Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Penyelesaian Sengketa Internasional: Intervensi Amerika Serikat Terhadap Kedaulatan

Nikaragua (Military and Paramilitary Activities In and Against Nicaragua)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Hukum Internasional kelas G

Dosen Pengampu: Elfia Farida, S.H., M.Hum.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Sekar Novi Rahmawati 11000120120085
Nanda Putri Utami 11000120140743
Febiyanti Atini 11000120130594
Patricia Kamila Dayu Pramudhita Pratomo 11000120140872
Yusuf Hadi Prapanca 11000120140725
Hilal Panji Badar 11000120140677

Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
Semarang
2022
Abstract

International law has traditionally recognized that the state as an independent and sovereign
entity means that the state is not subject to any authority. The international dispute that
occurred between the United States and Nicaragua is a dispute that intersects with state
sovereignty with several allegations of violations of international law committed by the
United States so that it is considered to have intervened in the sovereignty of Nicaragua in
which the arrangement regarding the concept of state sovereignty has been regulated in
international legal sources. Issues raised in this paper are about the international dispute
settlement mechanism in the case of Nicaragua against the United States of America. The
research method used is normative method, in which a variety of literature and international
legal instruments explain there are several ways that can be taken to resolve international
disputes. The conclusion states that the Nicaragua case is a law case which is in the
jurisdiction of the International Court of Justice in which Nicaragua has taken several ways in
accordance with international law procedures, but the United States of America refused the
decision of the International Court of Justice.

Keywords: Conflict, International, Dispute, United States, Nicaragua, State Sovereignty

Abstrak

Hukum internasional secara tradisional mengakui bahwa negara sebagai entitas yang merdeka
dan berdaulat berarti negara tersebut tidak tunduk pada otoritas manapun. Sengketa
internasional yang terjadi antara Amerika Serikat dan Nikaragua merupakan sengketa yang
bersinggungan dengan kedaulatan negara dengan beberapa tuduhan pelanggaran hukum
internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga dianggap melakukan intervensi
terhadap kedaulatan Nikaragua yang mana pengaturan mengenai konsep kedaulatan negara
telah diatur di dalam sumber-sumber hukum internasional. Permasalahan yang diangkat
dalam penulisan ini, yaitu mengenai mekanisme penyelesaian sengketa Nikaragua dan
Amerika Serikat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif, dimana
berbagai literatur dan instrumen hukum internasional menerangkan beberapa cara yang dapat
ditempuh untuk menyelesaikan sengketa internasional. Kesimpulan dari penulisan ini adalah,
kasus Nikaragua dan Amerika Serikat merupakan sengketa hukum, yang mana Nikaragua
telah menempuh prosedur hukum internasional mengenai cara penyelesaian sengketa namun
Amerika Serikat menolak keputusan Mahkamah Internasional.

Kata Kunci: Konflik, Internasional, Sengketa, Amerika Serikat, Nikaragua,


Kedaulatan Negara
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam hukum internasional kedaulatan negara dan kesetaraan antar negara
merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar dalam pelaksanaan hukum
internasional. Hukum internasional secara tradisional mengakui bahwa negara sebagai
entitas yang merdeka dan berdaulat berarti negara tersebut tidak tunduk pada otoritas
manapun.1 Dengan konsep kedaulatan tersebut menimbulkan beberapa hak yang diakui
oleh hukum internasional seperti hak kesederajatan, yurisdiksi wilayah, hak untuk
menentukan nasionalitas bagi penduduk di wilayahnya, hak untuk memberi izin dan
menolak atau melarang negara atau orang dari wilayahnya, serta hak untuk melakukan
nasionalisasi.2
Konsep kedaulatan negara ini juga dijadikan sebagai doktrin dengan istilah Act of
State Doctrine yang menyatakan bahwa setiap negara yang berdaulat wajib menghormati
negara yang berdaulat dan pengadilan suatu negara tidak dapat mengadili tindakan
pemerintahan negara lain.3 Konsekuensi dari konsep kedaulatan negara menimbulkan
sebuah prinsip non-intervensi yang dianut oleh hukum internasional dalam
keberlangsungannya. Konsekuensi lain dari konsep kedaulatan tersebut juga tercantum di
dalam Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB bahwa seluruh anggota yang menjalin hubungan
internasional dilarang mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integritas
wilayah atau kemerdekaan politik negara lain atau melakukan cara apapun yang
bertentangan dengan tujuan PBB. Apabila terjadi suatu sengketa yang terjadi antar
negara yang menjalin hubungan internasional, para pihak yang bersangkutan dituntut
untuk menyelesaikannya dengan cara damai sehingga perdamaian dan keamanan
internasional serta keadilan tidak terancam.4
Namun dalam keberlangsungannya, sengketa yang terjadi antar negara tidak
dapat dihindari. Dalam studi hukum internasional publik terdapat 2 (dua) macam
sengketa internasional yaitu sengketa hukum (judicial disputes) dan sengketa politik
(political disputes). Sengketa hukum adalah sengketa di mana suatu negara atau subyek
hukum lainnya mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hukum internasional.
Sedangkan sengketa politik adalah sengketa yang tuntutannya didasarkan atas
pertimbangan non yuridis, misalnya atas dasar politik.5 Pada kasus sengketa internasional
yang terjadi antara Nikaragua dan Amerika Serikat merupakan sengketa yang
bersinggungan dengan kedaulatan negara dengan beberapa tuduhan pelanggaran hukum
internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga dianggap melakukan
intervensi terhadap kedaulatan Nicaragua yang mana pengaturan mengenai konsep
kedaulatan negara telah diatur di dalam sumber-sumber hukum internasional.

1
Sigit Riyanto, “Kedaulatan Negara dalam Kerangka Hukum Internasional Kontemporer”, Yustisia Vol. 1 No. 3
(Desember 2012, hlm. 7.
2
Ibid.
3
Ibid., hlm. 8.
4
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 2 Ayat (3).
5
Boer Mauna, “Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global)”, PT
Alumni: Bandung (2003), hlm. 188.
Pada mulanya sebelum terjadinya sengketa antara Nikaragua dan Amerika Serikat
yang ditangani oleh Mahkamah Internasional, pemerintahan Nikaragua sendiri tengah
mengalami permasalahan di dalam internal pemerintahannya. Permasalahan yang
dimaksud ialah adanya peristiwa penggulingan Presiden Anastasio Somoza Debayle pada
Juli 1979 oleh Frente Sandinista de Liberación Nacional (FSLN) yang merupakan partai
oposisi dengan ideologi sosialisme.6 Dengan adanya peristiwa penggulingan Presiden
Somoza dan perombakan terhadap pemerintahan di Nikaragua menimbulkan
terbentuknya kelompok pemberontak yang terdiri dari pendukung Presiden Somoza
khususnya mantan anggota garda nasional.7 Sikap Amerika Serikat terhadap adanya
perubahan pemerintahan yang terjadi di Nikaragua pada awalnya berhubungan dengan
baik yang dapat dibuktikan dengan adanya program bantuan ekonomi dari Amerika
Serikat ke Nikaragua. Namun pada tahun 1981 Amerika Serikat memberhentikan dalam
memberikan bantuan ke Nikaragua pada Januari 1981 dan hubungan antar kedua negara
tersebut berakhir pada April 1981. Hal tersebut dikarenakan adanya tuduhan Amerika
Serikat bahwa pemerintahan baru Nikaragua terlibat dalam memberikan bantuan logistik
termasuk memberikan penyediaan senjata untuk gerilyawan di El Salvador.8
Dengan adanya pemerintahan baru di Nikaragua menimbulkan 2 (dua) anggota
kelompok bersenjata yang terorganisir yaitu Fuerza Democrática Nicaragüense (FDN)
dan Alianza Revolucionaria Democrática (ARDE). Fuerza Democratica Nicaragüense
(FDN) beroperasi sejak tahun 1981 yang berlokasi di sepanjang perbatasan Nikaragua
dengan Honduras sedangkan Alianza Revolucionaria Democratica (ARDE) beroperasi
sejak 1982 yang berlokasi di sepanjang perbatasan Nikaragua dengan Kosta Rika.9
Berdasarkan saksi yang dibawa oleh Nikaragua dalam persidangan Mahkamah
Internasional, Amerika Serikat telah memberikan dukungan kepada kontra yakni FDN
dan ARDE yang merupakan kelompok bersenjata yang melawan pemerintah Nikaragua
yang baru.10 Lebih lanjut dari keterangan saksi tersebut mengungkapkan bahwa tahun
1983 undang-undang anggaran disahkan oleh Kongres Amerika Serikat membuat
ketentuan khusus untuk dana yang akan digunakan oleh Badan-badan intelijen Amerika
Serikat untuk mendukung secara langsung atau tidak langsung operasi militer atau
paramiliter di Nikaragua.11
Dikemukakan oleh Nikaragua bahwa Pemerintah Amerika Serikat secara efektif
mengendalikan kontra, dengan turut menyusun strategi mereka dan mengarahkan taktik
untuk menggulingkan Pemerintahan baru Nikaragua. Selain tuduhan dalam memberikan
dukungan kepada kontra, Nikaragua juga mengklaim bahwa Amerika Serikat
mengintervensi kedaulatannya dengan melakukan beberapa pelanggaran seperti Oleh
karenanya Nikaragua mengajukan permohonan yang melembagakan proses hukum
melawan Amerika Serikat ke Mahkamah Internasional sehubungan dengan sengketa

6
Military and Paramilitary Activities in and against Nicaragua (Nicar. v. U.S.), Merits, 1986 ICJ REP., hlm.
10-11, para. 18. URL: https://www.icj-cij.org/public/files/case-related/70/070-19860627-JUD-01-00-BI.pdf
(diakses pada 4 Maret 2022).
7
Ibid., hlm. 11, para. 19.
8
Ibid.
9
Ibid., hlm. 11, para. 20.
10
Ibid.
11
Ibid.
mengenai tanggung jawab untuk kegiatan militer dan paramiliter di dan melawan
Nikaragua pada 9 April 1984.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis mengenai penyelesaian
sengketa internasional pada kasus Nikaragua dan Amerika Serikat berdasarkan
sumber-sumber serta asas-asas hukum internasional yang diakui oleh masyarakat
internasional.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada sub-bab latar belakang di atas, maka dengan ini kami
merumuskan 2 (dua) rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut pada bab
pembahasan sebagai berikut:
1) Apa saja tudingan Nikaragua terhadap pelanggaran hukum internasional yang
dilakukan oleh Amerika Serikat?
2) Bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi antara Nikaragua dengan Amerika
Serikat melalui Mahkamah Internasional dan bagaimana keputusannya?
B. PEMBAHASAN

1. Tudingan Nikaragua terhadap Kegiatan Intervensi yang Dilakukan Oleh Amerika


Serikat
Sebelum melakukan persidangan secara lisan, Ketua Pengadilan melakukan
persidangan tertulis dengan mengeluarkan perintah tertanggal 22 Januari 1985 dengan
menetapkan tanggal 30 April 1985 sebagai batas waktu bagi Nikaragua untuk
menyerahkan Memorialnya serta menetapkan tanggal 31 April 1985 sebagai batas waktu
bagi Amerika Serikat untuk menyerahkan Kontra-Memorialnya.12 Di dalam sidang tertulis
tersebut Pemerintah Nikaragua mengajukan beberapa tuduhannya terkait tindakan yang
telah dilakukan oleh Amerika Serikat yakni:13
a) Bahwa Amerika Serikat melakukan perekrutan, pelatihan, mempersenjatai,
memperlengkapi, membiayai, serta mendorong, mendukung, membantu dan
mengarahkan tindakan militer dan paramiliter di dan melawan Nikaragua yang
mana telah melanggar ketentuan yang diatur di dalam:
- Pasal 2 ayat (4) dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Pasal 18 dan Pasal 20 dari Piagam Organisasi Amerika dengan
Negara-Negara Bagian (The Charter of the Organization of American
States).
- Pasal 8 dari Konvensi Hak dan Kewajiban Negara (The Convention on
Rights and Duties of States).
- Pasal 1 dari Perubahan Ketiga Konvensi Konvensi tentang Tugas dan Hak
Negara dalam Peristiwa Perselisihan Sipil (Third, of the Convention
concerning the Duties and Rights of States in the Event of Civil Strife).
b) Bahwa Amerika Serikat melanggar kewajibannya berdasarkan ketentuan umum
dan kebiasaan hukum internasional serta telah melanggar kedaulatan Nikaragua
dengan:
- Melakukan serangan senjata terhadap wilayah darat, laut dan udara
Nikaragua.
- Melakukan serangan ke perairan teritorial Nikaragua.
- Melakukan tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
mengintimidasi Pemerintah Nikaragua
c) Bahwa Amerika Serikat telah melanggar kewajibannya berdasarkan ketentuan
umum dan kebiasaan hukum internasional dengan melakukan intervensi urusan
dalam negeri Nikaragua.
d) Bahwa Amerika Serikat telah melanggar kewajibannya berdasarkan ketentuan
umum dan kebiasaan hukum internasional dengan melanggar kebebasan laut lepas
dan mengganggu perdagangan maritim yang damai.
e) Bahwa Amerika Serikat telah melanggar kewajibannya berdasarkan ketentuan
umum dan kebiasaan hukum internasional dengan tindakan membunuh, melukai,
dan menculik warga sipil Nikaragua.

12
Ibid., hlm.17., para. 11.
13
Ibid., hlm.18-19., para. 15.
Dengan adanya tudingan pelanggaran yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat
terhadap Nikaragua, perwakilan Nikaragua dalam memorialnya menuntut beberapa hal
yakni:14
Pertama, meminta Mahkamah Internasional untuk mengadili dan menyatakan bahwa
Amerika Serikat telah melanggar kewajiban hukum internasional sebagaimana yang telah
disebutkan di atas secara berlanjut.
Kedua, meminta Mahkamah Internasional untuk menyatakan dengan jelas bahwa
Amerika Serikat harus menghentikan segala tindakannya yang telah melanggar hukum
internasional.
Ketiga, meminta Mahkamah Internasional untuk mengadili dan menyatakan bahwa
sebagai akibat dari pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Amerika
Serikat, Nikaragua menuntut adanya ganti rugi berupa kompensasi dan meminta
pengadilan untuk menentukan jumlah nilai ganti rugi yang harus dibayar oleh Amerika
Serikat.
Keempat, meminta Mahkamah Internasional untuk menetapkan ganti rugi sebesar
370.200.000 USD sebagai nilai minimum terhadap kerusakan yang dialami oleh
Nikaragua dengan pengecualian ganti rugi terhadap terbunuhnya warga sipil Nikaragua
akibat dari pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Meskipun Pengadilan telah menetapkan batas waktu bagi Amerika Serikat untuk
mengirimkan Kontra-Memorialnya pada 31 April 1985 sebagai pembelaannya, namun hal
tersebut tidak dilaksanakan oleh Amerika Serikat dan tidak adanya perwakilan hingga
tahap sidang lisan.15

2. Penyelesaian Sengketa Internasional Antara Nikaragua Vs. Amerika Serikat di


Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional sebagai badan peradilan memiliki wewenang penuh untuk


memeriksa dan mengadili sengketa-sengketa internasional yang diajukan oleh para pihak
yang bersengketa. Namun Mahkamah Internasional harus bersikap pasif dalam artian
Mahkamah hanya dapat menangani perkara apabila ada pengajuan dari para pihak yang
bersengketa dan tidak dapat mengajukan inisiatif sendiri untuk memulai suatu perkara.16
Pada kasus yang terjadi antara Nikaragua dan Amerika Serikat, Nikaragua sebagai salah
satu pihak yang bersengketa mengajukan perkara ke Mahkamah Internasional pada 9 April
1984.

Setelah adanya pengajuan perkara, Amerika Serikat melalui suratnya tertanggal 13


April 1984 menyatakan bahwa Mahkamah Internasional tidak memiliki yurisdiksi yang
diajukan oleh Nikaragua.17 Untuk menanggapi surat yang diajukan oleh Amerika Serikat,
Mahkamah Internasional melalui keputusannya tanggal 26 November 1984 berpendapat

14
Ibid., hlm.19-20., para. 15.
15
Ibid., hlm.20., para.17.
16
Faizal Fahri, “Daya Ikat Putusan Mahkamah Internasional: Analisis Penyerangan Militer dan Paramiliter
Amerika Terhadap Nikaragua”, The Digest: Journal of Jurisprudence and Legisprudence (2021), 2(2), hlm.269.
17
Ibid., hlm. 271.
bahwa Mahkamah Internasional memiliki yurisdiksi untuk menerima dan menangani
perkara yang diajukan oleh Nikaragua berdasarkan Pasal 36 ayat (2) dan (5) Statuta
Mahkamah Internasional.18 Selain itu, Mahkamah Internasional juga memiliki yurisdiksi
berdasarkan Article XXIV dari Treaty of Friendship Commerce and Navigation between
United States and Nicaragua of 21 January 1956.19 Kemudian sebagai langkah awal untuk
menangani kasus yang diajukan oleh Nikaragua, pada 10 Mei 1984 Pengadilan
mengeluarkan surat perintah sebagai bentuk dari tindakan sementara yang memuat untuk
memastikan bahwa Mahkamah Internasional memiliki yurisdiksi terkait sengketa tersebut.
Kemudian surat perintah yang dikeluarkan pada 14 Mei 1984 menetapkan bahwa tanggal
30 Juni 1984 menjadi batas waktu untuk pengajuan memorial bagi Nikaragua dan
menetapkan 17 Agustus 1984 sebagai batas waktu untuk pengajuan Kontra Memorial bagi
Amerika Serikat. Tindakan mengeluarkan surat perintah semenata oleh Pengadilan
tersebut didasarkan pada Pasal 41 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional dengan tujuan
untuk memelihara hak-hak dari masing-masing pihak yang berperkara.20

Setelah mendengar argumen dari para pihak dalam proses dengar pendapat publik
mengenai pertanyaan yurisdiksi pengadilan untuk menangani sengketa dan kelayakan
permohonan yang diadakan dari tanggal 8 hingga 18 Oktober 1984, Pengadilan
mengeluarkan putusannya tertanggal 26 November 1984 bahwa pengadilan memiliki
yurisdiksi untuk menangani kasus ini dan bahwa Permohonan yang diajukan oleh
Nikaragua dapat diterima berdasarkan Pasal 36 ayat (2) dan (5) Statuta Mahkamah
Internasional. Dengan dikeluarkannya putusan tersebut, tertanggal 18 Januari 1985
perwakilan Amerika Serikat menanggapinya dengan menyimpulkan bahwa keputusan
tersebut secara jelas dan keliru baik secara fakta maupun hukum. Selain itu, Amerika
Serikat menegaskan pula baik secara lisan dan tertulis bahwa Mahkamah Internasional
tidak memiliki yurisdiksi untuk menangani sengketa dan permohonan yang diajukan oleh
Nikaragua pada 9 April 1984 tidak dapat diterima. Oleh karena itu, dalam proses
selanjutnya Amerika Serikat tidak akan berpartisipasi lebih lanjut mengenai kasus ini.21

Pada tanggal 27 Juni 1986 Pengadilan mengeluarkan putusannya atas perkara yang
diajukan yaitu pengadilan menolak terhadap pembenaran diri secara kolektif yang
diajukan oleh Amerika Serikat mengenai kegiatan militer dan paramiliter di dan melawan
terhadap Nikaragua dan menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melanggar kewajiban
yang diberlakukan oleh hukum kebiasaan internasional untuk tidak melakukan intervensi,
menggunakan kekerasan terhadap negara lain, tidak melanggar kedaulatan negara lain, dan
tidak mengganggu perdagangan laut yang damai. Selain itu, Pengadilan menemukan
bahwa Amerika Serikat telah melanggar kewajiban yang timbul dari perjanjian bilateral
Persahabatan, Perdagangan, dan Navigasi tahun 1955. Selain itu, Pengadilan juga
mengeluarkan putusan bahwa Amerika Serikat harus melakukan reparasi atas segala
kerusakan dan korban yang telah disebabkannya. Namun pada Maret 1988 Amerika
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Military and Paramilitary Activities in and against Nicaragua (Nicar. v. U.S.), Merits, 1986 ICJ REP., hlm.6.,
para.4.
21
ibid, hlm 17., para 10.
Serikat tetap menolak untuk berpartisipasi dalam kasus tersebut. Lalu pada September
1991 Nikaragua mengeluarkan argumennya kepada pengadilan bahwa Pemerintah
Nikaragua tidak ingin melanjutkan persidangan oleh karenanya kasus tersebut telah
dihapus dari Daftar Pengadilan.22

22
Faizal Fahri, “Daya Ikat Putusan Mahkamah Internasional: Analisis Penyerangan Militer dan Paramiliter
Amerika Terhadap Nikaragua”, The Digest: Journal of Jurisprudence and Legisprudence (2021), 2(2), hlm.273.
C. KESIMPULAN
Dalam hukum internasional kedaulatan negara dan kesetaraan antar negara
merupakan konsep yang diakui dan menjadi dasar dalam pelaksanaan hukum internasional.
Hukum internasional secara tradisional mengakui bahwa negara sebagai entitas yang merdeka
dan berdaulat berarti negara tersebut tidak tunduk pada otoritas manapun. Konsekuensi dari
konsep kedaulatan negara menimbulkan sebuah prinsip non-intervensi yang dianut oleh
hukum internasional dalam keberlangsungannya. Konsekuensi lain dari konsep kedaulatan
tersebut juga tercantum di dalam Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB bahwa seluruh anggota yang
menjalin hubungan internasional dilarang mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap
integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara lain atau melakukan cara apapun yang
bertentangan dengan tujuan PBB.

Pada kasus sengketa yang terjadi antara Nikaragua dan Amerika Serikat yang mana
diajukan oleh Nikaragua pada tanggal 9 April 1984 merupakan suatu sengketa hukum
internasional. Adapun prosedur yang ditempuh oleh Nikaragua sudah mengikuti prosedur
yang prosedural sesuai menggunakan yang diatur oleh hukum kebiasaan serta ketentuan
internasional yang bersumber pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Statuta Mahkamah
Internasional serta konvensi-konvensi lainnya. Di dalam sidang tertulis, Nikaragua
mengajukan beberapa tuduhan atas tindakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap
kedaulatannya. Dalam proses sidangnya pula, dapat dilihat bahwa Amerika Serikat sebagai
pihak yang berkonflik tidak berpartisipasi aktif dalam mengajukan kontra-memorialnya
sebagai suatu bentuk pembelaannya. Berdasarkan merits yang dikeluarkan oleh Mahkamah
Internasional, bagi negara yang memutuskan untuk tidak tampil harus menerima konsekuensi
dari keputusannya yang mana kasus tersebut akan tetap berlanjut tanpa kehadirannya, selain
itu negara yang tidak hadir dalam proses persidangan tetap dianggap sebagai pihak yang
berkonflik dalam sengketa dan keputusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional
tetap memiliki kekuatan hukum dan mengikat sesuai dengan Pasal 59 Statuta Mahkamah
Internasional.

Pada kasus yang terjadi antara Nikaragua dan Amerika Serikat pada akhirnya tidak
dapat menemukan hasil yang memuaskan baik bagi Nikaragua dan Amerika Serikat.
Keputusan yang diambil oleh Pemerintah Nikaragua untuk tidak melanjutkan proses sengketa
di Mahkamah Internasional mengakibatkan kasus tersebut dihapus dari Daftar Pengadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Sigit Riyanto, Kedaulatan Negara dalam Kerangka Hukum Internasional Kontemporer,


yustisia Vol. 1 No. 3
Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global), PT Alumni: Bandung (2003)
Military and Paramilitary Activities in and against Nicaragua, Merits,
https://www.icj-cij.org/public/files/case-related/70/070-19860627-JUD-01-00-BI.pdf
(diakses pada 4 Mei 2022).
Faizal Fahri, Daya Ikat Putusan Mahkamah Internasional: Analisis Penyerangan Militer dan
Paramiliter Amerika Terhadap Nikaragua (diakses pada 4 Juni 2022).
The Digest: Journal of Jurisprudence and Legisprudence (2021). (diakses pada 4 Juni 2022).
Military and Paramilitary Activities in and against Nicaragua (Nicar. v. U.S.), Merits, 1986
ICJ REP., hlm.6., para.4.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

You might also like