Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

MIMESIS

VOL. . No. , 2023

ANALISIS TUTURAN DEPRESIF FAJAR SADBOY DALAM VIDEO PODCAST OPRA


ENTERTAIMENT: SEBUAH KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Novita Aulia Rahmah


Email : novita2000025098@webmail.uad.ac.id, Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Budaya, dan
Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Kapas No.9, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55166

Irwan Suswandi
Email : irwan.suswandi11@gmail.com, Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi,
Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Kapas No.9, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55166

ARTICLE INFO ABSTRACT

This scientific article discusses cognitive language disorders with a focus on the study of
Article history depressive language disorders. The researcher also discusses issues related to depression
Received such as defining depression from various points of view, speech characteristics of people
Revised
Accepted
with depression, etc. The purpose of this study is to find out the characteristics of
depressive speech and how to overcome them. The research method used is descriptive
method with a qualitative approach to the data source of Fajar Sadboy's speech in the
OPRA Entertainment podcast video. Data collection uses the conversational engagement-
Keywords free listening technique or the SBLC technique. The note-taking technique is used as an
Depression advanced technique from the SBLC technique. The results of the analysis show unclear
Language error sound and language systems, confusion in sentence structure, changes in suprasegmental
Teenage
elements in the form of changes in pitch, stress, and pauses in speech as well as
depressing verbal bulk loads.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Artikel ilmiah ini membahas gangguan berbahasa kognitif dengan fokus kajian gangguan
Article history berbahasa depresi. Peneliti juga membahas masalah berkaitan dengan depresi seperti
Received define depresi dari berbagai sudut pandang, karakteristik tuturan pada penderita depresi,
Revised
Accepted
dsb. Tujuan dari penelitian ini adalah unuk mengetahui karakteristik tuturan depresif dan
bagaimana cara menanggulanginya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap sumber data tuturan Fajar Sadboy
Keywords
dalam video podcast OPRA Entertaiment. Pengumpulan data menggunakan teknik simak
Depresi bebas libat cakap atau teknik SBLC. Teknik catat digunakan sebagai teknik lanjutan dari
Gangguan berbahasa teknik SBLC. Hasil analisis menunjukkan ketidakjelasan sistem bunyi dan bahasa,
Remaja kerancuan struktur kalimat, perubahan unsur suprasegmental berupa perubahan nada,
tekanan, dan jeda dalam tuturan serta dan muatan curah verbal yang menyedihkan.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

PENDAHULUAN

VOL. . No. , 2023 hlm. 1


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

Depresi adalah masalah kesehatan yang hangat diperbincangkan di berbagai belahan


dunia. Depresi dan ganguan suasana hati berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar di
dunia (Slavich dan Irwin dalam Rosyanti dan Hadi, 2018: 1). Depresi adalah gangguan
suasana hati yang ditandai dengan kesedihan yang mendalam hingga tahap keinginan untuk
bunuh diri. Banyak hal yang menyebabkan seseorang terkena depresi seperti kehilangan hal
yang dicintai baik keluarga, kerabat, sahabat, hewan peliharaan, benda kesayangan hingga
pekerjaan. Depresi juga bisa disebabkan oleh faktor genetika, lingkungan, psikologis, dan
biologis. Siapa pun dapat mengalami depresi. Namun, remaja adalah tahap perkembangan
yang paling rentan terkena depresi.
Remaja adalah orang yang berada di antara usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Remaja rentan depresi karena masa pubertas membuat remaja merasa kebingungan. Ia berada
di masa transisi, antara anak-anak dan dewasa. Dalam masa transisinya, remaja akan
mengalami perkembangan psikis atau mental dan fisik. Perkembangan fisik berupa
meningkat dan aktifnya hormon-hormon reproduksi sehingga perempuan akan mengalami
menstruasi dan laki-laki akan mengalami mimpi basah. Menstruasi dan mimpi basah
dianggap sebagai penanda akil balig. Selain perkembangan fisik, remaja juga mengalami
perkembangan psikis atau psikologis. Sarwono dalam Psikologi Remaja (2013) menjelaskan
lima tahapan perkembangan psikologis remaja, di antaranya (1) pembentukan konsep diri; (2)
perkembangan intelegensi; (3) perkembangan peran sosial; (4) perkembangan peran gender;
dan (5) perkembangan moral dan religi. Hal-hal yang terjadi begitu cepat membuat remaja
kesulitan untuk beradaptasi hingga berujung depresi. Gejala-gejala depresi yang dapat
diidentifikasi pada remaja meliputi perasaan sedih yang berkepanjangan, sensitif, gejolak
emosi, sulit berkonsentrasi, kesulitan mengingat, melamun, menyendiri hingga halusinasi.
Gejala-gejala depresi berkaitan erat dengan fungsi kognisi. Kognisi adalah proses
memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb.) atau usaha mengenahi sesuatu
melalui pengalaman sendiri. Proses produksi dan komprehensif bahasa termasuk dalam
fungsi kognisi. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami depresi akan mengalami kesulitan
berbahasa, baik ujaran maupun pemahaman. Banyak ditemukan kasus penderita depresi
dengan tuturan yang asal, bebas, tak terikat kaidah, dan melantur atau menyimpang. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sebagai penyakit mental atau
kejiwaan, depresi juga termasuk ke dalam gangguan berbahasa secara kognitif.
Gangguan berbahasa secara kognitif berupa gangguan depresi menjadi fokus utama
dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan tuturan Fajar Sadboy dalam video podcast
berjudul “Fajar Sadboy: Percuma Cantik kalau B*Bir Sctv, Satu untuk Semua” yang
diunggah di kanal Youtube OPRA Entertaiment pada 30 Desember 2022 sebagai data
penelitian. Peneliti menggunakan sumber data tersebut karena masalah kesehatan mental
pada remaja menjadi hal ikhwal untuk dikaji pada masa kini. Kesehatan mental khususnya
pada remaja perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja adalah generasi
penerus bangsa. Ada pun masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah konsep remaja,
perkembangan psikologis remaja, ganggaun mental depresi, gangguan berbahasa, dan
bagaimana ciri atau karakteristik tuturan depresif. Tujuan yang hendak dicapai adalah
pemahaman mengenai konsep remaja, tahapan perkembangan psikologis remaja, karakteristik
tuturan depresif, dan pentingnya kesehatan mental.

METODE

VOL. . No. , 2023 hlm. 2


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap


sumber data tuturan Fajar Sadboy dalam video podcast berjudul “Fajar Sadboy: Percuma
Cantik kalau B*Bir Sctv, Satu untuk Semua” yang diunggah di kanal Youtube OPRA
Entertaiment pada 30 Desember 2022. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan
metode simak dengan teknik sadap. Peneliti tidak terlibat langsung dalam pertuturan sehingga
teknik yang yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC. Teknik
catat digunakan sebagai teknik lanjutan dari teknik SBLC. Data dicatat pada kartu data.
Selanjutnya, peneliti menggunakan metode Padan Ekstralingual untuk menghubungkan
masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Dalam hal ini, metode Padan
Ekstralingual digunakan untuk menghubungkan masalah bahasa dengan masalah psikologis
remaja. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan tujuan agar kumpulan data yang
diperoleh dari hasil penelitian dapat bermakna atau meaningful. Terakhir, hasil analisis data
disajikan dengan metode penyajian informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa.

VOL. . No. , 2023 hlm. 3


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

PEMBAHASAN
Profil Fajar Sadboy
Fajar Sadboy – remaja15 tahun asal Gorontalo yang viral karena video curahan
hatinya tersebar di aplikasi sosial media Tiktok. Nama lengkap Fajar Sadboy adalah Fajar
Labatjo. Ia lahir di Suwawa, 31 Mei 2007. Fajar adalah buah hati pasangan Erol Labatjo dan
Rahmiyati Humalo. Fajar memiliki 2 orang kakak dan 1 orang adik. Ia viral karena menangisi
perempuan (kekasih) yang pergi meninggalkannya. Kemudian, ia mendapat julukan
“sadboy”. Karena video viralnya tersebut, Fajar kini diundang ke berbagai acara di stasiun
televisi maupun podcast Youtube.

Remaja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), remaja berarti mulai dewasa, sudah
sampai umur untuk kawin, muda, dan pemuda. Dewasa ini, sulit untuk menemukan atau
menetapkan definisi remaja yang sesungguhnya. Seseorang yang berusia 17 tahun dapat
dikatakan sebagai remaja atau bukan remaja tergantung pada kondisi sosial, politik, ekonomi,
dan budaya yang menyertainya. Konsep “remaja” berasal dari studi ilmu sosial seperti
sosiologi. Konsep ini dinilai cukup baru karena muncul setelah era industrialisasi di negara-
negara maju. Oleh karena itu, istilah remaja jarang ditemui dalam berbagai undang-undang di
berbagai negara. di Indonesia, undang-undang hanya mengenal istilah anak-anak dan dewasa.
Namun, dalam Undang-Undang Perkawinan, istilah ini samar dimunculkan. Usia minimal
kawin untuk perempuan adalah 26 tahun, sedangkan laki-laki adalah 19 tahun (Pasal 7 UU
No.1/1974 tentang Perkawinan). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
orang di atas usai tersebut bukanlah anak-anak karena telah diperbolehkan untuk kawin.
Berdasarkan sudut perkembangan fisik, remaja merupakan suatu tahap perkembangan fisik –
alat kelamin manusia mencapai kematangan.
WHO (1974) mengemukakan definisi remaja melalui 3 kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Muangman dalam Sarwono (2013: 12) menjabarkan ketiga
kriteria remaja menurut WHO, sbb.
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual
2) Individu mengalami perkembangan psikologi sdan pola identifikasi dari kanak-kanank
menjadi dewasa
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relative lebih mandiri
Di Indonesia, konsep remaja merupakan orang yang berada di usia 11-24 tahun dan
belum menikah dengan pertimbangan, sbb.
1) Usia 11 tahun merupakan usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik)
2) Di masyarakat Indonesia umumnya, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik
menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka
sebagai anak-anak (kriteria sosial)
3) Pada usia tersebut, mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya
puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologi)
4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi
mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua,
belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi, belum bisa
memberikan pendapat sendiri dsb.

VOL. . No. , 2023 hlm. 4


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan
sangta penting di masyrakaat kita pada umumnya. Seseorang yang sudah menikah pada
usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara
hukum maupun kehidupan masyarakat dan keluarga (Sarwono, 2013: 18)

Perkembangan Psikologis Remaja


Masa remaja adalah masa yang terpenting karena masa remaja adalah masa yang
menentukan – menentukan kehidupannya, kehidupan kelaurganya bahkan nasib bangsa dan
negaranya (Agus Sujanto, 1986: 175).
Sarwono dalam Psikologi Remaja (2013) menjelaskan lima tahapan perkembangan
psikologis remaja, di antaranya (1) pembentukan konsep diri; (2) perkembangan intelegensi;
(3) perkembangan peran sosial; (4) perkembangan peran gender; dan (5) perkembembangan
moral dan religi. Terdapat beberapa ciri atau karakteristik psikologis transisi remaja menuju
dewasa, yaitu adanya pemekaran diri sendiri, kemampuan untuk melihat diri sendiri secara
objektif, dan adanya falsafah hidup tertentu (G.W.Allport dalam Sarwono, 2013: 81). Ketiga
ciri ini dimulai sejak fisik tumbuh tanda-tanda seksual sekunder seperti jatuh cinta, memiliki
idola, dsb. dalam tahap ini, remaja sedikit demi sedikit memunculkan sifat atau trait.
Richmond dan sklansky menyatakan bahwa inti dari tugas perkembangan seseorang dalam
periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan, sedangkan
menemukan kepribadian yang khas belum menjadi tujuan utama (Sarwono, 2013: 86).
Perkembangan berikutnya adalah perkembangan intelegensi.
Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (David Wechsler
dalam Sarwono, 2013: 89). Terdapat jenis-jenis intelegensi, di antaranya verbal-linguistic dan
kecerdasan emosional (emotional intelligence). Verbal-linguistic adalah kemampuan yang
terkait dengan kata-kata baik lisan maupun tulisan. Keterampilan dalam hal ini meliputi
kemampuan membaca, menulis, dan berbicara. kecerdasan emosi (emotional intelligence)
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam mengontrol emosi (Goleman
dalam Sarwono, 2013: 101). Remaja dengan kecerdasan emosional yang kurang berawal dari
kurangnya dukungan yang baik dan lingkurangan terdekat, termasuk orang tua. Kecerdasan
emosi terdiri atas empat kemampuan, yaitu sbb.
1) Kemampuan mempersepsi emosi, yaitu krmampuan untuk mengidentifikasi emosi pada
wajah (diri sendiri dan orang lain)
2) Kemampuan memanfaatkan emosi untuk mencapai prestasi-prestasi yang optimal.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi justru semakin bersemagat dalam keadaan
emosi, bukan semakin depresi
3) Memahami emosi
4) Mengelola emosi untuk menjaga hubungan baik antara sesame dan mencapai prestasi
tinggi (Sarwono, 2013: 100-101)

Gangguan Berbahasa

VOL. . No. , 2023 hlm. 5


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

Ganggguan berbahasa adalah kesulitan dalam berbahasa baik reseptif maupun


produktif akibat kelainan fungsi otak dan bicara (Rohmani, 2017: 51). Gangguan berbahasa
dalam hal ini diartikan dalam kesulitan berbahasa secara khusus (dalam kondisi khusus). Hal
ini disebabkan oleh keterkaikan gangguan berbahasa dengan 3 aspek, yaitu (1) gangguan
berbahasa akibat ketidaksempurnaan organ pendengaran maupun wicara; (2) gangguan
berbahasa akibat keterbatasan kemampuan kognitif dan gangguan psikogenik; dan (3)
gangguan berbahasa akibat ketidakmampuan mengolah informasi linguistik. Kemampuan
berbahasa yang baik memerlukan berbagai elemen seperti lengkapnya sistem penginderaan
dan syaraf pusat, kemampuan mental yang cukup, kestabilan emosi serta pajanan pada
bahasa. Namun, apabila sejak masa anak-anak terdapat kekurangan elemen-elemen tersebut,
dapat berpengaruh pada munculnya berbagai gangguan berbahasa (Bogdashina dalam
Rohmani, 2017: 50).
Gangguan berbicara akibat ketidaksempurnaan organ diderita oleh tunarungu,
tunanetra, dan penyandang gangguan mekanisme berbicara. Chaer dalam Rohmani (2017, 51)
menyatakan bahwa gangguan berbicara akibat mekanisme bicara disebabkan oleh kelainan
paru-paru (pulmonal), pita suara (laringal), lidah (lingual), dan rongga mulut serta
kerongkongan (resonental). Gangguan berbahasa secara psikogenik adalah gangguan
berbahasa dari segi mental. Gangguan ini merupakan gangguan ringan sehingga dianggap
sebagai variasi cara berbicara yang normal sebagai ungkapan dari gangguan mental.
Gangguan berbahasa secara psikogenik ini meliputi berbicara manja, kemayu, gagap, dan
latah. Terdapat pula gangguan berbahasa secara linguistic, yaitu ketidakmampuan dalam
pemerolehan dan pemprosesan informasi linguistic (Rohmani, 2017: 72). Gangguan
berbahasa ini meliputi masalah kefasihan, aleksia, dan disleksia. Gangguan berbahasa yang
terakhir sekaligus menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah gangguan berbahasa
secara kognitif. Kognitif berkaitan dengan kerja otak (pikiran). Pikiran dituturkan atau
diutarakan dalam ekspresi verbal. Pikiran dan tuturan ini saling berkaitan sehingga apabila
pikiran terganggu, tuturan pun ikut terganggu. Gangguan berbahasa secara kognitif, di
antaranya (1) demensia; (2) huntington’s disease (kelainan genetik kemunduran motoric,
kognitif, dan kejiwaan); (3) schizophrenia (gangguan berpikir); dan (4) depresi. Kajian utama
ganggguan berbahasa kognitif dalam penelitian ini adalah depresi. Penderita depresi akan
tampak pada gaya bahasa dan makna curah verbalnya. Volume curah verbal cenderung lemah
lembut dan terputus-putus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, curah
verbalnya merepresentasikan emosi sedih, sesal, kehilangan, dsb (Rohmani, 2017: 68).

Depresi

VOL. . No. , 2023 hlm. 6


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

Depresi adalah gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan perasaan kesedihan
yang mendalam, kehilangan minat dan mudah lelah, disertai gejala gangguan konsentrasi,
gangguan tidur, kesulitan untuk mengambil keputusan, gangguan makan dan pada kasus berat
beresiko untuk percobaan bunuh diri (Setiawati, 2016: 11). Depresi dan ganguan suasana hati
berhubungan dengan masalah kesehatan terbesar di dunia (Slavich dan Irwin dalam Rosyanti
dan Hadi, 2018: 1). Faktor yang melatabelakangi depresi sangat beragam meliputi faktor
genetika, lingkungan, psikologis, dan biologis. Interaksi dari maladaptive saraf, penolakan
sosial, psikologis, dan fisiologis dengan faktor kerentanan lainnya akann meningkatkan
seseorang terkena depresi. Gejala utama depresi meliputi kurangnya antusiame, kesedihan,
perasaan bersalah, rendah diri, dan gangguan tidru yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
(Rosyanti dan Hadi, 2018: 34). Kesedihan, perasaan bersalah, dan rendah diri penderita
depresif dapat direfleksikan melalui tindak laku dan tindak tuturnya. Tindak tutur akan
berpengaruh pada kualitas komunikasi penderita. Tak jarang, penderita depresif mengalami
gangguan berbahasa seperti struktur kalimat yang tidak lengkap, kekaburan makna,
pembicaraan yang berulang-ulang, dsb. Tuturan pada penderita depresif akan lebih lanjut
dibahas pada sub bab berikutnya.

Tuturan Depresif Fajar Sadboy dalam Video Podcast OPRA Entertaiment


Curah verbal atau tuturan seorang penderita depresif memiliki karakteristik yang beragam
yang ditentukan oleh berbagai faktor. Dalam menganalisis data, peneliti menetapkan empat
indikator tuturan depresif. Indikator tersebut adalah hal yang umumnya ditemukan pada
tuturan penderita depresi. Keempat Indikator tersebut meliputi (a) ketidakjelasan sistem
bunyi dan bahasa, (b) kebenaran struktur kalimat, (c) unsur suprasegmental (nada, tekanan,
jeda), dan (d) muatan curah verbal. Berikut analisis tuturan depresif Fajar Sadboy dalam
video podcast OPRA Entertainment.
a) Ketidakjelasan Sistem Bunyi dan Bahasa
Tuturan-tuturan penderita depresif tidak memiliki kejelasan sistem bunyi dan bahasa.
Konstruksi kata saat proses produksi bahasa mengalami gangguan karena pikiran juga
mengalami gangguan. Kata-kata yang dituturkan tidak jelas bunyinya. Hal ini berkaitan
dengan fonetis bahasa, terjadi kekacauan dan ketidakjelasan sistem bunyi dan bahasa
sehingga kata yan dituturkan penderita menjadi kacau dan tidak jelas. Pada kasus Fajar
Sadboy, sebagian besar tuturannya masih bisa ditangkap dan dimaknai. Artikulasi
tuturannya pun masih jelas dan tidak kacau. Dalam video podcast yang berdurasi 29
menit itu, peneliti hanya menemukan 1 tuturan yang mengalami ketidakjelasan sistem
bunyi dan bahasa, sbb.

Data 1
“Chat saya ga dibalas cuma diaja”

Berdasarkan kutipan di atas, kata “diaja” adalah bukti ketidakjelasan sistem bunyi dan
bahasa. Penulis merumuskan 2 kemungkinan: (1) “diaja” sebenarnya frasa yang terdiri
atas kata “di” dan “aja” yang dituturkan secara tepat tanpa jeda antarkata; (2) “diaja”
adalah kata dasar. Namun, kata “diaja” tidak memiliki makna apa pun. Kemungkinan
yang paling mendekati adalah poin (1). Namun, terdapat selip lidah atau konstruksi kata
dan bunyi kata “di”. Hal ini mempengaruhi keseluruhan makna kalimat. Seharusnya, yang
dituturkan adalah frasa “d aja” yang artinya delivered, sebuah istilah pada sistem chat
yang menandakan pesan sudah terkirim, tetapi belum dibaca. Dengan demikian, tuturan di
atas bermakna “ia sudah chat, tetapi tidak dibalas, hanya delivered atau terkirim saja.

VOL. . No. , 2023 hlm. 7


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

b) Kebenaran Struktur Kalimat


Kebenaran struktur kalimat penderita depresi dapat dianalisis melalui kelengkapan
struktur kalimatnya. Kalimat inti setidaknya terdiri atas subjek dan predikat dengan
intonasi final dan berdiri sendiri. Terdapat produksi kalimat senyap pada penderita
depresi. Hal tersebut disebabkan oleh penderita depresi belum siap untuk menuturkan
seluruh kalimat atau lupa kata-kata yang akan dituturkan. Dalam studi kasus ini, Fajar
sadboy menutupi kalimat senyap dengan berbagai ungkapan jeda seperti “apa”, “eee”,
“itu”, dsb. Tuturan Fajar Sadboy menunjukkan kerancuan konstruksi kalimat. hal ini
disebabkan oleh verbal-linguistic-nya yang belum berkembang dengan baik. Peneliti
menemukan 2 tuturan yang kesalahannya dikaji secara sintaksis, sbb.

Data 2
“Cewe saya saya sudah sayang banget.”

Berdasarkan kutipan di atas, terdapat konstruksi kalimat yang terbalik, yaitu OSP
(objek-subjek-predikat). “cewe saya” menempati fungsi objek, “saya” menempati fungsi
predikat, dan “sudah sayang banget” menempati fungsi predikat. Kekacauan pikiran
membuat kalimat yang diproduksi kacau pula. Pembenaran dari kalimat tersebut, yaitu
“Saya sudah sayang banget cewe saya.”

Data 3
 “Saya punya pacar punya teman dekat. Itu temanya dekat juga yang saya pacarin.”

Kutipan di atas menunjukkan keambiguitasan. Pada kalimat pertama, terdapat


predikat ganda, yaitu “punya” dan “punya”. Konstruksi kalimat pertama menimbulkan
kekaburan makna atau keambiguitasan. Perbaikan kalimat pertama, yaitu (1) “Pacar saya
punya teman dekat”; (2) “Saya punya pacar. Pacar punya teman dekat”. Kalimat kedua
cukup sulit untuk dimaknai. Namun, kemungkinan yang paling mendekati adalah ‘saya’
juga dekat dengan ‘teman dekat pacarnya’.

c) Perubahan Unsur Suprasegmental


Unsur suprasegmental meliputi nada, jeda, tekanan, dan panjang atau kuantitas bunyi.
Unsur suprasegmental menyertai tiap-tiap tuturan. Unsur ini berfungsi untuk
membedakan makna tuturan serta memperjelas pengucapan bunyi bahasa. Pada penderita
depresi, tarikan napas sebelum berututur cukup dalam, jeda antarkata atau kalimat cukup
panjang, intonasi pelan, lembut, tetapi dapat berubah secara signifikan (berteriak,
menjerit, keras, dsb). Tuturan Fajar Sadboy pun demikian. Pada menit-menit awal
podcast, ia menarik napas dalam-dalam sebelum bertutur. Namun, pada pertengahan
hingga akhir, tarikan napasnya tidak begitu dalam. Intonasi atau nada tuturannya
cenderung menggunakan nada-nada datar dan sedang (nada 1 dan 2), tetapi sesekali
terjadi perubahan signifikan dari nada 1 menuju nada 3 atau 4 (tinggi atau sangat tinggi).
Kata demi kata dituturkan dengan perlahan dan tenang. Namun, terkadang dituturkan
dengan cepat dan penuh tekanan. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
perkembangan emosional yang belum matang (emotional intelligence). Penekanan kata di
akhir tuturan, tuturan cepat, dan penuh tekanan ditujukkan pada data 4 dan data 5 berikut.

Data 4

VOL. . No. , 2023 hlm. 8


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

“…..sedangkan dia tidak sadar kalau sudah dengan saya!.”

Data 5
“Kalau dihitung mantan, saya ini termasuk lelaki fuck, fuckboy!”

d) Muatan Curah Verbal


Curah verbal penderita depresif biasanya memuat ungkapan-ungkapan kesedihan,
kehilangan, penyesalan, dan ungkapan lain yang menunjukkan perasaan tidak baik-baik
saja. Hal ini juga ditunjukkan oleh subjek penelitian, Fajar Sadboy dalam video podcast
OPRA Entertainment.

Data 6
“Dia yang saya sayang, kenapa saya yang jadi tamu undangan?”

Kutipan di atas menunjukkan curah verbal kesedihan berupa rasa kekecewaan kepada
mantan pacarnya. Fajar Sadboy merasa dialah yang menyayangi dan pantas untuk berada
di posisi terkasih. Namun, ia justru dianggap sebagai orang asing.

Data 7
“Ya, jika pilihan dia tepat bagi dia memilih cowo yang lain, yang glowing, deh. Saya kan
SD, Sadar Diri.”

Kutipan di atas menunjukkan ungkapan depresif berupa rasa rendah diri. Ia


membandingkan dirinya sendiri dengan laki-laki lain yang dipilih oleh mantan kekasih. Ia
merasa tidak cukup untuk bersanding dengan kekasih.

Data 8
“Saya belum siap, saya masih trauma dengan ucapan wanita, gitu.”

Kutipan di atas menunjukkan tuturan depresi berupa trauma akan kejadian yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini, Fajar Sadboy mengalami putus cinta karena kekasih
berselingkuh atau mendua dengan laki-laki lain. Ucapan-ucapan wanita tersebut membuat
Fajar trauma untuk memulai percintaan lagi.

Data 9
“Soalnya putus sama cewek dulu hampir bunuh diri gitu hampir jatuh dari jembatan.”

Kutipan di atas menunjukkan curah verbal pengutukan diri. Saat putus cinta, Fajar
merasa dirinya tak lagi berharga, ia tak lagi pantas untuk hidup. Oleh karena itu, ia
memutuskan untuk bunuh diri jatuh dari jembatan.

KESIMPULAN

VOL. . No. , 2023 hlm. 9


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

Fajar Sadboy merupakan representasi remaja di Indonesia yang sedang mengalami


masa transisi dari anak-anak ke dewasa, masa perkembangan fisik, dan psikologis. Fajar
Sadboy adalah sosok remaja yang sedang mencari jati diri. Dalam perkembangannya, ia
mengalami pergolakan cinta yang tak berakhir bahagia. Hal ini menyebabkan ia
menunjukkan perilaku kecenderungan depresif. Ia belum bisa mengontrol emosi dengan baik
karena kecerdasan emosional belum sepenuhnya berkembang pada tahap ini. Tuturan Fajar
Sadboy menunjukkan ketidakjelasan sistem bunyi dan bahasa, kerancuan struktur kalimat,
perubahan unsur suprasegmental berupa perubahan nada, tekanan, dan jeda dalam tuturan
serta dan muatan curah verbal yang menyedihkan. Ketidakjelasan sistem bunyi dan bahasa
berupa selip lidah pada penuturan kata “di”. Kerancuan struktur kalimat berupa penempatan
kata yang menduduki fungsi kalimat secara terbalik. Perubahan nada, tekanan, dan jeda
secara signifikan: dari nada rendah menuju tinggi dengan tiba-tiba, jeda tuturan lama menuju
tuturan cepat serta tuturan halus dan lembut menuju tuturan tegas. Muatan curah verbal
menunjukkan Fajar Sadboy adalah remaja yang ekspresif. Fajar Sadboy cenderung
mencurahkan perasaan sedih berupa kegagalan, penyesalan, dan perasaan akan rendah diri.
Kasus yang terjadi pada Fajar Sadboy sangat memungkinkan terjadi pada remaja-
remaja di segala penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Menanggapi hal tersebut,
pendidikan dan pemahaman tentang kesehatan mental sangat diperlukan baik di lingkungan
sekolah, sosial atau masyarakat, dan keluarga agar masyarakat lebih berhati-hati dan melek
akan kesehatan mental.

DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, S. (2016). PSIKOLINGUISTIK: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia
(2nd ed.). Jakarta, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Fajar Sadboy: “Percuma Cantik kalau B*bir SCTV, Satu untuk Semua!!” (2022, Desember
30). Retrieved January 16, 2023, from https://youtube.be/F9n1vHR9lXg
Hadi, I., F., Devianty, R., & Rosyanti, L. (2017). GANGGUAN DEPRESI MAYOR
(MAYOR DEPRESSIVE DISORDER) MINI REVIEW. Health Information: Jurnal
Penelitian, 9(1), 25-28. Retrieved January 25, 2023, from
https://media.neliti.com/media/publications/296600-gangguan-depresi-mayor-mayor-
depressive-d351d054.pdf
Indah, R. N. (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar (III). Malang, Indonesia: UIN-
Maliki Press. Retrieved January 25, 2023, from
http://repository.uin-malang.ac.id/1296/6/1296.pdf
Nanda, E. (2022, December 27). Biodata dan Profil Fajar Sad Boy, Viral Gara-gara Putus
Cinta. Retrieved January 25, 2023, from
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/erfah-nanda-2/biodata-dan-profil-fajar-
sad-boy?page=all
Pamungkas, G. A. (2019). GANGGUAN PRODUKSI DAN KOMPREHENSIF UJARAN
PADA PENDERITA DEPRESI. SENASBASA, 3(2), 381-388. Retrieved January 25,
2023, from http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA/article/view/3190
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2018). Memahami Gangguan Depresi Mayor (Mayor Depressive
Disosder): Pendektaan Psikoneuroimunologi; Kajian Sitokin, Trypthopan dan HPA-
Aksis. Kendari, Indonesia: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari. Retrieved January

VOL. . No. , 2023 hlm. 10


MIMESIS
VOL. . No. , 2023

25, 2012, from file:///C:/Users/HP/Downloads/E-


BOOKMEMAHAMIGANGGUANDEPRESIMAYOR.pdf
S., Mahsun (2014). Metode Penelitian Bahasa: Tahap strategi, metode, Dan Tekniknya
(Revisi ed., Ser. 8). Jakarta, Indonesia: Rajawali Pers.
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Remaja (Revisi ed., Ser. 16). Jakarta, Indonesia: Rajawali
Pers.
Setiawati, Y. (2016). Deteksi Dini Depresi pada Masa Kanak untuk Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Surabaya, Indonesia: UPPM Fakultas Kedokteran Unair 2016.
Sujanto, A. (1986). Psikologi Perkembangan (V). Surabaya, Indonesia: AKSARA BARU.

VOL. . No. , 2023 hlm. 11

You might also like