5051 12940 2 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 05 No.

1 Februari 2022 ISSN 2622-8963 (media online)

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA TUMBUHAN


BELARAN TAPAH (Merremia peltata)
Identification Secondary Metabolites Compounds of the Belaran Tapah (Merremia
peltata)
Arfi Humairah, Yuniarti, dan Gusti Abdul Rahmat Thamrin
Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT. Belaran Tapah (Merremia peltata) is a plant used by the community around the Special
Purpose Forest Area (KHDTK) of Lambung Mangkurat University (ULM) as traditional medicine. The
purpose of this study was to determine the presence of secondary metabolites in the Belaran Tapah
plant with a qualitative phytochemical test which is expected to provide information about the content
of secondary metabolites for the Belaran Tapah plant which is capable of being the basis for
sustainable use of plants that have medicinal abilities. The sample came from KHDTK ULM, while
the Wood Science Laboratory, Faculty of Forestry, ULM, was the place for testing. The method uses
phytochemical screening which identifies flavonoid compounds, quinones, saponins, steroids,
tannins, triterpenoids, and alkaloids with objects including roots, stems, leaves, and bark. The test
results were processed into tabulated data and analyzed descriptively. Secondary metabolites
indicated on stems, bark, leaves, and roots showed that the most identified compounds were
saponins, almost all parts of the belaran tapah, kilayu and slapped rhino plants, except for the
slapped rhino stems. Alkaloids, triterpenoids, steroids and quinones were found only in some parts
of the roots, stems, leaves and bark, while flavonoids were not present in all of these plants.
Keywords: Phytochemical; belaran tapah; medicinal herb; metabolit secunder
ABSTRAK. Belaran Tapah (Merremia peltata) merupakan tumbuhan yang digunakan masyarakat
sekitar Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM)
sebagai obat tradisional. Tujuannya dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keberadaan senyawa
metabolit sekunder pada tumbuhan Belaran Tapah dengan uji fitokimia secara kualitatif yang
diharapkan dapat menyajikan informasi mengenai kandungan senyawa metabolit sekunder untuk
tumbuhan Belaran Tapah yang mampu sebagai dasar untuk pemanfataannya secara berkelanjutan
mengenai tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk pengobatan. Sampel berasal dari KHDTK
ULM, sedangkan Laboratorium Ilmu Kayu Fakultas Kehutanan ULM sebagai tempat pengujiannya.
Metodenya dengan menggunakan skrining fitokimia yang mengidentifikasi senyawa flavonoid,
quinon, saponin, steroid, tanin, triterpenoid, dan alkaloid dengan objek antara lain akar, batang,
daun, dan kulit. Hasil pengujian diolah ke dalam tabulasi data dan dianalisis secara deskriptif.
Metabolit sekunder yang terindikasi pada batang, kulit, daun, dan akar menunjukkan bahwa yang
paling banyak teridentifikasi adalah senyawa saponin, hampir semua bagian tumbuhan belaran
tapah, kilayu dan tampar badak, kecuali di bagian batang tampar badak. Senyawa alkaloid,
triterpenoid, steroid dan quinon ditemukan hanya di beberapa bagian akar, batang, daun dan kulit,
sedangkan flavonoid tidak terdapat sama sekali dalam semua tumbuhan tersebut.
Kata kunci: Fitokimia; belaran tapah; tumbuhan obat; metabolit sekunder
Penulis untuk korespondensi, surel: arvhmh31@gmail.com

PENDAHULUAN penelitian (Tizard, 2000). Senyawa metabolit


sekunder umumnya terkandung pada obat
tradisional dalam hal kimia bahan alam.
Megabiodiversity suatu wilayah dengan Senyawa aktif umumnya terkandung pada
tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi tumbuhan bentuk metabolit sekunder berupa
atau kaya yang dimiliki oleh Indonesia, steroid, flavonoid, terpenoid, kumarin, dan
sehingga sangat kondusif untuk dilakukan alkaloid. Zat berwarna, zat aroma makanan,
eksplorasi. Ditemukan 119 senyawa dari 90 dan zat racun, ataupun zat yang mempunyai
spesies tumbuhan yang digunakan sebagai kemampuan sebagai obat-obatan merupakan
obat, berdasarkan pemakaiannya secara pemanfaatan dari senyawa metabolit sekunder
tradisional dengan 77% sebagai hasil (Lenny, 2006).

86
Humairah. A. et al. 2022. Identifikasi Senyawa Metabolit … (05): 86 - 91

Potensi tanaman atau tumbuhan yang METODE PENELITIAN


berkhasiat obat banyak tersebar di Indonesia,
salah satunya di KHDTK ULM. Masyarakat
yang tinggal di sekitar KHDTK ULM secara Tempat dan Waktu Penelitan
turun-temurun telah memanfaatkan berbagai
jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional Laboratorium Ilmu Kayu Fakultas
baik sebagai tindakan pencegahan maupun Kehutanan ULM di Banjarbaru dijadikan
sebagai pengganti obat medis. Kawasan ini sebagai tempat pengujian fitokimia. Waktu
terdapat beberapa jenis tumbuhan khas yang diperlukan selama 3 bulan pada bulan
daerah Kalimantan Selatan yang berpotensi Juli sampai Oktober 2020 untuk persiapan,
sebagai obat, seperti tumbuhan belaran tapah. pengambilan, dan penyusunan hasil data
Titis et al., (2013), senyawa metabolit sekunder penelitian.
yang dimiliki oleh tumbuhan merupakan zat
bioaktif yang berhubungan pada kandungan Bahan dan Peralatan Penelitian
zat kimia oleh tumbuhan tersebut, sehingga
tumbuhan tersebut mampu dimanfaatkan Objek yang dugunakan yaitu akar,
sebagai bahan pengobatan untuk berbagai batang, kulit, dan daun dari tumbuhan belaran
jenis penyakit. tapah. Berikut merupakan bahan yang
Metabolit sekunder yang ditemukan pada digunakan, antara lain: asam asetat glacial
tanaman atau tumbuhan umumnya berupa (CH3COOH) dan asam sulfat pekat (H2SO4),
flavonoid, saponin, quinon, triterpenoid, tanin, magnesium (Mg), klorofom dan NH3, etanol
steroid, dan alkaloid. Senyawa aktif yang (C2H5OH), FeCl3 1%, pereaksi Meyer, Wagner,
terkandung di berbagai jenis tumbuhan atau Dragendorf, natrium hidroksida (NaOH),
tanaman dapat digunakan untuk pengobatan aquades, serta asam klorida pekat (HCl).
dalam hal untuk kesehatan, dalam hal ini Kemudian alat-alat yang diperlukan antara
tumbuhan belaran tapah sering digunakan lain: tabung reaksi, penjepit tabung reaksi,
masyarakat sebagai obat penyembuh batuk. timbangan/neraca, pipet tetes, blender,
ayakan 45 dan 60 mesh, labu erlenmeyer dan
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti hotplate, panci, gelas ukur, kertas label, kertas
tertarik untuk mengidentifikasi kandungan saring, corong, api bunsen, pisau atau gunting,
metabolit sekunder dengan uji fitokimia dari alat tulis, serta menggunakan kamera untuk
tumbuhan belaran tapah yang berpotensi dokumentasi.
sebagai tumbuhan obat di mana sebelumnya
belum diketahui kandungan metabolit Simplisia (Sampel)
sekunder apa saja yang tekandung pada
tumbuhan yang akan diteliti. Uji skrining Mengambil batang, akar, kulit, dan daun
fitokimia terhadap tumbuhan yang ada di dari tumbuhan belaran tapah. Prasetyo &
sekitar KHDTK yang biasa digunakan Entang (2013), kemudian mencuci dan
masyarakat sekitar sebagai obat tradisional membersihkan terlebih dahulu agar kotoran
sebagai langkah awal untuk mengetahui yang berupa tanah harus terbuang, karena
keberadaan metabolit sekunder di dalam pada tanah mempunyai berbagai jenis mikroba
tumbuhan obat lokal yang berperan aktif untuk dan Tilaar (2009) mengatakan bahwa
penyembuhan penyakit. pencuciannya harus cepat supaya zat aktif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yang terkandung tidak ikut larut. Merajang
keberadaan senyawa metabolit sekunder yaitu sampel (pengecilan ukuran) hingga menjadi
flavonoid, saponin, quinon, tanin, steroid, serpihan untuk memudahkan pengeringan.
triterpenoid, dan alkaloid dari tumbuhan Setelahnya, serpihan itu dikeringkan dalam
belaran tapah dengan pengujian fitokimia beberapa saat dengan kering udara aga kadar
kualitatif. airnya berkurang, jadi dapat disimpan untuk
dalam jangka waktu lama atau mampu
bertahan lama, sehingga tidak mudah
mengalami kerusakan, kemudian dikecilkan
sampai berbentuk serbuk. Serbuk tersebut
disaring pada ayakan 45 dan 60 mesh yang
berarti serbuk tersebut lolos di 45 mesh dan
terhenti di 60 mesh. Terakhir menyimpan ke

87
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 05 No. 1 Edisi Februari 2022

dalam plastik yang kecil dan memberi label tersebut. Bila warna yang dihasilkan semakin
atau kode yang sesuai sampel. kuat, maka konsentrasi tanin semakin tinggi.
Identifikasi Alkaloid
Metode Identifikasi
Menuang 1 gram serbuk sampel ke
Mengidentifikasi sampel batang, akar, tabung reaksi, menuang 5 ml klorofom dan
kulit, dan daun dari tumbuhan belaran tapah NH3 5 ml, kemudian didihkan, selanjutnya
dengan senyawa metabolit sekundernya dikocok dan disaring. Hal tersebut untuk
antara lain saponin, flavonoid, quinon, steroid, membuat filtrat. Tahap selanjutnya, menuang
tanin, tritrpenoid, dan alkaloid. Mengolah filtrat 5 ml H2SO4 dengan konsentrasi 2N ke filtrat
dari simplisia untuk pengujian dengan dan kembali dikocok. Menaruh filtrat ke dalam
mendidihkan air 100 ml dan menyampurkan 1 3 bagian tabung reaksi. Pertama pada bagian
gram serbuk sampel, selanjutnya menyaring tersebut meneteskan 1 atau 2 tetes pereaksi
untuk mengidentifikasi saponin, flavonoid, dan Meyer ke filtrat, jika warna putih terbentuk di
quinon), kemudian menaruhnya ke tabung endapannya berarti sampel tersebut
reaksi untuk mengidentifikasi kandungan mengandung alkaloid. Meneteskan 1 sampai 2
senyawa metabolit sekunder pada sampel. tetes pereaksi Wagner ke filtrat untuk bagian
Melakukan identifikasi dengan metode skrining kedua, jika membentuk endapan coklat
fitokimia (Harborne, 1987). menunjukkan bahwa sampel tersebut
mengandung alkaloid. Terakhir, meneteskan 1
Identifikasi Saponin hingga 2 tetes pereaksi Dragendorf ke dalam
Memasukkan 10 ml filtrat ke tabung reaksi filtrat bagian ketiga, jika warna jingga yang
dan mengaduknya secara vertikal selama 10 terbentuk di endapan dapat dikatakan bahwa
detik, setelah itu mendiamkannya 10 menit. ditemukan alkaloid pada sampel tersebut.
Jika membentuk busa yang stabil dan jika Identifikasi Steroid dan Triterpenoid
ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tersebut
tetap stabil maka sampel tersebut terdapat Menuang serbuk simplisia sebanyak 1
senyawa saponin. gram, lalu sebanyak 10 ml klorofom
ditambahkan ke dalamnya, kemudian dikocok
Identifikasi Quinon dan menyaringnya. Perlakuan tersebut untuk
Menyiapkan 5 ml filtrat dan meneteskan membuat filtrat. Setelah itu meneteskan asam
beberapa tetesan bahan kimia NaOH dengan asetat glasial sebanyak 10 tetes ke dalam filtrat
konsentrasi 1N pada filtrat (meneteskan lewat dan meneteskan H2SO4 sebanyak 10 tetesan,
dinding pada tabung reaksi). Bila perubahan jika warna berubah menjadi hijau, maka
warna yang ada menunjukkan warna merah, senyawa steroid terkandung di dalam sampel
artinya teridentifikasi adanya quinon. tersebut dan jika menjadi merah, maka
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid.
Identifikasi Flavonoid
Menyiapkan 5 ml filtrat, kemudian Analisis Data
menuang 1 gram Magnesium (Mg) dan
menuang HCl pekat 1 ml ke filtratnya, setelah Mengolah data yang digunakan untuk
itu menuang 5 ml etanol, lalu dikocok dengan hasil yang telah diperoleh ke dalam bentuk
kuat, serta mendiamkannya sampai larutan tabulasi. Hasil pengujian diolah dengan
tersebut terpisah, Jika menjadi merah muda menandai plus dua (++) yang berarti indikasi
(pink) di larutan etanol maka dikatakan sampel kuat dan tajam jika di dalam sampel tersebut
tersebut mengandung senyawa flavonoid. ditemukan indikasi senyawa metabolit
sekunder, menandai plus satu (+) jika indikasi
Identifikasi Tanin di dalamnya lemah atau warna yang dihasilkan
Menuang serbuk simplisia 1 gram ke kurang tajam, jika tidak terdeteksi atau tidak
dalam 200 ml air, selanjutnya memanaskan ada senyawa metabolit sekunder ditandai
sampai mendidih dan mendinginkannya, dengan minus satu (-), kemudian data tersebut
kemudian menyaringnya. Perlakuan tersebut dianalisis memakai metode analisis secara
untuk membuat filtrat. Setelah mebuat filtrat, deskriptif.
kemudian menambahkan larutan FeCl3 1% ke
dalanya, jika perubahan menjadi warna biru
yang tua atau hijau kehitaman dapat diartikan
bahwa tanin terkandung di dalam sampel

88
Humairah. A. et al. 2022. Identifikasi Senyawa Metabolit … (05): 86 - 91

HASIL DAN PEMBAHASAN daun dan kulit belaran tapah (Merremia


peltata) ditunjukkan pada Tabel 1.

Hasil identifikasi kandungan senyawa


metabolit sekunder pada sampel akar, batang,

Tabel 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Belaran Tapah


Nama Nama Senyawa Metabolit Sekunder
No. Bagian Ulangan
Daerah Ilmiah F S Q Tn St T A
1 - + - - - - +
Akar 2 - ++ - - - - +
3 - + - - - - -
1 - ++ - ++ - - +
Batang 2 - ++ - ++ - - -
Belaran Merremia 3 - ++ - + - - +
1
Tapah peltate 1 - ++ - ++ ++ - +
Daun 2 - ++ - ++ ++ - +
3 - ++ - + ++ - +
1 - + - - - - -
Kulit 2 - + - - - - -
3 - + - - - - -
Keterangan:
F = Flavonoid St = Steroid - = Tidak mengandung senyawa
S = Saponin T = Triterpenoid + = Mengandung senyawa (indikasi lemah)
Q = Quinon Tn = Tanin ++ = Mengandung senyawa (indikasi kuat)
A = Alkaloid

sedangkan senyawa lain tidak terkandung


Berdasarkan dari hasil yang telah
dalam bagian kulit belaran tapah. Penentuan
diperoleh yaitu pada bagian akar hanya
adanya saponin dibuktikan dengan adanya
ditemukan senyawa saponin dan alkaloid.
busa yang tetap stabil dalam setiap ulangan
Munculnya busa yang terlihat secara stabil
tersebut. Belaran tapah tidak terdapat alkaloid
pada ulangan pertama dan ketiga, namun
pada semua pereaksi.
pada ulangan kedua busa yang terdapat lebih
banyak dan lebih jelas sehingga hal ini Hal ini sejalan dengan kepercayaan
menunjukkan bahwa akar memiliki kandungan masyarakat sekitar KHDTK yang
saponin. Berubahnya warna dari seluruh menggunakan batang belaran tapah untuk
pereaksi alkaloid menunjukkan bahwa akar menyembuhkan batuk karena air dalam
mengandung senyawa alkaloid, namun itu batang tumbuhan tersebut memiliki khasiat
terjadi hanya pada ulangan pertama. sebagai obat batuk walaupun pada bagian
lainnya juga terdapat saponin yang bisa
Pada batang mengandung senyawa
berpotensi sebagai obat batuk tersebut. Telah
saponin, tanin, dan alkaloid. Saponin dan tanin
dikemukakan dari berbagai penelitian bahwa
menunjukkan hasil yang sangat jelas atau
saponin mampu menghasilkan efek
kuat, berbeda dengan alkaloid yang
antitussives dan expectorants (Fakhrunida &
terkandung terlihat sedikit atau lemah. Bagian
Pratiwi, 2015). Beberapa saponin juga mampu
daun menunjukkan lebih banyak mengandung
bekerja sebagai antimikroba, sedangkan
senyawa yaitu terdapat saponin, tanin, steroid,
saponin tertentu beberapa tahun terakhir
dan alkaloid, serta hasilnya terlihat lebih
menjadi penting karena didapat pada
banyak atau indikasi kuat. Alkaloid yang
beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik,
terlihat indikasinya lemah, namun ditemukan
serta digunakan sebagai bahan baku untuk
pada seluruh ulangan. Sangat berbeda pada
sintesis hormon steroid yang dimanfaatkan
bagian kulit yang hanya terdapat saponin,
untuk bidang kesehatan (Robinson, 1995).
itupun terlihat indikasinya lemah. Kulit belaran
Bruneton (1995) mengatakan bahwa sebagian
tapah mengandung senyawa saponin

89
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 05 No. 1 Edisi Februari 2022

saponin juga berguna dalam pertahanan alkaloid memiliki kegunaan dalam bidang
tumbuhan terhadap gangguan fungi dan kesehatan antara lain memicu sistem saraf,
mikroba yang mempunyai sifat hemolitik menurunkan dan menaikan tekanan darah,
sebagian dan sebagian lainnya bersifat serta melawan infeksi mikroba. Ayuni &
sitotoksik, serta mampu melawan virus. Sukarta (2013), alkaloid dengan golongannya
Menghambat peningkatan kadar glukosa yang banyak dimiliki tumbuhan adalah alkaloid
dalam darah juga salah satu manfaat dari dengan golongan isokuinolin dan basa
saponin, mekanismenya dengan merupakan sifat yang dimilikinya dan berarti
membendung penyerapan pada glukosa di hanya mampu dilarutkan pada pelarut organik.
usus halus dan membendung pengosongan Wadood et al., (2013) mengemukakan bahwa
lambung, yang menyebabkan absorpsi suatu agen anastesi merupakan pemanfaatan
makanan akan lebih lama, serta akan dari senyawa alkaloid yang biasa dimiliki oleh
mengalami perbaikan untuk kadar glukosa tumbuhan obat. Alkaloid juga berkhasiat untuk
darah (Mahendra & Fauzi, 2005). Menurut anti diabetes, anti malaria, dan anti diare.
Agustina (2016) saponin mempunyai Pernyataan tersebut sejalan pada yang
kemampuan dalam mengikat kolesterol dalam dikatakan oleh (Chen et al., 2007) bahwa
hal efek mengurangi resiko aterosklerosis, bagian biji pada mahoni (Swietenia mahagoni)
serta obat luka luar karena dapat yang mengandung senyawa alkaloid
menghentikan atau mengeringkan darah pada merupakan bahan yang telah dipakai untuk
kulit. Selain itu, kandungan saponin dapat pengobatan tradisional yaitu dimanfaatkan
sebagai antimikroba, mengurangi kadar gula sebagai obat pada penyakit hipertensi,
darah serta penggumpalan darah, malaria, dan diabetes, akan tetapi dibutuhkan
meningkatkan vitalitas, serta meningkatkan adanya identifikasi pada senyawa golongan
sistem kekebalan tubuh, dalam hal tersebut alkaloid, sehingga akan dapat diketahui
yaitu sebagai aktivitas biologis. kegunaannya yang lebih meyakinkan karena
beberapa golongan alkaloid bersifat racun.
Fuller & Mc Clintock (1986) berpendapat
yakni tanin yang ada pada batang dan
daunnya juga berpotensi sebagai obat. Tanin
mampu mengikat protein yang menghambat KESIMPULAN DAN SARAN
aktivitas enzim yang menyebabkan
metabolisme sel terhenti. Melihat dari sifatnya
yang mampu mengikat protein ini yang juga Kesimpulan
berpotensi untuk dipakai sebagai antibakteri,
selain itu juga mampu menghambat Berdasarkan hasil yang telah diperoleh
pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
Staphylococcus aureus, dan Bacillus paling banyak ditemukan adalah saponin dan
stearothermophilus mekanismenya dengan hampir di semua bagian, sedangkan senyawa
cara mengubah permeabilitas membran flavonoid, quinon, dan triterpenoid tidak
sitoplasma (Susilawati, 2007). terdapat sama sekali di dalam semua bagian
yang diidentifikasi pada penelitian ini. Tanin
Potensi senyawa triterpenoid yang ada di terkandung pada bagian batang dan daun
dalamnya juga mampu bekerja sebagai belaran tapah. Steroid hanya ditemukan di
antibakteri yaitu seperti diterpenoid, bagian daun yang indikasinya terlihat jelas
triterpenoid glikosida, monoterpenoid linalool, atau kuat. Terakhir yaitu senyawa alkaloid
phytol, dan triterpenoid saponin (Minarno, yang terkandung dari semua bagian yang
2015). Retno et al., (2016) mengatakan bahwa diidentifikasi menunjukkan indikasi yang lemah
alkaloid juga ditemukan pada tumbuhan di dan senyawa ini tidak ditemukan di bagian
bermacam bagiannya, yang ditemukan di kulitnya.
ranting, kulit batang, biji, akar, daun, serta
bunga, tetapi umumnya didapat dalam kadar Saran
yang lebih kecil dan yang tercampur dengan
senyawa rumit yang berasal dari jaringan Memerlukan studi atau penelitian lebih
tumbuhan atau tanaman harus dipisahkan. lanjut pada tumbuhan belaran tapah dalam hal
Keterkaitannya pada hasil identifikasi yaitu di potensinya, baik untuk perhitungan persentase
batang, akar, dan daun memperlihatkan kandungan atau uji fitokimia kuantitatif, uji
indikasi yang lemah (sebagian besarnya), hayati, uji bioaktivitas, maupun uji lain terhadap
sehingga bisa diartikan kadarnya sedikit. Widi
senyawa kimia aktif atau metabolit
dan Indriati (2007) mengemukakan bahwa

90
Humairah. A. et al. 2022. Identifikasi Senyawa Metabolit … (05): 86 - 91

sekundernya, sehingga informasi yang untuk Penghancur Batu Ginjal. Depok:


diberikan lebih luas dan lebih bermanfaat, dan Penebar Swadaya.
dan selanjutnya mampu diaplikasikan ke
Minarno, E.B. 2016. Analisis Kandungan
bidang farmasi, kedokteran, pertanian,
Saponin Pada Daun dan Tangkai Daun
ataupun ilmu lainnya. Selanjutnya agar
Carica pubescens Lenne & K. Koch. El-
masyarakat dapat meyakini bahwa tumbuhan
Hayah. 5(4).
belaran tapah bisa dipakai untuk suatu bahan
atau media dalam pengobatan tradisional, Prasetyo & I. Entang. 2013. Pengelolaan
sehingga masyarakat bisa mengembangkan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan
potensi pemanfaatannya secara luas. Simplisia). Bengkulu: Badan Penerbitan
Fakultas Pertanian UNIB.
Retno, N., E. Purwanti., & Sukarsono. 2016.
DAFTAR PUSTAKA Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Batang
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)
sebagai Bahan Ajar Biologi untuk SMA
Agustina, L. 2016. Skrinning Fitokimia Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi
Tanaman Obat Tanaman Obat di Indonesia, 3(2): 231-236.
Kabupaten Bima. Program Studi Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Pendididkan MIPA STKIP Bima, Cakra Tumbuhan Tinggi. Edisi Ke-6. Terjemahan
Kimia (Indonesian E-Journal of Applied oleh Kosasih Padmawinata. Bandung:
Chemistry) Volume 4, Nomor 1. Institut Teknologi Bandung.
Ayuni, N.P.S & Sukarta, I.N. 2013. Isolasi dan Tilaar, M. 2009. Healty Lifestyle with Jamu.
Identifikasi Senyawa Alkaloid pada Biji Jakarta: Dian Rakyat, Pp 67.
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq). In
Prosiding Seminar Nasional MIPA. Titis, M., Fachriyah, E., & Kusrini, D. 2013.
Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktivitas Alkaloid
Bruneton, J. 1999. Pharmacognocy, Daun Binahong (Anredera cordifolia (ten)
Phytochemistry Medicinal Plants. Paris: steenis). Journal of Chemical Information.
Lavoisier Publishing Inc. 1(1), 196-201.
Chen, Y.Y., Wang, X.N., Fan, C.Q., Yin, S., & Tizard, I.R. 2000. Immunology: An
Yue, J.N. 2007. Swiemahogins A and B, Indtroduction. 6th Ed. New York: Saunders
Two Novel Limnoids from Swietenia College Publishing. pp. 98 – 161.
mahagoni. Tetrahedron Letters, 48: 7480-
7484. Wadood, A., Ghufran M., Jamal, S.B., Naem,
M., & Khan, A. 2013. Phytochemical
Fakhrunida & R. Pratiwi. 2015. Kandungan Analysis of Medicinal Plant Occuring in
Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Local Area of Mardan. Biochemistry &
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Analitical Biochemistry,2: 144.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Widi, R.K. & Indriati, T. 2007. Penjaringan dan
Daya Alam, Surakarta. Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang
Kayu Kuning (Arcangelisia flava Merr).
Fuller, T & E, Mc Clintock. 1986. Poisonous Jurnal Ilmu Dasar 8(1):24 - 29.
Plants of California. California Natural
History Guides 53. Berkeley: University of
California Press.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia,
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Edisi 1. Terjemahan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil
Propanoida, dan Alkaloida. Karya Ilmiah,
FMIPA USU. Medan.
Mahendra, B & Fauzi, R.K. 2005. Kumis
Kucing Pembudidayaan dan Pemanfaatan

91

You might also like