Professional Documents
Culture Documents
Pergeseran Standar Kecantikan Dalam Iklan Korporat "Real Beauty" Dove
Pergeseran Standar Kecantikan Dalam Iklan Korporat "Real Beauty" Dove
Pergeseran Standar Kecantikan Dalam Iklan Korporat "Real Beauty" Dove
2 JULI-DESEMBER 2019]
ABSTRACT
This study looked at how the matching of signs related to the shift in standard of beauty in
corporate advertising "Real Beauty" with Dove's wish image. In seeing this suitability, the author uses
the Semiotics method by Charles Sander Peirce to reveal the sign by grouping it into icons, indices, and
symbols found in corporate advertising. The shift related to beauty standards will be seen in the
corporate advertisements "Real Beauty, Meet Kylee" as the global version and "Real Beauty: Friends" as
the local version (Indonesia). The use of these two advertisements also aims to see whether Dove is
consistent in carrying out the "Real Beauty" campaign. The results of the sign analysis show that the
global version of the advertisement reflects a shift in the standard of beauty (a new definition of beauty),
the feminist movement, gender bias resistance and against social construction. Meanwhile, the sign
analysis on the local version of the ad is still fixated on traditional beauty standards, gender bias,
patriarchal culture, and the social construction that makes the ad "Real Beauty: Friends" does not reflect
the company's wish image and fails to maintain consistency in campaigning. Dove's failure to maintain
the consistency of the "Real Beauty" campaign with wish image can make Dove experience an identity
crisis that leads to a bad reputation or image for the company, such as the failure of the company's wish
image formation, and failure to reach marketing targets such as Dove expected.
Keywords: Shift, Beauty Standards, Wish Image, Public Relations Campaign, Corporate Advertising.
ubah mengikuti perkembangan zaman 2006: 49) dikatakan bahwa seks dan
yang menuntut industri menciptakan gender merupakan dua hal yang
standar berbeda agar terus menarik berbeda. Seks adalah hal yang biologis
konsumen.Perkembangan definisi- atau ilmiah berdasarkan fakta bahwa
definisi kecantikan merupakan hasil dari seseorang adalah laki-laki atau
adanya penciptaan konstruksi sosial. perempuan, sedangkan gender adalah
Konstruksi sosial (Melliana, 2013: 2) suatu hal yang bersifat historis, kultural,
adalah stimulus lingkungan yang sosial, dan sebagainya. Menurut
dilihat, didengar, dan dialami sendiri persoalan bias gender, perempuan
oleh para perempuan yang kemudian digambarkan feminin (anggun, lemah
diinterpretasi dan dipersepsi oleh lembut, lemah, dan sebagainya),
mereka sesuai pengalaman masing- sedangkan laki-laki digambarkan
masing, kemudian diinternalisasi yang maskulin (kuat, dominan, agresif,dan
akhirnya menghasilkan respon-respons lain-lain) (Widyatama, 2006). Jika
dalam menghayati citra tubuh serta perempuan memiliki sifat yang
pengaruhnya dalam relasi intim dengan maskulin maka akan dianggap tomboy,
pasangan. Dalam buku Menjelajah dan laki-laki yang memiliki sifat
Tubuh: Perempuan dan Mitos feminin akan dikatakan sebagai banci.
Kecantikan, industri kecantikan saat ini Padahal, pada abad sekitar 1800-an,
memiliki definisi cantik yang diartikan makna kata tomboy adalah menjadi
sebagai perempuan yang memiliki seorang perempuan yang pemberani dan
tubuh ideal atau langsing. Tubuh ideal mencintai kebebasan (Pettis, 2015: 1-
sendiri berarti tidak gemuk, tidak 3).
kelebihan lemak pada bagian-bagian Menurut Barker (2014: 105), ide
tubuh, perut datar, payudara kencang, gender sendiri merujuk pada asumsi-
pinggang berlekuk-liku, dan pantat asumsi serta praktik-praktik budaya
sintal (Melliana, 2013: 1). Tidak hanya yang mengatur konstruksi sosial laki-
soal kecantikan melalui fisik saja, laki dan perempuan, dan hubungan-
namun mitos kecantikan telah melekat hubungan sosial di antara mereka.
lebih dalam dibanding apa yang terlihat. Konsep ini menjadi semakin jelas
Para perempuan juga dianggap cantik dipahami jika melawankannya dengan
jika memiliki ciri sifat yang feminin konsep seks sebagai formasi biologis
seperti halus tutur bahasanya, sopan, tubuh. Jadi, feminitas dan maskulinitas
manis, dan manja. Bahkan menurut dalam bentuk gender adalah hasil
Krithika (2015:234) mengatakan bahwa pengaturan perilaku secara budaya yang
perempuan merasa tidak percaya diri dianggap tepat secara sosial untuk jenis
tanpa menggunakan makeup. Maka dari kelamin tertentu dimana gender
itu, konstruksi sosial membawa kaum merupakan persoalan budaya dan bukan
perempuan sebagai kaum yang alam. Persoalan konstruksi sosial juga
mementingkan penampilan, senang menjadikan pembeda antara laki-laki
dipuji, dan dikagumi penampilan dan perempuan, dimana laki-laki
fisiknya baik oleh lawan maupun ditempatkan pada sektor publik bekerja
sesama jenis. di luar rumah, sedangkan perempuan
Selain mengenai standar berkerja di sektor domestik yang
kecantikan, industri kecantikan juga mengurus urusan rumah tangga dan
mengangkat tema terkait persoalam bias menjaga anak. Perempuan yang
gender sebagai cara mengenalkan memiliki tato pun dianggap sebagi
perusahaan atau pun produk mereka. seorang yang pemberontak, sedangkan
Dalam Kajian Budaya Feminis Tubuh, laki-laki tidak dianggap sedemikian
Sastra, dan Budaya Pop (Prabasmoro, buruk seperti perempuan. Menurut
Krystýnová (2013: 6) dikatakan bahwa dan non verbal yang terdapat dalam
pemikiran buruk mengenai tato iklan korporat. Penulis akan mengambil
dikaitkan dengan pelaut dan penjahat beberapa screenshot dan percakapan
serta orang-orang Yahudi yang berada sebagai tanda verbal dan non verbal dari
di kamp konsentrasi dalam perang dunia cuplikan video “Real Beauty” oleh
kedua (PD II). Merujuk Frecentese Dove yang memiliki makna.
(2013: 17-18) tato sendiri berasal dari
kata "ta-tu," "tatau," "tattaw," atau Teknik pengumpulan data dalam
"tattow", yang dipercaya sebagai simbol penelitian ini adalah observasi dan
keberuntungan, status sosial, dokumentasi. Observasi bertujuan
kecantikan, kedewasaan, dan harga diri. mencari fenomena atau makna dalam
tanda yang tersembunyi, sedangkan
dokumentasi bertujuan memperjelas
METODE PENELITIAN makna melalui data atau fakta yang ada.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
Penelitian kualitatif terdiri dari adalah semiotika oleh Peirce, dengan
serangkaian pemikiran untuk pengklasifikasian tanda menjadi ikon,
menafsirkan beberapa hal yang indeks, dan simbol. Mengacu pada teori
membuat dunia yang nyata menjadi Pierce tersebut, maka langkah-langkah
terlihat serta mengubah dunia menjadi analisis semiotika yang dilakukan oleh
suatu hal yang dapat digambarkan, yang
peneliti ialah sebagai berikut :
mencakup berbagai catatan lapangan,
wawancara, percakapan, foto, rekaman, 1. Mengidentifikasi tanda-tanda
dan catatan pribadi (Creswell, 2003: yang terdapat dalam iklan
58). Maka dengan ini, peneliti korporat “Real Beauty” oleh
menggunakan penelitian kualitatif Dove dan mengkategorikan
karena dapat mengungkapkan makna menjadi tanda yang berjenis
apa saja yang tidak terlihat dalam ikon, indeks, dan simbol.
penggambaran suatu media terkait hal
tertentu. Selain itu, makna tersebut 2. Menginterpretasikan dan
menganalisis satu persatu tanda
dapat dilihat dan dipahami secara nyata
yang telah dikategorikan dalam
dan lebih mendetail.
iklan korporat tersebut.
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dimana dengan 3. Memaknai secara keseluruhan
adanya penelitian deskriptif, maka data mengenai kesesuaian iklan
penelitian seperti potongan video, korporat korporat “Real Beauty”
percakapan, ataupun rekaman dapat oleh Dove dengan wish image
terurai dengan jelas sehingga masing – masing perusahaan.
memudahkan dalam melihat pergeseran Setelah melakukan langkah – langkah
standar kecantikan dalam iklan korporat seperti di atas, maka peneliti akan
Dove, serta kesesuaian tanda iklan membuat kerangka analisis penelitian
korporat dengan wish image. sebagai berikut:
Sedangkan, metode penelitian yang
digunakan yaitu Semiotika oleh Charles
Sanders Peirce karena dapat
mengungkapkan dan mengurai tanda-
tanda dan lambang yang ada dalam
iklan korporat sehingga makna
sebenarnya dibalik penggambaran iklan
korporat akan terurai. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah tanda verbal
| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 7
[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]
penyetaraan gender dan hak istimewa perusahaan. Citra yang dimaksud adalah
yang benar setara dengan laki-laki. wish image dari Dove, yaitu ingin
Kelompok-kelompok feminisme terus menunjukkan bahwa kecantikan tidak
berkembang hingga era 1990-an, kritik dinilai dari bentuk tubuh, ukuran baju
feminisme masuk dalam institusi sains atau warna kulit karena kecantikan yang
yang merupakan salah satu struktur sesungguhnya adalah menjadi versi
penting dalam masyarakat modern. terbaik dari dirimu. Kegagalan ini
Masuknya peran perempuan dalam ditemui pada iklan korporat “Real
institusi sains dianggap sebagai dampak Beauty: Friends”, yang masih
dari karakteristik patriarkal yang menampilkan perempuan sesuai dengan
menempel erat dalam institusi sains mitos kecantikan, dan berkebalikan
untuk membongkar ideologi patriarkal dengan wish image di atas. Misalnya
yaitu perempuan dianggap sebagai alam pada tanda simbol, yang masih
yang dapat di eksplorasi secara bebas menunjukkan perempuan yang
(Nuryati, 2015: 165). menggunakan makeup, menunjukkan
Sedangkan gerakan feminisme lekuk tubuh dengan pakaiannya yang
di Indonesia, hanya berkutat seputar isu feminin dan ketat, serta rambutnya yang
hak terkait pendidikan bagi perempuan. panjang.
Merujuk Nuryati (2015: 169) gerakan Kegagalan ini akan berdampak
feminisme di Indonesia telah ada sejak buruk bagi Dove, terutama pengenalan
tahun 1928 oleh R.A Kartini, dimana citra ini dilakukan sebagai bentuk
pada waktu itu R.A Kartini berjuang kampanye Dove sejak tahun 2004 lalu,
untuk emansipasi perempuan terkait untuk menyadarkan perempuan agar
pendidikan dan perannya dalam politik tidak terikat aturan-aturan yang
dan mulai muncul organisasi perempuan membatasi perempuan. Justru salah satu
seperti Perwari dan Kowani. Setelah itu, kampanyenya pada iklan korporat “Real
perkembangan gerakan feminsime Beauty: Friends”, semakin
sebagai upaya pembebasan perempuan mengukuhkan definisi mitos kecantikan.
di Indonesia tidak banyak berkembang. Iklan korporat merupakan salah satu
Perempuan masih lekat dengan budaya penunjang kegiatan public relations
patriarki seputar pekerjaannya di sektor dalam mencapai tujuan organisasi.
domestik, mengurus rumah, dan Salah satu tujuannya yaitu menciptakan
keluarga.Berarti, hal ini juga citra yang positif sesuai keinginan atau
menunjukkan bahwa iklan korporat wish image perusahaan. Maka dari itu,
“Real Beauty” Dove juga telah iklan korporat merupakan medium yang
mengalami pergeseran isi atau pesan sangat penting bagi perusahaan.
dalam iklan dari versi global ke lokal. Namun, dalam kasus kali ini,
Sehingga pergeseran standar kecantikan Dove tidak memperhatikan fakta bahwa
(definisi baru kecantikan), juga telah iklan korporat bukanlah sebuah produk
mengalamipergeseran/perubahan dari yang dapat diganti terus-menerus sesuai
global ke lokal. Pergeseran isi pesan dengan kondisi pasar. Menurut Keegan
juga berkaitan dengan wish image (1999: 80), menjelaskan bahwa produk
perusahaan Dove yang tidak global dan merek global adalah hal yang
tersampikan pada iklan versi lokal. berbeda. Merek global itu sangat lekat
Dampak Gagalnya Iklan Korporat dengan citra dan identitas perusahaan
Berdasarkan pada sub-bab sehingga tidak bisa berganti-ganti sesuai
terkait pergeseran standar kecantikan, dengan pasar, sedangkan produk global
dapat dilihat bahwa public relations tidak terikat dengan nama dan citra
Dove gagal dalam menjalankan salah perusahaan sehingga dapat berbeda dari
satu fungsinya yaitu mengenalkan citra satu negara ke negara lainnya. Maka,