Adoc - Pub - Sistem Pengeringan Bawang Merah Dengan Pengasapan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

PENGUJIAN SISTEM PENGERINGAN


BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)
1
DENGAN CARA PENGASAPAN
Oleh
2
Bandul Suratmo

I n the effort to improve the existing ways for handling post harvest of
red onion among current farmers, where these old ways are giving
unsatisfying results (high damage rate), we were designed a drying
building facilitated with fumigation equipment. The building is having area of 2 x 3
m2 with 3 m height of pre-cast brick (batako) wall and with pyramid-formed roof.
The drying space of this dimension can be filled by approximately 1.25 tons of wet
red onion. This building is equipped with heat exchanger forming from ceramic pipe
sized 23 cm in diameter. The ceramic pipe is perforated with 3 cm in holes diameter
in order to conduct fumigating process toward stored red onions. The heat is
resulted from burning stove placed in the inlet of heat exchanger. This testing
activity is financed by University of Gadjah Mada through Research Department.
Testing for drying building equipped with fumigating system was conducted at
Sangkeh hamlet of Srigading village in Sanden district of Bantul Regency. This
testing is intended to find out the performance of the building. From the testing
conducted by means of interrupted drying method, it is known that at the applied
drying temperature of approximately 37oC this building is capable to decrease
46% water content of red onion, i.e. from 68% into 22% at surrounding
temperature of 29oC and relative humidity of 90% during 70 hours of period time.
Temperature change during drying process is varied depending on position
measured from the bottom of building and stated in square relationship, i.e. T =
1.25 h2 - 4.25 h + 38.7; likewise, the decrease in material masses, which was
formulated as follow: S = 0.49 h2 - 2.52 h + 17.32, is faster than conventional
drying method. For the quality of end product, comparing with conventional
method, the application of this system is giving uniform results. The cost of drying
by means of fumigation method is depending on fumigating time or on average
amounted to Rp19.62 hourly for every kilo of wet red onion. Moreover, application
of this fumigating system is increasing the profit received by farmers on average
amounted to Rp5,525,252.93.

I. PENDAHULUAN selalu sangat rendah terjadi pada


musim panenan dan tertinggi pada saat
A. Latar Belakang musim tanam tiba. Dari data statistik,
selisih harga antara terendah dan
Bantul dikenal sebagai penghasil tertinggi dapat mencapai pada kelipatan
komoditas bawang merah yang 3-4 kali, sedangkan tenggang waktu
merupakan komoditas yang mempunyai antara panen dan tanam adalah sekitar
nilai ekonomis yang tinggi. Sebagaimana 4-5 bulan. Oleh karena itu apabila hasil
dengan komoditas pertanian yang lain, produksi bawang merah dapat ditunda
harga jual komoditas bawang merah penjualannya dengan penyimpanan

1. Hasil penelitian pasca panen di Kabupaten Bantul


2. Peneliti Teknik Pascpanen UGM, Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


377
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

yang baik selama kurun waktu tersebut fosfor dan besi. Komoditas ini bukan
akan didapatkan keuntungan yang merupakan sumber kalori, akan tetapi
cukup tinggi. memiliki kandungan minyak atsiri
Permasalahan yang dihadapi dalam sehingga banyak digunakan oleh hampir
upaya memunda penjualan hasil setiap masakan untuk menambah cita ,
panenan bawang merah adalah pada rasa dan kenikmatan makanan.
sistem penyimpanan. Cara-cara yang Disamping untuk bumbu penyedap
konvesional dijalankan oleh petani m a s a k a n , b a w a n g m e ra h j u g a
secara individu ataupun kelompok dimanfaatkan sebagai bahan ramuan
adalah dengan jalan menjemur sampai obat-obatan tradisional (Rahayu et al,
kering, kemudian disimpan dengan 1994). Pembudidayaan komoditas
menggantung ikatan bawang merah bawang merah (Allium ascalonicum L)
tersebut pada gantangan yang berada di dapat di daerah dataran rendah sampai
atas tungku tempat memasak. Menurut dataran tinggi dan idealnya adalah
informasi dari Dinas Pertanian Tanaman antara 0-800 m dpl. Dalam hal
Pangan, sistem yang demikian masih pembudidayaan yang baik, produksinya
menimbulkan kerusakan yang tinggi, dapat mencapai 13 ton/ha.
yaitu mencapai sekitar 40 %, dan Sebagaimana komoditas sayuran yang
bahkan kadang-kadang lebih dari itu. lain bawang merah juga termasuk
Melihat kenyataan bahwa sistem komoditas yang mudah rusak. Dalam
penangannan komoditas andalan periode penyimpanan kerusakan
bawang merah masih menimbulkan mencapai 40 % (Dinas Pertanian
permasalahan yang cukup berarti, maka Tanaman pangan, 1999).
perlu dilakukan penelitian khusus untuk Penyimpanan adalah merupakan
redesign sistem penanganan usaha untuk penundaan penggunaan
penyimpanan komodidtas bawang atau penjualan. Beberapa tantangan
merah tersebut. Dan dari penelitian yang dihadapi dalam penyimpanan
tersebut diharapkan dapat adalah kehilangan dan kerusakan. Agar
menghasilkan design penyimpan baru tidak terjadi kehilangan kualitas
yang teruji mampu mempertahankan (pembusukan) dan kuantitas (keropos
kualitas dan kuantitas bawang merah atau penggembosan) selama
selama dalam penyimpanan. Dengan penyimpanan produk pertanian, produk
demikian bawang merah dapat ditunda harus dikeringkan terlebih dahulu
penjualannya yaitu pada saat harga sampai pada tingkat kekeringan
yang paling tinggi, dengan kualitas yang tertentu. Pengeringan komoditas
baik sehingga akhirnya akan dapat bawang merah adalah bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan mengeringkan lapisan luar, sehingga
kesejahteraan petani pelaku agribisnis lapisan tersebut mednjadi keras dan
bawang merah. mampu berfungsi sebagai selaput
penutup lapisan di dalamnya (
B. Tinjauan Pustaka Sunaryono, 1983 dan Rismunandar,
1989).
Bawang merah (Allium Hakekat dari pengeringan adalah
ascalonicum L) merupakan komoditas p e n g u r a n g a n k a d a r a i r, d a n
sayuran yang mempunyai ni l ai pengurangan kadar air dapat terjadi
ekonomis yang tinggi, dan mengandung oleh karena perbedaan tekanan air
protein, lemak, hidrat arang, kalsium, dalam bahan dengan udara di

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


378
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

sekitarnya. Proses pengeringan dapat menyimpan energi panas (Ida Bagus


dipercepat dengan pemberian energi A g ra , 1 9 9 7 ) ya n g a k a n d a p a t
panas yang banyak atau pemakaian difungsikan dalam proses pengeringan.
suhu pengeringan yang tinggi; dengan Dengan demikian dalam penyimpanan
pengkondisian tersebut perbedaan hasil pertanian pengasapan bermakna
konsentrasi massa air dalam udara akan ganda yaitu sebagai anti mikroba dan
semakin tinggi sehingga perpindahan sumber energi panas proses
massa air akan semakin cepat pula (Hall, pengeringan.
1971). Namun demikian pengeringan
memakai suhu yang terlalu tinggi akan C. Landasan Teori
menimbulkan kerugian-kerugian yang
antara lain: penurunan nilai gizi, Komoditas bawang merah
perubahan aroma, perubahan rasa,dll. merupakan komoditas yang mempunyai
Ryall et al.(1972), menyarankan nilai ekonomis yang tinggi akan tetapi
pemakaian suhu yang baik untuk sangat mudah rusak (perisable
pengeringan adalah 43-46 ºC. Beberapa material). Agar tidak mengalami
parameter yang dipakai sebagai tolok penurunan kualitas dan kuantitas dalam
ukur kualitas atau klasifikasi dalam penyimpanan, komoditas bawang
perdagangan adalah kekerasan dan merah harus dikeringkan terlebih
daya tumbuh (Rahayu, 1977). dahulu sebelum disimpan. Pengeringan
Di kalangan petani, pengeringan bawang merah merupakan pengeringan
bawang merah dilakukan dengan cara lapisan luar dan dengan perlakuan ini
penjemuran, dan penyimpanannya lapisan luar menjadi keras dan
dengan menggantungkan ikatan kemudian berfungsi sebagai lapisan
bawang merah di para-para yang berada penutup lapisan di dalamnya. Dengan
di langit-langit atau diatas perapian pengerasan tersebut maka lapisan luar
dapur. Dengan cara yang demikian yang telah menjadi keras dapat
bawang merah selalu mendapatkan difungsikan sebagai penghambat
panas dan fumigasi dari asap dapur. perpindahan massa air atau pelindung.
Menurut Adi Hidayat (2003) Proses pengeringan merupakan
m e n g a t a k a n b a hwa m e ny i m p a n proses serempak dari perpindahan
komoditas bawang merah dengan cara massa air dan perpindahan panas
meletakan di para-para atas dapur, (Brooker et al, 1992). Proses tersebut
kualitas bawang merah masih terjaga akan terjadi apabila tekanan uap dalam
sampai empat bulan. Hal ini cukup bahan lebih besar daripada tekanan uap
beralasan karena dengan setiap kali air udara di luar bahan; aliran massa air
bawang merah mengalami pengasapan, terjadi dari yang bertekanan tinggi ke
dan asap dari pembakaran kayu tekanan yang lebih rendah (Hall, 1971).
mengandung : phenol, kresol, asam Proses pengeringan umumnya terjadi
asetat, formal dehid dll. yang dalam dua periode, yaitu pedriode laju
mempunyai kemampuan untuk konstant dan periode laju menurun
meniadakan dan atau menekan (Bakker, 1974). Periode laju konstant
kegiatan mikroba (Borgstorm, 1971). terjadi pada waktu berlangsungnya
Asap adalah merupakan bagian dari penguapan air bebas secara kontinyu
hasil pembakaran yang tidak sempurna. selama laju perpindahan air ke
Disamping mengandung komponen permukaan seimbang dengan laju
ya n g a n t i m i k r o b a , a s a p j u g a penguapan air permukaan (Barbosa,

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


379
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

1996). Oleh Brooker, (1992), laju Sebagai produk pertanian sangat


pengurangan air selama periode layak terjadi bahwa selama periode
konstant dinyatakan dalam persamaan penyimpanan komoditas bawang merah
berikut: dapat mengalami penurunan baik pada
kualitas maupun kuantitas. Penurunan
dw/dt = hc Ab ( T Tw) / Hfg kualitas dipengaruhi oleh hadirnya
mikroba (bakteri pembusuk), dan
Sedangkan pada laju menurun, penurunan kuantitas dapat disebabkan
tidak konstant akan tetapi menurun oleh mikroba, hewan pengganggu, dan
ketika kadar air bahan telah melewati kondisi lingkungan (suhu dan
kadar air kritisnya (Barbosa, 1996). Laju kelembaban) yang tidak semestinya.
pengeringan menurun ini terjadi saat Oleh karena komoditas bawang merah
kadar air minimum tidak mengimbangai merupakan bahan yang higroskopis,
laju aliran aliran bebas permukaan maka kandungan air bawang merah
bahan atau sama dengan laju akan bergantung pada kelembaban
penguapan lengas dari bahan ke udara udara lingkungan. Suhu lingkungan
sekeliling (hall, 1971). Laju pengeringan yang baik untuk penyimpanan bawang
o
menurun sebanding dengan perbedaan merah adalah 23-30 C. Suhu
kadar air rerata (M) dengan kadar air lingkungan yang terlalu tinggi dan
setimbangnya (M o ), dan secara kelembaban udara yang rendah akan
matematik dinyatakan dalam mengakibatkan terjadinya perpindahan
persamaan: massa air dari bahan ke udara
sekelilingnya (Hadiwiyono, 1993).
dM/dt = k (M Me) Dengan perpindahan massa air tersebut
maka massa bahan akan menurun berat
Perpindahan panas yang diterima (bobot) ataupun volumenya menyusut.
oleh suatu bahan pada proses Berbagai perlakuan sering
pengeringan akan digunakan untuk digunakan untuk mencegah kerusakan
menaikkan suhu bahan, dan selanjutnya oleh unsur mikroorganisme dalam
panas juga digunakan untuk penyimpanan, dan diantaranya adalah
pemindahan massa air dari bahan ke pengasapan. Pengasapan dapat dipilih
udara di sekelilingnya (Singh, 1983). sebagai cara alternatif untuk
Oleh Earle (1969), panas untuk pengawetan komoditas pertanian
kebutuhan pengeringan merupakan (Frazier, 1967); dan disamping untuk
penjumlahan antara panas penaikan meningkatkan keawetan bahan,
suhu (qs) dengan panas penguapan air pengasapan kadang untuk berbagai
bahan (ql), atau dinyatakan dalam komoditas juga berguna untuk
persamaan berikut: pemberian aroma terhadap bahan yang
d i a s a p i ( W i b o w o, 1 9 9 5 ) . A s a p
merupakan h a s i l p e m b a k a ra n
Qpeng = qs + ql terdispersi di dalam udara dari biomasa
(kayu, sekam, seresah). Secara spesifik
Untuk tujuan penyimpanan dalam asap merupakan hasil pembakaran yang
waktu yang lama (3-6 bulan), tidak sempurna; dan asap dapat
pengeringan bawang merah dilakukan didefinisikan sebagai aerosol yang
sampai bawang merah kering panen turun terdiri atas partikel-partikel padat dan
beratnya 20 %, atau pada kadar air 24 %. cair yang terdispersikan dalam media
Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004
380
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

gas (Suharsono, 1978). Asap Bangunan penyimpan yang


mengandung unsur energi panas dilengkapi dengan sistem pengasapan
(kalori) dan komponen-komponen ini dibangun di atas tanah milik Ibu Yun
phenol, ketonl, phenol, asam format, seorang Petani Bawang Merah di Dusun
asam asetat, senyawa tar, dan aldehid, Sangkeh, Desa Srigading Kecamatan
yang bersifat antiseptis dan mempunyai Sanden Kabupaten Bantul. Realisasi dari
kemampuan untuk meniadakan bangunan ini seluruhnya dilakukan oleh
kegiatan mikroba (Kramlich, 1973 dan pekerja setempat dan juga
Borgstom, 1971). Dengan demikian menggunakan bahan bangunan lokal
asap juga dapat difungsikan sebagai dan seluruh kegiatan penelitian ini
panas dan anti mikroba yang tepat dibiayai oleh Universitas Gadjah Mada
untuk diterapkan dalam sistem melalui Lembaga Penelitian.
penyimpanan.

II. METODOLOGI

A. Bahan dan Alat

Bahan utama dalam penelitian ini


adalah bawang merah basah (hasil
panen) varitas tiron, yang merupakan
varitas lokal dan andalan bagi
masyarakat petani di wilayah Kabupaten
Bantul.
Alat utama yang digunakan adalah
unit bangunan penyimpan yang
dilengkapi dengan sistem pemanasan dan
pengasapan, sehingga dapat difungsikan
sebagai penyimpan dan pengering
dengan energi yang terkandung dalam
Gambar 1. Perspektif bangunan
asap. Bangunan ini merupakan hasil
ra n c a n g b a n g u n d e n g a n
memperhitungkan kebutuhan dan
kemampuan masyarakat di Kabupaten B. Prosedur
Bantul. Bangunan yang diteliti adalah
bangunan semi permanen dengan ukuran Setelah bangunan selesai direalisasi
alas 2 x 3 m dan tinggi dinding 3 m. Atap dilakukan uji kinerja. Pengujian kinerja
berbentuk limas segi empat dan terbuat sebagai alat pengasap, ruangan diisi
dari seng dengan atap diberi cerobong dengan sejumlah (lebih kurang 1200 kg)
untuk pengeluaran udara (gambar 1). bawang merah kering. Perlakuan
Dalam bangunan ini terdiri dari ruang pengasapan dilakukan dengan
pembakaran dengan pipa penukar panas, membakar kayu bakar (akasia) di dalam
dan ruang tempat peletakkan bahan. tungku. Agar mendapatkan asap yang
Ruang penampung bahan mampu diisi cukup kayu akasia yang dibakar dipilih
1,25 ton bawang merah basah, yang yang agak basah. Selama proses
masing-masing digantungkan pada pengasapan/pengeringan diamati suhu
gantangan dari bahan bambu. udara di ruang pengering baik di bagian
Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004
381
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

bawah (dekat dengan sumber panas), III. HASIL DAN PEMBAHASAN


tengah dan bagian atas (jauh dari
sumber pemanas). Disamping suhu A. Distribusi Suhu
p e n g u k u ra n b e ra t b a h a n ya n g
dikeringkan dilakukan selama proses Pada penelitian ini pengamatan
pengasapan.Suhu udara pengering berlangsung secara terus menerus
dipertahankan 43 °C dengan mengatur selama empat hari dan pemanasan
pasokan kayu bakar (api) dalam tungku. dilakukan enam jam per hari, yaitu antara
Untuk melihat distribusi suhu, jam 20 sampai dengan jam 2.00 dini hari.
perlakuan pengasapan dilakukan secara Suhu ruang pengering diatur agar sekitar
terputus, malam hari dihentikan, dan 43 0C dengan mengatur api
total perlakuan pengasapannya selama (pengumpanan bahan bakar) di dalam
80 jam dan berlangsung selama empat tungku pembakaran. Pengamatan suhu
hari. dilakukan pada jarak 0,5 m, 1,3 m, 2,1 m
Perlakuan pengasapan untuk dan 2,5 m dari plenum chamber. Hasil
percobaan ini dilakukan dengan variasi data pengamatan suhu dengan
lama perlakuan pengasapan yaitu: fluktuasinya selama dalam proses
selama 0, 9, 15, 21, 27 jam. pengeringan tersebut digambarkan pada
Pengamatan dilakukan terhadap gambar 2.
distribusi panas (suhu), penurunan
massa (berat) dan kualitas dalam
parameter kekerasan dengan
menggunakan penetrometer. Sebagai
pembanding diamati perlakuan
penyimpanan bawang merah cara
konvesional yaitu di luar bangungan
penyimpan tersebut.Pengaruh
perlakuan pengasapan terhadap
penyusutan berat pada penyimpanan
dilakukan dengan menyimpan contoh Gambar 2.
Perubahan suhu selama pengasapan
hasil asapan dengan metode
konvensional ( di luar bangunan).
Dari kurva pada gambar 2 tersebut
C. Cara Analisis ternyata bahwa suhu dan jarak terhadap
sumber panas menunjukkan korelasi
Data yang berupa perubahan suhu antara keduanya. Bagian paling bawah
dan berat bahan selama waktu paling dekat dengan pemanas, suhunya
pemanasan berlangsung akan paling tinggi dan semakin ke atas
ditampilkan dengan menggambarkan semakin rendah. Suhu terendah terdapat
grafik, kemudian dianalisis perbedaan pada jarak 1,3 m dari dasar dan lebih dari
laju perubahannya baik sebaran suhu itu suhu menaik. Kenaikan suhu di bagian
maupun laju penurunan massa. atas adalah disebabkan oleh pengaruh
Disamping itu, analisis ekonomi energi panas dari atas (matahari yang
dimaksudkan untuk menghitung ditangkap oleh atap seng). Atap
keuntungan/kerugian finansial untuk tiap bangunan yang terbuat dari bahan seng
perlakuan pengasapan dan dibandingkan akan mampu meradiasikan panas yang di
dengan cara konvensional (kontrol). absorbs dari gelombang sinar matahari
Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004
382
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

oleh atap, ke dalam ruangan pengering pengamatan tersebut digambarkan


bagian atas, sehingga pada bagian paling sebagai kurva seperti pada gambar 4.
atas suhunya juga tinggi. Dari gambar itu dapat diketahui
Hubungan atau korelasi antara bahwa penurunan massa bahan yang
ketinggian posisi bahan dalam bangunan paling bawah sangat cepat pada saat-saat
dengan suhu adalah seperti pada curva awal, namun untuk selanjutnya sejalan
gambar 3 berikut. Dari gambar 3 tersebut dengan bagian-bagian di atasnya.
nampak bahwa hubungan antara suhu (T) Sedangkan untuk laju penyusutan
ruangan dengan ketinggian (x) dapat massa (%) bahannya dihubungkan

Gambar 3.
Hubungan suhu dengan ketinggian bahan Gambar 5.
dalam ruang pengering Hubungan perubahan masa
dengan ketinggian dalam ruang bahan

dinyatakan sebagai fungsi kuadrat, T=


1,25 x2 4,25 x + 38,7 dengan R2 = 1. dengan letak bahan dalam ruangan
selama proses pengasapan adalah seperti
B. Penurunan Massa Bahan pada gambar 5.
Kurva perubahan/penyusutan massa
Pengamatan penurunan bahan (S) dengan tinggi posisi bahan dalam
dilakukan dengan cara menimbang bahan ruangan (x) tersebut secara matematis
(sampel), dengan selang waktu tertentu. d a p a t d i nya t a k a n d a l a m s u a t u
Data penimbangan massa dari tiga lokasi persamaan kuadrat berikut: S = 0,49 x2
2,52 x + 17,32 dengan R2=1. Sedangkan
persentase susut berat pada tiap
perlakuan pengasapan kontinyu untuk
yang kemudian disimpan dalam
bangunan dibandingkan dengan cara
konvensional adalah seperti pada tabel 1.
Disini ternyata bahwa perlakuan
penyimpanan dalam bangunan dapat
mengurangi penyusutan dibandingkan
dengan yang disimpan di luar bangunan
Gambar 4. (cara konvensional).
Perubahan masa bahan selama pengeringan
C. Kekerasan Bahan

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


383
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

Tabel 1. Persentase susut massa tiap perlakuan pengasapan

Lama Pengasapan Dalam Bangunan Konvensional

0 50,76 78,97
9 37,83 42,80
15 34,26 37,73
21 30,15 30,20
27 25,10 27,08

maka perlakuan pengasapan belum


Kekerasan merupakan salah satu mengakibatkan penurunan kekerasan
kriteria penentu kualitas bawang merah atau kualitas bawang merah.
pada saat ini, semakin keras bawang
merah semakin tinggi kualitasnya dan D. Perhitungan Ekonomis
kelas dalam perdagangan (Rahayu,
1977). Dari hasil pengujian kekerasan Untuk mengetahui besarnya biaya
b a h a n ya n g d i ke n a i p e r l a k u a n yang dikeluarkan untuk proses
pengasapan, ternyata kekerasan antara pengasapan dengan sistem ini, dilakukan
yang diasapi dalam bangunan hampir perhitungan biaya yang meliputi biaya
sama dengan kekerasan bahan yang tetap dan biaya tidak tetap. Dengan
diperlakukan secara konvensional asumsi bahwa umur teknis adalah
(dijemur) yaitu : 213,20 N untuk dalam sepuluh tahun, harga bangunan (tanpa
raungan bangunan dan 215,13 N untuk memperhitungkan harga atau sewa
penjemuran. tanah) sebesar Rp 2.725.000,00 akan
Dari pengujian kekerasan tersebut mengeluarkan biaya tetap adalah Rp
558.100,00 dan biaya tidak tetap yang

Tabel 2. Biaya Pengasapan Terinci Dengan Lamanya Waktu Pengasapan


Lama Biaya
Kayu Bakar Operator Total
Pengasapan Tidak Tetap
9 397.320,00 1.012.500,00 1.409.820,00 1.967.874,00
15 616.968,00 1.012.500,00 1.629.468,00 2.187.522,92
21 824.252,00 1.012.500,00 1.836.752,00 2.394.806,92
27 983.840,00 1.012.500,00 1.996.340,00 2.554.394,92

Tabel 2. Keuntungan Pada Penyimpanan Bawang Merah

Lama Pengasapan Bangunan Konvensional Selisih


9 jam Rp 7.468.732,55 Rp 2.653.750,00 Rp 4.814.982,55
15 jam Rp 7.8934209,60 Rp 5.239.459,60
21 jam Rp 8.381.145,56 Rp 5.727.395,56
27 jam Rp 8.972.924,02 Rp 6.319.174,02

Rata-rata Rp 8.172.002,93 Rp 2.653.750,00 Rp 5.525.252,93

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


384
Sistem Pengeringan Bawang Merah dengan Pengasapan

tergantung pada lamanya waktu dalam ruangan dinyatakan


pengasapan, dan secara lengkap biaya sebagai persamaan kuadrat, T =
untuk pengasapan dinyatakan dalam 1,25 x2 4,25 x + 3,87.
tabel 2 berikut:
Dengan demikian maka biaya 2. Penurunan massa (M) yang
pengasapan/pengeringan per jam rata- dikeringkan juga terpengaruhi
rata dengan menggunakan sistem ini, penerimaan oleh penerimaan
terhitung adalah sebesar Rp 19,62 energi panas dan dikaitkan
perkilogram bawang merah basah. dengan jarak terhadap pemanas
Sedangkan keuntungan yang diperoleh (x) didapat persamaan dengan
dengan menggunakan sistem baru ini hubungan : S = 1,49 x2 2,52 x +
adalah Rp 8.179.002,93 atau sebanyak 17,32.
R p 5 . 5 2 5 . 2 5 2 , 9 3 l e b i h b a nya k 3. Kualitas bawang merah yang
dibandingkan dengan cara konvesional. dikeringkan dengan pengasapan
yang dinyatakan dengan
IV. KESIMPULAN kekerasan ternyata tetap sama
dengan kualitas bahan yang
Dari penelitian ini dapat disimpulkan diperlakukan secara konvensional
bahwa bangunan yang dirancang telah (penjemuran).
mampu difungsikan sebagai pengasap 4. Biaya pengasapan per jam yang
yang sekaligus pengering yang harus dibayarkan oleh pengguna
berlangsung secara serempak. Adapun adalah sebesar Rp 19,62
kinerjanya selaku alat pengering bawang perkilogram bawang merah
merah adalah berikut: basah, dan bila dibandingkan
1. Distribusi panas telah merata, dan dengan penyimpanan
suhu (T) untuk tiap ketinggian (x) konvensional maka dengan

Jurnal Riset Daerah Vol. III, No.3. Desember 2004


385

You might also like