Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurmas Sosial dan Humaniora

eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

RANCANGAN AUDIT 5R UNTUK MENGOPTIMALKAN PREVENTIVE


MAINTENANCE

Fany Apriliani
Manajemen Industri, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor
email: fany.apriliani@apps.ipb.ac.id

Submit : 02/01/2022| Accept : 01/02/2022| Publish: 30/03/2022|

Abstract
Education is a learning process that actively guides students to develop their self-potential and has a
noble character. Islamic boarding schools also have an important role and function in education,
da'wah, and community empowerment. As national education providers, they need to facilitate
dormitories that meet the following aspects: capacity, comfort, cleanliness, health, and security. The
problems are: the community often perceives the Islamic boarding school’s environment as poorly
maintained, and the students often have various health complaints. This view needs to be proven by
direct observation. Good housekeeping activities need to be evaluated regularly. This study aims to
design the 5R auditas a guide for evaluating good housekeeping practices to succeedin the preventive
maintenance pillar. The study object is one of the Islamic boarding schools in Bogor. The methods are
5R culture training, questionnaires, observation, and designing 5R audits. The results show that
students’ understanding of 5R cultural concepts and practices increased by 30,1%. The student’s
average value for good housekeeping habits reached 89,5%. However, the 5R audit has not been carried
out routinely. The urgency of the 5R audit design consists of 5R activity stages, 5R audit check sheet,
5R kaizen sheet, and 5R competition.

Keywords: 5R, Audit, Good Housekeeping, Preventive Maintenance, Islamic Boarding Schools

Abstrak
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang secara aktif membimbing peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, pesantren juga memiliki peranan dan
fungsi penting dalam pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Pesantrensebagai
penyelenggara pendidikan nasional dengan basis kurikulum pesantren dan pendidikan umum, perlu
memfasilitasi pondok atau asrama pesantren yang memenuhi aspek: daya tampung, kenyamanan,
kebersihan, kesehatan, dan keamanan. Permasalahan yang dihadapi adalah: masyarakat seringkali
menganggap lingkungan pesantren kurang terawat dan para santrinya kerap mengalami berbagai
keluhan kesehatan. Pandangan tersebut perlu dibuktikan dengan observasi secara langsung di
lingkungan pesantren. Aktivitas good housekeeping perlu dievaluasi secara rutin. Tujuan penelitian ini
adalah merancang audit 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) sebagai panduan evaluasi praktik
good housekeeping guna menyukseskan pilar preventive maintenance di pesantren. Objek kajiannya
yaitu pesantren di kota Bogor. Metode yang digunakan adalah pelatihan budaya 5R,kuesioner, evaluasi
dengan pendekatan observasi, dan merancang audit 5R. Hasil pelatihan menunjukkan pemahaman para
santri terhadap konsep dan praktik budaya 5R meningkat 30,1%. Rataan nilai santri pada pembiasaan
good housekeeping mencapai 89,5%. Namun, audit 5R belum dilaksanakan secara rutin oleh pihak
pesantren. Urgensi rancangan audit 5R terdiri dari: tahapan kegiatan 5R, lembar periksa audit 5R, lembar
kaizen 5R, dan kompetisi 5R.

Kata Kunci: 5R, Audit, Good Housekeeping, Preventive Maintenance, Pondok Pesantren

PENDAHULUAN menyatakan bahwa pendidikan merupakan


Undang-Undang RI Nomor 20 tahun proses pembelajaran yang secara aktif
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional membimbing peserta didik untuk

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


226
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

mengembangkan potensi diri dan berakhlak bisadisebabkan karena penggunaan peralatan


mulia. Pada prinsipnya, pendidikan perlu secara bersama-sama yang kurang terjaga
diselenggarakan secara demokratis, kebersihannya, kebiasaan tidur saling
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berhimpitan, kurangnya ventilasi, kamar
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai lembab, toilet kotor, sampah berserakan,
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan barang-barang milik santri yang tidak tertata
bangsa. Halini termasuk pula pada pendidikan rapi dan bersih, serta pemanfaatan fasilitas
keagamaan seperti pesantren. bersama yang kurang dirawat. Kondisi seperti
Dalam UU RI No. 18 tahun 2019, itu tidak boleh dibiarkan, harus ada tindak
pesantren merupakan lembaga berbasis lanjut perbaikan.
masyarakat yang didirikan oleh perseorangan, Sesuai Permenkes RI Nomor 2269
yayasan, organisasi masyarakat Islam tahun 2011, institusi pendidikan seperti
dan/atau masyarakat yang menanamkan kampus, sekolah, pesantren, seminari,
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. padepokan dan lain-lain, harus
Pesantren memiliki peranan dan fungsi mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
penting dalam pendidikan, dakwah, sehat. Hal ini sangat perlu agar tercapai
keteladanan dan pemberdayaan masyarakat. pribadi dan lingkungan yang sehat, demi
Pesantren menyelenggarakan pendidikan tercapai derajat kesehatan optimal, dan
nasional dengan basis kurikulum pesantren kesejahteraan bangsa sesuai yang
dan pendidikan umum. Mengacu pada kondisi diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
tersebut, maka pihak penyelenggara perlu Di pondok pesantren, penting sekali menjaga
memfasilitasi pondok atau asrama pesantren kesehatan santri, agar para santri tidak mudah
yang memenuhi aspek: daya tampung, sakit, tumbuh sehat, cerdas, serta
kenyamanan, kebersihan, kesehatan, dan produktivitas belajarnya meningkat (Rif’ah,
keamanan. 2019; Setiawan et al, 2020).
Masyarakat seringkali menganggap Selama beraktivitas di
lingkungan pesantren kurang terawat, dan para pondok/asrama, para santri membutuhkan
santrinya kerap mengalami berbagai keluhan tempat yang bersih, sehat dan nyaman.
kesehatan. Tingkat kepadatan penghuni Apalagi untuk kegiatan belajar/mengajar,
pondok dan kondisi lingkungan yang kurang menghafal Al-qur’an, dan bekerja, semua
memadai, menjadikan pesantren sebagai pihak di pesantren membutuhkan lingkungan
ancaman penularan penyakit. Dalam kondusif yang dapat memacu produktivitas
penelitian Rif’ah (2019), permasalahan yang mereka. Upaya untuk menunjang perilaku
sering dihadapi di pondok pesantren yaitu hidup bersih dan sehat, langkah nyata yang
rendahnya kesadaran para santri untuk dapat dilaksanakan adalah semua pihak perlu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, berkomitmen, membiasakan, dan
serta tingginya penularan penyakit infeksi di meningkatkan praktik good housekeeping
kalangan santri. Penelitian Fatmawati dan melalui budaya 5R. Praktik Ringkas
Saputra (2016) menyatakan bahwa penyakit (mengklasifikasi barang yang diperlukan dan
yang sering diderita oleh santri yaitu:demam, tidak), Rapi (meletakkan segala sesuatu pada
batuk pilek, gatal-gatal, diare, maagh dan sakit tempatnya), Resik (aktivitas pembersihan),
kepala. Penyakit kulit pun menjadi keluhan Rawat (memantapkan 3Rdengan standarisasi)
serius. Hal ini ditunjukan oleh penelitian Putri, dan Rajin (disiplin mengulangi praktik 5R).
Rahayu dan Saputra (2019) yang menemukan 5R bukansekedar standar, melainkan budaya
kejadian penyakit scabies mencapai 53,5% di dan fondasi dasar dalam membangun positive
pondok pesantren. Selanjutnya dipertegas mindset untuk menyukseskan pilar
pula oleh Amatiria dan Guna (2015) bahwa preventivemaintenance (Borris, 2006; Osada,
sebanyak 65% santri mengalami penyakit 2004; Raliby, 2014).
kulit jenis scabies.Berbagai keluhan tersebut Implementasi 5R harus terencana. Hal

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


227
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

ini bertujuan untuk mencegah bahaya/risiko personil memahami pentingnya praktik good
pada kegiatan sehari-hari dan meningkatkan housekeeping dengan metode 5R. Selama
produktivitas. Implementasi 5R harus praktik, peserta diberi pendampingan secara
dievaluasi secara rutin, misalnya melalui seksama. Peserta mengisi kuesioner tentang
patroli/monitoring 5R dan audit 5R. Praktik pemahaman konsep dan praktik budaya 5R.
saja tanpa evaluasi, kurang tepat. Melalui Kuesioner dalam bentuk pretest dan posttest.
evaluasi, dapat diketahui keberhasilan dan Hasilnya dievaluasi, sehingga dapat
hambatan program 5R, sehingga mampu dibandingkan antara kondisi nyata dengan
merencanakan tindak lanjut perbaikan standar 5R yang telah ditetapkan. Selanjutnya
kedepannya (Raliby, 2014; Pahmi dan diidentifikasi pula sejauhmana monitoringdan
Heriyanto, 2020; Rachmawati et al, 2018; audit 5R berkala yang telah dilaksanakan.
Sakti dan Kusmindari, 2021). Oleh karenaitu, Hasil evaluasi tersebut, merupakan bentuk
terdapat urgensi untuk menyusun rancangan tingkat/level pencapaian budaya 5R yang
audit 5R yang dapat dimanfaatkan oleh pihak telah dilaksanakan di pesantren.
pesantren. Rancangan audit 5R ini sebagai Tahap terakhir, untuk memantapkan
panduan untuk mengevaluasi praktik good budaya 5R maka perlu menyusun rancangan
house keeping guna menyukseskan pilar audit 5R yang dapat dimanfaatkan oleh pihak
preventive maintenance di pesantren. pesantren. Kolaborasi aktif dari pihak
Rancangan audit 5R di pesantren dapat yayasan, pengurus pesantren, para guru, santri
dimulai dengan menyusun tahapan kegiatan dan stakeholder sangat dibutuhkan, agar
5R serta merancanglembar periksa audit 5R, rancangan ini dapat direalisasikan dengan
lembar kaizen 5R, dan kompetisi 5R. baik. Rancangannya yang pertama adalah
menyusun tahapan kegiatan 5R untuk
METODE KEGIATAN pesantren, dilengkapi dengan target output
Metode yang digunakan dalam dari setiap tahapan kegiatan, dan estimasi
penelitian ini adalah pelatihan budaya 5R, waktu penyelesaian. Panduan tersebut
menggunakan kuesioner, evaluasi dengan disusun, agar setiap tahapan kegiatan berjalan
pendekatan observasi, dan merancang audit secara sistematis. Selanjutnya
5R. Kegiatan dilaksanakan pada bulan merancanglembar periksa audit 5R, lembar
Oktober 2021 di pondok pesantren putri kaizen 5R, dan kompetisi 5R.
Thoyyibah Al Islami, kota Bogor. Diawali Lembar periksa audit 5R (5R audit
dengan penjajakan izin, wawancara kepada check sheet) dirancang untuk memudahkan
pengurus pesantren, serta observasi para auditor mengevaluasikegiatan 5R pada
lingkungan dan kondisi fasilitas di pesantren. seluruh fasilitas di pesantren. Setiap temuan
Hal ini bertujuan untuk memperoleh isu-isu ketidaksesuaian yang merupakanhasil audit
penting sebagai kerangka dasar menyusun 5R, selanjutnya dapat didokumentasikan
materi pelatihan dan kuesioner. Tahap dalam lembar kaizen 5R. Lembar ini
berikutnya yaitu memberikan pelatihan difokuskan pada suatu area yang diamati dan
budaya 5R. Kegiatan dilaksanakan secara ditemukan ketidaksesuaian mengacu pada
langsung (offline) dengan menaati protokol standar 5R auditchecksheet. Tujuan
kesehatan pandemi Covid-19. pemanfaatan lembar kaizen 5R yaitu
Sasaran peserta pelatihan adalah para agardiketahui usaha apa saja yang telah
pengurus pesantren dan santriwati. dilakukan untukmemperbaiki kondisi
Penyampaian materi dilaksanakan di masjid sebelumnya. Dokumentasinya menggunakan
pesantren. Tempat ini berfungsi sebagai konsep before-after. Kemudian, integrasi
sarana ibadah dan belajar para santri. pemanfaatan 5Raudit check sheet dan lembar
Sedangkan untuk praktiknya, langsung kaizen 5R dapat dilanjutkan dengan kompetisi
menuju pada fasilitas-fasilitas yang ada di 5R.Pemenang kompetisi 5R didasarkan pada
pesantren. Pelatihan ini bertujuan agar semua perolehan nilai audit di masing-masing

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


228
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

area/bagian. Lembar hasil kompetisi 5R untuk Aspek penting berikutnya adalah


para pemenang dirancang dengan peraturan 5R di pesantren. Sebanyak 93,2%
mengumumkan nilai (score) audit terbaik,dan santri menyatakan mereka mengetahui
tiga pemenang utama diberi simbol medali adanya peraturan 5R di pesantren.Namun
emas, perak dan perunggu. 1,7% santri menyatakanragu-ragu, dan 5,1%
santri tidakmengetahuinya (Gambar 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN Ragu-… Tidak
Kegiatan ini dilaksanakan di pondok Mengetahui,…
pesantren putri Thoyyibah Al Islami, kota
Bogor, diikuti oleh para santri wanita dan
Mengetahui,…
pengurus pesantren. Peserta seluruhnya
sebanyak 68 orang. Usia para santri setara Gambar 3. Pengetahuan Santri akan Adanya
dengan jenjang pendidikan Madrasah Peraturan 5R
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah Gambar 3. Pengetahuan santri
(MA) yaitu: 11-17 tahun. Mereka sudah mengenai adanya peraturan 5R di pesantren
tinggal di pondok mulai dari 3 bulan hingga Hasil kaji awal menunjukan bahwa
5,5 tahun. Hasil kajian awal menunjukan mensosialisasikan kembali budaya 5R dengan
sebanyak 61,8% santri pernah mendapat practical trainingdi pondok pesantren
informasi tentang budaya 5R dan 38,2% sangatlah penting. Ternyata,kondisi pandemi
menyatakan belum pernah mendapat Covid-19 tidak menghalangi semangat
informasi (Gambar 1). seluruh peserta untuk mengikuti pelatihan ini.
Kegiatan dilakukan dengan tetap mematuhi
Belum pernah;38.2% protokol kesehatan. Sebelum pelatihan,
Pernah;
61.8% tingkat pemahaman para santri terhadap
konsep dan praktik budaya 5R baru mencapai
51,2%. Kemudian setelah pelatihan, hasilnya
Gambar 1. Hasil Kajian Awal tentang 5R mencapai 81,4%.Hasil tersebut menunjukan
Santri mendapat informasi budaya 5R bahwasetelah pelatihan, tingkat pemahaman
(Ringkas, Rapi,Resik, Rawat, dan Rajin) para santri terhadap konsep dan praktik
Sumber informasi yang diperoleh oleh para budaya 5R meningkat sebesar 30,2%.
santri mengenai budaya 5R yaitu sebanyak (Gambar 4).
100.0%
45,6% santri menyatakan bahwa mereka
mengetahui budaya 5R langsung dari para 1.4%
guru dan pengurus pesantren. Selanjutnya, 50.0%
51.2%
mereka mengetahuinya dari: Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) (13,2%), 0.0%
teman (1,5%), dan orang tua (1,5%).Sebanyak Sebelum Setelah
1,5% menyatakan baru mengetahui saat Pelatihan Pelatihan
pelatihan berlangsung. Namun 36,8% Gambar 4. Tingkat pemahaman santri
menyatakanbelummengetahui budaya 5R dari terhadap konsep dan praktik budaya 5R
sumber informasi apapun (Gambar 2). Implementasi good housekeeping
Baru mengetahui Teman, 1.5% dengan metode 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
sekarang, 1.5%
Belum SD/MI, Rawat dan Rajin) ini harus dilaksanakan
mengetahui; 13.2% secara bertahap dan sesuai urutannya. Jika
Orang tua,
1.5%
Para Guru dan tahap pertama saja yaitu kebiasaan ringkas
Pengurus Pondok, (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka
Gambar 2. Sumber Para Santri Memperoleh tahap berikutnya kemungkinan besar tidak
Informasi Budaya 5R dapat dijalankansecara optimal. Di pesantren
ini, evaluasi terhadap kebiasaan para santri
Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)
229
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

menerapkan budaya 5R menunjukkan hasil implementasi rawat dan rajin, membutuhkan


sangat baik. Secara keseluruhan mencapai pemantapan, standarisasi, dan pembiasaan
rataan nilai 89,5% (Gambar 5). disiplin yang masih perludi tingkatkan.
Adapun kebiasaan para santri
mengimplementasikan budaya ringkas
(manajemen stratifikasi) mencapai rataan nilai
89,8%. Pada kriteria ini,terkait dengan
kebiasaan mereka memilah/mengklasifikasi
barang sesuai kebutuhan, misalnya mana
barang yang selalu/sering/kadang/jarang/
tidak pernah di gunakan. Mereka dapat Gambar 5. Aktivitas santri menerapkan
membedakan mana barang milik pribadi dan budaya 5R
milik bersama/umum. Pihak pesantren belum melaksanakan
Pada implementasi rapi (manajemen evaluasi kegiatan 5R secara rutin dan
penataan)rataan penilaiannya mencapai sistematis. Padahal melalui evaluasi, pihak
85,2%. Pada kriteria ini, terkait dengan pesantren dapat mengetahui pencapaian
kebiasaan para santri merapikan keberhasilan ataupun hambatan program 5R,
peralatan/tempat/ruang setelah digunakan. sehingga mampu merencanakan tindak lanjut
Mereka juga dapat memastikan bahwa: 1). perbaikan berikutnya.
Setiap peralatan/barang memiliki Khaerunnisya (2019) menyebutkan
tempat/wadah khusus atau spesifik; 2). Setiap bahwa rancangan implementasi 5R berupa
peralatan/barang diberi label nama, misalnya observasi kondisi aktual dan tahapan 5R.
dengan nama pemiliknya; dan 3).Selalu Tahapan 5R tersebut terdiri dari: persiapan,
menata kembali setiap pengenalan, perencanaan, implementasi, dan
peralatan/barang/tempat setelah digunakan, evaluasi. Setiaptahapan kegiatan harus jelas
dengan tujuan agar tetap aman, tidak output-nya dan terdapat estimasi waktu
berantakan/kacau, tidak rusak, dan mudah pengerjaan. Kolaborasi aktif dari pihak
dicari setiap saat dibutuhkan. yayasan, pengurus pesantren, para guru, santri
Pada implementasi resik (pembersihan), dan stakeholder sangat dibutuhkan, agar
rataan penilaiannya mencapai 85,2%. Para rancangan implementasi 5R dapat
santri terbiasa membuang sampah pada tempat direalisasikan dengan baik.
yang sudah disediakan. Mereka paham a. Rancangan Implementasi 5R
mengklasifikasi jenis sampah, seperti sampah: Rancangan implementasi 5R untuk
organik, anorganik, serta bahan berbahaya pesantren, tahap pertama adalah observasi
dan beracun (B3). Para santri diajarkan kondisi aktual. Bentuk luaran (output) yang
kemandirian, mereka harus selalu perlu dicapai adalah dokumentasi kondisi
membersihkan setiap peralatan makan dan aktual, daftar kendala/permasalahan yang
juga kamar/ruang/tempat setelah digunakan. dihadapi terkait praktik good housekeeping,
Mereka selalu membersihkan barang-barang dan susunan alternatif solusinya. Estimasi
pribadi secara rutin, misalnya mencuci waktu yang dialokasikan untuk observasi
pakaian, sepatu/sandal, perlengkapan shalat, kondisi aktual pesantren yaitu selama 2 pekan.
dan sebagainya. Area yang menjadi tanggung Tahap kedua yaitu persiapan kegiatan
jawab piket individu dan kelompok sudah 5R, mulai dari menyusun struktur organisasi
ditetapkan. Piket bersama di lingkungan dan jadwal kegiatan, menetapkan sasaran
pesantren, secara khusus dilaksanakan setiap kegiatan dan membangun komitmen bersama.
hari Jum’at pagi. Luaranyang perlu direalisasikan pada tahapan
Kebiasaan baik yang telah dijalankan ini yaitu: struktur organisasi 5R dan
oleh seluruh pihak di pesantren perlu dijaga, jobdescription personil, jadwal kegiatan 5R
bahkan harus terus ditingkatkan. Pada (timeline dan personil),sasaran jangka pendek

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


230
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

dan jangka panjang sesuai hasil brainstorming Tahap keenam adalah evaluasi 5R.
dengan pengurus pesantren. Selain itu, hal Kegiatan ini bukanlah akhir dari rancangan
yang tidak kalah penting adalah membuat implementasi 5R di pesantren, melainkan
pernyataan komitmen untuk patuh sebagai kesatuan rangkaian siklus plan-do-
menjalankan 5R, kemudianmensosialisasikan check-action. Bentuk luaran evaluasi 5R
pernyataan komitmen tersebut, dan adalah dibentuknya tim auditor, jadwal
membangun kesepakatan bersama. Estimasi evaluasi, 5R audit checksheet,temuan
waktu untuk melaksanakan seluruh kegiatan ketidaksesuaian, catatan kendala, penilaian
tersebut dialokasikan selama 2 pekan. audit, dan alternatif solusi atas
Tahap ketiga adalah pengenalan 5R, permasalahan/temuan ketidaksesuaian.
kegiatannya yaitu membuat media promosi 5R Estimasi waktu yang dialokasikan pada
dan mensosialisasikannya. Perlengkapan yang kegiatan ini cukup 1 pekan saja.
dibutuhkan antara lain: materi sosialisasi 5R b. Rancangan 5R Audit Checksheet
daritrainer/pendamping, spanduk, banner, Monitoring 5R di pesantren merupakan
poster, dan bentuk media displaypromosi kegiatan berkeliling di area pesantren secara
lainnya. Estimasi waktu untuk masa rutin. Tujuannya adalah memeriksa fasilitas,
pengenalan 5R ini dialokasikan selama 1 kondisi keamanan, kesehatan dan keselamatan
pekan. warga pesantren Monitoring yang dilakukan
Tahap keempat adalah perencanaan 5R. masih sekedar pengamatan dan belum
Bentuk luaran dari setiap kegiatan 5R adalah dilengkapi dengan checksheet (lembar
sebagai berikut: 1). Kegiatan ringkas periksa). dengan fokus continuous
(pemilahan), yaitu: data fasilitas, inventarisasi improvement. Audit 5R juga belum
barang/peralatan, melakukan manajemen dilaksanakan secara sistematis dan berkala.
stratifikasi seperti: data identitas barang, Oleh karena itu, untuk perbaikan
derajat kepentingan, frekuensi pemakaian, dan berkelanjutan, pengurus pesantren perlu
metode penyimpanan; 2). menjadwalkan audit 5R dan menggunakan 5R
Kegiatan rapi (penataan), yaitu: data auditchecksheet.
area, lokasi, tempat/wadah untuk penempatan, Pada lembar periksa audit 5R (5R audit
label (tag), pengelompokan barang/peralatan check sheet), setiap kategori 5R dilengkapi
(sesuai jenis, fungsi, dan lain-lain); 3). dengan masing-masing standar penilaian di
Kegiatan resik (pembersihan), yaitu: daftar area pemeriksaan. Standar nilai dapat
aktivitas kebersihan, alat kebersihan (jenis, diberikan mulai dari 0 sampai 100. Nilai
jumlah, dan area), jadwal piket dan tugas tersebut dapat menggambarkan suatu predikat,
kebersihan bagi individu/kelompok; 4). mulai daripredikat sangat buruk hingga sangat
Kegiatan rawat (pemantapan), yaitu: SOP 5R baik. Secara objektif, para auditor dapat
di pesantren dan media pemantapan 5R memberikan nilai dengan angka yang lebih
(display); 5). Budaya rajin (pembiasaan spesifik pada setiap kategori, sesuai dengan
disiplin), yaitu: 5R audit checksheet, rencana standar penilaian di area pemeriksaannya.
audit, lembar kaizen 5R, dan rencana Dengan demikian, dapat diperoleh total nilai
kompetisi 5R. Estimasi waktu yang (angka)pada suatu area/fasilitas yang
dialokasikan untuk menyempurnakan seluruh diperiksa oleh auditor. Pada lembar periksa
kegiatan ini yaitu selama 2 pekan. audit 5R, para auditor juga dapat mencatat
Tahap kelima dapat dikatakan sebagai berbagai temuan ketidaksesuaian/
kegiatan inti, yaitu: implementasi 5R yang permasalahan/kendala di area audit.
melibatkan seluruh pihak di pesantren, disertai Kemudian menyimpulkan penyebabnya dan
dengan monitoring/patroli 5R secara rutin memberikan alternatif solusi. Semakin rutin
oleh pengurus pesantren. Estimasi waktu yang monitoring 5R dilaksanakan, maka semakin
dialokasikan pada kegiatan ini relatif panjang minimum temuan ketidaksesuaian/ di setiap
yaitu mencapai 4 pekan. area fasilitas pesantren (Gambar 6).

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


231
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

kepada para pemenang kompetisi sangat


dianjurkan (Gambar 7).

Gambar 8. Rancangan Hasil Kompetisi 5R

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
61,8% santri pernah mendapat informasi
tentang budaya 5R. Sumber santri
Gambar 6. Rancangan 5R auditchecksheet mendapatkan informasi tentang penerapan
untuk pesantren budaya 5R, yaitu sebanyak Hasil penelitian
c. Rancangan Lembar Kaizen 5R menunjukkan sebanyak 61,8% santri pernah
Temuan ketidaksesuaian pada audit 5R mendapat informasi tentang budaya 5R.
dapat didokumentasikan dalam lembar Sumber santri mendapatkan informasi tentang
kaizen5R (Gambar 6). Lembar ini difokuskan 45,6% berasal langsung dari para guru dan
pada suatu area yang diamati dan ditemukan pengurus pesantren, selebihnya berasal dari
ketidaksesuaian mengacu pada standar 5R berbagai sumber.Sebanyak 93,2% santri
audit checksheet. Untuk mengetahui usaha menyatakan mereka mengetahui adanya
perbaikannya, maka setiap perbaikan pada peraturan 5R di pesantren.
penerapan 5R perlu didokumentasikan, Hasil pelatihan menunjukan
sehingga tampak nyata usaha perbaikan yang pemahaman para santri terhadap konsep dan
sudah dilakukan. praktik budaya 5R meningkat 30,2%.Evaluasi
terhadap kebiasaan para santri menerapkan
budaya 5R (good house keeping) mencapai
rataan nilai 89,5%.
Monitoring 5R yang dilakukan masih
sekedar pengamatan dan belum dilengkapi
dengan atribut audit 5R. Pihak pesantren
Gambar 7. Rancangan Lembar Kaizen 5R belum melaksanakan evaluasi kegiatan 5R
d. Rancangan Hasil Kompetisi 5R secara rutin dan sistematis. Dengan demikian,
Semangat preventive maintenance dan terdapat urgensi untuk membuat: 1).
continuous improvement sangat penting pada Rancangan tahapan implementasi 5R; 2).
budaya 5R. Mengadakan kompetisi 5R secara Lembar periksa audit 5R (5R audit
periodik merupakan upaya memotivasi checksheet); 3). Lembar kaizen 5R; dan 4).
seluruh civitas pesantren untuk menciptakan Rencana kompetisi 5R. Empat hal tersebut
lingkungan yang bersih, sehat, aman, dan adalah upaya nyata tindakan perbaikan
nyaman, sehingga dapat meningkatkan berkelanjutan untuk pesantren.
produktivitas, mencegah pemborosan dan Kolaborasi aktif dari pihak yayasan,
kerugian lainnya. Pemenang kompetisi 5R pengurus pesantren, para guru, santri dan
ditentukan berdasarkanscoreaudit. Hasil stakeholder sangat dibutuhkan, agar
kompetisi 5R dapat diumumkan kepada rancangan ini dapat direalisasikan dengan
tim/bagian/area yang mendapat juara 1, 2 dan baik. Rancangan audit 5R diharapkan dapat
3, dengan pemberian simbol medali emas, diimplementasikan secara efektif di pesantren.
perak, dan perunggu. Pemberian reward
Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)
232
Jurmas Sosial dan Humaniora
eISSN: 2775-6998
Vol. 3 No. 1
Hal: 226-233
Doi: https://doi.org/10.47841/jsoshum.v3i1.99

UCAPAN TERIMAKASIH Jurnal Terapan Teknik Industri, 1(1),


Kami mengucapkan terima kasih kepada 38-46.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Masyarakat (LPPM) IPB, Sekolah Vokasi Indonesia Nomor 2269 Tahun 2011
IPB, serta Pondok Pesantren Putri Thoyyibah tentang Pedoman Pembinaan Perilaku
Al-Islami kota Bogor yang telah mendukung Hidup Bersih Sehat (PHBS). Jakarta:
dan memfasilitasi kegiatan ini dengan baik. Kementerian Kesehatan.
Besar harapan kami agar kerjasama dalam
kegiatan penelitian dan pengabdian Rachmawati, S., Rinawati, S., Suryadi, I., &
masyarakat dapat terus berlanjut, dan Paskanita, M. (2018). Implementation of
ditingkatkan untuk pesantren putri maupun Cultural 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
putra. Semoga setiap kegiatan dapat Rawat & Rajin) With SNI ISO 22000:
memberikan manfaat yang sebesar- besarnya 2009.
bagi semua pihak. Approach and Assessment in PT. Y Surakarta.
Journal of Industrial Hygiene and
DAFTAR PUSTAKA Occupational Health, 2(2), 132-140.
Borris, S. (2006). Total Productive
Maintenance (4 th ed). New York: Mc Raliby, Oesman. (2014). Analisis Penerapan
Graw-Hill. Metode 5R Pada Industri Kerajinan
Serat Alam Menuju Pencapaian
Fatmawati, T. Y., & Saputra N. E. (2016). Sertifikasi CE MARK. Seminar
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Santri Nasional IENACO, 265- 271.
Pondok Pesantren As'Ad dan Pondok
Pesantren Al Hidayah. Jurnal Psikologi Rif'ah, E.N. (2019). Pemberdayaan Pusat
Jambi, 1(1), 29-35. Kesehatan Pesantren (Poskestren) untuk
Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih
Guna, A.M., & Amatiria, G. (2015). Perilaku dan Sehat. Warta Pengabdian, 13(3), 96-
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam 105.
Upaya Mencegah Penyakit Kulit pada
Santri di Pondok Pesantren Nurul Sakti, D.P., & Kusmindari, Ch.D. (2021).
Huda. Jurnal Keperawatan, XI(1), 7- Analisis Penerapan Metode 5R (Studi
14. Kasus PT. SPS Honda Motor
Palembang). Bina Darma Conference on
Khaerunnisya, A. P. (2019). Implementasi Engineering Science, 3(1), 136-143.
Konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) Pada Gudang PT Futari Saputra, R., Rahayu, W., & Putri, R. M.
Mecca Utama Bekasi. Jakarta: (2019). Hubungan Perilaku Hidup
Politeknik APP Kementerian Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Perindustrian. Timbulnya Penyakit Scabies pada
Santri. NursingNews 4(1), 41-53.
Osada, T. (2004). Sikap Kerja 5 S. Seri
Manajemen Operasi 5. Mariani Setiawan, H., Firdaus, F. A., Ariyanto, H.,
Gandamiharja, Penerjemah; Terjemahan Khaerunnisa, R. N. (2020). Pendidikan
dari: The 5S’s: Five Keys to Total Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan
Quality Environment. Jakarta: PPM. Sehat (PHBS) di Pondok Pesantren.
Madaniya, 1(3), 118-125.
Pahmi, M.A., & Heriyanto. (2020).
Implementasi 5R sebagai Inisiatif Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Pondasi Improvement Awal pada Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Perusahaan Pengolahan Pasir Silika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Asosiasi Dosen PkM Indonesia (ADPI)


233

You might also like