Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.

x, bulan x tahun,

EVALUASI PENDIDIKAN
_____________________________________________________________________

Abstract

In the process of Islamic education, goals are ideal targets to be achieved. As we know, the
purpose of national education is to develop the potential of students to become human
beings who believe in and fear God Almighty, have noble character, are healthy,
knowledgeable, capable, creative, independent, and become citizens of a democratic and
responsible state. .In order to realize these national education goals, education in Indonesia
has endeavored to pay attention to the specificity of the task of Islamic education by
placing the factor of developing the nature of students, in which religious values are used
as the basis for the personality of students formed through that process, then the Islamic
ideals that have been formed and animating the participants' personalities will not be
known by Muslim educators, without going through an evaluation process.
The final series of an Islamic educational process is evaluation or assessment. The success
or failure of Islamic education in achieving its goals can be seen after evaluating the output
produced. If the results are in accordance with what has been outlined in the goals of
Islamic education then the educational effort can be considered successful but if it is the
other way around, then it is considered a failure. From this side it can be understood how
important evaluation is in the educational process.
Keywords: Evaluation, Education

Abstrak
Dalam proses pendidikan Islam, tujuan adalah merupakan sasaran ideal yang hendak
dicapai. Seperti yang kita ketahui, tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Agar terwujudnya tujuan
pendidikan nasional tersebut, pendidikan di Indonesia telah berupaya dengan
memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam meletakkan faktor pengembangan
fitrah peserta didik, di mana nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian peserta didik
yang dibentuk melalui proses itu, maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan menjiwai
pribadi peserta tidak akan dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa melalui proses
evaluasi. Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau
penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan. Jika hasilnya sesuai dengan
apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam maka usaha pendidikan itu dapat
dinilai berhasil tetapi jika sebaliknya, maka ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami
betapa pentingnya evaluasi dalam proses pendidikan.
Kata kunci: Evaluasi, Pendidikan 

1
Pendahuluan (Introduction)

Agama islam merupakan agama sempurna yang didalamnya mengandung berbagai


tuntunan dan aturan yang sesuai dengan karakteristik manusia dan tepat dengan kebutuhan
mereka dalam menjalani kehidupan didunia. Semua aturan tersebut bisa kita ambil
telaahnya dan dijadikan sebagai pedoman hidup baik dari ayat-ayat didalam Al-Qur’an
maupun hadis-hadis Rasullah SAW (Ali, 2017). Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan
atas dasar pola pandangan dalam Islam biasa disebut juga dengan pendidikan islam. Sebab
apapun yang diajarkan oleh islaam ialah mengacu pada pedoman Al-Qur’an, sunnah dan
berbagai anggapan para ulama muslim serta warisan sejarah. Maka dari itu, sudah
seharusnya pendidikan dalam islam juga berdasarkan atas Al-Qur’an, sunnah dan
anggapan para ulama muslim serta warisan sejarah (Rahmat, 2016).

Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk memelihara,


membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik
agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Sementara proses pendidikan
bertujuan untuk menimbulkan perubahan perubahan yang diinginkan pada setiap peserta
didik. Adapun Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran
para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.

Sebuah pendidikan sudah pasti memiliki tujuan dalam pendidikan islaam yaitu
untuk mewujudkan insan yang kamil atau disebut dengan manusia paripurna. Pendidikan
ini bertujuan sebagai bagian dari inti semua kegiatan pendidikan. Sehingga tujuan
pendidikan juga harus disesuaikan oleh seluruh aspek-aspek pendidikn Islam diantaranya
ada metode, ada kegiatan yang sedang berjalan, dan ada kurikulumnya (Fitriani, 2019).
Dengan demikian, pendidikan Islam memiliki tanggung jawab yang besar, salah satunya
yaitu membangun potensi secara lahir dari manusia. Terkait dengan hal itu maka
diperlukan evaluasi untuk melihat suatu tujuan kegiatan tersebut apakah sudah tercapai
atau belum tercapai (Respati, 2020). Dengan evaluasi, maka suatu proses kegiatan bisa
dilihat dari taraf perkembangannya.

Suatu pendidikan islam dapat dikatakan berhasil atau tidak dalam pencapain
tujuannya maka dapat diketahui setelah dilakukannya evaluasi kepada hasil output-output.
Evaluasi dalam pandangan pendidikan islam termasuk kedalam bagian struktur pendidikan
Islam yang berfungsi sebagai langkah untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tujuan yang
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

diharapkan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan islam (Miftakhul, 2019). Uraian


diatas juga dikatakan oleh Abdul Mujib dan kawan-kawan bahwasannya melalui evaluasi
maka suatu pencapaian tujuan pembelajaran atau kemampuan yang diinginkan oleh siswa
dapat diketahui. .

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan evaluasi dalam pendidikan juga
merupakan suatu kegiatan yang penting untuk dilakukan. Namun tetap dalam pelaksanaan
harus mengikuti beberapa aspek dalam evaluasi tersebut. Evaluasi yang diharapkan bisa
menambah kualitas dalam pendidikan. Berkaitan dengan hal ini maka penulis mengangkat
tema dalam artikel ini dengan judul “Konsep Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Al-
Qur’an dan Hadist”

Metode Penelitian/Metode Kajian (Research Methode)

Metode pada artikel ini menggunakan studi pustaka (library research) yaitu
metode dengan pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari teori-
teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Studi
pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian ( Zed, 2003:3). Ada Empat tahap studi pustaka dalam penelitian yaitu
menyiapkan perlengkapan alat yang diperlukan, menyiapkan bibliografi
kerja, mengorganisasikan waktu dan membaca atau mencatat bahan penelitian
(Menurut Zed,2004). Pengumpulan data tersebut menggunakan cara mencari sumber
dan menkontruksi dari berbagai sumber contohnya seperti buku, jurnal dan riset-riset
yang sudah pernah dilakukan.

Bahan pustaka yang didapat dari berbagai referensi tersebut dianalisis


secara kritis dan harus mendalam agar dapat mendukung proposisi dan
gagasannya. Metode / Pendekatan Kajian Metode yang digunakan dalam kajian ini
menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan (library research), Studi pustaka atau
kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian ( Zed,
2003:3).

Dalam penelitian studi pustaka setidaknya ada empat ciri utama yang penulis perlu
perhatikan diantaranya : Pertama, bahwa penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan

3
teks (nash) atau data angka, bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan. Kedua,
data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peniliti tidak terjung langsung kelapangan karena
peneliti berhadapan langsung dengan sumber data yang ada di perpustakaan. Ketiga,
bahwa data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti
memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari data pertama di
lapangan. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh runga dan waktu (Zed,
2003:4-5). Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, maka pengumpulan data dalam
penelitian dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi beberapa Jurnal, buku, dan
dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta sumber-sumber
data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian atau kajian.

Hasil dan Pembahasan (Finding Research)

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai.
Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qimat. Dalam bahasa Arab, juga dijumpai istilah
imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses
kegiatan.

Istilah nilai pada mulanya dipopulerkan oleh Plato. Pembahasan ‘nilai’ secara
khusus diperdalam dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek aksiologinya. Begitu
pentingnya kedudukan nilai dalam filsafat, sehingga para filosof meletakan nilai sebagai
muara bagi epistemologi dan ontologi filsafat. Kata nilai kemudian tidak hanya popular
dalam bidang filsafat saja, tetapi sampai pada bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dsb.
Dalam ekonomi istilah nilai ditautkan dengan harga. Sedangkan jika diaplikasikan dalam
pendidikan, kata nilai dipahami sebagai memberikan muatan nilai dalam ontologi dan
epistemologi pendidikan, serta mengarakan prosesnya agar tetap mengacu pada nilai.

Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama hanya
berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses
penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk
tujuan pendidikan. Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Suharsimi
membedakan antara istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Menurutnya, pengukuran
adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan
buruk secara kualitatif. Sedangkan evaluasi, mencakup pengukuran dan penilaian secara
kuantitatif.

Kata evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang pasti,
namun terdapat term-term tertentu yang mengarah pada makna evaluasi. Diantaranya
adalah al-Hisab yang memiliki makna mengira, menafsirkan, dan menghitung (QS. Al
Baqarah: 284), al-Bala’ yang bermakna cobaan atau ujian (QS. Al Mulk: 2), al-Hukm yang
bermakna putusan atau vonis (QS. An Naml: 78), al-Qadha yang bermakna putusan (QS.
Thaha: 72), An-Nazhr yang berarti melihat (An-Naml: 27), musibah (ujian) (QS. Ali
Imran: 165, Al Baqarah: 156, An Nisa: 62 dan 79, Ar Rum: 48, Luqman: 17, Al Hadiid:
22, At Taghabun: 11), dan fitnah yang berarti cobaan ujian atau bencana (QS. Al Anfal:
25, Al Furqon: 20, Al Anbiya: 35).

Beberapa term diatas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung
ataupun hanya sekedar alat atau proses didalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa
Al Quran dan Hadist merupakan asas-asas atau prinsip-prinsip umum pendidikan,
sementara operasionalnya diserahkan penuh kepada para ijtihat umatnya. Term evaluasi
pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada ‘penafsiran atau memberi putusan terhadap
kependidikan’. Setiap tindakan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat, dan
lingkungan kependidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka peran penilaian
dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan tercapai.

Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan
sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-
masalah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak
hanya menilai tentang hasil belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru,
kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya. Selain istilah evaluasi,
terdapat pula istilah lain yang hampir berdekatan, yaitu pengukuran dan penilaian.
Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu
pengertian yang sama, sehingga dalam memaknainya tergantung dari kata mana yang siap
diucapkan.

Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu
proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan,
pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga

5
dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Jadi
dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan,
dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik
dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam,
dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan
pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan
Islam.

1. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an

Seperti telah diuraikan bahwa evaluasi itu tidak lain adalah suatu proses
yang sangat penting dalam pengajaran dan menjadi tanggung jawab semua pihak
yang terlibat dalam proses pendidikan. Dalam Pembahasan ini diarahkan pada
bagaimana sistem evaluasi itu menurut Qur'an, dengan fokus yaitu; (1) Kedudukan
evaluasi pendidikan, (2) Tujuan evaluasi (materi, proses, kelulusan dan
penempatan), (3) Prinsip evaluasi, (4) Sasaran evaluasi (kognitif, affektif dan
psikomotor), dan (5) Alat-alat evaluasi (kalimat pertanyaan dan peragaan).

Dalam Qur'an ada beberapa isyarat yang menunjukkan tentang kedudukan


evaluasi pendidikan yaitu Q.S. Al-Baqarah, 2: 31-32. Berdasarkan ayat tersebut
menurut Nata, Abuddin menjelaskan bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia
didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan
yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dari
ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah SWT. Dalam ayat
tersebut telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran kepada Nabi
Adam AS. Kedua para malaikat karena tidak memperoleh pengajaran sebagaimana
yang diterima Nabi Adam, mereka tidak dapat menyebutkan nama-nania benda
(ajaran) yang pernah diberikan kepada Nabi Adam. Ketiga, Allah SWf. Telah
meminta kepada Nabi Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang diterimanya di
hadapan para malaikat. Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi
evaluasi atau materi yang diujikan, haruslah materi yang pernah diajarkannya.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Nizar (2002:80- 81) bahwa ayat di atas
juga mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan
kepadanya.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Demikian pula Nabi Sulaiman pemah mengevaluasi kejujuran seekor


burung Hud-Hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah
oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat berikut. Berkata Sulaiman:
"Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-
orang yang berdusta." (QS.Al-Naml, 27:27).

Berdasarkan ayat-ayat tersebut-dapat dikatakan bahwa evaluasi pendidikan


memiliki kedudukan yang amat strategis dan sebagai pelaksana evaluasi adalah
Tuhan sebagai pendidik alam dan Nabi sebagai Rasul Allah SWT.

Ruang lingkup pembahasan tujuan evaluasi berkaitan dengan; materi atau


tujuan evaluasi, proses evaiuasi, kelulusan dan penempatan. Penjelasan secara
terperinci dari masing-masing tersebut sebagai berikut.

a) Materi atau Tujuan Evaluasi

Dalam Qur'an tujuan evaluasi dapat dipahami dari QS. AlAnkabut, 29: 2-3
sebagai berikut. Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji (dievaluasi) lagi?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orangorang yang benar, dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.

Tujuan evaluasi (melalui berbagai cobaan) menurut ayat tersebut adalah


untuk menguji kualitas keimanan seseorang. Dengan demikian dapat diketahui
siapa yang benar-benar kuat imannya dan siapa yang lemah imannya. Tujuan
evaluasi juga dapat diketahui dari QS. AshShaffat, 37: 102-107) yaitu; Allah SWT.
Telah menguji keimanan Nabi Ibrahim as. dengan menyuruh menyembelih
puteranya dengan tangannya sendiri. Karena Ibrahim kuat imannya, maka ujian
tersebut dapat dilaksanakan Ibrahim dengan sempurna. Nata A. menambahkan
bahwa tujuan evaluasi menurut Qur'an adalah, (1) untuk menguji daya kemampuan
manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya,
(2) untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu
yang telah ditetapkan Rasulullah SAW. terhadap umatnya, dan (3) untuk
menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia disisi Allah, yaitu yang

7
paling bertakwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketakwaannya
dan manusia yang ingkat kepada ajaran Islam.

Materi evaluasi dapat ditemukan dalam QS. Al-Baqarah, 2: 155, dan QS.
Al-Anbiya, 21:35. Materi evaluasi secara rinci _menurut ayat tersebut aclalah;
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kematian, kurang bahan makanan,
keburukan dan kebaikan. Bahan atau materi evaluasi clalam ayat yang lain yaitu;
Al-Qur'an (QS. Thaha, : 3, QS. Al-Haqqah, 9: 48, QS. Al-Muddasttsir, 74:54), api
(QS. Waqi'ah, 56:73), peristiwa air bah (QS. Al-Haqqah, 9:12), ayat-ayat Qur'an,
(QS. 76: 29) dan ajaran Tuhan (QS.Abasa, 80:11). Berclasarkan ayat tersebut dapat
diketahui bahwa materi evaluasi menurut Qur'an itu sangat esensial dan harus
dijadikan bahan kurikulum yang diajarkan kepada peserta didik.

b) Proses Evaluasi (hasil belajar)

Proses evaluasi dalam pendidikan Islam secara esensial berlaku bagi setiap
muslim. Demikian halnya dengan peserta didik yang sadar dan baik, adalah mereka
yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai kelebihan yang hendaknya
dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi karena
evaluasi itu sendiri henclaknya dilakukan secara objektif (QS. Adz-Dzariyat/51:
21). Bahkan dalam konteks evaluasi diri itu Umar lbn Khattab pemah berkata:
«Evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi orang lain." Hal ini mutlak
diperlukan, sebab Allah senantiasa mengawasi dan mengevalusi tindakan manusia
(QS. 42: 6, QS. 50: 22, QS al-Baqarah/ 2:115, dan QS. Muhammacl/47: 4) dengan
cara menugaskan malaikat (QS. Qaaf/50: 18).

Evaluasi juga dilaksanakan untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan


sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi hasil
belajar dan hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar siswa, sedangkan prestasi
belajar itu merupakan indikator adanya dan clerajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Djamarah dan Zain menjelaskan bahwa untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut clapat dilakukan melalui tes
prestasi belajar. Tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian tes formatif, tes subsumatif dan tes sumatif.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Lebih lanjut Djamarah dan Zain menjelaskan bahwa tes formatif digunakan
untuk mengukur satu atau geberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang daya serap siswa. Tes subsumatif meliputi sejumlah
bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan clalam waktu tertentu, bertujuan
untuk memperoleh gambaran daya serap siswa utnuk meningkatkan tingkat prestasi
belajar siswa. Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau
dua tahun pelajaran, bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan
belajar siswa clalam suatu periode belajar tertentu.

c) Kelulusan

Siswa dikatakan lulus apabila telah mengilruti ujian atau evaluasi. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) upan yang telah
dicapai. Tingkat kelulusan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, dikatakan
istimewa/ maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa. Kedua, dikatakan baik sekali/ optimal, apabila sebagian besar
(76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Ketiga,
dikatakan baik/minimal apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d.
75% saja dikuasai oleh siswa. Keeempat, dikatakan kurang apabila bahan pelajaran
yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Dalam konteks ini Qur'an mengisyaratkan adanya tingkat kelulusan yang


dicapai oleh Nabi Adam, AS pada posisi istimewa. Dikatakan demikian, karena
Allah SWT. memerintahkan kepada Malaikat supaya bersujud (memberikan
penghormatan) kepada Nabi Adam, AS (lihat Qur'an, 2: 34).

d) Penilaian Penempatan (placement test)

Asumsi yang mendasari penilaian penempatan bahwa manusia (peserta


didik) memiliki perbedaan-perbedaan khusus. Masing-masing perbedaan itu harus
ditempatkan sebagaimana seharusnya, sehingga kelebihan individu dapat
berkembang dan kelemahannya dapat diperbaiki. Allah SWT. Berfirman:

9
Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing (Q.S. al-
Isra':84). Fungsi penilaian penempatan adalah untuk mengetahui keadaan anak
sepintas lalu termasuk keadaan seluruh pribadinya agar anak tersebut dapat
ditempatkan pada posisinya. Tujuan penilaian penempatan yaitu untuk
menempatkan anak didik pada tempat yang sebenarnya berdasarkan bakat, minat,
kemampuan, kesanggupan serta keadaan diri anak sehingga anak tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti pelajaran atau setiap program/bahan yang disajikan
guru. Aspek-aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik dan psikis, bakat, minat,
kemampuan, pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap, dan aspek-aspek lain
yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.

Prinsip-prinsip evaluasi sebagai dasar pelaksanaan penilaian. yaitu sebagai


berikut. Pertama, evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang
komprehensif. Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kedua, evaluasi harus dibedakan antara penskoran dengan angka dan
penilaian kategori. Penskoran berkenaan dengan aspek kuantitatif (dapat dihitung),
dan penilaian berkenaan dengan aspek kualitatif (mutu). Ketiga, dalam proses
pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu penilaian
berkenaan dengan hasil belajar, dan penilaian yang berkenaan dengan penempatan.
Keempat, pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Kelima, penilaian hendaknya bersifat komparabel yaitu dapat
dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya. Keenam,
sistem penilaian yang dipergunkan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar
sendiri, sehingga tidak membingungkan.

Berdasarkan gagasan pokok dalam beberapa istilah evaluasi menurut Qur'an


ditemukan adanya sasaran evaluasi yakni; pertama, ranah kognitif
(pengetahuan/pemahaman). Untuk menilai pengetahuan dapat dipergunakan
pengujian sebagai berikut. (1) sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition),
caranya dengan memberikan pertanyaanpertanyaan bentuk pilihan berganda, yang
menuntut siswa agar melakukan identifikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh
yang betul. (2) sasaran penilaian mengingat kembali (recall), caranya dengan
pertanyaan-pertanyaan terbuka tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-
jawaban yang unik. (3) sasaran penilaian aspek pemahaman (Comprehension),
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

caranya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi


terhadap pernyataan-pernyataan yang betul, dan klasifikasi.

Kedua, ranah afektif (sikap dan nilai) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
(1) aspek penerimaan, (2) aspek sambutan, (3) aspek penilaian, (4) aspek
organisasi, dan (5) aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai,
ialah menginternalisasikn nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu, yang
berperilaku konsisten dengan sistem nilai tersebut.

Ketiga, ranah keterampilan (psikomotor), sasaran evaluasi yaitu (1) aspek


keterampilan kognitif, (2) aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan,
(3) aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pengamatan
objektif, (4) aspek keterampilan reaktif. Seiring dengan itu Nata A menjelaskan
bahwa pertama, evaluasi dari segi tingkah laku, yang menyangkut sikap, minat,
perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar-mengajar. Kedua,
segi pendidikan, yaitu penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam
proses belajar-mengajar. Ketiga, segi-segi yang menyangkut proses belajar-
mengajar dan mengajar itu sendiri, yaitu bahwa proses pembelajaran perlu diberi
penilaian secara obyektif dari guru.

Tes merupakan alat evaluasi yang penting. Jenis-jenis alat-alat evaluasi


antara lain; benar-salah dan pilihan ganda (multiplechoice), menjodohkan
(matching), melengkapi (completion) dan essay. Benarsalah (B-S) dan pilihan
ganda aclalah bagian dari tes objektif, tetapi bila bentuk tes ini anak cenderung
melakukan tindkakan spekulasi, pengambilan sikap untung-untungan ketimbang
tidak berisi. Alat tes clalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan
spekulasi pada anak didik. Sebab alat tes ini hanya bisa dijawab oleh anak betul-
betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak
didik tidak dapat menjawabnya clengan baik dan benar. Alat tes dalam bentuk
essay biasanya clalam bentuk kalimat pertanyaan. Alat tes yang lain adalah melalui
peragaan

2. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Islam Perspektif Hadist


a) Tujuan dan Fungsi Evaluasi

11
Menurut M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan
terhadap perbuatan manusia , yaitu

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap


berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah
diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman
atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling
mulia di sisi Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia
yang sedang dalam iman atau ketakwaannya, manusia yang ingkar
kepada ajaran Islam.

Hal tersebut sesuai dengan hadist yang menceritakan bahwa Rasulullah


sedang menguji sahabatnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan sebagai
berikut:

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬,‫ عن ابى عمر قال‬,‫ عن عبدهللا بن دينار‬,‫ جدثنا اسماعيل بن جعفر‬,‫حدثنا قتيبة‬

‫ فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى قال‬,‫ وإنها مثل المسلم‬,‫ان من شجر شجرة ال يسقط ورقها‬

‫رواه البخارى‬. ‫ هي النخلة‬,‫ قال‬.‫ حدثنا ماهي يارسول هللا‬,‫ ثم قالوا‬.‫ فاستحييت‬,‫ ووقع فى نفسى أنها النخلة‬,‫عبدهللا‬

Artinya: Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada


kami Ismail ibn Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu
pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu
bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu?. Orang-
orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah Berkata,
dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.
Akan tetapi aku malu menjawabnya. Orang-orang barkata beritahukanlah
kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab Pohon
kurma.” (HR. Bukhari No. 59).

Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan


berangkat perang sebagaimana riwayat berikut.

‫ عرضنى رسول هللا صلى هللا‬,‫ عن ابى عمرقال‬,‫ عن نافع‬,‫ جدثنا عبد هللا‬,‫ حدثنا أبى‬,‫حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير‬
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

‫ وانا بن خمس عشرة سنة‬,‫ وعرضني يوم الخندق‬. ‫ فام يجوني‬,‫ وأنا ابن أربع عشرة‬,‫عليه وسلم يوم أحد فى القتال‬

‫ رواه البخاري‬.‫فأجزانى‬

Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair,


menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah,
dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku
berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu
beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari
perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau
mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).

Tuhan memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan


dalam kitab suci-Nya, yang sasaranya untuk mengetahui dan menilai
sejauhmana kadar iman, takwa, ketahanan mental, keteguhan hati, dan
kesediaan untuk menerima ajakan Tuhan mentaati perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Kemudian setelah dinilai, Tuhan menetapkan kriteria-kriteria
derajat kemuliaan hamba-Nya. Bagi yang berderajat mulia di sisi-Nya, Dia
akan memberi ‘hadiah’ atau pahala sesuai kehendak-Nya yang berpuncak
pada pahala tertinggi yaitu surga.

Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah :

Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi


pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat
kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan
perilakunya.

Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang


lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya.

Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar


untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan
yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

13
Mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian
materi pelajaran.

Mengetahui penguasaan peserta didik dalam


kompitensi/subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran,
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk
memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.

Dengan beberapa tujuan diatas, evaluasi berfungsi sebagai feedback


(umpan balik) terhadap kegiatan pembelajaran. umpan balik ini berguna
untuk hal-hal berikut:

Ishlah

Yaitu perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk


perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.

Tazkiyah

Yaitu penyucian terhadap semua komponen pendidikan. Artinya,


melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah
program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. Apabila
terdapat program yang harus dihilangkan, maka harus dicari format yang
cocok dengan program semula.

Tajdid

Yaitu modernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak


relevan untuk kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah dan
dicarikan penggantinya yang lbih baik. Dengan kegiatan ini, pendidikan
dapat dimobilisasi dan didinamisasikan untuk lebih maju dan relevan
dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman.

Al Dakhil

Yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa
raport, ijazah, piagam, dsb.
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-


prinsip tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia.
Dalam akhlak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur,
mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya. Orang yang menilai
demikian dalam agama Islam dikenal dengan istilah shidiq. Dalam al-Quran
dijelaskan sebagai berikut:

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم قال إن الصدق يهدي ِإلَى البر‬


َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النبي‬
ِ ‫ع َْن ابن مسعود َر‬

‫وإن البر يهدي ِإلَى الجنة‬

Artinya: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan


kebaikan itu membawa kepada surga” (HR. Muslim No. 4720).

Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang
melakukan penilaian harus benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya
itu. Ia tidak boleh menilai sesuatu yang belum diketahui dengan pasti atau
masih meragukan. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi yang artinya:
“Tinggalkan apa yang kau ragu-ragu, kepada apa yang tidak engkau ragu-
ragu. Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan, dan dusta
itu membawa kepada keragu-raguan.” (HR. Tirmudzi).

15
Penutup

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluate yang
berarti menilai. Dalam al-Quran maupun hadis kata evaluasi tidak dapat
ditemukan padanan yang pasti, namun terdapat term-term tertentu yang
mengarah pada makna evaluasi. Diantaranya adalah al-Hisab yang memiliki
makna mengira, menafsirkan, dan menghitung, al-Bala’ yang bermakna
cobaan atau ujian), al-Hukm yang bermakna putusan atau vonis, al-Qadha
yang bermakna putusan, dan An-Nazhr yang berarti melihat musibah (ujian)
dan fitnah yang berarti cobaan ujian atau bencana.

Berdasarkan gagasan pokok tentang istilah evaluasi dalam Qur'an


ditemukan sistem evaluasi yaitu; Kedudukan evaluasi pendidikan, tujuan
evaluasi (materi, proses, kelulusan dan penempatan), prinsip evaluasi,
sasaran evaluasi (kognitif, affektif dan psikomotor), dan alat-alat evaluasi
(kalimat pertanyaan dan peragaan).

Tujuan evaluasi untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik,


mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang
telah dicapai, mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, proses
peyampaian materi pelajaran, mengetahui kesulitan belajar peserta didik
(diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan
evaluasi selanjutnya.Prinsip-prinsip evaluasi valid,berorientasi kepada
kompetensi, berkelanjutan/berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh
(komprehensif), adil dan objektif, bermakna, terbuka, praktis, dan dicatat
serta akurat. Jenisnya ada empat: evaluasi formatif, sumatif, placement atau
penempatan, dan diagnosis. Sasarannya meliputi mengevaluasi peserta
didik, pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran,
dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikanDaftar
Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies, Vol.x, No.x, bulan x tahun,

Pustaka (Bibliography)

, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)

_________, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

____________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

____________, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.
140-141.

Adalah keseluruhan kegiatan pengukuraii (pengumpulan data dan informasi),


pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. (Lihat Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 159

Al Syaibani, Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,


terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara, 1990.

As-Sijistani, Imam Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Beirut: Maktab ad-Dirasat wa
Al-Buhuts fi Dar Al Fikr.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan, Strategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h. 120-121

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.


Gramedia.

Falah, Ahmad, Hadits Tarbawi, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.

Hamalik, Oemar, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.

17
Hamami, Tasman, Pemikiran Pendidikan Islam: Transformasi Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta: Pustaka Book Publizer, 2008.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008.

Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Oemar Hamalik, Kurilculum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 200l), h.


161- 163

Penilaian penempatan (placement test) adalah evaluasi yang dilakukan sebelum


peserta didik mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan penempatan pada
jurusan atau fakultas yang diingini atau dimampui. Lihat Ramayulis, I/mu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 207 – 208.

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.

Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Siregar, Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter


Menghadapi Arus Global, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016.

Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan


Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek,


(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 173.

Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2012.

Yusuf, Kadar M, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al Quran tentang Pendidikan, Jakarta:


Amzah, 2013.

You might also like