Professional Documents
Culture Documents
Tuturan Depresif Fajar Sad Boy Pada Podcast Opra Entertaiment: Sebuah Kajian Psikolinguistik
Tuturan Depresif Fajar Sad Boy Pada Podcast Opra Entertaiment: Sebuah Kajian Psikolinguistik
Irwan Suswandi
Email : irwan.suswandi11@gmail.com, Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi,
Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Kapas No.9, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55166
This scientific article discusses cognitive language disorders with a focus on the study of
Article history depressive language disorders. The researcher also discusses issues related to depression
Received such as defining depression from various points of view, speech characteristics of people
Revised
Accepted
with depression, etc. The purpose of this study is to find out the characteristics of
depressive speech and how to overcome them. The research method used is descriptive
method with a qualitative approach to the data source of Fajar Sadboy's speech in the
OPRA Entertainment podcast video. Data collection uses the conversational engagement-
Keywords free listening technique or the SBLC technique. The note-taking technique is used as an
Depression advanced technique from the SBLC technique. The results of the analysis show unclear
Language error sound and language systems, confusion in sentence structure, changes in suprasegmental
Teenage
elements in the form of changes in pitch, stress, and pauses in speech as well as
depressing verbal bulk loads.
Artikel ilmiah ini membahas gangguan berbahasa kognitif dengan fokus kajian gangguan
Article history berbahasa depresi. Peneliti juga membahas masalah berkaitan dengan depresi seperti
Received define depresi dari berbagai sudut pandang, karakteristik tuturan pada penderita depresi,
Revised
Accepted
dsb. Tujuan dari penelitian ini adalah unuk mengetahui karakteristik tuturan depresif dan
bagaimana cara menanggulanginya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap sumber data tuturan Fajar Sadboy
Keywords
dalam video podcast OPRA Entertaiment. Pengumpulan data menggunakan teknik simak
Depresi bebas libat cakap atau teknik SBLC. Teknik catat digunakan sebagai teknik lanjutan dari
Gangguan berbahasa teknik SBLC. Hasil analisis menunjukkan ketidakjelasan sistem bunyi dan bahasa,
Remaja kerancuan struktur kalimat, perubahan unsur suprasegmental berupa perubahan nada,
tekanan, dan jeda dalam tuturan serta dan muatan curah verbal yang menyedihkan.
PENDAHULUAN
METODE
PEMBAHASAN
Profil Fajar Sadboy
Fajar Sadboy – remaja15 tahun asal Gorontalo yang viral karena video curahan
hatinya tersebar di aplikasi sosial media Tiktok. Nama lengkap Fajar Sadboy adalah Fajar
Labatjo. Ia lahir di Suwawa, 31 Mei 2007. Fajar adalah buah hati pasangan Erol Labatjo dan
Rahmiyati Humalo. Fajar memiliki 2 orang kakak dan 1 orang adik. Ia viral karena menangisi
perempuan (kekasih) yang pergi meninggalkannya. Kemudian, ia mendapat julukan
“sadboy”. Karena video viralnya tersebut, Fajar kini diundang ke berbagai acara di stasiun
televisi maupun podcast Youtube.
Remaja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), remaja berarti mulai dewasa, sudah
sampai umur untuk kawin, muda, dan pemuda. Dewasa ini, sulit untuk menemukan atau
menetapkan definisi remaja yang sesungguhnya. Seseorang yang berusia 17 tahun dapat
dikatakan sebagai remaja atau bukan remaja tergantung pada kondisi sosial, politik, ekonomi,
dan budaya yang menyertainya. Konsep “remaja” berasal dari studi ilmu sosial seperti
sosiologi. Konsep ini dinilai cukup baru karena muncul setelah era industrialisasi di negara-
negara maju. Oleh karena itu, istilah remaja jarang ditemui dalam berbagai undang-undang di
berbagai negara. di Indonesia, undang-undang hanya mengenal istilah anak-anak dan dewasa.
Namun, dalam Undang-Undang Perkawinan, istilah ini samar dimunculkan. Usia minimal
kawin untuk perempuan adalah 26 tahun, sedangkan laki-laki adalah 19 tahun (Pasal 7 UU
No.1/1974 tentang Perkawinan). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
orang di atas usai tersebut bukanlah anak-anak karena telah diperbolehkan untuk kawin.
Berdasarkan sudut perkembangan fisik, remaja merupakan suatu tahap perkembangan fisik –
alat kelamin manusia mencapai kematangan.
WHO (1974) mengemukakan definisi remaja melalui 3 kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Muangman dalam Sarwono (2013: 12) menjabarkan ketiga
kriteria remaja menurut WHO, sbb.
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual
2) Individu mengalami perkembangan psikologi sdan pola identifikasi dari kanak-kanank
menjadi dewasa
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relative lebih mandiri
Di Indonesia, konsep remaja merupakan orang yang berada di usia 11-24 tahun dan
belum menikah dengan pertimbangan, sbb.
1) Usia 11 tahun merupakan usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik)
2) Di masyarakat Indonesia umumnya, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik
menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka
sebagai anak-anak (kriteria sosial)
3) Pada usia tersebut, mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya
puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologi)
4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi
mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi, belum bisa
memberikan pendapat sendiri dsb.
5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan
sangta penting di masyrakaat kita pada umumnya. Seseorang yang sudah menikah pada
usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara
hukum maupun kehidupan masyarakat dan keluarga (Sarwono, 2013: 18)
Gangguan Berbahasa
Depresi
Depresi adalah gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan perasaan kesedihan
yang mendalam, kehilangan minat dan mudah lelah, disertai gejala gangguan konsentrasi,
gangguan tidur, kesulitan untuk mengambil keputusan, gangguan makan dan pada kasus berat
beresiko untuk percobaan bunuh diri (Setiawati, 2016: 11). Depresi dan ganguan suasana hati
berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar di dunia (Slavich dan Irwin dalam Rosyanti
dan Hadi, 2018: 1). Faktor yang melatabelakangi depresi sangat beragam meliputi faktor
genetika, lingkungan, psikologis, dan biologis. Interaksi dari maladaptive saraf, penolakan
sosial, psikologis, dan fisiologis dengan faktor kerentanan lainnya akann meningkatkan
seseorang terkena depresi. Gejala utama depresi meliputi kurangnya antusiame, kesedihan,
perasaan bersalah, rendah diri, dan gangguan tidru yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
(Rosyanti dan Hadi, 2018: 34). Kesedihan, perasaan bersalah, dan rendah diri penderita
depresif dapat direfleksikan melalui tindak laku dan tindak tuturnya. Tindak tutur akan
berpengaruh pada kualitas komunikasi penderita. Tak jarang, penderita depresif mengalami
gangguan berbahasa seperti struktur kalimat yang tidak lengkap, kekaburan makna,
pembicaraan yang berulang-ulang, dsb. Tuturan pada penderita depresif akan lebih lanjut
dibahas pada sub bab berikutnya.
Data 1
“Chat saya ga dibalas cuma diaja”
Berdasarkan kutipan di atas, kata “diaja” adalah bukti ketidakjelasan sistem bunyi dan
bahasa. Penulis merumuskan 2 kemungkinan: (1) “diaja” sebenarnya frasa yang terdiri
atas kata “di” dan “aja” yang dituturkan secara tepat tanpa jeda antarkata; (2) “diaja”
adalah kata dasar. Namun, kata “diaja” tidak memiliki makna apa pun. Kemungkinan
yang paling mendekati adalah poin (1). Namun, terdapat selip lidah atau konstruksi kata
dan bunyi kata “di”. Hal ini mempengaruhi keseluruhan makna kalimat. Seharusnya, yang
dituturkan adalah frasa “d aja” yang artinya delivered, sebuah istilah pada sistem chat
yang menandakan pesan sudah terkirim, tetapi belum dibaca. Dengan demikian, tuturan di
atas bermakna “ia sudah chat, tetapi tidak dibalas, hanya delivered atau terkirim saja.
Data 2
“Cewe saya saya sudah sayang banget.”
Berdasarkan kutipan di atas, terdapat konstruksi kalimat yang terbalik, yaitu OSP
(objek-subjek-predikat). “cewe saya” menempati fungsi objek, “saya” menempati fungsi
predikat, dan “sudah sayang banget” menempati fungsi predikat. Kekacauan pikiran
membuat kalimat yang diproduksi kacau pula. Pembenaran dari kalimat tersebut, yaitu
“Saya sudah sayang banget cewe saya.”
Data 3
“Saya punya pacar punya teman dekat. Itu temanya dekat juga yang saya pacarin.”
Data 4
Data 5
“Kalau dihitung mantan, saya ini termasuk lelaki fuck, fuckboy!”
Data 6
“Dia yang saya sayang, kenapa saya yang jadi tamu undangan?”
Kutipan di atas menunjukkan curah verbal kesedihan berupa rasa kekecewaan kepada
mantan pacarnya. Fajar Sadboy merasa dialah yang menyayangi dan pantas untuk berada
di posisi terkasih. Namun, ia justru dianggap sebagai orang asing.
Data 7
“Ya, jika pilihan dia tepat bagi dia memilih cowo yang lain, yang glowing, deh. Saya kan
SD, Sadar Diri.”
Data 8
“Saya belum siap, saya masih trauma dengan ucapan wanita, gitu.”
Kutipan di atas menunjukkan tuturan depresi berupa trauma akan kejadian yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini, Fajar Sadboy mengalami putus cinta karena kekasih
berselingkuh atau mendua dengan laki-laki lain. Ucapan-ucapan wanita tersebut membuat
Fajar trauma untuk memulai percintaan lagi.
Data 9
“Soalnya putus sama cewek dulu hampir bunuh diri gitu hampir jatuh dari jembatan.”
Kutipan di atas menunjukkan curah verbal pengutukan diri. Saat putus cinta, Fajar
merasa dirinya tak lagi berharga, ia tak lagi pantas untuk hidup. Oleh karena itu, ia
memutuskan untuk bunuh diri jatuh dari jembatan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, S. (2016). PSIKOLINGUISTIK: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia
(2nd ed.). Jakarta, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Fajar Sadboy: “Percuma Cantik kalau B*bir SCTV, Satu untuk Semua!!” (2022, Desember
30). Retrieved January 16, 2023, from https://youtube.be/F9n1vHR9lXg
Hadi, I., F., Devianty, R., & Rosyanti, L. (2017). GANGGUAN DEPRESI MAYOR
(MAYOR DEPRESSIVE DISORDER) MINI REVIEW. Health Information: Jurnal
Penelitian, 9(1), 25-28. Retrieved January 25, 2023, from
https://media.neliti.com/media/publications/296600-gangguan-depresi-mayor-mayor-
depressive-d351d054.pdf
Indah, R. N. (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar (III). Malang, Indonesia: UIN-
Maliki Press. Retrieved January 25, 2023, from
http://repository.uin-malang.ac.id/1296/6/1296.pdf
Nanda, E. (2022, December 27). Biodata dan Profil Fajar Sad Boy, Viral Gara-gara Putus
Cinta. Retrieved January 25, 2023, from
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/biodata-dan-profil-fajar-
sad-boy?page=all
Pamungkas, G. A. (2019). GANGGUAN PRODUKSI DAN KOMPREHENSIF UJARAN
PADA PENDERITA DEPRESI. SENASBASA, 3(2), 381-388. Retrieved January 25,
2023, from http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA/article/view/3190
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2018). Memahami Gangguan Depresi Mayor (Mayor Depressive
Disosder): Pendektaan Psikoneuroimunologi; Kajian Sitokin, Trypthopan dan HPA-
Aksis. Kendari, Indonesia: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari. Retrieved January