Pergeseran Standar Kecantikan Dalam Iklan Korporat "Real Beauty" Dove

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.

2 JULI-DESEMBER 2019]

AGAINST ALL ODDS


(PERGESERAN STANDAR KECANTIKAN DALAM IKLAN KORPORAT
“REAL BEAUTY” DOVE)
Tania Emyliani S1, Nanang Krisdinanto2, Akhsaniyah3
1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Email: taniaemy46@gmail.com
2
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
3
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

ABSTRACT
This study looked at how the matching of signs related to the shift in standard of beauty in
corporate advertising "Real Beauty" with Dove's wish image. In seeing this suitability, the author uses
the Semiotics method by Charles Sander Peirce to reveal the sign by grouping it into icons, indices, and
symbols found in corporate advertising. The shift related to beauty standards will be seen in the
corporate advertisements "Real Beauty, Meet Kylee" as the global version and "Real Beauty: Friends" as
the local version (Indonesia). The use of these two advertisements also aims to see whether Dove is
consistent in carrying out the "Real Beauty" campaign. The results of the sign analysis show that the
global version of the advertisement reflects a shift in the standard of beauty (a new definition of beauty),
the feminist movement, gender bias resistance and against social construction. Meanwhile, the sign
analysis on the local version of the ad is still fixated on traditional beauty standards, gender bias,
patriarchal culture, and the social construction that makes the ad "Real Beauty: Friends" does not reflect
the company's wish image and fails to maintain consistency in campaigning. Dove's failure to maintain
the consistency of the "Real Beauty" campaign with wish image can make Dove experience an identity
crisis that leads to a bad reputation or image for the company, such as the failure of the company's wish
image formation, and failure to reach marketing targets such as Dove expected.

Keywords: Shift, Beauty Standards, Wish Image, Public Relations Campaign, Corporate Advertising.

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 2


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

PENDAHULUAN korporat untuk melakukan branding


Umumnya, sebelum perkembangan image, melainkan juga menggunakan
internet yang sangat pesat seperti iklan korporat sebagai saluran kegiatan
sekarang, korporasi menggunakan kampanye public relations
strategi “marketing tradisional” yaitu mereka.Secara umum, berdasarkan
direct selling, sales promotion, dan pengamatan peneliti terdapat tiga tema
personal selling. Namun, yang cenderung digunakan industri
perkembangan internet saat ini kecantikan dalam melakukan
membawa sebuah strategi baru bagi kampanye, yaitu tema penolakan
dunia korporasi untuk beralih kepada terhadap animal testingseperti iklan
marketing media sosial dan media korporat “Forever Against Animal
online yang bukan lagi bersifat Testing: Fact and Myths” oleh The
hardselling, melainkan softselling. Body Shop, tema keduayaitu tentang
Menurut Kriyantono (2008: 178), salah lingkungan misalnya “Kiehl’s Rare
satu contoh dari strategi softselling Earth #PELUKORANGUTAN” oleh
adalah corporate advertising atau iklan Kiehl’s, dan tema ketiga yaitu mengenai
korporat yang bertujuan memberikan perempuan. Pada tema terakhir (ketiga)
layanan informasi dan memperkenalkan inilah, fokus penelitian akan tertuju
suatu produk agar dapat menarik mengenai standar kecantikan
perhatian. Seiring peralihan teknologi perempuan. Menurut Melliana (2013: 1)
yang sangat pesat, peneliti banyak kecantikan yang selalu digambarkan
menjumpai iklan korporat di berbagai oleh industri sejak dahulu adalah
platform media online, terutama perempuan yang memiliki bentuk tubuh
Youtube. yang ideal seperti langsing, tidak
Dalam menggunakan iklan kelebihan lemak, perut datar, payudara
korporat, perusahaan tidak hanya kencang, pinggang berlekuk-liku,
berbicara mengenai menciptakan berambut panjang dan pantat sintal serta
sebuah brand position yang baik di berkulit putih.
benak masyarakat, melainkan iklan Namun, pada lima tahun
korporat dijadikan sebagai strategi belakangan ini muncul fenomena
marketing yang secara tidak langsung pergeseran tema terkait perempuan.
untuk meningkatkan laba perusahaan. Peneliti melihat bahwa fokus tema yang
Hal ini berarti bahwa perusahaan ditampilkan dalam iklan bergeser dari
menggunakan iklan korporatnya tidak mengukuhkan mitos kecantikan seperti
hanya sebagai upaya public relations yang disebutkan Melliana menjadi
dalam melakukan branding image menciptakan sebuah definisi baru yang
melainkan sebagai bagian dari strategi bertolak belakang dengan yang
marketing softselling perusahaan untuk dikatakan oleh Melliana. Bahkan,
menarik konsumen terhadap brand beberapa korporat yang sebelumnya
perusahaan yang berujung pada menggunakan tema sesuai mitos
perubahan sikap calon konsumen kecantikan (definisi lama) dalam iklan
hingga membeli produk tersebut. korporatnya, turut serta bergeser
Tetapi dalam penelitian ini, mengikuti trend yaitumenciptakan
peneliti akan berfokus pada bagaimana definisi baru yang berbeda.Beberapa
korporat industri kecantikan korporat yang menggunakan definisi
menggunakan iklan korporat sebagai baru diantaranya Dove, L’Oreal, Clean
bagian dari strategi marketing mereka. n Clear, Revlon, Bobbi Brown, Make
Peneliti tertarik membahas industri Over, Babor, Sleek dan Fenty Beauty.
kecantikan karena industri kecantikan Dari berbagai contoh
tidak hanya sekedar menggunakan iklan perusahaan di atas, dapat diketahui

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 2


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

bahwa perusahaan-perusahaan global yang turut menyatakan diri dalam


lah yang cenderung mengikuti trend membentuk definisi baru yang bertolak
perubahan terkait standar kecantikan belakang dengan mitos kecantikan.
perempuan. Sedangkan berdasarkan Alasan peneliti memilih Dove karena
pengamatan peneliti, peneliti Dove merupakan perusahaan global
menemukan hanya sedikit dari besar yang telah melakukan kampanye
perusahaan kecantikan lokal yang definisi baru terkait standar kecantikan
secara langsung berani menyatakan diri sejak tahun 2004, dimana perusahaan
turut membuat sebuah definisi baru global lainnya belum melakukan hal
yang bertolak belakang terkait standar serupa (Bold, 2015). Selain itu, peneliti
kecantikan perempuan. Hal ini menemukan bahwa Dove hanya satu-
menunjukkan bahwa adanya suatu satunya perusahaan global yang
faktor yangmenyebabkan trend membuat iklan korporat (sebagai
mengenai standar kecantikan kampanye) terkait definisi barunya di
perempuan umumnya hanya dilakukan Indonesia, sedangkan perusahaan global
oleh perusahaan global. Sehingga, lainnya tidak melakukan hal tersebut di
peneliti tertarik untuk meneliti faktor Indonesia. Peneliti menggunakan iklan
yang melatarbelakangi mengapa korporat “Real Beauty, Meet Kylee”
perusahaan lokal tidak menggunakan sebagai versi global, dan “Real Beauty:
tema mengenai mitos standar Friends” sebagai versi lokal dalam
kecantikan. mengurai permasalahan di atas.
Lalu, yang menjadi pertanyaan Dalam mengurai tanda-tanda di
yaitubagaimana mengenai perusahaan balik penggambaran iklan korporat,
global (turut berkampanye terkait maka peneliti menggunakan metode
definisi baru kecantikan) yang memiliki semiotika oleh Peirce sebagai acuan
anak perusahaan di Indonesia. Secara pemecahan masalah. Menurut Peirce
global, perusahaan global seharusnya (Seto, 2006:7), semiotika secara
menampilkan wish image yang sama etimologis berasal dari kata yunani
dalam berbagai iklan korporatnya di Semeion yang berarti tanda. Tanda itu
seluruh dunia. Dalam konteks public didefinisikan sebagai suatu yang atas
relations, iklan korporat juga berfungsi dasar konvensi sosial yang terbangun
sebagai alat untuk menyalurkan dan sebelumnya dapat dianggap mewakili
mempromosikan image ataupun sesuatu yang lain atau suatu hal yang
perusahaan secara menyeluruh. Maka, menunjuk pada adanya hal lain.
konten atau tanda dalam iklan korporat Pernyataan tersebut didukung pula oleh
haruslah sesuai dengan image yang pernyataan Preminger (Ruslan,
diharapkan perusahaan (wish image). 2013:225), “Semiotika menganggap
Sehingga, kesesuaian tanda-tanda dalam bahwa fenomena sosial dan kebudayaan
iklan korporat dengan wish imagenya merupakan tanda-tanda atau ingin
perlu diperhatikan mengingat iklan mempelajari sistem, aturan, dan
korporat membawa identitas bagi konvensi yang memungkinkan tanda-
perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini tanda tersebut memiliki suatu arti
ingin berfokus pada kesesuaian tanda- tertentu”.
tanda pergeseran standar kecantikan Metode ini sangat mendukung
dalam iklan korporat (global dan lokal) penelitian ini dikarenakan
dengan wish image perusahaan. penggambaran mitos standar kecantikan
Dalam melihat permasalahan di yang ada di industri telah dianggap
atas, maka peneliti memilih iklan normal bagi masyarakat luas, sehingga
korporat “Real Beauty” oleh Dove sulit untuk secara jelas melihat
sebagai salah satu perusahaan global ketidakbenaran yang terkandung dalam

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 3


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

berbagai iklan korporat di dunia. “corpus” dan “imago”. “Corpus” berarti


Dengan meneliti tanda-tanda yang ada tubuh, perusahaan adalah apa yang
dalam iklan-iklan korporat dari berbagi menjadi perhatian organisasi secara
perusahaan kecantikan, baik verbal dan keseluruhan. “Imago” berarti gambar
non verbal, maka peneliti dapat atau rupa, atau citra sesuatu yang
menganalisa pergeseran standar terbentuk dalam pikiran kita (Vos,
kecantikan serta kesesuaian iklan 1992: 23). Maka, dapat disimpulkan
korporat “Real Beauty” oleh Dove bahwa citra perusahaan adalah citra dari
dengan wish image perusahaan. suatu organisasi secara keseluruhan,
jadi bukan sekedar citra atas produk dan
1. Public Relations dan Citra pelayanannya (Jefkins, 2014: 21).
Perusahaan Dalam membangun citra suatu
Public relations dan citra perusahaan, terdapat beberapa jenis
perusahaan memiliki kaitan yang erat citra, tetapi penelitian ini berfokus pada
satu dengan yang lain. Salah satu tugas citra yang diharapkan (wish image).
dari public relations merupakan Wish image merujuk (Jefkins, 2014: 20-
mengenalkan atau menjaga citra 22) adalah suatu citra yang diinginkan
perusahaan baik eksternal maupun oleh pihak manajemen dimana citra
internal untuk meningkatkan kualitas yang diharapkan itu lebih baik atau
atau nilai jual perusahaan. Arti kata lebih menyenangkan daripada citra yang
“public” dalam public relations berarti ada.
sekumpulan orang atau kelompok dalam
masyarakat yang memiliki kepentingan 2. Pemasaran Global (Global
yang sama terhadap suatu hal Marketing)
(Kriyantono, 2008: 2).Sehingga, Dalam menjalankan pemasaran
menurut Tony Greener (Kriyantono, global, perlu memperhatikan beberapa
2008: 4), public relations adalah hal yang dapat mempengaruhi proses
presentasi positif suatu organisasi pemasaran diantaranya yaitu lingkungan
kepada keseluruhan publiknya, eksternal. Agar dapat berhasil, pemasar
sedangkan menurut Cutlip, Center, & tidak hanya mengetahui segala sesuatu
Broom (Kriyantono, 2008: 4) public mengenai pelanggan saja, melainkan
relations adalah fungsi manajemen yang harus mengetahui pelanggan dalam
membangun dan mempertahankan konteks termasuk persaingan,
hubungan yang baik dan bermanfaat kebijakan, dan peraturan pemerintah
antara organisasi dengan publik yang serta kekuatan-kekuatan makro,
memengaruhi kesuksesan atau ekonomi, sosial, dan politik yang lebih
kegagalan organisasi tersebut. luas yang membentuk perkembangan
Segala kegiatan atau fungsi di pasar (Keegan, 1996: 5). Pada bukunya
atas, dapat disimpulkan bahwa seorang yang berjudul Manajemen Pemasaran
public relations merupakan kunci Global, Keegan menjelaskan bahwa
sebuah perusahaan dalam membangun terdapat dua kekuatan dalam pemasaran
komunikasi baik keluar maupun ke global yaitu kekuatan yang menghambat
dalam dengan menciptakan gaya dan kekuatan yang mendorong.
komunikasi yang sesuai dengan visi- Kekuatan yang mendorong
misi perusahaan. Hal ini tentunya pertumbuhan bisnis diantaranya seperti
dilakukan oleh public relations dengan kebutuhan pasar, teknologi, mutu, dan
tujuan yaitu menciptakan sebuah citra komunikasi serta transportasi.
yang positif di benak publik. Citra suatu Sedangkan kekuatan yang menghambat
perusahaaan atau yang disebut dengan yaitu perbedaan pasar, sejarah, budaya
“corporate image” berasal dari kata organisasi, dan lain-lain. Ini berarti

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 4


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

setiap negara memilki kekuatan Gender (Widyatama, 2006: 12-13)


mendorong dan hambatan yang advertising atau iklan merupakan bagian
berbeda-beda, sehingga pemasar perlu dari reklame yang berasal dari bahasa
berhati-hati dan menyesuaikan strategi Prancis, yaitu re-clame yang berarti
pemasarannya sesuai dengan ciri “meneriakkan berulang-ulang”. Dalam
masing-masing negara. buku Public Relations Writing
Menurut Keegan (1999: 80) (Kriyantono, 2008: 174) iklan bisa
dapat disimpulkan bahwa merek global didefinisikan sebagai bentuk
sangat lekat dengan citra dan identitas komunikasi nonpersonal yang menjual
perusahaan, hal ini berbeda dengan pesan-pesan persuasif dari sponsor yang
produk global dimana produk global jelas untuk mempengaruhi orang
tidak membawa nama dan citra yang membeli produk dengan membayar
sama dari satu negara ke negara lainnya. sejumlah biaya untuk media.
Ini berarti iklan korporat yang Sedangkan corporate advertising adalah
membawa merek global juga iklan yang berupaya memberikan
mempengaruhi nama, identitas, serta layanan informasi mengenai kegunaan
citra perusahaan. Begitu pula dalam yang khas dari produk dan
menentukan penggunaan komunikasi memperkenalkan suatu produk agar
pemasaran seperti apa yang akan cocok dapat menarik perhatian, sesuai
pada negara tersebut. Penentuan ini kebutuhan serta daya jangkau publik
sangat penting mengingat adanya atau yang disebut positioning
perbedaan kekuatan pada setiap negara (Danandjaja, 2011: 138).
seperti yang telah dijelaskan Dalam penerapannya, menurut
sebelumnya. Maka dari itu, perlu Kriyantono (2008: 178) terdapat dua
dipahami juga terkait komunikasi jenis public relations advertising, yaitu
pemasaran, model komunikasi apa yang “hard-selling”dan “soft-selling”. “Hard-
harus digunakan, dan faktor apa saja selling”berarti iklan yang secara
yang akan mempengaruhi dalam langsung menjual produk, biasanya
komunikasi pemasaran. ditandai dengan tampilan gambar atau
kemasan produk secara jelas.
3. Iklan Korporat (Corporate Sedangkan “soft-selling” adalah iklan
Advertising) yang bertujuan memfokuskan pada
Ditinjau dari tujuan Public kesan umum (image) yang hendak
Relations (Ruslan, 1997: 9-10), menurut diraih atau menjual citra korporat
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, (corporate imageselling) yang bertujuan
M.A. salah satu tujuan Public Relations menanam citra korporat yang positif.
adalah menunjang kegiatan manajemen Corporate advertising sendiri
dalam mencapai tujuan organisasi. merupakan perluasan dari fungsi public
Salah satu tujuan organisasi yaitu relations yang dirancang untuk
menciptakan citra yang positif sesuai mempromosikan perusahaan secara
keinginan atau visi dan misi dari menyeluruh.
perusahaan. Maka dari itu, corporate
advertising merupakan salah satu cara 4. Penggambaran Kecantikan dalam
atau wadah dalam mencapai tujuan Industri Kecantikan
tersebut. Penggambaran kecantikan
Sebelum mengetahui apa arti olehindustri kecantikan saat ini tidak
dari corporate advertising, maka lebih lepas dari mitos dan sejarah yang
baik jika memahami lebih dulu apa menyelimuti para perempuan dari
pengertian dari advertising. Menurut berbagai dunia. Definisi-definisi
Dendi Sudiana dikutip dari buku Bias mengenai kecantikan terus berubah-

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 5


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

ubah mengikuti perkembangan zaman 2006: 49) dikatakan bahwa seks dan
yang menuntut industri menciptakan gender merupakan dua hal yang
standar berbeda agar terus menarik berbeda. Seks adalah hal yang biologis
konsumen.Perkembangan definisi- atau ilmiah berdasarkan fakta bahwa
definisi kecantikan merupakan hasil dari seseorang adalah laki-laki atau
adanya penciptaan konstruksi sosial. perempuan, sedangkan gender adalah
Konstruksi sosial (Melliana, 2013: 2) suatu hal yang bersifat historis, kultural,
adalah stimulus lingkungan yang sosial, dan sebagainya. Menurut
dilihat, didengar, dan dialami sendiri persoalan bias gender, perempuan
oleh para perempuan yang kemudian digambarkan feminin (anggun, lemah
diinterpretasi dan dipersepsi oleh lembut, lemah, dan sebagainya),
mereka sesuai pengalaman masing- sedangkan laki-laki digambarkan
masing, kemudian diinternalisasi yang maskulin (kuat, dominan, agresif,dan
akhirnya menghasilkan respon-respons lain-lain) (Widyatama, 2006). Jika
dalam menghayati citra tubuh serta perempuan memiliki sifat yang
pengaruhnya dalam relasi intim dengan maskulin maka akan dianggap tomboy,
pasangan. Dalam buku Menjelajah dan laki-laki yang memiliki sifat
Tubuh: Perempuan dan Mitos feminin akan dikatakan sebagai banci.
Kecantikan, industri kecantikan saat ini Padahal, pada abad sekitar 1800-an,
memiliki definisi cantik yang diartikan makna kata tomboy adalah menjadi
sebagai perempuan yang memiliki seorang perempuan yang pemberani dan
tubuh ideal atau langsing. Tubuh ideal mencintai kebebasan (Pettis, 2015: 1-
sendiri berarti tidak gemuk, tidak 3).
kelebihan lemak pada bagian-bagian Menurut Barker (2014: 105), ide
tubuh, perut datar, payudara kencang, gender sendiri merujuk pada asumsi-
pinggang berlekuk-liku, dan pantat asumsi serta praktik-praktik budaya
sintal (Melliana, 2013: 1). Tidak hanya yang mengatur konstruksi sosial laki-
soal kecantikan melalui fisik saja, laki dan perempuan, dan hubungan-
namun mitos kecantikan telah melekat hubungan sosial di antara mereka.
lebih dalam dibanding apa yang terlihat. Konsep ini menjadi semakin jelas
Para perempuan juga dianggap cantik dipahami jika melawankannya dengan
jika memiliki ciri sifat yang feminin konsep seks sebagai formasi biologis
seperti halus tutur bahasanya, sopan, tubuh. Jadi, feminitas dan maskulinitas
manis, dan manja. Bahkan menurut dalam bentuk gender adalah hasil
Krithika (2015:234) mengatakan bahwa pengaturan perilaku secara budaya yang
perempuan merasa tidak percaya diri dianggap tepat secara sosial untuk jenis
tanpa menggunakan makeup. Maka dari kelamin tertentu dimana gender
itu, konstruksi sosial membawa kaum merupakan persoalan budaya dan bukan
perempuan sebagai kaum yang alam. Persoalan konstruksi sosial juga
mementingkan penampilan, senang menjadikan pembeda antara laki-laki
dipuji, dan dikagumi penampilan dan perempuan, dimana laki-laki
fisiknya baik oleh lawan maupun ditempatkan pada sektor publik bekerja
sesama jenis. di luar rumah, sedangkan perempuan
Selain mengenai standar berkerja di sektor domestik yang
kecantikan, industri kecantikan juga mengurus urusan rumah tangga dan
mengangkat tema terkait persoalam bias menjaga anak. Perempuan yang
gender sebagai cara mengenalkan memiliki tato pun dianggap sebagi
perusahaan atau pun produk mereka. seorang yang pemberontak, sedangkan
Dalam Kajian Budaya Feminis Tubuh, laki-laki tidak dianggap sedemikian
Sastra, dan Budaya Pop (Prabasmoro, buruk seperti perempuan. Menurut

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 6


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

Krystýnová (2013: 6) dikatakan bahwa dan non verbal yang terdapat dalam
pemikiran buruk mengenai tato iklan korporat. Penulis akan mengambil
dikaitkan dengan pelaut dan penjahat beberapa screenshot dan percakapan
serta orang-orang Yahudi yang berada sebagai tanda verbal dan non verbal dari
di kamp konsentrasi dalam perang dunia cuplikan video “Real Beauty” oleh
kedua (PD II). Merujuk Frecentese Dove yang memiliki makna.
(2013: 17-18) tato sendiri berasal dari
kata "ta-tu," "tatau," "tattaw," atau Teknik pengumpulan data dalam
"tattow", yang dipercaya sebagai simbol penelitian ini adalah observasi dan
keberuntungan, status sosial, dokumentasi. Observasi bertujuan
kecantikan, kedewasaan, dan harga diri. mencari fenomena atau makna dalam
tanda yang tersembunyi, sedangkan
dokumentasi bertujuan memperjelas
METODE PENELITIAN makna melalui data atau fakta yang ada.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
Penelitian kualitatif terdiri dari adalah semiotika oleh Peirce, dengan
serangkaian pemikiran untuk pengklasifikasian tanda menjadi ikon,
menafsirkan beberapa hal yang indeks, dan simbol. Mengacu pada teori
membuat dunia yang nyata menjadi Pierce tersebut, maka langkah-langkah
terlihat serta mengubah dunia menjadi analisis semiotika yang dilakukan oleh
suatu hal yang dapat digambarkan, yang
peneliti ialah sebagai berikut :
mencakup berbagai catatan lapangan,
wawancara, percakapan, foto, rekaman, 1. Mengidentifikasi tanda-tanda
dan catatan pribadi (Creswell, 2003: yang terdapat dalam iklan
58). Maka dengan ini, peneliti korporat “Real Beauty” oleh
menggunakan penelitian kualitatif Dove dan mengkategorikan
karena dapat mengungkapkan makna menjadi tanda yang berjenis
apa saja yang tidak terlihat dalam ikon, indeks, dan simbol.
penggambaran suatu media terkait hal
tertentu. Selain itu, makna tersebut 2. Menginterpretasikan dan
menganalisis satu persatu tanda
dapat dilihat dan dipahami secara nyata
yang telah dikategorikan dalam
dan lebih mendetail.
iklan korporat tersebut.
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dimana dengan 3. Memaknai secara keseluruhan
adanya penelitian deskriptif, maka data mengenai kesesuaian iklan
penelitian seperti potongan video, korporat korporat “Real Beauty”
percakapan, ataupun rekaman dapat oleh Dove dengan wish image
terurai dengan jelas sehingga masing – masing perusahaan.
memudahkan dalam melihat pergeseran Setelah melakukan langkah – langkah
standar kecantikan dalam iklan korporat seperti di atas, maka peneliti akan
Dove, serta kesesuaian tanda iklan membuat kerangka analisis penelitian
korporat dengan wish image. sebagai berikut:
Sedangkan, metode penelitian yang
digunakan yaitu Semiotika oleh Charles
Sanders Peirce karena dapat
mengungkapkan dan mengurai tanda-
tanda dan lambang yang ada dalam
iklan korporat sehingga makna
sebenarnya dibalik penggambaran iklan
korporat akan terurai. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah tanda verbal
| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 7
[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

Hal ini juga didasari bagaimana


Representament Object Interpretant
Kerangka pada tabel di atas (Tanda)
adalah penjelasan mengenai analisis Pelanggan Pada
perempuan umumnya,
indeks dan simbol yang terdapat pada dari iklan
salah satu scene di iklan korporat milik barbershop korporat
Dove yang berjudul “Real Beauty, Meet milik Kylee menggambar
Kylee”, dimana selanjutnya peneliti terlihat kan
akan menganalisis dan memaknai Sumber: Dove tersenyum perempuan
US menggambar identik
keseluruhan tanda yang telah kan dengan
dikategorisasikan. keceriaan. rambut
panjang,
PEMBAHASAN tetapi dalam
Analisis Iklan “Real Beauty, Meet scene
tersebut
Kylee” nampak
Berdasarkan tanda ikon, bahwa iklan
diantaranya peneliti menjumpai scene korporat
yang menunjukkan bahwa perempuan menggambar
dapat bekerja di sektor publik seperti kan
perempuan
laki-laki. Hal ini ditampilkan pada yang
gambar yang menunjukkan bahwa percaya diri
Kylee Howell sebagai tokoh utama dengan
dalam iklan ini bekerja sebagai tukang rambut
cukur di barbershop miliknya sendiri pendek.
yang bernama Friar Tuck’s. Padahal, gencarnya gerakan-gerakan feminisme
perempuan sejak dahulu selalu di Amerika yang menentang adanya
dikaitkan dengan pekerjaan rumah, pembatasan antara perempuan dan laki-
dimana perempuan dianggap tidak laki. Feminisme liberal menganggap
kompeten dalam melakukan pekerjaan perbedaan laki-laki dan perempuan
di luar sektor domestik. Seperti yang sebagai konstruksi sosial-ekonomi, dan
dikatakan Widyatama (2006: 111) kultural, yang jauh dari aspek warisan
bahwa para pengiklan menggunakan biologis yang tidak bisa diubah.
sektor publik dan domestik untuk Kedua, berdasarkan tanda
membedakan laki-laki dan perempuan, indeks, diantara beberapa scene Dove
dimana laki-laki selalu lebih kuat dan menunjukkan penampilan dari Kylee
perempuan selalu bergantung pada laki- dan beberapa model lainnya yang tidak
laki. Dengan kata lain, wilayah publik menggunakan makeup dan berambut
adalah wilayah “kekuasaan” laki-laki, pendek namun tetap percaya diri yang
sehingga perempuan akan terus menampilkan sesuatu yang berbeda dari
bergantung pada laki-laki dalam hal standar kecantikan tradisional yang
mencari nafkah. Istilah “happy dikatakan Melliana. Seperti gambar di
housewives” pun telah menjadi sebutan bawah ini:
bagi perempuan selama berabad-abad
dimana berarti perempuan dianggap
tidak kompeten untuk bekerja di luar
pekerjaan domestik dan selalu
bergantung pada laki-laki (Zotos, Y., &
Tsichla, E., 2014: 26). Tetapi,
penonjolan pekerjaan dari Kylee
menentang pandangan seperti di atas.

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 8


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

Penggambaran sifat maskulinitas (2014: 2) mengatakan bahwa industri


menjadikan adanya konstruksi tersendiri akan mengeluarkan dana sebesar
mengenai fisik laki-laki, yaitu berambut apapun untuk menciptakan produk yang
pendek, memiliki kumis, dan berbadan dapat mempersuasi seseorang menjadi
tegap. Jika perempuan dipahami sosok yang ideal.
sebagai kaum feminin, maka definisi Perempuan yang mengenakan
kecantikan haruslah berlaku bagi semua pakaian laki-laki (maskulin), dianggap
perempuan di dunia yaitu perempuan sebagai perempuan “tomboy”. Padahal,
cantik adalah perempuan yang memiliki menurut sejarahnya kata “tomboy”
rambut panjang. Tetapi, jika muncul pertama kali di negara Inggris,
dibandingkan dengan model yang ada dimana kata tomboy merujuk pada anak
pada iklan korporat “Real Beauty: Meet laki-laki yang nakal dan sering
Kylee”, perempuan tersebut tidaklah membuat ulah. Namun pada abad
memiliki ciri-ciri feminin, melainkan sekitar 1800-an, makna tomboy berubah
memiliki ciri-ciri maskulin yaitu salah menjadi seorang perempuan yang
satunya berambut pendek. Hal ini pemberani dan mencintai kebebasan.
menunjukkan bahwa perempuan cantik Sedangkan di Amerika Serikat makna
tidak harus memiliki sifat dan tomboy mengacu pada latihan yang
berpenampilan feminin karena itu dianjurkan bagi anak perempuan untuk
hanyalah sebuah konstruksi sosial. menanamkan akal, kompetensi, dan
Ketiga, berdasarkan tanda kesehatan fisik (Pettis, 2015: 1-3). Bila
simbol, Dove diantaranya menunjukan ditinjau kembali berdasarkan
model yang tidak menggunakan pakaian sejarahnya, tidak ada hubungan antara
yang feminin, melainkan sebaliknya sejarah kata “tomboy” dengan
yaitu maskulin (pakaian laki-laki). pemikiran masyarakat mengenai
Seperti pada gambar dari Kylee Howell perempuan tomboy, yaitu perempuan
di bawah ini: tomboy yang memiliki sifat maskulin
dianggap tidak merepresentasikan
definisi kecantikan di masa industri
sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa,
pemikiran tersebut hanyalah sebuah
stereotip hasil dari konstruksi sosial
industri dalam memasarkan barang-
Gambar di atas menunjukkan hal yang barangnya kepada konsumen.
sangat berkebalikan dengan definisi
kecantikan atau mitos kecantikan yang
ada di benak masyarakat. Pemikiran-
pemikiran terkait “kecantikan” Analisis Iklan “Real Beauty: Friends”
merupakan akibat dari adanya hasil Berdasarkan tanda ikon, peneliti
konstruksi sosidal dari industri menjumpai pemunculan tokoh atau
kecantikan yang mengkaitkan bahwa model yang memiliki gaya hidup
perempuan haruslah berpenampilan dengan kelas sosial atas. Hal ini terlihat
feminin. Pernyataan diatas didukung pada tas yang digunakan oleh salah satu
pula oleh Melliana (2013: 76) yang model, yaitu tas dengan merek Michael
menyatakan bahwa definisi kecantikan Kors. Tas ini menunjukkan bahwa
merupakan hasil konstruksi industri perempuan yang hidup di daerah
untuk menyalurkan produk, dimana perkotaan, senang menyesuaikan diri
produk itu baru bisa dipasarkan jika ada dengan gaya hidup yang ada. Dengan
permintaan. Bahkan dalam menyalurkan menggunakan barang-barang bermerek
produk agar diterima oleh pasar, Amin mahal, akan ada rasa bangga tersendiri

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 9


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

bagi prempuan. Dikutip dari berarti, pada penggambaran perempuan


Kompas.com (Mario, 2017), yang di iklan Dove Indonesia, perempuan
terjadi pada saat ini adalah, permintaan merasa tidak memiliki tubuh yang indah
barang akan semakin meningkat, jika sehingga kolerasi yang didapat bersifat
harga barang tersebut semakin tinggi. negatif. Melliana (2013: 94) juga
Ini menjadikan Perempuan merasa menyebutkan bahwa penampilan terkait
senang ketika mampu memiliki barang erat dengan kesehatan mental
mewah, semakin mahal barang tersebut, perempuan, dimana adanya citra tubuh
semakin bernilai juga bagi mereka. yang negatif terhadap penampilan fisik
Penggunaan tas mahal juga menjadikan akan mempengaruhi perkembangan rasa
pembeda status mereka terhadap yang percaya diri yang dimiliki.
lain, atau secara tidak langsung Lalu, pada analisis tanda simbol,
menunjukkan bahwa kelas seseorang Dove menampilkan perempuan yang
berada di atas kelas sosial orang lain. menggunakan makeup, berambut
Penggambaran model yang panjang, dan berpakaian yang feminin
menggunakan tas mahal, menjadikan (menunjukkan lekuk tubuh) seperti
Dove Indonesia bias terhadap isu kelas gambar di bawah ini:
sosial. Kecantikan masih berdasarkan
pada perempuan harus tampil modis,
mengikuti trend fashion dan memiliki
barang mewah.
Pada analisis tanda indeks,
perempuan digambarkan tidak percaya
diri dengan tubuh dan penampilan
mereka. Hal ini tercermin pada ekspresi
model yang murung ketika ditanyai
terkait bagian tubuh mereka, seperti
pada gambar di bawah ini:

Bagi Gillman dikutip dari buku


Teori Feminis dan Cultural Studies
Menurut Melliana (2013: 94), (Thornham, 2010: 152), “Laki-laki
terdapat penelitian yang membuktikan adalah pasar, permintaan, sedangkan
bahwa pada para perempuan muda, perempuan adalah pasokan yang
daya tarik fisik berkolerasi positif dibusanai ulang dalam bentuk yang
dengan tingkat kebahagiaan serta menjadikan (mereka) cocok untuk
penghargaan diri, dan berkolerasi dipertukarkan di kalangan laki-laki”.
negatif dengan tingkat kecemasan. Menurut Widyatama (2006: 64)
Maksudnya adalah, ketika seorang mengatakan bahwa pakaian khas yang
perempuan mendapat pujian terhadap dikenakan oleh para model di berbagai
fisiknya maka akan membuat seorang media dapat mengarah kepada
perempuan merasa bahagia dan pembentukan stereotip bias gender. Bila
dihargai. Sedangkan, ketika model laki-laki menggunakan pakaian
menyangkut kekurangan fisik, yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh,
perempuan akan merasa cemas. Ini justru pakaian yang dikenakan

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 10


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

perempuan menunjukkan lekuk against all odds the


tubuhnya sehingga menonjolkan daya slower team won”.
tarik seks. Widyatama (2006: 66) juga (Prabawa, 2018)
mengatakan bahwa karakter fisik yang
lembut, lemah gemulai, wajah penuh Kalimat “in spite of seeming very
makeup, cantik, rambut panjang, dan unlikely” merujuk pada pengertian
memperlihatkan lekuk tubuh maka akan “meskipun sepertinya terlihat sangat
diidentifikasikan sebagai seorang tidak mungkin,” sementara “against all
perempuan. odds the slower team won” berarti “tak
Sedangkan seseorang dengan disangka-sangka, tim yang lebih lambat
karakter tubuh atletis, terampil, akhirnya yang menang.” Dari
berambut pendek, dan tidak pengertian di atas dapat disimpulkan
menggunakan makeup merupakan bahwa idiom “against all odds”
identifikasi ciri dari laki-laki. menjelaskan sebuah situasi adanya
Penampilan model yang ingin perlawanan terhadap sesuatu hal yang
memperlihatkan lekuk tubuh, dianggap tidak akan dapat diubah, atau
menjadikan iklan kampanye Dove perlawanan terhadap sesuatu yang
Indonesia sama dengan iklan kecantikan dianggap mustahil untuk diubah.
yang mudah dijumpai dimana saja, Dengan pengertian atau makna
terutama televisi. Ini mengindikasikan seperti itu, idiom ini bisa pula
bahwa Dove Indonesia masih tidak digunakan untuk menjelaskan
berani menunjukkan secara terbuka kampanye “Real Beauty” oleh Dove
bahwa perempuan dengan pakaian yang mengangkat persoalan mitos
“maskulin” juga dianggap cantik.Tentu standar kecantikan. Seperti dijelaskan
saja hal ini dapat menjadikan kampanye dalam analisis dalam bagian
terhadap kecantikan “Real Beauty” sebelumnya, mitos standar kecantikan
semakin bias, bahwa tidak ada definisi telah menjadi konstruksi yang mengakar
kecantikan lain selain mitos standar di berbagai lapisan masyarakat dunia.
kecantikan. Perempuan yang Hal ini mengakibatkan kampanye “Real
melihatiklan tersebut bisa saja Beauty” berada pada posisi sulit ketika
menafsirkan pemikiran yang berbeda, ingin mengangkat definisi baru tentang
bahwa cantik tetap persoalan fisik dan standar kecantikan yang bertolak
penampilan, bukan berbicara mengenai belakang dengan standar kecantikan
karakter, pendidikan, dan kemampuan lama.
seorang perempuan. Berdasarkan analisis dari kedua
iklan korporat di atas, dapat dilihat
Pergeseran Standar Kecantikan oleh bagaimana pergeseran standar
Dove kecantikan (definisi baru kecantikan)
Dalam bahasa Inggris dikenal hanya terdapat pada iklan korporat versi
sebuah idiom yang disebut “against all global, sedangkan versi lokal masih
odds”. Secara harafiah, kalimat ini lekat dengan mitos standar kecantikan
berarti “melawan segala rintangan.” (seperti yang dikatakan Melliana). Pada
Namun merujuk The American Heritage iklan korporat versi global, tidak
of Idioms, terdapat makna lain terkait ditemukan adanya penggambaran
istilah ini, yaitu: perempuan yang mengarah pada definisi
“In spite of seeming yang dikatakan Melliana. Perempuan
very unlikely, as in justru digambarkan sebaliknya, yaitu
against all odds we memiliki badan yang gemuk, berambut
had a snowstorm in pendek, tidak menggunakan riasan
early May, or wajah, bahkan memiliki tato dan ear

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 11


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

piercings. Sedangkan, pada iklan Tema yang diangkat dalam


korporat versi lokal, perempuan yang kedua iklan korporat ini juga berbeda,
ditampilkan masih menggunakan riasan dimana Dove US yang merupakan versi
wajah, bertubuh langsing, dan memiliki global, berani menampilkan sosok
rambut yang panjang. perempuan yang menentang secara
Selain mengenai kecantikan, lantang standar kecantikan tradisional,
persoalan gender dimunculkan secara persoalan bias gender, dan konstruksi
berbeda. Gender bagi subjek perempuan sosial yang ada di masyarakat. Seperti
adalah feminin4, tetapi tidak bersifat yang telah dijelaskan sebelumnya, tema
kodrati. Sedangkan gender bagi laki- tersebut dapat dilihat berdasarkan
laki yaitu bersifat maskulin.5 Umumnya, pemilihan model, pakaian yang
masyarakat beranggapan bahwa seks digunakan, dan penampilan model
dan gender adalah hal yang sama, dalam iklan, gaya hidup, dan pekerjaan.
dimana perempuan haruslah feminin, Sedangkan, pada iklan Dove versi lokal,
dan laki-laki haruslah maskulin. Dove hanya mengangkat tema
Persoalan bias gender ini tidak muncul mengenai isu tubuh perempuan, dimana
dalam iklan korporat versi global, justru perempuan merasa tidak percaya diri
sebaliknya yaitu menampilkan sosok dengan bagian tubuh mereka.
Kylee Howell yang bersifat maskulin. Pertanyaan yang diajukan pada
Tidak hanya Kylee Howell saja, Dove narasumber juga mengacu pada
versi global memunculkan model lain pendapat mereka terhadap tubuh mereka
seperti Megan Fry yang juga bersifat dan tubuh temannya. Pertanyaan ini
maskulin. Perempuan ditampilkan justru membuat perempuan lebih
mampu bekerja di sektor publik, bahkan berfokus pada pikiran bahwa tubuh
di wilayah yang dianggap milik laki- adalah bagian hal yang penting untuk
laki (barbershop). dijaga dan dirawat. Sehingga,
Penentangan terhadap konstruksi pertanyaan ini justru semakin membuat
sosial terkait penampilan juga perempuan kembali pada mitos standar
ditunjukkan pada iklan korporat versi kecantikan.
global. Hal ini dilihat pada pakaian Perbedaan terkait tema yang
yang digunakan model yaitu pakaian dibahas dalam iklan korporat, juga
untuk laki-laki, seperti dasi kupu-kupu, akibat dari sejarah gerakan feminisme
kemeja laki-laki, dan rompi. Sedangkan, yang terjadi sejak lama di Amerika.
pada iklan korporat versi lokal, Feminisme adalah paham bahwa
perempuan masih digambarkan sesuai perempuan sama dengan laki-laki, dan
dengan konstruksi sosial, yaitu feminin. bukan makhluk yang berada di atas
Terlihat pada model yang mengenakan ataupun di bawah laki-laki. Menurut
pakaian feminin yang memperlihatkan Thornham (2010: 59), perkembangan
lekuk tubuhnya, dengan latar belakang feminisme diawali dengan terbitnya
tempat yaitu sebuah mall. Ini buku The Feminine Mystique oleh
mengindikasikan bahwa perempuan erat Betty Friedan pada tahun 1963. Buku
dengan sosok yang gemar berbelanja ini memiliki dampak yang luas sehingga
dan hanya mementingkan penampilan. Betty Friedan mendirikan organisasi
NOW (National of Woman) yang
dibentuk akibat gagalnya Komisi
4
Feminin berarti perempuan memiliki sifat Kesempatan Lapangan Kerja yang
lemah lembut, anggun, lemah dan mengurus
sektor domestik (Prabasmoro, 2006: 49)
Setara (EEOC) atas persoalan
5
Maskulin berarti agresif, kuat secara fisik, diskriminasi seks. Organisasi ini
rasional, dominan-superior, bekerja di sektor berusaha membawa perempuan untuk
publik, dan kepala rumah tangga (Widyatama, berpartisipasi penuh terkait urusan
2006: 5).
| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 12
[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

penyetaraan gender dan hak istimewa perusahaan. Citra yang dimaksud adalah
yang benar setara dengan laki-laki. wish image dari Dove, yaitu ingin
Kelompok-kelompok feminisme terus menunjukkan bahwa kecantikan tidak
berkembang hingga era 1990-an, kritik dinilai dari bentuk tubuh, ukuran baju
feminisme masuk dalam institusi sains atau warna kulit karena kecantikan yang
yang merupakan salah satu struktur sesungguhnya adalah menjadi versi
penting dalam masyarakat modern. terbaik dari dirimu. Kegagalan ini
Masuknya peran perempuan dalam ditemui pada iklan korporat “Real
institusi sains dianggap sebagai dampak Beauty: Friends”, yang masih
dari karakteristik patriarkal yang menampilkan perempuan sesuai dengan
menempel erat dalam institusi sains mitos kecantikan, dan berkebalikan
untuk membongkar ideologi patriarkal dengan wish image di atas. Misalnya
yaitu perempuan dianggap sebagai alam pada tanda simbol, yang masih
yang dapat di eksplorasi secara bebas menunjukkan perempuan yang
(Nuryati, 2015: 165). menggunakan makeup, menunjukkan
Sedangkan gerakan feminisme lekuk tubuh dengan pakaiannya yang
di Indonesia, hanya berkutat seputar isu feminin dan ketat, serta rambutnya yang
hak terkait pendidikan bagi perempuan. panjang.
Merujuk Nuryati (2015: 169) gerakan Kegagalan ini akan berdampak
feminisme di Indonesia telah ada sejak buruk bagi Dove, terutama pengenalan
tahun 1928 oleh R.A Kartini, dimana citra ini dilakukan sebagai bentuk
pada waktu itu R.A Kartini berjuang kampanye Dove sejak tahun 2004 lalu,
untuk emansipasi perempuan terkait untuk menyadarkan perempuan agar
pendidikan dan perannya dalam politik tidak terikat aturan-aturan yang
dan mulai muncul organisasi perempuan membatasi perempuan. Justru salah satu
seperti Perwari dan Kowani. Setelah itu, kampanyenya pada iklan korporat “Real
perkembangan gerakan feminsime Beauty: Friends”, semakin
sebagai upaya pembebasan perempuan mengukuhkan definisi mitos kecantikan.
di Indonesia tidak banyak berkembang. Iklan korporat merupakan salah satu
Perempuan masih lekat dengan budaya penunjang kegiatan public relations
patriarki seputar pekerjaannya di sektor dalam mencapai tujuan organisasi.
domestik, mengurus rumah, dan Salah satu tujuannya yaitu menciptakan
keluarga.Berarti, hal ini juga citra yang positif sesuai keinginan atau
menunjukkan bahwa iklan korporat wish image perusahaan. Maka dari itu,
“Real Beauty” Dove juga telah iklan korporat merupakan medium yang
mengalami pergeseran isi atau pesan sangat penting bagi perusahaan.
dalam iklan dari versi global ke lokal. Namun, dalam kasus kali ini,
Sehingga pergeseran standar kecantikan Dove tidak memperhatikan fakta bahwa
(definisi baru kecantikan), juga telah iklan korporat bukanlah sebuah produk
mengalamipergeseran/perubahan dari yang dapat diganti terus-menerus sesuai
global ke lokal. Pergeseran isi pesan dengan kondisi pasar. Menurut Keegan
juga berkaitan dengan wish image (1999: 80), menjelaskan bahwa produk
perusahaan Dove yang tidak global dan merek global adalah hal yang
tersampikan pada iklan versi lokal. berbeda. Merek global itu sangat lekat
Dampak Gagalnya Iklan Korporat dengan citra dan identitas perusahaan
Berdasarkan pada sub-bab sehingga tidak bisa berganti-ganti sesuai
terkait pergeseran standar kecantikan, dengan pasar, sedangkan produk global
dapat dilihat bahwa public relations tidak terikat dengan nama dan citra
Dove gagal dalam menjalankan salah perusahaan sehingga dapat berbeda dari
satu fungsinya yaitu mengenalkan citra satu negara ke negara lainnya. Maka,

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 13


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

peneliti menangkap bahwa iklan citra positif dalam benak konsumen.


korporat merupakan sebuah merek Reputasi yang buruk tentunya dapat
global karena terikat dengan citra dan terjadi dan membawa dampak negatif
identitas perusahaan, bukan sebuah besar bagi perusahaan, seperi turunnya
produk global. rasa percaya konsumen dengan
Ini berarti Dove perusahaan hingga tidak ingin
menyamakan antara iklan korporat menggunakan barang ataupun produk
dengan produk global. Dove lalai dalam perusahaan.
melihat bahwa iklan korporat membawa Kesimpulan
merek global (citra dan identitas Hasil interpretasi tanda yang
perusahaan), sehingga jika terjadi ada pada iklan korporat Dove “Real
kesalahan maka akan sangat Beauty” versi global ke lokal
berpengaruh pada identitas serta citra menunjukkan pergeseran standar
dari Dove. Ini menunjukkan bahwa kecantikan (definisi baru kecantikan)
sekalipun terdapat hambatan terkait hanya ditemukan pada iklan korporat
perbedaan pasar yaitu karena faktor “Real Beauty, Meet Kylee” versi global,
budaya, Dove tetap tidak bisa sedangkan “Real Beauty: Friends” versi
mengubah isi dari iklan korporat karena lokal masih terjebak pada standar
bagaimanapun iklan korporat tetap kecantikan tradisional. Penemuan
membawa merek global yang lekat tersebut memperlihatkan bahwa isi
dengan citra dan identitas perusahaan. pesan iklan korporat dari versi global ke
Jika citra yang dibangun lokal turut mengalami pergeseran (tidak
melenceng dari identitas perusahaan, konsisten). Pergeseran isi pesan dapat
maka dapat menyebabkan krisis dilihat berdasarkan tanda ikon, indeks,
identitas yang dapat membahayakan dan simbol yang ada pada iklan
kelangsungan hidup perusahaan. korporat Dove. Berdasar tanda ikon,
Identitas merujuk KBBI (Kamus Besar pergeseran tersebut tergambar pada
Bahasa Indonesia) berarti suatu ciri model, pekerjaan, dan gaya hidup yang
khas, jati diri terhadap suatu hal/barang. ditampilkan pada kedua iklan korporat
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tersebut. Berdasarkan tanda indeks,
krisis identitas pada konteks ini yaitu pergeseran tergambar pada ekspresi
perusahaan yang kehilangan daya model yang mengindikasikan pada
tarik/ciri khas yang membuat suatu sesuatu hal yang lain. Sedangkan
perusahaan berbeda daripada yang lain. berdasarkan tanda simbol, pergeseran
Pengertian ini membawa makna, bahwa terlihat pada pakaian model,
Dove yang dikenal dengan penampilan fisik, dan bentuk tubuh.
kampanyenya melawan mitos Implikasinya, dalam konteks
kecantikan (Real Beauty), dapat public relations Dove tampak gagal
kehilangan ciri khasnya tersebut akibat dalam peranannya menjaga identitas
kegagalan pada iklan korporat. perusahaan. Ketidaksesuaian tanda-
Maka dari itu, kesesuaian tanda dalam iklan korporat dengan wish
tanda-tanda dalam iklan korporat Dove image bisa mengakibatkan identitas
dengan wish imagenya perlu perusahaan menjadi tidak jelas. Adanya
diperhatikan. Dalam hal ini, perbedaan iklan korporat versi global
ketidaksesuaian iklan Dove dengan wish dan lokal ini merupakan wujud dari
imagenya, akan membawa dampak tidak konsistennya Dove melakukan
yang tidak diharapkan perusahaan, dan kampanye “Real Beauty.” Sedangkan,
kemungkinan paling buruk yaitu adanya dari kontekspemasaran global, Dove
citra negatif. Sehingga, Dove kali ini dianggap gagal dalam membedakan
dapat gagal dalam mempertahankan sebuah produk global dengan merek

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 14


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

global dari perusahaan. Dove tidak Creswell, John. (2015). Penelitian


memperhatikan fakta bahwa iklan Kualitatif & Desain Riset.
korporat bukanlah sebuah produk global Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
yang dapat diganti terus-menerus sesuai Danandjaja. (2011). Peranan Humas
dengan kondisi pasar. Merek global itu dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha
sangat lekat dengan citra dan identitas Ilmu.
perusahaan sehingga tidak bisa Frecentese, Victoria. 2013. Tattooing
berganti-ganti sesuai dengan pasar, Identity: An analysis of historical and
sedangkan produk global tidak terikat contemporary tattooing
dengan nama dan citra perusahaan practices among members of the
sehingga dapat berbeda dari satu negara military community.Tesis, Pp. 1-73.
ke negara lainnya. Maka, peneliti Jefkins, Frank. (2014). Pubic Relations.
menangkap bahwa iklan korporat Jakarta: Erlangga.
merupakan sebuah merek global karena Keegan, Waren J. (1996). Manejemen
terikat dengan citra dan identitas Pemasaran Global. Jakarta:
perusahaan. Prenhallindo.
Dengan penjelasan di atas, Keegan, Waren J. (1999). Manejemen
dapat disimpulkan, bahwa pergeseran Pemasaran Global. Jakarta:
standar kecantikan hanya terjadi pada Prenhallindo.
iklan versi global, dan merupakan Krystýnová, Zuzana. (2013). “Tattoed
cermin ketidakkonsistenan Dove & (Un) Employed” The
melakukan kampanye. Possibilities and Limitations of
Ketidakkonsistenan tersebut dapat A Future Career with Tattoos.
membawa dampak buruk bagi Tesis, Pp. 1-103.
perusahaan, diantaranya kebingungan Kriyantono, Rachmat. (2008). Public
publik terhadap identitas perusahaan, Relations Writing: Media Public
gagalnya pembentukan wish image Relations Membangun Citra Korporat.
perusahaan, serta kegagalan Jakarta: Kencana.
menjangkau target pemasaran seperti Mario, Bernardin P.N. (2017). “3
diharapkan Dove. Alasan Mengapa Orang
Membeli Barang-barang
Mahal”. Diakses dari
https://ekonomi.kompas.com/rea
REFERENSI d/2017/10/12/110000826/3-
alasan-mengapa-orang-
Amin, O.L.G. (2014). “Representasi membeli-barang-barang-mahal,
Kecantikan Perempuan pada 10 November 2018.
Iklan Dove Versi Real Beauty Melliana, Anastasia. (2013). Menjelajah
Sketches di Situs Youtube”. Tubuh: Perempuan dan Mitos
Commonline Departemen Kecantikan. Yogyakarta: LkiS.
Komunikasi, 04 (1), 1-11. M.R., Krithika. (2015). “The Impact of
Barker, Chris. (2014). Kamus Kajian Cosmetic Advertisements in
Budaya. Yogyakarta: PT Kanisius Television: A Study among
Bold, Ben. (2015, Juni). “When Dove College Girl Students Self-
Got Real: The History of Brand Esteem and Beauty”. Journal for
Turn Around”. Diakes dari Studies in Management and
https://www.prweek.com/article/ Planning, 01 (3), 228-244.
1351936/when-dove-real- Nuryati. (2015). “Feminisme dalam
history-brand-turnaround, 03 Kepemimpinan”. Istinbath, 16, 161-
September 2018. 179.

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 15


[JURNAL LONTAR VOL.7 NO.2 JULI-DESEMBER 2019]

Pettis, Ruth M. (2015). “Tomboys”. Seto, Indiawan. (2006). Semiotika :


Glbtq, Inc. Aplikasi Praktis Bagi Peneliti
Prabasmoro, Aquarini. (2006). Kajian dan Penulisan Skripsi Ilmu
Budaya Feminis Tubuh, Sastra, Komunikasi. Jakarta.
dan Budaya Pop. Yogyakarta: Thornham, Sue. (2010). Teori Feminis
Jalasutra. dan Cultural Studies.
Prabawa, Imam. (2018). “Arti Against Yogyakarta: Jasutra.
All Odds”. Diakses dari Vos, M.F. (1992). The Corporate Image
https://www.belajaringgrisimanp Concept: A Strategic Approach.
rabawa.com/2018/06/arti- Den Haag: CIP Gegevens
against-all-odds.html, 24 Koninklijke Bibliotheek.
November 2018. Widyatama, Rendra. (2006). Bias
Ruslan, Rosady. (1997). Kiat dan Gender dalam Iklan Televisi.
Strategi: Kampanye Public Yogyakarta: Media Pressindo.
Relations. Jakarta: PT Raja Zotos, Y., & Tsichla, E. (2014).
Grafindo Persada. “Female Potrayals in
Ruslan, Rosady. (2013). Metode Advertising Past Research, New
Penelitian: Public Relations dan Directions”. International
Komunikasi. Jakarta: PT Raja Journal on Strategic Innovative
Grafindo Persada. Marketing, 01, 9-26.

| Copyright©2019, Lontar:Jurnal Ilmu Komunikasi 16

You might also like