Penerapan Pengetahuan Ekologi Indigenous Dalam Pemanfaatan Hewan Sebagai Upaya Konservasi Berkelanjutan Di Masyarakat Cirebon

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)

Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44


Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

PENERAPAN PENGETAHUAN EKOLOGI INDIGENOUS DALAM


PEMANFAATAN HEWAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI
BERKELANJUTAN DI MASYARAKAT CIREBON

Muhimatul Umami
Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
Jawa Barat
email: muhimatul.umami@syekhnurjati.ac.id

Abstract: Traditional Ecological Knowledge (TEK) or Indigenous Knowledge is local


knowledge in managing the natural environment. Today international communities facing an eco-
system and natural resources crisis. One of them is a loss of biodiversity especially animals pop-
ulation because of the spread of disease, the destruction and degradation of their habitats and
direct exploitation by humans. Muslim as the biggest population of Indonesia possesses an im-
portant role of conservation. The aim of this study was to inform the role of TEK and Islamic law
for the conservation of natural resources. This article uses the method of public education through
direct counseling in increasing society understanding regarding traditional ecological knowledge
in animal conservation efforts. In addition, the data was completed through observation documen-
tation, and interviews with key informants. The results showed that indigenous people activities
in utilization natural resources through TEK were such as for food sources, ex-situ conservation,
pets, traditional medicine, traditional vehicles, cultural art, symbols/myth/religion and decora-
tions/ornament. The utilization of animals by indigenous people according to the Islamic law
about an environmental law (Fiqh of ecology) to conserving natural resources, so that still exists
the diversity and population of animals until now.

Keywords: biodiversity; conservation of natural resources; ethozoology; traditional ecological


knowledge

Abstrak: Pengetahuan Ekologi Tradisional atau Pengetahuan Indigenous merupakan pengetahun


masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan. Saat ini masyarakat internasional sedang dihadapi
permasalahan krisis Ekosistem dan Sumber Daya Alam (SDA). Salah satunya adalah menurunnya
biodiversitas, terutama populasi hewan yang disebabkan adanya penyebaran penyakit, kerusakan
habitat dan eksploitasi yang berlebihan oleh manusia. Indonesia merupakan populasi muslim
terbesar yang memiliki peran penting dalam upaya konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menginformasikan peran pengetahuan lokal dan hukum islam dalam upaya konservasi SDA.
Metode dalam penelitian ini adalah Pendidikan masyarakata melalui penyuluhan secara langsung
dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengetahuan ekologi tradisional dalam
upaya konservasi hewan. Selain itu, data dilengkapi melalui dokumentasi observasi, dan
wawancara dengan informan kunci. Hasil menunjukkan bahwa pemanfaatan hewan yang di-
lakukan oleh masyarakat melalui prinsip-prinsip konservasi tradisional meliputi pemanfaatan
hewan sebagai bahan pangan, pelestarian hewan, domestikasi, alat transportasi, seni budaya, sim-
bol/mitos/agama dan dekorasi/ornamen. Penerapan pemanfaatan tersebut sejalan dengan hukum
islam tentang Fiqh ekologi untuk melestarikan sumber daya alam sehingga keanekaragaman
hayati dan populasi hewan tetap terjaga hingga sekarang

Kata kunci: biodiversitas; etnozoologi; pengetahuan ekologi tradisional; konservasi sumber daya
alam

37
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

PENDAHULUAN untuk menjaga keseimbangan dan me-


lestarikan lingkungan serta menerapkan
Masyarakat global kini meng- kearifan dengan alam dan isinya karena
hadapi krisis ekosistem dan sumber daya setiap perbuatan akan dimintai per-
alam. Jenis tumbuhan dan satwa terancam tanggungjawaban oleh Allah SWT. Inte-
punah akibat penyebaran penyakit, pe- grasi nilai-nilai Islam untuk mengek-
rusakan dan degradasi habitat serta ek- splorasi sumber daya alam dan teknologi
sploitasi langsung oleh manusia. Krisis baru akan menghasilkan karya memuas-
moral dan spiritual merupakan salah satu kan yang bermanfaat bagi banyak manu-
penyebab terjadinya krisis lingkungan, sia dengan mencegah efek kerusakan
terutama kepunahan beberapa spesies he- lingkungan.
wan. Nilai-nilai agama dapat melindungi Tercatat sejak awal abad ke-19
keanekaragaman hayati dan agama tetap kegiatan perburuan dan penangkapan he-
menjadi salah satu hal terpenting yang wan telah dilakukan oleh masyarakat un-
menjadi perhatian manusia terhadap spe- tuk sebagai makanan (Alves et al., 2017),
sies lain, bagaimana sikap dan etika sandang (Inskip & Zimmermann, 2009),
manusia dengan manusia dan manusia perkakas, obat-obatan dan ritual keaga-
dengan lingkungannya. Religius dapat maan (Neto et al., 2009; Nishida & Nordi,
memberikan nilai-nilai, pandangan dunia, 2006). Pemanfaatan hewan baik seluruh
atau etika lingkungan yang membentuk atau sebagian organ hewan yang dil-
cara masyarakat yang berbeda ber- akukan oleh masyarakat dapat berdampak
interaksi dengan keanekaragaman hayati langsung maupun tidak langsung terhadap
dan alam secara umum (Negi, 2005). keberadaan fauna lokal, khususnya hewan
Demikian agama menjadi salah satu so- sasaran. Beberapa penelitian yang dil-
lusi dalam meningkatkan kesadaran kon- akukan oleh para ahli etnobiologi khu-
servasi lingkungan. Upaya menginte- susnya etnozoologi dan peneliti lainnya
grasikan pengetahuan ekologi In- menunjukkan bahwa pemanfaatan hewan
digineous dengan Fiqh ekologi (hukum melalui eksploitasi yang berlebihan
lingkungan islam) melalui pembelajaran berdampak pada penurunan jumlah popu-
di lembaga pendidikan Islam dan lasi hewan. Berdasarkan hal tersebut, di-
masyarakat islam sekitar perlu dilakukan. perlukan kajian lebih lanjut tentang inte-
Hal ini penting karena mayoritas grasi pengetahuan biologi (Etnozoologi)
penduduk Indonesia beragama Islam se- dan hukum Islam (Fiqh ekologi) kepada
hingga hampir setiap permasalahan selalu masyarakat sehingga dapat memberikan
dikaitkan dengan nilai-nilai Islam, salah pendekatan yang lebih komprehensif dan
satunya penting dalam konservasi biologi. holistik terhadap etika pelestarian keane-
Islam adalah agama yang kompre- karagaman hayati dengan menjaga ke-
hensif, lengkap dan sempurna yang mem- seimbangan populasi hewan. Sehingga di-
perhatikan kebutuhan manusia dan aturan harapkan mampu menumbuhkan kesa-
yang dibutuhkan manusia untuk ber- daran lingkungan dan keterampilan kon-
interaksi dengan sesama manusia atau servasi adat pada masyarakat muslim me-
makhluk lainnya. Salah satu aturannya lalui pengetahuan, keterampilan, sikap
adalah pemanfaatan sumber daya hayati dan perilaku yang baik dan tepat dalam
untuk kesejahteraan manusia dan keseim- memanfaatkan fauna berdasarkan syariat
bangan lingkungan. Dalam Islam dijelas- Islam.
kan bahwa manusia sebagai khalifah di
muka bumi memiliki tanggung jawab

38
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

METODE manusia. Hal tersebut menyebabkan


masyarakat tradisional memanfaatkan he-
Metode yang digunakan dalam wan dalam kehidupan sehari-hari.
artikel ini melalui pendidikan masyarakat Adanya variasi kondisi ling-
dengan cara penyuluhan secara langsung kungan, kebiasaan, budaya dan pengala-
untuk meningkatkan pemahaman dan man lebih mempengaruhi perkembangan
kesadaran masyarakat dalam melakukan pengetahuan ekologi masyarakat local.
pemanfaatan hewan dalam upaya kon- Secara umum, LEK menekankan
servasi yang berkelanjutan. Selain itu, un- bagaimana masyarakat lokal dapat me-
tuk melengkapi data dilakukan dokumen- manfaatkan sumber daya alam di ling-
tasi selama observasi observasi dan kungannya untuk menghasilkan mata
wawancara dengan informan kunci. pencaharian bagi kehidupan sehari-hari.
Kearifan lokal berkembang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan sosial, sehingga
PEMBAHASAN peneliti juga melakukan wawancara
dengan tokoh adat, sesepuh atau informan
Pengetahuan masyarakat lokal kunci untuk mengetahui perkembangan
tentang bagaimana memanfaatkan kearifan lokal. Interaksi manusia dengan
sumber daya alam untuk kesejahteraan hewan dapat melalui simbiosis mutual-
mereka biasanya disebut dengan beberapa isme, parasitisme dan komensalisme.
istilah seperti pengetahuan indigenous, Interaksi masa lalu dan masa kini yang
pengetahuan ekologi tradisional (Berkes dikaitkan dengan nilai budaya manusia
et al., 2018), pengetahuan masyarakat dikaji melalui etnozoologi (Alves &
pedesaan (Kothari, 2002), dan Souto, 2015). Satu spesies hewan dapat
pengetahuan ekologi lokal (Brook & dimanfaatkan dengan berbagai cara dan
McLachlan, 2008). Interaksi masyakat tujuan oleh masyarakat yang berbeda ter-
dengan alam sekitar, menjadikan gantung pada kondisi budaya dan kebu-
masyarakat memperoleh dan mengem- tuhan masyarakat tersebut. Hasil penga-
bangkan suatu kearifan yang berwujud matan menunjukkan bahwa pengetahuan
pengetahuan, norma adat, nilai budaya, masyarakat tentang potensi peran hewan
serta aktivitas sebagai hasil abstraksi menimbulkan kesadaran dan kepedulian
pengelolaan lingkungan. Seringkali masyarakat untuk menjaga populasi dan
pengetahuan masyarakat tentang ling- keberadaan hewan agar tetap terjaga ke
kungan setempat dijadikan pedoman yang generasi berikutnya. Berdasarkan hasil
akurat dalam mengembangkan kehidupan penelitian, berikut ini adalah jenis satwa
di lingkungan permukimannya. Kearifan yang dilakukan konservasi berbasis
lokal penting untuk melestarikan sumber kearifan local;
daya alam dalam suatu masyarakat guna a. Ikan Kancra bodas atau ikan Dewa
menjaga keseimbangan dengan ling- (Tor douronensis)
kungannya dan sekaligus dapat melestari- Ikan Kancra bodas atau ikan Dewa
kan lingkungannya. Berkembangnya (Tor douronensis) adalah spesies ikan
kearifan lokal tersebut tidak terlepas dari air tawar Indonesia dalam genus Tor,
pengaruh berbagai factor yang salah satunya di wilayah Jawa Barat.
mempengaruhi perilaku masyarakat ter- Masyarakat Cibulan, meyakini bahwa
hadap lingkungannya. Kearifan lokal ikan dewa merupakan ikan keramat
suatu hewan telah menjadi bagian yang yang memiliki keistimewaan karena
tidak terpisahkan dari kehidupan terkait dengan sejarah kerajaan

39
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

Padjajaran di Jawa Barat. Adanya si- b. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicu-
kap kepatuhan yang besar terhadap laris)
peraturan perundang-undangan dalam Kera ekor panjang (Macaca fas-
pengelolaan dan perlakuan khusus cicularis) ditemukan di Asia Tenggara
ikan dewa seperti larangan mengambil dari Burma ke Filipina dan ke selatan
dan mengkonsumsi ikan tersebut, jika melalui Indocina. Beberapa habitat
ikan Dewa mati maka masyarakat Macaca fascicularis adalah hutan pri-
sekitar akan memperlakukan seperti mer, hutan sekunder, hutan sungai dan
manusia dan tidak boleh sembarangan pantai nipah dan bakau. Berdasarkan
dipindahkan. Masyarakat Cibulan Babad Cirebon, kera merupakan spe-
memiliki kesadaran akan konservasi sies yang introduksi di Plangon sudah
ikan dewa di Cibulan, khususnya ada sejak lama. Kera tersebut di-
masyarakat desa Kidulmanis. Perilaku percayai masyarakat sebagai hewan
konservasi yang dilakukan masyara- peliharaan Pangeran Panjunan dan
kat antara lain menjaga habitat dengan Pangeran Kejaksaan. Kedua pangeran
menjaga kondisi lingkungan budidaya yang berasal dari Bagdad datang ke
agar ikan dapat hidup dan berkembang Cirebon untuk menyebarkan ilmunya
biak dengan baik. Pemanfaatan ikan di tanah Jawa. Kedua pangeran terse-
dewa sebagai daya tarik wisata tanpa but juga pendiri desa Babakan dan
mengganggu habitat dan pengawasan Plangon. Ketika kedua pangeran
secara intensif dan berkala pada budi- meninggal, keduanya dimakamkan di
daya tambak. Kepercayaan masyara- perbukitan Plangon. Kedua makam
kat Cibulan terhadap ikan dewa dapat tersebut telah digunakan sebagai tem-
dijadikan sebagai pembinaan soft skill pat ziarah oleh orang-orang dalam dan
konservasi sehingga sampai saat ini luar negeri. Biasanya pengunjung
keberadaan populasi ikan dewa di lebih banyak datang pada hari-hari
Cibulan masih tetap eksis dan terjaga tertentu, seperti Maulid Nabi, 1 Sya-
secara lestari. Ikan Dewa hanya di- wal, Idul Adha, dan 27 Rajab. Bi-
manfaatkan sebagai daya tarik wisata asanya peziarah datang untuk kegiatan
dan tidak dapat digunakan sebagai tertentu yaitu tahlil, pengajian,
ikan terapi maupun dikonsumsi. berdoa, dan mengharap berkah dari
Pemeliharaan kolam ikan dewa dil- para pangeran. Masyarakat percaya
akukan secara bergotong royong oleh bahwa kera tersebut adalah hewan
pihak pengelola obyek wisata Cibulan peliharaan Pangeran Panjunan dan
dan masyarakat sekitar. Kejaksaan sehingga masyarakat
percaya harus melindungi dan me-
lestarikannya.
Jumlah populasi kera di Plangon
sebanyak ± 300 spesies yang terbagi
dalam beberapa zona koloni yaitu
zona bagian atas, tengah dan bawah.
Kera ekor panjang (Macaca fascicu-
laris) merupakan salah satu jenis kera
yang memiliki panjang ekor kurang
Gambar 1. Kondisi objek wisata cibulan lebih sama dengan panjang tubuh.
sebagai upaya konservasi ikan Dewa Panjang tubuh monyet ekor panjang
berkisar antara 385-648 mm. Panjang

40
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

ekor pada jantan dan betina antara bebek berawal dari zaman para wali.
400-655 mm. Berat tubuh jantan de- Bebek merupakan salah satu hewan
wasa sekitar 3.5-8 kg sedangkan berat liar, yang sulit dibudidayakan. Lama
tubuh rata-rata betina dewasa sekitar 3 kelamaan bebek dikembangbiakan
kg. Warna tubuh bervariasi, mulai dari secara turun temurun. Usaha keras dan
abu-abu sampai kecoklatan, dengan semangat masyarakat untuk membudi-
bagian ventral berwarna putih. dayakan bebek Rambon sehingga
Monyet ekor panjang yang memiliki masyarakat Kroya dan Karanganyar,
wilayah penyebaran yang sangat luas Cirebon telah memiliki usaha peneta-
dan tingkat adaptasi yang tinggi pada san telur itik sekitar 989 unit dengan
berbagai habitat. Kera ekor panjang kapasitas 1.000 butir telur per unit,
hidup berkelompok dengan struktur 440 unit. Total itik Rambon yang di-
sosial yang terdiri dari banyak jantan miliki kelompok beranggotakan 30
dan banyak betina (Supriatna & orang ini sekitar 6.000 ekor. Setiap
Wahyono, 2000). Tingkah laku yang anggota kelompok memelihara 200–
dilakukan kera ekor panjang (Macaca 1.000 ekor. Bebek yang dibudi-
fascicularis) saat observasi di wisata dayakan masyarakat dimanfaatkan se-
Plangon yaitu tingkah laku makan, bagai bebek petelur, peternak (Day old
minum, menggaruk-garuk badan, duck/DOD) dan pedaging serta telur
berebut makanan, grooming, meng- dijadikan sebagai telur asin. Pemeli-
gendong anak, bergelantungan diatas haraan bebek tidak terlalu sulit, selain
pohon, dan menyeberang jalan raya. kondisi kandang yang bersih, bebek
juga cukup diberi makan sehari 3 kali
pada pagi, siang dan sore dan rajin
diberi vaksin satu tahun sekali. Bi-
asanya perbandingan bebek jantan dan
betina pada setiap kandang yaitu
10:100, bebek betina yang lebih dom-
inan.

Gambar 2. Morfologi Kera Ekor


Panjang (Macaca fascicularis) di
Plangon, Cirebon

c. Bebek (Anas javanica) varietas Ram-


bon (Ras Masyarakat Cirebon)
Bebek Rambon merupakan jenis be-
bek lokal masayarakat Indonesia
memiliki keunggulan dibandingkan Gambar 3. Morfologi Rambon
bebek yang lain, yaitu produktivi- (Ras Masyarakat Cirebon).
tasnya yang lebih tinggi, daya tahan
tubuh kuat dan dagingnya empuk Usaha budidaya yang dilakukan
dibanding bebek biasa. Bebek rambon masyarakat lokal selain untuk me-
memiliki lebih tegak dari bebek biasa, lestarikan bebek jenis Rambon yang
ekornya runcing, pada bagian sayap merupakan salah satu plasma nutfah
terdapat warna coklat dan mata betina Indonesia, juga dapat dimanfaatkan
lebih cerah. Awal mula adanya ternak

41
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

untuk kesejahteraan ekonomi menyebabkan jumlah populasinya ber-


masyarakat. tambah dengan jumlah keseluruhan 19
ekor yang terdiri atas 7 ekor Rusa
d. Rusa Totol (Axis axis) betina dan 12 ekor Rusa jantan. Upaya
Morfologi Rusa Totol (Axis axis) yaitu pelestarian Rusa tidak mudah karena
memiliki kepala pendek, tubuh ramp- selain kebutuhan nutrisi, juga harus
ing, ranggah di bagian kepala pada menyesuaikan habitat Rusa seperti
Rusa jantan yang telah dewasa, mata habitat aslinya sehingga Rusa tersebut
yang besar dengan kelopak mata di dapat survive dan berkembang biak
sebelah atas memiliki bulu mata yang dengan baik. Habitat di tempat peles-
lebih panjang daripada bulu mata sebe- tarian cenderung tersedia pakan se-
lah bawah, kaki dan ekornya panjang, hingga terjadi peningkatan nutrisi,
berat jantan berkisar antara 70 hingga berkurangnya predator alami dan
90 kg dengan tinggi mencapai 90 cm berkurangnya penyakit maupun para-
dan pada betina memiliki berat sekitar sit, namun meningkatnya kontak in-
40 hingga 50 kg dengan tinggi men- teraksi dengan manusia sehingga mon-
capai 80 cm serta biasanya Rusa Totol itoring dan evaluasi kondisi Rusa harus
(Axis axis) lahir dengan berat sekitar dilakukan secara berkala (Gusmalinda
3.5 kg. Rusa Totol (Axis axis) yang et al., 2018).
baru lahir memiliki karakteristik mor- Berdasarkan beberapa kegiatan
fologi yang hampir sama dengan Rusa pelestarian hewan yang dilakukan oleh
Totol (Axis axis) dewasa yaitu bagian masyarakat muslim dengan adanya pema-
truncusnya terdapat corak totol haman dan kesadaran dalam memanfaat-
berwarna putih dengan warna dasarnya kan hewan yang berbasis pengetahuan
coklat, ekornya berambut sikat dengan ekologi indigenous menunjukkan bahwa
warna yang senada dengan warna trun- perilaku masyarakat adat dalam memeli-
cusnya dan bagian cervix berwarna hara dan melindungi hewan lokal telah
putih (Hasnawati et al., 2006). dilakukan sejak lama sebagai salah satu
warisan leluhur yang kearifannya harus
dijaga. Salah satu kegiatan yang dil-
akukan oleh masyarakat adalah dengan
memanfaatkan, memelihara dan me-
lestarikan satwa lokal dengan baik dan
sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga
dapat berkelanjutan keseimbangan
ekologi dan kesejahteraan hidup bagi gen-
erasi selanjutnya. Selain itu masyarakat
Gambar 4. Morfologi Rusa Totol (Axis juga dapat memanfaatkan produk dari
axis) di Gedung Negara Kota Cirebon satwa tersebut sebagai penyedia nutrisi
hewan seperti telur, daging dan susu se-
Jumlah Rusa Totol (Axis axis) hingga dapat menunjang kesejahter-
yang dipelihara di Gedung Negara aannya (Nugroho et al., 2012). Hewan
Kota Cirebon pada tahun 2011 ber- peliharaan juga dapat digunakan sebagai
jumlah 8 ekor yang terdiri atas 5 ekor alat transportasi (baik barang maupun
Rusa jantan dan 3 ekor Rusa Betina. manusia), untuk daya tarik bajak dan ger-
Adanya kegiatan pelestarian Ex Situ obak serta sebagai hiburan sehingga men-
yang dilakukan oleh masyarakat jadi salah satu cara untuk mengatasi

42
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

kemiskinan melalui munculnya banyak keanekaragaman hayati dan populasi he-


lapangan pekerjaan dan wirausaha wan tetap terjaga hingga sekarang.
(Chappell et al., 2013; Wyndham et al.,
2011). Informasi tentang Pengetahuan
Ekologi Lokal yang diterapkan oleh DAFTAR PUSTAKA
masyarakat adat juga dapat membantu
para ahli ekologi dalam memahami dan Alves, R. R. N., Oliveira, T. P. R., &
merespon berbagai masalah ekologi, sep- Medeiros, M. F. T. (2017). Trends
erti restorasi habitat dan pemantauan pop- in Medicinal Uses of Edible Wild
ulasi hewan. Selain itu, juga timbul rasa Vertebrates in Brazil. Evidence-
hormat dan penghargaan terhadap keraga- Based Complementary and
man budaya, nilai-nilai spiritual dan Alternative Medicine, 2017.
agama yang mendukung penelitian https://doi.org/10.1155/2017/490
ekologi yang bertujuan untuk konservasi. 1329
Sehingga diperlukan integrasi multidi- Alves, R. R. N., & Souto, W. M. S.
siplin dan eksperimen desain secara luas (2015). Ethnozoology : A Brief
untuk menghasilkan informasi yang aku- Introduction. Ethnobiology and
rat dan valid. Pandangan Al-Qur'an Conservation, 4(1), 1–13.
menyatakan bahwa segala sesuatu di https://doi.org/10.15451/ec2015-
bumi diciptakan untuk manusia. Hal ter- 1-4.1-1-13
sebut merupakan pemberian Allah Berkes, F., Colding, J., & Folke, C.
(ni'mah) kepada kita yang seharusnya iba- (2018). Traditional Knowledge in
dah kita (Ihsan) dalam arti yang seluas-lu- Social – Ecological Systems
asnya. Itu dengan cara yang bersyukur Author ( s ): Carl Folke Stable
kepada Allah, berjuang dalam segala hal URL :
yang kita lakukan untuk menjaga kehar- http://www.jstor.org/stable/26267
monisan dan keseimbangan lingkungan 675 Linked references are
kita. available on JSTOR for this
article : Traditional Knowledge in
Social – Ecological Systems. 9(3),
SIMPULAN 9–14.
Brook, R. K., & McLachlan, S. M. (2008).
Berdasarkan penjelasan di atas Trends and prospects for local
dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan knowledge in ecological and
satwa secara terpadu berdasarkan syariat conservation research and
Islam mampu membentuk keterampilan monitoring. Biodiversity and
konservasi secara adat bagi masyarakat Conservation, 17(14), 3501–3512.
melalui etika lingkungan. Upaya pem- https://doi.org/10.1007/s10531-
anfaatan satwa yang dilakukan masyara- 008-9445-x
kat wilayah Cirebon melalui pengetahuan Chappell, M. J., Wittman, H., Bacon, C.
ekologi tradisional adalah salah satu M., Ferguson, B. G., Barrios, L.
upaya konservasi, dan domestikasi hewan G., Barrios, R. G., Jaffee, D.,
sehingga keanekaragaman hayati dan Lima, J., Ernesto, V., Morales, H.,
populasi satwa tetap ada dan terpelihara Soto-pinto, L., Vandermeer, J., &
secara lestari. Penerapan pemanfaatan ter- Perfecto, I. (2013). Food
sebut sejalan dengan hukum islam untuk sovereignty : an alternative
melestarikan sumber daya alam sehingga paradigm for poverty reduction

43
Jurnal Pemberdayaan Sosial dan Teknologi Masyarakat ISSN 2776-7647 (Online)
Vol. 2 No. 1, April 2022, hlm. 37 - 44
Available online at http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JPSTM

and biodiversity conservation in Neto, N. A. L., Brooks, S. E., & Alves, R.


Latin America [ v1 ; ref status : R. N. (2009). From Eshu to
indexed , http://f1000r.es/23s ]. Obatala : animals used in
F1000Research, 2(235), 1–17. sacrificial rituals at Candomblé "
https://doi.org/10.12688/f1000res terreiros " in Brazil. Journal of
earch.2-235.v1 Ethnobiology and Ethnomedicine,
Gusmalinda, R., Dewi, B. S., & Masruri, 5(23), 1–10.
N. W. (2018). Perilaku Sosial https://doi.org/10.1186/1746-
Rusa Sambar (Cervus unicolor) 4269-5-23
dan Rusa Totol (Axis axis) di Nishida, A. K., & Nordi, N. (2006).
Penangkaran PT. Gunung Madu Mollusc Gathering in Northeast
Plantations Lampung Tengah L. Brazil : An Ethnoecological
Jurnal Sylva Lestari, 6(1), 74–84. Approach Mollusc Gathering in
Hasnawati, H., Alikodra, H. S., & Northeast Brazil : An
Mustari, A. H. (2006). Analisis Ethnoecological Approach.
Populasi dan Habitat sebagai Human Ecology, 3(1), 133–145.
Dasar Pengelolaan Rusa Totol ( https://doi.org/10.1007/s10745-
Axis axis ) di Taman Monas 005-9005-x
Jakarta. Media Konservasi, 11(2), Nugroho, E., Sukadi, M. F., & Huwoyon,
46–51. H. (2012). Beberapa Jenis Ikan
https://doi.org/10.29243/medkon. Lokal yang Potensi untuk
11.2.%p Budidaya: Domestikasi ,
Inskip, C., & Zimmermann, A. (2009). Teknologi Pembenihan , dan
Review Human-felid conflict: a Pengelolaan Kesehatan
review of patterns and priorities Lingkungan Budidaya. Media
worldwide. Fauna & Flora Akuakultur, 7(1), 52–57.
International, Oryx, 43(1), 18–34. https://doi.org/10.15578/ma.7.1.2
https://doi.org/10.1017/S0030605 012.52-57
30899030X Supriatna, J., & Wahyono, E. H. (2000).
Kothari, B. (2002). Theoretical streams in Panduan lapangan primata
Marginalized Peoples’ Indonesia (Yayasan Obor
Knowledge(s): Systems, Indonesia (ed.); 1st ed.). Yayasan
asystems, and Subaltern Obor Indonesia.
Knowledge(s). Agriculture and Wyndham, F. S., Lepofsky, D., &
Human Values, 19(3), 225–237. Tiffany, S. (2011). Taking Stock
https://doi.org/10.1023/A:101994 In Ethnobiology : Where Do We
2727343 Come From ? What Taking Stock
Negi, C. S. (2005). Religion and In Ethnobiology : Where Do We
biodiversity conservation: not a Come From ? What Are We ?
mere analogy. International Where Are We Going ? Journal of
Journal of Biodiversity Science & Ethnobiology, 31(1), 110–127.
Management, 1(2), 85–96. https://doi.org/10.2993/0278-
https://doi.org/10.1080/17451590 0771-31.1.110
509618083

44

You might also like