Professional Documents
Culture Documents
Malasary 1
Malasary 1
DYSPNEA
Nama Kelompok : 1.
2.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Sesak napas atau dispnea dyspnea, shortness of breath) adalah kondisi kesehatan
ketika seseorang mengalami kesulitan bernapas. Dispnea terjadi karena tidak
terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru sehingga menyebabkan pernapasan
seseorang menjadi lebih cepat, pendek, dan dangkal. Tingkat pernapasan normal
untuk orang dewasa dan remaja berkisar antara 12-16 napas per menit. Namun saat
mengalami dispnea, pola dan frekuensi pernapasan akan berubah.
Sesak napas bisa menjadi gejala masalah kesehatan yang sering kali terkait dengan
penyakit jantung atau paru-paru. Tapi dispnea juga dapat dialami setelah melakukan
latihan olahraga secara intens.
B. Klasifikasi
Dyspnea biasanya ditentukan dengan klasifikasi Hugh-Jones yang dapat dibagi
menjadi:
Derajat pertama: kerja tampak sama dengan mereka yang memiliki usia sama,
berjalan, naik tangga mungkin seperti orang sehat lainnya.
Derajat dua: walaupun obstruksi tidak didapatkan, pasien tidak dapat untuk berjalan
seperti orang lainnya yang berusia sama.
Derajat tiga: walaupun tidak dapat berjalan seperti orang sehat pada level biasa,
pasiennya masih dapat berjalan satu kilometer atau lebih dengan langkahnya
sendiri.
Derajat empat: orang berjalan 50 m atau lebih membutuhkan istirahat atau tidak
dapat melanjutkannya.
Derajat lima: sesak napas terjadi ketika ganti baju atau istirahat; dan orang tersebut
biasanya tidak dapat meninggalkan rumah.
C. Etiologi
Dispnea dapat terjadi secara mendadak jika ada makanan atau benda lain yang menghalangi
jalan napas. Cedera yang merusak paru-paru atau menyebabkan kehilangan darah dengan
cepat juga akan membuat lebih sulit bernapas. Jika sesak napas tidak terjadi secara tiba-tiba
melainkan tetapi dialami selama kurang lebih empat minggu, sesak napas ini dianggap
kronis. Dispnea atau sesak napas dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispnea akut dan dispena
kronis.
Dispnea akut
Dispena akut merupakan sesak napas yang berlangsung kurang dari satu bulan. Penyebab
terjadinya dispnea akut di antaranya sebagai berikut:
Asma
Anemia
Kegelisahan
Reaksi alergi
Gagal jantung
Pneumotoraks
Hiatus hernia
Radang paru-paru
Tekanan darah rendah (hipotensi)
Paparan tingkat karbon monoksida yang berbahaya
Tersedak atau menghirup sesuatu yang menghalangi saluran pernapasan
Emboli paru, yaitu suatu kondisi di mana satu atau lebih arteri di paru-paru menjadi
terhalang oleh gumpalan darah.
Dispnea kronis
Dispnea kronis merupakan sesak napas yang berlangsung lebih dari satu bulan. Penyebab
terjadinya dispnea kronis di antaranya sebagai berikut:
Asma
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Sakit jantung
Kegemukan
Penyakit paru interstisial
Selain penyebab diatas, berikut terdapat beberapa kondisi tambahan yang menyerang paru-
paru dan dapat menyebabkan sesak napas:
Pasien dispnea sering bernapas dengan cepat dan dangkal. Otot aksesori pernapasan
dapat digunakan, dan retraksi supraklavikula dan interkostal dapat dilihat.
Pemeriksaan jantung, paru, dan neuromuskuler harus mendapat perhatian khusus pada
pasien dengan dispnea. Tanda-tanda dan gejala yang akan dialami seseorang ketika
mengalami dispnea atau sesak napas, di antaranya:
Mengi
Nyeri dada
Kulit pucat
Napas berbunyi
Kulit dingin dan lembap
Kesulitan dalam mengatur napas
Kecemasan atau perasaan panik
Takipnea, yaitu kondisi ketika laju pernapasan seseorang lebih cepat dan pendek dari kondisi
normal
E. Komplikasi
Komplikasi dyspnea Melansir Medical News Today, dyspnea dapat dikaitkan dengan
hipoksia atau hipoksemia, yaitu kadar oksigen darah yang rendah. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan gejala parah lainnya.
Jika dyspnea parah dan berlanjut selama beberapa waktu, ada risiko gangguan
kognitif sementara atau permanen. Ini juga bisa menjadi tanda munculnya atau
memburuknya masalah medis lainnya.
F. Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanusme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan Co2 sehingga menyebabkan kebutuhan fentilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan Medis
Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu terapi oksigen, pemberian obat-
obatan, pengaturan alat bantu napas dan terapi inhalasi. Terapi yang dapat
digunakan untuk menurunkan hambatan pernapasan antara lain dengan
pembedahan dan terapi farmakologi seperti pemberian steroid dan bronkodilator.