Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Portal Jurnal Malahayati (Universitas Malahayati)

PERBANDINGAN KADAR LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS


AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUD MEURAXA BANDA ACEH

Aya Sophia1, M.Hendro Mustaqim2, Fakhrul Rizal2

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Aceh, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Dokter, Aceh Besar, Indonesia

Abstract: Comparison of Blood Leukocyte Levels in Patients with Acute


Appendicitis and Perforated Appendicitis at Meuraxa Hospital, Banda Aceh.
Appendicitis is defined as inflammation of the appendix vermiformis (worm sac)
which is the most common surgical emergency in children and young adults with
abdominal pain. Appendicitis is thought to be caused by obstruction of the appendix
lumen by faecalith, faecal stasis, lymphoid hyperplasia or caecal neoplasms and
various infections by pathogens. This study aims to determine the comparison of
blood leukocyte levels in acute appendicitis and perforated appendicitis in Meuraxa
Hospital, Banda Aceh. This type of research is a retrospective study survey research
with cross sectional research design. Retrieval of data from medical records. The
number of samples used 89 people consisting of 56 patients with acute appendicitis
and 33 patients with perforated appendicitis. Data analysis using Independent
sample t-test. The mean value of blood leukocytes in patients with acute
appendicitis was 10,741.8 cells/mm3 and perforated appendicitis was 20,023.6
cells/mm3. The results of this study showed the p-values of acute appendicitis and
perforated appendicitis patients were P = 0.239 and P = 0.749, respectively.
Independent test sample t test obtained t test statistics of -11,963 with P <0,001.
There is a difference between blood leukocyte levels in patients with acute
appendicitis and perforated appendicitis.

Keywords:Acute appendicitis, perforated appendicitis, blood leukocytes.

Abstrak: Perbandingan Kadar Leukosit Darah Pada Pasien Apendisitis Akut


dan Apendisitis Perforasi Di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Apendisitis
didefinisikan sebagai peradangan pada apendiks vermiformis (kantong cacing) yang
merupakan darurat bedah paling umum pada anak-anak dan dewasa muda dengan
nyeri perut. Apendisitis diduga disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks oleh
faecalith, stasis faecal, hiperplasia limfoid atau caecal neoplasma dan berbagai
infeksi oleh patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar
leukosit darah pada apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUD Meuraxa
Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei studi retrospektif dengan
desain penelitian cross sectional. Pengambilan data dari catatan rekam medis.
Jumlah sampel yang digunakan 89 orang yang terdiri dari 56 orang pasien
apendisitis akut dan 33 orang pasien apendisitis perforasi. Analisis data
menggunakan Uji T-test sampel tidak berpasangan (Independent sample t-test).
Nilai rerata leukosit darah pada pasien apendisitis akut sebesar 10.741,8 sel/mm3
dan apendisitis perforasisebesar 20.023,6 sel/mm3. Hasil penelitian ini menunjukan
nilai p-value pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi masing-masing adalah
P= 0,239 dan P=0,749. Uji Independent sample t test diperoleh statistik uji t
sebesar -11,963 dengan P<0,001. Terdapat perbedaan antara kadar leukosit darah
pada pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi.

Kata kunci: Apendisitis Akut, Apendisitis Perforasi, Leukosit darah.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 491
PENDAHULUAN (Biricik et al., 2019). Apendisitis akut
Apendisitis adalah penyebab paling adalah salah satu patologi yang paling
umum dari nyeri perut akut yang sering menyerang manusia, dengan
dijumpai pada bagian departemen perkiraan 8% populasi dunia
bedah (Biricik et al., 2019). Apendisitis melakukan operasi untuk keadaan
didefinisikan sebagai peradangan pada tersebut (Fortea-Sanchis et al., 2020).
apendiks vermiformis (kantong cacing) Kejadian apendisitis akut mengalami
yang merupakan darurat bedah paling peningkatan setiap tahun dan sekarang
umum pada anak-anak dan dewasa mempengaruhi 9,4 per 10.000 orang,
muda dengan nyeri perut. Apendisitis sehingga menghasilkan sekitar 30.000
diduga disebabkan oleh obstruksi kasus per tahun. Patogenesis
lumen apendiks oleh faecalith, stasis apendisitis akut melibatkan peradangan
faecal, hiperplasia limfoid atau caecal awal dinding apendiks yang mengarah
neoplasma dan berbagai infeksi oleh ke iskemia lokal, nekrosis, dan berisiko
patogen (Guy & Wysocki, 2018). perforasi (Nimmagadda et al., 2019).
Rentang usia yang paling umum terjadi Kejadian apendisitis perforasi bervariasi
antara 10-30 tahun (Sellars & dari 16-40%, dengan frekuensi lebih
Boorman, 2017). Prevalensi apendisitis tinggi terjadi pada kelompok usia yang
lebih tinggi pada usia 25 tahun lebih muda (40-57%) dan pada pasien
(Kowalak et al., 2011). Risiko kejadian usia >50 tahun (55-70%) (Podda &
seumur hidup lebih tinggi pada pria Cillara, 2018). Apendisitis perforasi
dengan persentase 8,6% daripada dapat menyebabkan berbagai
wanita 6,7% (Boardman & Musisca, komplikasi (Tsai et al., 2017).
2019). Sepertiga dari kasus apendisitis yang
Menurut World Health Organization dirujuk ke rumah sakit adalah
(WHO) 2004 dalam data Global Burden apendisitis perforasi (Biricik et al.,
Disease tercatat sebanyak 259 juta 2019). Tingkat kematian pada anak-
kasus apendisitis pada pria seluruh anak berkisar antara 0,1% hingga 1%
dunia yang tidak terdiagnosis, (Podda & Cillara, 2018).
sementara pada wanita terdapat 160 Berdasarkan data Kementerian
juta kasus tidak terdiagnosis (The Kesehatan Republik Indonesia
Global Burden Of Disease, 2004). (Kemenkes RI) tahun 2012, apendisitis
Insiden apendisitis akut di negara maju termasuk dalam peringkat 10 besar
terjadi sekitar 90-100 pasien per penyakit tidak menular penyebab rawat
100.000 penduduk per tahun. inap di rumah sakit tahun 2009 dan
Berdasarkan letak geografis dilaporkan 2010 (Kemenkes RI, 2012). Penyakit
risiko seumur hidup apendisitis akut tidak menular merupakan penyebab
sebesar 9% di Amerika Serikat, 8% di kematian hampir 70% didunia. Menurut
Eropa, dan 2% di Afrika. Insiden hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
apendisitis akut lebih rendah pada tahun 2007, 2013, dan 2018 tampak
orang dengan asupan makanan yang kecenderungan peningkatan prevalensi
tinggi akan serat. Serat makanan penyakit tidak menular. Fenomena ini
diduga dapat mengurangi viskositas diprediksi akan terus berlanjut
feses, mengurangi waktu transit usus, (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan
dan mencegah pembentukan faecalith hasil penelitian Gloria A.Thomas di
yang dapat menyumbat lumen RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
apendiks (Podda & Cillara, 2018). periode Oktober 2012-September 2015
Apendisitis merupakan beban yang angka kejadian apendisitis terdapat
signifikan terhadap penanganan operasi sebanyak 63% pasien terdiagnosis
umum darurat di Amerika Serikat apendisitis akut dan 30% pasien
(Dhillon et al., 2019). Prevalensi terdiagnosis apendisitis perforasi
apendisitis seumur hidup diAmerika (Thomas et al., 2016). Di Aceh,
Serikat adalah 1 dari 15. Tingkat berdasarkan hasil penelitian Lestari
prevalensi pada pria lebih tinggi dari (2015) di RSUD dr.Zainoel Abidin angka
wanita dengan rasio sekitar 1,4 : 1 kejadian apendisitis akut pada pria

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 492
sebanyak 51,7% dan wanita sebanyak Keterlambatan mendiagnosis juga
48,3%. Kejadian apendisitis perforasi dapat meningkatkan morbiditas dan
pada pria dan wanita sama yaitu 50% mortalitas. Berdasarkan pemaparan di
(Lestari, 2015). atas, peneliti merasa tertarik untuk
Diagnosis apendisitis dapat melakukan penelitian tentang
ditegakkan berdasarkan temuan dari perbandingan kadar leukosit darah
anamnesis, pemeriksaan fisik, pada pasien apendisitis akut dan
pemeriksaan laboratorium, dan apendisitis perforasi di RSUD Meuraxa
pemeriksaan penunjang (Matthew et Banda Aceh periode Januari-Desember
al., 2018). Dalam mendiagnosis 2019.
apendisitis akut secara akurat dan
efisien dapat mengurangi morbiditas METODE
dan mortalitas akibat perforasi dan Jenis penelitian ini adalah
komplikasi lainnya seperti penelitian survei studi retrospektif
pembentukan abses, sepsis, dan adhesi dengan desain penelitian cross
intra-abdominal (Kabir et al., 2017). sectional. Pengambilan data dari
Banyak peneliti yang telah meneliti catatan rekam medis pasien apendisitis
penggunaan biomarker untuk akut dan apendisitis perforasi di RSUD
mendiagnosis dini apendisitis akut Meuraxa Banda Aceh periode Januari-
seperti kadar sel darah putih (leukosit) Desember 2019.
(Prasetya et al., 2019). Leukosit adalah Populasi pada penelitian ini adalah
unit yang dapat bergerak pada sistem semua pasien yang terdiagnosis
pertahanan imun tubuh (Sherwood, apendisitis akut dan apendisitis
2014). Manfaat leukosit yang perforasi serta telah dilakukan
sesungguhnya ialah sebagian besar pemeriksaan laboratorium darah di
diangkut secara khusus ke daerah yang Bagian Bedah RSUD Meuraxa Banda
terinfeksi dan mengalami peradangan Aceh periode Januari-Desember
serius, dengan demikian menyediakan 2019.Penelitian ini menggunakan teknik
pertahanan yang cepat dan kuat pengambilan sampel non probability
terhadap agen-agen infeksius (Guyton sampling, yaitu purposive sampling.
& Hall, 2016). Instrumen yang digunakan dalam
Pemeriksaan leukosit merupakan pengumpulan data penelitian ini adalah
salah satu pemeriksaan laboratorium data sekunder dari catatan rekam
awal untuk mendeteksi apendisitis medis hasil pemeriksaan laboratorium
dengan ditandai adanya leukositosis. darah dan lembar penelitian.
Hasil pemeriksaan menunjukkan 90% Analisis data yang digunakan dalam
pasien apendisitis mengalami penelitian ini analisis univariat dan
peningkatan leukosit antara 10.000 analisis bivariat.Analisis univariat untuk
sel/μl sampai dengan 15.000 sel/μl. mendeskripsikan karakteristik setiap
Leukosit melebihi 18.000-20.000 sel/μl variabel.Sedangkan analisis bivariat
menandakan kemungkinan terjadinya yang digunakan adalah Independent
perforasi apendiks (Amalina, 2018). sample t-test.
Mengetahui bahwa apendisitis
merupakan penyakit tidak menular dan HASIL
diperkirakan angka kejadian terus 1. Karakteristik pasien apendisitis
mengalami peningkatan. Penyakit tidak akut dan perforasi
menular merupakan penyebab Gambaran karakteristik dasar
kematian hampir 70% didunia serta pasien apendisitis akut dan perforasi
fenomena ini diprediksi akan terus yang terlibat dalam penelitian ini dilihat
berlanjut. Keterlambatan dalam berdasarkan variabel jenis kelamin dan
mendiagnosis apendisitis akut dapat kelompok usianya. Karakteristik pasien
berakibat menjadi apendisitis perforasi apendisitis akut dan perforasi
yang dapat menimbulkan beberapa berdasarkan kedua variabel tersebut
komplikasi seperti pembentukan abses, disajikan pada Tabel 1.
sepsis, dan adhesi intra-abdominal.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 493
Tabel 1. Karakteristik pasien apendisitis akut dan perforasi
Kelompok Pasien
Variabel
Apendisitis AkutN (%) Apendisitis PerforasiN (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 (44,6) 20 (60,6)
Perempuan 31 (55,6) 13 (39,4)
Kelompok Usia
< 11 tahun 4 (7,1) 4 (12,1)
11 – 20 tahun 13 (23,2) 8 (24,2)
21 – 30 tahun 21 (37,5) 7 (21,2)
31 – 40 tahun 10 (17,9) 6 (18,2)
> 40 tahun 8 (14,3) 8 (24,2)

Berdasarkan Tabel 1, penelitian ini sedikit berada pada kelompok usia


melibatkan 89 orang pasien apendisitis yang kurang dari 11 tahun yaitu hanya
dengan perincian 56 orang (69,2%) sebanyak 4 orang (7,1%).
apendisitis akut dan 33 orang (37,1%) 2. Gambaran kadar leukosit pada
apendisitis perforasi. Pasien dengan pasien apendisitis akut dan
apendisitis akut lebih banyak yang perforasi
berjenis kelamin perempuan yaitu Gambaran kadar leukosit pada
sebanyak 31 orang (55,6%). Pasien pasien apendisitis akut dan perforasi
apendisitis perforasi lebih didominasi dapat dilihat melalui beberapa nilai
oleh pasien laki-laki dengan jumlah statistik di antaranya nilai rata-rata,
sebanyak 20 orang (60,6%). Jika median, minimum, maksimum dan
dilihat berdasarkan kelompok usianya, standar deviasi (SD). Statistik deskriptif
diketahui bahwa pasien apendisitis akut kadar leukosit pada pasien apendisitis
yang paling banyak berusia di antara akut dan perforasi ditampilkan pada
21 hingga 30 tahun yaitu sejumlah 21 Tabel 2.
orang (37,5%). Sedangkan yang paling

Tabel 2. Statistik deskriptif kadar leukosit darah pada pasien apendisitis


akut dan perforasi
Kelompok Pasien Rata-Rata Median Minimum Maksimum SD
Apendisitis Akut 10.741,8 10,350,0 4.100,0 18.000,0 3.581,3

Apendisitis Perforasi 20.023,6 20.000,0 12.600,0 25.800,0 3.455,7

Berdasarkan tabel di atas 20.000,0 sel/mm3 dan 50% lainnya


menunjukkan rata-rata jumlah leukosit memiliki jumlah leukosit di atas
pada pasien apendisitis perforasi adalah 20.000,0 sel/mm3. Pada pasien
sebanyak 20.023,6 sel/mm3 dan pada apendisitis akut, sebanyak 50% pasien
pasien apendisitis akut adalah memiliki jumlah leukosit di bawah
sebanyak 10.741,8 sel/mm3. Nilai 10.350,0 sel/mm3.Nilai standar deviasi
median yang menunjukkan nilai tengah jumlah leukosit pada kedua kelompok
data pada pasien apendisitis perforasi pasien tersebut tidak terlalu berbeda.
adalah sebesar 20.000,0 sel/mm3 dan Nilai SD yang besar menunjukkan
pada pasien apendisitis akut sebesar bahwa data penelitian pada kedua
10.350,0 sel/mm3. Hal ini menunjukkan kelompok cenderung lebih beragam
bahwa 50% pasien apendisitis perforasi (bervariasi).
memiliki jumlah leukosit di bawah

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 494
3. Perbandingan kadar leukosit sebesar -11,963 dengan p-value
darah pada pasien apendisitis pengujian yang jauh lebih kecil dari
akut dan perforasi pada 0,001. Dengan demikian, dapat
Tabel 3, menyajikan dua statistik diputuskan bahwa
penting dari uji Independent sample t kadar leukosit pada kedua kelompok
test, yaitu nilai statistik uji t dan p- pasien apendisitis adalah berbeda nyata
value pengujiannya. Perbandingan pada tingkat signifikansi sebesar 0,05.
kadar leukosit pada kedua kelompok
pasien menghasilkan statistik uji t

Tabel 3. Perbandingan kadar leukosit darah pada pasien apendisitis


akut dan perforasi
Kelompok Pasien Statistik Uji t p-value Kesimpulan
Apendisitis Akut Kadar leukosit pada kedua
-11,963 <0,001
Apendisitis Perforasi kelompok apendisitis berbeda

4. Tabulasi silang uji Pearson Oleh karena p-value pengujian berada


Chi-Square kejadian di atas 0,05, maka dapat disimpulkan
apendisitis akut dan perforasi bahwa hipotesis nol penelitian tidak
berdasarkan jenis kelamin dapat ditolak. Dengan kata lain, tidak
Berdasarkan tabel 4, diketahui terdapat hubungan yang signifikan
bahwa nilai statistik Pearson Chi-square antara variabel jenis kelamin dengan
untuk hubungan antara variabel jenis kejadian apendisitis akut dan perforasi
kelamin dengan kejadian apendisitis pada pasien di RSUD Meuraxa Banda
akut dan perforasi adalah sebesar Aceh.
2,117 dengan p-value sebesar 0,146.

Tabel 4. Tabulasi silang uji Pearson Chi-Square

Statistik uji Nilai p-value Kesimpulan


Variabel jenis kelamin tidak
Pearson Chi-Square 2,117* 0,146 berhubungan dengan kejadian
apendisitis

PEMBAHASAN akut (Lestari, 2015). Distribusi usia


Menurut kelompok usia, pasien yang pasien apendisitis di RSUP Sanglah
paling banyak menderita apendisitis Denpasar tahun 2015-2017
akut adalah kelompok usia 21-30 tahun berdasarkan penelitian Cathleya
sebanyak 21 orang (37,5%) dan Fransisca menunjukkan bahwa
apendisitis perforasi adalah kelompok apendisitis terbanyak terdapat pada
usia 11-20 tahun 8 orang (24,2%). kelompok usia remaja akhir (17-25
Hasil tersebut sesuai dengan literatur, tahun) yaitu sebanyak 212 orang
rentang usia yang paling umum terjadi (29,3%) dan diikuti pada kelompok
antara usia 10-30 tahun (Sellars & usia dewasa awal (26-35 tahun) yaitu
Boorman, 2017). Hal ini sejalan dengan sebanyak 132 orang (18,3%)
penelitian yang dilakukan Lestari (Fransisca, 2019).
(2015) di RSUD dr.Zainoel Abidin Kejadian apendisitis perforasi pada
mengenai kelompok usia yang paling penelitian ini tersebar merata pada hampir
banyak menderita apendisitis adalah semua kelompok umur. Jumlah pasien
kelompok usia 11-20 tahun dan 21-30 apendisitis perforasi yang paling banyak
tahun yaitu masing-masing sebanyak masing-masing 8 orang (24,2%) pada
16 orang (26,7%) terutama apendisitis kelompok usia (11-20 tahun) dan (>40

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 495
tahun). Hal tersebut sejalan dengan berbeda. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang
Manado, distribusi pasien apendisitis diperoleh nilai p-value<0,001 dan di RSUD
perforasi terbanyak pada kelompok usia dr.Zainoel Abidin didapatkan nilai p-value
10-19 tahun sebanyak 69 orang (Thomas = 0,000, hal ini berarti terdapat
et al., 2016). The American Journal of perbedaan jumlah leukosit pada pasien
Surgery menyebutkan bahwa pasien usia apendisitis akut dan apendisitis perforas
lanjut memiliki kemungkinan lima kali (Lestari, 2015; Sibuea, 2014).
lebih tinggi untuk menderita apendisitis
perforasi dibandingkan dengan pasien usia KESIMPULAN
yang lebih muda. Penanganan pada pasien Berdasarkan hasil penelitian dapat
usia lanjut merupakan tantangan bagi ahli disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
bedah (Dhillon et al., 2019). antara kadar leukosit darah pada
Dari hasil penelitian menunjukkan pasien apendisitis akut dan apendisitis
bahwa pasien apendisitis akut lebih perforasi di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
banyak berjenis kelamin perempuan yaitu Rerata kadar leukosit darah pada
31 orang (55,6%) dari pada laki-laki 25 pasien apendisitis akut sebesar
orang (44,6%) dan sebaliknya pada 10.741,8 sel/mm3 dan apendisitis
pasien apendisitis perforasi. Hasil perforasisebesar 20.023,6
penelitian ini tidak sejalan dengan literatur sel/mm3.Kelompok usia yang paling
yang menunjukkan tingkat prevalensi banyak menderita apendisitis akut
pada laki-laki lebih tinggi dari wanita adalah kelompok usia 21-30 tahun dan
dengan rasio sekitar 1,4 : 1 (Biricik et al., apendisitis perforasi tersebar merata
2019) Penelitian Windy C.S. menunjukkan pada seluruh kelompok usia.Jenis
hal yang serupa yaitu diperoleh insidensi kelamin tidak berhubungan terhadap
tertinggi apendisitis akut didapatkan pada kejadian apendisitis akut dan
perempuan (66,6%) (Windy, 2016). apendisitis perforasi.
Berdasarkan uji statistik didapatkan jenis
kelamin tidak memiliki hubungan SARAN
signifikan dengan kejadian apendisitis akut Berdasarkan penelitian yang telah
dan apendisitis perforasi dengan nilai uji dilakukan berikut beberapa saran untuk
statistik Pearson Chi-Square sebesar selanjutnya:
2,117 dan p-value sebesar 0,146.
Hubungan tingginya kejadian apendisitis 1. Penelitian selanjutnya diharapkan
dengan jenis kelamin belum diketahui jumlah sampel penelitian lebih besar
penyebab pasti karena bentuk apendiks atau range tahun yang diambil lebih
laki-laki dan perempuan secara anatomi lama agar dapat melihat perbedaan
sama. Hal ini dapat terjadi karena pada yang lebih bermakna terkait dengan
perempuan sering ditemukan kasus kadar leukosit darah pada pasien
apendisitis akut positif palsu sebanyak apendisitis akut dan apendisitis
20% pada rentang usia 20-40 tahun perforasi.
(Windy, 2016). Kejadian apendisitis
perforasi lebih banyak terjadi pada laki-laki 2. Bagi klinisi dan pihak rekam medik
20 orang (60,6%) dari pada perempuan rumah sakit memperbaiki sistem
13 orang (39,4%). Hasil ini sejalan pencatatan dan penyimpanan rekam
dengan penelitian (Bagus, 2020) sebanyak medik pasien sehingga seluruh data
27 orang (45,8%) mengalami apendisitis yang dibutuhkan oleh peneliti
perforasi berjenis kelamin laki-laki dan tersedia.
perempuan sebanyak 6 orang (16,2%)
(Bagus, 2020). DAFTAR PUSTAKA
Hasil analisis dengan uji Independent
sample t test diperoleh statistik uji t Amalina, A. (2018). Hubungan Jumlah
sebesar -11,963 dengan p-value<0,001. Leukosit Pre Operasi dengan
Oleh karena itu, dapat disimpulkan kadar Kejadian Komplikasi Pasca
leukosit pada kedua kelompok apendisitis Operasi Apendektomi pada Pasien

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 496
Apendisitis Perforasi di RSUP Dr. 2017. Jurnal Medika Udayana,
M. Djamil Padang. Jurnal 8(7).
Kesehatan Andalas, 7(4):491– Guy, S., & Wysocki, P. (2018). Risk
497. Factors for Intra-Abdominal
Bagus, C. (2020). Gambaran Prediktor Abscess Post Laparoscopic
Perforasi pada Penderita Appendicectomy for Gangrenous
Apendisitis di Rumah Sakit Umum or Perforated Appendicitis: A
Ari Canti Gianyar, Bali, Indonesia Retrospective Cohort Study.
Tahun 2018. 11(1):122–128. International Journal of Surgery
https://doi.org/10.15562/ism.v11 Open, 10: 47–54.
i1.57 https://doi.org/10.1016/j.ijso.201
Biricik, S., Narcı, H., Dündar, G. A., 7.12.003
Ayrık, C., & Türkmenoğlu, M. Ö. Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2016). Buku
(2019). Mean Platelet Volume and Ajar Fisiologi Kedokteran (E. I, I.
The Ratio of Mean Platelet Volume Ilyas, M. D. Widjajakusumah, & A.
to Platelet Count in the Diagnosis Tanzil (Eds.); Edisi Revisi).
of Acute Appendicitis. American Elsevier Ltd.
Journal of Emergency Medicine, Kabir, S. A., Kabir, S. I., Sun, R.,
37(3):411–414. Jafferbhoy, S., & Karim, A.
https://doi.org/10.1016/j.ajem.20 (2017). How to Diagnose an
18.05.075 Acutely Inflamed Appendix: A
Boardman, T. J. & Musisca, N. J. Systematic Review of the Latest
(2019). Recurrent Appendicitis Evidence. International Journal of
Caused by a Retained Appendiceal Surgery, 40:155–162.
Tip: A Case Report. Journal of https://doi.org/10.1016/j.ijsu.201
Emergency Medicine, 57(2):232– 7.03.013
234. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B.
https://doi.org/10.1016/j.jemerm (2011). Buku Ajar Patofisiologi (R.
ed.2019.03.044 Komalasari (Ed.)). EGC.
Buletin Penyakit Tidak Menular. (2012). Lestari, G. P. (2015). Perbedaan
Kementerian Kesehatan RI. Jumlah Leukosit pada Pasien
Dhillon, N. K., Barmparas, G., Lin, T. L., Apendisitis Akut dengan
Alban, R. F., Melo, N., Yang, A. Apendisitis Perforasi yang Telah
R., Margulies, D. R., & Ley, E. J. dioperasi di RSUD dr.Zainoel
(2019). Unexpected Complicated Abidin.
Appendicitis in the Elderly Matthew J. Snyder, Marjorie Guthrie, &
Diagnosed with Acute Staphem Cagle. (2018). Acute
Appendicitis. American Journal of Appendicitis: Efficient Diagnosis
Surgery, 218(6):1219–1222. and Management. American
https://doi.org/10.1016/j.amjsurg Family Physician, 98(1):25–33.
.2019.08.013 https://www.aafp.org/afp/2018/0
Fortea-Sanchis, C., Escrig-Sos, J., & 701/p25.html
Forcadell-Comes, E. (2020). Nimmagadda, N., Matsushima, K.,
Diagnostic Yield of Abdominal Piccinini, A., Park, C.,
Ultrasonography for the Diagnosis Strumwasser, A., Lam, L., Inaba,
of Acute Appendicitis: A Global K., & Demetriades, D. (2019).
and Subgroup Analysis. Revista Complicated Appendicitis:
de Gastroenterología de México Immediate Operation or Trial of
(English Edition), 85(1):12–17. Nonoperative Management?
https://doi.org/10.1016/j.rgmxen American Journal of Surgery,
.2018.11.005 217(4):713–717.
Fransisca, C. (2019). Karakteristik https://doi.org/10.1016/j.amjsurg
Pasien dengan Gambaran .2018.12.061
Histopatologi Apendisitis di RSUP Podda, M., & Cillara, N. (2018).
Sanglah Denpasar Tahun 2015- Appendicitis. Encyclopedia of

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 497
Gastroenterology (2nd ed., pp. Kariadi Semarang. Jurnal Media
104–109). Elsevier. Medika Muda.
https://doi.org/10.1016/B978-0- The Global Burden Of Disease. (2004).
12-801238-3.66055-5 World Health Organization.
Prasetya, D., Rochadi, & Gunadi. Thomas, G. A., Lahunduitan, I., &
(2019). Accuracy of Neutrophil Tangkilisan, A. (2016). Angka
Lymphocyte Ratio for Diagnosis of Kejadian Apendisitis Di RSUP Prof.
Acute Appendicitis in Children: A Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Diagnostic Study. Annals of Oktober 2012-September 2015.
Medicine and Surgery, 48(1):35– E-CliniC,4(1).
38. https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2 Windy, C.S. (2016). Perbandingan
019.10.013 Antara Suhu Tubuh, Kadar
Profil Kesehatan Indonesia 2018. Leukosit, dan Platelet Distribution
(2019). Kementerian Kesehatan Width (PDW) Pada Apendisitis
RI. Akut dan Perforasi. Jurnal
Sellars, H., & Boorman, P. (2017). Kesehatan Tadulako, 2(2):24–32.
Acute Appendicitis. Surgery
(United Kingdom), 35(8):432–
438.
https://doi.org/10.1016/j.mpsur.2
017.06.002
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia
Dari Sel ke Sistem (Edisi 8). EGC.
Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara
Jumlah Leukosit Darah Pada
Pasien Apendisitis Akut dengan
Apendisitis Perforasi di RSUP DR.
Tsai, H. Y., Chao, H. C., & Yu, W. J.
(2017). Early Appendectomy
Shortens Antibiotic Course and
Hospital Stay in Children with
Early Perforated Appendicitis.
Pediatrics and Neonatology,
58(5):406–414.
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.
2016.09.001

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 498

You might also like