Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No.

2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN LABORATORIUM


DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II
DI RSUD H. SAHUDIN KUTACANE

Joharsah¹, Fika Lestari², Purnama Sari Cane³


1,2,3
Akademi Kebidanan Nurul Hasanah Kutacane
Email: joharsah87@gmail.com, afiqalove@gmail.com, purnamasari.cane@gmail.com

ABSTRACT

Dengue fever is a severe fever that is often deadly, caused by a virus, characterized by
capillary permeability, hemostasis abnormalities and in severe cases, shock syndrome loss of
protein. The disease is divided into several degrees. To ensure patients suffer from DENGUE
disease, it is necessary to perform physical and laboratory examinations such as hematology
tests. This study aims to analyze the results of physical examinations and laboratories of
DBD degrees I and II at H.Sahudin Kutacane Hospital. The study used descriptive methods
with a Cross Sectional approach. Accidental sampling and the number of samples obtained is
20 respondents, among others, degrees I and II are 10 respondents. The data collection tool
is carried out using observation sheets including demographic data, physical examination of
DBD degrees I and II, and normal standard numbers and laboratory examination units of
Amanah Kutacane Clinic. The results of research conducted from a physical examination of
DBD degrees I and II show signs and symptoms of DENGUD disease that appear differently
because in addition to the condition of a person's body response is different, It may also be
because it has been given symptomatic and supportive treatment, while the laboratory results
of DBD degrees I and II are only platelets whose value is low from normal numbers
(150,000-450,000/μl) of 88,500/μl and 42,300/μl respectively and these laboratory results are
affected by adequate fluid and oxygen intake and nutritious food intake so as to support
proper administration of action/management.

Keywords: Physical examination, Laboratory, DBD degree I and II

PENDAHULUAN yang terinfeksi oleh virus dengue.


Demam Berdarah Dengue (Hudoyo, 2018)
merupakan suatu penyakit demam berat Gejala yang khas DBD adalah
yang sering mematikan, disebabkan oleh demam tinggi mendadak selama 3 hari
virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, pertama dan kemudian pada hari ke 3
kelainan hemostasis dan pada kasus berat, demamnya turun dan pada hari ke 4 dapat
sindrom syok kehilangan protein. Demam menjadi syok serta naiknya suhu. Gejala -
Berdarah Dengue dapat terjadi karena gejala Demam Berdarah Dengue
adanya gigitan nyamuk sebagai vektor kemungkinan tidak spesifik karena adanya
perbedaan kondisi seseorang dalam

73
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

menghadapi suatu penyakit. Orang yang pemahaman dan kejelian tentang


berisiko terkena Demam Berdarah Dengue perjalanan penyakit infeksi virus Dengue,
adalah anak-anak yang berusia dibawah patofisiologi, pemeriksaan klinis yang
15 tahun dan sebagian besar disebabkan memonitoring pemeriksaan Laboratorium.
oleh lingkungan tempat tinggal yang (Satari, 2011)
lembab, serta daerah pinggiran. (Irene, Monitor laboratorium tergantung
2016) keadaan klinis dan hasil Laboratorium
Demam Berdarah Dengue dibagi DBD yang menunjukkan peningkatan
dalam empat derajat, antara lain derajat I, hemoglobin (> 20 %), peningkatan
II, III dan derajat IV. Derajat I dan II hematokrit (meningkat 20 – 40 %), dan
ditandai demam disertai gejala umum penurunan trombosit (< 100.000 / ml),
serta adanya perdarahan, uji tourniquet perubahan tersebut biasanya terjadi pada
positif. Derajat II timbul perdarahan hari ke-3 hingga ke-5 sakit. (Novriani,
spontan di bawah kulit. Derajat III terjadi 2012)
kegagalan sirkulasi yang menimbulkan Pemeriksaan laboratorium pada
denyut nadi cepat dan lemah serta kasus DBD yang paling penting adalah
hipotensi dan derajat IV dijumpai adanya trombosit dan hematokrit dimana titik
syok, nadi yang tidak teraba serta tekanan kritis DBD terjadi jika kadar hematokrit
darah yang tidak terukur. (Depkes, 2015) penderita mengalami kenaikan lebih dari
Pemeriksaan laboratorium DBD 20 % dan menunjukkan kebocoran plasma
salah satu pemeriksaan penunjang dalam darah. Pemeriksaan laboratorium DBD
membantu menegakkan diagnosa, dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan
memastikan diagnosa, dan menyingkirkan radiologi, isolasi virus, deteksi antigen
diagnosa banding. Dalam menentukan virus, dan pemeriksaan serologi antara
diagnosa DBD, dilakukan beberapa lain uji IgG dan IgM antidengue dimana
tindakan antara lain: anamnesa, beberapa diantaranya dapat memberikan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hasil dalam waktu 15 menit. (WHO, 2016)
penunjang seperti pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium yang
laboratorium. Pada kenyataannya masih sering digunakan adalah pemeriksaan
terjadi kesulitan pemberian diagnosa serologi Immunoglobulin G (IgG) dan
terhadap DBD karena adanya berbagai Imunoglobulin M (IgM). Pemeriksaan ini
penyakit yang menyerupai tanda dan selain tidak spesifik harganya juga relatif
gejala penyakit DBD, sehingga perlu mahal. Pada keadaan manifestasi klinis

74
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

dan hasil laboratorium sudah jelas sindrom syok dengue (SSD). (Satari,
pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu 2011)
dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas Keberhasilan penanganan penyakit
pemeriksaan ini sering membantu ini sangat tergantung pada kecepatan dan
menegakkan diagnosis DBD. (Satari, ketepatan menegakkan diagnosa penyakit
2011) itu sendiri. Sejak 2017, Angka korban di
Perawat dapat melakukan Thailand sekitar 41.975 orang terkena
pemeriksaan fisik dengan membuktikan, DBD dan 47 orang di antarnya meninggal
menginformasikan, atau menambah data dengan Case Fatality Rate (CFR) 1,1 %.
yang sudah ada. Pemeriksaan dilakukan Di Propinsi DKI Jakarta kasus DBD
secara metodik untuk menciptakan menempati urutan pertama dari 33
gambaran yang jelas tentang status klien Propinsi lainya, dengan jumlah 31.836
sehingga dengan data yang akurat perawat kasus dan 86 orang diantaranya meninggal
dapat membuat diagnosa keperawatan dan dunia (CFR 0,27 %). (Depkes, 2016))
memilih jenis intervensi yang tepat untuk Dan sejak 2017, Propinsi Sumatera
rencana keperawatan. (Satari, 2011) Utara merupakan salah satu Propinsi yang
Pemeriksaan fisik DBD yang endemis DBD di Indonesia, dengan
dilakukan adalah pemeriksaan tingkat Jumlah 156.697 orang dan 1.296 orang
kesadaran, demam, keadaan umum, tanda diantaranya meninggal dunia. Khususnya
– tanda vital, dan perdarahan. (Novriani, di kota Medan kasus DBD berjumlah
2012) 1.917 kasus serta diperoleh 27 %
Demam Berdarah Dengue dapat penderita balita dan 18 orang diantaranya
berakibat fatal akibat sulitnya mendeteksi meninggal dunia Tahun 2012, kasus DBD
gejala yang muncul dan justru gejala khas seluruh Kecamatan kota Medan berjumlah
muncul saat penderita memasuki keadaan 410 orang dengan angka kematian 1 orang
yang cukup parah, adanya kebocoran dan Kecamatan Helvetia salah satu
pembuluh darah, menurunya jumlah dan kecamatan yang paling tinggi terkena
kualitas komponen bekuan darah. Oleh DBD. (Depkes, 2016)
karena itu perawat perlu memahami, Berdasarkan data yang di peroleh
mengetahui pemeriksaan fisik dan hasil dari Medikal Rekord RSUD H. Sahudin
laboratorium DBD agar diberi perawatan Kutacane, pada tahun 2016 kasus DBD
secara benar untuk menghindari terjadinya berjumlah 352 orang, tahun 2018 kasus
DBD dengan jumlah 412 orang, dan tahun

75
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

2019 dari bulan Januari s/d Mei tahun Kutacane. Teknik pengambilan sampel
2021 di berjumlah 100 orang. yaitu Accidental Sampling yaitu
Berdasarkan studi pendahuluan, pengambilan sampel yang ada Ketika
dari 8 (delapan) orang DBD yang penelitian dilakukan. Jumlah sampel yang
diobservasi dengan menggunakan di peroleh sebanyak 20 orang terdiri dari
lembaran observasi pemeriksaan fisik dan DBD derajat I yaitu 10 orang dan DBD
hasil laboratorium di RSUD H. Sahudin derajat II yaitu 10 orang.
Kutacane, hanya dapat mengelompokkan Instrumen penelitian ini dengan
DBD derajat I dan II saja karena DBD menggunakan hasil pemeriksaan
derajat III dan IV jarang ditemukan laboratorium yang terdiri dari DBD
dilapangan. Dan berdasarkan uraian derajat 1 dan 2. Analisa data penelitian
tersebut peneliti ingin meneliti analisis yaitu analisa data univariat dan bivariat.
hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium Uji Analisa dengan dengan menggunakan
DBD derajat I dan II di Rumah Sakit uji chi-square pada perangkap SPSS.
Umum Daerah RSUD H. Sahudin (Budiarto, 2012)
Kutacane.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Jenis penelitian ini adalah penelitian Responden Berdasarkan Data
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif Demografi RSUD H. Sahudin
analitik. Desain cross sectional, dimana Kutacane Tahun 2021
pengukuran atau obsevasi terhadap subjek No Data Demografi (F) (%)
1 Umur Pasien
penelitian dilakukan dengan sekali
- ≤ 21 12 60
pengamatan. Penelitian dilakukan selama - 22 – 35 5 25
- > 35 3 15
dua minggu di RSUD H. Sahudin Kota -
Cane Tahun 2021. 2 Jenis kelamin
- Laki-laki 11 55
Populasi dalam penelitian ini adalah - Perempuan 9 45
semua penderita Demam Berdarah 3 Suku
Dengue derajat I dan II yang berobat di - Batak 11 55
- Jawa 9 45
RSUD H. Sahudin Kutacane Tahun 2021. 4 Agama
- Kristen 10 50
Sampel dalam penelitian ini adalah
- Islam 10 50
seluruh penderita DBD derajat I dan II
yang berobat di RSUD H. Sahudin

76
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

Berdasarkan Tabel 1 diatas maka 5 X5 11 84,61


6 X6 12 92,31
diperoleh mayoritas umur ≤ 21 tahun
7 X7 12 92,31
adalah 12 orang (60 %), jenis kelaminnya 8 X8 10 76,92
mayoritas laki-laki sebanyak 11 orang (55 9 X9 11 84,61
10 X10 11 84,61
%), sukunya mayoritas Batak sebanyak 11
Berdasarkan Tabel 2 diatas, maka
orang (55 %), kemudian agama Kristen
ada 5 responden (50%) yang memiliki 11
dan Islam sebanyak 10 orang (50 %).
tanda dan gejala yang muncul dengan
Hasil Pemeriksaan Fisik DBD Derajat I
persentase adalah 85%, 3 responden
Berdasarkan Jumlah Gejala Yang
(30%) yang memiliki 12 tanda dan gejala
Muncul
yang muncul dengan persentase 92%, dan
Hasil Pemeriksaan Fisik DBD
ada 2 responden (20%) yang memiliki 10
Derajat I Berdasarkan Jumlah Gejala
gejala dan tanda yang muncul dengan
Yang Muncul RSUD H. Sahudin
persentase 77%.
Kutacane Medan Tahun 2021.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil
Berdasarkan tabel. 2, maka ada 8
Laboratorium DBD Derajat I
responden (80%) yang memiliki 10 tanda
No Hasil Rata-rata Angka
dan gejala yang sama dengan persentase Laboratorium Nilai (M) Normal
adalah 100% dan ada 2 responden (20%) 1 Leukosit 5,56 x 5 – 10 (103/µ)
103/µ
yang memiliki 9 tanda dan gejala yang ada 2 Eritrosit 4,78 x 4,2 – 5,4
103/µ (103/µ)
dengan persentase adalah 90%. 3 Hemoglobin 12,53 g/dl 12 – 16 (g/dl)
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Fisik DBD (Hb)
4 Hematokrit 38,48 % 38 – 47 (%)
Derajat II Berdasarkan Jumlah
5 Trombosit 88,50 x 150 – 450
Gejala Yang Muncul 103/µ (103/µ)
Hasil Pemeriksaan Fisik DBD Berdasarkan tabel diatas maka nilai

Derajat II Berdasarkan Gejala Yang trombositnya adalah 88.500/µl sedangkan

Muncul pada Pasien Di RSUD H.Sahudin leukosit, eritrosit, hemoglobin, dan

Kutacane Tahun 2021 hematokrit dalam keadaan normal. Jadi,

No Responden Jumlah Gejala (%) hanya nilai trombosit yang mengalami


Yang Muncul penurunan dari angka normalnya
(150.000-450.000/µl).
1 X1 10 76,92
2 X2 11 84,61
3 X3 11 84,61
4 X4 12 92,31

77
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

Distribusi Frekuensi Hasil persentase 50 %. Jadi Berdasarkan data


Laboratorium DBD Derajat II demografi tersebut , penyakit ini tidak
Hasil yang diperoleh menunjukkan memandang umur, jenis kelamin, suku
nilai trombositnya adalah 42.300/µl dan agama, karena penyakit ini dapat
sedangkan leukosit, eritrosit, hemoglobin, menyerang semua orang namun lebih
dan hematokrit dalam keadaan normal. banyak ditemukan pada usia muda.
Jadi, hanya nilai trombosit yang Pada saat manusia terinfeksi virus
mengalami penurunan dari angka dengue, tubuh akan memberi reaksi
normalnya (150.000-450.000/µl). adanya gejala demam. Bentuk reaksi
Penyakit DBD dapat menyerang tubuh terhadap virus antara manusia yang
anak-anak dan dewasa, tetapi kebanyakan satu dengan yang lain dapat berbeda,
sering didapat pada anak dibawah usia 15 maka dapat menunjukkan perbedaan
tahun (WHO, 2014). Hasil penelitian yang penampilan gejala klinis dan perjalanan
telah dilakukan di RSUD H.Sahudin penyakit. Bentuk gejala klinis DBD selalu
Kutacane menunjukkan bahwa data disertai dengan tanda perdarahan. Hanya
demografi responden, mayoritas berada saja, tanda perdarahan ini tidak selalu
pada usia ≤ 21 tahun sebanyak 10 orang muncul pada penderita DBD (Judarwanto,
(50 %). Jadi usia ≤ 21 tahun termasuk usia 2017).
anak yang muda, sesuai dengan Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
pernyataan American Academic of membuktikan, menginformasikan atau
Pediatric (2011) bahwa, batas usia anak menambah data yang sudah ada. Secara
yang muda adalah usia 21 tahun. Dari metodik pemeriksaan ini dilakukan untuk
hasil penelitian ini ternyata penyakit DBD menciptakan gambaran yang jelas tentang
dapat juga di jumpai pada usia anak muda. status klien sehingga dengan data yang
Berdasarkan jenis kelamin, akurat perawat dapat membuat diagnosa
menunjukkan bahwa pasien DBD keperawatan dan memilih jenis intervensi
mayoritas laki – laki yaitu 11 orang (55 yang tepat untuk rencana keperawatan
%). Berdasarkan suku, maka pasien DBD (Potter dan Perry, 2015).
mayoritas suku Batak yaitu 11 orang (55 Berdasarkan teori dalam
%). Sedangkan berdasarkan agama menentukan DBD derajat I dilakukan
menunjukkan pasien DBD baik agama pemeriksaan fisik dengan 10 keluhan dan
Kristen maupun agama Islam memiliki gejala yang terdiri dari demam, keadaan
jumlah yang sama yaitu 10 orang dengan umum antara lain lemas, mual, muntah,

78
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

anoreksia, dan nyeri (kepala, otot, tulang, pengobatan simptomatik (pengobatan


panggul), nadi yang lemah, uji tourniquet terhadap gejala seperti menurunkan
(+), manifestasi perdarahan yaitu petekia demam) dan pengobatan suportif
dan kesadaran yang kompos mentis. (tindakan yang memperbaiki keadaan
Berdasarkan hasil penelitian yang penderita DBD) (Satari, 2014).
dilakukan di RSUD H.Sahudin Kutacane , Selain itu kemungkinan terjadi
hasil yang diperoleh pada pemeriksaan karena demamnya bersifat bifasik yaitu
fisik DBD derajat I adalah ada 8 demam yang berlangsung selama
responden (80%) yang memiliki 10 tanda beberapa hari sempat turun menjadi
dan gejala yang muncul dengan persentase normal kemudian naik lagi dan baru turun
adalah 100% diantaranya demam, keadaan lagi saat penderita sembuh.
umum antara lain lemas, mual, muntah, Menggambarkan kurva suhu tubuh
anoreksia dan nyeri (kepala, otot, sendi, penderita DBD tidak konstan atau
panggul), nadi lemah, uji tourniquet (+), menyerupai pola pelana kuda (Hudoyo
perdarahan : petekia, dan kesadaran yang J, 2012).
kompos mentis. Berdasarkan teori dalam
Tampak dari kesepuluh tanda dan menentukan DBD derajat II dilakukan
gejala yang muncul keadaan umum, nadi pemeriksaan fisik dengan 13 keluhan dan
lemah, uji tourniquet, perdarahan dan gejala yang terdiri dari demam, keadaan
kesadaran yang kompos mentis sering di umumnya antara lain lemas, mual,
jumpai pada responden karena tubuh muntah, anoreksia, dan nyeri (nyeri
mengalami demam dari infeksi virus kepala, otot, tulang, panggul), TTV : nadi
dengue yang mengganggu sistem yang lemah, uji tourniquet (+), manifestasi
metabolisme tubuh atau kerusakan perdarahan (petekia, epistaksis,
jaringan yang meluas pada organ tubuh perdarahan gusi, perdarahan telinga) dan
(Dalimartha Setiawan, 2017). kesadaran yang kompos mentis.
Kemudian 2 responden (20%) yang Hasil penelitian pada pemeriksaan
memiliki 9 tanda dan gejala yang ada fisik DBD derajat II menunjukkan ada 5
dengan persentase adalah 90%. Ternyata, responden (50%) yang memiliki 11 tanda
terdapat gejala yang tidak dijumpai dan gejala yang muncul dengan persentase
diantara keseluruhan responden seperti adalah 85% diantaranya tanda dan gejala
demam. Demam ini tidak dijumpai yang tidak muncul adalah demam,
mungkin karena telah dilakukan perdarahan gusi dan perdarahan telinga.

79
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

Kemudian 3 responden (30%) yang Sehingga perlu di berikan asupan


memiliki 12 tanda dan gejala yang muncul makanan yang bergizi dan diusahakan
dengan persentase 92% diantaranya makan dalam kuantitas yang banyak
memiliki tanda dan gejala yang tidak (Irene, 2016)
muncul yaitu perdarahan gusi dan Berdasarkan teori, DBD derajat I
perdarahan telinga. Dan 2 responden memiliki 10 tanda dan gejala sedangkan
(20%) yang memiliki 10 tanda dan gejala derajat II ada 13 tanda dan gejala yang
yang muncul dengan persentase 77% ada, menunjukkan gejala klinis DBD yang
diantaranya ada gejala yang tidak muncul bervariasi. Dipertegaskan oleh penelitian
yaitu demam, perdarahan gusi dan Azhali (2015) bahwa gambaran klinis
perdarahan telinga dari 13 gejala yang DBD bervariasi dari peneliti yang satu
ada. Dari antara gejala yang ada pada dengan peneliti lainnya bila dibandingkan
derajat II, selain demam juga jarang dengan kriteria WHO, ini disebabkan
dijumpai tanda perdarahan telinga dan karena derajat beratnya DBD yang dirawat
perdarahan gusi. tidak sama.
Pada hasil penelitiannya yang Hasil penelitian yang dilakukan
mengatakan bahwa tanda perdarahan pada tampak bahwa setiap responden memiliki
DBD mungkin tidak terjadi pada semua tanda dan gejala yang muncul berbeda-
kasus gambaran pasien. Jarang di jumpai beda. Hal ini sesuai dengan pernyataan
perdarahan mungkin karena telah Harli Novriani (2012) bahwa gejala klinis
dilakukan upaya penanggulangan keadaan pada seseorang berbeda dari setiap derajat
penderita dengan memberikan asupan DBD karena adanya perbedaan kekebalan
cairan yang cukup dan melakukan segala respon tubuh. Perbedaan terjadi mungkin
upaya untuk meningkatkan ketahanan karena virus penyebab DBD yang
tubuh penderita DBD. Perlu diingat, tubuh mempunyai empat serotipe yaitu DEN-1,
memiliki imunitas terhadap suatu penyakit DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 jika
termasuk penyakit yang ditularkan oleh menyerang manusia menimbulkan gejala
nyamuk Aedes aegypti. Dengan yang berbeda-beda. (Satari, 2011)
membangun pertahanan tubuh yang kuat Pemeriksaan laboratorium DBD
maka akan semakin mudah tubuh salah satu pemeriksaan penunjang dalam
melawan penyakit yang menyerangnya. membantu menegakkan diagnosa,
Menjaga vitalitas tubuh kondisi penderita memastikan diagnosa, dan menyingkirkan
DBD tidak semakin parah (Satari, 2014). diagnosa banding adalah pemeriksaan

80
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

darah atau sering diistilahkan pemeriksaan trombositnya menurun kurang dari angka
darah lengkap. Berdasarkan teori untuk normal yaitu 42.300/µl. Dari hasil
menetukan DBD derajat I dan II perlu penelitian ini menunjukkan adanya
dilakukan pemerikasaan laboratorium, perbedaan nilai trombosit, sesuai dengan
tetapi yang dilihat hanya leukosit, eritrosit, penelitian Azhali (2015) yang mengatakan
hemoglobin, hematokrit, dan trombosit. bahwa hasil trombosit menunjukkan
Pada penderita DBD hasil perbedaan yang menyolok, hal ini
laboratoriumnya seperti leukosit normal, berhubungan dengan derajat penyakit dan
tetapi biasanya menurun dengan dominasi trombositopenia pada DBD hanya dapat
sel neutrofil. Umumnya trombositopenia ditemukan bila pemeriksaan trombosit
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dilakukan secara serial dan intensif
dan terjadi sebelum suhu turun. sekurang–kurangnya dari hari ke tiga
Peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20 sampai ke delapan dari sakitnya.
% pada penderita DBD merupakan Nilai trombosit dapat menurun
indikator terjadinya perembesan plasma, karena terjadi infeksi virus dengue yang
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan menyerang sel trombosit dan pembuluh
hematokrit, sedangkan eritrosit selalu darah, sehingga menggangu fungsi
ditemukan dalam tinja (Depkes, 2016). trombosit yang menyebabkan destruksi
Gambaran hasil laboratorium yang trombosit dalam darah meningkat. Apabila
khas pada penderita DBD adalah terjadi kadar trombosit rendah dari angka normal
peningkatan kadar hemoglobin (Hb), dan akan berisiko terjadi perdarahan. Untuk
penurunan trombosit kurang dari itu Satari (2014) menganjurkan agar
150.000/µl yang diikuti dengan memberi asupan cairan yang memadai
peningkatan hematokrit lebih dari 20 % baik melalui pemasangan infus maupun
(Judarwanto, 2017). minum yang banyak, sehingga kebocoran
Dari hasil laboratorium yang khas plasma dapat dikendalikan. Bila
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang kebocoran dapat dikendalikan kadar
dilakukan di RSUD H.Sahudin Kutacane trombosit yang rendah tidak akan
karena pada penyakit DBD derajat I hanya berdamapak pada perdarahan berat.
trombosit yang mengalami penurunan Berdasarkan teori dengan adanya
kurang dari angka normal (150.000- kebocoran plasma darah maka hematokrit
450.000/ µl) adalah 88.500/µl. Demikian mengalami peningkatan tetapi pada
juga pada penyakit DBD derajat II penelitian ini hematokritnya dalam

81
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

keadaan normal, hal itu mungkin terjadi laboratorium DBD yang diperiksa sangat
karena upaya penanganan / dipengaruhi oleh asupan cairan dan
penatalaksanaan yang cepat dan tepat oksigen. Jadi berdasarkan uraian tersebut
dengan memberikan asupan cairan yang mengisyaratkan bahwa pada penyakit
cukup seperti melakukan pemasangan DBD sebaiknya memperhatikan
infus dan minum air yang banyak pada penanganan yang cepat dan tepat dalam
penderita, sehingga mengalami bentuk pemberian asupan cairan seperti
pergantian cairan dalam tubuh. Perlu pemasangan infus, minum yang banyak
mendapat perhatian bahwa nilai dan juga pemberian oksigen untuk
hematokrit dipengaruhi oleh penggantian memperbaiki hasil pemeriksaan
cairan atau perdarahan. laboratorium. Dan pada pemeriksaan fisik
Demikian juga dengan hemoglobin selain memperhatikan asupan cairan dan
yang seharusnya terjadi peningkatan oksigen.
kadarnya, namun kenyataannya kadar
hemoglobin dalam keadaan normal. KESIMPULAN DAN SARAN
Mungkin terjadi karena telah diberi Kesimpulan
asupan cairan dan oksigen yang cukup, Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga hemoglobin mengikat oksigen dilakukan pada pasien yang berobat di
yang cukup dalam eritrosit sehingga kadar RSUD H.Sahudin Kutacane, maka hasil
eritrosit ikut normal. yang diperoleh pada pemeriksaan fisik
Sementara leukosit yang berfungsi DBD derajat I dan derajat II pada demam,
sebagai fagosit kadarnya tidak menurun keadaan umum, nadi yang lemah, uji
atau dalam keadaan normal, kemungkinan tourniquet (+), manifestasi perdarahan dan
terjadi karena telah diberikan asupan kesadaran yang kompos mentis
cairan yang cukup dan asupan makanan menunjukkan bahwa setiap responden
yang bergizi. Oleh karena itu, perlu memiliki perbedaan respon kekebalan
diperhatikan pemberian asupan cairan, tubuh sehingga tanda dan gejala penyakit
oksigen yang cukup dan makanan bergizi DBD yang muncul berbeda-beda.
bagi penderita DBD. Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil laboratorium tersebut maka dilakukan pada pasien yang berobat di
nilai trombosit DBD derajat II lebih RSUD H.Sahudin Kutacane, menunjukkan
rendah dibandingkan dengan nilai nilai laboratorium trombosit DBD derajat
trombosit DBD derajat I. Kemudian hasil I mengalami penurunan kurang dari angka

82
Jurnal Maternitas Kebidanan, Vol 6, No. 2, Oktober 2021
ISSN 2599-1841

normal (150.000-450.000 / µl) yaitu Departemen Kesehatan, R. (2015).


88.500/µl dan nilai laboratorium trombosit Pencegahan dan Pemberantas
DBD derajat II yaitu 42.300/µl. Kemudian Demam Berdarah Dengue Di
selain trombosit hasil laboratorium DBD Indonesia.
yang lain antara lain leukosit, eritrosit,, Departemen Kesehatan, R. (2016). Riset
hemoglobin, dan hematokrit, dapat Kesehatan Dasar.
ditanggulangi dengan memberikan asupan http://www.depkes.co.id
cairan dan oksigen yang cukup serta Hudoyo, J. (2018). Waspadai DBD
memberikan asupan makanan yang dengan Penanganan Yang Tepat.
bergizi. http://lifestyle.okezone.com
Saran Irene. (2016). Gejala Demam Berdarah
Setelah dilakukan penelitian ada dan Pertolongan Pertama. http: //
beberapa rekomendasi peneliti yaitu Irene.malau.net.
sebagai berikut : Sebaiknya melakukan Novriani Harli. (2012). Respon Imun dan
penanggulangan yang cepat dan tepat Derajat KesakitanDemam Berdarah
dengan memberikan pengobatan Dengue dan Dengue Shock
simptomatik seperti menurunkan demam, syndrome. EGC.
melakukan pengobatan suportif (tindakan http://www.kalbe.co.id
yang memperbaiki keadaan penderita Satari, H. &. (2011). Demam Berdarah
DBD) dan juga memberikan asupan cairan Dengue : Pelatihan bagi Pelatih
yang cukup, Bagi penderita DBD Dokter Spesialis Anak dan Dokter
sebaiknya melakukan pemeriksaan Spesialis Penyakit Dalam dalam
laboratorium yang kemudian melakukakan Tatalaksana Kasus DBD. FKUI.
pemeriksaan fisik agar dapat memberikan WHO. (2016). Dangue Buletin.
penatalaksanaan yang tepat, Pada
penderita DBD, sebaiknya di beri asupan
makanan yang bergizi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, E. (2012). Biostatistika Untuk
Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. EGC.

83

You might also like