Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Terakreditasi Sinta 3 | Volume 3 | Nomor 4 (Special Issue) | Tahun 2020 | Halaman 445—454

P-ISSN 2615-725X | E-ISSN 2615-8655


http://diglosiaunmul.com/index.php/diglosia/article/view/128

TINDAK TUTUR REMAJA SEBAGAI ANAK TUNGGAL


DALAM INTERAKSI SEHARI-HARI DI KELAS:
KAJIAN SOSIOPRAGMATIK
Action of Adolescent as a Single Child in Daily Class Interactions: Sociopragmatic Study

Septyana Endang Herwilis Syukur1,*, Rahmat Soe’oed2,


dan Widyatmike Gede Mulawarman3
1
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Mulawarman
2,3
FKIP Universitas Mulawarman
1,*
Pos-el Korespondensi: septyanaendang@gmail.com
2
Pos-el: rahmats@unmul.ac.id
3
Pos-el: widyatmike@fkip.unmul.ac.id

Abstract: This study aims to describe (1) the speech acts of adolescents as an only child in daily interactions in class,
(2) the variety of politeness in speech acts in the language of adolescents as an only child in daily interactions in class,
(3) supporting factors and speech act inhibiting factors in the speaking ability of adolescents as an only child in
speaking ability. Data were collected through in-depth interviews, questionnaires, observation and documentation. The
research approach is descriptive qualitative. Data validity analysis used triangulation. Data analysis techniques,
namely using content analysis include data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The
results showed that first, based on the form of delivery, direct and indirect speech acts were found. In addition, based
on the disclosure of meaning, it was found that literal and non-literal speech acts were found. There were many
differences in speech acts performed between the main object and the object of comparison. Second, there are quite
different kinds of politeness between the main object and the object of comparison. Third, the main object has two
supporting factors, namely the work background of the parents and the use of language. Whereas in the inhibiting
factor, the main object has two inhibiting factors, namely politeness and activity.
Keywords: speech act, the only child, variety of politeness, sociopragmatic study

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) tindak tutur remaja sebagai anak
tunggal dalam interaksi sehari-hari di kelas, (2) ragam kesopanan dalam tindak tutur dalam
berbahasa remaja sebagai anak tunggal dalam interaksi sehari-hari di kelas, (3) faktor pendukung
dan faktor penghambat tindak tutur dalam kemampuan berbicara remaja sebagai anak tunggal
dalam kemampuan berbicara. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, kuesioner,
observasi dan dokumentasi. Pendekatan penelitian secara deskriptif kualitatif. Analisis keabsahan
data menggunakan triangulasi. Teknik analisis data yakni menggunakan analisis konten meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, berdasarkan bentuk penyampaiannya ditemukan tindak tutur
langsung dan tidak langsung. Selain itu, berdasarkan pengungkapan makna ditemukan tindak tutur
literal dan tidak literal. Ditemukan banyak perbedaan tindak tutur yang dilakukan antarobjek utama
dan objek pembanding. Kedua, terdapat perbedaan ragam kesopanan yang cukup berbeda antara
objek utama dan objek pembanding. Ketiga, pada objek utama memiliki dua faktor pendukung,
yaitu latar belakang pekerjaan orang tua dan penggunaan bahasa. Sedangkan pada faktor
penghambat, objek utama memiliki dua faktor penghambat, yaitu kesopanan dan keaktifan.
Kata kunci: ragam kesopanan, anak tunggal, kajian sosiopragmatik
Septyana Endang Herwilis Syukur, Rahmat Soe’oed, Widyatmike Gede Mulawarman

A. PENDAHULUAN membandingkan bermacam-macam


Bahasa yang digunakan dalam bahasa pada bahasa inggris. Penelitian ini
komunikasi bermasyarakat adalah tuturan. menunjukkan bahwa sosiopragmatik
Manusia menggunakan tuturan untuk kegagalan sering kali berujung pada
menjelaskan segala sesuatu yang ingin gangguan komunikasi. Dengan demikian,
diungkapkannya terhadap lawan tuturnya. bahasa para guru selayaknya memberikan
Hal tersebut berlaku sebaliknya pada pragmatis instruksi untuk peserta didik
lawan tutur, yaitu dengan memberikan mereka.
umpan balik terhadap penuturnya. Pendapat lain diungkapkan oleh
Penggunaan tuturan dalam interaksi (Nurlaila, 2016) yang menyatakan bahwa
bermasyarakat membuat manusia tuturan anak yang berusia 5 tahun 7 bulan
memiliki ciri khas yang berbeda dengan berupa tuturan memberi perintah yang
makhluk lainnya. Bahasa juga memiliki dilakukan sang anak dengan dua cara
peranan yang penting dalam menunjang yakni, tuturan langsung dan tuturan tidak
keberhasilan seseorang dalam langsung. Tuturan perintah langsung yang
mempelajari segala bidang kehidupan, ditemukan terdiri atas perintah biasa,
baik di kehidupan masyarakat maupun di perintah ajakan, perintah larangan,
sekolah. Oleh sebab itu, peranan perintah permintaan. Sedangkan perintah
pengajaran bahasa di sekolah harus tidak langsung terdiri atas perintah tidak
mampu membantu seseorang mengenal langsung dengan modus bertanya,
dirinya sendiri, budayanya, budaya orang menolak, fakta, memuji, dan modus
lain, mengemukakan gagasan dan melibatkan orang ketiga.
perasaan untuk ikut serta dalam interaksi Adapun penelitian lain yang
sehari-sehari. berkaitan dengan tindak tutur ialah
Merujuk pada penelitian yang hubungan komunikasi orang tua dan anak
dilakukan oleh Salmani-Nodoushan sebagai anak tunggul dalam keluarga.
(2006), penelitian tentang sebuah studi dalam penelitiannya mengangkat tentang
sosiopragmatik dari undangan dalam bagaimana anak tunggal tersebut
bahasa Inggris dan Persia, dapat diketahui berkomunikasi, yang dilakukan oleh
dari hasil analisis data bahwa undangan Wardyaningrum (2013). Hasil dari
dalam bahasa Persia sangat mengikuti penelitian tersebut menyatakan bahwa
norma universal yang memengaruhi anak tunggal yang terlahir sendiri dalam
menggunakan bahasa sehari-hari hingga melakukan tindak tutur seperti
bahasa baku. Hal ini juga menyimpulkan menyampaikan, memberikan saran dan
bahwa jenis undangan tergantung pada berbicara dengan lawan bicaranya
variabel yang telah disebutkan. cenderung terbuka dan memiliki suara
Penelitian berikutnya oleh Stukan yang jelas namun masih dalam frekuensi
(2018) yang melakukan penelitian tentang yang sopan.
kegagalan sosiopragmatik, menyatakan Penelitian lain juga menyampaikan
komunikasi memiliki norma berbeda dari tentang tindak tutur orang tua yang
satu budaya dengan budaya lainnya. membentuk karakter anak. Hasanah
Maka, jika pelajar tidak diberi (2016) dalam penelitiannya menyatakan
pengetahuan tentang perilaku linguistik di karakter yang dibentuk oleh tindak tutur
negara yang berbeda, mereka sering orang tua meliputi:
mengalami kesulitan berbicara dalam 1. percaya diri, tenangdan dominance yang
bahasa asing. Dalam hal ini, kegagalan dibentuk oleh tindak tutur
sosiopragmatik terjadi. Di masing-masing representatif;
jurusan sastra, ada kecenderungan untuk
menjelaskan kegagalan sosiopragmatik,

446 Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020)


Tindak Tutur Remaja sebagai Anak Tunggal dalam Interaksi Sehari-Hari di Kelas: Kajian Sosiopragmatik

2. mandiri, tanggung jawab dan peduli segala tindakannya terkecuali


sosial yang dibentuk oleh tindak tutur lingkungannya dan orang- orang di
direktif; sekitarnya.
3. karakter percaya diri dibentuk dengan Purba (2011) mengungkapkan
tindak tutur yang bersifat ekspresi, bahwa tindak tutur serta peristiwa tutur
rendah diri dan dendam dibentuk merupakan dua gejala yang terdapat pada
oleh tindak tutur yang bersifat suatu proses komunikasi dalam
ekspresi mengeluh, dan yang bersifat menyampaikan suatu maksud dari
ekspresi menyalahkan; penutur. Peristiwa tutur merupakan gejala
4. karakter penakut dibentuk oleh tindak kemasyarakatan, sedangkan tindak tutur
tutur komisif mengancam; dan merupakan gejala individu, dan
5. karakter pasif dibentuk oleh tindak keberlangsungannya ditentukan oleh
tutur deklarasi larangan (jangan dan kemampuan berbahasa penutur dalam
tidak). menghadapi situasi tertentu (Chaer &
Pada penelitian lain tentang tindak Leonie, 2010). Pada penelitian ini
tutur menurut kajian pragmatik yang peristiwa tutur yang ingin diteliti adalah
dilakukan oleh Ratnawati (2018), bentuk pemahaman bahasa penutur,
menyatakan bahwa jenis tindak tutur yang sedangkan tindak tutur yang ingin diteliti
digunakan dalam tuturan guru pada adalah anak, dan berlangsungnya
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu ditentukan oleh kemampuan berbahasa.
tindak tutur langsung literal dan tindak Penelitian ini merujuk pada
tutur langsung tak literal. Penggunaan beberapa aspek, yaitu pertama, tindak
tindak tutur bukan hanya sekedar tutur seperti apa yang dilakukan anak
bertanya, memerintah dan memberikan tunggal dalam interaksi sehari-hari di
informasi. Akan tetapi, setiap tuturan kelas (berdasarkan hasil pengamatan awal
guru yang muncul dalam pembelajaran objek lebih banyak melakukan tindak
Bahasa Indonesia mengandung sebuah tutur perlokusi). Kedua, ragam
makna. Ditinjau dari segi pragmatik kesantunan dalam tindak tutur berbahasa
ditemukan beberapa makna yang tersirat remaja anak tunggal pada interaksi sehari-
dalam tuturan guru, yaitu perintah, hari (bermaksud pada bagaimana objek
teguran, suruhan, pujian, peringatan, menyampaikan tuturannya kepada lawan
nasihat, sindiran, saran, sapaan dan bicara). Ketiga, faktor apa saja yang
klarifikasi. menghambat dan mendukung tindak
Berdasarkan beberapa penelitian tutur yang dilakukan anak tunggal dalam
yang relevan terkait tindak tutur dalam interaksi sehari-hari (faktor yang paling
kajian sosiopragmatik menunjukkan besar dalam pembentukan karakter
bahwa tindak tutur dipengaruhi oleh bertutur dalam interaksi sehari-hari).
lingkungan sekitar dan pentingnya Adapun anak tunggal yang
peranan orang terdekat dalam dimaksud ialah anak remaja usia 14 tahun
membentuk tindak tutur yang baik dalam yang mengenyam pendidikan di SMP
penerapan komunikasi sehari-hari. kelas VIII. Dari hasil pengamatan awal
Sehingga peneliti ingin meneliti tindak anak tunggal yang akan menjadi bahan
tutur yang terjadi pada anak tunggal yang penelitian memiliki keunikan dalam latar
memiliki latar belakang yang berbeda belakang, yaitu bentuk pola asuh ibu
dengan anak yang terlahir memiliki sambung, ibu sambung adalah sosok
saudara. Alasan untuk memilih anak wanita pengganti ibu kandung dan tidak
tunggal ialah karena latar belakang yang memiliki ikatan darah dengan objek
terlahir tanpa memiliki saudara sehingga peneliti. Perbedaan emosional yang
tidak ada yang mempengaruhi dalam dirasakan oleh obejak peneliti dari sosok

Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020) 447


Septyana Endang Herwilis Syukur, Rahmat Soe’oed, Widyatmike Gede Mulawarman

ibu sambung dan ibu kandung. Selain kali, pelaksanaan pada waktu interaksi
memiliki keunikan dalam latar belakang, sehari-hari dengan teman sekelasnya,
usia objek yang menjadi daya tarik wawancara langsung dengan sember data.
peneliti, yaitu pada usia remaja 14 tahun Peneliti akan menggunakan
atau fase remaja awal memiliki beberapa teknik pengumpulaan data baik
kecenderungan untuk mengetahui hal pokok maupun pelengkap. Untuk teknik
baru, serta pada usia ini, yaitu 14 tahun pengumpulan data pokok akan
objek sedang mencari jati dirinya sehingga menggunakan wawancara sedangkan
sangat mudah untuk dipengaruhi oleh untuk teknik pengumpulan data
lingkungan sekitarnya yang akan pelengkap menggunakan metode
membentuk perilaku yang ditunjukkan observasi dan studi dokumentasi yang
dalam sehari-hari, prestasi yang dicapai, akan dilakukan di lokasi penelitian.
maupun tindak tutur anak tunggal ini Teknik analisis data yang digunakan
yang membuat peneliti berkeinginan dalam penelitian ini adalah analisis
untuk meneliti lebih jauh. interaktif. Metode analisis ini
Peneliti berkeinginan untuk mempunyai tiga komponen analisis
mendalami dan melakukan penelitian , yaitu reduksi data, sajian data, penarikan
lebih jauh lagi, tindak tutur seperti apa kesimpulan (Sugiyono, 2016).
yang digunakan sehari-hari oleh objek
peneliti dari hasil pola asuh ibu sambung C. PEMBAHASAN
tersebut, ragam kesantunan seperti apa 1. Tindak Tutur Remaja sebagai
yang digunakan remaja anak tunggal Anak Tunggal dalam Interaksi
dalam interaksi sehari-hari dan faktor apa Sehari-hari di Kelas
saja yang menghambat serta mendukung Penelitian mengenai tindak tutur
dari tindak tutur objek tersebut. remaja sebagai anak tunggal dalam
interaksi sehari-hari di kelas berdasarkan
B. METODE tujuan tindak dari pandangan penutur
Penelitian ini menggunakan ditemukan tindak tutur lokusi, ilokusi dan
pendekatan penelitian kualitatif dengan perlokusi. Berdasarkan bentuk
metode deskriptif. Dalam penelitian penyampaiannya ditemukan tindak tutur
kualitatif bertujuan untuk mengetahui langsung dan tidak langsung. Selain itu,
tentang sesuatu hal secara mendalam. berdasarkan pengungkapan makna
Maka penelitian ini, peneliti ditemukan tindak tutur literal dan tidak
mengemukakan metode penelitian literal. Tindak tutur tersebut dibagi dalam
kualitatif kajian sosiopragmatik. beberapa jenis dengan masing-masing
Fokus penelitian ini untuk mengkaji fungsi. Berikut jenis tindak tutur pada
ragam kesopanan dalam berbahasa remaja remaja sebagai anak tunggal dalam
sebagai anak tunggal dengan kemampuan interaksi sehari-hari di kelas.
berbicara. Penelitian ini tergolong dalam Pada subjek utama yang berstatus
jenis etnografi, jenis penelitian ini dipilih sebagai anak tunggal apabila ditinjau dari
karena prosesnya mengamati kata-kata kategori dan maksud tuturannya,
tertulis atau lisan dari perilaku subjek ditemukan tindak tutur lokusi berjumlah
yang diteliti. 62 tuturan, tindak tutur lokusi didominasi
Data yang ditampilkan diperoleh bentuk berita dengan jumlah tuturan 31,
dengan cara menyimak langsung tuturan kemudian disusul dengan tuturan bentuk
yang digunakan dalam kegiatan sehari- tanya dan tuturan bentuk perintah. Pada
hari oleh anak tunggal (objek utama) dan subjek pembanding apabila ditinjau dari
bukan anak tunggal (objek pembanding). kategori dan maksud tuturannya,
Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 ditemukan tindak tutur lokusi berjumlah

448 Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020)


Tindak Tutur Remaja sebagai Anak Tunggal dalam Interaksi Sehari-Hari di Kelas: Kajian Sosiopragmatik

24 tuturan, tindak tutur lokusi didominasi Pada teknik penyampaian tak


bentuk berita dengan jumlah tuturan 12, langsung, pada subjek utama ditemukan
kemudian disusul dengan bentuk tuturan sebanyak 12 tuturan, tindak tutur tak
perintah dan bentuk tuturan tanya. langsung didominasi bentuk tanya dengan
Pada subjek utama ditemukan jenis jumlah tuturan 8, kemudian disusul
tindak tutur ilokusi sebanyak 77 tuturan, dengan bentuk tuturan perintah dan
tindak tutur ilokusi didominasi oleh bentuk tuturan tanya yang memiliki
bentuk asertif dengan jumlah tuturan jumlah tuturan yang sama. Pada subjek
sebanyak 32, kemudian disusul dengan pembanding ditemukan tindak tutur tak
bentuk tuturan direktif, ekspresif, langsung sebanyak 2 tuturan, tindak tutur
komisif, dan deklaratif. Pada subjek tak langsung terdapat pada bentuk berita
pembanding ditemukan jenis tindak tutur dan tanya.
ilokusi sebanyak 31 tuturan, tindak tutur Berdasarkan interaksi makna
ilokusi didominasi oleh bentuk asertif terdapat tindak tutur literal yang
dengan jumlah tuturan sebanyak 12, ditemukan pada subjek utama yakni
kemudian disusul dengan bentuk tuturan sebanyak 52 tuturan, tindak tutur literal
direktif, pada bentuk tuturan ekspresif didominasi bentuk tuturan berita dengan
dan deklaratif memiliki jumlah tuturan jumlah tuturan 26, kemudian disusul
yang sama, dan yang paling sedikit pada dengan bentuk tuturan tanya dan bentuk
bentuk tuturan komisif. tuturan perintah.
Ditinjau dari jenis tindak tutur Pada subjek pembanding
perlokusi, pada subjek utama ditemukan ditemukan tindak tutur literal sebanyak
jumlah tuturan sebanyak 30 tuturan. 24, tindak tutur literal didominasi bentuk
Sedangkan pada subjek pembanding tuturan berita dengan jumlah tuturan 13,
ditemukan jenis tindak tutur perlokusi kemudian disusul dengan bentuk tuturan
sebanyak 15 tuturan. Tindak tutur yang perintah kemudian bentuk tuturan tanya.
terdapat pada remaja sebagai anak tunggal Pada subjek utama juga ditemukan jenis
dalam interaksi sehari-hari di kelas tindak tutur tak literal sebanyak 2 tuturan
ditemukan tindak tutur yang mempunyai dalam bentuk perintah, sedangkan pada
pengaruh untuk melakukan sesuatu, subjek pembanding tidak ditemukan
mengurangi ketegangan, membuat adanya jenis tindak tutur tak literal.
senang, membuat terbujuk, membuat Berdasarkan temuan dari penelitian
tertarik, membuat maklum, dan membuat tersebut diketahui bahwa tindak tutur
kesal. subjek sebagai anak tunggal dalam
Berdasarkan teknik interaksi sehari-hari di kelas lebih aktif
penyampaiannya ditemukan tindak tutur dari subjek pembanding, hal ini
langsung pada subjek utama yakni menunjukkan subjek lebih terbuka dalam
sebanyak 45 tuturan, tindak tutur mengekspresikan dirinya. Subjek sebagai
langsung didominasi bentuk berita anak tunggal juga aktif dalam kegiatan
dengan jumlah tuturan 25, kemudian ekstrakurikuler, misalnya pernah
disusul dengan bentuk tuturan tanya dan mendapat juara dalam lomba kerohanian.
bentuk tuturan perintah. Pada subjek Temuan ini tidak sesuai dengan
pembanding ditemukan tindak tutur yang disampaikan (Gunarsa & Gunarsa,
langsung sebanyak 22 tuturan, tindak 2008), bahwa ciri-ciri anak tunggal adalah
tutur langsung didominasi bentuk berita manja, egosentris, antisosial dan karena
dengan jumlah tuturan 11, kemudian hal tersebut menjadi tidak popular. Anak
disusul dengan bentuk tuturan perintah tunggal juga cenderung menutup diri,
dan bentuk tuturan tanya. peka dan mudah cemas, menarik diri dari
hubungan sosial dan terlalu

Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020) 449


Septyana Endang Herwilis Syukur, Rahmat Soe’oed, Widyatmike Gede Mulawarman

menggantungkan diri pada orang tua interpretasi yang benar mengenai ragam
mereka. kesopanan pada remaja sebagai anak
Namun temuan pada penelitian ini tunggal. Berikut adalah data ragam
mendukung teori yang dikemukakan kesopanan yang ada pada remaja sebagai
Nolen-Hoeksema, Fredrickson, Loftus, & anak tunggal.
Wagenaar (2009) yang menyatakan bahwa Terdapat perbedaan ragam
anak tunggal cenderung memperoleh skor kesopanan yang cukup berbeda antara
tinggi sekali dalam tes intelegensi, subjek utama dan subjek pembanding.
berprestasi di perguruan tinggi, serta Pada subjek utama cenderung
berhasil menjadi nomor satu. Anak menyatakan sikap meliputi marah,
tunggal juga terbukti lebih sadar akan apa mengkritik, berkomentar, dan menyetujui
yang lebih baik dan buruk, lebih atau mengakui. Sedangkan pada subjek
kooperatif serta lebih berhati-hati, mereka pembanding cenderung rata dalam
juga kurang melibatkan diri dalam jenis mengungkapkan permintaan maaf,
olah raga yang berbahaya. Penjelasannya menyatakan sikap dan pertentangan.
adalah bahwa para orang tua mempunyai Ditemukan ragam kesopanan permintaan
lebih banyak waktu dan tenaga yang maaf pada subjek utama yakni sebanyak 1
dicurahkan untuk anak tunggal sehingga tuturan, sedangkan pada subjek
dapat memberikan lingkungan yang lebih pembanding memiliki ragam kesopanan
kaya dan lebih merangsang. Apabila permintaan maaf sebanyak 5 tuturan.
keluarga bertambah besar, para orang tua Ragam kesopanan terima kasih pada
mungkin semakin kurang perhatian subjek utama ditemukan sebanyak 4
terhadap setiap anak. Mungkin juga anak tuturan, sedangkan pada subjek
tunggal lebih kuat mengidentifikasikan pembanding memiliki ragam kesopanan
diri dengan orang tua mereka. terima kasih sebanyak 1 tuturan. Ragam
kesopanan menyatakan sikap pada subjek
2. Ragam Kesopanan dalam utama ditemukan sebanyak 22 tuturan,
Tindak Tutur Berbahasa sedangkan pada subjek pembanding
Remaja sebagai Anak Tunggal memiliki ragam kesopanan menyatakan
dalam Interaksi Sehari-hari di sikap sebanyak 8 tuturan. Ragam
Kelas kesopanan salam pada subjek utama
Hasil penelitian ini penulis jabarkan ditemukan sebanyak 3 tuturan, sedangkan
sesuai pada rumusan masalah dan fokus pada subjek pembanding memiliki ragam
penelitian yaitu, Ragam Kesopanan dalam kesopanan salam sebanyak 2 tuturan.
Tindak Tutur Berbahasa Remaja sebagai Ragam kesopanan pengharapan pada
Anak Tunggal dalam Interaksi Sehari-hari subjek utama ditemukan sebanyak 6
di Kelas. Data diperoleh dengan cara tuturan, sedangkan pada subjek
observasi langsung dengan subjek pembanding tidak ditemukan ragam
penelitian. Data yang diperoleh dianalisis kesopanan pengharapan. Ragam
kemudian dikelompokkan ke dalam kesopanan pertentangan pada subjek
kategori kesopanan. Ragam kesopanan utama ditemukan sebanyak 8 tuturan,
yang ditemukan dalam penelitian ini sedangkan pada subjek pembanding tidak
dianalisis berdasarkan fungsi tuturan yang ditemukan ragam kesopanan
dikemukakan oleh Austin (dalam pertentangan.
Christiandy, 2015), yaitu permintaan Berdasarkan hasil penelitian
maaf, terima kasih, simpati, menyatakan diketahui adanya perbedaan ragam
sikap, salam, pengharapan dan kesopanan antara subjek dan
pertentangan. Pengelompokan ini pembanding. Terutama dalam hal
bertujuan untuk memperoleh temuan dan menyatakan sikap, pada subjek utama

450 Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020)


Tindak Tutur Remaja sebagai Anak Tunggal dalam Interaksi Sehari-Hari di Kelas: Kajian Sosiopragmatik

cenderung menyatakan sikap meliputi secara fisik. Mereka bukan orang-orang


marah, mengkritik, berkomentar, dan pemaaf, sangat menuntut hal terbaik
menyetujui atau mengakui. Ini dalam segala hal. Tidak suka mengaku
menunjukkan anak tunggal berada pada bersalah, dan umumnya kurang bisa
posisi yang unik dalam hal daya saing, menerima kritik orang lain secara positif.
mereka tidak bersaing dengan saudara- Mereka terkesan lembut, dan memang
saudaranya untuk mendapatkan termasuk orang yang mudah tersinggung
perhatian, namun terhadap ayah dan perasaannya.
ibunya.
Menurut Alder, anak tunggal sering 3. Faktor Pendukung dan Faktor
membentuk rasa superioritas yang tinggi Penghambat Tindak Tutur
dan konsep diri yang besar. Alder dalam Kemampuan Bertutur
menyatakan bahwa anak tunggal bias saja Remaja sebagai Anak Tunggal
kurang memilih sifat kerja sama dan Data mengenai latar belakang
minat sosial, bersikap parasit, serta pekerjaan orang tua diperoleh dari teknik
mengharapkan orang lain untuk wawancara langsung dengan subjek
memanjatkan dan melindungi mereka penelitian. Berdasarkan hasil penelitian
(Feist & Feist, 2010). diperoleh informasi bahwa subjek utama
Temuan ini sejalan dengan yang diasuh oleh seorang ibu tunggal dan
dijelaskan Walgito (2010) anak tunggal merupakan ibu sambung. Sedangkan
biasanya egoistis, mencari penghargaan subjek pembanding memiliki orang tua
diri dengan berlebihan, memiliki yang lengkap dan keduanya bekerja. Ibu
keinginan berkuasa berlebih-lebihan, dari subjek pembanding merupakan
mudah dihinggapi perasaan rendah diri, seorang Pegawai Negeri Sipil.
sikap infantilisasi yang menyatakan Data tingkat kesopanan diperoleh
dirinya dalam cetusan amarah yang dari observasi langsung dengan subjek
bukan-bukan, namun di pihak lain anak penelitian. Pada subjek utama, yaitu dapat
tunggal lebih mudah mengorientasikan menempatkan diri ia harus menuturkan
dirinya kepada pandangan orang dewasa sebuah kalimat. Ada pun perbedaan
dan kepada cita-cita dan sikap pandangan tuturan subjek utama , yaitu dengan
orang dewasa. Meski tidak secara adanya penggunaan bahasa daerah jika
menyeluruh, secara pribadi penulis berada pada lingkungan rumah,
berpendapat teori ini cukup relevan jika sedangkan di luar lingkungan subjek
dibandingkan dengan subjek utama utama lebih memilih menggunakan
penelitian, hal ini juga dipengaruhi usia bahasa informal terhadap temannya yang
subjek yang masih tergolong muda. terkadang terdengar kasar untuk di
Segi positif, anak tunggal memiliki kalangan orang dewasa, namun tuturan
keterampilan serta kemampuan besar pada orang dewasa subjek utama memiliki
untuk melakukan perubahan dan tuturan yang cukup sopan. Kesopanan
perbaikan terhadap sesuatu keadaan (mega pada subjek pembanding memiliki
movers and shakers). Berorientasi pada tuturan yang baik pada semua orang,
tugas, cenderung menjadi orang yang tanpa memandang dari mana kalangan
berdisiplin, sangat bertanggung jawab, lawan tuturnya. Hanya saja subjek
dan dapat diandalkan. Menyukai fakta, pembanding lebih menggunakan bahasa
ide, dan informasi yang detail. Merasa informal dalam tindak tutur sehari-hari
terpanggil untuk melakukan sesuatu dengan lawan tutur yang memiliki usia
sebagai tantangan dengan penuh yang sama dengan subjek pembanding,
tanggung jawab. Segi negatif, kebanyakan namun tidak melanggar tentang
anak tunggal sulit dikendalikan, terutama kesopanan dalam tindak tutur.

Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020) 451


Septyana Endang Herwilis Syukur, Rahmat Soe’oed, Widyatmike Gede Mulawarman

Sedangkan ukuran keaktifan aktif di kelas, subjek juga aktif mengikuti


diperoleh dari teknik wawancara langsung kegiatan di luar sekolah. Hal ini juga tidak
dan observasi langsung dengan subjek sejalan dengan teori yang dikemukakan
penelitian. Berdasarkan hasil penelitian Hurlock (dalam Gunarsa, 2011), bahwa
dapat diperoleh informasi bahwa subjek ciri-ciri anak tunggal adalah manja,
utama dapat diasumsikan sebagai anak antisosial dan karena hal tersebut menjadi
yang aktif di kelas maupun di luar kelas. tidak popular. Anak tunggal juga
Berbeda dengan subjek utama, subjek cenderung menutup diri, peka dan mudah
pembanding dalam penelitian ini dapat cemas, menarik diri dari hubungan sosial
diasumsikan kurang aktif di kelas maupun dan terlalu menggantungkan diri pada
di luar kelas. orang tua mereka. Sebab pada subjek
Penggunaan bahasa pada subjek penelitian cenderung sebaliknya.
pembanding dengan subjek utama
cenderung memiliki kesamaan pada D. PENUTUP
penggunaan bahasa, yaitu campuran. Hal Tindak tutur remaja sebagai anak
ini dipengaruhi karena latar belakang tunggal dalam interaksi sehari-hari di
lingkungan tempat tinggal subjek kelas: kajian sosiopragmatik berdasarkan
penelitian adalah kawasan yang tujuan tindak dari pandangan penutur
cenderung homogen dengan didominasi ditemukan tindak tutur lokusi antara
suku Buton. subjek dan pembanding memiliki
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan jenis tuturan, ilokusi, dan
diketahui subjek utama memiliki dua perlokusi. Sedangkan berdasarkan bentuk
faktor penghambat dalam kemampuan penyampaiannya ditemukan perbedaan
bertutur, yaitu latar belakang pekerjaan pada tindak tutur langsung dan tidak
orang tua dan penggunaan bahasa. Kedua langsung. Selain itu, berdasarkan
faktor ini saling berkorelasi, subjek diasuh pengungkapan makna ditemukan tindak
oleh ibu tunggal sehingga intensitas tutur literal dan tidak literal. Ditemukan
berkomunikasi jarang dilakukan dan banyak perbedaan tindak tutur yang
penggunaan bahasa sehari-hari di rumah dilakukan antarsubjek utama dan subjek
dengan ibunya adalah bahasa daerah. pembanding. Seorang remaja anak
Sebagaimana yang diungkapkan tunggal memiliki banyak perbedaan dalam
(Sari et al., 2018) bahwa beberapa penyampaian tuturan sehari-hari, banyak
tantangan muncul yang pasti dihadapi faktor yang membentuk tindak tutur
anak tunggal, yaitu kesulitan hubungan seorang remaja anak tunggal. Namun
pada orang tua dan anak, jika orang tua memiliki hal yang serupa dalam hal
memberikan tekanan atau harapan- mengekspresikan diri, anak tunggal
harapan kepada anak tunggal. Kemudian cenderung ingin lebih menonjol
tantangan lain adalah menjadi penyokong walaupun dengan cara mereka sendiri.
orang tua satu-satunya di kemudian hari Ragam kesopanan remaja sebagai
baik secara emosional maupun finansial. anak tunggal dalam interaksi sehari-hari di
Tantangan berikutnya adalah kemampuan kelas: kajian sosiopragmatik ditemukan
untuk mengatasi konflik terhadap teman perbandingan antara subjek dan
sebayanya, kesulitan ini dipercaya karena pembanding dalam ukuran permintaan
kekurangan kesempatan untuk merasakan maaf, ucapan terima kasih, menyatakan
konflik dengan saudara. sikap, mengucap salam, pengharapan dan
Sedangkan faktor pendukung pertentangan. Terdapat perbedaan ragam
dalam kemampuan bertuturnya adalah kesopanan yang cukup berbeda antara
keaktifan dan kesopanan. Pada temuan subjek utama dan subjek pembanding.
penelitian dapat dilihat bahwa tidak hanya Pada subjek utama cenderung

452 Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020)


Tindak Tutur Remaja sebagai Anak Tunggal dalam Interaksi Sehari-Hari di Kelas: Kajian Sosiopragmatik

menyatakan sikap meliputi marah, lementary/article/view/pola-asuh-


mengkritik, berkomentar, dan menyetujui orangtua-dalam-membentuk-
atau mengakui. Sedangkan pada subjek karakter-anak
pembanding cenderung rata dalam Nolen-Hoeksema, S., Fredrickson, B. L.,
mengungkapkan permintaan maaf, Loftus, G. R., & Wagenaar, W. A.
menyatakan sikap dan pertentangan. (2009). Atkinson & Hilgard's
Faktor pendukung dan faktor Introduction to Psychology (15th Edition).
penghambat tindak tutur yang terdapat In Wadsworth Cengage Learning.
dalam interaksi sehari-hari pada remaja Andover: Cengage Learning EMEA.
yang berstatus sebagai anak tunggal Nurlaila, M. (2016). Pengaruh Bahasa
memiliki faktor masing-masing. Pada Daerah (Ciacia) terhadap
subjek utama memiliki dua faktor Perkembangan Bahasa Indonesia
pendukung, yaitu jarak sekolah yang Anak Usia 2 Sampai 6 Tahun di
dekat dengan rumah, dan keaktifan. Desa Holimombo Jaya. Retorika,
Sedangkan pada faktor penghambat, 9(2), 114-119.
subjek utama memiliki dua faktor https://doi.org/10.26858/retorika.v
penghambat, yaitu latar belakang 9i2.3801
pekerjaan orang tua dan penggunaan Purba, A. (2011). Tindak Tutur dan
bahasa. Pada subjek pembanding Peristiwa Tutur. Pena: Jurnal
memiliki dua faktor pendukung dan dua Pendidikan Bahasa dan Sastra, 1(1), 77-
faktor penghambat. Ada persamaan 92. Retrieved from https://online-
faktor penghambat pada subjek utama journal.unja.ac.id/pena/article/view
dan subjek pembanding, yaitu dalam hal /1426
penggunaan bahasa. Ratnawati, I. I. (2018). Kajian Pragmatik
Percakapan Guru dan Siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Christiandy. (2015). Analisis Tindak SMA Advent Balikpapan. Stilistika:
Tutur Kru Bus dengan Penumpang Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Bus Jurusan Yogyakarta-Parangtritis Pengajarannya, 3(1), 1-9.
(Kajian Pragmatik). Journal of https://doi.org/10.33654/sti.v3i1.4
Chemical Information and Modeling, 99
53(9), 1689–1699. Salmani-Nodoushan, M. A. (2006). A
https://doi.org/10.1017/CBO9781 Comparative Sociopragmatic Study
107415324.004 of Ostensible Invitations in English
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori and Farsi. Speech Communication,
Kepribadian. Edisi Ke-7. Jakarta: 48(8), 903-912.
Salemba Humanika. https://doi.org/10.1016/j.specom.2
Gunarsa, S. D. (2011). Konseling dan 005.12.001
Psikoterapi. Jakarta: Libri. Sari, S. L., Devianti, R., & Safitri, N.
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. (2018). Kelekatan Orangtua untuk
(2008). Psikologi Perkembangan Anak Pembentukan Karakter Anak.
dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Educational Guidance and Counseling
Mulia. Development Journal, 1(1), 16-31.
Hasanah, U. (2016). Pola Asuh Orangtua https://doi.org/10.24014/egcdj.v1i
dalam Membentuk Karakter Anak. 1.4947
Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Stukan, D. (2018). Sociopragmatic
Dasar, 2(2), 72-82. Retrieved from Failure: Struggling with Cross-
https://e- Cultural Differences in
journal.metrouniv.ac.id/index.php/e Communication. Open Journal for

Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020) 453


Septyana Endang Herwilis Syukur, Rahmat Soe’oed, Widyatmike Gede Mulawarman

Anthropological Studies, 2(1), 27-36. untuk Penyelesaian Konflik dalam


https://doi.org/10.32591/coas.ojas. Keluarga: Orientasi Percakapan dan
0201.03027s Orientasi Kepatuhan. Jurnal Al-
Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Azhar Indonesia, 2(1), 47-58.
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Retrieved from
Bandung: CV Alfabeta. https://jurnal.uai.ac.id/index.php/S
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi PS/article/view/110
Sosial. Yogyakarta: Andi.
Wardyaningrum, D. (2013). Komunikasi

454 Diglosia Volume 3 Nomor 4 (2020)

You might also like