orang dan cara tuturan tunggal dapat
diasosiasikan dengan lebih dari satu tindakan. Hal ini pada awalnya
digunakan kerangka kerja yang menganalisis wacana isu yang mengarah
pada tindak tutur (makna, penggunaan, dan tindakan).11

Subyakto Nababan menjelaskan bahwasannya teori tindak tutur


Austin dengan menggunakan istilah tindak bahasa dari sudut pembicara.
Menurut pendapatnya, tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi terjadi
sekaligus dalam pembicaraan. Hal ini berarti dalam berbicara untuk
melakukan tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi secara simultan atau
bersamaan. Adapun mengenai tindak tutur ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Tindak bahasa lokusi (locutionary act): yakni mengatakan sesuatu


dalam arti berkata, Searly menamakan tindak bahasa proposisi.
Untuk kemudahan pengertian, kita akan menggunakan istilah
proposisi.

b. Tindak bahasa ilokusi (ilocutionary act): yakni tindakan bahasa


yang diidentifikasi dengan kalimat pelaku yang eksplisit dan

c. Tindakan bahasa perlokusi (perlocutionry act): yakni tindak bahasa


yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang
lain.12

Sebuah tuturan tidak selalu merupakan sebuah kegiatan langsung


yang mengandung elemen-elemen makna unsur-unsurnya. Karena pada

11
Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), hml 63.
12
Sri Utari Subyakto Nababan, Psikolinguistik Suatu Pengatar, (Jakarta: Gramedia Utama, 1992)
hlm 31.

16
kenyataannya terjadi bermacam-macam maksud dapat diwujudkan dengan
cara melalui tindakan bertutur atau sebaliknya bermacam-macam tuturan
dapat diungkapkan melalui sebuah maksud tertentu. Dari teori yang
disampaikan Austin setiap tuturan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam tindakan yang berbeda-beda, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Klasifikasi ini yang kemudian akan menjadi acuan penulis untuk
menganalisis tindak tutur yang terkandung dalam sebuah naskah drama.

Tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi termasuk dalam ruang


lingkup kajian Sosiolinguistik karena berhubungan dengan penggunaan
bahasa oleh masyarakat pengguna bahasa. Dalam lingkup yang lebih
sempit tersebut, tindak tutur termasuk dalam kajian Pragmantik. Makna
imperatif itu banyak sekali di dalam tuturan imperatif melainkan dengan
tuturan non imperatif. Di dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa
makna pragmantif imperatif banyak digunakan dalam tuturan deklaratif
dan tuturan introgratif. Maka pengguna tuturan non imperatif untuk
menyatakan makna pragmantik imperatif itu, biasanya mengandung unsur
ketidak langsungan. Dengan demikian dalam tuturan non imperatif
mengandung aspek kesantunan pragmatik imperatif. Di dalam sebuah
kegiatan bertutur yang sebenarnya, penutur cendrung menggunakan non
imperatif untuk menyatakan sebuah makna pragmatik imperatif. Demikian
pula untuk menyatakan makna pragmatik imperatif suruhan, penutur dapat
menggunakan tuturan yang berkonstruksi deklaratif. Tuturan dengan
kontruksi deklaratif banyak digunakan untuk menyatakan makna
pragmatik imperatif suruhan karena dengan tuturan itu muka si penutur
dapat diselamatkan.13

13
Kunjana rahardi, Pagmantik (Jakarta: Erlangga,2006 )hlm 135.

17
C. Macam-macam Tindak Tutur
1. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu
(informasi). Karena apa yang diucapan oleh penutur yang semata-mata
hanya untuk menginformasikan saja.
Dan secara pragmatik tindak tutur lokusi adalah suatu tindakan yang
difungsikan untuk memberikan sebuah informasi. Karena di dalam jurnal
yang dibuat oleh Saras Wati yang berjudul bahasa dan sastra serta
pendidikan berpendapat bahwa pendapat Austin tentang tindak tutur lokusi
ialah sebuah tindakan untuk menyatakan sesuatu, dalam kata lain lokusi
hanya di fokuskan untuk menyampaikan sebuah amat kepada mitra
tuturnya. Misalnya: “Harimau itu binatag buas” dari kata buas ini yaitu
bahwasannya harimau adalah binatang yang tidak boleh semata-mata
orang mendekati binatang ini karena binatang ini tergolong binatang buas.
Arti buas sendiri menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah
binatang yang galak, kejam atau liar.14
Menurut Searle yang mengembangkan sebuah teori yang dimana
bahwa hakikatnya semua tuturan mengandung sebuhah arti dan tindakan,
dan bukan hanya tuturan yang mempunyai kata kerja yang perfomatif. Dan
di dalam buku pragmatik dan penelitian pragmatik Searle berpendapat
bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur yang semata-mata
menyatakan sesuatu, biasanya dianggap kurang penting dalam kajian
tindak tutur.15 Dan Heri Guntur tarigan dalam buku pengejaran Pragmatik
berpendapat tentang buku karya Austin yang berjudul How to do things
with words yaitu membedakan jenis tindak ujar, yaitu Tindak lokusi (
melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu), tindak ilokusi

14
Ni Made Sueni, “Pragmatik dalam tindak berbahasa dan relevansi terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia, wacana,” Majalah Ilmiyah tentang bahasa-sastra serta pendidikan bahasa dan sastra,
2007, hal: 38.
15
FX. Nadar Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm 14.

18
(melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu), dan tindak
perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu). 16
Bedasarkan pernyataan di atas, tindak lokusi adalah melakukan
tindakan untuk mengatakan sesuatu. Tindakan yang dimaksud adalah
berbicara atau berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi.
Oleh karena itu, Tarigan menjelaskan bahwa tindak lokusi itu disamakan
dengan pengiriman pesan atau (komunikasi ideasional). Pengiriman atau
penyampaian informasi berupa kata-kata tertentu yang diucapkan dengan
perasaan, makna, dan acuan tertentu. Tindak lokusi ini berfungsi untuk
melakukan tindakan dalam menyampaikan sesuatu. Jadi, makna
mengatakan sesuatu tersebut yaitu adanya sebuah tindakan yang dilakukan
untuk menyampaikan maksud penutur untuk memelihara kerja sama dan
sopan santun dalam hubungan sosial.
Tindakan lokusi yang bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat. Sesuai
dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat tersebut. Di
dalam lokusi ini biasanya tidak mempermasalahkan maksud batin dan
fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Oleh karena itu, tindak
lokusi tampak seperti implikatur percakapan. Tindak perlokusilah yang
merupakan pengaruh akibat yang disebabkan oleh ucapan pembicara
terhadap lawan bicara yang berupa perubahan sikap, gerak-gerik, tingkah
laku, atau tanggapan yang verbal.
Menurut Austin di dalam buku kesantunan berbahasa Abdul Chaer
menjelaskan bahwasannya sebuah tindak tutur itu tidak hanyya difokuskan
untuk sebuah tuturan melainkan dapat menyatakan adanya sebuah
perbuatan atau tindakan yang terdapat di dalam kajian pragmatik. Abdul
Chaer juga merumuskan bahwa lokusi adalah tindakan untuk menyatakan
sesuatu sebagaimana adanya atau an act of saying shomething tindakan
yang dilakukan untuk mengatakan sesuatu.17

16
Herry Guntur Tarigan Pengajaran PragmatikI, (Bandung: Angkasa, 1990), hlm 100.
17
Abdul Chaer, Kesantunan Berbahsa, (Jakart:Rineka Cipta, 2010), hml 27-28.

19
Dari penjelasan di atas bahwa tindak lokusi dapat menyatakan sesuatu
lokusi juga dapat melakukan sebuah tindakan, maka dari itu tindak ilokusi
ini sangat berpengaruh besar dalam menyampaikan maksud kepada
seseorang, apabila seseorang itu berada di dalam konteksnya. Oleh karena
itu tindak ilokusi sangat berdampak kepada implikatur di dalam sebuah
percakapan. Contohnya seperti:
A. Kamu diam.!!
B. Apakah kamu tidak bisa tutup mulut kamu??
C. Seandainya saya jadi kamu, saya pasti sudah menutup mulut saya.

Dalam konteks tersebut semua tuturan merupakan impositif yang


bertujuan agar diam, akan tetapi pada perumusan setiap tuturan sangat
keliahatan bahwa seseorang tersebut menggunakan strategi-strategi
penyamaian yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti
percakapan si A terkesan sebagai perintah militer. Sedangkan kalimat B
terasa sedang merasakan hal yang sangat menjengkel terhadap pelaku yang
tidak bisa diam. Dan yang C mencoba menasehati si pelaku dengan cukup
ramah demi sebuah kebaikan. Dari ketiga contoh tersebut sangat jelas
bahwasannya ilokusi sangat dibutuhkan di dalam sebuah percakapan
karena ilokusi sangat mempertahankan sebuah kesopanan dalam berbicara
atau melakukan sebuah percakapan kepada seseorang meskipun cara
bercakapnya berbeda-beda untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Subyakto Nababan menjelaskan bahwasannya teori tindak tutur


Austin dengan menggunakan istilah tindak bahasa dari sudut pembicara.
Menurut pendapat tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi terjadi sekaligus
dalam pembicaraan. Hal ini berarti dalam berbicara untuk melakukan
tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi secara simultan atau bersamaan.
Adapun mengenai tindak tutur ini. dijelaskan sebagai berikut:

a. Tindak bahasa lokusi (locutionary act): yakni mengatakan sesuatu


dalam arti berkata, Searly menamakan tindak bahasa proposisi.

20
Untuk kemudahan pengertian, kita akan menggunakan istilah
proposisi.
b. Tindak bahasa ilokusi (ilocutionary act): yakni tindakan bahasa
yang diidentifikasi dengan kalimat pelaku yang eksplisit.
c. Tindakan bahasa perlokusi (perlocutionary act): yakkni tindak
bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan
orang lain.18

Bedasarkan kutipan diatas, tindakan lokusi berarti berkata untuk


menyampaikan makna kepada lawan bicara. Ia menggunakan istilah lokusi
dengan proposisi. Dengan demikian tindakan lokusi mempunyai fungsi
yang sama dengan tindak bahasa proposisi, yakni mengalihkan makna dari
berbicara kepada lawan.

2. Ilokusi
Sopan santun sering diartikan secara kecil digunakan sebagai
tindakan yang hanya sekedar menjaga sikapnya saja. Dan sopan santun itu
bersifat asimetris yang artinya tuturan yang sopan bagi satu pihak atau
pihak ketiga dan bukan dari tuturan yang sopan baginya. Sikap sopan
santun itu sangat diperlukan dalam melakukan interaksi terhadap
seseorang karena sikap yang sopan mengambarkan bahwa seseorang yang
bertutur tersebut memiliki sifat yang baik. Sikap yang baik akan terlihat
dari bagaimana caranya ia bersikap juga berbicara. Seperti halnya tindak
ilokusi ini.
Pada sebuah tingkatannya ilokusi yang paling umum dan fungsi-
fungsinya dapat diklarifikasi menjadi empat jenis yaitu:
a) Kompetitif (competitive): Tujuan ilokusi bersaingan
dengan tujuan sosial. Misalnya > memerintah, meminta,
menuntut, dan mengemis.

18
Sri Utari Subyakto Nababan, Psikolinguistik Suatu Pengatar (Jakarta: Gramedia Utama, 1992)
hlm 31.

21
b) Menyenangkan (convivial): tujuan ilokusi sejalan dengan
tujuan sosial. Misalnya > menawarkan, mengajak,
mengundang, menyapa, dan mengucapkan terimakasih.
c) Berkeja sama (collaborative): tujuan ilokusi tidak
menghiraukan tujuan sosial itu sendiri. Misalnya >
menyatakan, melapor, mengummumkan, dan
mengajarkan.
d) Bertentangan (conflictive): tujuan ilokusi bertentangan
dengan tujuan sosial. Misalnya > mengancam seseorang,
menuduh, menympahi, dan memarahi.
Dari empat jenis ilokusi ini sudah pasti melibatkan sopan santun di
dalam sebuah komunikasi seperti halnya jenis yang pertama kompetitif
pada sikap ini mempunyai sifat negatif dan bertujuan untuk mengurangi
ketidak harmonisan yang terdapat dalam kompetisi antara apa yang ingin
dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun dalam
bertutur. Fungsi yang kedua pada dasarnya tindak ini mempunya tata
krama dan sopan santun dalam bertutur karna fungsi kedua ini bertujuan
untuk menyenangkan seseorang untuk memberi kesempatakan kepada
seseorang yang bertutur dalam menciptakan hal untuk beramah tamah.
Sedangkan fungsi ke tiga mengandung unsur yang tidak melibatkan sopan
santun dalam bertutur karena sopan santu tidak relevan atau tidak cocok
dengan fungsi kerja sama ini, karena sebagaian besar tindak ilokusi
terhadap tindak tutur masuk difungsi ini. dan fungsi yang terakhir yaitu
fungsi bertentangan sudah jelas dari kata bertentangan hal ini pasti tidak
mengandung unsur sopan santun dalam berbicara atau berkomunikasi.
Maka dari itu fungsi ini sangat mengandung unsur marginal atau tidak
menguntungkan karena akan menciptakan dampak yang tidak bagus
terhadap kegiatan bertutur.
John Searle mengklarifikasi mengenai tindakan ilokusi yang
berdasarkan terhadap kriteria-kriteria tindak ilokusi tersebut, tindakannya

22
seperti: asertif (assertive), direktif (directives), komusif (commissives),
ekspresif (expressives) dan deklarasi (declaration).
Sertif pada lokusi itu ialah penutur yang sangat terikat pada
kebenaran karena mengandung unsur sebuah pengungkapan yang dapat
dipercaya, namun ada beberapa pengecualian jika sebuah percakapan
tersebut mengandung kata atau kalimat yang dianggap tidak sopan. Karena
dari segi semantik ilokusi bersifat propesioal. Direklatif ialah ilokusi pada
kriteria ini bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang
dilakukan penutur. Jenis ilokusi ini sering kali dimasukan kedalam
katagori kompetitif karena mencakup dalam katagori ilokusi yang
membutuhkan sopan santun agar istilah directive tidak dikacaukan dengan
ilokusi-ilokusi langsung dan tidak langsung. Komisif pada ilokusi ini
kurang lebih berkaitan dengan suatu tindakan dimasa depan karena jenis
ilokusi ini cendrung berfungsi menyenangkan dan kurangnya bersifat
kompetitif karena tidak mengacu kepada kepentingan penutur tetapi
kepentingan penutur. Ekspresif fungsi ilokusi ini mengungkapkan atau
mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat
dalam ilokusi tersebut. Dan sebagai mana dengan ilokusi komisif ini,
ilokusi ekspresif cendrung menyenangkan, karena itu secara unsur inrisik
ilokusi ini sopan kecuali dalam tindakan seperti mengancam dan menuduh.
Dan yang terakhir ialah Deklarasi sikap ilokusi ini mampu dalam
melakukan sebuah pelaksaan. Searle mengatakan bahwa tindakan-tindakan
ini merupakan katagori tindakan khusus, karena tindakan-tindakan ini
merupakan katagori ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam
sebuah karangan untuk dijadikan acuan dalam sebuah kelembagaan karena
diberikan wewenang untuk melakukannya. Dari semua klarifikasi yang
diajukan oleh John Searle tempat utama bersikap sopan santun negatif
ialah di dalam katagori ilokusi deriktif. Sedangkan tempat sopan santun
positif ialah di dalam katagori ilokusi komisif dan katagori ilokusi
ekspresif.

23
Austin di dalam buku ancangan kajian wacana bahwasanya
tuturan ilokusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu tuturan perfomatif
dengan tuturan konstantif yaitu peryataan dekralatif yang benar atau
tidaknya dapat diukur. Perfomatif dapat dikatakan mempunyai kondisi
yang benar sehingga konstatif bisa di katakan sesuai dengan kondisi yang
baik. Karena tuturan perpomatif menyatakan sesuatu perbuatan tertentu
yang akan dilakukan melalui pengucapan kata-kata atau kalimat. Misalnya
dalam suatu upacara peresmian, seorang gubenur berkata “Saya
menyatakan pameran kerajinan tangan ini dibuka” pemilik toko kerajinan
itu tidak hanya menyatakan sesuatu realita indrawinya saja akan tetapi
membuat pernyataan yang merujuk pada sebuah tindakan.
John Searle dalam Abdul Wahab menambahkan suatu kategori
dalam tiga speech act buah pikiran austin yaitu
“Membujuk, meyakinkan, menakut-nakutin, yaitu melaksanakan
tindakan bicara yang tanggapannya berupa sikap dan keyakinan
pendengar. Penutur yang demikian disebut performing perlocutionary acts.
19

Bedasarkan kutipan kata diatas, dapat diperoleh pandangan Abdul


Wahab tentang teori Speech act Austin sebagai berikut: tindakan lokusi
mencakup tindakan dalam mengucapkan kata-kata dan menciptakan
sebuah predikasi, sedangkan tindak ilokusi mencangkup tindakan yang
dilakukan supaya pendengar memberikan suatu tanggapan, seperti
mengajukan sebuah permintaan, perintah ataupun perjanjian. Tindakan
ilokusi ini berkaitan langsung dengan pembicara sebagai subjek yang
memberikan stimulus pendengar setelah pembicara melakukan tindak
berbicara. Contohnya seperti bertindak, meyakinkan, dan menakut-nakuti.
Salah satu modofikasi yang perlu ditambahkan pada pernyataanya
Austin adalah dalam bab-bab yag di muka “ tujuan ilokusi yang dibedakan
dengan tujuan-tujuan sosial yang lainya diantara tujuan sosial itu adalah

19
Abdul wahab. MA, Isu linguistik, (Surabaya: Airlangga University Press, 1991) hlm 136.

24
mempertahankan kerja sama, sopan santun dan sebagainya. Karena itu
perhatikan diagram cara sampai tujuan tindak ilokusi ini. 20
Namun sebuah ide yang mendorong Austin untuk membuat suatu
klarifikasi mengenai tindak-tindakan ilokusi yaitu dia berpendapat
bahwasannya perpomatif merupakan batu ujian yang mempunyai sifat
berterus terang dan tidak berbelit-belit dalam melakukan sebuah tindakan
komunikasi. Lalu ia juga mengklarifikasi mengenai tindakan ilokusi ke
dalam verdictives, exercitives, commissives, behahitives, dan expositives.
Meskipun Austin menyatakan klarifikasi tindak tutur Searle
berpendapat bahwa taksonomi Austin tidak menjaga perbedaan yang jelas
antara ilokusi kata kerja dan tindak tutur, untuk menyatakan klarifikasi
tersebut Searle menyatakan ada lima kelompok tindak tutur yaitu
resperentatif (misalnya: menuntut), komisif (misalnya: janji), ekspresif
(misalnya: berterimakasih), dan deklaratif (misalnya : penunjukan).21
Jadi, tindak ilokusi adalah tindak bahasa dalam menyampaikan
maksud penutur yang disampaikan bersaan dengan kalimat pelaku yang
eksplisit atau jelas tidak berbelit-belit. Tindak tutur ilokusi ini dapat
berhasil menyampaikan maksud penutur bila berada di dalam konteksnya.
Adapun maksud pembicara dapat dikatagorikan atas menanyakan,
menegaskan, memprediksi, meminta, meyakinkan, menyuruh,
mempertanyakan, mengingatkan, menyadarkan, menjelaskan, meminta
maaf, menyanggah, mengijinkan, menyatakan, menyesalkan,
menunjukkan, menyadari, melarang, mengajak, menolak, mengadu,
menawarkan, memotivasi, memprotes, menasihati, memuji,
memperingatkan, membenarkan, menyetujui, menyimpulkan,
menyarankan, dan berterima kasih.

20
Geoffrey Leech, The Principles of Pragmatic, Terj, Prinsip-prinsip pragmatik, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2011)hml 319.
21
Abd Syukur Ibrahim, Kajian Wacana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)hal 75.

25
3. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi yaitu mengacu kepada suatu dampak yang
ditimbulkan oleh penutur dengan mengatakan sesuatu, seperti membuat
seseorang merasa yakin, senang atau merasa termotivasi dari sebuah
tindakan. Adapun contoh tindak perlokusi yang merupakan sebuah
tindakan yang menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur.
Menurut Austin di dalam buku kesatuan berbahasa Abdul Chaer
tindak perlokusi adalah tutur yang mempunyai pengaruh atau efek
terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Maka dari itu
tindak perlokusi itu sendiri sering disebut juga sebagai The act of affective
someone (tindak yang memberi efek pada orang lain). Seperti contoh
seorang guru yang mencoba menjelaskan sesuatu kepada kelapa
sekolahnya tentang kemarin si guru itu tidak dapat hadir di dalam sebuah
rapat penyusunan jadwal pelajaran.22
a. rumah saya jauh sih.
b. minggu lalu saya tidak ada keperluan keluarga yang tidak dapat
ditinggalkan.

Dari pernyataan si penutur tidak hanya memberikan sebuah


informasi bahwa rumah si penutur itu jauh, akan tetapi penutur juga
menjelaskan mengapa tidak hadir pada saat pembagian jadwal pelajaran.
Dan guru itupun mendapat efek tidak hadirnya pada saat rapat dari kepala
sekolah yaitu memberi tugas mengajar pada jam-jam siang hari bukan
pada jam-jam pertama. Dan penutur juga memberikan informasi juga
bahwa penutur pada hari minggu lalu tidak dapat mengikuti rapat
dikarenakan harus mengantar orang tuanya ke rumah sakit karena sudah
jadwal untuk cek kesehatannya. Bermaksud untuk meminta maaf kepada
kepala sekolah karena ketidak hadirannya. Dan bermaksud agar kepala
sekolah memberi maaf kepadanya.

22
Abdul Chaer, Kesantunan Berbahasa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hml 28.

26
Perlokusi menurut Nababan adalah hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan
kondisi pengucapan. Searle dalam Geoffrey Leech juga mengelompokkan
tindakan perlokusi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Perlokusi Verbal
Jika seorang lawan tutur menanggapi penutur dengan
menerima atau menolak maksud penutur. Misalnya,
menyangkal, melarang, tidak mengizinkan, dan meminta
maaf.
b. Perlokusi Nonverbal
Jika lawan menanggapi penutur dengan gerakan seperti
megangguk, menggeleng, tertawa, senyuman dan bunyi
decakan mulut.
c. Perlokusi verbal nonverbal
Jika lawan tutur menanggapi penutur dengan mengucapkan
ucapan verbal yang disertai dengan gerakan. Misalnya,
berbicara sambil tertawa, berbicara sambil berjalan, dan
tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur.

Di dalam buku kristal-kristal bahasa Austin mengartikan golongan


tindak perlokusi (perlocutionary act) yaitu pengaruh yang dihasilkan pada
pendengar karena pengujaran kalimat itu dan pengaruhnya yaitu berkaitan
dengan situasi pengujaran. Austin membedakan kalimat perlokusi itu
menjadi dua yaitu tindak bahasa langsung (direct speech act) dan tindak
bahasa tidak langsung (indirect speech act).23

1. Tindak bahasa langsung (direct speech act)


Apabila suatu bentuk seperti apakat anda..?, apakah
mereka..? atau dapatkah anda..? di gunakan untuk bertanya hal
tersebut di katan sebagai tindak bahasa langsung, sedangkan

23
Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Bahasa, (Surabaya: Airlangga University Press,1995)
hlm 41.

27
tindak bahasa tidak langsung yang biasanya dikaitan dengan
sebuah pertanyaan dari penutur terhadap mitra tuturnya.
Contohnya : apa anda bisa menggunakan handphone ini?

2. Tindak bahasa tidak langsung (indirect speech act)

Apabila menggunakan suatu bentuk yang pada


umumnya dihubungkan dengan sebuah pertanyaan tahukah
anda...? dan dijawab oleh seseorang yang ditanyanya saya
tahu.!. misalnya : seorang wisatawan yang datang ke
Yogjakarta merasa kebingungan dikota tersebut. Kemudian
mencoba menghetikan seseorang pejalan kaki yang sedang
melintas di dapannya dan mengucapkan ujaran berikut ini.

Wisatawan : permisi Pak. Tahukah anda dimana letak Hotel


Ambarukmo?
Perjalan kaki : Ohhh,,, tentu saja saya tahu letaknya tidak
jauh di dekat
dengan alun-alum.

Nadar menyatakan bahwa bedasarkan jenis tindak tutur


yang dapat dicermati dari sudut pandang langsung dan tidak
langsung harus disertai dengan tindak tutur literal dan tindak
tutur tidak riteral. Dan secara klasifikasi dan interaksi tindak
tutur ini dikemukakan oleh Wijana yaitu menjelaskan bahwa
tindak tutur literak adalah tindak tutur yang maksudnya sama
dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak
tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak
sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang
menyusunnya.24

24
FX. Nadar Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2009) hlm, 19-21.

28
1) Tindak tutur langsung literal
Tindak tutur langsung literal yang dimaksud sama dengan
makna dan kata-kata yang menyusunnya. Maksud memerintah
disampaikan yaitu dengan menggunakan kalimat perintah,
memberitakan dengan menggunakan kalimat berita,
menyatakan sesuatu dengan kalimat tanya, dsb. Misalnya:
a. Rina sangat pandai
b. Tutup mulutmu!
c. Jam berapa sekarang?

Tuturan a,b, dan c, merupakan tindak tutur langsung


literal apabila secara berturut-turut yaitu untuk memberi sebuah
informasi bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai,
menyuruh agar lawan tutur menutup mulut, dan menanyakan
pukul berapa pada saat sebuah tindak tutur itu berlangsung.
Dan yang dimaksud memberikan informasu di utarakan dengan
kamlimat berita si a, kegiatan memerintah dengan kalimat
perintah di ajukan oleh tindakan si b, lalu kegiatan bertanya di
ajukan pada tindak ujar si c.

2) Tindak tutur tidak langsung literal.


Tindak tutur yang mempunyai maksud tidak sama atau
berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Dengan kata lain tindak tutur tidak langsung literal adalah
tindakan yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak
sesui dengan maksud pengutaraannya, akan tetapi makna kata-
kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksud oleh
penutur. Dalam tindak ini maksud dari memerintah di urakan
dengan kalimat berita atau kalimat tanya. Misalnya:
a. Bajunya kotor
b. Di mana bajunya?

29
Dalam konteks ini seorang ibu rumah tangga
berbicara dengan pembantunya pada kata yang tuturan ini
tidak hanya mencoba menginformasikan saja akan tetapi
mengandung maksud memerintah yang diungkapkan secara
tidak langsung dengan kalimat berita yang menggambarkan
bahwa baju ini kotor. Demikian pula dengan konteks b
seorang suami bertutur dengan istrinya dengan tujuan untuk
memerintahkan kepadanya supaya mengambilkan baju
yang tidak kotor. Kalimat ini diungkapkan secara tidak
langsung dengan sebuah kalimat tanya. Untuk memperjelas
maksud memerintah seorang ibu rumah tanggan dan
suaminya yaitu dengan konteks:

a. Bajunya kotor
- Baik bu, saya akan mencucinya sekarang, Bu.
b. Di mana sabunya?
- Sebentar, saya akan ambilkan sambunnya.
3. Tindak tutur langsung tidak literal
Tindak langsung tidak literal ini adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud
tuturan, akan tetapi kata-kata yang menyusunnta tidak memiliki
makna yang sama dengan maksud penuturnya. Contohnya
seperti:
a. Suaramu bagus, kok.
b. Bu, bolehkah saya meminta sambalnya?

Dengan tindak tutur langsung tidak literal ini penutur


dalam percakapan a bermaksud bahwa suara tuturnya tidak
bagus. Sementara itu pada kalimat b yaitu tuturan seorang
suami menyuruh kepada istrinya untuk menuangkan sambal
yang ia buat ke dalam piring suaminya itu. Karena dari contoh
a dan b menunjukan bahwa analisis tindak tutur bukanlah apa

30
yang dikatan penting. Akan tetapi bagai mana cara
mengatakannya. Hal ini yang perlu diketahui adalah kalimat
tanya tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tindak tutur
langsung tidak literal ini.

4. Tindak tutur tidak langsung langsung dan tidak literal


Tindak tutur tidak langsung langsung dan tidak literal
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan bentuk kalimat dan
makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hentdak
diutarakan. Untuk menyusug seorang pembantu yang sedang
mencuci baju kotor, seorang majikan dapat saja dengan nada
tertentu tergantung dengan situasinya. Dengan demikian pula
untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan
volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita
dan kalimat tanya seperti:
1. Bajunya bersih sekali.
2. Radionya terlalu pelan, sampai-sampai saya tidak
mendengarnya.
3. Apakah radio sepelan itu kamu dapat mendengarnya?

Akhirnya secara ringkas dapat disimpulkan bahwa


sebuah tindakan seperti tindak tutur dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atau dibedakan menjadi tindak tutur
langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal,
tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tidak
tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak
literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

D. Hakikat Naskah Drama


Naskah drama merupakan wacana sastra yang disusun dengan
menggunakan bahasa yang indah dan sangat menarik. Wacana sastra ini
berbentuk dialog yang di ciptakan melalui percakapan. Oleh karena itu,

31
dapat ditemukan tindak tutur di dalam dialog-dialognya. Naskah drama
memegang peranan yang sangat menentukan apakah suatu drama
digolongkan ke dalam karya sastra atau tidak. Drama dapat digolongkan
dalam karya sastra apabila drama tersebut memiliki naskah dalam
bentuk tertulis.
Naskah drama merupakan tulisan yang berisi percakapan atau
dialog yang dilakukan oleh para pelakunya. Dialog dalam naskah drama
biasanya berupa kalimat langsung serta dijelaskan dengan sikap, gerakan,
latar, dan cara pengungkapan kalimat yang dilakukan para oleh para
pemain peran pada saat diatas panggung. Dialog dalam drama tidak selalu
berbentuk kalimat melaikan dapat juga dibentuk dengan kata atau frase.
“Drama adalah salah satu bentuk dari sebuah gendre sastra. Kata
drama berasal dari bahasa yunani Dramoi yang artinya berbuat, bertindak,
bereaksi, dan menirukan.”25 “Dan drama atau sandiwara adalah seni yang
mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku
26
jasmani dan ucapan kata-kata.” Dimaksud dari hal tersebut adalah
drama merupakan bagian dari seni yang tidak hanya berkumpul dalam
imaji seseorang, melainkan dipertontonkan di hadapan oarang banyak atau
penonton.
Drama adalah sebuah gendre sastra yang penampilan fisiknya
memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau percakapan diantara
tokoh-tokoh yang ada “selain didominasi oleh percakapan yang langsung
itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam
petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang
suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh.27
Drama yaitu kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan
atau diproyeksikan diatas pentas sebagai suatu bentuk kwalitet
komunikasi, situasi, aksi, (dan segala apa yang terlihat dalam pentas baik
secara objektif maupun subjektif) yang menimbulkan perhatian,

25
Suhabudi, dkk, Bahasa Indonesia 2 edisi pertama (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), hal 7.
26
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1993), hal 97.
27
Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Magelang: Indonesia Tera, 2006), hal 95.

32
kehebatan, keterunyahan, dan ketegangan perasaan pada pendengar atau
penonton dimana konflik sikap dan sifat manusia sebagai tulang
punggungnya.28
Dilihat dari beberapa pengertian drama diatas, bahwasannya drama
memiliki dua dimensi yaitu drama sebagai teks sastra dan drama sebagai
seni pertunjukan atau seni lakon. Drama sebagai seni pertunjukan atau seni
lakonya adalah perpaduan yang humoris antara sekian banyak seni yang
mewujudkan sesuatu kisah kehidupan diatas pentas. Pertunjukan sebuah
drama haruslah indah dan menjelma menjadi kenikmatan yang diterima
oleh pikiran penonton. Naskah drama akan senantiasa berada di dalam
sebuah pikiran pembaca saja jika naskah drama tersebut tidak di
pentaskan. Sedangkan gendre sastra, drama ditulis dengan menggunakan
bahasa yang memikat dan elegan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya
dengan menggunakan bahasa yang puitis sehingga terkadang membuat
penonton merasa ada di dalam naskah tersebut dan mengalami sendiri
kejadiannya itu.
Adapun para ahli yang memberikan definisi kata drama, yaitu Aris
Toteles yang mendefinisikan drama sebagai tiruan manusia dalam gerak-
gerik. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang
melukiskan sikap dan sifat manusia dengan gerak. Moulton
mendefinisikannya sebagai kehidupan yang dilukis dengan gerak.
Ferdinand Brunetieere mendefinisikan drama sebagai kehendak manusia
yang diungkapkan dengan action. Sedangkan Alvin B Keman menjelaskan
bahwa drama berasal dari kata “dram” yang berarti berbuat (to do) atau
(to act)29. Drama merupakan bentuk yang paling kongkrit yang secara
artistik dapat menceritakan kembali situasi kemanusiaan, dan hubungan
kemanusiaan.30

28
Adhy Asmara dr, Apresiasi Drama, (Yogjakarta: C.V. Nur Cahaya, 1979), hal 12.
29
Drs. Hasanuddin, M.Hum, Drama Karya Dua Dimens, (Bandung: Angkasa, 1996), hal 2.
30
Rizanur Gani, Pengajaran SastrI Indoneisa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Pustaka,
1988) hal 253.

33
Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian
untuk diperankan oleh aktor. Kosa kaya ini berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “aksi = perbuatan. Dan drama ialah pertunjukan pertunjukan
cerita atau drama adalah sebuah pementasan atau pertunjukan adegan yang
disengaja untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang disampaikan
manusia, dan drama mengemukakan konflik manusia.31
Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra. Bedanya
dengan bentuk lain (prosan dan puisi). Drama bukanlah sekedar teks yang
dipentaskan, dimaikan, dan dilakonkan. Karena itu drama menarik
menikmatnya dengan cara melalui proses menyaksikan ataupun menonton
pementasan drama. Kata drama dalam bahasa Yunani “dromai” yang
bearti perbuatan, bertindak, dan bereaksi.32
Dari tanggapan Widjojo dan Endang Hidayat di atas bahwasannya
drama itu bukanlah subah karya yang kita hanya bisa membacanya saja,
akan tetapi sebuah drama kita bisa merasakan masuk ke dalam cerita pada
saat pementasan drama karena pementasan drama bukan hanya kita bisa
menyaksikannya saja akan tetapi para pemain drama akan memikirkan
bagaimana para penonton bisa merasakan dan bisa terbawa keadaan sesuai
dengan alur cerita sebuah drama tersebut. Makanya para pemain
memainkan perannya sesuai denga kisah cerita dan memerankan seolah-
olah akulah yang merasa menjadi tokoh tersebut.karena drama merupakan
perilaku, sikap, dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
yang disusun dalam sebuah naskah untuk dipentaskan. Dengan demikian,
drama mencerminkan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Drama
memiliki dua aspek yaitu aspek cerita dalam bentuk naskah drama dan
pementasan.
Drama adalah bentuk dari sebuah karya sastra yang bertujuan
unutk mengambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan
emosi melalui lakuan dan dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak

31
Suryadi San, Drama Konsep Teori dan Kajian (Medan, CV. Pratama Mitra Sari 2013) hlm 5.
32
Drs. Widjojoko “Teori dan Sejarah Sastra Indonesia” (Bandung, UPI PRESS, 2006) hlm 66.

34
jauh beda dengan lakuan dan dialog yang terjadi pada kehidupan sehari-
hari.33
Sebagai sebuah wacana yang mempunyai ciri-ciri struktural dan
stilistis yang khusus (genre sastra). Misalnya: dongeng, parabel, lirik, dsb.
Drama dibangun dan di bentuk oleh sebuah unsur-unsur sebagai mana
terlihat dalam genre sastra lainnya terutama fisik. Secara umumnya, fisik
yang terdapat di dalam unsur yang dapat membangun dan membentuk dari
dalam karya sastra itu sendiri (intrisik), dan unsur yang mempengaruhi
penciptaan karya yang tentunya berasal dari luar karya (ekstrinsik).
Dengan demikian, kemampuan drama sebagai karya sastra
haruslah dimengerti dan dipahami bahwa drama tidak lahir begitu saja
namun sebagai karya kreatif kemunculan drama disebabkan oleh banyak
hal terutama unsur ekstrinsik yang sangat bisa mempengaruhi dalam
penciptaan dalam suatu karya seperti drama karena penciptaan karya
drama tidak hanya dapat dari pemikiran saja namun sebuah karya drama
ini bisa saja timbul dari pengalaman si penulis atas apa saja yang terjadi di
dalam kehidupannya tersebut. Sedangkan dari dalam karya drama itu
sendiri cerita dibentuk dari unsur-unsur penokohan, alur, latar, konflik-
konflik, tema, amanat, dan gaya bahasa. Adapun karakteristik drama yaitu:
1. Drama karakteristiknya, pengembangan unsur yang membangunnya
dari segi genre sastra terasa lebih lugas, lebih tajam, dan lebih detil,
terutama unsur penokohannya dan perwatakannya.
2. Pengarang tidak secara leluasa mengembangkan kemampuan
imajinasinya di dalam drama. Artinya pengarang ingin melukiskan
suatu kehidupan dialam tertentu yang secara konvensional belum dapat
diterima logika umum amatlah sulit. Pengarang juga tidak mungkin
mengembangkan suatu yang abstrak, misalnya isi pikiran seseorang,
renungan seseorang, perasaan hati seseorang. Jika pengarang harus
memaksa tokoh-tokohnya berbicara lewat ujaran-ujaran, dialog, gerak
atau perilaku.

33
E. Kokasih, Apresiasi Sastra Indonesia, (jakarta, Nobel Edumedia, 2008) hlm 81.

35
3. Dalam dimensi sebagai seni pertunjukan drama dapat
memberipengaruh emosional yang lebih besar dan terarah kepada
penikmat (audiens). Karena jika dibandingakn dengan menyaksikan
secara langsing peristiwa langsung diatas pentas, unsur emosional
penikmat lebih mudah digugah atau terugah. Karena kesan yang
tinggal dalam pemikiran penikmat juga akan lebih lama dibandingkan
genre sastra lainya.
4. Keterkaitan sastra dengan dimensi seni pertunjukan mengharuskan
para aktor atau pemain menghidupkan tokoh-tokoh yang digambarkan
pengarangnya lewat apa-apa yang diucapkan tokoh-tokoh tersebut
dalam bentuk dialog-dialog.
5. Unsur pangung memang membatasi pengarang drama dalam
menuangkan imajinasinya. Namun dengan demikian panggung juga
akan memberi kesempatan penuhnya kepada pengarang untuk dapat
mempergunakannya supaya menarik dan memusatkan perhatian
penikmat dan penonton pada situasi tertentunya, yaitu situasi
panggung.
6. Bentuk yang khusus dari drama adalah keseluruhan peristiwa
disampaikan melalui dialog tersebut, karena bukankah sebuah karya
ilmiah atau perenungan filsafatpun dapat disampaikan dalam bentuk
dialog. Pembedaan dialog-dialog selain drama adalah materi dialog
drama. Menurut Oemarjati bentuk-bentuk dialog yang tidak bersifat
sastra, lebih khususnya lagi merupakan drama, karena tidak ditandai
oleh adanya suatu kepribadian. Dialog-dialog di dalam drama sampai
dengan materinya membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya
menampilkan suatu kepribadian.
7. Konflik kemanusian menjadi syarat mutlak. Bentuk dialognya yang
menuntut adanya konflik tersebut di dalam drama. Tanpa konflik
peristiwa tidak akan bergerak. Satu-satunya peristiwa baru dapat

36
berjalan dan menciptakan alur atau plot dalam bentuk dialog. Jika satu-
satunya peristiwa itu dikontroversikan melalui konflik-konflik.34

Dari karateristik di atas bisa dapat dimengerti bahwasannya tanggapan


ini sudahlah terperinci dan dianggap representatif. Dan dengan mengetahui
ke khususan pada drama, maka di dalam sebuah proses pendekatan
terhadapa karya drama dapat dipilih secara tekni sehingga pemahaman
terhadap drama dapat dilakukan secara proposional. Dengan begitu pula
drama yang dianggap sebagai genre sastra tidaklah masuk kepada genre
fisik. Jika drama adalah suatu karya sastra yang kompleks dengan dua
dimensi, maka haruslah bersikap sesuai dengan hakikat strukturnya.

E. Tindak Tutur dalam Naskah Drama


teori tindak tutur muncul bedasarkan hasil penelitian Austin
terhadap bahasa pergaulan sehari-hari. Yaitu bahasa percakapan yang
dilakukan oleh kelompok anggota kelompoknya yang berkumpul pada saat
melakukan kerja kelompok. Dalam penelitian melalui percakapan pada
saat melakukan kerja kelompok tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
pada waktu seseorang berbicara mereka melakukan tiga tindak tutur
sekaligus, yaitu tindak mengatakan sesuatu dalam bentuk bahasa, tindak
menyampaikan maksud kepada lawan berbicara, dan tindakan yang
menimbulkan reaksi atau dampak kepada lawan berbicara untuk
melakukan suatu tindakan.
Pengenalan tindak tutur bermula dari bahasa lisan yaitu bahasa
yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Jadim tindak tutur terhadap
pada setiap berkomunikasi dengan menggunakan lisan. Selain komunikasi
lisan, ada juga komunikasi berbentuk tulisan yang merupakan rekapan dari
komunikasi lisan, seperti tulisan hasil wawancara yang dapat dibaca dalam
surat kabar. Oleh karena itu, dalam komunikasi berbentuk tulisan juga
sudah terdapat di dalam kegiatan yaitu kegiatan bertutur.

34
Hasanuddin WS. Drama karya dalam dua dimensi kajian teori, sejarah dan analisis, (Bandung,
Angkasa 1996) hml 10-12.

37
Tindak tutur dapat ditemukan dalam setiap komunikasi baik lisan
maupun tulisan. Sebuah tindak tutur di dalam komunikasi lisan biasanya
ditemukan dalan percakapan sehari-hari, diskusi, tanya jawab, wawancara,
dan komunikasi lisan lainnya. Tindak tutur dalam komunikasi tulisan
dapat ditemukan dalam wacana yang bersifat interaksional, yaitu wacana
yang berisi tentang bagai mana mementingkan sebuah komunikasi timbal
balik, seperti tulisan wawancara, cerpen, novel, roman, dan dalam naskah
drama.
Naskah drama termasuk dalam wacana interaksional, karena di
dalam sebuah naskah drama tersebut terdapat dialog atau percakapan para
penutur. Naskah drama merupaka tulisan otentik yang disusun untuk
dipentaskan di atas panggung oleh para pemain dari masing-masing
perannya. Naskah drama dibuat bedasarkan fenomena yang terjadi dalam
masyarakat. Oleh karena itu percakapan sehari-hari yang mencerminkan
adanya tindak tutur para pemeren drama tersebut.
Tindak tutur dalam naskah drama yang akan dianalisis ini dikaji
bedasarkan teori tindak tutur, tindak tutur menurut Austin yang
mencangkup tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Disetiap ujaran dalam
sebuah dialog, naskah akan dianalisis. Bagian tersebut merupakan konteks
yang membantu penulis melakukan analisis. Adapun analisis tindak tutur
yang dimaksud peneliti dalam menganalisis naskah drama Pada Suatu
Hari karya Putu Wijaya sebagai berikut :
1. Tindak lokusi adalah tindakan yang menyatakan sesuatu dalam
bentuk linguistik. Tindak lokusi ini sudah mencangkup ujaran
deklaratif, ujaran introgatif, ujaran imperatif dan ujaran interjektif.
2. Tindak ilokusi adalah suatu tindakan yang berfungsi untuk
menyampaikan maksud penutur yang bersamaan dengan kalimat
pelaku yang eksplisit (dikatakan tentang informasi secara formal yang
diwakili melalui seuatu wacana seperti dengan kata-kata morfem,
urutan elemen, dsb). Adapun maksud yang disampaikandapat berupa:
menanyakan, menegaskan, memprediksi, meminta, meyakinkan,

38
menyuruh, mempertanyakan, mengingatkan, menyadarkan,
menjelaskan, meminta maaf, menyanggah, mengijinkan, menyatakan,
menyesalkan, menunjukkan, menyadari, melarang, mengajak,
menolak, mengadu, menawarkan, memotivasi, memprotes, menasihati,
memuji, memperingatkan, membenarkan, menyetujui, menyimpulkan,
menyarankan, dan berterima kasih, melaporkan, mengumumkan,
meramalkan, mengakui, mennayakan, menegur, memohon,
menyarankan, memerintahkan, memesan, mengusulkan,
mengungkapkan, mengungkapkan selamat dan menyajikan.
3. Tindak perlokusi adalah tindakan yang dilakukan sebagai efek atau
sebuah akibat dari ucapan si penutur. Tindak perlokusi mencakup:
meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, mengajurkan,
membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan,
menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati, membuat penyimak,
melakukan, mengilhami, membingungkan. Dan membuat penyimak
mikirkan tentang, mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar,
menarik perhatian, menjemukan, dan membosankan.

Dan gaya bahasa yang digunakan hendaklah memperhitungkan


kemungkinan pementasannya untuk didengar atau disaksiakan penonton
tidak sekedar untuk dibaca saja seperti novel atau bacaan yang lainya.
Gaya bahasa yang secara sengaja atau tidak sengaja memperhilangkan
fonemnya, baik di muka (aferesis), di tenggah (syncope), maupun di
belakang (apocope) merupakan gaya bahasa realis yang menimbulkan
suasana realis atau seharian.35

Pemanfaatan gaya bahasa ini seperti bahasa-bahasa daerah, bahasa


rakyat, atau gaya bahasa sehari-hari masuk ke dalam wacana percakapan
dalam drama, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan suasana realita
daerah yang dimaksud. Gaya bahasa realis demikian banyak sekali kita
jumpai di dalam pementasan drama ataupun naskah-naskah drama yang

35
Soediro Satoto, Stilistika, (Yogjakarta, Ombak, 2012) hlm 142.

39
hampir menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda contohnya yaitu
dalam naskah-naskah yang dikarang atau dibuat oleh Arifin C.Noer yang
dimasukan suasana lokal dengan menggunakan bahasa-bahasa lokal pula.

Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dalam bahasa drama yaitu:

a. Bahasa drama hendaknya mampu melahirkan permasalahan yang


harus difikirkan. Dirasakan, dan dipecahkan oleh tokoh-tokoh watak.
b. Bahasa drama hendakalh bisa menggambarkan kekhiasan masing-
masing tokoh wataknya dan bahasa drama hendaknya mampu
membina alur dramatik.

John Russel Brown dalam bukunya Theatre language


mengemukakan bahwa teknik dialog biasanya menyesuaikan atau
mengikuti bentuk dramanya. Misalnya drama sejarah lebih cendrung
menggunakan bahaasa percakapan yang lirik, berirama, dan beriman.
Bentuk drama dengan bahasa demikian biasanya disebut drama liris atau
drama puitis.36

Seperti halnya pada naskah-naskah yang dibuat oleh Arifin C.Noer


bahasa yang digunakannya sering kali kita melihat yaitu bahasa sehari-
hari. Hal ini bertujuan untuk supaya para pembaca atau penikmat mengerti
apa isi ceritanya dan mengerti dari setiap perkapan yang dicuapkan oleh
pemainnya. Aspek bahasa, gaya, dan stail (style) bertujuan untuk
melukiskan sejauh mana keberhasilan seseorang sastrawan menggarap
sebuah percakapan sesuai dengan aplikasi bahasa yang kreatif, imajinatif,
figuratif, simbolik, metaforik, dan memiliki unsur-unsur etika adalam
berbahasa. Dan adapun macam-macam gaya bahasa yaitu gaya bahasa
drama sejarah, gaya bahasa drama realisme, dan gaya bahasa drama
absurdisme.

36
Ibid., hlm 139-140.

40
Gaya bahasa drama sastra adalah gaya bahasa yang menggunakan
gaya bahasa arkaik (kuno, sudah tidak lagi digunakan). Sedangkan gaya
bahasa drama realisme adalah merupakan jenis sastra yang paling objektif
dari pada jenis prosa dan puisi. Dan gaya bahasa drama absurdisme adalah
gaya bahasa para sastrawan (pada umumnya) akan menggunakan bahasa
pengungkapannya sesuai dengan kurunnya zaman.

Sebenarnya suatu dialog atau percakapan dalam drama memang


cendrung dengan mengabaikan bagaimana cokrak keindahan dari suatu
bahasa. Seperti halnya dalam drama sejarah, drama realisme juga
menggunakan gaya aforisme, solilokui, stikometri, dan epigon.37

Namun dalam hal ini gaya bahasa yang di gunakan Arifin C.Noer
yaitu gaya bahasa solilokui pada gaya bahasa realisme karena sering kali
kita jumpai di dalam naskah karyanya misalnya dalam naskah kapai-kapai.
Karena gaya bahasa solilokui ini berbentuk percakapan seorang diri untuk
menerangkan atau melukiskan hal-hal yang akan datang. Gaya solilokui
ini bisa dikatagorikan sebagai konvensional atau naive soliloquy. Solilokui
demikian hanyalah berfungsi sebagai penjelas, bukan penafsir watak.

37
Ibid., hlm 143-144.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu
menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang didapatkan
berupa deskriptif tentang tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari
karya Arifin C. Noor. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah salah satu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi sesuatu, system pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.1
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi teori, yang dimana
triangulasi ini dilakukan berdasarkan tanggapan bahwa fakta tertentu tidak
dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih rinci, maa dalam
penelitian ini dikumpulkan beberapa teori dari beberapa ahli untuk mengambil
dialog dan konteks yang bisa dikatagorikan dalam objek pragmatic.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka setelah data di
klarifikasi peneliti menganalisis data dengan metode padan. Teknik yang
digunakan adalah referensial dan teknik pragmatis. Teknik refensial yang
biasa digunakan untuk mendeskripsikan dialog tuturan dalam drama Pada
Suatu Hari karya Arifin C. Noer, sedangkan teknik pragmatis digunakan
untuk menjelaskan maksud dari tuturan yang mengandung tindal lokusi,
ilokusi dan perlokusi dan arti atau maksud-maksud tuturan yang di tutur oleh
mitra tutur.

1
Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hml 18.

42
B. Sumber dan Data Penelitian
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teks
karya sastra yaitu naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer.
Peneliti menggunakan naskah ini karena jumlah data yang terdapat dalam
naskah tersebut dianggap sudah mencukupi untuk keperluan penelitian dan
bervariasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono menyatakan bahwa “teknik Pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data”2. Pengumpulan data dalam penelitian
merupakan suatu keharusan. Tekniik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik membaca dan mencatat. Penulis membaca dan mencatat
penggalan ujaran dan petunjuk laku dalam naskah drama Pada Suatu Hari
yang mengandung tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.
Peneliti hanya memfokuskan pada kalimat atau percakapan yang
mengandung unsure tindak tutur didalam naskah. Data yang diperoleh
kemudian dicatat dalam data yang telah disiapkan. Ujaran dan petunjuk mitra
tutur yang teridentifikasi mengandung unsur tindak lokusi, ilokusi, dan
perlokusi selanjutnya dianalisis kembali untuk menjadi data penelitian.

Berikut prosedur pengumpulan data:

1. Membaca sumber data


2. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan macam-macam tindak lokusi,
ilokusi dan perlokusi.
3. Mencatat data yang diperoleh ke dalam kolom pembagian tindak tutur.

2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 224

43
D. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data
yang diperoleh mengenai tindak tutur yang terdapat dalam naskah drama.
Pada penelitian ini menentukan data sesuai dengan teori yang di kemukakan
oleh John Austin tentang sebuah tindakan yang dibagi dialam tiga macam
tindak tutur serta dibagi sesuai katagori dari masing-masing tindakkan.
1. Data yang diperoleh dicatat.
2. Setelah data disimpan, kemudian dianalisis dari tindak lokusi,
ilokusi dan perlokusi.
3. Hasil analisis tersebut diklasifikasikan didalam sebuah kolom data
yang mana dari masing-masing jenis tindak tutur dan dibagi di
setiap kolom katagori tindak tersebut.
4. Pada tahap penyelesaian, penulis mengecek kembali analisis dan
perbaikanya bila ada kesalahan pada penulisan. Setelah itu penulis
menyimpulkan dari semua hasil penelitian yang dilakukan.
E. Penyajian data
Analisis data merupakan upaya untuk mengelompokkan data yang
telah diperoleh. Selanjutnya pemaparan hasil analisis, menurut Sudaryanto
yang dikuti oleh Muhammad ada dua cara untuk menyajikan hasil penelitian
yaitu dalam metode formal dan informal. Metode formal ada penyajian
dengan mengunakan tanda dan lambang.3 Sedangkan penyajian dengan
metode informal adalah dengan kata-kata biasa untuk merumuskan kaidah
sesuai dengan domainnya dan hubungan anta kaidah.4
dalam penelitian ini penulis menggunakan metode informal, karena
penyajian data berbentuk tuturan yang didalamnya terdapat tuturan yang
mengandung unsur tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.

3
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm 266.
4
Ibid, hlm 288.

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berkomunikasi selalu identik dengan tindak tutur, karena tindak tutur


menunjukkan isi tuturan dan respon dari lawan tutur. Kajian dalam penelitian ini
adalah tindak tutur dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer
dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang
menggunakan prinsip tindak tutur Leech dan John Austin. Deskripsi penemuan
penelitian ini mencakup tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

A. Temuan kesantunan berbahasa menurut Leech dalam naskah drama


Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer

Berdasarkan hasil penelitian didapat temuan-temuan penelitian.


Berikut ini disajikan tabel temuan hasil penelitian tindak tutur lokusi.

Tabel 1. Hasil penelitian tindak tutur lokusi

No Tindak Lokusi Jumlah/data


1 Deklaratif 9
2 Interogatif 7
3 Imperatif 2
4 Interjektif 5
5 Simultan 0
Jumlah 23

Tindak tutur lokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin
C. Noer meliputi: (1) deklaratif, (2) interogatif, (3) imperatif, (4) interjektif,
(5) simultan. Dari keseluruhan data pada ujaran dan petunjuk laku diperoleh
23 data yang mematuhi prinsip tindak tutur Leech yaitu 9 deklaratif, 7
interogatif, 3 imperatif, 4 interjektif, dan 0 simultan.

45
Tabel 2. Hasil penelitian tindak tutur ilokusi

No Tindak Ilokusi Jumlah/data


1 Tindak Penegasan 19
2 Tindak Meminta 6
3 Tindak Menyarankan 9
4 Tindak Melakukan 0
5 Tindak Otoritas Kegiatan 2
6 Tindak Penempatan 0
Kombinasi Tindak Ilokusi beserta 1
7
verbanya
8 Kombinasi Verba dalam Satu 1
Tindak Ilokusi
Jumlah 38

Tindak tutur ilokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya
Arifin C. Noer meliputi: (1) tindak penegasan, (2) tindak meminta, (3)
tindak menyarankan, (4) tindak melakukan, (5) tindak otoritas kegiatan, (6)
tindak penempatan, (7) kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, (8)
kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi. Dari keseluruhan data pada
ujaran dan petunjuk laku diperoleh 38 data yang mematuhi prinsip tindak
tutur yaitu 19 tindak penegasan, 6 tindak meminta, 9 tindak menyarankan, 0
tindak melakukan, 2 tindak otoritas kegiatan, 0 tindak penempatan, 1
kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan 1 kombinasi verba dalam
satu tindak ilokusi.

Tabel 3. Hasil penelitian tindak tutur perlokusi

No Tindak Perlokusi Jumlah/data


1 Menganggapi 12
2 Menjelaskan 23
3 Menjawab 6

46
4 Menjengkelkan 0
5 Mengajukan 4
6 Mengalihkan 5
7 Meyakinkan 7
8 Menakuti 0
9 Membingungkan 1
10 Melakukan 0
11 Mengganggu 0
12 Mempersulit 1
13 Mempengaruhi 0
14 Menuruti 0
15 Merespon 9
16 Menyetujui 1
17 Memperhatikan 0
18 Memaklumi 0
19 Bersimpati 0
20 Memahami 0
21 Menyadarkan 4
22 Menggelikan Hati 0
23 Membosankan 0
24 Mengilhami 0
25 Tanpa Perlokusi 1
Jumlah 74

Tindak tutur perlokusi dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin
C. Noer meliputi: (1) menanggapi, (2) menjelaskan, (3) menjawab, (4)
menjengkelkan, (5) mengajukan, (6) mengalihkan, (7) meyakinkan, (8)
menakuti, (9) membingungkan, (10) melakukan, (11) mengganggu, (12)
mempersulit, (13) mempengaruhi, (14) menuruti, (15) merespon, (16)
menyetujui, (17) memperhatikan, (18) memaklumi, (19) bersimpati, (20)
memahami, (21) menyadarkan, (22) menggelikan hati, (23) membosankan,

47
(24) mengilhami, (25) tanpa perlokusi. Dari keseluruhan data pada ujaran
dan petunjuk laku diperoleh 74 data yang mematuhi prinsip tindak tutur
yaitu 12 menanggapi, 23 menjelaskan, 6 menjawab, 0 menjengkelkan, 4
mengajukan, 5 mengalihkan, 7 meyakinkan, 0 menakuti, 1 membingungkan,
0 melakukan, 0 mengganggu, 1 mempersulit, 0 mempengaruhi, 0 menuruti,
9 merespon, 1 menyetujui, 0 memperhatikan, 0 memaklumi, 0 bersimpati, 0
memahami, 4 menyadarkan, 0 menggelikan hati, 0 membosankan, 0
mengilhami, dan 1 tanpa perlokusi.

B. Analisis Deskripsi Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pada Suatu


Hari Karya Arifin C. Noer

Analisis temuan-temuan penggalan ujaran atau petunjuk laku yang


mematuhi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Tindak Lokusi

Pematuhan tindak tutur lokusi terjadi apabila tuturan yang


diucapkan berupa informasi kepada lawan tuturnya. Penutur yang
mengujarkan tuturan tindak lokusi adalah penutur yang hanya bertujuan
memberikan informasi atau bertanya kepada lawan tuturnya. Berikut
ujaran dan petunjuk laku yang mematuhi tindak tutur lokusi yang
meliputi deklaratif, interogatif, imperatif, interjektif, dan simultan.

(1) Konteks: Kakek sedang meminta Nenek untuk menyanyikan lagu


untuknya.
Nenek: Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak


tutur lokusi dalam kategori interjektif. Dikatakan tindak tutur kategori
interjektif karena dalam tuturan itu menunjukkan isi hati Nenek yang
merasa kesal kepada Kakek yang selalu mengejeknya kalau ia menyanyi.

48
(2) Konteks: Saat Nyonya Wenas (Janda) datang kerumah mereka.
Nenek: Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak


tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori
interogatif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang
mengajukan pertanyaan kepada Kakek dan merasa curiga kalau Janda
mengetahui pesta mereka karena di beritahu oleh Kakek.

(3) Konteks: Saat Nyonya Wenas (Janda) datang kerumah mereka.


Nenek: Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami
saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak


lokusi dalam kategori interjektif. Dikatakan tindak tutur kategori
interjektif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang
mengutarakan isi hatinya kepada Janda kalau ia berharap Janda datang ke
pestanya.

(4) Konteks: Saat Kakek menanyakan hal yang tidak sopan kepada
Janda.
Nenek: Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kasar,
tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak


lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori
deklaratif karena dalam tuturan itu menunjukkan Nenek yang merasa
tidak enak kepada Janda karena pertanyaan dari Kakek.

(5) Konteks: Saat Nenek meyakinkan kepada Joni mengenai kejujuran


Joni kepada istrinya.

49
Nenek: Jadi kau selalu berdusta dengan istrimu sendiri?

Ujaran yang diucapkan oleh Nenek dikatakan terdapat tindak


tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori
interogatif karena dalam tuturan ini menunjukkan Nenek mengajukan
pertanyaan mengenai kejujuran Joni kepada istrinya.

(6) Konteks:Saat Nenek menanyakan kejujuran Joni kepada iatrinya.


Pesuruh: Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat prtibadi,
nyaonya dan kurang sopan.

Ujaran yang diucapkan oleh Pesuruh dikatakan terdapat tindak


lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori
deklaratif karena dalam tuturan ini menunjukkan Pesuruh merasa
keberatan Nenek menanyakan hal sifatnya sangat pribadi.

(7) Konteks: Novia menyuruh Joni untuk mengajak Meli dan Feri
untuk menonton ikan.
Joni: Ayo kita nonton ikan.

Ujaran yang diucapkan oleh Joni dikatakan terdapat tindak tutur


lokusi dalam kategori imperatif. Dikatakan tindak tutur kategori
imperatif karena dalam tuturan itu menunjukkan Joni mengajak Meli dan
Feri untuk ikut menonton ikan dengannya.

(8) Konteks: Novia sedang bercerita kalau ia akan meminta cerai


kepada suaminya.
Kakek: Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau
berhasil bercerai dengan suamimu?

Ujaran yang diucapkan oleh Kakek dikatakan terdapat tindak


tutur lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori

50
interogatif karena dalam tuturan itu Kakek menanyakan secara tegas
kepada Novia mengenai sikapnya yang akan meminta cerai dari
suaminya.

(9) Konteks: Kakek yang sedang memarahai Novia ketika ia


menjelaskan kalau ia ingin bercerai.
Novia: Vita mau kawin lagi.

Ujaran yang diucapkan oleh Novia dikatakan terdapat tindak tutur


lokusi dalam kategori deklaratif. Dikatakan tindak tutur kategori
deklaratif karena dalam tuturan itu Novia menginformasikan kepada
Kakek, Nenek dan Nita kalau suaminya mau kawin lagi oleh sebab itu
itu ingin bercerai.

(10) Konteks: Saat Meli dan Feri hilang, namun ternyata mereka
diculik oleh ayahnya sendiri dan Kakek marah-marah karena hal
itu.
Nenek: Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa
memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur


lokusi dalam kategori interogatif. Dikatakan tindak tutur kategori
interogatif karena dalam tuturan itu Nenek merasa kesal kepada Kakek
yang marah-marah setelah tahu kalau Meli dan Feri diculik ayahnya
sendiri. Oleh karena itu, Nenek menanyakan hal itu kepada Kakek.

51
2. Tindak Ilokusi

Pematuhan tindak tutur ilokusi terjadi apabila tuturan yang


diucapkan berupa informasi dan digunakan untuk melakukan suatu
tindakan kepada lawan tuturnya. Penutur yang mengujarkan tuturan
tindak ilokusi adalah penutur yang bertujuan menyatakan atau
memberikan informasi kepada lawan tutur agar lawan tuturnya
melakukan suatu tindakan. Berikut ujaran dan petunjuk laku yang
mematuhi tindak tutur lokusi yang meliputi tindak penegasan, tindak
meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas
kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya,
dan kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi.

(1) Konteks: Saat Kakek dan Nenek sedang duduk santai berdua di
kursi.
Kakek: Sekarang kau nyanyi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak meminta. Dikatakan tindak tutur
kategori tindakmeminta karena dalam tuturan itu Kakek ingin sekali
mendengar Nenek bernyanyi untuknya.

(2) Konteks: Saat Nenek menolak untuk menyanyi karena Kakek


selalu mengejeknya.
Kakek: Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah
mengejek kau lagi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak penegasan karena dalam tuturan itu Kakek menegaskan
kepada Nenek kalau ia tidak akan mengejek lagi saat Nenek menyanyi.

52
(3) Konteks: Saat Kakek selalu saja membicarakan kematian kepada
Nenek.
Nenek: Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik,
lagi tak ada gunanya. Sayang, berhentilah kau berfikir tentang hal
itu.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak menyarankan. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak menyarankan karena dalam tuturan itu Nenek
menyarankan kepada Kakek untuk tidak terus membicarakan dan
memikirkan tentang kematian.

(4) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah mereka dan Kakek lebih
memilih untuk pergi ke ruang baca.
Kakek: Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda
itu. Ah, lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak otoritas kegiatan. Dikatakan tindak
tutur kategori tindak otoritas kegiatan karena dalam tuturan itu Kakek
bertutur dan setelah itu melakukan kegiatan yaitu keluar dari ruangan
itu dan pindah ke ruang baca.

(5) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah Nenek dan Kakek,


kemudian Nenek masuk ke dalam untuk memanggil Kakek.
Janda: Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak kombinasi tindak ilokusi beserta
verbanya. Dikatakan tindak tutur kategori tindak kombinasi tindak
ilokusi beserta verbanya karena dalam tuturan itu Janda bertutur
sekaligus menggunakan verba seperti rasa cemas yang ditunjuk pada
tuturan “kenapa saya jadi gemetar?”.
53
(6) Konteks: Saat Pesuruh memberi minuman kepada Janda yang
ternyata minuman kesukaannya.
Janda: (minum) segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka
minuman ini?

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi.
Dikatakan tindak tutur kategori kombinasi verba dalam satu tindak
ilokusi karena dalam tuturan itu Janda bertutur setelah melakukan
kombinasi perbuatan yaitu minum minuman yang dibawakan pesuruh.

(7) Konteks: Saat pesuruh datang saat dipanggil oleh Nenek untuk
membuatkan minuman.
Nenek: Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak meminta. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak meminta karena Nenek menyuruh pesuruh untuk
membuatkan minuman.

(8) Konteks: Saat Nenek memastikan kepada Kakek kalau ia diam-


diam memelihara kaktus.
Nenek: Bahkan kau dia-diam memelihara kaktus dalam kakus.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak penegasan karena dalam tuturan tersebut Nenek
menegaskan kepada Kakek kalau ia benar-benar memelihara kaktus
didalam toilet mereka.

(9) Konteks: Saat Novia menjelaskan kalau ia ingin meminta cerai


dari suaminya.

54
Nita: Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik
betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.

Ujaran yang diucapkan Nita dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak menyarankan. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak menyarankan karena dalam tuturan tersebut Nita
menyarankan kepada Novia untuk memperhatikan mata anak-anaknya
yang masih jernih dan polos.

(10) Konteks: Saat ketahuan kalau Meli dan Feri bukan hilang,
melainkan diculik oleh ayahnya sendiri.
Kakek: Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan
permainan kasar seperti ini ini.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


ilokusi dalam kategori tindak penegasan. Dikatakan tindak tutur
kategori tindak penegasan karena dalam tuturan tersebut Kakek tidak
bisa memaafkan ayahnya Meli dan Feri yang sudah berbuat kasar
menculik Meli dan Feri.

3. Tindak Perlokusi

Pematuhan tindak tutur perlokusi terjadi apabila tuturan yang


diucapkan berupa informasi dan menimbulkan dampak dari lawan
tuturnya. Penutur yang mengujarkan tuturan tindak perlokusi adalah
penutur yang bertujuan menyatakan atau mengujarkan agar lawan
tuturnya melakukan suatu tindakan sebagai respon terhadap ujaran.
Berikut ujaran dan petunjuk laku yang mematuhi tindak tutur perlokusi
yang meliputi menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan,
mengajukan, mengalihkan, meyakinkan, menakuti, membingungkan,
melakukan, mengganggu, mempersulit, mempengaruhi, menuruti,

55
merespon, menyetujui, memperhatikan, memaklumi, bersimpati,
memahami, menyadarkan, menggelikan hati, membosankan,
mengilhami, tanpa perlokusi.

(1) Konteks: Saat Kakek meminta Nenek untuk menyanyi untuknya,


namun Nenek menolak.
Kakek: Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu
mendengar kau menyanyi.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori menanggapi. Dikatakan tindak tutur kategori
tindak menanggapi karena dalam tuturan tersebut Kakek menanggapi
respon Nenek yang menolak permintaannya untuk menyanyi.

(2) Konteks: Saat Nenek benar-benar menolak untuk menyanyi.


Kakek: Mati saya tidak bahagia karena kau tidak mau menyanyi.
Ini memang salah saya. Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti
bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa
meaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya
akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang
menyanyi sebuah lagu ditelinga saya.
Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur
perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori
tindak menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Kakek menjelaskan
dan meminta maaf kepada Nenek kalau ia merasa bersalah karena
sering mengejeknya.

(3) Konteks: Saat Kakek terus menerus membicarakan kematian


kepada Nenek.
Nenek: Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau
juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.

56
Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur
perlokusi dalam kategori mengajukan. Dikatakan tindak tutur kategori
mengajukan karena dalam tuturan tersebut Nenek mengajukan syarat
kepada Kekek kalau ia tidak akan memaafkan Kakek kalau Kakek terus
menerus membicarakan kematian.

(4) Konteks: Saat Kakek masih terus membicarakan kematian kepada


Nenek.
Nenek: Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.

Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori mempersulit. Dikatakan tindak tutur kategori
mempersulit karena dalam tuturan tersebut terlihat dalam kata “satu
syarat” untuk memberi maaf kepada Kakek.

(5) Konteks: Saat Janda bertamu ke rumah Nenek dan Kakek.


Janda: Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing
saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak
sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.

Ujaran yang diucapkan Janda dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori
menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Janda menjelaskan alasan ia
tidak dapat menghadiri pesta Kakek dan Nenek.

(6) Konteks: Saat Nenek menyuruh pesuruh untuk membuatkan


minuman, dan pesuruh meyakinkannya.
Pesuruh: Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?

57
Ujaran yang diucapkan Pesuruh dikatakan terdapat tindak tutur
perlokusi dalam kategori meyakinkan. Dikatakan tindak tutur kategori
meyakinkan karena dalam tuturan tersebut Pesuruh menanyakan ulang
agar yakin minuman yang diminta Nenek.

(7) Konteks: Saat Kakek bersikap pura-pura tidak mengenal sama


sekali kepada Janda.
Kakek: Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan
kau juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga
marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan
saya tidak mau marah agar kau tidak marah.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori menjelaskan. Dikatakan tindak tutur kategori
menjelaskan karena dalam tuturan tersebut Kakek menjelaskan kalau ia
serba salah melakukan apapun kepada Janda, karena selalu dianggap
salah oleh Nenek.

(8) Konteks: Saat Nenek mulai kesal dengan Kakek yang memiliki
masa lalu dengan Janda.
Nenek: Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga
pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.
Ujaran yang diucapkan Nenek dikatakan terdapat tindak tutur
perlokusi dalam kategori merespon. Dikatakan tindak tutur kategori
merespon karena Nenek sudah merasa kesal dengan kedatangan Janda
yang memiliki masa lalu dengan Kakek dengan bahasa kias.

(9) Konteks: Saat Nenek mulai menangis karena merasa kecewa


dengan Kakek yang masih memelihara kaktus.
Kakek: Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi
lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus.

58
Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau
batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka satang. Sayang.
Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan
membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting,
sementara seekor kera sakit enfluensa.

Ujaran yang diucapkan Kakek dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori meyakinkan. Dikatakan tindak tutur kategori
meyakinkan karena dalam tuturan tersebut Kakek member keyakinan
kepada Nenek untuk menyanyi lagi kalau Nenek tidak akan menangis
lagi.

(10) Konteks: Saat Novia sedang menjelaskan kepada Nenek, Kakek,


dan Nita kalau ia ingin meminta cerai kepada suaminya.
Nita: Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia
dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu
mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-
diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan
suami saya tidak pernah diberkahi anak?

Ujaran yang diucapkan Nita dikatakan terdapat tindak tutur


perlokusi dalam kategori menyadarkan. Dikatakan tindak tutur
kategori menyadarkan karena dalam tuturan tersebut Nita menyadarkan
Novia untuk tidak mementingkan kebahagiaannya dengan bercerai, tapi
ia juga harus memikirkan anak-anaknya yang akan kehilangan kasih
saying dari kedua orang tuanya.

59
C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Tindak tutur dapat diterapkan dalam pembelajaran siswa di sekolah


yaitu pada aspek keterampilan menulis dengan materi pelajaran menulis
drama. Pelajaran menulis drama terdapat di SMP kelas VIII dengan standar
kompetensi menulis drama satu babak dengan keaslian ide. Peserta didik
banyak menonton drama yang ditayangkan di televise, maupun dari
kehidupan nyata yang mereka alami. Dalam kehidupan sehari-hari tindak
tutur sudah jarang diujarkan dengan tuturan yang panjang, karena pada saat
ini dengan tuturan singkatpun lawan tutur sudah memahami maksudnya.
Oleh sebab itu dalam pembelajaran penulisan drama di sekolah dapat
menerapkan prinsip tindak tutur.

Pembelajaran drama dapat meningkatkan kreativitas anak melalui


kegiatan menulis teks drama sehingga anak dapat mengembangkan ide dan
gagasan ke dalam tulisan dalam bentuk dialog. Tujuan pembelajaran tidak
hanya membuat siswa menjadi pandai tetapi juga dapat menjadikan siswa
pribadi yang baik dalam bertutur dalam kehidupan sehari-hari.

Naskah drama Pada Suatu Hari karya Arifin C. Noer dapat


dijadikan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran menulis drama. Guru
menerangkan kepada siswa pemilihan bahasa yang digunakan dalam
menulis naskah drama.

Berdasarkan tulisan hasil karya siswa seorang guru dapat melakukan


penilaian sikap terhadap seorang siswa. Tindak tutur tidak hanya dilihat dari
ujaran sehari-hari melainkan dapat dilihat juga melalui tulisan. Adapun
rancangan pembelajaran yang berhubungan dengan kajian penelitian dapat
dilihat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

60
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Bedasarkan hasil analisis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

dalam naskah drama Pada Suatu Hari karya A Rifin C Noor, dapat di tarik

simpulan dalam naskah drama PadaSuatuHari karya Arifin C Noer.

Ditemukan beragam tindak tutur dari tindak tutur lokusi sebagai informasi,

ilokusi sebagai pencapaian maksud dari tindak tersebut serta pelokusi

dijadikan sebagai efek dari tindak tutur tersebut. Adapun bentuk-bentuk tidak

tutur, yaitu (1) Lokusi yang terdiri atas jenis deklaratif, interogatif, imperatif,

interjektif; dan simultan. (2) Ilokusi yang terdiri atas jenis tindak penegasan,

tindak meminta, tindak menyarankan, tindak melakukan, tindak otoritas

kegiatan, tindak penempatan, kombinasi tindak ilokusi beserta verbanya, dan

kombinasi verba dalam satu tindak ilokusi dan (3) Perlokusi yang terdiri atas

jenis menanggapi, menjelaskan, menjawab, menjengkelkan, mengajukan,

mengalihkan, meyakinkan, menakuti, membingungkan, melakukan,

mengganggu, mempersulit, memperngaruhi, menuruti, merespon, menyetujui,

memperhatikan, memaklumi, bersimpati, meahami, menyadarkan,

menggelikanhati, membosankan, mengilhami, dan tanpa perlokusi. Beberapa

macam jenis tindak tutur tindak lokusi di dalam naskah terdapat tindak tutur

terbanyak 35,65% dari jenis tindak deklaratif dari lima jenis tindak ilokusi.

61
62

Sedangkan ilokusi terdapat 59,76% dari jenis terbanyak dengan tidak

penegasan dari delapan jenis tindak tutur ilokusi, dan perlokusi terdapat

19,72% tindak tutur terbanyak melalui tindak menjelaskan di dalam jenis

tindak perlokusi yang mempunyai 25 jenis tindak tutur. Jadi, didalam naskah

drama ini.

B. SARAN

Bedasarkan hasil penelitian analisis beserta kesimpulan yang telah dijelaskan

dalam skripsi ini penulis memiliki beberapa saran, diantaranya:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan

peneliti ini dengan topik lain seperti pelanggaran prinsip kerja dan

prinsip kesopanan, implikatur, serta tindak tutur angsung dan tidak

langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.

2. Bagi mahasiswa disarankan menggunakan hasil penelitian untuk

memberikan pengajaran tentang jenis dan bentuk tindak tutur

terutama bentuk tindal lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

3. Bagi peserta didik, diharapkan mampu memahami tentang

perbedaan percakapan dalam sebuah tindakkan, supaya

mengetahui mana tindak member informasi, tindak penyampaian

informasi dan dampak dari tindak ersebut supaya lebih berhati-hati

dalam bertindak didalam sebuah tuturan.

62
DAFTAR PUSTAKA
Achmad H.P. 1998. Diktat Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Arono dan Nadrah. 2009. Tindak Tutur Wacana Dialog Liputan 6 SCTV, Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 8.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Bahasa. Surabaya: Airlangga


University Press.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolingustik Perkenalan awal. Jakarta:Rineka
Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Damono, Sapardi Djoko. 2006. Anologi Drama Indonesia. Jakarta: The Henry Luce
Foundation, Inc.

Dardjowidjojo, Sunjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Drs. Widjojoko. 2006. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

E. Kokasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia.

Hasanuddin WS. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan
Analisis. Bandung: Angkasa.

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/775-sutradara-film-g-30-s-
pki, 24 februari 2012.

Ibrahim, Abd Syukur. 2007. Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leech, Geoffrey. 2011. The Principles of Pragmatic, Terjemahan Prinsip-Prinsip


Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Majalah Kartini edisi no 419. 1990.

Majalah Vista edisi no 129. 1891.

Nababan, Sri Utari Subyakto. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengatar. Jakarta:


Gramedia Utama.
Nadir, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Rahardi, Kunjana. 2006. Pragmatik. Jakarta: Erlangga.

San, Suryadi. 2013. Drama Konsep Teori dan Kajian. Medan: CV. Pratama Mitra
Sari.

Satoto, Soediro Satoto. 2012. Stilistika. Yogjakarta: Ombak.

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Antar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sueni, Ni Made. 2007. “Pragmatik dalam Tindak Berbahasa dan Relevansi terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia, Wacana” dalam Majalah Ilmiah Tentang
Bahasa-Sastra Serta Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tarigan, Herry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik I. Bandung: Angkasa.

Wahab, Abdul Wahab. 1991. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
LAMPIRAN
BIOGRAFI

Bab ini berisi tentang riwayat hidup Arifin C. Noor, seorang sineas
dan juga seorang dramawan yang karya tulisnya menjadi objek penelitian
penulis dalam pembuatan skripsi ini.

A. Biografi Pengarang

Arifin C. Noor adalah anak kedua dari Mohammad Adnan, seorang


tukang sate di daerah Cirebon. Arifin sudah memulai kiprahnya dalam dunia
seni sejak SMP. Ia menamatkan SD di Taman Siswa Cirebon, kemudian
melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cirebon. Namun demikian, ketika
SMA ia masuk SMA jurnalistik di Solo. Ia melanjutkan perguruan tingginya
di Fakultas Sosial Politik di Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta dan
International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat.

Arifin mulai mengenal dunia sastra serta teater saat masih duduk di
bangku SMP. Pada masa itulah karya-karya puisinya ia kirimkan ke majalah
yang terbit di Cirebon dan Bandung, honornya ia belikan buku cerita, baik
dalam maupun luar negeri. Sejak kecil ia memang gemar membaca,
khususnya buku anak-anak terbitan Balai Pustaka 1950-an. Baik fiksi-ilmiah
maupun petualangan Karl May. Tetapi yang paling digemarinya adalah buku
biografi orang-orang besar. Karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari
pengalaman serta kerja keras mereka. Hal itu kemudian sangat memengaruhi
filsafat hidupnya untuk gemar bekerja dan berpikir keras.

Selama aktif di sekolah, ia sempat menjadi pemimpin umum majalah


sekolah dengan sekretarisnya Nani Wijaya (aktris sekaligus istri almarhum
Misbach Yusa Biran). Diluar sekolah ia selalu melakukan aktivis di RRI
Cirebon. Disitu ia bergaul dengan para seniman Cirebon antara lain Mus
Mualim, Indra Soeradi, dan kemudian Titik Puspa. Di RRI ia mengasuh ruang
puisi serta membuat sandiwara-sandiwara radio. Pada usia 16 tahun, tapatnya
saat kelas II SMP pada 1957 Arifin menciptakan naskah sandiwaranya yang
pertama berjudul Dekaden57, disusul naskah keduanya yang ia tulis saat
duduk di kelas III SMP dengan judul Dunia yang Retak.

Menurut Arifin pada saat di wawancara oleh majalah Kartini – edisi


khusus, Arifin mengungkapkan “ Seperti yang anda kenal, saya bukan saja
membuat film, tapi juga seorang penyair dan pembuat sandiwara. Setiap kali
saya memproses hasil ciptaan, tidak ada pretensi lain. Kecuali berharap agar
karya yang sedang diproses itu akan berubah menjadi karya yang baik,
sehingga mampu berdialog dengan semua orang”. 31

Menurut Indra Soeradi, aktor dan seniman Cirebon yang


‘menemukan’ sekaligus guru N. Riantiarno (Teater Koma), suatu kali pada
1960-an, oleh Arifin ia pernah diminta membaca beberapa naskah
sandiwaranya antara lain Tengul, Sumur Tanpa Dasar, dan Kasir Kita. Ia
tidak mengira bahwa berpuluh tahun kemudian naskah-naskah tersebut
menjadi cikal bakal bangkitnya teater di Indonesia Baru. 32

Menginjak bangku SMA, Arifin merasa kecintaannya terhadap


kesenian semakin memuncak. Ia menjadi penanggungjawab kolom kesenian
di koran setempat, menjadi juri dalam berbagai lomba kesenian, pembicara
dalam pertemuan peminat teater si-Cirebon, menerjemahkan naskah ‘berat’
Komedi Manusia karya William Sarojan, bahkan sempat menjadi juara dua
Bintang Radio se-Cirebon untuk jenis seriosa. Pada usia SMA, Arifin telah
menciptakan naskah monolog Jangan Lupakan Saya.

Akibat kesibukannya dalam aktivitas kesenian, ia tak hanya


dikeluarkan dari sekolah tetapi juga telah membuat marah Bapaknya.
Apalagi, saat Arifin memutuskan untuk menjadi seniman saja dan bertekad
mau pergi ke Jakarta. Akibatnya, ia kemudian dikirim ke pesantren
Djamsaren di Solo dan meneruskan sekolahnya ke SMA Jurnalistik, Solo. Di
pesantren itulah lahir naskah Aminah yang menurut Arifin merupakan naskah

31
Januardi “Berbincang-bincang dengan Arifin C Noor” Majalah Kartini. hlm 34
32
Dendy Sugono, Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm, 34-36
“dewasa”nya yang pertama. Naskah itu kemudian populer pada 1960-an,
karena banyak dipentaskan oleh grup-grup drama di Jawa.

Tidak hanya dalam dunia teater, Arifin panggilan pria berkepala botak
yang dilahirkan 10 Maret 1941 di Cirebon ini adalah juga seorang sineas
(orang yang ahli tata cara pembuatan film) yang lengkap. Dia bukan hanya
bisa menyutradarai, tetapi pandai pula menulis cerita dan dijadikan skenario.
Arifin sendiri menulis cerita dan skenario dalam film Bibir Mer, dan langsung
menjadi sutradara, maka apa yang ingin disampaikan ke penonton bisa
diterima secara utuh. Kelancaran bertutur, dan menyelesaikan konflik yang
tidak bertele-tele menjadi ciri khas dan sekaligus kekuatan film-film Arifin.
Untuk sampai ke Bibir Mer, Arifin telah melakukan perjalanan panjang. Dia
giat mementaskan sandiwara sejak tahun 1957. Pertama kali, waktu dia
menulis dan sekaligus sebagai sutradara pementasan berjudul Dunia yang
Retak. Tiga tahun kemudian melanjutkan sekolah ke Solo, sampai di sana
bergabung dalam Himpunan Peminat Sastra Surakarta (HPSS), sambil
mencanangkan hari puisi.

Menurut Arifin “Suatu pementasan bukanlah suatu karya tulis ilmiyah


yang memungkinkan sejuta foot note dicantumkan. Teater memerlukan
ketangkasan dalam waktu seperti sulapan, sehingga dalam sekejap saja
seluruh dunia segera memahaminya. Oleh sebab itu senantiasa berusaha agar
teater saya bukan teater Barat di Timur, tetapi teater Timur yang dipahami
oleh Barat. Dengan demikian, teater sebagai ajang dan upacara pertemuan
mesra antara kita tetap hangat dalam suasana alamiah dengan sejuta warna
yang tak terumuskan, sehingga hidup lebih membetahkan”. 33

Kreativitasnya dibidang penulisan puisi dan drama makin berkembang


sejak pindah ke Yogyakarta. Tahun 1960, dia bergabung dengan WS Rendra
dalam lingkungan Drama Yogya, dan kemudian ia masuk Teater Muslim
pimpinan Mohammad Dipoonegoro. Di situlah lahir drama Nenek Tercinta,

33
Adi M “Namana tak Hanya Menjulang Lataran Dunia Pentas” Majalah Vista. hlm 82.
pemenang pertama sayembara penulisan lakon Teater Muslim. Karyanya
yang lain adalah Mega-Mega, pemenang kedua sayembara naskah drama
Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) tepatnya tahun 1967.

Arifin membentuk Teater Ketjil setelah hijrah ke Jakarta. Teater Ketjil


adalah sebuah perkumpulan sandiwara atau teater, terutama yang bersifat
eksperimental. Didirikan di Jakarta pada tahun 1968 oleh Arifin C. Noor.
Untuk membina anggota-anggota dan peminat-peminat lainnya, perkumpulan
kekeluargaan ini juga memiliki kelas latihan atau diskusi bernama lab teater
ketjil. Pada tahun 1972 naskah dramanya yang berjudul Kapai-Kapai
memenangkan hadiah pertama dalam sayembara penulisan lakon DKJ.
Kristisi sastra dan drama menilai Arifin sebagai salah satu pembaharu dalam
dunia drama di Indonesia, karya-karya drama dan puisinya mempunyai
jalinan yang kuat, puisi-puisinya kuat dramatik, sedangkan drama-dramanya
puitik sekali.

Berikut ini adalah karya Arifin semasa hidupnya: Buku kumpulan


sajaknya, Nurul Aini (1963), Sitti Aisah (1964), Puisi-Puisi yang Kehilangan
Puisi (1967), Selamat Pagi, Jajang (1979), dan Nyanyian Sepi (1995).

Buku-buku dramanya adalah Lampu Neon (1960), Matahari di


Sebuah Djalan Ketjil (1963), Nenek Tertjinta (1963), Prita Istri Kita (1967),
Mega-Mega (1967), Sepasang Pengantin (1968), Kapai-Kapai (1970), Sumur
Tanpa Dasar (1971), Kasir Kita (1972), Tengul (1973), Orkes Madun I atawa
Madekur dan Tarkeni (1974), Umang-Umang (1976), Sandek Pemuda
Pekerja (1979), Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi (1984), Ari-Ari
atawa Interogasi II (1986), dan Ozan atawa Orkes Madun IV (1989).

Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta


menulis skenarionya, antara lain Pemberang (1972), Rio Anakku (1973),
Melawan Badai (1974), Petualang-Petualang (1974), Suci Sang Primadona
(1978), Harmoniku (1979), Lingkaran-Lingkaran (1980), Serangan Fajar
(1981), Pengkhianatan G.30 S/PKI (1983), Matahari-Matahari (1985),
Sumur Tanpa Dasar (1989), Taksi (1990), dan Keris (1995). Karena film dan
sinetron garapannya itu, Arifin C. Noor dapat menyabet piala The Golden
Harvest pada Festival Film Asia (1972), piala Citra dalam Festifal Film
Indonesia (1973, 1974, dan 1990), dan piala Vidia dalam Festival Sinetron
Indonesia (1995). Film garapannya yang mendapat penghargaan terbesar
selama pemerintahan Orde Baru adalah Pengkhianatan G.30 S/PKI yang
dibintangi Umar Kayam. Film ini selalu diputar setiap tahun melalui TVRI
dalam memeringati Hari Kesaktian Pancasila dan baru diberhentikan setelah
Orde Baru tumbang.

Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia juga sering mendapat


hadiah sastra antara lain: (1) Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon
dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya Matahari di Sebuah
Djalan Ketjil dan Nenek Tertjinta, (2) Anugerah Seni dari Pemerintah
Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di
Indonesia, (3) Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990)
atas karyanya Ozon, dan (4) Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan
di Kuala Lumpur, Malaysia.

Karya Selamat Pagi, Jajang menjadi mas kawin dari pernikahannya


dengan Jajang. Sebelum dengan Jajang, Arifin telah menikah dengan Nurul
Aini dan dikaruniai dua anak. Ia wafat pada 28 Mei 1995 di Jakarta karena
liver cirrhosis (kelainan pada hati). Ia meninggalkan Jajang, Teater Ketjil,
dunia teater dan film Indonesia yang sangat khas dan unik, serta empat orang
anak yaitu Vita Ariavita, Veda Amritha (dari Nurul Aini), serta Nitta Nezyra
dan Marah Laut (dari Jajang).
Sinopsis Naskah Drama Pada Suatu Hari

Karya Arifin C. Noer

Sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan baru saja

menggelar acara ulang tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka selalu

bahagia dan selalu menjadi pasangan yang romantis hingga pada masa tua.

Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka. Si kakek ingin

mendengarkan si nenek menyanyi, karena dahulunya si nenek jago menyanyi,

kakek ingin mendengarkan suara si nenek. Tak lama kemudian datang seorang

janda seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan

kakek), nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf

kepada kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu.

Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas

tidak diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan

mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi

penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang

merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni (pembantu rumah tangga)

memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah

kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta

bercerai kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan

agar nenek menarik kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang

telah dilontarkannya.

Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak

tertua nenek dan kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya
terdiam mendengan dan melihat pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik

Nita datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang ternyata juga

sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena cemburu berlebih kepada

pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak. Nenek

mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan

memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah

apapun nenek menasehati Novia agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya

masalah di antara nenek dan kakek terhapus begitu saja karena anaknya Novia.

Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita ketika anak-anaknya

sedang bermain di kolam bersama Joni.


Tabel 1

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur lokusi
Lokusi
No Penutur Tuturan
Deklaratif Interogatif Imperatif Interjektif Simultan
Habis kaupun selalu mengejek setiap kali
1 Nenek
saya menyanyi. 
Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu
2 Nenek
tentang pesta kita? 
Kami sangat berharap sekali nyonya hadir
3 Nenek kemarin. Suami saya juga heran kenapa 
nyonya tidak datang kemudian.
Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan
4 Kakek
nyonya datang kemari? 
Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala
5 Nenek dia amat kasar, tapi sebenarnya dia lelaki 
yang amat lembut.
Kalau begitu sayapun berterus terang.
6 Nenek
Nyonya semakin tua semakin cantik. 
Apa tidak indah kemeriahan flamboyan,
7 Nenek yang mampu menciptakan jalan selalu 
diliputi senja?
Sayang sekali kita telah sepakat menerima
8 Janda kehadiran matahari, sehingga saya kini telah 
ditegurnya. Sudah cukup lama.
… Saya di jamu di sini. Saya minta diri
sekali lagi saya mengucapkan selamat atas
9 Janda perkawinan emas tuan dan nyonya. Sayang 
sekali dia sedang sakit. Saya harus segera
pulang.
Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta
10 Kakek
emas dengan kata-kata seru. 
Sejak muda kau begitu yakin seakan saya
pernah punya hubungan percintaan dengan
perempuan tadi. Saya heran kenapa kau
begitu berhasil menciptakan tokoh yang
11 Kakek
fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata 
dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu
mempermainkan kau sendiri selama hidup
kau.
Jadi kau selalu berdusta dengan istrimu
12 Nenek
sendiri? 
Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat
13 Pesuruh sangat amat pribadi, nyonya dan kurang 
sopan.
Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau
akui saja siapa yang menyuruh kau
14 Nenek
menyiapkan tiga gelas es susu begitu tamu 
tadi datang?
Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar
15 Nenek
saya tidak akan diam. 
16 Kakek Kau rupanya ingin kita pisah. 
17 Joni Ayo kita nonton ikan. 
Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan
apa yang mendorong kau meminta
18 Kakek
kesedihan serupa itu? Kebodohan macam 
apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan
dengan mendapatkan kata itu kau dapat
mengecap hidup ini lebih nikmat? Novia,
kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira
rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak
geretan yang dengan mudah kau bongkar-
bongkar dank au susun-susun? Novia, kau
sudah waktunya menginsafi bahwa rumah
tangga adalah rumah suci lain, seperti
masjid, gereja, dan kelenteng. Dan rumah
suci adalah tempat dimana firman-firman
Tuhan yang agung dan suci dimulyakan,
rumah suci adalah tempat dimana cinta
kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah
hidup, untuk meraih maka hidup yang
samara dalam semsta ini.

Tuhanku.. Novia, alasan picisan apa yang

menjadikan kau begitu gairah mendapatkan


surat talak? Jangan main main. Ini bukan
lagi semata persoalan kau, juga bukan
persoalan suamimu semata, tetapi persoalan
anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)

Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persoalan


Negara, persoalan dunia, saya tidak boleh
membiarkan rumahmu terbakar hanya
disebabkan api mainan yang diminyaki
cemburu buta. Saya harus beritahu segera
ibumu. (Exit)

(Menubruk Novia sambil menangis) Novia,


sayang, kau jangan suka membaca roman-
roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri
apa jadinya isi kepalamu dengan roman-
roman seperti itu. Dengan membaca cerita-
19 Nenek
cerita cengeng seperti itu kau sama dengan 
mengisi usus besarmu dengan minuman
keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau
setiap hari kau minum arak sama dengan
memperpendek usiamu sendiri.
………….Novia, ibu yakin kau telah
terpengaruh roman-roman sampah itu
sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti
mainan peraan belaka. Bacalah Romeo
20 Nenek
Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan 
singkirkan bacaan yang mengajarkan
kebencian dan perceraian. Kau kira
perceraian itu jalan cuci?
Kau kira kau akan menjadi betina yang
21 Kakek jantan kalau kau berhasil bercerai dengan 
suamimu?
22 Novia Vita mau kawin lagi. 
Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-
23 Nenek sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli 
dan Feri diculik?
Tabel 2

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur Ilokusi

Ilokusi

Tindak Ilokusi
Menyarankan

Verba dalam
Penempatan

Satu Tindak
Melakukan

Kombinasi

Kombinasi
Penegasan

Verbanya
Meminta

Kegiatan
Otoritas

Beserta
Tindak

Tindak

Tindak

Tindak

Tindak

Tindak

Ilokusi
No Penutur Tuturan

1 Kakek Sekarang kau nyanyi. 


Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak
2 Kakek
akan pernah mengejek kau lagi. 
3 Kakek Saya tidak mau menyanyi. 
Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu
sangat tidak baik, lagi tak ada gunanya.
4 Nenek
Sayang, berhentilah kau berfikir tentang hal 
itu.
Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir
mengenai hal itu. Demi segala-galanya
5 Nenek
berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti 
biasanya.
Saya akan tersenyum kalau kau mau
6 Kakek
mengucapkan janji. 
Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk
7 Nenek
baru setelah satu minggu kau tahu. 
Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik
dengan diri sendiri. Saya akui. Saya minta
8 Kakek
dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup, 
supaya kubur saya…
Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau
memang pintar menyanyi. Dan kau selalu
9 Nenek
menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna 
tanpa batuk.
Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar
10 Nenek
lagi menggu sang penyanyi. 
Mana album kesatu? Saya ingin melihat
gambar saya ketika saya menyanyi di depan
11 Kakek
umum dimana kau juga ikut mendengarkan. 
Kau ingat kapan itu?
12 Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari. 
Saya takut dia betul-betul demam karena
13 Kakek kedatangan janda itu. Ah, lebih baik saya 
menyingkir ke ruang baca. (Exit)
Kasihan. Sayang. (heran suaminya tidak ada).
14 Nenek Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, 
nyonya (berseru) Onda, dimana kau? (exit)
15 Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar? 
(minum) segar bukan main. Bagaimana kau
16 Janda
tahu saya suka minuman ini? 
Tidak, nyonya, tapi tuan besar menyirami
seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore.
17 Pesuruh Memang tengah malam seringkali diam-diam 
ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam
kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
18 Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas. 
Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus
19 Nenek
dalam kakus. 
Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan
20 Nenek
menangis lebih keras lagi. 
Saya akan terus menangis. Biar gledek
21 Nenek
menyambar saya tetap menagis. 
Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak
22 Nenek
mengerti. 
Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan.
23 Nenek
Kita cerai. 
Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi
perasaan seperti halnya soal percintaan.
24 Nenek
Pokoknya kita harus cerai. Hari ini juga kita 
harus selesaikan surat-suratnya.
Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi
mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu
25 Nenek kamar bersama kau. Kau boleh tidur di kamar 
baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-
rayapnya.
26 Novia Ikutlah sama Mang Memet. 
Novia, apakah kau tidak pernah
27 Nita memperhatikan baik-baik betapa jernih mata 
anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan
28 Nita menyaksikan Vita memeriksa tubuh 
perempuan itu.
Lalu apa saya perlu juga membuka kancing
29 Novia
roknya? Gila! 
Betul-betul kau diliputi kemarahan saja.
Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu
banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi
tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan
kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau
30 Nita kau mau jujur sebenarnya kau hanya 
digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri
saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih
kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan
lain atau bahkan gadis-gadis yang juga
berobat kepada suamimu?
Jangan kau sangka perasaanmu dan
31 Nenek kecemburuanmu akan menuntun hidupmu 
kearah kebahagiaan
Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman
picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa
32 Kakek
tidak kandang ayam saja yang kau bongkar 
yang sudah jelas sudah rapuh itu?
Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan
33 Nenek
marah lebih baik orang diam, dan lebih baik 
lagi kalau kau mau mendengarkan saran
orang lain.
Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga
34 Kakek sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata 
yang diucapkan.
Ban ini, koper-koper ini apa perlu artinya?
35 Nenek
Main-main kau sudah keterlaluan. 
Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau
36 Nita
teruskan ibu bisa pingsan. 
Merekalah menghibur kita, menyembuhkan
37 Kakek kita dari segala macam luka yang ditatahkan 
sang kala.
Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa
38 Kakek
memaafkan permainan kasar seperti ini ini. 
Tabel 3

Analisis Naskah Drama Pada Suatu Hari dalam Tindak Tutur Perlokusi

Perlokusi

Menggelikan Hati
Membingungkan

Tanpa Perlokusi
Memperhatikan
Menjengkelkan

Mempengaruhi

Membosankan
Menyadarkan
Mengalihkan

Mengganggu
Menjelaskan

Mempersulit
Mengajukan

Meyakinkan
Menanggapi

Memaklumi

Mengilhami
Melakukan

Memahami
menyetujui

Bersimpati
Menjawab

Merespon
Menakuti

Menuruti
No Penutur Tuturan

Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati


1 Kakek tanpa lebih dulu mendengar kau 
menyanyi.
Mati saya tidak bahagia karena kau tidak
mau menyanyi. Ini memang salah saya.
Tetapi kalau sejak dulu kau cukup
mengerti bahwa saya memang sangat
2 Kakek 
memainkan kau, tentu kau bisa
memaafkan segala macam ejekan-ejekan
saya. Tuhan, saya kira saya akan
menghembuskan nafas saya yang terakhir
tatkala kau sedang menyanyi sebuah lagu
ditelinga saya.
Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya
3 Nenek sedikit flu karena pesta beberapa hari 
yang lalu?
Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah
4 Nenek 
ambil pusing setiap kali saya sakit.
Sayang, saya tidak mau memberi maaf
5 Nenek kalau kau tidak mau juga berhenti 
menyebut-nyebut soal kematian.
Sekarang saya akan memaafkan kau
6 Nenek 
dengan satu syarat.
Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo.
7 Kakek 
Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika
8 Nenek 
pertama kali kau mencium saya.
Saya memang pintar berkhayal. Setiap
kali saya menonton saya selalu
9 Kakek 
menkhayalkan adegan ciuman secara
amat terperinci.
Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali
saya sakit anjing saya juga ikut sakit.
10 Janda Saya agak senang karena sekarang saya 
agak sembuh, tetapi Bison agak parah
sakitnya.
Tuan besar sering menceritakan perihal
11 Pesuruh nyonya kepada saya. Dan ketika saya 
tahu nyonya datang, segera saya buatkan
minuman itu. Selamat minum nyonya.
12 Nenek Bawa minuman ini ke dalam. 
Dua es susu dan satu gelas jeruk panas,
13 Pesuruh 
maksud nyonya?
14 Nenek Dua es jeruk satu susu panas 
15 Kakek Bagaimana anak-anak nyonya? 
Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak
16 Nenek diberkahi putera. Kenapa kau bertanya 
begitu?
Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang
amat lembut, malah sangat amat lembut.
17 Janda Onda selalu cermat dalam memilih kata- 
kata dan juga saya kira ia tidak pernah
memakai tanda seru selama hidupnya.
Onda, kita baru saja memesan minuman
18 Nenek (menyeret). Tingkahmu berlebihan 
sehingga memuakkan.
Kau sendiri yang menyuruh agar saya
19 Kakek berlaku pura-pura tidak kenal kepada 
nyonya itu.
Susah. Kalau saya wajar kau marah.
Kalau saya berlebihan kau juga marah.
Kalau saya jumput di perpustakaan kau
20 Kakek 
juga marah. Saya tidak tahu bagaimana
supaya kau tidak marah dan saya tidak
mau marah agar kau tidak marah.
Terus terang saya sangat kagum pada
21 Janda 
nyonya. Saya tidak pernah melihat
nyonya bertambah tua.
22 Nenek Nyonya berlebihan. 
23 Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya. 
Memang (Nenek melotot). Maksud saya,
maksud saya ketuaan itu hanya timbul
apabila kita merasa tua. Adapun tua itu
sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran,
24 Kakek 
hanya sayangnya penjabaran tersebut
dilakukan oleh waktu, sehingga
menyebabkan kurang enak kita terima
kensekwensinya.
Saya kira tidak begitu. Tua adalah
25 Nenek 
konsekwensi dari kesadaran kita.
Ya, kalau saja kita punya matematika,
kita tidak akan pernah tua. Juga kalau
26 Kakek 
saja kita tidak punya jam kita tidak akan
pernah tua.
Lebih baik punya matahari daripada sama
27 Nenek 
sekali tak punya apa-apa.
Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan
Winnetou, bagaimana keduanya
merangkak di atas padang rumput sambil
membaui udara yang mengantarkan bau
28 Kakek musuh, atau bagaimana mereka 
mendengarkan bentak-bentakan kaki
kuda musuh dari jarak bermil-mil.
Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan
di Amerika.
Saya kira lebih indah, juga lebih
29 Kakek bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di 
bawah cahaya kuning merahnya.
Bagaimana kalau kita beralih kepada
30 Kakek bunga bank saja. Ini lebih langsung 
menyangkut kepentingan ekonomi kita.
31 Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek 
Kau sendiri yang membubuhinya. Kau
32 Nenek rusak bunga-bunga pesta kita dengan 
kaktus-kaktus pacar kau.
Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh
fantasi kau bahkan sampai saat kau tua
33 Nenek (menangis) Sengaja kau suruh Joni 
menyiapkan segera minuman
kesukaannya begitu dia datang
Kau lakukan itu ketika saya sedang
menemui dia tadi ketika kau menyingkir
34 Nenek 
dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi
ke kamar baca.
Tidak, sayang, dari sini saya langsung ke
kamar baca dan kemudian saya asyik
membaca mengenai para psikologi.
35 Kakek 
Ketika kau datang tepat saya sampai pada
baris-baris mengenai telepati. Saya ingat
betul.
Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi
36 Pesuruh 
tidak pernah lebih tiga kali sehari.
37 Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, 
seperti halnya untuk tamu sebelumnya
saya buatkan es sirop dan nyonya diam
saja.
Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis
38 Kakek 
bunga lainnya, juga …
Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya
akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan
menyanyi dua buah lagu sekaligus.
Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu
keras kau menangis nanti kau batuk kalau
batuk tenggorokan bisa luka dan suara
39 Kakek bisa serak. Selain itu apa kata anak-anak 
nanti kalau mereka satang. Sayang. Atau
kau mau saya membaca kitab suci?
Dongeng? Saya akan membaca
bagaimana nabi Nuh melayani singa
betina yang bunting, sementara seekor
kera sakit enfluensa.
Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa
40 Kakek 
tapi kau diam.
Tuhanku,kepala saya cuma satu dan
puyeng. Kalau saja saya punya tiga
kepala barangkali saya tahu apa yang
41 Kakek harus saya perbuat agar kau diam. Tapi 
kepala saya cuma satu dan tangis kau
memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat
hijau. Tuhan-ku.
42 Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung 
perunggu dengan hati terbuat dari timah.
Kau tidak punya perasaan. Kau nodai
percintaan kita dengan perempuan berhati
kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam!
Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam
neraka sampai kukunya hangus.
Sayang, kau harus panjang berfikir untuk
43 Kakek 
sampai kesana.
Kalau saya panjang fikir saya takut kita
44 Nenek 
nanti tidak jadi cerai.
Tidak tahu, nyonya. Tapi tadi saya
45 Joni 
dengar mereka tangis tangisan.
Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan
dengan janji tidak main-main air. Nanti
46 Novia 
ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti
kakek dan nenek menangis.
Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang
bagaimana sakitnya perasaan saya
47 Novia 
melihat tingkah Vita terhadap pasiennya
yang pura-pura sakit itu.
48 Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit. 
(Setelah berfikir) Kebetulan kau datang.
Begini. Tidak salah kalau kau juga
49 Kakek sebagai anak tahu. Ini persoalan juga 
sangat runcing dan bisa mengakibatkan
kesedihan berlarut-larut.
Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini.
50 Kakek 
Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu
tidak suka tanaman kaktus. Saya suka
tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman
kaktus dalam kakus. Ibumu marah-
marah.
Selama hidup saya selalu mengalah dan
51 Kakek 
terus-terusan kalah malah.
Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu
52 Nita 
cemburu pada nyonya Wenas.
Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-
53 Kakek 
aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya
54 Kakek 
hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu
perempuan itu mau berobat. Sengaja saya
55 Novia 
masuk dalam kamar praktek. Pura-pura
mencari sesuatu.
Saya tidak membayang-bayangkan tapi
56 Novia 
memastikan.
Ini bukan masalah bersuami atau belum
tapi masalah watak. Sekalipun
57 Novia 
perempuan jalang itu sudah mati saya
yakin rohnya masih banal.
Apa kau kira semua perempuan banal
seperti sundal itu? Kalau ternyata
memang demikian sayapun pasti
58 Novia 
cemburu sebesar-besarnya terhadap
semua perempuan. Tapi saya kira kaupun
yakin tidak semua perempuan punya
leher selenggang-lenggok leher Icih yang
suka membelit leher suami orang lain.
Novia, sayang, tidak satupun kebaikan
yang terselip dalam niatmu untuk
bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau
dapat membayangkan kembali kebaikan-
59 Nenek 
kebaikan suamimu seperti katamu dulu,
ketika kau mendesak ibu agar menerima
lamaran? (novia akan bicara) tidak perlu
kau bicara apa-apa.
Lebih jelek lagi (menangis lagi)
Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi
60 Nenek 
berpisah dengan Vita yang dulu kau
agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri
61 Nita akan kehausan cinta sebab mereka tidak 
akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan
62 Nenek kegelapan yang dibenihkan setan 
cemburu.
Tuhanku, limpahilah anak saya dengan
cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau
63 Nenek 
bisa menimba pelajaran dari pengalaman-
pengalaman ibu dan ayahmu?
Ayah dan ibumu berumah tangga selama
setengah abad, tanpa sedikitpun
64 Kakek 
membiarkan setan talak bertelur dalam
kamar tidurnya, bahkan tidak dalam
dapurnya.
Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku,
kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri
dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu
mau memuaskan kebahagiaan itu?
65 Nita 
Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam
saya sebagai kakakmu selalu merasa iri
karena saya dan suami saya tidak pernah
diberkahi anak?
Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu?
Akan kau biarkan mereka kehausan cinta
66 Nita 
hanya demi kepuasan amarahmu?
Egoistis!
Saya tidak akan bicara apa-apa, saya
67 Novia hanya akan menjeslakan panjang lebar. 
Duduk perkaranya.
Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin
kalimat itu kau pungut dari salah satu
68 Nenek 
buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada
sahutan)
Novia, rupanya kau belum menyadari
bahwa usapan tangan seorang dokter
lembut dan suci seperti lembut usapan
orang-orang suci atau bahkan nabi.
69 Nenek 
Dokter-dokter bekerja atas tugas suci.
Merekalah yang paling nyata
mengamalkan firman-firman Tuhan.
Kalau kau mau mengerti para dokterlah
yang paling banyak tahu tentang
penderitaan manusia sepanjang
sejarahnya. Merekalah yang berjuang
dengan nyata agar kita bisa mengecap
hidup ini bertambah baik.
Papanya sendiri yang menculik, kira-kira
seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi
70 Arba 
menemui saya dan diam-diam mengajak
Meli dan Feri pulang.
Cucuku yang malang…. Oh saya sedang
71 Nenek membayangkan mereka menangis karena 
penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Meli dan Feri sudah di rumahnya
72 Nita sekarang. Mereka diculik oleh papanya 
sendiri.
Kenapa berang begitu? Seharusnya kita
73 Nenek bersyukur bahwa ini semua cuma main- 
main.
Bukan begitu maksud saya, tapi
permainan ini bukan untuk orang-orang
74 Kakek tua macam kita. Ini permainan pemuda 
dan bukan untuk orang-orang yang rapuh
jantungnya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KE-8

Satuan Pendidikan : SMP N 1


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Materi Pokok : TEKS DRAMA
Alokasi Waktu : 4 x Pertemuan (12 JP)

A. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,


peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)


berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,


mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
3.15 3.15.1
Mengidentifikasi unsur-unsur drama Memperhatikan contoh model teks drama
(tradisional dan modern) yang disajikan 3.15.2
dalam bentuk pentas atau naskah. Merumuskanpengertian/karakteristik drama.
4.15 4.15.1
Menginterprestasi drama (tradisional dan Mendiskusikan unsur-unsur dan isi teks
modern) yang dibaca dan ditonton/ didengar drama
4.15.2
Mengidentifikasi isi teks drama
4.15.3
Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan
tulis isi teks drama yang ditonton

3.16 3.16.1
Menelaah karakteristik unsur dan kaidah Mendiskusikan karakteristik unsur drama
kebahasaan dalam teks drama yang dan kaidah kebahasaan teks drama
berbentuk naskah atau pentas. 3.16.2
Mendiskusikan cara menulis teks drama dan
penyajiannya
4.16 4.16.1
Menyajikan drama dalam bentuk pentas Menulis teks drama
atau naskah 4.16.2
Mementaskan drama secara berkelompok
C. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Setelah memperhatikan suatu model teks drama, peserta didik dapat :

a. Mengidentifikasi pengertian, karakteristik teks drama yang dibaca dan


ditonton/didengar

b. Merumuskan karakteristik teks drama yang dibaca dan ditonton/didengar

Pertemuan Kedua

Setelah memperhatikan teks drama, peserta didik dapat :

a. Mendiskusikan unsur-unsur dan isi teks drama

b. Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan atau tulis isi drama
yang ditonton

Pertemuan Ketiga

Setelah memperhatikan teks drama, peserta didik dapat:


a. Mendiskusikan karakteristik unsur drama dan kaidah kebahasaan teks
drama
b. Mendiskusikan cara menulis teks drama dan penyajiannya

Pertemuan Keempat

Setelah mempelajari teks drama, peserta didik dapat :


a. Menulis teks drama
b. Mementaskan drama secara berkelompok
D. Materi Pembelajaran

Pertemuan Pertama

1. Materi Pembelajaran Reguler

(1) Faktual

Pengertian/karakteristik teks drama

Contohteks drama

Arloji

Karya P.Hariyanto

Para Pelaku

Jidul : Anak laki-laki berumur 15 tahun

Pak Pikun : Pembantu rumah tangga berumur sekitar 40 tahun

Ibu : Nyonya rumah berumur sekitar 42 tahun

Tritis : Gadis berusia 18 tahun

Kisah ini terjadi di sebuah ruang tamu keluarga yang cukup terpandang
terdapat berbagai perlengkapan yang lazim di ruang tamu tetapi yang
terpenting ialah seperangkat meja dan kursi tamu kira kira pukul 09.00 drama
ini terjadi.

Dengan penuh keriangan si jidul membersihkan meja dan kursi-kursi.


Kepalanya melenggut-lenggut pinggangnya bergerak-gerak seirama dengan
musik dangdut yang terdengar meriah. Jidul tekejut ketika musik mendadak
berhenti.

Pak Pikun : (muncul, langsung menuju ke arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan
kembali padaku! Ayo! Mana!
Jidul : (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan
ketidakmengertiannya)

Pak Pikun : Dasar pencuri! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah
kambuh lagi, ya? Dasar nggak tau diri! Ayo, kembalikan
kepadaku! Mana, heh?

Jidul : (meringkuk diam)

Pak Pikun : (semakin keras suaranya) Jidul! Kamu mau kembalikan apa
tidak? Mau insaf apa tidak? Apa mau kupanggilkan orang-
orang sekampung untuk menggerebekmu? Ayo, mana?

Ibu : (muncul tergesa-gesa) Eh, ada apa, Pak Pikun? Ada apa
dengan Jidul?

Pak Pikun : Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri
lagi, Bu!

Ibu : Mencuri? (tertegun) Kamu mencuri, Jidul?

Jidul : (ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan


tangannya)

Pak Pikun : Mungkir, ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu,
alroji saya tertinggal di kamar mandi. Lalu, dia masuk entah
mengapa. Lalu, tidak ada lagi alroji saya, Bu.

Ibu : O, arloji Pak Pikun hilang, begitu?

Pak Pikun : Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu
ngaku saja, Jidul!

Jidul : (ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidaktahuannya)

Pak Pikun : Masih mungkir?

Ibu : Sabar, Pak Pikun! Sabar!

Pak Pikun : Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! (menarik Jidul) Sini!

Si Jidul : (meloncat, lari keluar dikejar oleh Pak Pikun)


Ibu : Sabar dulu, Pak Pikun! Diperiksa dulu! (mendesah sendiri)
Ya, ampun! Orang sudah tua kok gegabah, tidak sabaran
begitu.

Tritis : (muncul membawa buku dan alat tulis) Uh, pagi-pagi sudah
mencuri! Mengganggu orang belajar saja!

............................................................................................................................
..........

(2) Konsep

Pengertian teks drama

Struktur teks drama

Unsur-unsur teks drama

Ciri-ciri teks drama

Penjelasan isi dari teks drama

(3) Prosedur

Bagian-bagian struktur teks drama

Pengertian/karakteristik teks drama

Unsur-unsur teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menyimpulkan isi teks drama

b. Menulis teks drama


3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Pengertian teks drama

b. Unsur-unsur teks drama

c. Penjelasan isi teks drama

d. Struktur teks drama

e. Menulis teks drama

Pertemuan Kedua

1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Mendiskusikan unsur-unsur dan isi drama

b. Mengidentifikasi isi drama

c. Menanggapi dan melaporkan secara lisan dan atau tulis isi drama yang
ditonton

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menginterpretasi teks drama

b. Menulis teks drama


3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Cara menginterpretasi teks drama

b. Cara memahami isi teks drama yang ditonton

Pertemuan Ketiga

1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Karakteristik teks drama berdasarkan struktur dan kaidahnya.

b. Ciri teks drama

c. Unsur-unsur teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menyimpulkan struktur teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Menyimpulkan struktur teks drama

b. Struktur, ciri, unsur teks drama

Pertemuan keempat
1. Materi Pembelajaran Reguler

a. Menulis teks drama

2. Materi Pembelajaran Pengayaan

a. Menulis teks drama

3. Materi Pembelajaran Remidial

a. Menulis teks drama

E. Metode Pembelajaran

1. Paedagogik Genre

2. Saintifik

F. Media dan Bahan Pembelajaran

a. Media

1) Tayangan contoh drama tradisional/modern

b. Bahan

1) kertas manila

2) kertas plano
G. Sumber Belajar

Kemdikbud. 2015. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VIII. Jakarta:


Kemdikbud,

Harsiati, Titik.dkk. 2016. Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP. Kemdikbud : Jakarta

Kosasih.E. 2009.Mantap Bersastra Indonesia untuk SMP. Irama Widya : Bandung.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran


(PPK)

b. Guru mengecek kehadiran peserta didik

c. Guru menanyakan pemahaman materi sebelumnya.

d. Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.

e. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang
pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota.

Kegiatan Inti (100 menit)

a. Peserta didik memperhatikan model teks drama (LITERASI)


b. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum diketahui dari contoh model
teks drama

c. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang teks drama dari buku teks
Peserta didik.

d. Peserta didik berdiskusi tentang teks drama dengan menggunakan lembar


kerja dari guru.(4C=COLLABORATIVE)

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan berbagai informasi


tentang teks drama (4C=COMMUNICATIVE)

g. Melaksanakan tes tertulis (HOTS)

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan
bimbingan guru.

d. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Kedua (3JP)


Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran .

c. Guru bertanya jawab dengan Peserta didik tentang materi sebelumnya.

d. Guru menyampaikan cakupan materi, yaitu fungsi sosial, struktur, unsur-


unsur kebahasaan dalam teks, dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
kegiatan pembelajaran yang meliputi pencermatan model, kerja kelompok/
berpasangan, dan kerja individual.

e. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu penilaian sikap, pengetahuan,


dan keterampilan serta teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu observasi
dan tes tulis.

f. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang
pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota

Kegiatan Inti (100 Menit)

a. Peserta didik berkelompok membaca pemahaman isi teks drama

b. Peserta didik membuat pertanyaan tentang hal yang dideskripsikan tentang


isi teks drama

c. Peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka susun dari buku
teks.

d. Peserta didik berdiskusi tentang isi teks drama


e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik membuat kesimpulan tentang isi teks drama

g. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang teks


drama

h. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompok untuk diberi penilaian

Kegiatan Penutup (10 Menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari

d. Guru memberikan tugas secara mandiri untuk membuat kesimpulan tentang


teks drama

e. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Ketiga (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran peserta didik

c. Guru menanyakan pemahaman materi sebelumnya..


d. Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.

e. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik secara heterogen.

Kegiatan Inti (100 menit)

a. Peserta didik mengamati struktur, isi, ciridan struktur dari contoh teks drama

b. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum diketahui tentang struktur teks
drama

c. Peserta didik mengumpulkan informasi tentang struktur teks drama dari


buku teks Peserta didik.

d. Peserta didik berdiskusi tentang struktur, isi, dan ciri dari contoh teks drama
dengan menggunakan lembar kerja dari guru.

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok


struktur, isi, dan ciri teks drama

g. Melaksanakan tes tertulis

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan
bimbingan guru.
d. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan Keempat (3JP)

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

a. Peserta didik menjawab salam, dan berdoa untuk mengawali pembelajaran

b. Guru mengecek kehadiran .

c. Guru bertanya jawab dengan Peserta didik tentang materi sebelumnya.

d. Guru menyampaikan cakupan materi, yaitu menyusun, memvariasikan dan


mendemonstrasikan teks drama

e. Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu penilaian keterampilan serta


teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu praktik dan produk.

f. Membentuk kelompok antara 4-5 Peserta didik, dengan Peserta didik yang
pandai menjadi kelompok dan yang lainnya menjadi anggota

Kegiatan Inti (100 Menit)

a. Peserta didik berkelompok mengamati contoh teks drama yang disediakan.

b. Peserta didik membuat pertanyaan tentang susunan struktur, isi dan ciri dari
contoh teks drama yang disediakan.

c. Peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan dari contoh yang tersedia dari
buku teks.
d. Peserta didik berdiskusi untuk menyusun teks drama yang disediakandengan
memperhatikan susunan struktur, isi dan ciri teks drama.

e. Guru membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

f. Peserta didik mementaskan hasil diskusi tentang teks drama yang telah
dibuat.

Kegiatan Penutup (10 Menit)

a. Guru memberikan reviu hasil pembelajaran

b. Guru memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran.

c. Guru dan Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari

d. Guru memberikan tugas secara mandiri untuk menyusun teks drama yang
disediakan) dengan memperhatikan susunan struktur, isi, ciri dan unsur teks
drama.

e. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

I. Penilaian

Teknik Penilaian

a. Sikap (Observasi/jurnal)

b. Pengetahuan
- Tes tertulis

c. Keterampilan

- Produk

- Praktik

Pertemuan Pertama dan Pertemuan Ketiga (6 JP)

- Instrumen Penilaian sikap

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP

Nama Sekolah : SMP N 1

Kelas/Semester : VIII/Semester II

Tahun pelajaran : 2017/ 2018

Nama Peserta Butir Tindak


No Waktu Catatan Perilaku Ttd
didik Sikap Lanjut
1
2
3

- Instrumen Penilaian Pengetahuan (Per. 1 Dan Per. 3)


KISI-KISI TES TERTULIS

KOPETENSI
NO MATERI INDIKATOR SOAL
DASAR
3.15 Pengertian/karakteris 3.15.1 1. Disajikan sebuah teks drama
Mengidentifikasi -tik teks drama. Memperhatikan suatu 2. Peserta didik menentujkan ciri-ciri
unsur-unsur Unsur-unsur teks model teks drama teks drama
drama drama. 3.15.2 3. Disajikan sebuah model teks drama
(tradisional dan Penjelasan isi drama. Merumuskan 4. Peserta didik menentujkan ciri-ciri
moderen) yang pengertian/karakteristik teks drama
disajikan dalam drama. 5. Disajikan sebuah teks drama
bentuk pentas 3.15.3 6. Peserta didik menentujkan ciri-ciri
atau naskah. Mendiskusikan unsur- teks drama
unsur dan isi drama 7. Peserta didik dapat menyebutkan
struktur teks drama
8. Disajikan sebuah model teks drama.
9. Peserta didik menentukan unsur
teks drama
3.16 Karakteris-tik teks 3.16.1
Menelaah drama berdasar-kan Mendiskusikan
karakteris
struktur dan karakteristik unsur
tik unsur
dan kaidahnya drama dan kaidah
kaidah
kebahasaan teks drama
kebahasa
an dalam Disajikan sebuah teks Pantun.
teks Peserta didik menentukan struktur
drama a. Disajikan sebuah model teks
yang drama
berbentuk
naskah Peserta didik menentukan struktur
atau a. Disajikan sebuah teks drama
pentas b. Peserta
didik
menent
ukan
unsur
yang
digunak
an

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Pertama)

1. Tuliskan ciri-ciri teks drama!

2. Tuliskanisi teks drama!

3. Tuliskan struktur teks drama!

4. Tuliskan unsur teks drama?


- Soal Pengetahuan (Pertemuan ketiga)

1. Tuliskanstruktur teks drama

2. Tuliskan ciri teks drama!

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN PERTAMA

NO URAIAN SKOR JUMLAH

1 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat


a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 ciri teks drama
b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 ciri teks drama
c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 ciri teks drama
d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 ciri teks drama
2 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat
a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 unsur
b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 unsur
c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 unsur
d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 unsur
3 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat
a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 ciri teks drama
b. Skor3 jika dapat menuliskan 3 ciri teks drama
c. Skor2 jika dapat menuliskan 2 ciri teks drama
d. Skor1 jika dapat menuliskan 1 ciri teks drama
4 Dapat menyebutkan struktur, isi, ciri teks drama
a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 struktur isi
ciri
b. Skor 3 jika dapat menyebutkan struktur isi ciri2
struktur
c. Skor 1 jika dapat menyebutkan struktur isi
ciri1 struktur
5 Dapat menyebutkan unsur teks drama
a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 unsur
b. Skor 3 jika dapat menyebutkan 2 unsur
c. Skor 1 jika dapat menyebutkan 1 unsur

Skore maksimal = 22

Nilai = skor perolehan X 100/ 22


RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KETIGA

SKOR
NO URAIAN
JUMLAH

1 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat


a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 pola pengembangan isi
teks
b. Sko 3 jika dapat menuliskan 3pola pengembangan isi teks
c. Skor 2 jika dapat menuliskan 2pola pengembangan isi
teks
d. Skor 1 jika dapat menuliskan 1pola pengembangan isi
teks
2 Dapat menentukan ciri umum dengan tepat
a. Skor 4 jika dapat menuliskan 4 kata
b. Skor 3 jika dapat menuliskan 3kata
c. Skor 2 jika dapat menuliskan 2kata
d. Skor 1 jika dapat menuliskan1kata
3 a. Skor 3 jika semua lengkap
b. Skor 2 jika kurang lengkap
c. Skor 1 jika tidak lengkap
4 Dapat menyebutkan ciri-ciri
a. Skor 3 jika komentar lengkap
b. Skor 2 jika komentar kurang lengkap
c. Skor 1 jika komentar tidak lengkap
5 Dapat menyebutkan perbedaan struktur teks drama
a. Skor 5 jika dapat menyebutkan 3 struktur
b. Skor 3 jika dapat menyebutkan 2 struktur
c. Skor 1 jika dapat menyebutkan 1 struktur

6 a. Skor 3 jika lengkap


b. Skor 2 jika kurang lengkap
c. Skor 1 jika tidak lengkap

SKORE MAKSIMAL = 22

Instrumen Penilaian

Pertemuan Kedua dan Pertemuan Keempat (6 JP)

- Instrumen Penilaian sikap

JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP

Nama Sekolah : SMP N 1

Kelas/Semester : VIII/Semester II

Tahun pelajaran : 2017/ 2018

Nama Peserta Butir Tindak


No Waktu Catatan Perilaku Ttd
didik Sikap Lanjut
1
2
3
- Instrumen Penilaian Pengetahuan (Per. 2 Dan Per. 4)

KISI-KISI TES TERTULIS

INDIKATOR NOMOR SOAL


NO KOPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR KD
SOAL TLS PRTK
1 4.15 Penjelasan 4.15.1 1. Disajikan √
Menginterprestasi drama isi drama. Mengidentifikasi isi sebuah model
(tradisional dan modern) Tanggapan drama. teks drama
yang dibaca dan atas drama. 4.15.2 2. Peserta didik
ditonton/ didengar Menanggapi dan dapat membuat
melaporkan secara kesimpulan
lisan dan atau tulis isi
drama yang ditonton
2 4.16 .Cara 4.16.1 √
Menyajikan drama menulis Menulis teks drama
dalam bentuk pentas naskah 4.16.2
atau naskah drama dari Mementaskan drama
karya yang secara berkelompok
sudah ada Peserta didik dapat
dan yang menulis teks drama
orisinal.

Langkah-
langkah
pementas-an
drama

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Kedua)

1. Disajikan sebuah teks drama, uraikan apa isi yang terkandung pada teks
dramayang disajikan?

- Soal Pengetahuan (Pertemuan Keempat)

1. Tulislah sebuah teks drama dengan menggunakan pilihan kata, kelengkapan


struktur dan kaidah.

2. Sajikanlah sebuah model teks drama

a. Perhatikan struktur

b. Perhatikan isi

c. Perhatikan unsur

d. Perhatikan keindahan.
RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KEDUA

SKOR
NO RINGKASAN
JUMLAH

1. Ketepatan
a. Skor 5 jika menuliskan semua pokok-pokok isi teks
drama dengan tepat
b. Skor4 jika terdapat satu pokok isi teks drama yang tidak
tepat
c. Skor 3 jika terdapat dua pokok isi teks drama yang tidak
tepatSkor2 jika hanya satu pokokteks drama
d. Skor 1 jika tidak tidak dapat menuliskan pokok-pokok isi
teks drama dengan tepat

RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN

PERTEMUAN KEEMPAT

SKOR
NO RINGKASAN
JUMLAH
1. Ketepatan
a. Skor 5 jika menuliskan semua pokok-pokok isi teks
dengan tepat
b. Skor 4 jika terdapat satu pokok isi teks yang tidak tepat
c. Skor 3 jika terdapat dua pokok isi teks yang tidak tepat
d. Skor 2 jika hanya satu pokokteks
e. Skor 1 jika tidak tidak dapat menuliskan pokok-pokok isi
teks dengan tepat
2. a. Skor 5 jika menyuguhkan 4 aspek
b. Skor 4 jika menyuguhkan 3 aspek
c. Skor 3 jika menyuguhkan 2 aspek
d. Skor 2 jika menyuguhkan 1 aspek
3. a. Skor 3 jika menyuguhkan 3 aspek
b. Skor 2 jika menyuguhkan 2 aspek
c. Skor 1 jika menyuguhkan 1 aspek

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD 1)

Nama Peserta didik/Kelomok : ................................................................

Kelas : ................................................................

NO TULISKAN CIRI-CIRI TEKS DRAMA


1.

NO URAIKAN ISI YANG TERKANDUNG DALAMTEKS DRAMA

1.

Mengetahui, …………, Juli 2017


Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
............................ .............................
NIP. NIP.
Profil Penulis

Maisyah Rahmanita Putri


dilahirkan di Jakarta, Kecamatan Kelapa
Gading, Kelurahan Pegangsaan Dua,
Jakarta Utara 23 November 1993.
Merupakan anak kedua dari dua
bersaudara.

Penulis menuntaskan pendidikan


taman kanak-kanan di TK Al Ikhsan Jakarta Utara, pendidikan dasar SDN 07 Pagi
Pegangsaan Dua, namun tidak dapat menyelesaikan hingga tuntas disekolah
tersebut dan dilanjutkan di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Darunnajah Cipining,
Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di Madrasah
Tsanawiyah (MTS) Darunnajah Cipining hanya sampai kelas 2 Mts saja dan
dilanjutkan untuk kelas 3 di MTS Annajah di Rumpin, Bogor. Dan meneruskan
sekolah menengah atas penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Annajah
hingga lulus pada tahun 2010. Setelah lulus SMA penulis memilih untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi di Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan program stusy
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

You might also like