Diskusi 5

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Australia’s agricultural products, particularly its cattle and beef, are important merchandise exports

to Indonesia. Indonesia is the largest export market for Australian feeder cattle and frozen beef and
the fifth largest market for boxed beef. This is despite the fact that beef consumption per capita is
only 2.23kg in Indonesia, compared to the world average of 6.4kg per capita.

Importing beef from Australia to fulfill the demand of the domestic market in Indonesia can have
both positive and negative consequences. On the one hand, it can help meet the increasing demand
for beef in Indonesia, which can stabilize prices and improve availability. This can benefit consumers
and food businesses that rely on beef as a key ingredient.

On the other hand, importing beef can have negative impacts on local farmers and the domestic
economy. It can reduce the demand for locally produced beef, which can lead to lower prices and
less income for local farmers. It can also create a trade deficit and reduce the competitiveness of
domestic agriculture.

Therefore, the decision to import beef from Australia should be made based on a careful
consideration of the trade-offs between the benefits and costs. The Indonesian government should
weigh the potential economic benefits of importing beef against the impact on domestic farmers
and agriculture. They should also ensure that the imported beef meets the necessary health and
safety standards and that the environmental impact of transporting the beef is taken into account.

The decision to import beef from Australia or any other country should be made after a thorough
analysis of the situation, taking into account the various economic, social, and environmental factors
involved.
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh bank sentral
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat dan suku bunga
agar dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti

1. Menjaga stabilitas harga


Tujuan kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi stabilitas harga pasar. Ketika
harga stabil maka menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap tingkat harga sekarang
dan di masa mendatang. Sehingga tingkat daya beli antar periode tetap sama. Kestabilan
harga ini bisa diatur melalui keseimbangan peredaran uang, permintaan barang, dan
produksi barang.
2. Mengendalikan inflasi
Agar inflasi dapat ditekan, maka Bank Indonesia menetapkan kebijakan bertujuan
mengurangi uang yang beredar di masyarakat dan menjaga ketersediaan uang di
bank. Sehingga, salah satu tujuan kebijakan moneter adalah mengendalikan inflasi.

3. Mendukung pertumbuhan ekonomi


Seluruh dampak atas kebijakan moneter diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sebab demi mencapai tujuan tersebut, diperlukan berbagai kesuksesan tiap
komponen. Misalnya seperti, tersedia lapangan pekerjaan, kontrol tingkat inflasi, aktivitas
produksi dan permintaan barang, dan lainnya.

Instrumen kebijakan moneter diantaranya sebagai berikut :


1. Kebijakan Diskonto (Discount Rate)
Kebijakan diskonto merupakan instrumen kebijakan moneter yang
mengukur melalui tingkat suku bunga bank. Kondisi dimana bank-bank
umum meminjamkan dana kepada bank Indonesia selaku bank sentral
membuat peredaran jumlah uang teratur.
Ketika peredaran uang harus ditingkatkan, maka bank Indonesia
menurunkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, suku bunga kredit bank
akan dinaikkan ketika peredaran uang harus dikurangi.

2. Operasi Pasar Terbuka


Ketika pemerintah mengontrol peredaran uang melalui penjualan atau
pembelian surat-surat berharga milik pemerintah, maka yang dijadikan
instrumen kebijakan moneter adalah operasi terbuka.
Saat bank Indonesia ingin mengurangi peredaran uang, maka
pemerintah menjual surat berharga. Sebaliknya, ketika peredaran uang
harus ditingkatkan, maka pemerintah membeli surat berharga.

3. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib


Selanjutnya, instrumen kebijakan moneter adalah rasio cadangan wajib.
Saat Bank Indonesia ingin mengurangi cadangan kas uang bank, maka
uang diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sementara, bila
cadangan kas uang bank harus ditambah, uang yang beredar di
masyarakat ditarik dengan peningkatan suku bunga tabungan.
4. Penetapan Suku Bunga Acuan
Dalam mencapai tujuan kebijakan moneter, maka bank Indonesia
memiliki wewenang dalam mengendalikan peredaran uang melalui suku
bunga. Besaran suku bunga yang ditetapkan oleh bank Indonesia akan
menjadi acuan bank umum di seluruh Indonesia dalam menjalankan
aktivitasnya. Oleh karena itu, instrumen kebijakan moneter adalah
penetapan suku bunga acuan.
5. Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter adalah imbauan moral. Dalam hal
ini, Bank Indonesia selaku bank sentral menghimbau seluruh bank umum
untuk menjalankan kebijakan penurunan atau peningkatan suku bunga
pinjaman

Contoh kebijakan moneter di Indonesia :

1. Pelaksanaan Kredit Langsung oleh Bank Indonesia


Pertama, contoh kebijakan moneter adalah Bank Indonesia mengadakan
kredit langsung. Pemberian kredit langsung kepada berbagai sektor atau
proyek yang memerlukan dana secara mendesak. Hal ini dapat
meningkatkan jumlah uang yang beredar karena harus membiayai
kegiatan dengan segera.
2. Penyediaan Fasilitas Overdraft
Saat Bank Indonesia membantu bank umum yang mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek, maka hal ini termasuk contoh kebijakan
moneter di Indonesia melalui fasilitas overdraft. Bantuan yang diberikan
berupa pinjaman jangka pendek dengan suku bunga tinggi. Hal ini
diharapkan mampu mengontrol peredaran uang agar tetap stabil.
3. Penerbitan Surat Utang Negara
Selanjutnya, contoh kebijakan moneter adalah menerbitkan surat utang
negara. Dalam hal ini, pemerintah berusaha menghimpun dana dari
masyarakat agar uang yang beredar di masyarakat mengalami
penurunan.
4. Program Intervensi Rupiah
Program intervensi rupiah merupakan contoh kebijakan moneter di
Indonesia yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara proses
pinjam meminjam dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank dalam
periode 7 hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung instrumen
kegiatan operasi pasar terbuka.

Formalitas menunjukkan tingginya standarisasi atau pembakuan tugas-tugas


maupun jabatan dalam suatu organisasi. Semakin tinggi derajat
formalisasi maka semakin teratur perilaku bawahan dalam suatu organisasi.

Derajat Formalitas merupakan identitas atau profil dari seseorang terhadap


apa yang sudah dia kerjakan berdasarkan sudut pandang orang lain. Derajat
formalitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
Jenis pekerjaan seseorang.
Pakaian yang digunakan dalam bekerja.
Bahasa yang digunakan pekerja.
Cara berfikir dan komunikasi yang dimiliki.
Cara mengukur derajat formalisasi di dalam BMP yaitu memeriksa banyaknya
dokumen resmi yang digunakan dalam kegiatan organisasi,
mempertimbangkan sikap karyawan dalam mematuhi peraturan atau dalam
menjalankan prosedur, mempertimbangkan kejelasan prosedur kerja yang
berlaku dan memeriksa konsistensi organisasi dalam memaksakan dipatuhinya
peraturan.

Faktor jenis pekerjaan dapat berpengaruh pada tingkat formalitas suatu


pekerjaan. Contohnya, pekerjaan di sektor informal seperti pedagang kaki lima
atau pengemudi ojek online cenderung memiliki tingkat formalitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan pekerjaan di sektor formal seperti pegawai bank
atau insinyur di perusahaan besar.

Salah satu faktor yang memengaruhi tingkat formalitas pekerjaan adalah


hubungan antara pekerja dan pemberi kerja. Pekerja yang bekerja di sektor
informal seringkali bekerja secara mandiri atau sebagai pekerja lepas, sehingga
hubungan kerja antara mereka dengan pemberi kerja cenderung tidak
terstruktur dan formal. Sebaliknya, pekerja yang bekerja di sektor formal
biasanya memiliki kontrak kerja yang terstruktur dan hubungan kerja yang
lebih formal dengan pemberi kerja.

Selain itu, jenis pekerjaan juga dapat mempengaruhi tingkat akses pekerja
terhadap hak-hak kerja dan perlindungan sosial. Pekerja formal biasanya
memiliki akses lebih baik terhadap hak-hak kerja seperti asuransi kesehatan
dan jaminan pensiun, sementara pekerja informal cenderung tidak memiliki
akses yang sama terhadap hak-hak tersebut.

Contoh lain adalah pekerjaan di sektor informal seperti buruh tani atau
nelayan yang cenderung memiliki tingkat formalitas yang rendah karena
seringkali bekerja tanpa kontrak kerja yang jelas dan tidak memiliki akses yang
memadai terhadap hak-hak kerja dan perlindungan sosial. Di sisi lain,
pekerjaan di sektor formal seperti akuntan atau konsultan hukum memiliki
tingkat formalitas yang lebih tinggi karena biasanya bekerja di perusahaan
yang memiliki struktur organisasi yang terstruktur dan formal.

Dengan demikian, faktor jenis pekerjaan dapat berpengaruh pada tingkat


formalitas pekerjaan dan akses pekerja terhadap hak-hak kerja dan
perlindungan sosial.
Menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia
1980, kliring adalah perhitungan utang piutang antara peserta secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat - surat berharga dan surat-surat dagang yang
telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan. Dalam pengertian lain, Bank Indonesia
menyelenggarakan kliring guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral
yang dilaksanakan secara mudah, aman dan efisien serta untuk menyakinkan suatu
kepercayaan setiap nasabah.

Tujuan penyelenggaraan kliring adalah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral
dan merupakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Dengan kliring
diselenggarakan oleh Bank Indonesia antara anak bank di suatu wilayah kliring yang disebut
kliring lokal, maka perhitungan hutang piutang antar bank dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah, menghemat tenaga, waktu, serta biaya. Wilayah kliring adalah suatu lingkungan
tertentu yang memungkinkan kantor tersebut memperhitungkan warkat - warkatnya dalam
jadwal kliring yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, wilayah yang tidak terdapat Kantor Bank Indonesia, maka
penyelenggaraan kliring diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia yang
harus memenuhi berbagai persyaratan, seperti kemampuan administrasi, tenaga pimpinan
dan pelaksana, ruangan kantor, peralatan komunikasi, dan lain-lain.

Melalui sistem kliring ini, Bank Indonesia dapat memastikan bahwa transaksi antarbank
dilakukan dengan cara yang aman dan teratur. Selain itu, sistem kliring juga membantu
meminimalkan risiko dan biaya transaksi antarbank. Bank Indonesia menyelenggarakan
kliring sebagai bagian dari kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan. Melalui kliring,
Bank Indonesia dapat memonitor dan mengontrol jumlah uang yang beredar di pasar,
sehingga dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi. Secara keseluruhan, kliring
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia adalah salah satu upaya untuk meningkatkan
efisiensi dan stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Sumber : BMP EKMA4316 Hukum Bisnis


1. Utarakan menurut pendapat anda tentang pentingnya kualitas kehidupan kerja
karyawan?

Menurut pendapat saya, kualitas kehidupan kerja karyawan sangat penting karena
karyawan adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu perusahaan. Karyawan
yang bahagia dan merasa nyaman di tempat kerjanya cenderung lebih produktif, lebih
kreatif, dan lebih cenderung untuk tinggal dalam perusahaan tersebut untuk jangka waktu
yang lebih lama.
Kualitas kehidupan kerja karyawan sangat penting dan mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan dan organisasi. Kualitas kehidupan kerja membahas masalah frustasi,
kebosanan, marah dan seterusnya yang berpengaruh pada biaya individu dan organisasi.
Pembahasan kualitas kehidupan kerja karyawan berkaitan dengan pemberian penghargaan.
Penghargaan yang diberikan kepada karyawan harus menggunakan dasar pertimbangan
yang dapat dijelaskan kepada karyawan secara terbuka. Menurut Walton (1986), ada 8
kriteria kualitas kehidupan kerja yaitu :

1. Kecukupan dan keadilan kompensasi. Keadilan berarti kesesuaian dengan evaluasi bekerja
dan tanggung jawab pekerjaan. 

2. Keamanan dan kesehatan kondisi kerja hal ini meliputi aturan kepegawaian, standar
kerja, kondisi fisik tempat kerja yang aman dan terhindar dari kecelakaan, dan batasan umur
minimal bekerja. 

3. Kesempatan menggunakan dan mengembangkan kemampuan karyawan, dengan ini


karyawan diberi kesempatan untuk mengembangkan serta menggunakan kemampuan
karyawan. 

4. Kesempatan masa mendatang untuk melanjutkan pertumbuhan dan keamanan


merupakan kesempatan promosi, tahapan jenjang karir karyawan, dan kesempatan
pengembangan pengetahuan.

5. Integrasi sosial dalam organisasi kerja yang meliputi: kebebasan dari prasangka,
egalitarisme, mobilitas, dukungan kelompok utama, komunitas, dan keterbukaan
interpersonal. 

6. Undang-undang di tempat kerja yang berupa privacy, kebebasn bicaraa, keadilan, dan
proses yang sesuai hak. 

7. Lingkup kerja dan kehidupan total, adanya keseimbangan antara kehidupan dalam
keluarga dan kehidupan di tempat kerja walaupun kecil namun selalu menjadi perdebatan. 

8. Relevasi sosial kehidupan kerja. 

Kualitas kehidupan kerja yang baik dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja
karyawan, sehingga memungkinkan mereka untuk memberikan kontribusi yang lebih besar
dan lebih berkualitas bagi perusahaan. Karyawan yang merasa diperhatikan oleh
perusahaan akan lebih termotivasi untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas kerjanya,
sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Selain itu, kualitas kehidupan kerja
yang baik juga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata karyawan dan masyarakat. Hal
ini dapat membantu perusahaan untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang
berkualitas, serta membantu membangun reputasi perusahaan sebagai tempat kerja yang
baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

2. Upah merupakan hak pekerja yang diterima  dalam bentuk uang  sebagai imbalan dari
pemberi kerja (pengusaha) kepada pekerja yang dibayarkan berdasarkan suatu perjanjian
kerja. Berikan penjealsan anda apa yang anda ketahui mengenai  upah minimum dan
jelaskan mengapa upah minimum ini perlu ditetapkan!.

Upah adalah imbalan yang diterima pekerja atas pekerjaan yang diberikannya dalam proses
produksi barang atau memberikan layanan di perusahaan. Berdasarkan UU nomor 13 tahun
2003 upah merupakan hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja kesepakatan atau peraturan perundang-
undangan termasuk tunjangan untuk pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau
jasa yang telah dilakukan. Upah minimum didasarkan pada wilayah provinsi atau
kabupaten/kota. Pengusaha tidak diperbolehkan memberikan upah di bawah upah
minimum tersebut. Pengaturan pengupahan ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja. Pengusaha menyusun struktur dan skala upah
dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
Komponen upah meliputi upah pokok dan tunjangan tetap. 

Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, pengupahan sesuai


standar minimal bertujuan supaya para pekerja memperoleh penghasilan yang dapat
memenuhi penghidupan yang layak. Upah minimum juga dapat membantu mengurangi
kesenjangan ekonomi dan mendorong konsumsi masyarakat, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan upah minimum dapat meningkatkan daya beli
masyarakat, sehingga mendorong pertumbuhan sektor ekonomi yang bergantung pada
konsumsi masyarakat.

SUMBER : BMP EKMA4367 Hubungan Industrial D. Wahyu Ariani 


Analisa studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu proses evaluasi terhadap
kelayakan suatu proyek atau usaha dengan tujuan untuk menentukan apakah proyek atau
usaha tersebut layak dilakukan atau tidak. Studi kelayakan ini biasanya dilakukan sebelum
suatu proyek atau usaha dilaksanakan untuk menghindari risiko kerugian dan kegagalan
dalam jangka panjang.

Studi kelayakan terdiri atas 5 macam kelayakan yang disebut dengan TELOS, yaitu studi
kelayakan teknologi, studi kelayakan ekonomis, studi kelayakan legal, studi kelayakan
operasi dan studi kelayakan sosial. Jadi kelayakan ini dimaksudkan bahwa secara teknologi,
ekonomi, legal, operasi, dan sosial, pengembangan STI dapat dilakukan dan layak.
Pengembangan STI layak secara teknologi jika teknologi yang digunakan tersedia dan dapat
diperoleh. Pengembangan STI dikatakan layak secara ekonomis jika manfaat yang dihasilkan
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dan dana yang digunakan untuk
membangunnya tersedia. Pengembangan STI dikatakan legal apabila menaati peraturan dan
hukum yang berlaku. Pengembangan STI dikatakan layak secara operasi jika STI yang
dihasilkan dapat dioperasikan dan dijalankan. Pengembangan STI layak dikatakan secara
sosial apabila SPI tidak membawa dampak negatif terhadap lingkungannya. Kelayakan
ekonomis dapat diperoleh jika manfaat STI lebih besar dari biaya-biayanya dan dana yang
dibutuhkan tersedia. Manfaat yang diperoleh dari STI dapat berupa manfaat-manfaat
berwujud dan manfaat-manfaat yang tidak berwujud. Manfaat-manfaat berwujud adalah
manfaat yang dapat diukur secara langsung dengan nilai uang contoh manfaat ini adalah
manfaat penurunan biaya persediaan, manfaat penurunan biaya operasi, manfaat
penurunan biaya alat tulis, dan manfaat peningkatan penjualan. Manfaat-manfaat tidak
berwujud adalah suatu manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung dengan nilai uang.
Contoh manfaat ini adalah manfaat peningkatan pengambilan keputusan manajemen,
manfaat peningkatan kepuasan pelanggan, dan manfaat peningkatan kualitas moral pekerja.
Oleh karena kelayakan ekonomis diukur dengan satuan uang, manfaat-manfaat tidak
tampak harus dinilaiuangkan. Beberapa metode tersedia untuk menilai uangkan manfaat-
manfaat tidak tampak, seperti metode nilai ekspektasi.
Metode nilai ekspektasi dilakukan dengan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang akan
terjadi akibat manfaat yang tidak berwujud dikalikan dengan probabilitas kemungkinan
terjadinya. Misalnya, manfaat tidak berwujud adalah kepuasan pelanggan. Akibat kepuasan
pelanggan adalah menaikkan harga penjualannya. Untuk menghitung nilai rupiah
pelanggan, yang pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi kenaikan penjualan akibat
tingkat kepuasan langganan.

Studi kelayakan memiliki beberapa manfaat, di antaranya:

- Membantu mengidentifikasi risiko dan peluang: Studi kelayakan membantu


dalam mengidentifikasi risiko dan peluang yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan proyek atau usaha. Dalam analisis risiko, dapat diketahui sejauh
mana risiko yang harus dihadapi dalam proyek atau usaha tersebut dan
bagaimana cara mengatasinya.
- Memberikan gambaran yang jelas tentang proyek atau usaha: Studi
kelayakan memberikan gambaran yang jelas tentang proyek atau usaha yang
akan dilakukan. Hal ini memungkinkan pemilik usaha atau investor untuk
memahami tujuan, target, dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan proyek atau usaha tersebut.

- Menentukan sumber pendanaan yang tepat: Studi kelayakan membantu


menentukan sumber pendanaan yang tepat untuk proyek atau usaha
tersebut. Dalam analisis finansial, dapat diketahui berapa besar biaya yang
dibutuhkan, berapa besar pendapatan yang diperoleh, dan berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba.

- Meminimalkan risiko kegagalan: Studi kelayakan dapat membantu


meminimalkan risiko kegagalan dalam proyek atau usaha tersebut. Dengan
mengevaluasi berbagai aspek, maka dapat diketahui kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan dari proyek atau usaha tersebut dan
memperbaiki atau memperkuat strategi yang diperlukan.

Studi kelayakan sangat penting dalam pengambilan keputusan untuk melakukan suatu
proyek atau usaha. Studi kelayakan membantu pemilik usaha atau investor untuk
menentukan apakah proyek atau usaha tersebut layak untuk dilakukan atau tidak dan
memberikan gambaran yang jelas tentang risiko dan peluang yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaannya.

Sumber : BMP EKMA4434 Modul 5 5.5

You might also like