Tafsir Hadits Kewajiban Keluarga

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

KAJIAN DAN TELAAH KRITIS TAFSIR DAN HADITS

TENTANG TANGGUNG JAWAB KELUARGA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Tafsir dan Hadits Hukum Keluarga
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Ah. Fathoni., M.Ag.

Disusun Oleh:

Dede Wahyu Purnama

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022 M / 1444 H
Abstract
The consequence of marriage is the existence of obligations between husband and wife.
A husband is the leader in the family, he is the most responsible for the family. The most
important responsibility in leading a family is to provide safety to the family. In the letter at
Tahrim: 6, Allah explains the direction of responsibility towards the family. In general, the
object of Surat at-Tahrim: 6 is every believer. But the orders also point to the person most
responsible for the family. The guarding order shows that the policy of a family head is a
preventive measure. The head of the family is obliged to ensure that he and his family are
prevented from going to hell. Hell is part of the dimensions of the afterlife, this shows that the
orientation of the care is not only worldly care, but also spiritual. Therefore, the form of family
care responsibility based on the interpretation of the interpreters includes; family education;
family control; as determinants and policy makers; and is responsible for the outward needs of
the family.
Keywords: Obligations, Head of Family, Responsibilities, at-Tahrim: 6

‫الملخص‬
‫ وهو المسؤول األكبر عن‬، ‫ الزوج هو زعيم األسرة‬.‫نتيجة الزواج هو وجود التزامات بين الزوج والزوجة‬
‫ يشرح هللا اتجاه‬، :‫ في الرسالة في التحريم‬.‫ أهم مسؤولية في قيادة األسرة هي توفير األمان لألسرة‬.‫األسرة‬
‫ضا‬
ً ‫ لكن األوامر تشير أي‬.‫ هو كل مؤمن‬:‫ فإن موضوع سورة التحريم‬، ‫ وبوجه عام‬.‫المسؤولية تجاه األسرة‬
‫ رب‬.‫ يبين أمر الحراسة أن سياسة رب األسرة هي إجراء وقائي‬.‫إلى الشخص األكثر مسؤولية عن األسرة‬
‫ وهذا‬، ‫ الجحيم جزء من أبعاد الحياة اآلخرة‬.‫األسرة ملزم بضمان منعه هو وعائلته من الذهاب إلى الجحيم‬
‫ فإن شكل مسؤولية رعاية‬، ‫ لذلك‬.‫ضا‬ ً ‫ بل روحية أي‬، ‫يدل على أن توجيه الرعاية ليس فقط رعاية دنيوية‬
‫األسرة بنا ًء على تفسير المترجمين الفوريين يشمل ؛ تربية العائلة؛ مراقبة األسرة كمحددات وصانعي‬
‫السياسات ؛ وهو مسؤول عن االحتياجات الخارجية لألسرة‬.
‫ التحريم‬، ‫ المسؤوليات‬، ‫ رب األسرة‬، ‫ االلتزامات‬:‫الكلمات المفتاحية‬

Abstrak
Konsekuensi dari pernikahan adalah adanya kewajiban antara pasangan suami istri.
Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarga, dialah yang paling bertanggung jawab
terhadap keluarga tersebut. Tanggung jawab yang paling utama dalam memimpin keluarga
adalah memberikan keselamatan terhadap keluarga. Dalam surat at Tahrim: 6, Allah
menjelaskan arah tanggung jawab terhadap keluarga. Secara umum objek Surat atTahrim: 6
adalah setiap mukmin. Tetapi perintah juga mengarah kepada orang yang paling
bertanggung jawab terhadap keluarga. Perintah menjaga menunjukan bahwa kebijakan
seorang kepala keluarga adalah tindakan preventif. Kepala keluarga berkewajiban untuk
memastikan diri dan keluarganya tercegah dari neraka. Neraka adalah bagian dari dimensi
kehidupan akhirat, hal ini menunjukan bahwa orientasi penjagaan tersebut bukan hanya
penjagaan yang bersifat duniawi, tapi juga bersifat ukhrawi. Oleh karena itu bentuk tanggung
jawab penjagaan keluarga berdasarkan penafsiran para ahli tafsir meliputi; pendidikan
keluarga; kontroling keluarga; sebagai penentu dan pembuat kebijakan; dan bertanggung
jawab terhadap kebutuhan lahiriah keluarga.
Keywords: Kewajiban, Kepala Keluarga, Tanggung Jawab, at-Tahrim:6

1
A. Pendahuluan
Sesungguhnya Allah swt menciptakan manusia secara berpasang-pasangan. Tidak
ada seorangpun yang dilahirkan di dunia melainkan Allah telah tetapkan pasangannya.
Pasangan tersebut diikat dengan syariat pernikahan yg begitu mulia, terhormat. Hal itulah
yang menjadi pembeda antara manusia dan makhluk Allah swt lainya.
Dengan syariat pernikahan, kebutuhan seksual tersalurkan melalui jalan yang
dihalalkan Allah swt. Sehingga keberlangsungan kehidupan manusia terjaga dari kepunahan.
Pernikahan juga akan menjaga dari tercampurnya nasab keturunan yang disebabkan
hubungan seksual di luar nikah. Sehingga tidak ada anak yang lahir melainkan jelas siapa
bapak dan ibunya.
Konsekuensi dari pernikahan adalah memunculkan kewajiban antara pasangan
suami istri. Seorang suami memiliki kewajiban yang harus ditunaikan terhadap istrinya,
demikian pula Istri memiliki kewajiban yang harus ditunaikan terhadap suaminya.
Kewajiban tersebut merupakan asas dalam keluarga. Jika kewajiban ditinggalkan oleh suami
atau istri maka keluarga tersebut cacat dan bisa menyebabkan berantakan sebuah
pernikahan.
Seorang istri berkewajiban untuk melayani suaminya, menjaga harta dan menjaga
kehormatan suami, serta merawat anak-anaknya. Istri juga berkewajiban untuk taat
terhadap perintah suami selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat. Suami
juga bertanggung jawab untuk menjaga keluarganya, memberikan nafkah, dan memimpin
sebuah bahtera rumah tangga menuju keridaan Allah swt.
Karena suami adalah pemimpin dalam keluarga maka dialah yang paling bertanggung
jawab terhadap keluarga tersebut. Tanggung jawab yang paling utama dalam memimpin
keluarga adalah bagaimana membawa keluarga selamat di kehidupan dunia dan akhirat.
Masuk surga dan selamat dari ancaman api neraka. Hal ini sebagaimana firman Allah swt
dalam surat at-Tahrim: 6

‫ارةُ عا لايْ اه ا‬ ِ ِ ‫َي أايُّ ه ا ا لَّذِ ين آم ن وا قُوا أانْ فُ س كُ م و‬


‫ج ا‬‫َّاس اوا ْْل ا‬ ُ ‫أاه ل ي ُك ْم اَن ًرا اوقُودُ اه ا ال ن‬ ْ ‫ا ْ ا‬ ُ‫ا ا‬ ‫ا ا‬
َّ ‫ظ ِش اد ادٌ اَل يا عْ صُ و ان‬
‫اَّللا ام ا أاما ار ُه ْم اويا ْف عا لُو ان ما ا يُ ْؤ ام ُرو ان‬ ٌ ‫ما اَل ئِ اك ةٌ غِ اَل‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar,

2
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Ayat ini menerangkan bagaimana seharusnya arah seorang suami dalam membawa
bahtera rumah tangganya mengarungi samudra kehidupan di dunia. Yaitu untuk selamatnya
diri dan keluarga dari siksa Allah swt. Tentu untuk keselamatan tersebut seorang suami
harus mengetahui rambu-rambu syariah. Tau mana yang dilarang, mengerti apa yang wajib
dijalankan atas perintah Allah swt.
Realitas saat ini banyak pemimpin keluarga yang kehilangan orientasi/arah dari
bahtera rumah tangganya. Tidak sedikit sering terdengar seorang suami yang mulai dari
bangun pagi, sampai tidur kembali, yang terpikirkan hanyalah apa yang akan dimakan saja.
Tidak peduli cara mendapatkan “makan” tersebut melalui cara yang halal atau tidak. Bahkan
yang lebih parah lagi, ada suami yang berkerja siang dan malam tidak peduli halal dan haram,
plus lalai dari kewajiban sebagai seorang muslim. Tentu ini merupakan sebuah
permasalahan.
Terjadinya hal diatas adalah karena jauhnya para suami sebagai pemimpin keluarga
dari nilai-nilai Islam, lebih khusus jauh dari al-Qur’an. Hal yang membuat jauh dari al-Qur’an
adalah kurangnya kemauan karena ketidaktahuan atau ketidakpahaman mereka terhadap
makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an yang membahas tentang arah seorang
pemimpin keluarga dalam membawa rumah tangganya seperti ayat diatas. Ada juga yang
berdalih bahwa ayat dalam surat at-Tahrim: 6 berlaku umum kepada setiap muslim dan
tidak mesti hanya seorang suami saja, karena dalam ayat itu, khitab-nya kepada orang-orang
beriman secara umum, bukan kepada suami saja.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tulisan ini bertujuan untuk lebih
mengetahui secara mendalam terhadap makna yang terkandung dalam ayat tersebut melalui
pengkajian terhadap karya tafsir para ulama. Diharapkan dengan tulisan ini bermanfaat
untuk membangun pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang ayat tersebut, agar
dengannya dapat diambil manfaat yang banyak agar keluarga tercerahkan dan terarah
kepada keridaan Allah swt.

3
B. Tafsir Surat at-Tahrim: 6
1. Sekilas Tentang Surat at-Tahrim
Surat at-Tahrim yang berarti "mengharamkan" diturunkan di kota Madinah dan
termasuk golongan surat Madaniyah yaitu surat yang turun setelah hijrahnya beliau saw dari
kota Mekah ke kota Madinah. Surat ini terdiri dari 12 ayat dan merupakan surah ke 66 di
dalam Al-Quran. Dinamakan At-Tahrim karena mengambil kata pada ayat pertama surat ini. 1
Surat-surat Madaniyah memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dengan surat-surat Makkiyyah.2 Karakteristik tersebut dapat dilihat dari sisi konteks
kalimat/bahasa yang digunakan maupun materi pembahasan/makna yang terkandung di
dalamnya.3
Jika dilihat dari konteks kalimat maka ayat-ayat Madaniyah kebanyakan
mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena kebanyakan obyek yang didakwahi
menerima dan taat (orang-orang beriman). Demikian pula halnya dalam surat at-Tahrim: 6,
Allah menggunakan kalimat, “Wahai orang-orang yang beriman”. Dimana panggilan ini
adalah panggilan yang sangat memuliakan.
Dari sisi materi pembahasan kebanyakan ayat-ayat Madaniyah berisikan perincian
masalah ibadah dan muamalah, karena obyek yang didakwahi sudah memiliki Tauhid dan
aqidah (pemahaman dan keyakinan) yang benar sehingga mereka membutuhkan perincian
ibadah dan muamalah. Dalam ayat ini pun isinya adalah bagaimana orientasi seorang
beriman dalam kehidupan berkeluarga, walaupun di sisi lain ayat ini juga dimensinya adalah
aqidah, karena berbicara tentang kehidupan setelah dunia.
Secara umum surat at-Tahrim berbicara tentang problem keluarga. Dinamakan at-
Tahrim (pengharaman) karena beliau pernah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah
swt untuk keridaan istri-istrinya. Oleh karena itu Allah swt menurunkan ayat ini sebagai
teguran dan penjelasan terhadap sikap beliau terhadap peristiwa itu.

1
http://www.fiqihmuslim.com/2016/09/teks-bacaan-surat-at-tahrim-dan-terjemah.html, diakses pada selasa, 20
Desember 2022
2
Surat yang turun di kota Mekah sebelum hijrah
3
https://almanhaj.or.id/2197-surat-surat-makkiyah-dan-madaniyah.html, diakses pada selasa, 20 Desember 2017

4
2. Asbabun Nuzul Surat at-Tahrim
Ada dua riwayat yang menjelaskan tentang sebab diturunkannya surat atTahrim,
riwayat pertama menyebutkan bahwa Rasulullah saw tinggal di rumah salah seorang istri
beliau, Zainab binti Jahsy. Di sana beliau meminum madu. Maka Aisyah dan Hafshah yang
merupakan istri beliau yang lain, bersepakat supaya siapa saja di antara mereka yang
Rasulullah saw masuk padanya agar mengatakan, “Sesungguhnya aku mencium bau
maghafir (getah pohon) darimu, engkau telah memakan maghafir.” Maka beliau masuk
kepada salah satu dari keduanya, lalu ia mengatakan hal itu kepada beliau. Beliau pun
berkata, “Tidak mengapa, aku telah meminum madu di tempat Zainab binti Jahsy, dan aku
tidak akan meminumnya lagi.”
Kemudian turunlah ayat yang ditujukan kepada Aisyah dan Hafshah, “Hai Nabi,
mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halal kan bagimu” hingga, “Jika kamu berdua
bertaubat kepada Allah,” ditujukan kepada Aisyah dan Hafshah. 4
Adapun riwayat yang kedua bahwa nabi saw menggilir para istri. Ketika tiba giliran
Hafshah, maka dia meminta izin berkunjung kepada orang tuanya dan nabi memberi izin.
Ketika Hafsah keluar, nabi memanggil seorang budak perempuan beliau yang bernama
Mariyah al-Qibtiyah dan berbincang-bincang dengannya di kamar Hafshah. Ketika Hafshah
kembali, dia melihat Mariyah di kamarnya dan sangat cemburu serta berkata, “Anda
memasukkan dia ke kamarku ketika kami pergi dan bergaul dengannya di atas ranjangku ?
kami hanya melihatmu berbuat demikian karena hinaku di matamu”. Nabi bersabda untuk
menyenangkan Hafshah, “sesungguhnya aku mengharamkannya atas diriku dan jangan
seorangpun kamu beritahu hal itu.” Namun ketika nabi keluar dari sisinya, Hafshah
mengetuk tembok pemisah antara dirinya dan Aisyah, dan memberitahukan rahasia
tersebut. Maka nabi marah dan bersumpah bahwa beliau tidak akan mengunjungi para istri
selama sebulan. Maka Allah menurunkan ayat, Hai Nabi mengapa kamu mengharamkan apa
yang Allah menghalalkan bagimu. 5
Kemudian setelah ayat 6 ini turun terjadi peristiwa seperti berikut. Telah
diriwayatkan, bahwa Umar ra berkata ketika ayat itu turun, “Wahai Rasulullah, kita menjaga

4
https://yufidia.com/sebab-turunnya-surat-at-tahrim, diakses pada Rabu, 27 Desember 2017
5
Muhammad Ali as-Shabuniy, Shafwatu Tafasir, (Kairo: Dar as-Shabuniy 1417 H.) Cet. Pertama, hal. 3/383

5
diri kita sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita?” Rasulullah saw menjawab,
“Kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan
kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan diri mereka
dengan neraka.”

3. Tafsir Surat at-Tahrim: 6


1) Tafsir Jalalain

‫أاه لِي ُك ْم‬


ْ ‫س ُك ْم او‬
‫ين آما نُوا قُوا أانْ فُ ا‬
ِ َّ
‫اَي أايُّ اه ا ا ل ذ ا‬
(Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian) dengan
mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah.

‫َّاس‬
ُ ‫اَن ًرا اوقُودُ اه ا ال ن‬
(dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir.

ُ‫ارة‬ ِ
‫ج ا‬‫اوا ْْل ا‬
(dan batu) seperti berhala yang mereka sembah adalah bagian dari bahan bakar neraka. Atau
dengan kata lain api neraka sangat panas, sehingga bendabenda bisa terbakar. Berbeda
halnya dengan api di dunia, karena api di dunia diekspresikan oleh kayu dan lain-lain.

ٌ‫َع ْلي هَا عا لايْ اه ا ام اَل ئِ اك ة‬


(penjaganya malaikat-malaikat) yaitu penjaga neraka adalah para malaikat dengan sembilan
belas malaikat.

ٌ ‫غِ اَل‬
‫ظ‬
(yang kasar) Artinya, hatinya kasar.

ٌ‫ِش اد اد‬
(yang keras) sangat keras hantamannya.

‫اَّللا ما ا أاما ار ُه ْم‬


َّ ‫اَل يا عْ صُ و ان‬

6
(Mereka tidak pernah tidak taat kepada Allah dalam apa yang Dia perintahkan kepada
mereka) - para malaikat penjaga neraka tidak pernah tidak mematuhi perintah Allah.

‫اويا ْف عا لُو ان ما ا يُ ْؤ ام ُرو ان‬


(dan mereka selalu melakukan apa yang diperintahkan) kalimat ini didasarkan pada Badal
dari pernyataan sebelumnya. Dalam ayat ini ada ancaman bagi orang percaya untuk tidak
murtad; dan juga ayat ini adalah ancaman bagi orang-orang munafik, mereka yang mengaku
percaya dalam bahasa mereka tetapi hati mereka masih tidak percaya.6
2) Tafsir Ibnu Katsir
Mengenai firman Allah ‫أاه لِ ي كُ ْم اَن ًرا‬
ْ ‫س كُ ْم او‬
‫( قُوا أانْ فُ ا‬Jaga dirimu dan keluargamu dari api
neraka), Mujahid berkata: "Takutlah kepada Allah dan nasihatkan keluargamu untuk
berhati-hati kepada Allah." Sementara Qatadah mengatakan: "Yaitu, Anda harus
memerintahkan mereka untuk mematuhi Allah dan untuk mencegah mereka dari
pemberontakan kepada-Nya. Dan Anda harus mematuhi perintah Tuhan dan
memerintahkan mereka untuk menjalankannya, dan membantu mereka dalam
melakukannya. Jika Anda melihat mereka melakukan ketidaktaatan kepada Tuhan, peringati
mereka dan cegah mereka. "Demikian pula, adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, di mana
mereka mengatakan:" Setiap Muslim wajib untuk mengajar keluarganya, termasuk kerabat
dan budaknya, -bahwa Tuhan mewajibkan mereka dan apa yang dia larang. 7

3) Tafsir Fi Dzilalil Qur’an


a. ‫( قوا انفسكم‬at-Tahrim/66: 6)
Secara linguistik, kata quu anfusakum terdiri dari dua suku kata, yaitu kata qu yang
merupakan bentuk amr lil jama '(kata perintah untuk jamak) dari waqa yang berarti
merawat Anda, dan kata anfusakum yang berarti Anda. Dengan demikian, kata qu anfusakum
dalam konteks ayat ini berarti perintah untuk selalu menjaga diri sendiri dan keluarga dari
api neraka.

6
Al Mahalli dan As Suyuthi, Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun Abu Bakar, Lc, 2489–90.
7
bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, 35.

7
b. .‫( غالظ شداد‬at-Tahrim/66: 6)
Secara linguistik, kata ghiladz syidad terdiri dari dua suku kata, yaitu kata ghiladz yang
merupakan bentuk jamak dari kata galiz, yang berarti keras, dan kata syidad yang
merupakan bentuk jamak dari kata syadid, yang berarti kasar. Dengan demikian, kata gilaz
syadid dalam konteks ayat ini adalah deskripsi dari sifat malaikat yang menjaga neraka yang
sangat keras dan kasar dalam menyiksa penghuni neraka.8 Dalam ayat ini, Allah
memerintahkan orang-orang percaya untuk menjauhkan diri dari api neraka yang bahan
bakarnya terdiri dari manusia dan batu, patuh dan patuh melaksanakan perintah Allah swt.
Mereka juga diperintahkan untuk mengajar keluarga mereka untuk mematuhi dan
mematuhi perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga adalah
mandat yang harus dijaga baik untuk kesejahteraan fisik maupun spiritual. Di antara cara-
cara untuk menyelamatkan diri dari api adalah dengan mendirikan doa dan bersabar.19
Seperti firman Allah swt.

‫اص طا ِِبْ عا لايْ اه ا‬ ِ


ْ ‫ك ِِب لصَّ اَل ة او‬ ْ ‫اوأْمُ ْر أ‬
‫اه لا ا‬
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya.
(Taha/20: 132) .9
ِ
‫اوأانْذ ْر عا ِش رياتا ا‬
‫ك ْاْلاقْ اربِ ا‬
‫ي‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (Asy-
Syura/26: 214)

4) Tafsir Al Misbah
Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi. sebagaimana diuraikan
oleh ayat-ayat sebelumnya, ayat di atas memberikan petunjuk kepada orang-orang percaya
bahwa: Hai orang yang beriman, jaga dirimu di antara yang lain dengan meniru Nabi. dan
jagalah keluargamu yaitu istri, anak-anak dan semua yang berada di bawah tanggung
jawabmu dengan membimbing dan mendidik mereka sehingga kamu semua terhindar dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia kafir dan juga batu-batu di antara yang

8
Quthb, Tafsir Fi Dzilalil Qur’an, 204
9
Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata Dhilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah, 321.

8
lainnya yang dijadikan berhala . Dialah yang berurusan dengan neraka dan ditugasi
menyiksa para penghuni malaikat-malaikat keji dan tindakan-tindakan mereka, yang
diperlakukan dengan ketat dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak menaati Allah
tentang apa yang telah Dia perintahkan kepada mereka sehingga Hukuman mereka Jatuhkan
bahkan jika mereka kasar - tidak kurang atau kurang dari apa yang diperintahkan Tuhan,
sesuai dengan dosa dan kesalahan penghuni neraka dan mereka juga selalu dan dari waktu
ke waktu bekerja dengan mudah apa yang Tuhan perintahkan kepada mereka. Dalam
penyiksaan, para malaikat selalu berkata: Wahai orang-orang tidak percaya yang menolak
untuk mengakui bimbingan Allah dan Rasul-Nya, jangan meminta demi meminta dalih untuk
memperbaiki kesalahan dan penyiksaan Anda hari ini. Karena sudah tidak ada waktu lagi
untuk meminta maaf atau pertengkaran, ini adalah saat jatuhnya sanksi, memang Anda saat
ini hanya dihargai sesuai dengan apa yang Anda dulu ketika Anda hidup di dunia selalu
lakukan.
Ayat 6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus dimulai dari
rumah. Ayat-ayat di atas adalah redaksional pada pria (ayah), tetapi itu tidak hanya berarti
bagi mereka. Ayat ini berhubungan dengan wanita dan pria (ayah dan ibu) sebagai ayat yang
sama (seperti mereka yang memesan puasa) yang juga dimaksudkan untuk pria dan wanita.
Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab atas anak-anak dan pasangannya
masingmasing karena masing-masing bertanggung jawab atas perilaku mereka. Ayah atau
ibu saja tidak cukup untuk menciptakan rumah tangga yang ditutupi oleh nilai-nilai agama
dan dibayangi oleh hubungan yang harmonis. Malaikat yang dituduh ‫( غالظ‬kasar) tidak kasar
dari sifat fisik mereka seperti dalam beberapa interpretasi, karena malaikat adalah makhluk
halus yang diciptakan dari cahaya. Atas dasar ini, kata harus dipahami dengan cara kasar
dari pidatonya. Mereka telah menciptakan Tuhan yang khusus untuk menghadapi neraka.
"Hati" mereka tidak tidak wajar atau tersentuh oleh erangan, tangisan atau belas kasih,
mereka diciptakan oleh Allah dengan sifat sadis, dan itu mereka (‫ )شداد‬syidad / keras,
makhluk yang keras hati dan kerja keras. 10

10
Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, 14:178.

9
5) Tafsir Al Azhar
Setelah Tuhan memberi petunjuk tentang rumah tangga Rasulullah, maka Tuhan
memperlihatkan panggilan-Nya kepada orang percaya bagaimana sikap mereka dalam
menegakkan rumah tangga. "Hai kamu yang percaya Jaga dirimu dan keluargamu dari api
neraka."
Di dasar ayat ini jelas bahwa hanya mengakui iman saja tidak cukup. Iman harus
dipupuk dan dipelihara, terutama dengan dasar iman untuk membuat orang-orang aman
dan rumah tangga dari api neraka. Alat-alatnya adalah manusia dan batu. Batu-batu itu
adalah barang berharga yang dibuang dan menyebar ke mana-mana. Batu itu akan
digunakan sebagai kayu api. Manusia Allah yang tidak patuh, yang hidup di dunia ini tidak
berharga karena telah dipenuhi dengan dosa, sama dengan bebatuan yang tersebar di
tengahtengah pasir. "Di atas adalah malaikat yang kejam dan keras kepala". Disebut atasnya
karena Tuhan memberikan kekuatan kepada para malaikat untuk menjaga dan
mengendalikan neraka, sehingga api selalu menyala, sehingga penjual selalu siap, baik batu
atau manusia.11 Ujung ayat menunjukkan bagaimana keras disiplin dan peraturan yang
dijalankan dan dijaga oleh malaikat-malaikat itu. Nampaklah bahwa mereka semuanya
hanya sematamata menjalankan perintah Allah dengan patuh dan setia, tidak membantah.
Dari rumah tangga itu mulai menanamkan Iman dan menumbuhkan Islam. Karena rumah
tangga itu akan terbentuk rakyat. Dari dalam komunitas itu akan menjunjung komunitas
Muslim. Komunitas Muslim adalah masyarakat yang memiliki pandangan hidup serupa,
setara dengan penilaian terhadap Islam. Karena itu, orang percaya tidak boleh pasif, artinya
tetap diam dan menunggu. Nabi telah menjelaskan tanggung jawab menegakkan Iman sesuai
dengan Hadis Shahih diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Agar diri seseorang menjadi
berpengaruh, berwibawa, dihormati, berperilaku dan berperilaku sebagai teladan oleh anak
dan istrinya. Dia harus sangat bangga dan luar biasa untuk keluarga. Dan itu tidak cukup,
biarkan dia membimbing istrinya, pimpin dia. Setelah kalimat perintah bagi orang percaya
untuk melindungi diri mereka sendiri dan anggota-anggotanya dari nyala api ini turun,
tanyakan Sayyidina Umar bin Khattab kepada Rasulullah saw. : "Kami telah menahan diri
dari api, dan bagaimana kami menjaga ahli kami dari neraka?"

11
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII, 309.

10
Rasulullah saw. menjawab:

“Anda melarang mereka dari semua perbuatan yang Allah melarang Anda dan
memerintahkan mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah ". (H.R. Al-Qusyairi,
dalam tafsir Al-Qurthubi)
Selanjutnya, ketika kedua suami dikaruniai anak-anak Tuhan, adalah kewajiban bagi
ayah untuk memilih nama baik untuknya, untuk mengajarinya menulis dan membaca, dan
jika waktunya telah tiba, itu akan cepat membuat kekuatan seorang pria. dan ketekunan jika
itu wanita. Seperti yang telah kami katakan sejak awal, dari rumah tangga, atau dari
kehidupan gabungan suami dan istri bahwa orang-orang akan terbentuk. Suami mendirikan
rumah, anakanak dan cucu yang lebih rendah, yang dimiringkan oleh pelayan dan nelayan.
Inilah yang diancam dengan api neraka, yang akan diterangi oleh manusia dan batu,
dijaga, dan dikendalikan oleh malaikat yang kasar dan gerak tubuhnya, tidak pernah
mengubah apa yang Tuhan perintahkan dan harus lakukan apa yang diperintahkan. 12

6) Tafsir al-Qurthubi
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, dalam AlJami'u li Ahkami
Al-Qur'an menjelaskan bahwa dalam firman Allah ini (QS atTahrim ayat 6) ada masalah,
yaitu urutan laki-laki untuk mempertahankan dirinya dan keluarganya dari neraka. Itu
berarti seseorang harus meningkatkan dirinya dengan melakukan ketaatan, dan juga
memperbaiki keluarganya. Ali bin Abi Thalhah diriwayatkan dari Ibn 'Abbas: "Jagalah jiwa
Anda dan instruksikan keluarga Anda untuk mendiktekan dan berdoa, sehingga Allah akan
memelihara mereka karena Anda (dari api neraka). Para ulama sepakat untuk mengatakan
bahwa dalam ayat itu, anak itu termasuk di dalamnya, karena anak itu adalah bagian darinya.
Jadi, seseorang harus mengajari anaknya sesuatu yang halal dan haram, serta
menjauhkannya dari ketidakpatuhan dan dosa, serta hukum lainnya. 13
7) Tafsir al-Wasith
Wahbah Zuhaili dalam buku At-Tafsir al-Wasith menjelaskan bahwa, dalam kata-kata
Allah (QS at-Tahrim ayat 6) itu berarti: "Wahai mereka yang membenarkan Allah dan Rasul-
Nya, latihlah dirimu dan keluargamu (untuk memenuhi mereka Perbuatan baik.) Buatlah

12
Hamka, 314.
13
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi terjemahan. Faturrahman, dkk, 744

11
perlindungan bagi kalian semua dari api neraka, untuk diri mereka sendiri dengan
membuatnya selalu taat kepada Allah SWT, sedangkan untuk keluarga dengan memberi
nasihat kepada mereka dan juga mendorong mereka untuk melakukan ketaatan. mereka
tidak akan jatuh ke dalam api neraka yang mengerikan, diterangi oleh manusia dan batu. Ini
adalah sebuah proposisi bahwa seorang guru harus tahu apa yang dia perintahkan dan
dilarang. Ibn Jarir berkata, adalah tugas kita untuk mengajarkan agama dan kebaikan sopan
santun, etika dan tata krama yang mutlak diperlukan untuk anakanak kita. 14

C. Analisis pemikiran Mufassir terkait tanggung jawab keluarga dalam surat At-Tahrim
Dalam surat at-Tahrim: 6, objek perintah adalah seorang yang beriman. Orang yang
beriman artinya adalah orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta apa yang
dibawa olehnya. Selain itu objek perintah juga mengarah kepada orang yang paling
bertanggung jawab terhadap keluarga meliputi pasangan dan keturunan, bahkan terhadap
budak laki-laki maupun perempuan. Tentu yang dimaksudkan disini adalah kepala rumah
tangga yaitu seorang bapak. Atau orang yang memiliki tanggung jawab terhadap seseorang.
Walaupun tidak dipungkiri juga bahwa selain suami, istri juga memiliki tanggung jawab
terhadap anak. Bahkan anak juga memiliki tanggung jawab terhadap orang tuanya jika si
anak lebih alim, dan orangtuanya jahil dalam hal syariat. Hal ini masuk dalam kemutlakan
definisi orang yang beriman. Akan tetapi pemegang tanggung jawab keluarga secara
universal dan fundamental adalah seorang bapak jika dibandingkan dengan tanggung jawab
istri dan anak.
Dalam ayat tersebut, seorang yang beriman diperintahkan untuk menjaga diri dan
keluarga dari api Neraka. Neraka adalah bagian dari dimensi kehidupan selanjutnya setelah
kehidupan di dunia. Hal ini menunjukan bahwa orientasi penjagaan tersebut bukan hanya
penjagaan yang bersifat duniawi, tapi juga bersifat ukhrawi. Oleh karena itu bentuk tanggung
jawab penjagaan keluarga berdasarkan penafsiran para ahli tafsir meliputi beberapa hal
berikut:
1. Pendidikan Keluarga
Seorang bapak wajib mendidik istri, anak dan orang yang berada dalam
tanggungannya. Jika seorang bapak tidak mendidik keluarganya maka dalam Islam dia

14
Zuhaili, Tafsir Al-Wasith terjemahan. Muhtadi,dkk, 679.

12
berdosa karena melalaikan kewajibannya. Seorang bapak memberikan pendidikan
Aqidah yang benar kepada keluarganya, mendidik mereka agar mengesakan Allah swt.
Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah swt semata.
Serta menjauhi syirik (persekutuan penyembahan kepada selain Allah). Karena
perbuatan syirik merupakan kesesatan yang nyata dari jalan yang lurus yang Allah telah
tunjukan melalui al-Qur’an. Perbuatan syirik menyebabkan terhapusnya semua
amalanamalan kebaikan, apakah kebaikan itu besar apalagi yang kecil. Orang yang
berbuat syirik, kemudian mati maka Allah swt tidak akan mengampuni dosanya, sebab
dia mati dalam keadaan melakukan perbuatan dosa yang paling besar. Syirik juga
penyebab seorang manusia kekal di dalam Neraka. Allah swt berfirman dalam QS. Al-
Bayyinah: 6,
ِ ِ‫اب وا لْم ْش رِكِي ِِف اَن رِ ج ه نَّم خ الِد‬ ِ َّ ِ
‫يه ا ۚ أُولَٰا ئِ ا‬ ِ ِ ِ
‫ك ُه ْم‬ ‫ين ف ا‬
‫ا‬ ‫اا ا ا‬ ‫ا‬ ُ ‫اه ِل ا لْك تا ا‬ ‫إ َّن ا ل ذ ا‬
ْ ‫ين اك فا ُروا م ْن أ‬
ِ‫اش ُّر ا لِْبِيَّة‬
‫ا‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik
berada dalam Neraka Jahanam, kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk”
Karena kesyirikan merupakan penyebab utama terjerembab ke Neraka, maka wajib
bagi kepala keluarga untuk mendidik keluarganya sehingga terhindar dari perbuatan
tersebut. Selain kesyirikan kepala keluarga juga mesti mendidik keluarga dan orang yang
berada dalam penanggungannya dalam hal kewajiban syariat yang dibebankan kepada
mereka serta anjuran-anjurannya. Mulai dari shalat, puasa, zakat, haji, dan yang lainnya.
Keislaman dan keimanan seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan menjalankan
perintah kewajiban syariat. Orang yang tidak sempurna keislamannya tidak aman dari api
Neraka. Misalnya orang yang meninggalkan shalat maka dia terancam dengan kekufuran,
sedangkan kekufuran tempat kembalinya adalah kehancuran, api Neraka.

Kepala keluarga juga wajib mendidik keluarganya mengetahui apa saja yang
dibolehkan, dan apa saja yang dilarang, baik dalam permasalahan ibadah maupun
muamalah. Perkara yang haram sungguh telah jelas dan peraka yang halal juga jelas.

13
Jangan sampai kepala rumah tangga lalai dari hal ini. Misalnya seorang bapak mesti
mendidik dan mengajari anaknya bahwa minuman yang memabukkan itu tidak
dibolehkan. Perbuatan judi adalah perkara yang diharamkan. Seorang bapak mengajari
anaknya untuk menjauhi dari mendekati perbuatan zina. Juga mendidik untuk
mengetahui hak-hak sesama manusia dan sesama muslim yang tidak boleh dilalaikan,
menunaikan hak-hak manusia dan sesama muslim akan mengantarkan pelakunya kepada
kebaikan serta terhindar dari kezaliman antara sesama. Perbuatan-perbuatan buruk
adalah kezaliman, sedang kezaliman tersebut dapat mengantarkan seseorang kepada
ancaman Neraka.
2. Pengontrol Keluarga
Setelah mendidik keluarga, seorang kepala rumah tangga bertanggung jawab secara
penuh terhadap aktualisasi pendidikan keluarga yang telah diajarkan. Disinilah seorang
kepala keluarga berfungsi sebagai pengontrol. Terkadang seorang istri melalaikan suatu
kewajiban atau melakukan perbuatan yang tidak terpuji, disebabkan karena lupa, atau
karena kejahilan terhadap suatu perbuatan. Seorang anakpun, karena semangat muda
yang ingin mengetahui sesuatu yang baru, ditambah pergaulan sosial yang tidak
terkontrol menyebabkannya melakukan perbuatan yang terlarang oleh syariat. Oleh
karena itu seorang kepala rumah tangga mesti mengontrol keluarganya dari kelalaian dan
perbuatan karena kejahilan.
Jangan sampai seorang bapak tidak memberikan perhatian, apalagi sampai pada
tingkat memberi kebebasan tanpa batas kepada keluarganya, sehingga dapat merusak
kepribadian keluarga yang dibina. Rusaknya keluarga akan berdampak besar terhadap
kerusakan sosial, bahkan kerusakan tersebut akan meluas seluasluasnya, seluas
pergaulan sosial yang dilakukan oleh keluarga yang telah rusak.
3. Sebagai Penentu dan Pembuat Kebijakan
Diantara bentuk tanggung jawab penjagaan kepada keluarga adalah membuatkan
arahan yang sifatnya rambu-rambu, yang mengarah kepada proteksi keluarga dari hal-hal
yang dilarang. Misalnya rambu untuk anak berupa batasan waktu malam, jangan sampai
melakukan kegiatan sampai terlalu malam karena dapat melalaikannya dari ibadah shalat
subuh. Contoh lain, membuat rambu-rambu untuk istri agar penggunaan HP dibatasi
tempat penggunaannya. Sehingga tanggung jawab istri di rumahnya tidak terlalaikan.
14
Selain itu, juga membuatkan kegiatan-kegiatan positif yang bertujuan untuk
meningkatkan keilmuan syariah, wawasan keislaman keluarga, apalagi jika suami tidak
mampu karena kekurangan pemahaman syariah untuk mendidik keluarganya. Oleh
karena itu seorang bapak menyiapkan sarana berupa kegiatan-kegiatan. Misalnya
seorang bapak membuat program taklim keluarga dengan mengundang ustadz-ustadz yg
mumpuni keilmuannya, atau rihlah ilmu, yaitu membawa keluarga ke majelis-majelis
ilmu. Contoh lain misalnya, membuat program membaca alQur’an untuk keluarga, dan
sebagainya.
Rambu-rambu maupun kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut memberikan peran
yang besar untuk memproteksi keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, dan
memudahkan keluarga dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Ketaatan kepada Allah
swt akan membawanya kepada keridhaan-Nya, orang yang Allah ridha terhadapnya maka
tidak ada balasan yang pantas untuknya kecuali Surga, dan terhindar dari panasnya
Neraka.
4. Memenuhi Kebutuhan Lahiriah Keluarga
Kebutuhan lahiriah keluarga semestinya dipenuhi seorang kepala keluarga, seperti
kebutuhan primer berupa sandang pangan dan papan, maupun kebutuhankebutuhan
tersier. Syariat memerintahkan kepada para orang tua agar jangan meninggalkan orang-
orang di belakang mereka menjadi lemah, baik lemah agama maupun lemah dalam
kebutuhan lahiriah. Sebab jika keluarga lemah kebutuhan lahiriahnya dapat berefek
terhadap kekuatannya dalam beribadah.
Termasuk kebutuhan lahiriah adalah memenuhi nafkah batin (biologis) istri. Karena
merupakan kebutuhan naluriah seorang manusia, dimana nafkah batin ini menjadi salah
satu alasan adanya ikatan keluarga. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan dapat
menimbulkan kemudaratan kepada istri. Jika dibiarkan, dampaknya bisa menjadi
semakin melebar, terjadi perselingkuhan, perceraian, bahkan ketidak jelasan nasab yang
disebabkan hubungan-hubungan yang tidak sah.
Bahkan yang lebih parah lagi, efeknya berpengaruh terhadap cara pandangnya
terhadap Islam, dan hal itu bisa melemahkan dan melepas keimanan. Betapa banyak
orang Islam yang fakir dan miskin rela menjual keyakinannya hanya karena sekardus
makanan.
15
Allah swt sangat paham dengan kondisi demikian. Oleh karena itu melalui Rasul-Nya
yang mengajarkan doa kepada umat Islam agar terhindar dari kefakiran dan kekufuran.
Karena keduanya sangat erat berkaitannya. Beliau saw mengajarkan kepada umat Islam
sebuah doa yang baik untuk selalu dipanjatkan. Disebutkan dalam sebuah hadits,

Artinya, “Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefakiran dan siksa kubur.”
Oleh karena itu, menghindarkan diri dan keluarga dari kefakiran dan kemiskinan
menjadi tanggung jawab kepala keluarga, jangan sampai istri dan anaknya berkurang
bahkan kehilangan keyakinannya dikarenakan kebutuhan lahiriah yang tidak terpenuhi.

D. Kesimpulan
Surat at-Tahrim termasuk golongan surat Madaniyah yaitu surat yang turun setelah
hijrahnya beliau saw dari kota Mekah ke kota Madinah. Surat ini terdiri dari 12 ayat dan
merupakan surah ke 66 di dalam Al-Quran. Dinamakan At-Tahrim karena mengambil kata
pada ayat pertama surat ini, yang juga berkaitan dengan sebab diturunkannya surat at-
Tahrim, dimana beliau saw mengharamkan atas dirinya sesuatu yang dihalalkan oleh Allah
untuk mendapatkan keridaan salah satu istri beliau.
Surat at-Tahrim: 6 adalah seruan terhadap umat Islam yang membenarkan Allah dan
Rasul-Nya, untuk melakukan menjaga diri dan keluarga yang mencakup istri dan anak serta
orang yang berada dalam penanggungannya dari ancaman api Neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia yang kufur terhadap Allah dan batu yang digunakan sebagai sesembahan
selain kepada Allah swt. Neraka dijaga oleh malaikat Zabaniah yang keras lagi kasar, yang
dicabut atasnya rasa belas kasihan, malaikat Zabaniah tidak pernah ingkar atas apa yang
diperintahkan Allah.
Secara umum objek Surat at-Tahrim: 6 adalah setiap mukmin. Tetapi selain itu objek
perintah juga mengarah kepada orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarga
meliputi pasangan dan keturunan, bahkan terhadap budak laki-laki maupun perempuan.
Tentu yang dimaksudkan disini adalah kepala rumah tangga yaitu seorang bapak.
Perintah menjaga menunjukan bahwa kebijakan seorang kepala keluarga dalam
rumah tangganya adalah sebuah tindakan preventif. Seorang kepala keluarga berkewajiban
untuk memastikan diri dan keluarganya tercegah dari ancaman Neraka. Segala tindakan
16
yang dapat berakibat buruk harus dihindari. Jangan sampai melalaikan keluarga sehingga
terlambat untuk di selamatkan.
Neraka adalah bagian dari dimensi kehidupan selanjutnya setelah kehidupan di
dunia. Hal ini menunjukan bahwa orientasi penjagaan tersebut bukan hanya penjagaan yang
bersifat duniawi, tapi juga bersifat ukhrawi. Oleh karena itu bentuk tanggung jawab
penjagaan keluarga berdasarkan penafsiran para ahli tafsir meliputi; pendidikan keluarga;
kontroling keluarga; sebagai penentu dan pembuat kebijakan; dan bertanggung jawab
terhadap kebutuhan lahiriah keluarga.

E. Daftar Pustaka

Al Mahalli, Jalaluddin, dan Jalaluddin As Suyuthi. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun Abu Bakar, Lc.
Kelima belas. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2016.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurthubi terjemahan. Faturrahman, dkk. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009.
Arie Sulistyoko. Tanggung Jawab Keluarga Dalam Pendidikan Anak Di Era Kosmopolitan
(Tela’ah Tafsir Kontemporer Atas Surat At-Tahrim Ayat 6, Banjarmasin: Iqro,
Desember 2018
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta
Media, 2006.
Effendi, Suratman, Ali Thaib Wijaya, dan B. Chasrul Hadi. Fungsi Keluarga Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jambi: Departemen Pendidikan dan
Kebudayan, 1995.
Shabuniy, Muhammad Ali as-. Shafwatu Tafasir. Kairo: Dar as-Shabuniy 1417 H. Cet. Pertama.
Maraghy, Ahmad bin Musthafa al-. Tafsir al-Maraghy. Mesir: Maktabah al-Bab al-Halaby 1365
H. cet. Ke-1.
Thabari, Muhammad bin Jarir at-. Jamiul Bayan fi Ta'wiluil Qur'an, (np. Yayasan arRisalah,
1420 H) cet. Pertama.
Katsir, Abul Fida Ismail bin Umar bin, Tafsirul Qur'an al-Adzim, Np. Darut Thayyibah 1420 H.
cet. ke-2
Qurtubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-. al-Jami' Li Ahkamil Qur'an. Kairo:Darul
Kitab al-Mishriyyah, 1384 H. cet. ke-2
Harianto, Kewajiban Mendasar Kepala Keluarga (Studi Tafsir Surat At-Tahrim: 6).
Balikpapan: Desember 2018
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985.
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata Dhilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah. Jakarta:
Maghfirah Pustaka, 2011.
Muhammad Syaikh, Abdullah bin. Tafsir Ibnu Katsir. 10 ed. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i,
2008.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Dzilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2001.

17
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Baru. Vol. 14.
Jakarta: Lentera Abadi, 2011.
Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Wasith terjemahan. Muhtadi,dkk. 3 ed. Jakarta: Gema Insani, 2013.
http://www.fiqihmuslim.com/2016/09/teks-bacaan-surat-at-tahrim-danterjemah.html,
diakses pada selasa, 20 Desember 2022.
https://almanhaj.or.id/2197-surat-surat-makkiyah-dan-madaniyah.html, diakses pada
selasa, 20 Desember 2022.
https://yufidia.com/sebab-turunnya-surat-at-tahrim, diakses pada Selasa, 20 Desember
2022
https://muslim.or.id/28413-metode-al-quran-dalam-memerintah-dan-melarang hamba-
allah-yang-beriman-2.html, diakses pada Selasa, 20 Desember 2022.

18

You might also like