1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 22, No. 1, 2007, 71 – 21

STUDI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROYEK


PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN-REHABILITASI
DAN REKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS (P2KP-REKOMPAK)
DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

Sri Haryani
Anggota Ombudsman Swasta DIY

Imam Subkhan
Asisten Ombudsman Swasta DIY

ABSTRACT

Urban Poverty Eradication - Community Settlement Rehabilitation and Reconstruction


Program (P2KP-REKOMPAK) was a World Bank funded project having aim to perform
settlement reconstruction and rehabilitation of earthquake victim in Central Java and
Yogyakarta. Through the project it will be built houses amount 4.080 units. The purpose of
the project is not merely building houses, but it more to improve people consciousness to
develop their community together by themselves. The research attempts to assess the
effectiveness of the project implementation that was observed in four aspects i.e. target,
institution, house building, and administration – finance. The research was conducted
from December 15, 2006 to January 15, 2007 in 15 villages in Bantul District by survey
method. In each village, were elected randomly three respondents consist of one represent
BKM and two KSMP. Meanwhile, the villages of sample location was determined
purposively that based on the most poverty house damaged. Instruments were used in the
research consists of questioner and interview. Interview was performed to relevant parties
with the project, i.e. village chief, facilitator, field coordinator and DMC Team Leader
who have responsible for implementation of the project in Yogyakarta. In general, the
research result showed that P2KP-REKOMPAK project implementation was effective in
all aspect. Even though the aim to empowering community yet to be caused by dominant
role of BKM and the function of people meeting (achieved) was not optimal.
Keywords: effectiveness, settlement, earthquake, reconstruction, rehabilitation

PENDAHULUAN cepat yang dilakukan oleh Bappenas, jumlah


rumah yang mengalami kerusakan sebanyak
1. Latar Belakang 388.758 unit, termasuk 187.474 unit
diantaranya roboh. Dari jumlah ini nilai
Bencana gempa bumi yang terjadi pada
kerusakan dan kerugian ditaksir mencapai Rp.
tanggal 27 Mei 2006 di Provinsi DIY dan
29,1 triliun atau sekitar US$3,1.
Jateng telah membawa dampak kerusakan
yang sangat besar, terutama bagi permukiman Akibat kerusakan rumah itu, ratusan ribu
dan perumahan penduduk. Hasil penilaian penduduk di Provinsi DIY hidup di tenda
72 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

pengungsian maupun yang mereka buat KSMP (Kelompok Swadaya Masyarakat


sendiri. Berbagai pihak baik pemerintah, Perumahan) yang jumlah anggotanya berkisar
swasta maupun lembaga donor berupaya antara 10-15 orang. Program pembangunan
memberikan kontribusi masing-masing untuk rumah yang dilakukan oleh KSMP ini
terlibat dalam proses rekonstruksi dan kemudian diberi nama P2KP-REKOMPAK
rehabilitasi rumah penduduk korban gempa. atau P2KP untuk Rehabilitasi, Rekonstruksi
Salah satu inisiasi dan kontribusi itu dilakukan Masyarakat dan Permukiman Berbasis
oleh P2KP (Proyek Penanggulangan Komunitas.
Kemiskinan Perkotaan) yang telah ada di Program P2KP-REKOMPAK yang sudah
Yogyakarta sejak tahun 1999 melalui program dirintis sejak bulan Juni 2006 di Provinsi DIY
P2KP Peduli. Melalui P2KP Peduli inilah punya target untuk membangun rumah
kemudian dana BLM (Bantuan Langsung sebanyak 4.080 unit. Pembangunan ini
Masyarakat) untuk membangun perumahan dilakukan secara bertahan. Tahap pertama atau
dikucurkan yang difasilitasi oleh BKM (Badan siklus I dibangun sebanyak 15 rumah untuk
Keswadayaan Masyarakat) dan didampingi setiap kelurahan. Sementara pada tahap kedua
oleh KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) atau siklus II jumlah rumah yang dibangun
Yogyakarta1 dan tim di bawahnya. setiap kelurahan berbeda-beda tergantung
Penerima bantuan P2KP Peduli ini tidak kebutuhan. Khusus di Kabupaten Bantul
diperkenankan menerima bantuan dari pihak jumlah rumah yang berhasil dibangun dalam
lain dalam konteks yang sama. Bahkan ada siklus I mencapai 606 unit, sedangkan pada
satu desa di Bantul yang ditunda penerimaan siklus II direncanakan mencapai 1.723 unit
bantuan P2KP, karena mereka tidak yang semuanya tersebar di 43 kelurahan dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. 16 kecamatan. Nilai bantuan untuk setiap
Kriteria penerima bantuan adalah desa yang rumah disesuaikan dengan ketetapan
merupakan binaan P2KP, mempunyai Badan pemerintah yaitu Rp. 20 juta.
Keswadayaan Masyarakat (BKM), tingkat Konsep dasar P2KP-REKOMPAK adalah
kerusakan rumah di atas 15 orang milik pemulihan kondisi masyarakat pascabencana
keluarga miskin dan lain-lain. Masing-masing gempa bumi dengan menggunakan pendekatan
desa mendapatkan bantuan Rp 500 juta. Uang pemberdayaan masyarakat (community based).
tersebut terdiri dari Rp 300 juta untuk Sehingga masyarakat setempat yang
pembangunan perumahan dan Rp 200 juta menentukan melalui musyawarah, rumah
untuk membangun lingkungan desa atau warga siapa yang harus didahulukan atau
infrastruktur. Selanjutnya, pemilihan orang mendapat prioritas untuk dibangun melalui
yang diberi bantuan perumahan diserahkan dana P2KP peduli agar tidak menimbulkan
kepada masing-masing desa yang menerima kecemburuan sosial.
bantuan P2KP berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Ada empat strategi yang diterapkan dalam
pembangunan rumah berbasis komunitas ini.
Dana BLM Perumahan ini disalurkan Pertama, penguatan untuk pengembangan
kepada masyarakat korban bencana yang nilai-nilai universal kemasyarakatan dan
rumahnya roboh dan memenuhi kriteria yang kemanusiaan. Kedua, pembangunan bertumpu
ditentukan oleh P2KP. Masyarakat yang pada kelompok. Ketiga, penguatan peran
menerima BLM Perumahan kemudian pemerintah di tingkat kota/kabupaten dalam
mengorganisasikan dirinya dalam bentuk rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan dan
1
permukiman. Keempat, penguatan peran para
Dalam proses selanjutnya tugas ini dilimpahkan kepada pihak lain. Rehabilitasi dan rekonstruksi itu
tim khusus yang disebut DMC (Distric Management
Consultant) bertumpu pada kelompok masyarakat yang
2007 Haryani & Subkhan 73

melaksanakan dan mengorganisir diri atas c. Menelaah aspek kepesertaan penerima


ikatan pemersatu. Antara lain, kesamaan BLM perumahan melalui P2KP-
kepentingan dan kebutuhan, kesamaan REKOMPAK
kegiatan, dan kesamaan domisili yang d. Menelaah sistem administrasi dan
mengarahkan pada upaya mendorong tumbuh manajemen keuangan BLM perumahan
berkembangnya kapital sosial. dalam P2KP-REKOMPAK
Selama ini program P2KP-REKOMPAK
dianggap oleh berbagai pihak cukup berhasil 4. Manfaat Penelitian
untuk membangun partisipasi warga dalam
Penelitian ini diharapkan akan membe-
membangun rumah mereka secara mandiri dan
rikan manfaat bagi para pengambil kebijakan
gotong royong. Tujuan dari P2KP-
khususnya mereka yang terlibat dalam P2KP-
REKOMPAK ini memang bukan sekadar
REKOMPAK untuk meningkatkan efektivitas
membangun rumah, namun lebih jauh adalah
program serupa di masa mendatang. Di sisi
membangun kesadaran warga untuk mandiri
lain, temuan penelitian ini juga akan
membangun kembali komunitasnya secara
memberikan kontribusi bagi proses pembela-
bersama-sama. Penelitian ini berupaya melihat
jaran pembangunan perumahan berbasis
sejauh mana efektivitas program P2KP-
komunitas, terutama di daerah yang baru
REKOMPAK, khususnya di Kabupaten
mengalami bencana gempa bumi.
Bantul yang mengalami kerusakan paling
parah akibat bencana gempa bumi.
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA
KONSEPTUAL
2. Rumusan Masalah
1. Mendefinisikan Efektivitas
Masalah utama yang diajukan dalam
penelitian ini adalah bagaimana efektivitas Pada dasarnya pengertian efektivitas
pelaksanaan proyek penanggulangan kemis- secara umum merujuk pada taraf tercapainya
kinan perkotaan untuk rehabilitasi dan hasil. Istilah ini kerap dikaitkan dan disalaha-
rekonstruksi masyarakat dan permukiman rtikan dengan pengertian efisiensi. Padahal
(P2KP-REKOMPAK) di Kabupaten Bantul? kedua istilah ini memiliki perbedaan makna
Efektivitas ini dilihat dari aspek kelembagaan yang mendasar. Pengertian efektivitas mene-
KSMP, kepesertaan, pembangunan peru- kankan pada hasil yang dicapai, sedangkan
mahan, sistem administrasi dan manajemen efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara
keuangan. mencapai hasil yang dicapai itu dengan
membandingkan antara input dan outputnya.
3. Tujuan Istilah efektif (effective) dan efisien
Tujuan umum dari penelitian ini adalah (efficient) merupakan dua istilah yang saling
untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan berkaitan dan patut dipahami dengan benar
P2KP-REKOMPAK di tingkat BKM dan dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu
KSMP. Dari tujuan umum ini kemudian sebuah proyek, atau secara lebih luas tujuan
dirinci ke dalam 4 tujuan khusus, yaitu: sebuah organisasi. Banyak ahli yang telah
memberikan pengertian secara jelas tentang
a. Mengaji aspek kelembagaan KSMP dalam efektivitas dan efisiensi. Menurut Chester I.
pelaksanaan P2KP-REKOMPAK Barnard dalam Kebijakan Kinerja Karyawan
b. Menelaah aspek pembangunan perumahan (Prawirosentono, 1999 : 27), menjelaskan
dalam P2KP-REKOMPAK bahwa arti efektif dan efisien adalah sebagai
berikut :
74 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

“When a specific desired end is attained biaya tinggi. Tetapi yang paling parah adalah
we shall say that the action is effective. tidak efisien dan tidak efektif, artinya ada
When the unsought consequences of the pemborosan atau penghambur-hamburan
action are more important than the sumber daya tanpa mencapai sasaran. Efisien
attainment of the desired end and are harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat
dissatisfactory, effective action, we shall diukur (measurable), sedangkan efektif
say, it is inefficient. When the unsought mengandung pula pengertian kualitatif.
consequences are unimportant or trivial, Efektif lebih mengarah ke pencapaian
the action is efficient. Accordingly, we sasaran. Efisien dalam menggunakan masukan
shall say that an action is effective if it (input) akan menghasilkan produktivitas
specific objective aim. It is efficient if it tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap
satisfies the motives of the aim, whatever it organisasi apapun bidang kegiatannya. Hal
is effective or not”. yang paling rawan adalah apabila efisiensi
Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah selalu diartikan sebagai penghematan, karena
kegiatan tersebut adalah efektif apabila tujuan bisa mengganggu operasi, sehingga pada
dari kegiatan itu akhirnya dapat dicapai. gilirannya akan mempengaruhi hasil akhir,
Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari karena sasarannya tidak tercapai dan
kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting produktivitasnya juga tidak setinggi yang
dibandingkan dengan hasil yang dicapai diharapkan.
sehingga mengakibatkan ketidakpuasan Penghematan sebenarnya hanya sebagian
meskipun efektif, kegiatan tersebut dapat dari efisiensi. Persepsi yang tidak tepat
dikatakan tidak efisien. Sebaliknya bila akibat mengenai efisiensi dengan menganggap
yang tidak dicari-cari dari kegiatan itu semata-mata sebagai penghematan sama
mempunyai nilai tidak penting atau remeh, halnya dengan penghayatan yang tidak tepat
maka kegiatan tersebut efisien. Dengan mengenai Cost Reduction Program (Program
demikian kita dapat mengatakan sesuatu Pengurangan Biaya), yang sebaiknya dipan-
efektif bila mencapai tujuan tertentu. dang sebagai Cost Improvement Program
Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan (Program Perbaikan Biaya) berarti mengefek-
motif tujuan, terlepas apakah efektif atau tifkan biaya. Efektif dikaitkan dengan
tidak. kepemimpinan (leadership) yang menentukan
Menurut Peter Drucker dalam Menuju hal-hal apa yang harus dicapai (what are the
SDM Berdaya (Atmosoeprapto, 2002 : 139), things to be accomplished), sedangkan efisien
menyatakan : “doing the right things is more dikaitkan dengan manajemen, yang mengukur
important than doing the things right” bagaimana sesuatu dapat dilakukan sebaik-
Selanjutnya dijelaskan bahwa: “effectiveness baiknya (how can certain things be best
is to do the right things : while efficiency is to accomplished).
do the things right”. Atau juga “effectiveness
means how far we achieve the goal and 2. Efektivitas P2KP-REKOMPAK
efficiency means how do we mix various P2KP-REKOMPAK merupakan respon
resources properly” kepedulian P2KP sebagai sebuah program
Efisien tetapi tidak efektif berarti dalam yang mengkhususkan pada pemberdayaan
memanfaatkan sumber daya (input) baik, masyarakat miskin untuk terlibat dalam proses
tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
efektif tetapi tidak efisien berarti dalam gempa bumi di Provinsi DIY dan Jawa
mencapai sasaran menggunakan sumber daya Tengah. Jauh sebelum bencana gempa bumi
berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi melanda Yogyakarta dan sebagian Jawa
2007 Haryani & Subkhan 75

Tengah, P2KP telah beroperasi melakukan ekonomi masyarakat miskin korban gempa
program-program pemberdayaan. Program- adalah memulihkan permukiman. Dalam kon-
program penanggulangan kemiskinan P2KP teks inilah P2KP-REKOMPAK atau yang
diorientasikan pada peningkatan kapasitas dulu disebut sebagai P2KP Peduli hadir di
masyarakat sehingga mereka mampu lokasi yang terkena dampak bencana gempa
membangun ekonomi keluarga secara mandiri. bumi guna memfasilitasi masyarakat memba-
Program penanggulangan kemiskinan itu ngun permukiman mereka yang runtuh.
diwujudkan dalam 3 bentuk, yaitu Unit Pendekatan yang digunakan dalam P2KP-
Pengelolaan Lingkungan (UPL), Unit Penge- REKOMPOK secara normatif mengacu pada
lolaan Keuangan (UPK) dan Unit Pengelolaan jiwa dan ruh P2KP yaitu partisipasi dan
Sosial (UPS). Salah satu keunggulan P2KP pemberdayaan masyarakat miskin di tingkat
adalah program ini dikembangkan dengan bawah. Rehabilitasi dan rekonstruksi permu-
melibatkan masyarakat sebagai agen utama. kiman ini disebut berbasis komunitas.
Dalam bahasa yang lebih populer dikenal Sedangkan yang dimaksud partisipasi di sini
sebagai community based program. Maka dari adalah keterlibatan aktif masyarakat miskin
itu dalam P2KP peran birokrasi dan fasilitator dalam semua tahapan atau kegiatan program
diminimalisir. Sebaliknya peran BKM (Badan sejak perencanaan hingga monitoring dan
Keswadayaan Masyarakat) sebagai repre- evaluasi. Adapun tahapan pelaksanaan
sentasi kelembagaan masyarakat di tingkat program ini terlukiskan pada Bagan 1.
lokal diberdayakan sebaik mungkin. Delapan kegiatan pada Bagan 1, masing-
Bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan masing dikategorikan dalam tiga tahapan
oleh P2KP sangat beragam tergantung dari utama, yaitu: Tahap I, yaitu penyiapan
masing-masing unit. Namun dari berbagai masyarakat terdiri dari kegiatan 1 dan 2,
program itu yang paling menonjol adalah dana Tahap II, yaitu perencanaan masyarakat terdiri
bergulir bagi kelompok usaha miskin. Sistem dari kegiatan 3,4,5 dan 6, terakhir Tahap III,
yang dibangun dalam dana bergulir ini adalah yaitu pelaksanaan terdiri dari kegiatan 7 dan 8.
tanggung renteng. Dengan demikian setiap Di luar 8 kegiatan ini sebenarnya ada kegiatan
individu dalam kelompok punya tanggung yang selalu melekat pada setiap kegiatan yaitu
jawab untuk mengembalikan dana pinjaman monitoring dan evaluasi.
itu yang selanjutnya akan digulirkan untuk Dalam pelaksanaan program ini ada empat
kelompok usaha miskin lainnya. Modal awal stakeholder utama yang terlibat, yaitu BKM,
dana bergulir yang dialokasikan oleh pemerintah, KSMP dan DMC. BKM meru-
pemerintah melalui P2KP ini sangat bervariasi pakan institusi lokal yang merepresentasikan
disesuaikan dengan kondisi demografis dan masyarakat yang biasanya diduduki oleh
sosial ekonomi. Di Kabupaten Bantul kisaran tokoh formal dan informal masyarakat. BKM
dana awalnya mulai dari Rp. 100 juta sampai inilah yang selama ini bertanggung jawab dan
dengan Rp. 500 juta. melaksanakan program P2KP reguler. Sedang-
Kelompok yang mengalami dampak kan dalam konteks P2KP-REKOMPAK BKM
terberat akibat bencana gempa bumi salah sebenarnya lebih berfungsi sebagai fasilitator
satunya adalah kelompok miskin yang selama dan mediator. Aktor pemerintah yang terlibat
ini menjadi sasaran P2KP. Mereka bukan dalam program ini adalah pemerintah desa
hanya kehilangan saudara dan tetangga, atau kelurahan. Fungsi mereka sebenarnya
namun juga mengalami kelumpuhan akses lebih pada koordinasi karena program ini
sumber daya ekonomi karena sumber daya dan dilaksanakan di wilayah desa dan bersentuhan
kapital yang mereka miliki ikut hancur. Salah langsung dengan penduduk desa.
satu prasyarat terpenting untuk membangun
76 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

5. Pembentukan
4. Rencana
KSMP dan Bengkel
Program
Konstruksi
Prioritas
Rehab
3. Survei KebutuhanRumah dan
Program
Prioritas Rumah dan 6. Pengajuan dan
Program DaruratDarurat Administrasi
Penyaluran Dana
Bantuan

7. Pencairan BLM
2. Rembug Kesiapan Perumahan dan
Masyarakat BLM Prasarana

8. Pelaksanaan
1. Konsolidasi BKM
Pembangunan
dan Lurah

Bagan 1. Tahapan Kegiatan P2KP-REKOMPAK

DMC atau Distric Management Consul- rekonstruksi rumahnya secara bersama-sama,


tant merupakan organ di tingkat provinsi yang bergotong-royong untuk mengatasi permasa-
bertangggung jawab atas pelaksanaan P2KP- lahannya. Mereka merupakan kelompok
REKOMPAK ini. DMC ini membawahi sasaran P2KP-REKOMPAK yang mendapat-
koordinator lapangan di tingkat kabupaten dan kan bantuan perumahan. KSMP inilah yang
tim fasilitator yang ada di tingkat desa atau menjadi subjek dan aktor utama dalam P2KP-
kelurahan. Dalam melaksanakan program ini, REKOMPAK ini. Oleh karena itu keber-
koordinator lapangan didukung berbagai tim hasilan pencapaian tujuan atau efektivitas
ahli antara lain, tim ahli monitoring dan P2KP-REKOMPAK sangat tergantung pada
evaluasi, pelatihan dan pengaduan, housing, kemampuan KSMP mengimplementasikan
struktur gempa, infrastruktur dan administrasi P2KP-REKOMPAK sejak perencanaan,
keuangan. Sementara tim fasilitator terdiri dari pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Namun
fasilitator teknik, community development dan demikian keberhasilan KSMP ini hanyalah
sosial-ekonomi yang dikoordinasikan oleh salah satu variabel keberhasilan P2KP-
senior fasilitator (SF). Para fasilitator inilah REKOMPAK secara keseluruhan.
yang mendampingi dan mengawal secara Secara umum keberhasilan pencapaian
langsung implementasi P2KP-REKOMPAK tujuan P2KP-REKOMPAK ditentukan oleh
yang dilaksanakan oleh KSMP. keberhasilan empat aspek utama, yaitu aspek
KSMP atau Kelompok Swadaya Masya- sasaran, aspek pembangunan perumahan,
rakat Perumahan adalah kelompok masyarakat aspek kelembagaan dan aspek administrasi
korban gempa yang mengorganisir dirinya keuangan. Secara konseptual empat aspek
agar dapat melaksanakan rehabilitasi dan utama ini dijabarkan dalam Bagan 2.
2007 Haryani & Subkhan 77

Efektivitas P2KP-
REKOMPAK

Aspek Aspek Aspek


Aspek Sasaran Pembangunan Administrasi dan
Kelembagaan
Rumah Keuangan

 Mekanisme  Pemahaman  Perencanaan  Mekanisme


Penentuan Tujuan, Fungsi partisipatif; Pembayaran;
Sasaran; dan Tugas  Manajemen  Transparansi dan
 Pemenuhan KSMP; mutu; Akuntabilitas
Kriteria Sasaran  Proses  Partisipasi dan penggunaan
pembentukan; swadaya dana;
 Hubungan masyarakat;  Sistem
dengan aktor lain  Monev Pelaporan;
 Monev

Bagan 2. Kerangka Konseptual


METODOLOGI 2. Variabel/Fokus Penelitian
a. Aspek Sasaran
1. Ruang Lingkup Studi
 Mekanisme penentuan penerima BLM
Lingkup studi ini meliputi tiga institusi Perumahan
yang terlibat langsung dalam pengelolaan dan
penggunaan BLM perumahan dalam P2KP-  Kriteria penerimaan BLM yang
REKOMPAK yaitu: digunakan
a. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)  Keterlibatan stakeholders terkait dalam
sebagai institusi masyarakat yang penentuan BLM Perumahan
memfasilitasi terbentuknya KSMP b. Aspek Kelembagaan
b. KSMP (Kelompok Swadaya Masyarakat  Tujuan, fungsi dan tugas pokok KSMP
Perumahan) sebagai kelompok penerima
 Mekanisme Pembentukan KSMP
BLMP (Bantuan Langsung Masyarakat
(Kelompok Swadaya Masyarakat
Perumahan) untuk cross check data dan
Perumahan)
informasi dari BKM
 Peran, aktor dan organisasi KSMP
c. Tim DMC (Distric Management Consul-
dalam pelaksanaan P2KP-
tant) D.I.Yogyakarta yang mencakup
REKOMPAK
Team Leader, Korlap dan Fasilitator
P2KP-REKOMPAK di Kabupaten Bantul.  Relasi antara KSMP dengan BKM
(Badan Keswadayaan Masyarakat)
78 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

c. Aspek Pembangunan Perumahan Tabel 1. Daftar Lokasi Pengambilan Sampel


 Mekanisme perencanaan pembangunan Penelitian
perumahan secara partisipatif Kecamatan Kelurahan
 Aktor dan keterlibatan/peran dalam Kasihan Tirtonirmolo
pembangunan perumahan Sedayu Argorejo
 Manajemen mutu perumahan tahan Bambanglipuro Mulyodadi
gempa Pundong Seloharjo
 Swadaya masyarakat dalam pemba- Kretek Donotirto
ngunan rumah Sanden Murtigading
d. Aspek Sistem Administrasi dan Manajemen Srandakan Poncosari
Keuangan Sewon Pendowoharjo
 Sumber dan Alokasi Dana serta Imogiri Sriharjo
Mekanisme Pembayaran Jetis Trimulyo
Bantul Palbapang
 Pemenuhan Prinsip Transparansi dan
Pandak Gilangharjo
Akuntabilitas dalam penggunaan dana
Banguntapan Jambidan
 Sistem Pelaporan Piyungan Sitimulyo
Pleret Pleret
3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh 4. Teknik Pengambilan Data
BKM dan KSMP yang ada di Kabupaten
Ada dua jenis data yang dikumpulkan
Bantul. Berdasarkan data dari DMC (Distric
dalam penelitian ini, yaitu:
Consultan Management) Program
REKOMPAK Provinsi DIY di Kabupaten a. Data primer yang diambil melalui survei
Bantul ada 43 BKM yang tersebar di 15 dengan menggunakan instrumen kuesioner
Kecamatan. Sedangkan jumlah KSMP di dan wawancara mendalam terhadap pihak-
Kabupaten Bantul ada 103 yang tersebar di 43 pihak yang terkait
kelurahan. Sampel BKM dipilih secara b. Data sekunder yang dikumpulkan melalui
purposif dengan mendasarkan pada kelurahan koleksi media, arsip, dokumen dan
yang menjadi lokasi P2KP-REKOMPAK yang referensi yang terkait dengan penelitian
memiliki jumlah rumah roboh miskin ini. Data-data di atas diperoleh melalui
terbanyak. Sedangkan sampel KSMP dipilih instansi dan atau lembaga yang relevan
masing-masing BKM 2 yang merepresen- dan punya keterkaitan dengan tema
tasikan KSMP Siklus I dan Siklus II. Terhadap penelitian ini.
BKM yang tidak ada program REKOMPAK
untuk Siklus II maka sampel KSMP cukup 5. Analisis Data
satu. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Data kuantitatif yang sudah terkumpul
kualitatif dan kuantitatif dengan mengum-
melalui survei akan ditabulasi dan dideskrip-
pulkan data primer dan data sekunder dari
sikan dengan dukungan data kuantitatif.
responden, informan dan pihak-pihak terkait
Dengan demikian temuan survei akan diper-
seperti KSMP, BKM, Faskel, Korkab, DMC,
dalam dan dijelaskan secara lebih kompre-
dan KMW yang ada di Kabupaten Bantul dan
hensif melalui data-data hasil wawancara
Provinsi DIY. Adapun lokasi KSMP dan
mendalam.
BKM yang terpilih menjadi responden adalah
sebagai berikut:
2007 Haryani & Subkhan 79

6. Waktu dan Tempat Penelitian kriteria sasaran penerima BLM-P antara lain:
Penelitian ini akan dilaksanakan pada miskin; rumah roboh; janda; punya
bulan Desember 2006. Adapun tempat tanggungan anak banyak; belum mendapatkan
penelitian berada di Kabupaten Bantul. bantuan rumah; dan seterusnya.
Sosialisasi kriteria ini biasanya dilakukan
HASIL PENELITIAN DAN bersamaan dengan rembug warga atau rembug
PEMBAHASAN kesiapan masyarakat yang dihadiri oleh
anggota BKM, tokoh masyarakat, aparat dan
1. Aspek Sasaran
lembaga desa. Dalam rembug warga ini pula
Aspek sasaran yang dimaksudkan di sini dilakukan pengajuan nama-nama calon
adalah aspek kelompok sasaran penerima sasaran yang layak mendapatkan bantuan.
Bantuan Langsung Masyarakat Perumahan Setelah ada daftar nama calon sasaran baru
(BLM-P). Dalam petunjuk teknis yang dilakukan survei. Hampir semua responden
disosialisasikan oleh Tim DMC dinyatakan penerima bantuan, yaitu 93 persen mengaku
bahwa sasaran penerima BLM-P harus pernah di survei.
memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Secara teknis tahapan paling Grafik 2. Survei Calon Penerima BLM
awal dalam penentuan sasaran program ini Perumahan
adalah sosialisasi kriteria sasaran. Sosialisasi 7%
ini dilakukan oleh fasilitator kelurahan yang
ditunjuk oleh Koordinator Lapangan (Korlap).
Dalam sosialisasi ini tidak semua warga serta
merta mau menerima bantuan.

Grafik 1. Sosialisasi Kriteria Sasaran


93%
Pernah Disurvei
27% Tidak Pernah Disurvei

Kegiatan survei ini sangat penting dilaku-


kan untuk memastikan bahwa calon penerima
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
73% Namun begitu tetap saja masih dijumpai di
lapangan adanya penunjukan langsung, tanpa
Mendapat Informasi survei terhadap penerima bantuan dengan
mengabaikan kriteria yang telah ditetapkan.
Tidak Mendapat Informasi
Kalaupun ada survei sifatnya hanya
formalitas, bukan benar-benar dijadikan dasar
Berdasarkan data survei terlihat bahwa 73 dalam menentukan kelayakan calon penerima
persen responden mengaku mendapatkan bantuan. Padahal idealnya disamping berda-
informasi dan sosialisasi kriteria sasaran sarkan survei pada akhirnya penentu utama
penerima bantuan BLM-P. Sementara ada 27 penerima bantuan adalah rembug warga.
persen responden yang merasa tidak
mendapatkan informasi sosialisasi kriteria ini.
Hampir semua responden yang mendapatkan
sosialisasi dapat menyebutkan secara rinci
80 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

Grafik 3. Penentu Penerima BLM


menjadi 15 orang sesuai jatah P2KP-
Perumahan REKOMPAK siklus I.
100

80 Grafik 4. Penerima Bantuan


Tidak Sesuai Kriteria
Prosentase

60
7%
40
22 22 23
20 17
13
4
0

Rembug BKM Peme- Fasili Kadus Tidak


Warga rintah tator /RT Tahu
Desa
Ada 93%
Selain melalui rembug warga, ternyata
Tidak Ada
banyak aktor yang berperan dalam
menentukan penerima BLM-P antara lain
BKM, pemerintah desa, fasilitator, kepala Tidak semua penerima bantuan memenuhi
dusun dan ketua RT. Dari grafik di atas kriteria yang telah ditetapkan. Namun
terlihat bahwa posisi kepala dusun dan RT demikian jumlah mereka hanya 7 persen dari
punya peran yang paling kuat, yaitu 23 persen total responden. Ada tiga hal utama yang
dalam menentukan siapa yang berhak menyebabkan mereka tidak memenuhi
menerima bantuan. Ini dapat dipahami karena kriteria, yaitu bukan masuk kategori miskin,
kepala dusun dan RT lah yang paling rumah mereka tidak roboh dan telah
mengetahui kondisi sosial ekonomi warganya. mendapatkan bantuan dari pihak lain seperti
Peran BKM relatif sepadan dengan rembug POKMAS. Sebagian besar kelompok yang
warga masing-masing 22 persen kemudian di tidak memenuhi kriteria ini adalah kelompok
susul pemerintah desa sebesar 17 persen, dan penerima bantuan siklus II.
fasilitator yang hanya 13 persen. Fasilitator Ketidaktepatan penerima bantuan ini juga
tetap memiliki peran penting terutama dalam diakui oleh fasilitator. Kriteria rumah roboh
mengawal proses penentuan agar sesuai miskin tidak dapat lagi diterapkan secara kaku
dengan mekanisme yang telah ditetapkan. karena sebagian besar mereka telah menerima
Di salah satu kelurahan proses penentuan bantuan dari dana rekonstruksi pemerintah
sasaran penerima bantuan dilakukan secara melalui skema POKMAS. Di sisi lain jumlah
terbuka. Mekanisme penentuan sasaran diin- bantuan P2KP-REKOMPAK untuk siklus II
formasikan secara terbuka yang dipampang di lebih banyak dibandingkan dengan siklus I
kantor kelurahan sehingga setiap warga dapat yang jumlahnya merata sebanyak 15 rumah
mengetahuinya. Namun demikian kriteria tiap desa. Oleh karena itu kriteria yang dipakai
sasaran tidak diinformasikan secara terbuka. mulai dilonggarkan pada mereka yang belum
“Kami belum berani menginformasikan ikut POKMAS dan relatif miskin. Beberapa
kriteria sasaran, takut dimanfaatkan oleh penerima bantuan yang tidak memenuhi
provokator”, kata Pak Lurah. Cara ini terbukti kriteria diindikasikan memiliki hubungan
ampuh dalam meredam konflik dan protes dari kekerabatan dengan aktor yang punya peran
masyarakat, meskipun prosesnya agak pan- sentral dalam menentukan siapa saja yang
jang. Dari 94 orang yang awalnya layak berhak menerima bantuan seperti ketua atau
menerima bantuan berhasil mereka susutkan anggota BKM, Kadus atau RT atau aparat
desa. “Kami hanya diberi formulir pendaftaran
2007 Haryani & Subkhan 81

oleh Pak Lik yang kebetulan menjadi kadus, gotong royong. Hasil survei menunjukan
setelah itu kami dapat bantuan P2KP- bahwa 77 persen responden mengetahui tujuan
REKOMPAK,” kata Darsono yang juga KSMP, 9 persen menjawab tidak tahu, dan 14
kebetulan seorang pengusaha angkutan. persen tidak menjawab (Grafik 5).

2. Aspek Kelembagaan
Grafik 5. Pengetahuan Tujuan KSMP
Aspek kelembagaan dalam konteks ini
adalah institusi KSMP sebagai kelompok
100
penerima bantuan yang beranggotakan rata- 77
rata antara 10–15 orang. Sebagai subjek 80

Prosentase
utama, kelompok penerima yang dilemba-
60
gakan dalam bentuk institusi KSMP memiliki
peran yang sangat penting dalam pencapaian 40
tujuan P2KP-REKOMPAK secara keselu- 14
20 9
ruhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan
P2KP-REKOMPAK adalah kemampuan 0
KSMP dalam mengorganisir dirinya secara Tahu Tidak Tahu Tidak Jawab
mandiri dalam menjalankan program reha-
bilitasi dan rekonstruksi permukiman. Untuk Dari 77 persen yang mengetahui tujuan
mencapai ini setiap anggota KSMP KSMP hanya 55 persen yang meyakini bahwa
semestinya diberikan pemahaman yang utuh tujuan KSMP telah tercapai dan 44 persen
dan menyeluruh tentang tujuan, tugas dan mengatakan belum tercapai. Beberapa faktor
fungsi KSMP dalam pelaksanaan program penyebab belum tercapainya tujuan itu adalah
P2KP-REKOMPAK. sikap pasif anggota KSMP dalam kegiatan
P2KP-REKOMPAK. Sikap pasif ini tidaklah
Tujuan utama dibentuknya KSMP adalah
muncul dari ruang kosong, namun ada konteks
mengorganisir kelompok penerima bantuan
yang menjadikan partisipasi mereka rendah,
untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
yaitu terbatasnya ruang akses mereka. Namun
permukiman secara mandiri, partisipatif dan

Box 1. Menolak Bantuan, Menjaga Solidaritas

Meskipun rumah mereka roboh dan hancur karena terkena dampak bencana gempa
bumi yang meluluhlantakan bumi Bantul di pagi hari 27 Mei 2006, tidak serta merta
membuat mereka menerima dengan lapang setiap bantuan yang datang. Sulit dipahami
bahwa ada kelompok masyarakat korban gempa yang menolak bantuan, padahal mereka
sangat membutuhkan.
Bantuan pembangunan rumah melalui program P2KP-REKOMPAK siklus 1 ternyata
ditolak oleh warga salah satu dusun di Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro dan Desa
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon. Penolakan ini disebabkan karena hanya beberapa gelintir
saja warga yang mendapatkan bantuan. Padahal saat itu hampir seluruh rumah di sana
roboh. “Kami takut jika menerima bantuan itu akan menimbulkan kecemburuan sosial”,
demikian kata salah seorang warga. Mereka lebih memilih menjaga solidaritas sosial dan
menolak atau lebih tepatnya”menunda” bantuan P2KP-REKOMPAK. Hal ini terbukti ketika
program POKMAS sudah masuk ke seluruh desa di Bantul, dan jumlah penerima bantuan
pembangunan rumah P2KP-REKOMPAK lebih banyak pada siklus 2, akhirnya warga dusun
menerima bantuan ini.
82 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

demikian, bisa juga sikap pasif ini muncul dari


mereka sendiri sebagaimana jargon yang se- Grafik 7. Penilaian Demokratis dan
ring dikemukakan mereka terkait dengan pro- Partisipasi Pembentukan KSMP
yek rekonstruksi dan rehabilitasi rumah kor- 100
ban gempa: “entuk, nrimo, manggoni” yang
80 68
artinya “dapat, menerima, dan mendiami”.

Prosentase
60

Grafik 6. Apakah Tujuan KSMP 40


27
Tercapai?
20
100 5
0
80 Ya Kurang Tidak
56
Prosentase

60 44

40
responden. Penunjukan ini secara objektif
20 didasarkan pada kapasitas orang itu atau
berdasarkan kedekatan personal yang dapat
0 diajak kerjasama dalam pelaksanaan program
Tercapai Belum Tercapai P2KP-REKOMPAK ini. Beberapa BKM bah-
kan sengaja menunjuk langsung ketua KSMP
Keterbatasan ruang akses anggota KSMP untuk mempercepat proses pembangunan
untuk terlibat dalam pelaksanaan P2KP- rumah. “Kesuwen, kalau pakai musyawarah
REKOMPAK juga disebabkan oleh peran dan rapat segala”, kata mereka. Mekanisme
BKM, aparat desa dan fasilitator yang terlalu lain yang ditempuh adalah melalui voting.
dominan sejak dari pembentukan KSMP, Jumlahnya tidak banyak hanya 7 persen dari
pemilihan ketua KSMP hingga pengelolaan total responden. Mekanisme ini biasanya
dana KSMP. Pembentukan KSMP dilakukan ditempuh manakala mekanisme musyawarah
setelah dilakukan survei dan penetapan tidak mencapai mufakat (Grafik 8).
sasaran yang berhak mendapatkan bantuan
perumahan. Sebanyak 27 persen responden Grafik 8. Proses Pemilihan Ketua KSMP
berpendapat bahwa pembentukan KSMP
kurang demokratis dan partisipatif, 5 persen 100
menyatakan tidak demokratis dan partisipatif.
80
Meskipun demikian mayoritas responden yaitu
Prosentase

66
sebesar 68 persen berpendapat bahwa 60
pembentukan KSMP sudah demokratis dan
40
partisipatif (Grafik 7). 20
20
Proses pembentukan KSMP yang 7 7
demokratis dan partisipatif linier dengan 0
proses pemilihan ketua KSMP yang Penunjukan Musya- Voting Lainnya
langsung warah
mayoritas, yaitu 66 persen dilakukan dengan
musyawarah mufakat. Peran BKM dan aparat
desa dalam proses pemilihan ketua KSMP
Proses pembentukan KSMP yang tidak
terlihat dalam penunjukan langsung terhadap
demokratis dan ketua KSMP yang ditunjuk
anggota KSMP yang mereka layak menjadi
langsung oleh BKM atau aparat desa
ketua KSMP, yaitu 20 persen dari total
menunjukan relasi KSMP yang tidak
2007 Haryani & Subkhan 83

seimbang dengan BKM. Ada tiga pola relasi hal yang dibahas dalam pertemuan sebagian
yang muncul, yaitu KSMP mandiri dari BKM, besar berkenaan dengan pembangunan rumah
BKM hanya memfasilitasi KSMP, BKM yang tengah dilakukan antara lain soal
dominan atas KSMP. Pola relasi yang terbesar pembelian bahan material, jadwal pemba-
adalah BKM dominan atas KSMP yang ngunan, struktur bangunan, target pemba-
berjumlah 50 persen, disusul pola BKM hanya ngunan. Kedua adalah yang berhubungan
memfasilitasi KSMP sebesar 41 persen. dengan aspek keuangan antara lain soal
KSMP yang benar-benar mandiri dari BKM pencairan dana, penggunaan dana, laporan
hanya 9 persen. pengeluaran dana. Terakhir dalam pertemuan
koordinasi ini juga disampaikan masalah dan
Grafik 9. Relasi BKM dan KSMP keluhan yang dihadapi oleh anggota. Dalam
pertemuan koordinasi KSMP biasanya salah
100
seorang anggota BKM dan fasilitator juga
80 hadir.
Prosentase

60 50
41 Grafik 10.Penyebab KSMP Kurang
40 Berperan
20 100
9
0 80
Prosentase

61
KSMP Mandiri BKM Hanya BKM Dominan 60
dari BKM Memfasi- atas KSMP
litasi KSMP 40
21
20 11
Minimal ada tiga sebab utama mengapa 7
pola relasi terbanyak adalah BKM dominan 0
atas KSMP, yaitu: kapasitas KSMP rendah; Kapasitas Dominasi Koordi- Lainnya
peran BKM yang terlalu dominan; dan KSMP BKM nasi
koordinasi antaranggota KSMP yang lemah. rendah Lemah
Faktor kapasitas KSMP yang rendah menjadi
penyebab terbesar dari pola relasi itu, yaitu Grafik 11.Pertemuan Koordinasi KSMP
sebesar 61 persen, disusul oleh koordinasi
KSMP yang lemah sebesar 21 persen dan
peran BKM yang terlalu dominan sebesar 11 100
persen. Khusus untuk pertemuan koordinasi 77
80
KSMP selain pertemuan pertama pada saat
Prosentase

pembentukan KSMP, 77 persen mengaku 60


pernah dilakukan dan 23 persen menyatakan
40
tidak pernah dilakukan (Grafik 10). 23
Pertemuan koordinasi yang dilakukan 20
oleh KSMP rata-rata seminggu sekali, yaitu 0
sebesar 42 persen. Frekuensi pertemuan yang
Ada Tidak Ada
bersifat insidental juga cukup besar yaitu 39
persen. Insidental artinya pertemuan itu
dilakukan sesuai dengan kebutuhan menyang-
kut hal yang penting dan perlu dibahas. Hal-
84 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

angggota KSMP, tokoh masyarakat,


Grafik 12. Frekuensi Pertemuan KSMP
pemerintah desa dan lain-lain.

100 Grafik 14. Pihak Yang Terlibat dalam


Perencanaan Pembangunan
80
100
Prosentase

60
80
42

Prosentase
39
40 60
40 30 30
20 12 23
6 20
6 9
0 0 2
Sebulan Seminggu Dua Insidental Faskel BKM KSMP Tokoh Peme- Lain-
Sekali Sekali Minggu Masya- rintah nya
Sekali rakat Desa

Setelah proses perencanaan selesai baru


3. Aspek Pembangunan Perumahan dilakukan pembangunan rumah. Dalam P2KP-
Pembangunan perumahan merupakan REKOMPAK ini diharapkan masyarakat
kegiatan utama dari P2KP-REKOMPAK. membangun rumah secara bergotong-royong.
Keberhasilan dalam pembangunan perumahan Namun dalam kenyataannya sangat sedikit
dengan model fondasi dan struktur tahan ditemui proses pembangunan rumah dilakukan
gempa bukan hanya ditentukan oleh dengan sistem sambatan. Ada beberapa faktor
pencapaian fisik, namun yang lebih penting yang menyebabkan sistem ini tidak berjalan,
ada keterlibatan masyarakat untuk bekerja pertama, lokasi masing-masing penerima
sama dan belajar membangun rumah bantuan berjauhan, terutama pada siklus I
berfondasi dan berstruktur tahan gempa. yang rata-rata satu dusun hanya ada satu dan
Anggota KSMP dilibatkan sejak perencanaan dua penerima bantuan. Kedua, secara fisik
hingga proses pembangunan rumah berakhir. penerima bantuan ini tidak memungkinkan
Dari data survei menunjukkan bahwa 84 terlibat dalam pekerjaan pembangunan,
persen responden mengaku dilibatkan dalam misalnya janda dan orang tua. Ketiga, para
perencanaan pembangunan. Beberapa pihak penerima bantuan ini memiliki aktivitas
yang terlibat dalam perencanaan pemba- masing-masing dalam rangka memenuhi
ngunan ini antara lain BKM, fasilitator, kebutuhan hidup. Sehingga kalaupun terlibat
dalam pembangunan mereka dihitung sebagai
tenaga bayaran.
Grafik 13. Terlibat dalam
Perencanaan Pembangunan Sebagian besar pelaksanaan pembangunan
menggunakan tenaga tukang profesional yang
16% sepenuhnya dibayar dengan kisaran antara Rp.
25000 sampai Rp.35000. “Keberadaan upah
dalam banyak hal juga turut merusak nilai
voluntirisme masyarakat”, kata seorang
fasilitator. Semua pekerjaan dihitung dengan
uang. Tidak ada uang, maka tidak ada
Ya pekerjaan. Hanya 57 persen anggota KSMP
84%
Tidak yang terlibat dalam pembangunan rumah,
sedangkan 43 persen mengaku tidak terlibat.
2007 Haryani & Subkhan 85

Dengan demikian sebenarnya sistem pemba- Grafik 16. Pencapain Target Waktu
ngunan yang berjalan menggunakan sistem Pembangunan
kombinasi tenaga tukang profesional dan 100
keterlibatan penerima bantuan. Dalam banyak
kasus pelibatan penerima bantuan sebagai 80

Prosentase
tenaga bangunan yang dibayar sengaja dilaku- 60 52
kan untuk menambah pendapatan mereka. 41
40

Grafik 15. Keterlibatan Anggota KSMP 20


dalam Pembanguan Rumah 7
0

43% Tercapai Tidak Tercapai Tidak Tahu

57%
Grafik 17. Struktur Bangunan Sesuai
Standar
Tidak Terlibat 2% 11%
Terlibat

Dari sisi pencapaian target waktu pemba-


ngunan rata-rata untuk siklus I pembangunan
rumah hampir selesai, sedangkan untuk siklus
II bervariasi mulai yang belum mulai sama Ada
87%
sekali sampai ada yang baru mulai. Sebanyak Tidak Ada
52 persen pembangunan rumah tidak menca- Tidak Tahu
pai target waktu yang telah mereka tetapkan,
dan 41 persen menyatakan sudah sesuai
Selain target waktu, hal yang menda-
dengan target waktu. Dalam buku petunjuk
patkan perhatian serius dalam pembangunan
DMC dijelaskan bahwa pembangunan satu
rumah tahan gempa P2KP-REKOMPAK ini
rumah ditargetkan selesai dalam 60 hari.
adalah kesesuaian standar bangunan tahan
Keterlambatan waktu pembangunan disebab-
gempa yang ditetapkan oleh tim teknis dari
kan rata-rata karena keterlambatan pencairan
P2KP-REKOMPAK. Secara umum struktur
dana P2KP-REKOMPAK yang diturunkan
bangunan sudah sesuai dengan standar yaitu
secara bertahap. Keterlambatan pencairan ini
87 persen dan hanya 11 persen yang tidak
berimplikasi pada penyediaan bahan material
sesuai dengan standar. Kesesuaian yang paling
dan pembayaran upah tukang. Dalam kondisi
utama adalah pada fondasi dan struktur tulang.
pascagempa, tidak mudah mencari tukang
Selain itu diserahkan sepenuhnya pada warga
secara mendadak. Demikian juga bahan
penerima bantuan sesuai dengan kemampuan
bangunan tidak begitu saja diadakan. Namun
masing-masing, misalnya jenis dan bahan
demikian, beberapa KSMP dan BKM punya
dinding dan atap yang dipakai, kusen, dan
inisiatif terutama yang memiliki jaringan
lantai. Di beberapa desa dijumpai rumah
dengan toko bangunan untuk berutang terlebih
konstruksi P2KP-REKOMPAK jika dihitung
dahulu, sembari menanti dana termin
secara rasional melebihi angka Rp. 20 juta.
berikutnya turun sehingga proses pemba-
Tambahan dana dan bahan yang berasal dari
ngunan tetap berjalan.
warga itulah yang disebut imbal swadaya.
Sebanyak 80 persen responden mengaku ada
86 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

imbal swadaya dalam pembangunan rumah pencapaian tujuan KSMP adalah aspek
mereka. administrasi keuangan. Aspek ini berkenaan
dengan pengelolaan dana BLM Perumahan
yang diterima oleh KSMP. Sebagaimana
Grafik 18.Kontribusi Imbal Swadaya
diketahui bahwa singkatnya setelah proposal
20% pengajuan pembangunan rumah beserta
dokumen disetujui oleh Tim DMC, maka dana
bantuan akan dikirimkan kepada penerima
bantuan melalui rekening KSMP. Jadi tidak
langsung dikirimkan kepada rekening setiap
orang penerima bantuan. Untuk mengambil
Ada 80% uang di rekening KSMP harus mendapatkan
Tidak Ada persetujuan dari lurah, BKM dan anggota
KSMP yang lain. Dana tidak dikirimkan
secara keseluruhan, melainkan berdasarkan
Grafik 19.Monitoring dan Evaluasi termin masing-masing 30 persen, 40 persen
Bangunan dari Tim DMC dan termin ketiga 30 persen.
9% Setelah dana diambil dari bank, maka
dana tersebut dikelola atau dibelanjakan untuk
kebutuhan pembangunan rumah. Dalam
mengelola dana itu masing-masing berbeda di
setiap kelurahan. Ada tiga pola umum
pengelolaan dana bantuan perumahan ini,
yaitu: pertama, dana dikelola sepenuhnya
Ada 91%
secara mandiri oleh KSMP; kedua, dana
Tidak Ada dikelola oleh badan khusus yang dibentuk oleh
BKM atas persetujuan KSMP, ketiga, dana
Keberhasilan pembangunan rumah yang dikelola sepenuhnya oleh BKM. Pengelolaan
sesuai standar tahan gempa P2KP- oleh KSMP misalnya dijumpai di Desa
REKOMPAK tidak dapat dilepaskan dari Sriharjo, Kecamatan Imogiri. Secara bergilir
peran Tim DMC terutama fasilitator teknis antara Ketua, Bendahara dan Sekretaris
yang secara ketat mendampingi dan memegang dana itu dan dibelanjakan
mengawasi pembangunan. Kalaupun dijumpai bersama-sama didampingi oleh fasilitator
kejadian pembangunan rumah yang tidak kelurahan. Dalam kasus ini, kemandirian
sesuai standar jumlah sangat sedikit seperti KSMP juga dipengaruhi oleh faktor BKM
yang terjadi di Desa Mulyodadi, Kecamatan
Bambanglipuro yang akhirnya diminta Grafik 20. Tenaga Administrasi Khusus
dibongkar kembali. Sebanyak 91 persen Yang Mengelola Dana BLM Perumahan
responden mengaku ada monitoring dan
2%
evaluasi pengecekan bangunan dari Tim DMC
dan hanya 9 persen yang tidak pernah merasa
43%
dimonitoring dan dievaluasi.
55%
4. Aspek Administrasi Keuangan
Ya
Aspek yang tidak kalah penting yang Tidak
sangat berpengaruh bagi keberhasilan Tidak Tahu
2007 Haryani & Subkhan 87

yang secara institusi tidak kuat dan intervensi belum selesai sehingga belum dibuat lapo-
fasilitator yang terlalu jauh ke KSMP sehingga rannya. Namun demikian mereka mengaku
mengabaikan BKM. nanti akan membuat laporan berdasarkan
Tenaga administrasi atau keuangan yang catatan pengeluaran dan pemasukan dana.
khusus mengelola dana ini hanya dijumpai Untuk menjamin pemenuhan prinsip
pada pola pengelolaan yang kedua dan ketiga. transparansi semestinya seluruh penggunaan
Pada model pengelolaan yang kedua, badan dana bantuan diketahui oleh semua anggota
khusus yang diciptakan beragam. Ada yang KSMP sebagai kelompok penerima bantuan.
disebut panitia sembilan beranggota BKM, Sebanyak 80 persen responden menyatakan
tokoh masyarakat dan aparat desa/lembaga bahwa semua penggunaan dana bantuan
desa. Ada juga yang menyebutnya sebagai diketahui oleh anggota KSMP. Dalam
kelompok relawan. Meskipun disebut relawan, kerangka pemenuhan prinsip ini, ada berbagai
tenaga administrasi ini mendapatkan insentif cara yang ditempuh oleh pihak pengelola dana
yang diambil dari dana operasional sebesar 2,5 untuk menginformasikan penggunaan dana
persen setiap rumah atau Rp 500 ribu setiap kepada seluruh anggota KSMP. Sebagian
rumah. Sedangkan pada pola yang ketiga, besar, yaitu 44 persen menginformasikan
BKM menggunakan institusi UPK (Unit dengan cara melalui pemberitahuan tertulis
Pengelola Keuangan) untuk mengelola dana yang tertera dalam laporan. Cara lain adalah
bantuan perumahan. Dari data survei menun- memberitahukan dalam pertemuan KSMP
jukan bahwa mereka yang menggunakan secara periodik, yaitu 27 persen, dan
tenaga administrasi khusus dalam pengelolaan pemberitahuan lisan kepada setiap anggota
dana sebesar 55 persen dan 43 persen tidak KSMP sebanyak 16 persen. Sisanya menjawab
menggunakan tenaga administrasi khusus. tidak tahu.
Keberadaan tenaga administrasi khusus
Grafik 22. Penggunaan Dana BLMP
sebenarnya ditujukan untuk membantu dalam Diketahui KSMP
pencatatan dan pembuatan laporan keuangan 20%
penggunaan dana BLM-P. Laporan ini sangat
penting untuk memenuhi prinsip akuntabilitas
dalam penggunaan dana. Sebanyak 75 persen
responden mengaku membuat laporan
keuangan penggunaan dana BLM-P, dan
sebanyak 25 persen mereka mengaku belum
80%
membuat laporan keuangan. Pada umumnya Diketahui
mereka yang belum membuat laporan Tidak Diketahui
keuangan penggunaan dana beralasan
pembangunan rumah, terutama untuk siklus II, Grafik 23.Cara Anggota KSMP mengetahui
Penggunaan Dana BLM Perumahan
100
Grafik 21. Laporan Keuangan
80
Penggunaan Dana BLMP Secara Tertulis
Prosentase

25% 60
44
40 27
20 16 13

0
Pertemuan Pemberi- Pemberi- Lainnya
Ada 75% KSMP tahuan tahuan
Tidak Ada Lisan Tertulis
88 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

Dana bantuan sebesar Rp. 20 juta untuk Berdasarkan data survei, ternyata ada 23
setiap rumah terkadang tidak habis persen responden yang mengaku dana bantuan
dibelanjakan atau bahkan kurang. Sebagian itu tidak habis dibelanjakan atau masih sisa.
besar responden mengaku tidak merasa Jumlah sisanya bervariasi antara Rp. 500 ribu
kekuarangan dana dalam membangun rumah. sampai Rp. 1 juta per rumah. Sisa dana ini
Sebanyak 27 persen responden menyatakan disebabkan karena mereka mampu menekan
masih kekurangan dana untuk membangun biaya tukang dan mendapatkan harga bahan
rumah sesuai standar P2KP-REKOMPAK. bangunan yang murah.
Untuk menutup kekurangan dana ini sebanyak
42 persen berasal dari swadaya anggota Grafik 25. Apakah Semua Dana Bantuan
KSMP. BKM juga membantu dengan Habis?
100
mengalokasikan dana pinjaman dari Kas BKM
yang berasal dari dana reguler. Kekurangan 80 66

Prosentase
dana ini diakibatkan oleh naiknya harga bahan
60
bangunan dan mahalnya tenaga tukang yang
menggarap. 40
23
20 11
Grafik 24. Apakah Ada Kekurangan
Dana? 0
7% Ya Tidak Tidak Tahu
27%

Grafik 26. Apakah Sisa Dana Dimasukan


Dalam Laporan
20%

Ya
66%
Tidak
Tidak Tahu

Ya
80%
Tidak
Grafik 25. Sumber Untuk Menutup
Kekurangan
Penggunaan sisa dana sangat tergantung
25%
33% dari keputusan seluruh anggota KSMP. Seperti
yang terjadi di Desa Jambidan, Kecamatan
Banguntapan anggota KSMP siklus I sepakat
untuk membelanjakan dana sisa untuk
membeli keramik yang nanti akan dipasang di
seluruh rumah anggota KSMP siklus I. Namun
42% Kas BKM yang jelas dana sisa itu masuk dalam laporan
sebagai bentuk akuntabilitas anggaran. Hanya
Swadaya KSMP
BKM 20 persen dari total responden yang
Lainnya
KSMP menyatakan bahwa dana sisa itu tidak
a dimasukkan dalam laporan.
2007 Haryani & Subkhan 89

KESIMPULAN banyak secara musyawarah mufakat.


Berdasarkan data temuan survei dan Sayangnya relasi yang terjadi antara
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan KSMP dengan BKM menunjukan sebagian
bahwa efektivitas pelaksanaan P2KP- besar BKM terlalu dominan sehingga
REKOMPAK secara umum tercapai. Hal ini upaya memandirikan dan memberdayakan
dapat lihat dari pencapaian tujuan dari setiap KSMP menjadi terhambat. Argumentasi
aspek, yaitu aspek sasaran, aspek bahwa kapasitas KSMP rendah semestinya
kelembagaan, aspek pembangunan perumahan bukan dijadikan alasan, namun sebaliknya
dan aspek administrasi keuangan yang dapat menjadi tantangan tersendiri sebagai
dijelaskan sebagai berikut: proses pembelajaran. Alasan ini terkadang
secara tidak sengaja dikemukakan oleh
1. Aspek sasaran. Sebanyak 93 persen anggota BKM yang perannya tidak mau
responden menyatakan bahwa sasaran dikurangi, atau berpikir instan, “semuanya
P2KP-REKOMPAK sesuai dengan kriteria biar mudah dan cepat selesai”.
yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan
3. Aspek pembangunan rumah. Secara fisik
oleh adanya sosialiasi kriteria sasaran yang
aspek ini tercapai yang terlihat dari jumlah
intensif dan survei calon penerima bantuan
bangunan yang memenuhi standar
secara ketat. Sebanyak 93 persen respon-
sebanyak 87 persen. Namun demikian dari
den menyatakan pernah disurvei, terlepas
sisi waktu pengerjaan banyak yang tidak
apakah survei itu benar-benar dilakukan
tercapai atau terlambat. Alasan yang selalu
sesuai pedoman atau sekedar formalitas
dikemukakan adalah karena kelambanan
belaka. Namun demikian harus diakui
pencairan dana untuk setiap termin.
bahwa rembug warga yang semestinya
Penerima bantuan yang memberikan
menjadi forum penentu penerima sasaran
kontribusi imbal swadaya juga cukup
kurang optimal. Aktor BKM, Kadus atau
besar, yaitu mencapai 80 persen dari total
RT, dan pemerintah desa masih cukup
responden. Hal yang perlu diperkuat justru
dominan dalam menentukan siapa yang
adalah pelibatan warga penerima bantuan
layak mendapatkan bantuan dana rumah.
pada mekanisme pelaksanaan pembangu-
Hal inilah yang sering menimbulkan protes
nan. Mekanisme pembangun yang
dan konflik karena aktor-aktor ini lebih
berprinsip pada kegotong-royongan atau
mengutamakan kerabat, saudara atau orang
sistem sambatan diantara anggota KSMP
dekatnya meskipun sebenarnya tidak
tidak banyak berjalan. Mereka lebih
memenuhi kriteria. Kebanyakan sasaran
memilih membayar tukang atau terlibat
yang tidak sesuai kriteria terjadi pada
dengan kompensasi upah yang dialoka-
siklus II yang disebabkan kelompok
sikan dari dana bantuan.
sasaran sebagian besar semakin sedikit
karena sudah mendapatkan dana rekon- 4. Aspek administrasi keuangan. Trans-
struksi melalui skema POKMAS. paransi dan akuntabilitas pengelolaan dana
bantuan sudah cukup bagus. Ini terlihat
2. Aspek kelembagaan. Dari aspek
dari data survei yang menyatakan bahwa
pengetahuan dan pencapaian tujuan KSMP
sebanyak 80 persen responden menyatakan
secara keseluruhan sudah terpenuhi. Ini
bahwa seluruh anggota KSMP mengetahui
terlihat dari data bahwa 77 persen
penggunaan dana bantuan rumah. Selain
responden mengetahui tujuan KSMP dan
ini dari sisi tertib administrasi juga cukup
56 persennya meyakini bahwa tujuan itu
bagus. Sebanyak 75 persen responden
sudah tercapai. Proses pembentukannya
menyatakan bahwa terdapat laporan
juga relatif demokratis dan partisipatif
pengelolaan dana secara tertulis. Demikian
dengan model pemilihan ketua paling
90 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari

juga halnya jika ada sisa dana akan menentukan prioritas calon penerima
dimasukkan dalam laporan yang penggu- bantuan hibah rumah P2KP-REKOMPAK.
naannya harus sesuai kesepakatan seluruh Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
anggota KSMP. ketidaktepatan dan ketidaksesuaian kriteria
Meskipun penelitian ini menyimpulkan penerima bantuan.
bahwa proyek P2KP-REKOMPAK efektif, 2. Penentuan berapa jumlah bantuan rumah
namun dari hasil wawancara kepada pihak- untuk masing-masing BKM hendaknya
pihak yang berkompeten terhadap pelaksanaan didasarkan pada need assessment, bukan
P2KP-REKOMPAK yaitu Badan Keswada- penjatahan.
yaan Masyarat (BKM), Kelompok Swadaya 3. DMC dan BKM di masing-masing desa
Masyarakat Perumahan (KSMP), Distric penerima bantuan rumah P2KP-
Management Consultant (DMC) dan REKOMPAK hendaknya mengoptimalkan
perangkat desa namun ada 3 permasalahan rembug warga, sehingga proses perenca-
yang perlu mendapat perhatian. naan, penentuan kriteria penerima, dan
1. Rembug warga yang semestinya menjadi implementasi program P2KP-
forum penentu penerima sasaran kurang REKOMPAK dapat sesuai dan tepat
berjalan optimal. Pihak-pihak seperti sasaran.
BKM, dan perangkat desa seperti Ketua 4. Tugas pemberdayaan masyarakat miskin,
RT, Kadus , dan Lurah/Kepala Desa masih dalam hal ini KSMP, merupakan tugas
dominan dalam menentukan siapa yang bersama DMC, fasilitator kelurahan
layak mendapatkan bantuan rumah. Hal ini (faskel), koordinator lapangan (korlap),
yang menyebabkan penerima bantuan BLM, dan aparat pemerintah desa. Untuk
rumah adalah mereka yang tidak itu masing-masing dapat mengambil
memenuhi kriteria dan asas-asas P2KP- tanggung jawab sesuai dengan tugas dan
REKOMPAK. wewenangnya.
2. Relasi yang terjadi antara KSMP dengan 5. DMC hendaknya melibatkan Badan
BKM menunjukkan bahwa sebagian besar Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
BKM terlalu dominan dalam setiap (BPKP) untuk dapat melakukan penga-
tahapan REKOMPAK, sehingga tujuan wasan dalam setiap tahap, baik menyang-
memandirikan atau memberdayakan kut sasaran maupun prosedur yang harus
KSMP menjadi terhambat. dijalankan.
3. Meskipun dari aspek pembangunan rumah 6. Bank Dunia sebagai pemberi bantuan
efektif, namun karena adanya kelambatan dalam bentuk pinjaman hendaknya ikut
pencairan dana untuk setiap terminnya, bertanggung jawab dalam pengawasan
maka terlambat pula target penyelesaian dengan membentuk lembaga pengawas
rumah yang telah direncanakan. Selain itu, independen yang bertugas mengawasi
mekanisme pembangunan rumah yang penggunaan dana ini sampai sasaran.
berprinsip pada kegotong-royongan atau
dikenal dengan istilah “sambatan” diantara DAFTAR BACAAN
anggota KSMP juga tidak banyak berjalan.
Anonim. 2002. Pedoman Umum P2KP:
Merujuk pada kesimpulan diatas, ada
Bersama Membangun Kemandirian dalam
beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan
Pengembangan Masyarakat serta
yaitu:
Perumahan dan Permukiman yang
1. DMC bersama-sama BKM setempat hen- Berkelanjutan. Dirjen Perumahan dan
daknya melakukan need assessment untuk
2007 Haryani & Subkhan 91

Permukiman, Departemen Permukiman Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi (ed).


dan Prasarana Wilayah. Jakarta. 1995. Metode Penelitian Survai, LP3ES,
Anonim. 2006. Profil Pelaksanaan Rehabi- Jakarta
litasi dan Rekonstruksi Berbasis Harian Kedaulatan Rakyat. 2007. 15 Rumah
Masyarakat, Distric Management Consul- P2KP di Srimartani Selesai, Edisi Rabu
tant (DMC) Region DIY. Yogyakarta 24 Januari 2007. www.kr.co.id diakses
Anonim. 2006. Peningkatan Partisipasi KSM- tanggal 24 Januari 2007
P dalam Pelaksanaan Rehabilitasi dan Kompas. 2006. Dirintis Rumah Tahan
Rekonstruksi (Bookle, Seri No.1). Distric Gempa; Masyarakat Membangun Sendiri,
Management Consultant (DMC) Region Bukan Lewat Kontraktor, Edisi Kamis 22
DIY. Yogyakarta Juni 2006. www.kompas.co.id/kompas-
Atmosoeprapto, Kisdarto. 2002. Menuju SDM cetak/jogja/ diakses tanggal 28 November
Berdaya – Dengan Kepemimpinan Efektif. 2006
dan Manajemen Efisien. PT. Elex Media Pemkab Bantul. 2006. Sasaran di Bantul 42
Komputindo, Jakarta. Desa; P2KP Peduli Bangun 1.290 Rumah
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Korban Gempa. www.Bantul.go.id
Kinerja Karyawan – Kiat Membangun. diakses tanggal 28 November 2006.
Organisasi Kompetitif Menjelang Perda-
gangan Bebas Dunia, BPFE, Jogjakarta

You might also like