Professional Documents
Culture Documents
Kebijakan Alih Jabatan Struktural Eselon III Dan IV Di Lingkungan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia
Kebijakan Alih Jabatan Struktural Eselon III Dan IV Di Lingkungan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia
Helmi
helmi@unja.ac.id
Syamsir
syamsir.fh@unja.ac.id
Abstract
This study aims 1) to find out and analyze the government's authority in
echelon III and IV structural position transfers in the context of simplifying
the office bureaucracy, 2) to identify and analyze the mechanism of structural
echelon III and IV shifts in government bureaucracies in the regions. The
research method here is a normative juridical type through a conceptual
approach, a statutory approach, and a historical approach. The government
that is divided from the Central Government to the Regional Government
includes Regional Autonomy in it, as well as the authority of the Regional
Government to manage and administer their own regions. Bureaucratic
Reform is a significant change in bureaucratic elements, including
institutions, human resource apparatus, management, accountability of the
apparatus, supervision, and public services. Some of the main reasons for the
birth of Bureaucratic Reform in Indonesia are due to the performance of the
bureaucracy which is rigid, inefficient, large, slow and unprofessional. The
bureaucratic simplification policy emphasizes the process of transforming
echelon III, IV and V positions, but not all of them will be transferred to
functional positions. Bureaucratic simplification policies for structural
positions are excluded for those who meet three criteria.
Keywords: Authority, Policy, Government.
1
Abstrak
Penelitian iini ibertujuan i1) iuntuk imengetahui idan imenganalisis
ikewenangan iPemerintah idalam ialih ijabatan istruktural ieselon iIII idan iIV
idan imenganalisis imekanisme ialih ijabatan istruktural ieselon iIII idan iIV
idalam ibirokrasi ipemerintah idi iDaerah. iMetode ipenelitian idi isini ipenulis
ibirokrasi iyang ikaku, itidak iefisien, ibesar, ilambat idan itidak iprofessional.
itransformasi ijabatan ieselon iIII, iIV idan iV, inamun itidak iseluruhnya iakan
ikriteria iitu iadalah, imemiliki itugas idan ifungsi isebagai iKepala iSatuan iKerja
2
A. Pendahuluan
3
a. Memiliki tugas dan fungsi sebagai Kepala Satuan Kerja dengan
kewenangan dan tanggung jawab dalam penggunaan anggaran
atau pengguna barang/jasa; atau
b. Memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan
kewenangan/otoritas, legalisasi, pengesahan, persetujuan
dokumen, atau kewenangan kewilayahan.
3. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh
Instansi Pemerintah kepada Menteri sebagai bahan pertimbangan
penetapan jabatan yang diperlukan kedudukannya sebagai
Administrator, Pengawas, dan Pelaksana (eselon V).
Peraturan iMenteri iPendayagunaan iAparatur iNegara idan iReformasi
iBirokrasi iRepublik iIndonesia iNomor i28 iTahun i2019 itentang iPenyetaraan
iJabatan iAdministrasi ike iDalam iJabatan iFungsional itersebut iterdapat iisu
ihukum iyakni iKonflik iNorma iterhadap iUndang-Undang iNomor i5 iTahun
i2014 itentang iAparatur iSipil iNegara iPasal i131 i iyang imenyatakan:
1. Jabatan Eselon Ia Kepala Lembaga Pemerintah nonkementerian
serta dengan jabatan pimpinan tinggi utama;
2. Jabatan Eselon Ia dan Eselon Ib setara dengan jabatan Pimpinan
Tinggi Madya;
3. Jabatan Eselon II setara dengan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama;
4. Jabatan Eselon III setara dengan Jabatan Administrator;
5. Jabatan Eselon IV setara dengan Jabatan Pengawas; dan
6. Jabatan Eselon V dan Fungsional setara dengan Jabatan Pelaksana.
Kebijakan iyang idikeluarkan ioleh iKementerian iPendayagunaan
iNegara itidak itermasuk idalam ihierarki iperaturan iperundang-undangan,
itetapi idalam ihal iini ikebijakan iyang idikeluarkan ioleh iMenteri
iPendayagunaan iAparatur iNegara itersebut idapat imempengaruhi
iperaturan iperundang-undangan iyang iakan idi ibentuk. iMenurut iUndang-
Undang iNomor i12 iTahun i2011 itentang iPembentukan iPeraturan
iPerundang-Undangan iPasal i8 iAyat i(1) iyang imenyatakan:
a. Peraturan yang ditetapkan oleh MPR;
b. Peraturan yang ditetapkan oleh DPR;
c. Peraturan yang ditetapkan oleh DPD;
d. Peraturan yang ditetapkan oleh MA;
e. Peraturan yang ditetapkan oleh MK;
f. Peraturan yang ditetapkan oleh BPK;
g. Peraturan yang ditetapkan oleh KY;
h. Peraturan yang ditetapkan oleh BI;
i. Peraturan yang ditetapkan oleh Menteri;
j. Peraturan yang ditetapkan oleh Badan, Lembaga atau oleh Komisi
yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas
perintah UU;
k. Peraturan yang ditetapkan oleh DPRD Provinsi;
l. Peraturan yang ditetapkan oleh Gubernur;
m. Peraturan yang ditetapkan oleh DPRD Kab/Kota;
4
n. Peraturan yang ditetapkan oleh Bupati;
o. Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa.
Dengan iadanya ikebijakan. iyang idikeluarkan ioleh ikementerian iyang
ibersifat iumum iini idapat imempengaruhi iperaturan iperundang-undangan
iyang iada iyang idimana isudah idijelaskan idi iatas iada ibeberapa ikonflik
iPendayagunaan iAparatur iNegara. iDengan ihal iini idapat ikita isadari ibahwa
ikajian itesis iini ilebih imengutamakan ikepada iASN iyang idi iPemerintah
iDaerah.
5
b. Tugas dan fungsi jabatan dapat dilaksanakan oleh pejabat
fungsional; dan
c. Jabatan yang berbasis keahlian/keterampilan tertentu.
6
kepada Menteri dengan tembusan kepada Badan Kepegawaian
Negara dan Instansi Pembina.
1
Adhi, A. E, Modul Pengertian Dan Ruang Lingkup Pemberhentian Dan Pensiun Pegawai,
Http://Repository.Ut.Ac.Id/3945/1/ADPG4447-M1.Pdf , (Diakses pada 22 Desember 2021).
7
ikelembagaan, isifat ipensiun, imanfaat ipensiun, ikepesertaan, ibatas iusia
2
ipensiun imaupun iprosedur ipengajuan ipensiun.
Reformasi ibirokrasi isudah idicanangkan isejak iera ireformasi, idengan
isemangat ireformasi, iUndang-Undang iKepegawaian iNo. i43 iTahun i1999
imencoba imengakomodasikan ikepentingan itersebut. iDalam
iimplementasinya, ireformasi ibirokrasi imengalami ibias, ibanyak iyang
iberanggapan ireformasi ihanya isebatas iperubahan idan iadanya iremunerasi
inamun isama isekali ibelum imerubah imind iset idan iculture iset. iKinerja
ibirokrasi imasih ikedodoran idan ibelum imemuaskan. iDari idata itentang
ipenilaian ikinerja ibirokrasi idi inegara-negara iASEAN. iIndonesia ihanya
idiatas iVietnam, inamun ijauh idi ibawah iSingapura, iMalaysia idan iPhilipina.
iIndeks iefisiensi ibirokrasi iIndonesia iadalah i“8,37 idari iskala i1-10”, idimana
iangka i“10 imenunjukkan isangat itidak iefisien”. i“Lebih idari i4,5 ijuta iPNS
iyang itersebar idi iseluruh iIndonesia itentu imembutuhkan ikeselarasan”,
ikesamaan igerak idan ilangkah idalam imembangun ibangsa.
3
Batas iUsia iPensiun i(BUP) iPegawai iNegeri iSipil i(PNS) ipada idasarnya itelah
idiatur idalam iPeraturan iPemerintah iNomor i11 iTahun i2017 itentang
(l) PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS.
(2)Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat administrasi, pejabat
fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan
pejabat fungsional keterampilan;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat
fungsional madya; dan
c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang memangku pejabat
fungsional ahli utama.
iBUP, ihal iini ijustu imalah iharus imenjadi ikajian iserius ioleh ipemerintah
ipusat imaupun idaerah iyang idimana ijika isetiap ijabatan iadministrasi idi
ipensiun iPNS itersebut iyang ikita iketahui ihal itersebut iakan iberdampak
2
Dewan Perwakilan Rakyat, Ringkasan Eksekutif Telaahan Kebijakan Sistem Pensiun
PNS, Http://Ppid.Lan.Go.Id/Wp-Content/Uploads/2014/10/Telaahan-Kebijakan-Sistem-Pensiun-
PNS.Pdf, (Diakses pada 22 Desember 2021).
3
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menuju Perencanaan Profesional, SIMPUL,
Perencanaan, Http://Pusbindiklatren.Bappenas.Go.Id/File/Bukuterbit/Simpul-22.Pdf, (Diakses
pada 22 Desember 2021).
8
b. Dampak Pendapatan (Gaji) PNS yang terjerat dalam Peralihan
Jabatan Struktural ke Fungsional.
9
idi iorganisasi ibaru, ipenugasan idan ifungsi ikoordinasi ihanya idiberikan
isebagai itugas itambahan isebagai ikoordinator iatau iahli iserta isub
ikoordinator iatau iahli imuda. iDalam ihal iini, itugas idan ifungsi ikoordinasi
itidak ilagi itetap idan imelekat itetapi iberdasarkan ikebutuhan ipelaksanaan
itugas idi isetiap iunit ikerja imasing-masing iinstansi. iPosisi ikoordinator idan
isub ikoordinator ibukan ilagi ijabatan imelainkan iperan. iKekuatan ikelompok
ikerja iakan isaling imendukung ikarena idalam ijabatan ifungsional itidak iada
ilagi iatasan idan ibawahan imelainkan imengutamakan ikompetensi idan
ipengalaman idalam ijabatan idan itingkat ijabatan.
Menurut iPeraturan iPemerintah iNomor i21 iTahun i2004 itentang
iPenyusunan iRencana iKerja iAnggaran iKementrian iNegara/Lembaga,
iBelanja iPegawai iadalah ikompensasi ibaik idalam ibentuk iuang imaupun
ibarang iyang idiberikan ikepada ipegawai ipemerintah, ibaik iyang ibertugas idi
idalam imaupun idi iluar inegeri isebagai iimbalan iatas ipekerjaan iyang itelah
idilaksanakan, ikecuali ipekerjaan iyang iberkaitan idengan ipembentukan
imodal. iTermasuk idalam ikelompok ibelanja ipegawai iini iadalah
ipengeluaran-pengeluaran iuntuk igaji idan itunjangan-tunjangan, iuang
imakan, ilembur, ihonorarium idan ivakasi.
Gaji idan itunjangan iadalah ipengeluaran iuntuk ikompensasi iyang
iharus idibayarkan ikepada ipegawai ipemerintah iberupa igaji ipokok idan
iberbagai itunjangan iyang iditerima iberkaitan idengan ijenis idan isifat
ipekerjaan iyang idilakukan ibaik idalam ibentuk iuang imaupun ibarang.
Dalam iketentuan iPasal i21 iUndang-Undang iNomor i5 iTahun i2014
itentang iAparatur iSipil iNegara idisebutkan ibahwa iPNS iberhak
imemperoleh:
a. Gaji;
b. Tunjangan meliputi: tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan;
dan
c. Fasilitas.
10
iKeuangan iDaerah, iyakni itunjangan itambahan ipenghasilan. iBerikut iakan
idijabarkan iterminologi idari iistilah-istilah itersebut.
11
ibirokrasi iyang idilakukan ioleh iseluruh ikementerian, ilembaga, idan
ipemerintah idaerah idilakukan imelalui itransformasi iorganisasi,
itransformasi isistem ikerja, iserta itransformasi ijabatan.
Kementerian iPAN iRB itelah imenyusun idan imenerbitkan ibeberapa
ikebijakan isebagai ipanduan ipelaksanaan iserta imendukung
iPenyederhanaan iBirokrasi. iSampai idengan i30 iJuni i2021,
i“penyederhanaan istruktur iorganisasi itelah idilaksanakan ipada i90
ikementerian idan ilembaga, idengan ijumlah istruktur iunit iorganisasi iyang
itelah idisederhanakan isebanyak i46.159. iBeberapa iK/L iyang ibelum
imelaksanakan ipenyederhanaan ibirokrasi idiminta isegera
imenyempurnakan ipenyederhanaan ibirorkasi”.
4
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Internet, https://news.harianjogja.com/read/2019/11/06/500/1024064/data-kemenpan-rb-
total-pejabat-eselon-iii-iv-dan-v-seluruh-indonesia-441148.
12
Adapun imaksud idari i7 i(tujuh) ipertimbangan idalam iproses
ipemangkasan ibirokrasi itersebut idiantaranya ipejabat ieselon iIII ike ibawah
iyang imemiliki ipotensi itidak idapat idialihkan iyakni ipejabat idengan itugas
idan ifungsinya isebagai ikepala isatuan ikerja iyang imemiliki ikewenangan idan
itanggung ijawab ipenggunaan ianggaran iatau ipengguna ibarang/jasa. iPejabat
iyang itugas idan ifungsi iyang iberkaitan idengan ikewenangan iotorisasi,
ilegalisasi, ipengesahan, iatau ipersetujuan idokumen iserta ikewenangan
ikewilayahan.
D. Kesimpulan
13
demi menyesuaikan dengan pelaksanaan kebijakan penyederhanaan
birokrasi.
b. Kebijakan ini berimplikasi pada lingkungan instansi pemerintahan yang
terdampak langsung oleh kebijakan ini, termasuk didalamnya struktur
organisasi dan juga individu-individu PNS yang bekerja di instansi
tersebut.
c. Penyetaraan dari jabatan struktural menjadi jabatan fungsional
menimbulkan implikasi pada berubahnya tunjangan kinerja dan
tunjangan jabatan yang diterima oleh PNS yang jabatannya disetarakan
menjadi jabatan fungsional.
d. Kebijakan ini berimplikasi pada pengembangan karier PNS berdasarkan
sistem merit yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja.
PNS pejabat struktural administrator, pengawas dan pelaksana yang
jabatannya disetarakan menjadi jabatan fungsional harus memenuhi
persyaratan yang didalamnya terdiri dari kualifikasi pendidikan,
jabatan, pangkat dan uji kompetensi supaya jabatannya dapat
disetarakan menjadi jabatan fungsional.
Kebijakan iyang idikeluarkan ioleh iMenteri iPendayagunaan iAparatur iNegara
itersebut idalam imekanismenya itidak isemudah iyang idi icantumkan idi
iPERMENPAN iRB itersebut idimana isetiap iinstansi idi idaerah imemiliki isuatu
iorgansisasi itertentu iyang idi imana isetiap iorgan iatau ibagian itersebut
imemiliki itugas iyang iberbeda, ijika idi ijadikan ifungsional imaka iada
ibeberapa ipertanyaan iyang iterbenak ipenulis iapakah isanggup iyang
imenduduki iJabatan iStruktural iEselon iII iuntuk imenampung isemua itugas
iyang isebelumnya idi ipegang iatau idi itangani ioleh iEselon iIII-IV, idan ijika
iPejabat iStruktural iEselon iIII-IV isetelah idi isetarakan ijabatannya imenjadi
iFungsional itetap imenduduki ikursi iyang isama idi idalam iinstansi
iPemerintah iDaerah idan imendapatkan ihaknya iyang isama iseperti
imenduduki iJabatan iStruktural imaka iitu ibisa idi iartikan ihanya isebagai
ipenggantian inama isaja idan ibisa idi ipastikan itidak iakan itercapainya itujuan
idari iPERMENPAN iRB itersebut iyang idimana itujuannya iuntuk imewujudkan
ilingkungan ibirokrasi iyang ilincah.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel/Buku/Laporan
14
Internet, https://news.harianjogja.com/read/2019/11/06/500/1024064/data-
kemenpan-rb-total-pejabat-eselon-iii-iv-dan-v-seluruh-indonesia-441148.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.
15
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan
Kinerja Pegawai Negeri.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi 2010-
2025.
16