Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

BAB VI

ETIKA ORGANISASI PGRI
Pengertian Etika
 
Etika (Yunani Kuno: "ethiko", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Pengertian Kode Etik Guru


 Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara. Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksudadalah nilai-nilai
moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak
boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya.
Tujuan kode etik
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
- Menjunjung tinggi martabat profesiGuru.
- Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota Profesi Guru.
- Meningkatkan pengabdian para anggota profesi Guru
- Meningkatkan mutu profesi Guru.
- Meningkatkan mutu organisasi profesiGuru.
- Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan  terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya perilaku secara mandiri.
Fungsi Kode Etik Guru
 
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalm keanggotaan profesi.
 
Proses perumusan Kode Etik Guru Indonesia
 
kode etik guru dikembangkan dalam empat tahapan yakni:
- Tahap pembahasan atau perumusan pada tahun 1971-1973.
- Tahap pengesahan yang dilakukan pada Kongres PGRI ke XIII November 1973.
- Tahap penguraian yakni pada Kongres PGRI XVI Juni 1979.
- Tahap penyempurnaan pada Kongres PGRI XVI, Juli 1989.
Implementasi Kode Etik Guru

Saat menjalankan praktik profesi, seorang orang yang menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru
ditetapkan sebagai pelanggaran. Pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan
pelanggaran terhdap Kode Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing

Tidak melakukan hal-hal yang diluar batas kemampuannya dan tidak pula melakukan pekerjaan yang ada
dalam koridor kewenangan profesi lain.

Hal tersebut dilakukan dengan strategi dan pendekatan yang tepat sehingga masyarakat dapat mendukung
untuk menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya sehingga menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.

Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang
luas untuk kepentingan pendidikan

Oleh karena itu, guru harus memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat untuk
memikul tanggung jawab bersama-sama terhadap pendidikan.

Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan
mutu Profesinya

Sedangkan peningkatan dan pengembangan martabat profesi menunjukkan pada upaya untuk
menempatkan profesi keguruan yang ada di hati masyarakat.

Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional
sebagai sarana pengabdiannya

Dalam menerapkan misi profesi dimasyarakat guru berupaya merealisasikan layanannya kepada
masyarakat. Yakni layanan yang bersifat sosial-profesional yang mana dapat dirasakan oleh masyarakat
sebagai layanan sosial dan tanpa pamrih.

Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang
Pendidikan

Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan kemaslahatan masyarakat,misalnya kebijakan
pemerintah tentang guru dan berupaya membantu pemerintah dalam merealisasikan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun. Akan tetapi, banyak juga yang salah dalam memanfaatkannya bahkan ada
kecenderungan salah yang tidak disadari, seperti menyebarkan hate speeches dan berita palsu . Dampak
lanjut dari penggunaan yang kura piawai dapat terpoliferasi bahkan menimbulkan polarisasi di dunia
nyata. Pada gilirannya akan berdampak luas menimbulkan keributan keruibutan yang dahsyat. 

Banyak pula kasus yang berujung pada ranah hukum yang awal mula penyebabnya datang dari perilaku
penggunaan di media sosial. 

Dampak Negatif yang timbul dari bermedia Sosial

Akibat yang dari penyalahgunaan media sosial dalam menyebarkan informasi juga berdampak pada
banyaknya para pengguna yang masuk ke ranah hukum akibat dari penyebaran informasi pada sosial media
yang tidak menggunakan etika.Upaya mengurangi dan mencegah permasalahan tersebut maka diperlukan
suatu etika dalam menggunakan media sosial agar tidak saling menghina ataupun menuduh orang lain
tanpa alasan yang jelas.

Etika dalam Berkomunikasi


Dalam praktik sering terjadi penggunaan kata-kata yang kurang pantas, serta menimbulkan rasa
bermusuhan, kebencian dan bentuk cacian dan makian. Biasakanlah untuk menggunakan Bahasa yang
tepat dengan siapapun pada saat kita berinteraksi.

Pilah dan Pilih Kebenaran Berita

Ketika menemukan berita yang dirasakan tidak logis, apalagi dapat menyentuh hak-hak privasi,seharusnya
tida ikut menggadakan dan membagikan. Berita yang cenderung merugikan orang lain, menjatuhkan
pesaing, atau berita konflik masyarakat hendanyak tidak dibagikan.Sesungguhnya menyadi profesi sebagai
pendidik memilki tanggung jawab besar dalam membuka wawasan berliterasi dan komunikasi yang santun
dan cerdas. Jika ingin meyebarkan informasi pilah manfaatnya, pilih yang memotivasi kearah pendidikan. 

Oleh karenanya setiap membuat rancangan pembelajar, desain pembelajaran, membuat media atau


lainnya, seharusnya memberikan disklamer yang menyatakan bahwa karya yang dibuat masih
menggunakan foto atau visual orang lain. 

Jangan mudah membuka Informasi Pribadi

Hindari foto diri yang eksotik dan erotic karena cenderung mengundung inteprertasi buruk. Tidak
mengunggah alamat, nomor selular, atau keterangan pribadi yang lain, yang pada akhirnya dapat
dimanfaatkan pihak-pihak lain.

You might also like