N10121113 - Harianto Tandiayu - Iodin Garam

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

(METODE TITRIMETRI UNTUK MENENTUKAN


KANDUNGAN GARAM IODIUM)

NAMA : Harianto Tandiayu


NIM : N 101 21 113
KELOMPOK :9

BAGIAN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan …………...…………………………………………………………. 3

1.3 Prinsip Percobaan ………………………………………………………….. 3


4
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 5

BAB III METODE PENELITIAN ……..……………………………………………. 9

3.1 Waktu dan tempat..…………………………………………………………. 9

3.2 Alat dan bahan ……………………………………………………………… 9

3.3 Prosedur …………………………………………………………………….. 10

BAB IV HASIL PENGAMATAN……...……………………………………………. 11

BAB V PEMBAHASAN………..…….……………………………………………… 14

BAB VI PENUTUP …………….……..…..…………………………………………. 18

6.1 Kesimpulan ……..…….……………………………………………………. 18

6.2 Saran .….……………..…………………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA….………..…….……………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode titrimetri atau disebut metode volumetri ditemukan oleh Gay-
Lussac pada tahun 1835. Sampai saat ini, metode titrimetri masih digunakan
karena merupakan metode yang tahan (rugged; tidak mudah terpengaruh oleh
perubahan lingkungan yang kecil), murah, dan mampu memberikan presisi
yang tinggi. Selain itu, keunggulan utamanya îalah tidak diperlukan standar
rujukan (reference standard), berbeda dengan metode instrumental yang
mengharuskan keberadaan bahan rujukan. Adapun, kekurangan metode
titrimetri ialah kurang spesifik dan kurang sensitif sehingga memerlukan
sampel dalam jumlah yang relatif banyak. Analisis titrirnetri melibatkan
pengukuran volume larutan baku yang bereaksi dengan analit secara akurat.
Dalam analisis titrimetri, sejumlah zat yang diselidiki (analit) direaksikan
dengan larutan baku (standar) yang kadar konsentrasinya telah diketahui
secara teliti, dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku tiap
mililiter atau tiap liternya berisi sejumlah berat ekuivalen senyawa baku.
Beratatau kadar analit dihitung dan volume larutan dan kesetaraan kimianya.
Kesetaraan kimia ini dapat diketahui daii persamaan reaksinya (Rohman,
2021).
Awalnya, metode titrimetri disebut metode volumetri, tetapi akhirnya
istilah titrimetri lebih sering digunakan karena dianggap lebih tepat
menggambarkan pengujian melalui prosedur titrasi. Dibandingkan dengan
istilah volumetri yang dapat menimbulkan kerancuan dengan pengukuran
volume lainnya seperti pengukuran colume pada gas. Titrimetri merupakan
salah satu jenis analisisis dalam kelompok analisis kuantitatif volumetri,
sehingga terdapat jenis analisisis lainnya dalam kelompok analisis volumetri
yang tidak hanya titrimetri. Satu set peralatan yang diperlukan untuk suatu
proses titrasi konvensional, minimal terdiri dari buret, erlenmayer, statif,
clamp, dan pemanas (Ethica, 2020).
Metode titrimetri merupakan metode kuantitatif dimana larutan baku
dan larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai
indikator dengan adanya perubahan warna dan campuran homogen
(Wibisono, 2018).
Metode titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui,yang diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan
(Ulfa, 2018).
Metode titrimetri adalah suatu metode volumetri yang paling umum
penggunaannya dalam ilmu kimia analitik, dilakukan dengan cara mengukur
volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti (larutan
standar) yang bereaksi secara kuantitatif mengikuti prinsip stoikiometri
dengan larutan yang ingin diketahui kadar atau konsentrasinya (larutan uji).
Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti atau diteliti
karena dibuat melalui rangkaian pelarutan zat standar yang sifatnya stabil,
ditimbang dengan hati-hati menggunalan neraca berketelitian tinggi
sehingga konsentrasina terukur dengan baik. Proses melakukan analisis
titrimetri disebut dengan titrasi (Ethica, 2020).
Garam merupakan salah satu sumber elektrolit tubuh serta
merupakan pelengkap dan kebutuhan pangan bagi manusia. Yodium
merupakan zat mineral mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang
berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid. Selain itu, yodium juga berguna
dalam proses metabolisme di dalam tubuh (Astutik, 2018).
Garam beryodium adalah garam konsumsi yang memiliki kandungan
yodim sebanyak 30 - 80 ppm. Takaran yang dianjurkan dianjurkan
mengonsumsi garam beryodium yaitu 6 – 10 gram / hari. Selain itu, mutu
garam beryodium yang memenuhi standar SNI adalah garam yang
mengandung kadar Natrium klorida minimal 94, 7% , kadar air maksimal 7%
, kadar Iodium minimal 30 mg/kg, kadar Logam timbal (Pb) maksimal 10
mg/kg, kadar Logam tembaga (Cu) maksimal 10 mg/kg, kadar Logam
air raksa (Hg) maksimal 0,1mg/kg, kadar Logam arsen (As) maksimal 0,1
mg/kg,kadar Logam Kalsium (Ca) maksimal 0,1%, kadar Kalium ferosianida
maksimal 5 mg/kg, kadar bahan tambahan makanan (anti kempa) maksimal
1,0% (Hartini, 2019).

1.2 Tujuan
1. Untuk menentukan kandungan garam iodium dengan menggunakan
metode titrimetri.
2. Untuk menghitung volume titrasi menggunakan rumus:Volume Titrasi
= Volume Akhir – Volume Awal

1.3 Prinsip Percobaan


1. Pembebasan iodin bebas dari garam
Penambahan H2SO4 membebaskan iodin bebas dari iodate dalam
sampel garam. KI berlebih ditambahkan untuk membantu melarutkan
iodine bebas yang cukup tidak larut dalam air murni di bawah kondisi
normal.
2. Titrasi iodine bebas dengan tiosulfat
Iodine bebas dikonsumsi oleh sodium tiosulfat pada tahap titrasi.
Jumlah tiosulfat yang digunakan proporsional(sesuai) dengan jumlah
iodin bebas yang dibebaskan dari garam. Pati ditambahkan sebagai
indikator eksternal (tidak langsung) dari reaksi ini dan bereaksi dengan
iodine bebas untuk menghasilkan warna biru. Ketika ditambahkan pada
akhir titrasi (ketika hanya sedikit iodin bebas yang tersisa) hilangnya
warna biru atau titik akhir, yang terjadi dengan titrasi lebih jauh,
mengindikasikan bahwa iodine bebas yang tersisa telah
dikonsumsi/digunakan oleh tiosulfat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Iodin atau Iodium berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu Iodes yang berarti
ungu, memiliki unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor
atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Iodin adalah
halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif.
Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitas nya dan lebih
elektropositif daripada iodin, tetapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk
mengkonfirmasikan hal ini (Amanati, 2019).
Garam iodium berasal dari persenyawaan zat air dan zat asam iodium, (HI)
atau persenyawaan iodium dengan senyawa bukan logam atau organik yang berasal
dari ion I. Empat senyawa anorganik yang digunakan sebagai sumber iodida,
tergantung pada produsen yaitu iodat kalium, kalium iodida, natrium iodat, dan
natrium iodida. Setiap senyawa ini memasok tubuh dengan yodium yang diperlukan
untuk biosintesis tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) oleh hormon kelenjar
tiroid. Iodium adalah suatu unsur bukan logam yang termasuk golongan
halogenida. Di dalam iodium terdapat sebagai iodium air laut, kalium iodat (KIO3)
dan tiroksin yaitu hormon yang dikeluarkan oleh therinoida. Iodium merupakan
bagian dari kelenjar tiroid, yakni tirosin dan tri-iodotirosin (Amanati, 2019).
Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tirokson
triiodotironin (T3) dan tetraioditironin (T4). Fungsi utama hormon- hormon ini
yaitu mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol
kecepatan setiap sel menggunakan oksigen (Sulastri, 2019). Mineral ini dibutuhkan
kelenjar tiroid yang berfungsi memproduksi hormon tiroid, dimana hormon tiroid
berfungsi memproduksi pembentukan sistem imun, perkembangan sistem saraf
pusat dan juga untuk perbaikan dan kesehatan tulang, dapat menjalankan fungsi
reproduksi, dan fungsi metabolisme tubuh secara umum (Pattola, 2020).
Pengaturan fungsi tiroid dikontrol setidaknya oleh 4 mekanisme.
Mekanisme pertama aksis hipotalamus hipofise-tiroid yaitu hipotalamus
mengeluarkan hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) yang akan memacu
sintesis dan pengeluaran thyroid stimulating hormone (TSH) dari pituitari anterior
dan akan memacu sekresi hormon pada kelenjar tiroid. Mekanisme kedua
deiodinasi dari hipofise dan jaringan yang dipengaruhi oleh efek dari hormon T4
dan T3. Mekanisme ketiga autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid
yang berhubungan dengan tersedianya iodium. Mekanisme keempat stimulasi atau
inhibisi fungsi tiroid oleh auto antibodi reseptor TSH. Hormon tiroid yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta beberapa efek fisiologi dalam tubuh (Kumorowulan, 2019).
Status iodium akan berpengaruh pada fungsi tiroid dimana indikator fungsi
tiroid antara lain yaitu TSH dan FT4. Hormon TSH merupakan indikator terbaik
untuk mendeteksi gejala hipotiroid primer. Penurunan hormon tiroid dalam darah
akan meningkatkan sekresi TSH oleh kelenjar hipofise dan sebaliknya peningkatan
hormon tiroid dalam darah akan menurunkan sekresi TSH. Kekurangan asupan
iodium akan menyebabkan sekresi TSH meningkat dan TSH akan menstimulasi
kelenjar tiroid menjadi hipertrofi dan hiperplasi. Hormon TSH merangsang semua
tahapan metabolisme iodida mulai dari peningkatan ambilan iodida dari sirkulasi,
transpor iodida hingga peningkatan iodine thyroglobuline dan peningkatan sekresi
hormon tiroid (Kumorowulan, 2019).
Kebutuhan yodium rata-rata tubuh manusia berdasarkan umur untuk bayi -
12 bulan yaitu 90-120 mg/hari, anak-anak yaitu 1-11 tahun yaitu 120-150 mg/hari,
orang dewasa dan remaja dengan rata-rata 120 mg/hari. Sedangkan, untuk ibu hamil
mencapai 220 mg/hari dan ibu menyusui dalam kisaran 250 mg/hari. Beberapa
bahan pangan mengandung zat yodium baik sumber dari hewan dan sejenisnya
maupun sumber dari tanaman berupa sayur dan buah, diantaranya rumput laut,
semua jenis produk susu danturunannya seperti keju, yogurt, roti tawar, ikan kod,
tuna, udang, kepiting, kerang, dan sebagainya (Pattola, 2020).
Biasanya tubuh manusia mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira 60 %
berada dalam kelenjar tiroid (kelenjar gondok) dan selebihnya tersebar didalam
jaringan-jaringan tubuh manusia terutama pada ovarium, otot, dan darah. Jumlah
iodium yang ditambahkan kedalam garam dapat berkisarantara 0,5-10 bagian dalam
10.000 bagian garam. Iodium yang ditambahkan biasanya dalam bentuk kalium
iodida (0,005- 0,01 % dalam garam). Karena biasanya konsumsi garam setiap hari
rata-rata 5-15 gram, jumlah iodium yang terkonsumsi berkisar dari 380-1.140 µg
(Amanati, 2019).
Jumlah konsumsi iodium yang lebih dari 1.000 µg tidak akan
membahayakan tubuh. Iodium dianggap berlebihan apabila jumlahnya melebihi
jumlah yang diperlukan untuk sintesis hormon secara fisiologis. Syarat mutlak
terjadinya iodium yang berlebihan adalah dimakannya iodium dalam dosis yang
cukup besar dan kontiniu. Apabila iodium diberikan dalam dosis besar maka akan
menyebabkan terjadinya inhibisi hormogenitas khususnya iodisasi tironin. Tetapi
pemberian dalam jangka waktu yang cukup lama akan menyebabkan terjadi escape
yaitu beradaptasi terhadap hambatan sehingga mengalami inhibisi hormogenitas
dan pada akhirnya akan terjadi gondok (Amanati, 2019).
Akibat kekurangan iodium dapat menyebabkan konsentrasi hormon tiroid
menurun dan hormon perangsang-tiroid/ TSH meningkat agar kelenjar tiroid
mampu meneyrap lebih banyak iodium. Bila kekurangan terus berlanjut, sel
kelenjar tiroid membesar akibat meningkatkan pengambilan iodium oleh kelenjar
tersebut. Pembesaran ini menampakkan gondok sederhana dan terdapat secara
meluas di suatu daerah dinamakan gondok endemik, dengan gejala kretenisme
(cebol). Suplemen iodium dalam dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam keadaan
berat, hal ini dapat menutup jalannya pernapasan sehingga menimbulkan sesak
(Amanati, 2019).
Selain berupa pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, mudah mengantuk,
detak jantung lemah, malas dan apatis, kekurangan yodium pada ibu hamil
mempunyai resiko terjadinya abortus. Lahir mati sampai cacat bawaan pada bayi
yang lahir berupa gangguan perkembangan saraf, mental, dan cacat fisik yang
disebut kretin. Semua gangguan ini dapatberakibat pada rendahnya prestasi belajar
anak usia sekolah (Pattola, 2020).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Senin, 22 Februari 2021/10.00 WITA – Selesai
Tempat: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
1. Gelas beker
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Pipet Volume
5. Buret
6. Timbangan
b. Bahan
1. Garam Talise 10 g
2. Garam Kapal 10 g
3. Garam Revina 10 g
4. Aquades
5. Asam Sulfat 2 N
6. Kalium Iodida 10 %
7. Natrium tiosulfat 0,005 m
8. Larutan pati
3.3 Prosedur
a. Setiap jenis garam yang digunakan sebanyak 10 g diukur dengan
menggunakan timbangan digital, setelah itu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
b. Setiap garam dilarutkan dengan menggunakan aquades sebanyak30
Ml
c. Setiap larutan garam ditambahkan 20 ml aquades
d. Larutan garam ditambahkan dengan asam sulfat 2 N sebayak 1 ml
e. Kalium Iodida 10 % sebanyak 5 mL ditambahkan disetiap larutan
garam
f. Erlenmeyer ditutup dan disimpan pada ruangan atau tempat gelap
selama 10 menit
g. Larutan dititrasi dengan larutan sodium tiosulfat hingga warna
menjadi kuning pucat
h. Kemudian, sebanyak 2 mL larutan pati diambahkan, warna akan
berubah menjadi ungu tua
i. Titrasi dilanjutkan hingga warna menghilang

1
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Gelas beker
2. Labu Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Pipet ukur
5. Pipet volume
6. Timbangan digital
7. Buret
3.2 Bahan
1. 3 jenis garam
2. Aquades
3. Asam Sulat 2N
4. Kalium iodide 10%
5. Natrium tiosulfat 0,005 m
3.3 Prosedur
1. Jenis garam diukur sebanyak 10 gram dengan menggunakan timbangan
digital
2. Lalu, masukkan ke Erlenmeyer
3. Aquades dita,bahkan pada setiap tabung berisi garam sebanyak 30 mL
4. Setiap jenis garam ditambahkan 20 mL aquades
5. Setiap tabung larutan garam ditambahkan asam sulfat 2N sebanyak 1 mL
6. Setiap tabung larutan garam ditambahkan larutan kalium iodide 10%
sebanyak 5 mL
7. Lalu, diinkubasi selama 10 menit
8. Lalu, di titrasi dengan Na2S2O3 hingga kuning pucat
9. Tambahkan pati sebanyak 2mL pada setiap larutan garam
10. Lalu, dititrasi kembali hingga warna menjadi jernih/hilang

2
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
No. Sampel Hasil Interpretasi Hasil Gambar
Pengamatan
1. Garam A Tidak terjadi Negative (-) Tidak
perubahan terjadinya
warna setelah perubahan warna
dititrasi dengan setelah
larutan sodium penambahan
tiosulfat larutan KI tidak
berubah menjadi
kuning, yang
menandakan tidak
terdapat adanya
iodin
2. Garam B Terjadi Negatif (-) yang
perubahan menandakan tidak
warna menjadi adanya protein
ungu setelah yang bereaksi
dititrasi dengan dengan ion Cu2+
larutan sodium
tiosulfat

3
3. Garam C Terjadinya Negatif (-) yang
perubahan menandakan tidak
warna menjadi adanya protein
ungu setelah protein yang
penambahan bereaksi dengan
pati, dan dilanjut ion Cu2+
dengan dititrasi
sodium tiosulfat
Perhitungan :

1. Garam A
Tidak dilakukan titrasi dikarenakan tidak mengandung iodin sehingga
pada saat penambahan KI tidak terbentuk warna kuning.
2. Garam B
Volume awal : 15 mL
Volume akhir : 20,2 mL
Volume titrasi : 5,2 mL (55,0 ppm)
3. Garam C
Volume awal : 15 mL
Volume akhir : 16 mL
Volume titrasi : 1 mL (10,6 ppm)

4
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum titrasi iodimetri reaksi yang muncul itu pada garam A di
saat penambahan H₂SO₄ dan kalium iodida tidak terjadi perubahan warna
dikarenakan garam tidak mengandung iodin begitu pula saat dititrasi menggunakan
sodium tiosulfat tidak terjadi perubahan warna dikarenakan tidak ada iodin bebas
yang dapat diikat oleh tiosulfat. Pada garam B reaksi yang muncul di saat
penambahan H₂SO₄ dan kalium iodida terjadi perubahan warna dikarenakan
terjadinya pembebasan iodin bebas dari kompleks garam sehingga mengakibatkan
timbulnya warna kuning pada larutan setelah itu di saat penambahan larutan
tiosulfat warna kuning sedikit demi sedikit mulai memudar,setelah itu dilakukan
penambahan Pati kimia yang mengakibatkan perubahan warna pada ada larutan
menjadi warna ungu tua hal ini disebabkan pati digunakan sebagai indikator
eksternal yang kemudian akan memudahkan di saat proses titrasi tahap kedua
dimana di saat melakukan titrasi kita dapat melihat lebih muda warna ungu gelap
yang akan menghilang seiring dengan penambahan sodium thiosulfate.
Metode titrimetric dilakukan untuk menentukan kandungan garam iodium.
Pengukuran ini dilakukan dengan titrasi iodometri, yaitu metode analisis kimia
kuantitatif yang umum dilakukan untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit
yang sudah diketahui juga analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dengan
menganalisis perubahan valensi dari bahan- bahan yang bereaksi. Reaktan yang
mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah bahan pereduksi, dan
dapat diidentifikasi dari persamaan untuk reaksi dimana atom reaktan dikonversi
ketingkat yang lebih tinggi.
Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan iodium yang
dibutukahn oleh tubuh untuk kecerdasan dan pertumbuhan. Garam beriodium yang
dikonsumsi harus memenuhu standar nasional, yaitu mengandung sekitar 30-80
ppm. Iodium termasuk dalam zat esensial bagi tubuh. Iodium adalah jenis elemen
mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia
tetapi sebnarnya tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti zat-zat gizi lainnya,

5
zat ini juga tidak dapat diproduksi dari dalam tubuh tetapi harus didapatkan dari
luar tubuh melalui penyerapan iodiuum yang terkandung dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Jumlah iodium yang berlebih pada tubuh dapat
mengakibatkan terjadinya inhibisi homogenitas dan kekurangan iodium juga akan
menyebabkan penyakit gondok. Selain kelebihan iodium, kekurangan iodium juga
dapat menyebabkan penyakit gondok karena kelenjar tiroid membesar dan produksi
hormone rendah.
Dalam praktikum kali ini, dilakukan dua tahap mekanisme reaksi, yaitu
pembebasan iodin bebas dari garam dan titrasi iodin bebas dengan larutan tiosulfat.
Pada pembebasan iodin bebas, dilakukan penambahan H2SO4 yang berfungsi
untuk membebaskan iodin bebas dari iodate dalam sampel garam dan juga
digunakan larutan Kl yang berlebih yang berfungsi untuk membantu melarutkan
iodin bebas yang cukup tidak larut dalam air murni di bawah kondisi normal.
Mekanisme yang kedua, yaitu titrasi iodin bebas dengan larutan tiosulfat. Saat
proses titrasi terjadi iodin bebas akan dikonsumsi atau dimakan oleh sodium
iosulfat. Jumlah sodium tiosulfat yang digunakan harus proporsional ataupun sesuai
dengan jumlah iodin yang akan dibebaskan dari garam. Larutan pati juga akan
ditambahkan sebagai indicator warna eksternal (tidak langsung) dari reaksi ini yang
akan bereaksi dengan iodine bebas dan menghasilkan warna biru. Ketika larutan
pati ditambahkan pada akhir titrasi, yaitu ketika hanya tersisa sedikit iodine bebas
yang merupakan titik akhir atau hilangnya warna biru yang mengindikasika bawha
iodin bebas yang tersisa tersebut telah dikonsumsi atau digunakan oleh tosulfat.
Penambahan pati dilakukan ketika larutan berwarna kuning pucat. Diperhatikan
juga mengenai kondisi ruangan yang harus di bawah 30˚C karena iodin merupakan
zat yang mudah menguap.
Praktikum dimulai dengan menyiapkan tiga buah Erlenmeyer yang masing-
masing terisi dengan jenis garam yang berbeda-beda, yaitu garam A yang diisi pada
Erlenmeyer pertama, garam B yang diisi pada Erlenmeyer B, dan garam C yang
diisi pada Erlenmeyer C. Selanjutnya akan dilakukan penambahan larutan pada
masing-masing Erlenmeyer.

6
Pada Erlenmeyer pertama yang berisikan garam A akan dilarutkan sebanyak
50 ml aquades, 1 ml 2N H2SO4 , dan 5 ml 10% kL. Campuran larutan akan tidak
terjadi perubahan warna ketika ditambahkan dengan 5 ml 10% kL yang sebenarnya
berfungsi sebagai indicator warna, karena garam yang digunakan hanya
mengandung sedikit ataupun sama sekali tidak mengandung iodium.
Erlenmeyer kedua yang berisikan garam B akan dilarutkan sebanyak 50 ml
aquades, 1 ml 2N H2SO4 , dan 5 ml 10% kL. Berbeda dengan reaksi yang terjadi
pada Erlenmeyer pertama, setelah ditambahkan 5 ml 10% kL, garam pada
Erlenmeyer kedua mengalami perubahan warna menjadi kuning yang
mengindikasikan bahwa garam B mengandung iodium. Selanjutnya, dilakukan
inkubasi, ditutup, dan didiamkan pada ruangan gelap selama kurang lebih 10 menit.
Selanjutnya dilakukan titrasi pada sodium tiosulfat sampai warna larutan berubah
menjadi kuning pucat. Setelah itu, ditambahkan larutan pati sebanyak 2 ml hingga
larutan berubah warna menjadi ungu dan menghilang. Perubahan warna pada titrasi
tiosulfat ini mengindikasikan bahwa sodium tiosulfat mengonsumsi atau memakan
iodin bebas yang ada dan warna ungu yang muncul mengindikasikan adanya reaksi
antara laruan pati (sebagai indicator) dengan iodin bebas.
Selanjutnya, yaitu Erlenmeyer ketiga, yang berisikan garam C (garam garam
revina) juga diberi perlakuan yang sama dengan Erlenmeyer sebelumnya.
Dilarutkan sebanyak 50 ml aquades, 1 ml 2N H2SO4 , dan 5 ml 10% kL. Berbeda
dengan reaksi yang terjadi pada Erlenmeyer pertama, setelah ditambahkan 5 ml
10% kL, garam pada Erlenmeyer kedua mengalami perubahan warna menjadi
kuning yang mengindikasikan bahwa garam B mengandung iodium. Selanjutnya,
dilakukan inkubasi, ditutup, dan didiamkan pada ruangan gelap selama kurang lebih
10 menit. Selanjutnya dilakukan titrasi pada sodium tiosulfat sampai warna larutan
berubah menjadi kuning pucat. Setelah itu, ditambahkan larutan pati sebanyak 2 ml
hingga larutan berubah warna menjadi ungu dan menghilang.
Terakhir dalam praktikum ini, yaitu dilakukan perhitungan dari Erlenmeyer
A, B, dan C. Masing-masing garam mendapatkan volume akhir titrasi yang
berbeda-beda, yaitu garam A tidak dilakukan titrasi dikarenakan pada saat
penambahan KI tidak berubah menjadi warna kuning, yang berarti tidak terdapat

7
adanya iodin di dalam garam A. Garam B dengan volume akhir 5,2 mL yang berarti
garam A telah membebaskan sebanyak 55,0 ppm iodium. Garam C dengan volume
akhir 1 mL yang berarti membebaskan 10,6 ppm iodium.

8
BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Metode titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan
ditetapkan.
2. Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormontirokson
triiodotironin (T3) dan tetraioditironin (T4). Fungsi utama hormon-
hormon ini yaitu mengatur pertumbuhan dan perkembangan.
3. Garam iodium berasal dari persenyawaan zat air dan zat asam iodium,
(HI) atau persenyawaan iodium dengan senyawa bukan logam atau
organik yang berasal dari ion I.
4. Kebutuhan yodium rata-rata tubuh manusia berdasarkan umur untuk bayi
-12 bulan yaitu 90-120 mg/hari, anak-anak yaitu 1-11 tahun yaitu 120-
150 mg/hari, orang dewasa dan remaja dengan rata-rata 120 mg/hari.
Sedangkan, untuk ibu hamil mencapai 220 mg/hari dan ibu menyusui
dalam kisaran 250 mg/hari.
5. Akibat kekurangan iodium dapat menyebabkan konsentrasi hormon
tiroid menurun dan hormon perangsang-tiroid/ TSH meningkat agar
kelenjar tiroid mampu meneyrap lebih banyak iodium.
6. Dari hasil yang didapatkan pada praktikum, diketahui garam A
mendapatkan volume akhir titrasi yaitu 1 mL. Garam B mendapatkan
volume akhir titrasi yaitu 3,4 mL. Dan garam C mendapatkan volume
akhir titrasi yaitu 6,4 mL.
7. Garam talise (A) tidak mengalami perubahan warna yangmenandakan
pada sampel ini tidak mengandung iodium.
8. Garam kapal (B) dan garam revina (C) mengalami perubahanwarna
yang menandakan adanya kandungan iodium

9
6.2 Saran
Praktikum ini telah berjalan cukup baik, tetapi masih perlu
ditambahkan alat praktikum yang belum ada seperti mikropipet.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amanati, L. 2019. Karakteristik Kandungan KIO3 Pada Garam Konsumsi


Beryodium Yang Beredar Di Kota Blitar. Jurnal Teknologi Proses dan
Inovasi Industri. Vol 2 (2): 67-70. Viewed On 23 Maret 2023. From:
ejournal.kemenperin.go.id

Astutik, V. Y. 2018. Tingkat Pengetahuan, Pola Kebiasaa Lingkungan Hidup


Berhubungan dengan Motivasi Ibu dalam Memilih Kondisi Garam. Jurnal
Care. Vol 5 (2): 220-221. Viewed on 23 Maret 2023. From:
jurnal.unitri.ac.id

Ethica, S. N. 2020. Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi Laboratorium


Medis. Ed. 1: 146-147. Yogyakarta: Deepublish.

Hartini, D., Sartono, A., Mufnaetty. 2019. Kualitas dan Cara Pengelolaan Garam
Iodium Keluarga. Jurnal Unimus. Vol 8 (1): 18-19. Viewed on 23 Maret
2023. From: jurnal.unimus.ac.id

Kumorowulan, S., Wahyuningrum, S. N., Kusniri, I. 2019. Hubungan Status


Iodium dengan Fungsi Tiroid di Kota Yogyakarta, Kabupaten Purworejo,
dan Kota Bukittinggi. Media Gizi Mikro Indonesia. Vol 11 (1). Viewed On
23 Maret 2023. From: ejournal2.litbang.kemkes.go.id

Pattola., Nur, A., Atmadja, T. F. A. 2020. Gizi Kesehatan dan Penyakit. Medan:
Kita Menulis
Rohman, A., dkk. 2021. Analisis Obat Secara Volumetri. Ed. 1: 1-19.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ulfa, A. M. 2018. Analisa Kadar Tablet Antasida di Beberapa Apotek KotaBandar

11
Lampung secara Alkalimetri. Jurnal Kebidanan. Vol 2 (1): 1-6. Viewed
on 23 Maret 2023. From: ejurnalmalahayati.ac.id

Wibisono, I. C. 2018. Penetapan Kadar Surfaktan Anionik pada Deterjen Cuci Cair
Secara Metode Titrimetri. Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. Vol 2 (2):
27-29. Viewed on 23 Maret 2023. From: jurnal.radenfatah.ac.id

12
13
14
15

You might also like