Professional Documents
Culture Documents
EvaluasiKinerjaGrateCoolerPadaUnitClinkerProduction PDF
EvaluasiKinerjaGrateCoolerPadaUnitClinkerProduction PDF
EvaluasiKinerjaGrateCoolerPadaUnitClinkerProduction PDF
net/publication/358863995
Evaluasi Kinerja Grate Cooler Pada Unit Clinker Production di PT. Semen
Baturaja I (Persero) Tbk. ISMAIL MUHAMMAD ISYA 1 RAKHMAT ADIWIJAYA
SAFARUDDIN 3 UNIVERSITAS LAMPUNG 1 PT. SE...
CITATIONS READS
0 190
1 author:
Puspito Wijayanto
Lampung University
4 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Puspito Wijayanto on 26 February 2022.
ABSTRACT
Clinker Cooler as a part of cement production equipment has an important role. This equipment
serves to cool the clinker, and the cooling process here will determine the quality of the cement to
be produced. Calculation of heat efficiency in the clinker cooler can be carried out in two stages,
namely, calculations using a mass balance and calculations using a heat balance. Mass balance
calculations are required for heat balance calculations. From the heat balance calculation, it can be
seen that the heat efficiency of the clinker cooler is both the system heat efficiency and the
reaction heat efficiency. The performance value of the clinker cooler can be found by calculating
the reaction heat efficiency of the clinker cooler, which is the ratio between the amount of heat for
the reaction and the amount of heat provided. The heat of reaction efficiency is an indicator of
whether or not the clinker cooler's performance and operation is good.
KEYWORDS: analysis, thermal efficiency, grate cooler.
ABSTRAK
Clinker Cooler sebagai salah satu bagian dari alat produksi semen mempunyai peranan yang cukup
penting. Peralatan ini berfungsi untuk mendinginkan clinker, dan proses pendinginan di sini sangat
menentukan kualitas semen yang akan diproduksi. Perhitungan efisiensi panas pada clinker cooler
dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu, yaitu perhitungan dengan neraca massa dan perhitungan
dengan neraca panas. Perhitungan neraca massa diperlukan untuk perhitungan neraca panas. Dari
perhitungan neraca panas maka dapat diketahui efisiensi panas dari clinker cooler baik efisiensi panas
sistem maupun efisiensi panas reaksi. Nilai unjuk kerja clinker cooler dapat dicari dengan menghitung
efisiensi panas reaksi dari clinker cooler, yaitu perbandingan antara jumlah panas untuk reaksi dengan
jumlah panas yang disediakan. Efisiensi panas reaksi merupakan indikator baik atau tidaknya unjuk
kerja dan pengoperasian clinker cooler.
KATA KUNCI: analisis, efisiensi termal, grate cooler.
PENDAHULUAN
Dalam proses pembuatan semen, setelah terjadi proses pembakaran ( burning process ), maka
untuk tahap selanjutnya adalah dilakukan proses pendinginan material yang dilakukan oleh clinker
cooler. Pada proses pendinginan, pertama kali clinker didinginkan didalam kiln (cooling zone) sampai
temperatur sekitar 1350 oC. Kemudian pendinginan berikutnya dilakukan didalam cooler.
Pendinginan klinker mempengaruhi struktur, komposisi mineral grindability, dan kualitas semen yang
dihasilkan.
Kecepatan pendinginan clinker mempengaruhi perbandingan antara kandungan kristal dan fase
cair yang ada di dalam klinker. Selama pendinginan lambat, seperti yang pada jenis rotary cooler,
kristal dari komponen klinker akan terbentuk sekaligus menyebabkan sebagian fase cair mamadat.
Sementara pada pendinginan cepat, seperti pada jenis grate cooler, dapat mencegah pertumbuhan
lanjut dari kristal yang terbentuk.
TINJAUAN TEORI
Deskripsi Peralatan
Suatu proses pendinginan dapat dilakukan dengan beberapa jenis Cooler dengan prinsip operasi
hampir sama.
2. Planetary Cooler
Bentuknya seperti Rotary Cooler namun jumlahnya banyak dan kecil-kecil mengelilingi shell
outlet Kiln yang ikut berputar bersama Kiln menggunakan Main Drive Kiln. Pemakaian power untuk
cooler tidak ada karena bebannya jadi satu dengan Kiln drive. Bagian dalamnya dipasang lifter-lifter
untuk mengangkat klinker. Pendinginan klinker kurang optimal dan temperatur klinker yang keluar
dari cooler masih >150 oC. Jenis ini sudah banyak yang dimodifikasi menjadi Grate Cooler.
Gambar:Planetary cooler
3. Grate Cooler
Macam-macam Grate Cooler :
a. Reciprocating Grate Cooler
Jenis ini pertama kali diperkenalkan oleh Fuller Company. Jenis ini terdiri dari sebuah
rangkaian under-grate kompartemen dengan cooling fan terpisah yang memungkinkan kontrol tekanan
dan volume tersendiri pada saat memasukkan udara pendingin. Di Cooler ini terdapat lebih dari under-
grate compartement dan 2 atau 3 seksi grate yang digerakkan yang terpisah. Ukuran grate pertama 10ft
wide x 35ft long dan grate kedua 12ft x 42ft. Tekanan under-grate kurang lebih 600mm pada
kompartemen pertama makin lama makin berkurang hingga mencapai 200mm pada kompartemen
terakhir.
Sistem ini lebih efektif karena udara yang ditiupkan dapat mendinginkan material secara lebih
merata. Disepanjang undergrate dipasang sensor- sensor tekanan untuk memonitoring tekanan di
undergrate tersebut yang diakibatkan oleh udara yang ditiupkan oleh fan, dimana hasil dari sensor ini
dikirimkan ke peralatan yang selalu memantau keadaan dan akan membandingkan dengan set point
yang telah ditentukan. Apabila tekanan di undergrate melebihi set point maka hal ini berarti terjadi
penumpukan material di grate sehingga kecepatan grate harus ditambahkan. Di akhir grate dipasang
clinker breaker yang berguna untuk memperkecil ukuran klinker sebelum masuk ke finish mill
ataupun klinker silo. Udara panas yang dihasilkan oleh peniupan material oleh udara bertekanan ini
selanjutnya akan disalurkan ke Reinforced Suspension Preheater dan kiln sehingga akan menghemat
energi. Udara yang keluar dari Cooler dilewatkan ke Electrostatic Precipitator (EP) untuk mengurangi
pencemaran lingkungan.
Gambar: Grate Cooler (Smith, 1990)
Clinker (terak) dengan suhu tinggi akan jatuh pada cooler dan didistribusikan secara seragam ke
area kompartemen sesuai dengan lebar gratenya. Dikarenakan suhu material akan berubah menurut
jarak, maka pendingin klinker dibagi menjadi beberapa kompartemen dimana semakin dekat dengan
kiln maka panjang kompartemen semakin panjang. Udara yang telah melewati material bersuhu
sekitar 2000C akan dihisap untuk kemudian digunakan sebagai sumber panas di preheater dan kiln
yang bertujuan untuk meminimalkan energi yang hilang kelingkungan sekitar serta yang berarti pula
menghemat biaya. Volume jatuhan klinker ini akan selalu dimonitor oleh sebuah transmitter tekanan
yang dipasang di undergrate. Jika volume curahan terak dari kiln melebihi atau kurang dari nilai yang
telah disetkan maka transmitter tekanan akan mengirim sinyal ke pengontrol tekanan sehingga akan
segera mengolah data tersebut yang selanjutnya data tersebut akan dikirim ke pengontrol kecepetan
motor penggerak grate. Jika volume jatuhan klinker lebih besar dari yang disetkan maka motor akan
bergerak lebih cepat dengan tujuan untuk mengecilkan bed depth dan sebaliknya.
Data dari pengontrol tekanan juga akan dikirim ke pengontrol katup fan kompartemen pertama.
Nilai bed depth yang besar akan menyebabkan laju kecepatan aliran udara yang kecil tidak cukup kuat
untuk menembus klinker yang akan didinginkan. Hubungan antara beda tekanan (P), laju alir udara (v)
dan percepatan gravitasi (g) ditentukan oleh hubungan :
P = v2. ξ /2g
Dimana : ξ = Densitas Udara
Pertambahan nilai P akan berusaha disetkan kembali dengan menambah laju aliran udara. Suatu
nilai laju keepatan udara normal dengan open area 100% adalah sekitar 2meter/detik.
Clinker dari kompartemen pertama dengan memanfaatkan gaya gravitasi dengan memanfaatkan
Hukum Newton I bahwa suatu benda akan selalu mempertahankan gerak asalnya. Dengan didinginkan
oleh udara yang bersumber dari fan di undergrate tiap kompartemennya clinker bergerak ke ujung
cooler dengan suhu turun menjadi sekitar 1000oC. clinker yang telah didinginkan selanjutnya
diperkecil ukurannya dengan clinker breaker dengan maksud untuk memperluas area clinker yang
terkena udara, sehingga mempercepat pendinginan secara alami dalam perjalanan dengan mekanisme
ban berjalan ke klinker silo untuk disimpan. Debu dari pemecahan klinker dan debu selama proses
pendinginan akan dihisap melalui fan dan direduksi oleh EP untuk mengurangi partikel yang akan
menyebabkan pencemaran udara sebelum dilepas ke atmosfer.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Data-data yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh klinker pada Grate Cooler terhadap nilai Efisiensi
Termal Diperoleh dari :
1. Data Lapangan
Data-data diperoleh dari Central Control Room (CCR), Laboratorium pengendalian proses dan
laboratorium jaminan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Dan data-data tersebut meliputi :
a. Data Kiln Feed
Data-data yang diperoleh digunakan untuk menghitung neraca massa dan neraca panas.
Kapasitas panas fungsi temperatur secara umum mempunyai persamaan sebagai berikut : Cp = a +
bT + cT2 + dT3………………… (Smidth, 2003)
Persamaan ini digunakan untuk gas ideal anorganik, sedangkan untuk senyawa organik mempunyai
persamaan :
Cp = α + β T2 + γ T3, a, b, c, α, β, dan γ merupakan konstanta.
Untuk menghitung perubahan panas dari suatu sistem dengan menggunakan kapasitas panas fungsi
temperatur dari T1 ke T2.
a. Untuk gas ideal anorganik dQ = ∫ Cp . dT = ∫ (a + bT + cT2 + dT3) dT
………(Smidth, 2003)
b. Untuk senyawa organik dQ = ∫ Cp . dT = ∫ (α + βT + γ T2 ) dT
……………(Smidth,2003)
2. Kapasitas panas rata – rata
Untuk menghitung perubahan panas dari suatu sistem dengan menggunakan kapasitas panas rata-rata
dari T1 ke T2.
dQ = n . Cp . dT …………………………………………….(Smidth, 2003)
Kapasitas panas molal dari perubahan temperatur T1 ke T2 dapat diturunkan dari kapasitas
panas fungi temperatur dengan persamaan :
Cp = a + b (T1+T2/2) + c (T1+T2/2)2 + d (T1+T2)3….. .(Smidth,2003)
Untuk menghitung perubahan panas suatu sistem dengan menggunakan kapasitas panas molal
dari T1 ke T2 adalah : dQ = n . Cp . dT
…………………………………………(Smidth, 2003)
Dimana :
n = Volume Udara Pembarakan (m3) dalam hal ini Udara Sekunder
Cp = Panas Jenis Udara Sekunder pada Suhu Tertentu (kcal/m3 oC)
dT = Temperatur Udara Sekunder masuk Kiln
Hasil Perhitungan
Untuk menghitung efisiensi panas Grate cooler, terlebih dahulu dilakukan perhitungan
neraca massa dan neraca panasnya.
INPUT OUTPUT
Massa Udara
2 masuk Grate 457078,22 66,94 Massa Udara Tersier 202.138,29 29,60
cooler
Massa Udara
4 68233,09 9,99
Exhaust Air
Perhitungan neraca massa Grate cooler secara detail terdapat pada lampiran C
INPUT OUTPUT
NO
Material kcal/h % Material kcal/h %
Kalor
Klinker 32.462.899,50 41,98
Kalor Udara
1 Masuk 77221388,33 99,86
Sekunder
Grate
Cooler
Kalor
Udara 34.385.659,92 44,47
Kalor
2 Pendingin 108653,44 0,141
Udara Tersier
di Grate
Cooler
Kalor Udara
3 5,21
Exhaust Air 4.030.266,72
INPUT OUTPUT
No.
Material kcal/h % Material kcal/h %
Kalor Klinker
4 Keluar Grate 7,98
6.174.403,01
Cooler
= x 100%
=84,44 %
PEMBAHASAN
Pada Grate Cooler terjadi proses pendinginan klinker yang keluar dari kiln. Perhitungan
jumlah udara pendingin ini sangatlah penting untuk dilakukan karena udara pendingin yang
masuk berhubungan dengan kapasitas dari pendinginan klinker. Pada proses pendinginan
klinker dalam Grate Cooler, klinker panas keluaran kiln akan didinginkan lalu diolah lebih
lanjut untuk dijadikan semen. Salah satu proses yang dapat menentukan baik atau tidaknya
kualitas semen yang dihasilkan yaitu proses pendinginan terak hasil keluaran kiln secara
mendadak atau yang biasanya disebut dengan Quenching. Sementara udara panas hasil
keluaran Grate Cooler dimafaatkan sebagai udara sekunder untuk pembakaran batubara
didalam kiln, untuk pembakaran didalam Calsiner, sebagai udara pengering di Vertical Mill
dan sebagian akan dibuang ke lingkungan setelah dilewati ke ESP fan. Mengingat pentingnya
proses pendinginan tersebut maka diperlukan evaluasi terhadap kinerja alat Grate Cooler.
KESIMPULAN
Prinsip pendinginan klinker pada alat grate cooler di Pabrik Baturaja II PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk menggunakan metode pendinginan mendadak (quenching) dan
menggunakan udara sebagai media pendingin yang dialirkan menggunakan fan untuk
menurunkan temperatur klinker dari ±1350 ºC menjadi ±170 ºC.
Besarnya nilai efisiensi termal alat grate cooler tertinggi sebesar 91,20%.
Tinggi rendahnya nilai efisiensi termal alat grate cooler dipengaruhi oleh banyaknya volume
udara pendingin yang dialirkan dan jumlah kiln feed yang masuk. Dimana semakin banyak
udara pendingin yang dialirkan maka nilai efisiensi cenderung meningkat, dan penurunan
nilai efisensi disebabkan oleh kapasitas produksi clinker yang meningkat tanpa diikuti dengan
perubahan kebutuhan volume udara pendingin yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahamed, J.U., Madlool, N.A., Saidur, R., Shahinuddin, M.I., Kamyar, A., dan Masjuki, H.H.
2012. Assessment of energy and exergy efficiencies of a grate clinker cooling system
through the optimization of its operational parameters. Energy, 46(1), 664–674.
doi:10.1016/j.energy.2012.06.074.
Alsop, Philip A., PhD. 2019. The Cement Plant Operations Handbook for Dry Process Plant,
Seventh Edition. USA : Tradeship Publications Ltd.
Hougen, Olaf A., Watson, Kenneth M., dan Ragatz, R.A. 1943. Chemical Process Principles:
Material and Energy Balances. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Perry, Robert H., dan Green, Don W. 2008. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 8th
Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Setiyana, Budi. 2007. Analisis Unjuk Kerja Grate Clinker Cooler pada Proses Produksi
Semen. Jurusan Teknik Mesin FT-UNDIP, Vol. 9, No. 3.
Steuch, Hans E. 2004. Innovations in Portland Cement Manufacturing : Clinker Coolers.
Chapter 3.8, Page 495.
Telschow, Samira. 2012. Clinker Burning Kinetics and Mechanism. Denmark : Technical
University of Denmark.
FLSmidth, 2006. Operation and Optimization of Kiln System. Copenhagen : FLSmidth
Institute.
Geankoplis, Christie J.1993.Transport Processes and unit operations.Third edition.
University of Minnesota : Prentice Hall Interntional,inc.
Hidayat, Maul.2013.Grate Cooler. http://maulhidayat.wordpress.com/2013 /01/15/cooler-
system/( di akses pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 11:58 wib).
Himmelblau,David M and James B. Riggs.2004.Basic Principles and Calculations in
Chemical Engineering.Seventh Edition.
Peray, Kurt E.1979.Cement manucfaturer’s handbook.California Historical Society.