Professional Documents
Culture Documents
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
POLYPROPYLENE
KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK:
2
3.4 Pengolahan Limbah Cair .......................................................................... 45
BAB 4 KESIMPULAN .................................................................................... 48
REFERENSI .................................................................................................... 49
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
sintetis yang merupakan polipropilena di Hoechst AG, Jerman, tetapi tidak
menyadari pentingnya penemuan itu.
5
Dari awal mula ditemukannya polipropilena hingga sekarang, terdapat
berbagai macam modifikasi dan pengembangan dari sifat-sifat dasar polimer
tersebut. Perkembangan tersebut dirangkum dalam tabel berikut:
6
1.3 Sifat, Kegunaan dan Karakteristik Polypropylene
7
1.3.3 Karakteristik
Polipropilena merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses
polimerisasi monomer propilena (CH3-CH=CH2). Molekul polipropilen
mengandung atom karbon tertier dengan gugus metil rantai utama. Atom hidrogen
terikat pada atom karbon tertier yang mudah bereaksi dengan oksigen dan ozon,
sehingga menyebabkan ketahanan oksidasinya lebih kecil daripada polietilena.
Akan tetapi, polipropilena lebih kuat dibanding polietilena. Selain itu polipropilena
juga ringan, memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu
tinggi, tidak reaktif, dan cukup mengkilap. Polipropilena mempunyai titik leleh
yang cukup tinggi (190-200 oC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130–135 oC.
Polipropilena mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance)
yang cukup tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.
Polipropilena dapat digunakan untuk membuat tali, botol plastik, karung, kantong
plastik, ember, gelas plastik dan sebagainya.
8
Tabel 1.4 Perbandingan Karakteristik Senyawa Material Pembuatan Plastik
Material plastik yang terbuat dari bahan PVC (Polyvinyl Chloride) biasanya
digunakan sebagai pembungkus makanan (food wrap, meat wrap), botol minyak
sayur, kantung darah, dll. Sifat bahan yang dimiliki PVC diantaranya adalah kuat,
keras, bisa jernih (tembus pandang), dapat diubah bentuknya menggunakan pelarut,
dan melembek pada suhu 80oC. Akan tetapi, produk PVC sebaiknya dihindari. PVC
memiliki julukan “the Poison Plastic”, mengandung sejumlah racun berbahaya.
9
permukaan berlilin (waxy surface), tidak jernih tapi tembus sinar (translucent),
mudah tergores, dan melembek pada suhu 140oC. Sejauh ini produk PP dianggap
paling aman dibandingkan senyawa material pembuatan plastik lainnya.
Pada gambar 1.2 terlihat bahwa harga resin PP per kg dalam setahun terakhir
selalu lebih tinggi harganya dibandingkan harga resin PET maupun PVC. Hal ini
10
dikarenakan, plastik PP yang semakin populer karena sifat bahannya yang aman
dan kebutuhannya yang sangat tinggi.
1.3.4 Kegunaan
Polipropilena dikenal dengan sifat fisisnya yang sangat kuat dengan tensile
modus hingga 2300 psi serta impact strength mencapai 2 ft.lb/in yang menandakan
bahwa polipropilena sangat kuat terhadap benturan dan tekanan tinggi. Oleh karena
itu, polipropilena banyak sekali diaplikasikan pada barang-barang di kehidupan
sehari-hari yang membutuhkan kekokohan tinggi. Barang-barang tersebut meliputi
unit pengemasan (untuk bahan pangan dan non-pangan), bahan tekstil, pelapis, dan
tambang.
Berdasarkan strukturnya, ada tiga jenis polipropilena yang kita kenal, yaitu:
11
digunakan sebagai serat bahan karpet, membuat film, dan wadah kemasan.
Polipropilena isotaktik terbentuk dengan menggunakan katalis Ziegler-
Natta.
12
yang tidak terikat bersama dengan baik. Polimer ini bersifat seperti karet,
amorf, dan relatif lemah. Dua kemungkinan lain ialah struktur isotaktik,
dengan semua gugus R berada pada sisi yang sama dari atom karbon
asimetrik, dan bentuk sindiotaktik, yang gugus R-nya berselang-seling di
sebelah kiri dan kanan karbon asimetrik. Dari ketiganya, isomer isotaktik
yang titik lelehnya paling tinggi dan kristalinitasnya paling baik dan diiringi
dengan sifat mekanis yang superior.
13
Tabel 1.5 Perbandingan Sifat-Sifat Polipropilena Sindiotaktik dengan Isotaktik
- Homopolymer PP. Tipe polimer ini bersifat bening dan memiliki Heat
Distortion Temperature (HDT, temperatur saat material mulai mengalami
perubahan bentuk pada jumlah muatan tertentu) yang tinggi dengan
kekuatan bentur yang tinggi pada suhu rendah. Tipe polimer ini digunakan
untuk bahan penutup dan wadah sup.
- Block copolymer PP. Tipe polimer ini tidak sebening sebelumnya dan
memiliki HDT yang rendah namun memiliki kekuatan bentur yang tinggi
pada suhu rendah. Tipe polimer ini digunakan untuk wadah es krim dan
makanan beku.
- Random copolymer PP. Tipe polimer ini memiliki ketransparanan yang
tnggi dan HDT yang paling rendah. Produk ini bersifat paling fleksibel dan
memiliki kekuatan bentuk yang tinggi. Tipe polimer ini umum digunakan
sebagai botol dan wadah salad.
- Thermoforming and blow moulding. Tipe polimer ini digunakan untuk baki
daging dan bahan baku botol. Tipe polimer ini memiliki Melt Flow Rate
(MFR, laju leleh suatu material) yang rendah, dalam rentang 1 hingga 4.
- Injection moulding. Tipe polimer ini umumnya digunakan untuk
pengemasan berdinding. Tipe polimer ini memiliki MFR yang tinggi,
dimulai dari tingkat 33 dan dapat lebih tinggi lagi.
14
Tabel 1.6 Perbedaan ketiga jenis PP (Sumber: Unone, 2015)
Homopolymer Random Impact Copolymer
Copolymer
Titik leleh 160-170 oC 135-140 oC 160-170 oC
Ketahanan - + +++
benturan
Kekakuan ++++ ++ +++
Fleksibilitas - ++ +
Transparansi + ++ -
Sifat unggulan Kekakuan dan Kejernihan dan Keseimbangan
kemengkilapan keuletan tinggi antara kekakuan
tinggi dan ketahanan
- Serat Polipropilena
15
Gambar 1.7 Skema Proses Pembuatan Serat Polipropilena
16
8. Proses kedelapan adalah thermosetting dengan memperlakukan bahan yang
telah diproses sedemikian rupa pada udara panas atau uap untuk
menghilangkan stress internal dan melemaskan serat;
9. Proses terakhir adalah cutting dengan cara memotong serat pada kisaran
panjang 20-120 mm tergantung kebutuhan (apakah akan dicampur pada
sistem kapas atau wol, pada sistem tekstil).
17
Tabel 1.7 Aplikasi Serat Polipropilena Tidak Terpintal
- Biaxially-Oriented Polypropylene
18
Gambar 1.8 Biaxially-Oriented Polypropylene
Berikut merupakan proses manufaktur dari BOPP dalam skema.
19
Teknologi yang digunakan dalam pembuatan polipropilena sangat beragam.
Salah satu perbedaan yang mendasar dari semua teknologi tersebut adalah pada
reaktor yang digunakan. Berikut adalah beberapa jenis reaktor yang digunakan
untuk membuat polipropilen:
Industri plastik merupakan sektor industri yang penting dan sangat terkait
dengan industri-industri lain. Pada tahun 2015 kekuatan industri plastik nasional
berjumlah 925 perusahaan yang memproduksi berbagai jenis produk dengan total
produksi sebesar 4,68 juta ton atau 82,6 persen dari total kapasitas terpasang sebesar
5,33 juta ton per tahun. Untuk dapat memproduksi sejumlah tersebut, dibutuhkan
bahan baku yang cukup banyak.
Pada tahun 2014 kebutuhan polipropilen sebagai bahan baku plastik dalam
negeri sebesar 1,51 juta ton. Dimana jumlah kebutuhan ini cenderung meningkat
20
sekitar 5% per tahun sehingga jumlah kebutuhan polipropilen dapat diperkirakan
sebagai berikut:
21
Sedangkan untuk tahun 2016, Indonesia harus mengimpor sebanyak
652.727.917 kg polipropilen. Berikut merupakan data jumlah impor barang pada
tahun 2016 termasuk polipropilen.
Jumlah Impor
Polipropilen
(kg/tahun)
652,727,917
279,377,535
157,520,409172,364,555228,675,336247,409,546
2009 2010 2011 2012 2013 2016
1 2 3 4 5 6
22
1.5.3. Kebutuhan Polipropilen Secara Global
Pada tahun 2016 kebutuhan polipropilen sebagai bahan baku plastik skala
dunia mencapai 65 MMT (Million Metric Tons). Jumlah kebutuhan polipropilena
terus meningkat setiap tahunnya dan kebutuhan terbesar berasal dari negara-negara
dalam benua Asia.
23
Gambar 1.13 Perkembangan Kebutuhan Global Polipropilena
(Sumber: IHS Chemical, 2014)
24
Sementara data-data mengenai kegiatan ekspor dan impor polipropilen di dunia
ditunjukkan melalui grafik berikut.
25
Selain pabrik Naphtha Cracker, CAP memiliki fasilitas produksi
Polyethylene dan Polypropylene yang terintegrasi yang menggabungkan dua
teknologi kelas dunia. Empat reaktor Unipol dengan lisensi dari Union Carbide:
satu reaktor mampu menghasilkan resin Linear Low dan High Density
Polyethylene; tiga reaktor lainnya mampu menghasilkan berbagai resin
Polypropylene.
Kapasitas produksi polipropilena: 470 ribu ton per tahun (Pasca penyelesaian
proses peningkatan kapasitas Naphta Cracker pada tahun 2016.)
26
VI, bila diperlukan kebutuhan Polytama akan bahan baku gas propilena dapat pula
dipenuhi dari pasokan dalam negeri lainnya atau dari bahan impor.
Kapasitas produksi polipropilena: 240.000 ton per tahun (berhenti beroperasi pada
2014.)
Pertamina Refinery Unit III merupakan salah satu dari 6 (enam) Refinery
Unit Pertamina dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak mentah
(crude oil) dan intermediate product (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long
residue, Raw PP) menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium, Kerosene,
Solar &Fuel Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX, LSWR), BBK
(Avtur, Pertalite, Pertamax, Pertamax Racing) dan produk lainnya seperti LSFO
dan Polipropilena (Polytam).
27
Tabel 1.11 Contoh Perusahaan Penghasil Polipropilena di Berbagai Negara
28
BAB 2
29
2.1.1 Persiapan Bahan Baku
a. Reaktor
Di dalam proses ini tidak semua gas-gas yang dimasukan tersebut akan
menjadi polipropilena, sehingga gas-gas yang tidak mengalami reaksi polimerisasi
didaur ulang ke dalam reaktor atau cycle gas. Kemudian, resin polipropilena masuk
ke Product Discharge System (PDS).
c. Product Receiver
Purge bin adalah tempat dimana untuk menetralisir sisa katalis dan ko-
katalis (TEAL) serta menghilangkan sisa-sisa gas yang masih terdapat didalam
resin.
30
e. Pelletizing System (Extruder/Pelletizer)
Silo dan bagging adalah sistem di mana pellet yang dihasilkan kemudian
dimasukan ke dalam silo untuk proses pengantongan produk. Dengan bantuan
tekanan udara, pellet ditransfer ke silo yang terbagi menjadi 2, yaitu aim silo dan
off spec silo. Polipropilena yang sesuai dengan spesifikasi dimasukan ke dalam aim
silo sedangkan yang tidak sesuai dimasukkan ke dalam off spec silo. Kemudian
produk di transfer ke bagging silo dan setelah itu dilakukan bagging atau
pengarungan.
2.1.2.1 Katalis
31
waktu tinggal reaksi, jenis katalis, laju deaktivasi katalis, dan kadar ko-katalis.
Produktivitas katalis akan naik jika waktu tunggal dalam reaktor semakin lama dan
laju deaktivasi katalis menurun.
b. LYNK 1010
2.1.2.2 Ko-Katalis
TEAL merupakan senyawa yang reaktif terhadap air dan udara, dan dapat
menyala secara spontan diudara. Produk dekomposisi TEAL cukup berbahaya,
dapat berupa oksida karbon, oksida alumunium, dan uap mudah terbakar yang
mengandung debu. Laju alir TEAL yang diumpankan ditentukan oleh rasio katalis
terhadap Ko-Katalis dalam reaktor.
32
b. Untuk mempermudah proses fabrikasi.
1. Antioksidan
5. Slip agent
33
2.2 Proses Pembuatan Propilena Berdasarkan Fasanya
34
karena itu, AP dipisahkan menggunakan kelarutannya dalam pelarut polimerisasi.
Tidak hanya proses ini rumit, tetapi juga beban biaya juga besar karena pemisahan
dan pemurnian alkohol dan air dalam jumlah sangat besar digunakan dalam
deashing dari pelarut yang dipulihkan.
Proses polimerisasi bulk juga disebut juga proses polimerisasi massa, dan
pelarut-pelarut seperti heksana dan heptana tidak digunakan. Proses ini merupakan
polimerisasi dari propilena cair. Proses ini bertujuan untuk menyederhanakan
proses dengan juga menggunakan monomer propilena sebagai pelarut. Oleh karena
tidak ada pelarut lain selain propilena cair yang digunakan, biaya energi untuk uap,
listrik, dll, yang diperlukan untuk memulihkan pelarut dapat sangat berkurang.
Kondisi operasi yang digunakan dalam proses polimerisasi bulk adalah suhu
antara 50-80 °C dan tekanan yang kira-kira mendekati tekanan uap propilena.
Tekanan ini dapat berubah-ubah tergantung suhu, tetapi ada di kisaran 2-4 MPa.
Oleh karena propilena cair digunakan untuk pelarut, reaksi polimerisasi
berlangsung cepat, dan waktu retensi dipersingkat. Oleh karena efisiensi volumetrik
sangat meningkat, ukuran reaktor untuk mendapatkan kapasitas produksi yang
sama bisa lebih kecil daripada secara konvensional. Namun, meskipun ada
produktivitas yang tinggi, luas permukaan penghilangan panas tidak cukup untuk
35
menghilangkan panas polimerisasi jika ukuran reaktor berkurang. Sehingga, dalam
kasus reaktor tangki berpengaduk, terdapat alat penukar panas eksternal khusus.
Polimerisasi fasa uap lebih rendah dalam segi kualitas karena tidak ada
proses untuk memisahkan produk sekunder AP yang berjumlah banyak, dan
produknya terbatas pada aplikasi khusus. Namun, dengan tidak adanya deashing
36
dan penghilangan AP karena peningkatan pesat dalam kinerja katalis, proses
mencapai penyederhanaan lebih lanjut.
Reaksi yang terjadi pada proses pembuatan PP terdiri dari 3 tahapan, yaitu:
inisiasi, propagasi, dan terminasi.
a. Inisiasi
Setelah katalis diaktifkan oleh ko-katalis membentuk radikal bebas Ti, maka
monomer propilen akan menyerang bagian aktif ini dan berkoordinasi dengan
logam transisi, selanjutnya ia menyisip antara metal dan grup alkil, sehingga
mulailah terbentuk rantai polipropilena.
37
Gambar 2.6 Reaksi di Inisiasi
(Sumber: Carrie Meiriza, 2012)
b. Propagasi
38
Gambar 2.8 Reaksi di Terminasi
(Sumber: Carrie Meiriza, 2012)
39
Gambar 2.9 Teknologi proses polipropilen awal
(Sumber: Karian, 2003)
Tingkat kebutuhan polipropilen semakin meningkat. Dengan meningkatnya
kebutuhan, maka industri membutuhkan pengembangan proses agar dapat
memenuhi kebutuhan massa yang semakin banyak. Proses produksi polipropilen
pertama kali dikembangkan melalui proses Hercules yang mana prosesnya
ditunjukkan pada skema proses dibawah ini.
40
Proses ini pada awalnya berdasarkan pada pengencer hidrokarbon untuk
membuat partikel polimer dalam fasa kristalin berubah menjadi suspensi dan
melarutkan fraksi polimer yang berbentuk tidak merata. Polimer kristalin kemusian
dipisahkan dari pelarut dengan metode filtrasi atau sentrifugasi dan kemudian
dikeringkan, sedangkan fraksi polimer tidak merata larut dalam pengencer dan
terpisah dengan pengencernya melalui penguapan. Sistem ini berjalan secara semi-
batch dengan pertama kali menambahkan pengencer, katalis, aluminium alkil, dan
kemudian umpan berupa propilen monomer dan hidrogen dialirkan secara kontinu
yang digunakan untuk mengendalikan berat molekulnya.
Proses ini kemudian dikembangkan seperti skema proses diatas dimana
tangki polimerisasi batch digantikan dengan tangki berpengaduk yang mengubah
proses ini secara umum menjadi proses polimerisasi yang kontinu. Tahapan awal
proses ini berada pada kondisi operasi tekanan rendah (5 bar) karena penggunaan
kerosin sebagai pelarut dan tidak adanya sistem recycle monomer. Adanya reaktor
pada akhir rangkaian tahapan awal proses ini mengakomodasi reaksi sebagian kecil
monomer residu yang membuat waktu tinggalnya lebih lama. Setelah proses
polimerisasi dan pembuangan gas, produk yang dihasilkan adalah bubur polimer.
Bubur polimer ini dicampur dengan alkohol dan kemudian dengan kaustik cair
untuk menetralisasi asam klorida yang dibentuk pada alcohol treatment. Fasa
larutan yang mengandung alkohol, air, dan produk netralisasi katalis, dipisahkan
dari fasa hidrokarbon. Polimer, yang disuspensi pada fasa hidrokarbon, dipisahkan
dari pengencer dan fraksi polimer tidak rata dengan metode filtrasi dan sentrifugasi.
41
ringkasnya proses ini akibat tidak adanya proses pembuangan ataktik dan kerusakan
katalis.
Meskipun pengembangan proses fasa gas intensif pada era yang sama
dengan pengembangan bulk process, proses fasa gas sudah diinisiasi oleh BASF
secara komersial pada akhir era 1960-an. Proses ini dinamai proses Novolen. Proses
42
Novolen menggunakan stirred-bed polymerizers yang berada pada kondisi operasi
diatas 20 bar dan berada pada rentang temperatur 70-90°C. Kondisi yang seragam
dijaga pada polymer bed dengan mekanisme mechanical mixing menggunakan
agitator helik dan terfokus di bagian bawah. Monomer yang tidak bereaksi
dikondensasi dan masuk ke sistem recycle untuk menghilangkan kalor yang
dihasilkan dari polimerisasi. Pengadukan mekanis membutuhkan resirkulasi gas
yang lebih minim daripada menggunakan mekanisme fluidisasi untuk
pencampuran. Pabrik ini awalnya hanya mengandung satu polymerizer untuk
produksi homopolimer, namun untuk produksi kopolimer, ditambahkan dua reaktor
seri yang mulai dikembangkan pada akhir era 1970-an. Seperti yang sudah
dinyatakan sebelumnya, proses ini tidak melibatkan separasi untuk polimer ataktik
atau penghilangan katalis, dengan kata lain, pabrik ini juga menerapkan konsep
tersebut. Apabila pada proses ini digunakan katalis generasi pertama, produk
polimer mengandung lebih banyak fraksi polimer ataktik daripada produk
utamanya yang efek lebih lanjutnya adalah produk memiliki kekokohan yang lebih
rendah. Sehingga, proses ini membutuhkan unit netralisasi residu katalis dan
penghilang klorida dengan reaksi menggunakan propilen oksida pada unit extruder.
43
BAB 3
PENGOLAHAN LIMBAH
Unit pengolahan limbah pada makalah ini diambil dari unit pengolahan
limbah PT Chandra Asri Petrochemicals, Tbk. Pada petrochemical plant, unit
pengolahan limbah bertugas untuk mengolah dan memantau limbah yang
dihasilkan seperti limbah padat, cair, dan gas supaya memenuhi peraturan
pemerintah dan tidak membahayakan lingkungan sekitar.
Limbah gas dihasilkan dari vent recovery unit, sistem reaksi, dan utilitas,
dikeluarkan secara kontinu dan intermittent yang kemudian dibakar pada flare.
44
Sistem flare mempunyai kapasitas sebanyak 1000 ton/hari. Flare selalu tetap dijaga
agar tetap beroperasi dengan memasang pilot burner dengan bahan baku propan
dari unit vent recovery system. Flare di PT Chandra Asri Petrochemicals, Tbk
terdiri dari dua jenis yaitu:
- Flare bertekanan tinggi yang ditujukan untuk membakar gas keluar dari
setiap pabrik dalam kompleks, fasilitas, dan prasarana, serta yang lainnya
dihasilkan dari low pressure storage.
- Flare bertekanan rendah yang ditujukan untuk membakar gas low pressure
storage.
Debu yang dihasilkan dari daerah proses yaitu butiran polypropylene dan
serbuk bahan aditif ditanggulangi dengan memasang dust collector pada sumber
pencemarannya.
Limbah pada yang berasal dari proses produksi polypropylene dapat berupa
trash, dusx, sweeping, dan gumpalan polypropylene yang bentuknya tidak beraturan
setelah dilelehakan. Sementara itu, dipasang pula saringan air yang berfungsi untuk
menyaring limbah padat propylene terbawa ke laut. Limbah pada ini dapat berupa
kantong plastik, drum bekas katalis, dan drum bekas aditif.
Limbah cair yang diasilkan adalah berupa propana yang merupakan hasil
bawah dari menara destilasi, air yang berasal dari limbah domestik maupun limbah
proses. Propana dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan limbah cair
45
lain harus mengalami beberapa proses terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan.
a. Bak penampung 1
Limbah cair ditampung dalam bak penampung 1. Terjadi proses pemisahan antara
air dengan oli-oli bekas. Limbah dipisahkan dvngan cara settling berdasarkan
perbedaan densitas antara oli dengan air. Oli yang tidak larut dalam air dan memiliki
densitas lebih kecil akan berada di ats, sedangkan air yang berada di bagianbawah
akan dialirkan ke tangki netralizer.
b. Tangki Netralizer
Limbah cair dimasukkan ke tangki netralizer untuk menetralkan pH. Tahap ini
bertujuan agar pH netral sehingga tidak mengganggu lingkungan dan juga dapat
mempermudah proses pengendapan. Penetralan pH dilakukan dengan cara
penambahan Na2CO3/H2SO4.
c. Tangki Koagulasi
Pada tahap ini tejadi proses koagulasi dngan mnambahakan koagulan Alumunium
Sulfat (tawas). Koagulan akan mngikat paritkel-partikel halus untuk membntuk
flok-flok yang mampu mengendap.
d. Tangki Flokulasi
Pada tahap ini terjadi pengendapan agregat. Endapan kvmudian ditampung di bak
penampung 2.
f. Bak Penampung 2
Berfungsi untuk menampung endapan yang telah dipisahkan dari cairannya pada
clarifier 1.
46
Terjadi proses penguraian partikel atau senyawa- senyawa yang ada dalam cairan
oleh bakteri aerob. Ditambahkan natrium fosfat sebagai nutrient untuk
kelangsungan hidup bakteri tvrse
Hasil penguraian senyawa oleh bakteri aerob yang terbvntuk di bak activated sludge
dipisahkan dengan air.
i. Bak Penampung 3
j. Bak Penampung 4
47
BAB 4
KESIMPULAN
Dari hal-hal yang telah dibahas di atas, kami dapat menarik beberapa
kesimpulan, diantaranya:
48
REFERENSI
Colin White, "Baby Diapers and Training Pants", Nonwovens Industry, 30, Jan.
1999, 26-39.
Dana Aditiasari. 2016. Pabrik Baru Chandra Asri Beroperasi, Produksi Meningkat
43%. [ONLINE] Available at: https://finance.detik.com/industri/d-
3126592/pabrik-baru-chandra-asri-beroperasi-produksi-meningkat-43.
[Accessed 1 March 2017].
Gilmore, T.F. Danis, H.A. and. Batra, S.K. " Thermal Bonding of Nonwoven
Fabrics", Textile Progress. 26(2), p24-32, (1995).
Graham T.W, and Solomon. 1984, Kimia Organik, Third edition, New York, Jhon
Willey and Sons.
Hardum, S Edi. 2015. Pemerintah Beri Insentif Bea Masuk Bahan Baku Industri
Plastik. [online] http://www.beritasatu.com/ekonomi/252625-pemerintah-
49
beri-insentif-bea-masuk-bahan-baku-industri-plastik.html diakses Februari
2017
Supriadi, Agus. 2016. Tumbuh 5%, Industri Plastik dan Petrokimia Lesu di Kuartal
3. [online] http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161003112045-92-
50
162892/tumbuh-5-industri-plastik-dan-petrokimia-lesu-di-kuartal-3/
diakses Februari 2017
http://www.dow.com/polyethylene/na/en/fab/film/bopp.htm
https://www.sec.gov/Archives/edgar/data/1523733/000104746912005401/a22094
06z424b4.htm
51