Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 4
Jurnal 4
96-104)
Abstract
Puberty in girls is indicated by a menstruation. Each adolescent girls have a different experience of their
periods. Some girls get period without any complaints, but some of them accompanied with dysmenorrhea which
resulted in a sense of discomfort in the form of pain that can interfere their daily activities. According to AHCPR
(Agency for Health Care Policy and Research), pain management that can be performed by nurses are
nonpharmacological therapy, one of which is cutaneous stimulation, Slow-Stroke Back Massage. This study
aimed to investigate the direct effect of cutaneous stimulus: Slow-Stroke Back Massage on primary
dysmenorrhea pain scale. Design for this reasearc is a quasi experiment in one group (one group pre test- post
test design). Subjects in this study were 12 female nursing students of Stikes Amanah Padang who have met
criteria of the study. Subjects had been taught about technique of slow-stroke back message, and practice during
their period when dysmenorrhea felt for 1 week. Previously, pain experience during menstruation assessed using
a scale Numerical Rating Scales (NRS). Data were analyzed using paired t-test. This study showed that more
than half of female students (75%) were experienced a moderate level of dysmenorrhea pain with pain scale was
5.67 ± 1.56 before being given cutaneous stimulus slow-stroke back massage (pretest). After given the slow-
stroke back message (posttest), more than half (58.2%) experienced a mild level of pain dysmenorrhea with pain
scale was 4 ± 2.09. The cutaneous stimulus slow-stroke back message can reduce dysmenorrhea pain scale of
nursing students in STIKes Amanah Padang.
Keywords: Cutaneous Stimulus Slow-Stroke Back Message, Dysmenorrhea Pain, Nursing Students
Abstrak
Masa remaja pada remaja putri salah satunya ditandai dengan datangnya menstruasi. Menstruasi yang dialami
memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Sebagian remaja mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun
beberapa dari mereka disertai keluhan berupa dismenore yang mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa
nyeri yang pada akhirnya berdampak terhadap gangguan aktivitas remaja. Menurut AHCPR (Agency for Health
Care Policy and Research) penatalaksanaan nyeri yang dapat dilakukan perawat adalah terapi nonfarmakologi,
salah satunya adalah stimulasi kutaneus Slow-stroke Back Massage. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek
langsung pengaruh Stimulus Kutaneus Slow-Stroke Back Massage Terhadap Skala Nyeri Dismenore Primer.
Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test – post test design).
Subjek dalam penelitian ini adalah 12 orang mahasiswi Stikes Amanah Padang yang telah memenuhi kriteria
penelitian. Subjek diajarkan teknik stimulus slow-stroke back message, dan mempraktekkannya selama haid
ketika rasa nyeri haid menyerang selama 1 minggu. Sebelumnya dikaji pengalaman nyeri menstruasi mahasiswi
sebelumnya dengan menggunakan skala Numerical Rating Scales (NRS). Data dianalisa dengan menggunakan
paired t–test. Sebelum diberikan stimulus kutaneus slow-stroke back message (pretest). Penelitian ini
memperlihatkan lebih dari separuh mahasiswi (75%) mahasiswi mengalami tingkat nyeri dismenore sedang
dengan skala nyeri 5,67 ± 1,56. Setelah diberikan stimulus slow-stroke back message (posttest) lebih dari
separuh (58,2 %) mahasiswi mengalami tingkat nyeri dismenore ringan dengan skala nyeri 4 ± 2,09. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah stimulus kutaneus slow-stroke back message dapat menurunkan skala nyeri dismenore
pada mahasiswi Stikes amanah Padang.
Kata kunci : Stimulus Kutaneus Slow-Stroke Back Message, Nyeri Dismenore, Mahasiswa Keperawata
transmisi impuls nyeri. Teknik untuk masyarakat mulai dengan tingkat ekonomi
stimulasi kutaneus slow-stroke back atas hingga masyarakat ekonomi bawah.
massage dilakukan dengan metode Dengan kondisi seperti di atas,
mengusap kulit klien secara berlahan dan maka sebagai seorang perawat perlu
berirama selama ± 10 menit (Potter & mengetahui tentang tehnik stimulus
Perry, 2005). kutaneus slow-stroke back massage dan
Penggunaan stimulus kutaneus: efeknya yang dapat memberikan rasa
SSBM yang benar dapat mengurangi nyaman bagi penderita nyeri. Hal ini
persepsi nyeri dan membantu mengurangi berguna untuk membantu perawat
ketegangan otot yang dapat menurunkan meningkatkan pelayanannya dalam
intensitas nyeri, disamping itu juga dapat mengurangi rasa cemas dan nyeri yang
menimbulkan pelebaran pembuluh darah dirasakan oleh penderita nyeri, karena rasa
dan memperbaiki peredaran darah di dalam nyeri tersebut mengganggu aktivitas
jaringan tersebut. Dengan cara ini penderita untuk memenuhi kebutuhan
penyaluran zat asam dan bahan makanan hidup mereka sehari-hari.
ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari Beberapa penelitian juga telah
zat-zat yang tidak terpakai akan diperbaiki. mengidentifikasi pengaruh dari slow-
Jadi akan timbul proses pertukaran zat stroke back massage ini. Salah satunya
yang lebih baik. Aktifitas sel yang adalah penurunan kecemasan dan
meningkat akan mengurangi rasa nyeri dan intensitas nyeri bahu pada lansia yang
meningkatkan relaksasi fisik dan dirawat di rumah sakit dengan stroke serta
psikologis (Kusyati, 2006). perubahan positif pada denyut jantung dan
Tehnik ini sederhana dan mudah tekanan darah, yang mengindikasikan
dilakukan, sehingga setiap perawat dan relaksasi pada lansia (Mok E & Woo CP,
institusi kesehatan bisa menerapkannya 2004). Begitu juga hasil penelitian yang
untuk mengatasi masalah nyeri, khususnya dilakukan Medical Shoker (2008),
pada nyeri dismenore. Tindakan ini juga pemberian stimulus kutaneus: slow-stroke
memungkinkan perawat untuk memeriksa back massage berpengaruh terhadap
kondisi kulit pasien (Ester, 2005). intensitas nyeri osteoatritis pada lansia.
Keuntungan dari stimulus kutaneus slow- Namun belum ada penelitian yang khusus
stroke back massage (SSBM) adalah menerapakan teknik ini pada nyeri
tindakan ini dapat dilakukan di rumah, dismenore.
sehingga memungkinkan pasien dan Hasil survey pendahuluan bulan
keluarga melakukan upaya dalam Desember 2013 terhadap 254 orang
mengontrol nyeri (Potter & Perry, 2005). mahasiswi di Program Studi Ilmu
Stimulus kutaneus slow-stroke back Keperawatan Stikes Amanah Padang
massage dapat membantu kemandirian didapatkan jumlah mahasiswi yang
klien dan keluarga dalam mengelola nyeri, mengalami nyeri menstruasi sebanyak 98
khususnya bagi pasien yang sulit orang dengan 56 orang (57,14%) orang
mendapatkan fasilitas pelayanan medis mengalami nyeri ringan, 16 (16,32%)
atau pasien yang tidak ingin mengatasi orang nyeri sedang, dan 26 (26,53%) orang
nyeri dengan menggunakan terapi mengalami nyeri berat sehingga biasanya
farmakologis. Selain itu dalam pemberian mahasiswi-mahasiswi yang mengalami
stimulus kutaneus slow-stroke back dismenore sering minta izin pulang
massage (SSBM) menggunakan teknik dengan alasan mereka tidak sanggup
yang sederhana dan tidak perlu mengikuti kegiatan belajar mengajar.
menggunakan alat khusus yang Dampak dari absensi itu adalah mahasiswi
membutuhkan biaya yang besar sehingga itu sering mendapatkan tugas bahkan ada
stimulus ini dapat diberikan kepada yang tidak dapat mengikuti ujian UAS
Vetty Priscilla, dkk., Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow-Stroke .... 100
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 13, No. 2, Oktober 2017, (Hal. 96-104)
Tabel 3. Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow Stroke Back Massage Terhadap Skala Nyeri pada
mahasiswi Stikes Amanah Padang tahun 2014
Dari tabel 3 diatas, diketahui bahwa skala nyerinya. Hal ini juga diperkuat
setelah dilakukan uji paired t – test dengan uji paired t-test yang menunjukkan
dengan derajat kepercayaan sebesar 95% bahwa penurunan skala nyeri dismenore
didapatkan nilai p= 0,002 (p<0,05) yang pada mahasiswa bermakna, yang berarti
artinya secara statistik terdapat penurunan stimulus slow-stroke back message dapat
bermakna tingkat nyeri haid (dismenore ) menurunkan skala nyeri dismenore
setelah pemberian intervensi. mahasiswa stikes Amanah Padang.
Dari tabel 5 diatas menunjukkan Sesuai dengan Gate Control Theory
bahwa setelah diberikan perlakuan (post- bahwa Stimulus kutaneus dapat
test), terdapat 7 orang (58,2 %) mahasiswi menurunkan nyeri, bekerja dengan cara
stikes Amanah Padang mengalami nyeri mendorong pelepasan endorfin, sehingga
ringan, berarti telah terjadi penurunan dari memblok transmisi stimulus nyeri. Cara
Vetty Priscilla, dkk., Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow-Stroke .... 102
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 13, No. 2, Oktober 2017, (Hal. 96-104)
Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Vol 1. Widjanarko, Bambang. (2006). Tinjauan
Jakarta: Media Aesculapius. Terapi pada Nyeri Haid Primer. Jakarta:
Mok E & Woo CP. (2004). The effects of Majalah Kedokteran Damianus, Vol 5.
slow-stroke back massage on anxiety and
shoulder pain in elderly stroke patien,
http://www.sciencedirect.com/science,
diakses 30 September 2011.
Poter, P. A., & Perry, A. G. (2006).
Fundamental keperawatan (edisi 4).
Jakarta: EGC.
Prabowo R.P. (2008). Endometriosis. In:
Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. 2nd ed.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Priharjo. (1999). Perawatan nyeri:
pemenuhan aktivitas istirahat pasien.
Jakarta: EGC
Richard, Deyo. (2011). Pijat bagus untuk
mengobati nyeri punggung. Diakses
tanggal 20 Desember 2011 dari
http://www.detik,health.htm
Riyanto. (2001). Nyeri Haid pada Remaja.
Diakes pada tanggal 21 September 2011
dari
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=190