Professional Documents
Culture Documents
1969-Article Text-6492-1-10-20211023
1969-Article Text-6492-1-10-20211023
2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
ABSTRACT
Dengue fever is a severe fever that is often deadly, caused by a virus, characterized by
capillary permeability, hemostasis abnormalities and in severe cases, shock syndrome loss of
protein. The disease is divided into several degrees. To ensure patients suffer from DENGUE
disease, it is necessary to perform physical and laboratory examinations such as hematology
tests. This study aims to analyze the results of physical examinations and laboratories of
DBD degrees I and II at H.Sahudin Kutacane Hospital. The study used descriptive methods
with a Cross Sectional approach. Accidental sampling and the number of samples obtained is
20 respondents, among others, degrees I and II are 10 respondents. The data collection tool
is carried out using observation sheets including demographic data, physical examination of
DBD degrees I and II, and normal standard numbers and laboratory examination units of
Amanah Kutacane Clinic. The results of research conducted from a physical examination of
DBD degrees I and II show signs and symptoms of DENGUD disease that appear differently
because in addition to the condition of a person's body response is different, It may also be
because it has been given symptomatic and supportive treatment, while the laboratory results
of DBD degrees I and II are only platelets whose value is low from normal numbers
(150,000-450,000/μl) of 88,500/μl and 42,300/μl respectively and these laboratory results are
affected by adequate fluid and oxygen intake and nutritious food intake so as to support
proper administration of action/management.
73
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
74
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
dan hasil laboratorium sudah jelas sindrom syok dengue (SSD). (Satari,
pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu 2011)
dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas Keberhasilan penanganan penyakit
pemeriksaan ini sering membantu ini sangat tergantung pada kecepatan dan
menegakkan diagnosis DBD. (Satari, ketepatan menegakkan diagnosa penyakit
2011) itu sendiri. Sejak 2017, Angka korban di
Perawat dapat melakukan Thailand sekitar 41.975 orang terkena
pemeriksaan fisik dengan membuktikan, DBD dan 47 orang di antarnya meninggal
menginformasikan, atau menambah data dengan Case Fatality Rate (CFR) 1,1 %.
yang sudah ada. Pemeriksaan dilakukan Di Propinsi DKI Jakarta kasus DBD
secara metodik untuk menciptakan menempati urutan pertama dari 33
gambaran yang jelas tentang status klien Propinsi lainya, dengan jumlah 31.836
sehingga dengan data yang akurat perawat kasus dan 86 orang diantaranya meninggal
dapat membuat diagnosa keperawatan dan dunia (CFR 0,27 %). (Depkes, 2016))
memilih jenis intervensi yang tepat untuk Dan sejak 2017, Propinsi Sumatera
rencana keperawatan. (Satari, 2011) Utara merupakan salah satu Propinsi yang
Pemeriksaan fisik DBD yang endemis DBD di Indonesia, dengan
dilakukan adalah pemeriksaan tingkat Jumlah 156.697 orang dan 1.296 orang
kesadaran, demam, keadaan umum, tanda diantaranya meninggal dunia. Khususnya
– tanda vital, dan perdarahan. (Novriani, di kota Medan kasus DBD berjumlah
2012) 1.917 kasus serta diperoleh 27 %
Demam Berdarah Dengue dapat penderita balita dan 18 orang diantaranya
berakibat fatal akibat sulitnya mendeteksi meninggal dunia Tahun 2012, kasus DBD
gejala yang muncul dan justru gejala khas seluruh Kecamatan kota Medan berjumlah
muncul saat penderita memasuki keadaan 410 orang dengan angka kematian 1 orang
yang cukup parah, adanya kebocoran dan Kecamatan Helvetia salah satu
pembuluh darah, menurunya jumlah dan kecamatan yang paling tinggi terkena
kualitas komponen bekuan darah. Oleh DBD. (Depkes, 2016)
karena itu perawat perlu memahami, Berdasarkan data yang di peroleh
mengetahui pemeriksaan fisik dan hasil dari Medikal Rekord RSUD H. Sahudin
laboratorium DBD agar diberi perawatan Kutacane, pada tahun 2016 kasus DBD
secara benar untuk menghindari terjadinya berjumlah 352 orang, tahun 2018 kasus
DBD dengan jumlah 412 orang, dan tahun
75
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
2019 dari bulan Januari s/d Mei tahun Kutacane. Teknik pengambilan sampel
2021 di berjumlah 100 orang. yaitu Accidental Sampling yaitu
Berdasarkan studi pendahuluan, pengambilan sampel yang ada Ketika
dari 8 (delapan) orang DBD yang penelitian dilakukan. Jumlah sampel yang
diobservasi dengan menggunakan di peroleh sebanyak 20 orang terdiri dari
lembaran observasi pemeriksaan fisik dan DBD derajat I yaitu 10 orang dan DBD
hasil laboratorium di RSUD H. Sahudin derajat II yaitu 10 orang.
Kutacane, hanya dapat mengelompokkan Instrumen penelitian ini dengan
DBD derajat I dan II saja karena DBD menggunakan hasil pemeriksaan
derajat III dan IV jarang ditemukan laboratorium yang terdiri dari DBD
dilapangan. Dan berdasarkan uraian derajat 1 dan 2. Analisa data penelitian
tersebut peneliti ingin meneliti analisis yaitu analisa data univariat dan bivariat.
hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium Uji Analisa dengan dengan menggunakan
DBD derajat I dan II di Rumah Sakit uji chi-square pada perangkap SPSS.
Umum Daerah RSUD H. Sahudin (Budiarto, 2012)
Kutacane.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Jenis penelitian ini adalah penelitian Responden Berdasarkan Data
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif Demografi RSUD H. Sahudin
analitik. Desain cross sectional, dimana Kutacane Tahun 2021
pengukuran atau obsevasi terhadap subjek No Data Demografi (F) (%)
1 Umur Pasien
penelitian dilakukan dengan sekali
- ≤ 21 12 60
pengamatan. Penelitian dilakukan selama - 22 – 35 5 25
- > 35 3 15
dua minggu di RSUD H. Sahudin Kota -
Cane Tahun 2021. 2 Jenis kelamin
- Laki-laki 11 55
Populasi dalam penelitian ini adalah - Perempuan 9 45
semua penderita Demam Berdarah 3 Suku
Dengue derajat I dan II yang berobat di - Batak 11 55
- Jawa 9 45
RSUD H. Sahudin Kutacane Tahun 2021. 4 Agama
- Kristen 10 50
Sampel dalam penelitian ini adalah
- Islam 10 50
seluruh penderita DBD derajat I dan II
yang berobat di RSUD H. Sahudin
76
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
77
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
78
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
79
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
80
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
darah atau sering diistilahkan pemeriksaan trombositnya menurun kurang dari angka
darah lengkap. Berdasarkan teori untuk normal yaitu 42.300/µl. Dari hasil
menetukan DBD derajat I dan II perlu penelitian ini menunjukkan adanya
dilakukan pemerikasaan laboratorium, perbedaan nilai trombosit, sesuai dengan
tetapi yang dilihat hanya leukosit, eritrosit, penelitian Azhali (2015) yang mengatakan
hemoglobin, hematokrit, dan trombosit. bahwa hasil trombosit menunjukkan
Pada penderita DBD hasil perbedaan yang menyolok, hal ini
laboratoriumnya seperti leukosit normal, berhubungan dengan derajat penyakit dan
tetapi biasanya menurun dengan dominasi trombositopenia pada DBD hanya dapat
sel neutrofil. Umumnya trombositopenia ditemukan bila pemeriksaan trombosit
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dilakukan secara serial dan intensif
dan terjadi sebelum suhu turun. sekurang–kurangnya dari hari ke tiga
Peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20 sampai ke delapan dari sakitnya.
% pada penderita DBD merupakan Nilai trombosit dapat menurun
indikator terjadinya perembesan plasma, karena terjadi infeksi virus dengue yang
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan menyerang sel trombosit dan pembuluh
hematokrit, sedangkan eritrosit selalu darah, sehingga menggangu fungsi
ditemukan dalam tinja (Depkes, 2016). trombosit yang menyebabkan destruksi
Gambaran hasil laboratorium yang trombosit dalam darah meningkat. Apabila
khas pada penderita DBD adalah terjadi kadar trombosit rendah dari angka normal
peningkatan kadar hemoglobin (Hb), dan akan berisiko terjadi perdarahan. Untuk
penurunan trombosit kurang dari itu Satari (2014) menganjurkan agar
150.000/µl yang diikuti dengan memberi asupan cairan yang memadai
peningkatan hematokrit lebih dari 20 % baik melalui pemasangan infus maupun
(Judarwanto, 2017). minum yang banyak, sehingga kebocoran
Dari hasil laboratorium yang khas plasma dapat dikendalikan. Bila
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang kebocoran dapat dikendalikan kadar
dilakukan di RSUD H.Sahudin Kutacane trombosit yang rendah tidak akan
karena pada penyakit DBD derajat I hanya berdamapak pada perdarahan berat.
trombosit yang mengalami penurunan Berdasarkan teori dengan adanya
kurang dari angka normal (150.000- kebocoran plasma darah maka hematokrit
450.000/ µl) adalah 88.500/µl. Demikian mengalami peningkatan tetapi pada
juga pada penyakit DBD derajat II penelitian ini hematokritnya dalam
81
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
keadaan normal, hal itu mungkin terjadi laboratorium DBD yang diperiksa sangat
karena upaya penanganan / dipengaruhi oleh asupan cairan dan
penatalaksanaan yang cepat dan tepat oksigen. Jadi berdasarkan uraian tersebut
dengan memberikan asupan cairan yang mengisyaratkan bahwa pada penyakit
cukup seperti melakukan pemasangan DBD sebaiknya memperhatikan
infus dan minum air yang banyak pada penanganan yang cepat dan tepat dalam
penderita, sehingga mengalami bentuk pemberian asupan cairan seperti
pergantian cairan dalam tubuh. Perlu pemasangan infus, minum yang banyak
mendapat perhatian bahwa nilai dan juga pemberian oksigen untuk
hematokrit dipengaruhi oleh penggantian memperbaiki hasil pemeriksaan
cairan atau perdarahan. laboratorium. Dan pada pemeriksaan fisik
Demikian juga dengan hemoglobin selain memperhatikan asupan cairan dan
yang seharusnya terjadi peningkatan oksigen.
kadarnya, namun kenyataannya kadar
hemoglobin dalam keadaan normal. KESIMPULAN DAN SARAN
Mungkin terjadi karena telah diberi Kesimpulan
asupan cairan dan oksigen yang cukup, Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga hemoglobin mengikat oksigen dilakukan pada pasien yang berobat di
yang cukup dalam eritrosit sehingga kadar RSUD H.Sahudin Kutacane, maka hasil
eritrosit ikut normal. yang diperoleh pada pemeriksaan fisik
Sementara leukosit yang berfungsi DBD derajat I dan derajat II pada demam,
sebagai fagosit kadarnya tidak menurun keadaan umum, nadi yang lemah, uji
atau dalam keadaan normal, kemungkinan tourniquet (+), manifestasi perdarahan dan
terjadi karena telah diberikan asupan kesadaran yang kompos mentis
cairan yang cukup dan asupan makanan menunjukkan bahwa setiap responden
yang bergizi. Oleh karena itu, perlu memiliki perbedaan respon kekebalan
diperhatikan pemberian asupan cairan, tubuh sehingga tanda dan gejala penyakit
oksigen yang cukup dan makanan bergizi DBD yang muncul berbeda-beda.
bagi penderita DBD. Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil laboratorium tersebut maka dilakukan pada pasien yang berobat di
nilai trombosit DBD derajat II lebih RSUD H.Sahudin Kutacane, menunjukkan
rendah dibandingkan dengan nilai nilai laboratorium trombosit DBD derajat
trombosit DBD derajat I. Kemudian hasil I mengalami penurunan kurang dari angka
82
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, E. (2012). Biostatistika Untuk
Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. EGC.
83