KHITAN

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

KHITAN DAN PEMBELAJARAN BERSUCI BAGI ANAK

Moch Khoirul Aris


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
arieskhoirul12@gmail.com

Abstract. This writing aims to discuss the meaning and position of circumcision in Islamic religious
law that children need to know as learning. The research method used in this research is the library
research method by means of bibliographic research in a scientific systematic manner, which includes
the collection of bibliographic materials related to the research objectives. The type of research used is
qualitative research which is generally carried out by not going into the field in search of data sources
so that this research is carried out only based on written works. The results of this study found an
explanation of the meaning and position of circumcision in Islamic religious law that children need to
know as learning. This paper also mentions the history of circumcision and the scientific reasons for
carrying out circumcision. At the end of the discussion, it was also mentioned the importance of
learning to purify children which must be considered for every parent.
Keywords: Circumcision; Learning; wash up
Abstrak. Penulisan ini bertujuan untuk membahas tentang pengertian dan kedudukan khitan
dalam syariat agama islam yang perlu diketahui oleh anak sebagai pembelajaran. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Kepustakaan dengan cara
penelitian bibliografi secara sistematis ilmiah, yang meliputi pengumpulan bahan-bahan bibliografi
yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif yang pada umumnya dilakukan dengan cara tidak terjun ke lapangan dalam pencarian
sumber datanya sehingga riset ini dilakukan hanya berdasarkan atas karya-karya tertulis. Dalam
hasil penelitian ini ditemukan penjelasan pengertian dan kedudukan khitan dalam syariat agama
islam yang perlu diketahui oleh anak sebagai pembelajaran. Dalam tulisan ini juga disebutkan
sejarah pensyariatan khitan serta alasan-alasan ilmiah dialaksanaknya khitan. Diakhir pembahasan
juga disebutkan pentenginya pembelajaran bersuci bagi anak yang harus diperhatikan bagi setiap
orang tua.
Kata Kunci : Khitan; Pembelajaran; Bersuci

A. PENDAHULUAN
Khitan atau sunat telah menjadi bagian dari tradisi yang menyatu dalam
siklus kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Khitan
bahkan telah menjadi budaya. Dalam hal ini budaya yang berbasis pada ajaran
agama. Khitan menjadi salah satu fase penanda dalam kehidupan sosial, di samping
kelahiran, perkawinan, dan kematian. Khitan di tengah masyarakat menjadi contoh
nyata dari istilah yang berasal dari ranah Minang yang menyatakan, "Adat basandi
syara, syara basandi Kitabullah (Adat bersendi syariat, syariat bersendi
Kitabullah)."(Ni’am Sholeh 2017:3)
Khitan sebetulnya suatu ajaran yang sudah ada dalam syariat Nabi Ibrahim
as. Dalam kitab Mughni al-Muhtaj dikatakan bahwa laki-laki yang pertama
melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim as. Kemudian Nabi Ibrahim as. mengkhitan
anaknya Nabi Ishaq as pada hari ketujuh setelah kelahirannya dan mengkhitan Nabi
Ismail as pada saat aqil balig. Tradisi khitan ini diteruskan sampai pada masa
kelahiran Arab pra Islam saat kelahiran Nabi Muhammad saw. Mengenai khitan
Nabi Muhammad saw para ulama berbeda pendapat yakni pertama, sesungguhnya
Jibril mengkhitan Nabi Muhammad saw., pada saat membersihkan hatinya, dan
kedua, bahwa yang mengkhitan Nabi Muhammad saw adalah kakek beliau, yakni
Abdul Muthalib yang mengkhitan Nabi Muhammad saw, pada hari ketujuh
kelahirannya dengan berkorban dan memberi nama Muhammad. Kemudian Nabi
mengkhitankan cucunya Hasan dan Husain pada hari ketujuh.
Berkhitan merupakan salah satu sunah Rasulullah saw yang diperintahkan
kepada ummatnya. Hal tersebut merupakan pelaksanaan ajaran Nabi Muhammad
saw yang menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Mengapa bisa
demikian? Hal ini dikarenakan berkhitan merupakan salah satu pendidikan
kesehatan yang sangat penting dalam agama Islam. Karena kepada anak yang
dikhitan diperkenalkan kesehatan dan kebersihan badan terutama alat kelaminnya.
(Ishanuddin 2019)
Selain itu, anak harus juga dikenalkan dengan bersuci. Karena bersuci
merupakan pintu bagi diterima atau tidaknya (sahnya) beberapa ibadah yang
mensyaratkan kesucian. Bersuci sebagai syarat ibadah merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi seorang muslim. Kesalahan dalam bersuci akan mengakibatkan
tidak sahnya suatu ibadah. Bersuci yang benar harus diajarkan sejak masa
anakanak, karena kesalahan pada masa anak akan selalu terbawa setelah orang
tersebut dewasa. Beberapa masalah pokok inilah yang akan dibahas secara rinci
didalam uraian-uraian selanjutnya ini.(Saputri n.d.)

A. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Metode Penelitian Keputakaan adalah cara penelitian bibliografi secara sistematis
ilmiah, yang meliputi pengumpulan bahan-bahan bibliografi yang berkaitan dengan
sasaran penelitian.(Danandjaja 2014) Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang pada umumnya dilakukan dengan cara tidak terjun ke lapangan dalam
pencarian sumber datanya sehingga riset ini dilakukan hanya berdasarkan atas
karya-karya tertulis,(Setiawan 2018) termasuk hasil penelitian baik yang sudah
maupun yang belum dipublikasikan. Dalam penulisan ini, penulis mengumpulkan
data dan informasi melalui bantuan bermacam-macam material yang terdapat di
ruangan perpustakaan. Misalnya saja buku-buku, majalah, dokumen, catatan,
perpustakaan elektronik, kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian dan Kedudukan Khitan
Khitan atau sunat adalah istilah yang dikenal dalam bahasa Indonesia
untuk merujuk pada pengertian memotong kulit yang menutupi kepala kelamin
laki-laki. Kata "khitan" diserap dari bahasa Arab "al-khitan" yang merupakan
mashdar (kata dasar) dari Fi'il (kata kerja) "khatana" yang bermakna qatha’a
(memotong). Kata "al khitan" dan "al-khatnu" bermakna memotong bagian
tertentu dari anggota tubuh tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan khitan
secara syariat bagi laki-laki adalah memotong seluruh kulit yang menutup
hasyafah (kepala zakar) kelamin laki-laki sehingga semua hasyafah terbuka, dan
bagi perempuan adalah memotong atau membuang kulit yang menutupi klitoris
perempuan. Khitan bagi laki-laki dalam istilah Arab disebut dengan I'dzár,
sedangkan bagi perempuan disebut dengan khafdh atau khifad.
Sedangkan menurut (Ishanuddin 2019) khitan menurut istilah adalah
memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan agar tidak terjadi penumpukan
kotoran. Penumpukan kotoran air seni yang menempel pada kulit akan
menyebabkan timbulnya penyakit kelamin. Oleh karena itu, seseorang yang
dikhitan berarti ia akan terhindar dari najis.
Khitan adalah salah satu proses yang menjadi penanda bagi anak laki-aki
untuk tumbuh dari masa kanak-kanaknya menjadi seorang pria dewasa. Di
Indonesia dan berbagai kawasan lain, hal ini dilakukan pada anak berusia 7-12
tahun atau pada saat menginjak masa pubertas.
Khitan juga dianggap sebagai suatu "ritual" yang dilakukan untuk
memperkenalkan seorang anak pada status barunya sebagai seorang pria
sehingga proses khitan sering dikaitkan dengan keberanian, nyali, dan
sebagainya. Proses "inisiasi" ini pada akhirnya hampir selalu diakhiri dengan
berbagai macam perayaan. Setelah seorang anak selesai menjalani khitan, maka
nilai peribadatannya akan menjadi lebih terjamin karena kondisi sang anak
yang sudah lebih "suci / bersih" dari hadast.
Khitan dalam kajian fikih (hukum Islam) secara umum ditempatkan
dalam bab ibadah. Bahkan ada yang menempatkannya lebih spesifik lagi dalam
pembahasan mengenai bersuci. Khitan bagi laki-laki maupun perempuan
dikaitkan dengan upaya penyucian diri, baik bersifat hissiyah (kasatmata)
maupun maknawi.
Khitan pada awalnya merupakan ibadah yang bersifat "dogmatis".
Sebagai ajaran agama yang bersifat dogmatis, praktik khitan diyakini
mengandung hikmah yang positif. Jadi, seandainya pun khitan secara medis
tidak dianjurkan, lebih tepatnya belum ditemukan manfaatnya, tidak serta
merta membuatnya terlarang. Selanjutnya ada yang mengaitkannya dengan
kemanfaatannya secara medis. Cara pandang ini tidak menganjurkan khitan jika
tidak bermanfaat secara medis. Pada tingkat yang lebih ekstrem, cara pandang
seperti ini akan mengabsahkan gerakan prointegrasi genital yang juga melarang
khitan laki-laki sebagaimana terjadi di Amerika Serikat.(An-Najjar 2011:177)
Dalam teori hukum Islam, ibadah ada yang berdimensi rasional
(talaqquli/maquiát al-ma'na) dan dogmatis (taabbudi/ghaye maquly al-ma'na).
Seandainya pun khitan tidak dapat dinalar menurut nalar medis, maka khitan
harus tetap ada sebagai bentuk "Identitas" agama.

2. Pensyariatan dan Sejarah Khitan


Khitan merupakan syariat Nabi Ibrahim a.s., yang dilanjutkan oleh Nabi
Muhammad saw. Hal tersebut sesuai hadis Rasulullah saw., yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah r.a., sebagai berikut:
Perintah untuk melaksanakan dan mengikuti ajaran nabi Ibrahim as jelas
sekali terdapat dalam beberapa ayat suci Al-Qur'an, di antaranya dalam Q.S. an-
Nahl ayat 123.
َ‫ثُ َّم َأ ۡو َح ۡينَٓا ِإلَ ۡيكَ َأ ِن ٱتَّبِ ۡع ِملَّةَ ِإ ۡب ٰ َر ِهي َم َحنِ ٗيف ۖا َو َما َكانَ ِمنَ ۡٱل ُم ۡش ِر ِكين‬
Artinya :
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif dan bukanlah Dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan." (QS. an-Nahl /16:123)
Ayat senada juga dalam QS. Ali Imran: 95

َ‫ُوا ِملَّةَ ِإ ۡب ٰ َر ِهي َم َحنِ ٗيف ۖا َو َما َكانَ ِمنَ ۡٱل ُم ۡش ِر ِكين‬
ْ ‫ق ٱهَّلل ۗ ُ فَٱتَّبِع‬ َ ‫قُ ۡل‬
َ ‫ص َد‬
Artinya :
"Katakanlah, benarlah (apa yang difirmankan) Allah, maka ikutilah agama
Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik."
(QS. Ali Imran /3.95)
Kewajiban melaksanakan khitan secara nyata juga disebutkan dalam sebuah
hadits dari Abu Hurairah r.a.,
ِ ‫ب وَت ْقلِيم اَأْلظْ َفا ِر و َنْتف اآْل ب‬
‫اط‬ ِ ِ ُّ َ‫الْ ِفطْرةُ مَخْس اخْلِتَا ُن وااِل ْستِ ْح َد ُاد وق‬
َ ُ َ ُ َ ‫ص الشَّار‬ َ َ ٌ َ
Rasulullah saw., berkata: "Lima hal yang termasuk fitrah yaitu: khitan,
mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut
bulu ketiak " (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dari sisi kualitas hadis, tidak ada yang meragukan derajat kesahihan
hadis di atas. Namun, terjadi perbedaan pendapat terkait dengan kandungan
hukum yang disimpulkan (istinbath) dari redaksi hadis tersebut. Khitan
termasuk perkara yang disyariatkan Allah swt, kepada hamba-Nya demi
menyempurnakan kesehatan jasmani dan rohani sesuai dengan fitrah-Nya.
Selain itu ada beberapa hadis shohih yang menunujukkan sejarah dan
disyariatkannya khitan diantaranya :

َّ ‫يم َعلَي ِْه‬ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ عن َأيِب هريرةَ ر ِضي اللَّه عْنه قَ َال‬
‫الس اَل م‬ ْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َس لَّ َم‬
ُ ‫اختَنَتَ ب َْراه‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ َ ُ َ َ َْ َ ُ ْ َ
ِ ‫وهو ابن مَثَانِني سنة بِالْ َقد‬
.)‫ (رواه البخاري‬. ‫ُّوم‬ ًََ َ ُ ْ َ ُ َ
,‫ اخلت ان‬:‫ الفط رة مخس‬:‫ ق ال رس ول اهلل علي ه الص الة والس الم‬:‫ عن أيب هري رة رض ي اهلل عن ه ق ال‬
.)‫ (متفق عليه‬.‫ ونتف اإلبط‬,‫ وتقليم األظافر‬,‫ وقص الشارب‬,‫واالستحداد‬
ِ َ‫َأن امْرَأةً َك انَت خَت ْنِت بِالْم ِدينَ ِة َف َق َال هَل ا النَّيِب ص لَّى اللَّه عل‬
‫ ( ال‬: ‫يْه َو َس لَّ َم‬ ِ ِ ْ‫ عن ُِّأم ع ِطيَّةَ اَأْلن‬
َُ َ ُّ َ َ ُ ْ َ َّ ‫ص اريَّة‬َ َ َْ
ِ ِ ِ
‫ واحلديث صححه األلباين يف صحيح أيب‬. ) ‫ْل‬ ِ ‫ب ِإىَل الَْبع‬
ُّ ‫َأح‬َ ‫َأحظَى ل ْل َم ْرَأة َو‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ُتْن ِه ِكي فَ ِإ َّن َذل‬
‫داود‬
Adapun usia dianjurkannya berkhitan yaitu sejak usia dini, namun
menjadi wajib jika telah mencapai baligh sesuai dengan hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi :

‫عق رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن احلسن واحلسني‬


ّ :‫عن جابر رضي اهلل عنه أنه قال‬
)‫ رواه البيهقي‬- ‫ (دليل األفضلية‬.'‫وختنهما لسبعة أيام‬

3. Alasan Ilmiah dilaksankan Khitan


a. Alasan Khitan Secara Kultural
Adanya tradisi khitan pada bangsa-bangsa yang belum maju peradabannya
di atas yaitu bangsa semit Purba, Amerika (Indian), Afrika, Melanesia,
Polinesia, dan Australia (aborigin) mendorong para antropolog memikirkan
penyebabnya. Pada bangsa-bangsa itu khitan dilakukan pada usia antara 12
dan 21 tahun yaitu menjelang proses perkawinan. Maka alasan dilakukannya
khitan itu tentunya ada pada kehidupan perkawinan, yaitu hubungan
seksual. Pada orang yang tidak dikhitan, glans penis selalu tertutup oleh
praeputium yang menjadikannya sangat peka terhadap sentuhan, sehingga
pada copulatio sering terjadi ejaculatio dini. Hal ini berakibat tidak puasnya
kedua fihak, lebih lebih pihak perempuan yang lebih lambat pemanasannya.

b. Alasan Khitan dari Segi Keagamaan (Naql)


1) Khitan di dalam agama Islam
Agama Islam dibagi atas akidah atau keimanan, syariat atau hukum Islam
dan hakikat atau iksan. Umar mengisahkan, suatu hari tatkala ia dan para
sahabat duduk bersama Rasulullah saw., tiba-tiba muncul seorang laki-laki
yang mengenakan pakaian sangat putih, rambutnya hitam legam dan tidak
ada bekas melakukan perjalanan. Lalu lelaki itu duduk tepat di hadapan Nabi
saw. la rapatkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan kedua
tangannya bertumpu di atas lututnya.
"Ya Muhammad," ucap lelaki itu. "Beritahukan kepadaku tentang agama
Islam. "Muhammad Rasulullah saw., bersabda yang maknanya: "Islam itu
adalah kesaksiannya bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul-Nya. Lalu engkau tegakkan salat, engkau bayar
zakat, engkau puasa pada bulan Ramadhan, dan engkau haji ke Baitullah jika
kamu mampu." "Benarkah engkau, "komentar lelaki itu."
Para sahabat tampak heran, lelaki itu yang bertanya dan ia juga yang
membenarkannya.
"Beritahukan kepadaku tentang Iman," pinta lelaki itu lagi Muhammad
Rasulullah saw bersabda: "Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah,
para malaikat-Nya, kitab-kitab Nya, para Rasul-Nya, dan hari kiamat. Engkau
juga berman kepada qodar yang baik dan yang buruknya." "Benarkah engkau,
"komentar lelaki itu lagi.
"Bentahukan kepadaku tentang iksan. "Muhammad Rasulullah saw bersabda
"Engkau sembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Sebab sekalipun
engkau tidak dapat melihat-Nya. Dia pasti melihatmu."
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat." "Orang yang ditanya tidak
lebih tahu dari yang bertanya," jawab Rasulullah saw. "Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya." Muhammad Rasulullah saw., bersabda:
"Tanda-tandanya hamba wanita melahirkan majikannya. Lalu orang-orang
miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam pembangunan
gedung."
Setelah lelaki itu pergi, Rasulullah saw., bertanya, "Hai Umar, tahukan engkau
siapa lelaki yang bertanya tadi?" "Hanya Allah dan Rosul-Nya yang paling
mengetahui." Muhammad Rasulullah saw., bersabda: "Sesungguhnya dia itu
Jibril. Dia hendak mengajarkan agama kalian." (HR. Muslim)
2) Dasar Iman dari Khitan
Abu Malik Al-Asy'ary r.a., memberitahukan, Muhammad Rasulullah saw.,
telah bersabda: "Membersihkan diri adalah sebagian dari iman." (HR.
Muslim) Abu Hurairah ra, mengabarkan, "Lima perkara merupakan bagian
dari fitrah (bersih/suci), khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (HR. al-Bukhari-dan Muslim)

3) Kesehatan dan Kesucian


Khitan dapat memebersihkan sisa air kemih. Hal ini yang menyebabkan
khitan dianjurkan saat masih kecil. Bersih tidaknya air kemih pada anak ini
berhubungan erat dengan kesucian. Sedangkan kesucian adalah menjadi
syarat sah atau tidaknya sholat.

4. Nilai Yang Terkandung dalam Disyariatkannya Khitan Bagi Anak


Khitan merupakan suatu proses menanamkan nilai-nilai pendidikan pada anak
sebagai bukti keimanannya kepada Allah swt. Kepasrahan seorang anak
melaksanakan perintah Allah swt. pada usia dini merupakan pendidikan yang
sangat penting bagi kehidupannya. Jadi khitan mengenalkan kepada anak secara
kongkret arti pengabdian kepada sang pencipta.
Nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam khitan antara lain:
a. Nilai Ibadah
Salat adalah kewajiban yang mensyaratkan kesucian diri dari hadats
dan najis. Sedangkan salah satu sumber timbulnya najis adalah alat kelamin
(khasafah). Sementara itu, apabila khasafah masih tertutup oleh kulit (kulup)
maka sisa air kencing sulit untuk dibersihkan akibatnya kewajiban salat
praktis tidak terpenuhi lantaran tidak terpenuhinya salah satu dari sekian
syarat sahnya salat. Khitan merupakan prasyarat mutlak yang harus
dilaksanakan demi terjaminnya kesucian diri dari najis dan demi sahnya
salat. Dengan demikian kewajiban salat tidak terpenuhi tanpa khitan. Hal ini
sesuai dengan kaidah Ushul Fiqh yang menyatakan: ‫مااليصل الواجب اال به فهو‬
‫واجب‬
Sesuatu yang menyebabkan tidak tercapainya kewajiban kecuali dengan
sesuatu itu maka sesuatu itu wajib hukumnya Kewajiban salat tidak akan
tercapai kecuali dengan khitan, maka khitan menjadi wajib.
Kewajiban khitan berlaku bagi anak atau orang yang berakal sehat
dan sudah balig, dengan khitan anak dididik melaksanakan ibadah yang
sesuai dengan perintah Allah swt. Ibadah ritual dalam Islam seperti halnya
salat lima waktu, haji, umroh, membaca Al Qur'an masing-masing
mensyaratkan kesucian diri dari najis dan hadats Ibadah salat dan ibadah
lain merupakan ritualitas yang dihajatkan oleh setiap muslim dalam rangka
menghambakan diri pada Allah swt. Sebagai wujud peribadatan seorang
hamba kepada Sang Khaliq tentu ia yang melakukan salat mengharap
shalatnya diterima oleh-Nya Padahal Allah swt sendiri tidak akan menerima
salat orang yang berhadats dan bernajis. (Ishanuddin 2019:20)
b. Nilai Kesehatan
Islam telah mempertegas tentang tujuan pentingnya berkhitan, yakni
untuk bersuci dan menjaga kesucian. Khitan erat kaitannya dengan
pemeliharaan kebersihan kemaluan karena orang lebih mudah
membersihkan kelaminnya sesudah buang air kecil. Khitan adalah aspek
penting dalam thaharah (kesucian dan kebersihan) yang sangat ditekankan
dalam syariat dalam Islam. Ketika kulit yang menutupi penis tidak dikhitan,
maka air kencing dan kotoran yang lain dapat mengumpul di bawah lipatan
kulit. Daerah ini dapat menjadi infeksi dan penyakit karena menjadi tempat
pertumbuhan bakteri.
Salah satu majalah kedokteran yang terbit di Inggris, yaitu "British
Medical Journal" menulis bahwa sesungguhnya penderita penyakit infeksi
alat kelamin dan leher rahim disebabkan oleh suami yang tidak bersih
(khitan). Khitan merupakan sarana yang tepat dalam pendidikan anak,
karena dapat mengajarkan kebersihan anak sejak dini. Semua ahli kelamin
sepakat bahwa kulup paling disukai syphilis. Praktek khitan mengurangi
terjadinya syphilis pada laki-laki sampai 25-73 % .Khitan adalah usaha
pencegahan terhadap penyakit kelamin dan ini terbukti. Panyakit ini sangat
sulit dihindari bila nenderita tidak dikhitan.
c. Menanamkan nilai tanggung jawab Beribadah
Dengan khitan diharapkan anak lebih bertanggung jawab pada agama
dan diharapkan menjadi anak shaleh. Khitan merupakan sarana yang
strategis menanamkan tanggung jawab pada anak. Tanggung jawab ini yang
diharapkan orang tua dalam mendidik anak bisa dilaksanakannya. Dengan
adanya makna pendidikan ibadah pada anak dari praktek khitan, maka orang
tua harus cepat mengkhitankan anak. Khitan yang dilakukan anak akan
memberikan pembinaan kepadanya agar lebih bertanggung jawab terhadap
apa yang disyariatkan agama, yakni salat.
Sehingga dapat dilihat jelas bahwa khitan merupakan bentuk
tanggung jawab ibadah bagi anak. Khitan mengajarkan anak-anak ibadah,
khususnya salat. Anak yang sudah dikhitan otomatis memiliki kewajiban
dalam syariat Islam. Anak akan memiliki tanggung jawab menjalankan
perintah agama Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan
Islam yang perlu diperhatikan. Semua Ibadah dalam Islam bertujuan
membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah swt oleh karena itu
ibadah merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi.

5. Kesalahan dalam Proses Khitan


Kebanyakan anak akan mengalami ketakutan ketika diberitahukan
tentang khitan. Hal ini dikarenakan pembelajaran tentang khitan yang kurang
tepat pada anak. Selain itu mereka tidak mengerti tujuan dari khitan itu sendiri
serta kurang motivasi yang diberikan oleh kedua orang tua.
Ada beberapa praktik khitan yang dilarang dalam islam yaitu praktik
khitan yang ekstrim sehingga berdampak pada kematian. Selain itu ada sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud yang melarang perempuan untuk
di khitan. Akan tetapi sebagian ulama’ ada yang memperbolehkannya ketika
tidak berdampak buruk bagi merea.
‫ ( ال‬: ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِ ‫َأن امرَأةً َكانَ ْ نِت‬ ِ ِ ْ‫عن ُِّأم ع ِطيَّةَ اَأْلن‬
َ ُّ ‫ت خَت ْ ُ بِالْ َمدينَة َف َق َال هَلَا النَّيِب‬ َ ْ َّ ‫صاريَّة‬ َ َ َْ
ِ ِ ِ
‫ واحلديث صححه األلباين يف صحيح أيب داود‬. ) ‫ب ِإىَل الَْب ْع ِل‬ ُّ ‫َأح‬
َ ‫َأحظَى ل ْل َم ْرَأة َو‬
ْ ‫ك‬َ ‫ُتْن ِه ِكي فَِإ َّن َذل‬
6. Pembelajaran Bersuci Bagi Anak
Bersuci dilakukan untuk menyucikan diri dari hadas dan najis. Istilah
bersuci dalam Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu tahara. Kata tahara berarti
suci. Istilah ini kemudian digunakan dalam keseharian sebagai penyebutan
aktivitas bersuci. Istilah bersuci ini meliputi badan, tempat, pakaian, dan
lingkungan.
Dalam syariat Islam bersuci atau taharah memiliki kedudukan sangat
penting. Sebagian besar ibadah dalam Islam mensyariatkan dilaksanakan dalam
keadaan suci. Perintah taharah atau bersuci dijelaskan Allah Swt. dalam Al-
Qur'an. Salah satu dalil pada ayat Al-Qur'an yang dapat kamu ketahui sebagai
berikut :
َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوبِينَ َويُ ِحبُّ ۡٱل ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya:
Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri. (Q.S. al-Baqarah [2]: 222)

Ayat tersebut menjelaskan perintah untuk senantiasa bertobat dan


menjaga kesucian diri. Selain menjaga kesucian, ahirah berguna untuk menjaga
kebersihan badan. Dengan menjaga kesucian dan kebersihan badan seorang
muslim akan terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran
yang menempel di tubuh.
Bersuci merupakan perilaku terpuji yang hendaknya diterapkan dalam
keseharian. Kita dapat menerapkan perilaku bersuci menjaga kebersihan.
Menjaga kebersihan merupakan cara hidup sehat yang diajarkan dalam Islam.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam hendaknya seorang anak harus
menerapkan perilaku bersuci mulai dari sebelum baligh. Adapun bersuci yang
harus diajarkan kepada anak antara lain:
a. Bersuci dari hadas besar dan kecil, meliputi :
1) Wudlu’
2) Mandi Besar
3) Tayamum
b. Bersuci dari najis, meliputi :
1) Najis Mukhoffafah
2) Najis Mutawassitoh
3) Najis Mugholadzoh (Ni’mah 2019)
C. KESIMPULAN
1. Kata "khitan" diserap dari bahasa Arab "al-khitan" yang merupakan mashdar
(kata dasar) dari Fi'il (kata kerja) "khatana" yang bermakna qatha’a
(memotong). Kata "al khitan" dan "al-khatnu" bermakna memotong bagian
tertentu dari anggota tubuh tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan khitan
secara syariat bagi laki-laki adalah memotong seluruh kulit yang menutup
hasyafah
2. Khitan merupakan syariat Nabi Ibrahim a.s., yang dilanjutkan oleh Nabi
Muhammad saw.
3. Ada 2 alasan ilmiah dilaksankan Khitan pada penulisan ini yaitu dari segi
kultural dan keagamaan (naql).
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam disyariatkannya khitan bagi anak meliputi
nilai ibadah, nilai kesehatan dan menanamkan nilai tanggung jawab ibadah.
5. Bersuci yang harus diajarkan kepada anak yaitu bersuci dari hadas besar dan
kecil, meliputi : Wudlu’, mandi besar, tayamum dan bersuci dari najis, meliputi :
najis mukhoffafah, najis mutawassitoh, najis mugholadzoh

DAFTAR PUSTAKA

An-Najjar, Zaghlul. 2011. Sains Dalam Hadis. Jakarta: Amzah.

Danandjaja, James. 2014. “Metode Penelitian Kepustakaan.” Antropologi Indonesia. doi:


10.7454/ai.v0i52.3318.

Ishanuddin. 2019. Manfaat Khitan. Semarang: Mutiara Askara.

Ni’am Sholeh, Asrorun. 2017. Hukum Dan Panduan Khitan Laki-Laki Dan Perempuan.
Jakarta: Erlangga.

Ni’mah, Ma’sumatun. 2019. Bersuci Sesuai Syari’at Islam. Klaten: Cempaka Putih.

Saputri, Sutipyo Ru'iya, Amalia Nur Kurniawati,Herina Oktaviani. n.d. “Peningkatan


Pemahaman Bersuci Menurut Tarjih Muhammadiyah Dengan Metode Video Based
Learning Bagi Anak-Anak Di Omah Ngaji Yogyakarta | Jurnal SOLMA.” Retrieved
April 17, 2022 (https://journal.uhamka.ac.id/index.php/solma/article/view/5394).

Setiawan, Albi Anggito, Johan. 2018. Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher).

You might also like