Admin,+4 +Pentingnya+Kolaborasi PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

MEDIAPSI

2019, Vol. 5, No. 1, 40-48

Pentingnya Kolaborasi dalam Menciptakan Sistem Pendidikan yang Berkualitas


Zulmi Ramdani(1), Silmi Amrullah(2), Lidwina Felisima Tae(3)
zulmiramdani94@gmail.com
(1)
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia
(2)
Fakultas Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia
(3)
Fakultas Pendidikan, University College London (UCL), London, United Kingdom

A good education system is created when the school is led by a competent and creative
principal, as well as those who are able to foster good relationships with teachers at the
school. In addition, teachers with appropriate personalities and competencies will support
the creation of a good learning environment and encourage their students to actively perform
and make them personal. This study aims to provide clear information about the importance
of collaboration among elements of educational support. The study used a mixed case study
methodology, an open questionnaire, and a descriptive statistical analysis of 173 subjects
consisting of two principals, 43 teachers, and 130 students. The results of case studies explain
how the role of principals is crucial in shaping the character and performance of schools,
especially with regard to their leadership style and creativity. While the analysis of open
questionnaires categorizes that students expect to become dream teachers are those who are
able to become partners, those who have the competence, and those who are experienced.
The role of the principal, the presence of a qualified teacher, and the similarity of students'
perceptions to their school will result in a collaboration that is mutually supportive of one
another.
Keywords: good teacher; good quality of education; collaboration; principal’s role
Sistem pendidikan yang baik tercipta ketika sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang
kompeten dan kreatif, juga mereka yang mampu membina hubungan yang baik dengan guru-
guru di sekolah tersebut. Selain itu guru-guru dengan kepribadian dan kompetensi yang
sesuai akan mendukung terciptanya suasana belajar yang baik dan mendorong siswanya
untuk aktif berprestasi dan menjadikan mereka pribadi yang baik. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan informasi yang jelas mengenai pentingnya kolaborasi di antara elemen-
elemen penunjang pendidikan tersebut. Studi ini menggunakan metodologi campuran studi
kasus, kuesioner terbuka, dan analisis statistik deskriptif terhadap 173 subjek yang terdiri
dari dua orang kepala sekolah, 43 orang guru, dan 130 orang siswa. Hasil dari studi kasus
menjelaskan tentang bagaimana peran kepala sekolah sangat penting dalam membentuk
karakter dan performa sekolah, terutama berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan
kreativitas mereka. Sedangkan analisis terhadap kuesioner terbuka mengategorikan bahwa
siswa mengharapkan untuk menjadi guru idaman adalah mereka yang mampu menjadi
partner, mereka yang memunyai kompetensi, dan mereka yang berpengalaman. Peran kepala
sekolah, keberadaan seorang guru yang mumpuni, dan kesamaan persepsi siswa dengan
sekolah mereka akan menghasilkan satu kolaborasi yang saling mendukung satu dengan yang
lainnya.
Kata kunci: guru yang baik; kolaborasi; pendidikan berkualitas; peran kepala sekolah
Received: September 20, 2018 Accepted: May 20, 2019 Pendahuluan
How to cite: Ramdani, Z., Amrullah, S., & Tae, L. F. Keberhasilan dan kemajuan suatu negara
(2019). Pentingnya Kolaborasi dalam Menciptakan
Sistem Pendidikan yang Berkualitas. MEDIAPSI, 5(1), salah satunya ditopang oleh sistem pendidikan
40-48. doi: yang baik sehingga menghasilkan sumber daya
https://doi.org/10.21776/ub.mps.2019.005.01.4
manusia yang kompeten dan berkepribadian
unggul. Sesuai dengan amanah Undang-

40
RAMDANI, DKK.

Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun dalam membangun iklim dan budaya belajar
2003, yang menyebutkan pendidikan sebagai yang baik. Kedua, sekolah kehilangan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan karakter-karakter guru yang secara praktis
suasana belajar dan proses pembelajaran agar bukan hanya berfokus pada aspek pengajaran
peserta didik secara aktif mengembangkan kognitif melainkan seluruh aspek sikap,
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan perilaku, moral, dan juga kognitif. Dan yang
spiritual keagamaan, pengendalian diri, ketiga mudah terjadinya perbedaan persepsi
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta diatara siswa dengan lingkungannya sehingga
keterampilan yang diperlukan dirinya, memunculkan demotivasi yang mengalahkan
masyarakat, bangsa, dan negara (Departemen prestasi.
Agama RI, 2003). Mengacu kepada dasar
Kesuksesan dalam pendidikan adalah
dalam undang-undang tersebut sudah hasil dari kolaborasi dari elemen-elemen
seharusnya kondisi pendidikan kita saat ini dalam sistem pendidikan yang saling
mengarah kepada kemakmuran secara mendukung satu dengan yang lainnya
menyeluruh. (Sahlberg, 2010). Berkaca kepada negara
Pada kenyataanya, kondisi pendidikan seperti Finlandia yang selalu menjadi model
Indonesia saat ini masih dalam pertumbuhan yang tepat, salah satunya dikarenakan pada
yang belum stabil. Berdasarkan data yang keseimbangan intervensi pada semua level
disampaikan dalam Social Progress Index, pendidikan, dimana guru dan sekolah saling
Indonesia berada di posisi ke-38 dari 50 negara bekerja sama untuk menjadikan pembelajaran
di dunia mengenai kemajuan suatu negara siswa pada posisi yang penting sehingga
yang didalamnya terdapat indikator dalam berfokus pada performa siswa dan
memperoleh akses pendidikan yang tepat menghilangkan kesenjangan dan perbedaan di
(Porter, Stren, & Loria, 2013). Selain itu, data antara sekolah (Sahlberg, 2010). Selain itu
dari Global Competitiveness Report juga juga, peningkatan dari perilaku berinovasi dan
memposisikan Indonesia pada situasi yang tanggungjawab di antara elemen pendidikan
sama terutama dalam aspek primary education akan menghadirkan mutu pendidikan yang
dan higher education yang berada dibawah lebih baik (Sahlberg, 2011). Beberapa hal yang
beberapa negara ASEAN seperti Singapura, menjadikan sebuah sistem pendidikan
Malaysia, dan Thailand (Schwab, 2017). dianggap berhasil adalah adanya standardisasi
Informasi demikian menjadikan situasi dalam proses belajar maupun mengajar,
pendidikan Indonesia memperlukan perhatian memfokuskan pada proses dibandingkan hasil,
yang lebih besar terutama di dalam kolaborasi antara kebijakan pemerintah dan
membangun sumber daya manusia yang kehadiran profesional, serta memunculkan
berkualitas. beragam visi pendidikan terutama dalam
memberikan kesempatan anak untuk selalu
Permasalahan yang terjadi saat ini salah
belajar, kreativitas, dan kemanusiaan
satunya dikarenakan faktor sumber daya
(Sahlberg, 2011).
manusia yang secara mendasar adalah aktor
yang akan menggerakan pendidikan. Pertama Informasi yang disampaikan
sekolah tidak mempunyai sosok pemimpin sebelumnya menegaskan bahwa untuk
yang mempunyai kekuatan dan energi positif menciptakan kondisi pendidikan yang baik itu

MEDIAPSI 41
PENTINGNYA KOLABORASI

dibutuhkan seperangkat komponen yang saling Kolaborasi yang tepat di antara kepala
mendukung satu dengan yang lainnya. sekolah dan guru akan menghasilkan
Elemen-elemen tersebut meliputi keberadaan perspektif yang sama dalam mencapai visi
seorang kepala sekolah, keberadaan guru yang ada di sekolah. Selain itu, keduanya harus
beserta kepribadiannya, dan juga peserta didik mampu menjadi model baik bagi siswa, karena
(Scheerens & Blomeke, 2016). Hal mendasar siswa cenderung lebih memilih apa yang
yang harus dipahami oleh elemen-elemen ditampilkan oleh guru dan kepala sekolah
tersebut adalah bahwa mereka merupakan mereka dibanding teman mereka sendiri
subjek positif yang mempunyai seperangkat (Brodaty & Gurgand, 2016). Penekanan pada
karakteristik-karakteristik positif yang aspek personal dan kepribadian juga akan
diharapkan mampu menimbulkan kenyamanan berpengaruh terhadap proses kolaborasi ini
dan kesejahteraan psikologis terutama dalam (Raufelder dkk., 2016). Studi ini bertujuan
sebuah proses pembelajaran (Ramdani & untuk memberikan informasi mengenai
Fahmi, 2016). pentingnya kolaborasi di antara elemen-
elemen dalam pendidikan yang telah
Seorang kepala sekolah yang
dijelaskan sebelumnya.
mempunyai keyakinan dan optmisme yang
tinggi tentang keberhasilan akan membawa dia Metode
pada perspektif yang progres tentang
Desain penelitian dan partisipan
bagaimana memajukan organisasi yang
dipimpinnya (Hallinger & Heck, 1996). Salah Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metodologi campuran kualitatif
satunya adalah mengenai reformasi dalam
dan kuantitatif. Tahapan pertama, peneliti
mengantarkan visi sekolah tersebut (Hallinger,
1992). Peran kepala sekolah yang tepat akan melakukan studi kasus dengan menggunakan
menghasilkan kegiatan dan proses purposive sampling terhadap dua orang kepala
pembelajaran yang bermanfaat, keputusan sekolah yang berada di Kepulauan Nias Barat
(Eisenhardt, 1989). Tahapan kedua peneliti
yang adil, kordinasi yang baik, serta hubungan
melakukan kuesioner terbuka dan melakukan
harmonis dengan guru dan siswa (Bossert,
Dwyer, Rowan, & Lee, 1982). Selain itu peran pengodean mengenai karakteristik-
seorang guru juga ikut berkontribusi terhadap karakteristik menjadi seorang guru idaman
yang diperoleh dari analisis terhadap 130
keberhasilan pendidikan. Saat ini guru banyak
kuesioner terbuka siswa (Ramdani, 2017).
yang menitikberatkan pada kemampuan
personal menjadi guru dibanding profesional Tahapan ketiga, peneliti melakukan analisis
yang lebih diunggulkan (Hosgorur, 2012). deskriptif terhadap kategori karakter-karakter
positif yang dibutuhkan oleh seorang guru
Siswa juga menginginkan guru adalah seorang
dengan menggunakan kuesioner kekuatan
mentor dan fasilitator yang memberikan
dukungan dan pengajaran yang baik (Harden karakter yang dikembangkan oleh Peterson
& Crosby, 2009). Sehingga menjadi sosok dan Seligman (Ramdani & Fahmi, 2016). Hasil
dari ketiga proses tersebut akan menghasilkan
seorang guru yang baik tidaklah mudah
deskripsi mengenai bagaimana peran masing-
dikarenakan harus bersinergi dengan kepala
sekolah, menunjukan perilaku dan kompetensi masing elemen itu muncul dan bagaimana
yang sesuai dengan misi yang diemban saling berkolaborasi.
(Korthagen, 2004).

MEDIAPSI 42
RAMDANI, DKK.

Hasil sehingga ketika ada kegiatan atau masalah


tertentu semuanya bisa turut andil di
Hasil analisis subjek (kepala sekolah) 1
dalamnya.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan subjek diperoleh beberapa temuan. 5. Karakter-karakter positif yang muncul dari
Subjek adalah seorang laki-laki berusia 35 kepala sekolah adalah kreativitas,
tahun kelahiran Nias Barat yang dengan perjuangan yang besar terhadap misi
semangat mudanya mampu membawa sekolah, keteguhan hati, dan kesabaran
perubahan positif dalam menjadikan SMPN Hasil analisis subjek (kepala sekolah) 2
yang dipimpinnya berprestasi, mandiri, dan Sama halnya dengan subjek pertama,
mempunyai citra yang baik bagi lingkungan pada subjek kedua ini kepala sekolah adalah
masyarakat sekitar. Beberapa kategori yang seorang laki-laki berumur 42 tahun. Subjek
muncul dari analisis di antaranya: termasuk orang yang dikenal dilingkungannya,
1. Menerapkan sistem yang berbasis pada karena setiap orang yang berpapasan
keunggulan dan potensi anak. Potensi ini dengannya tidak lupa untuk menyapa dan
dikembangkan salah satunya melalui bersalaman sambil berdiskusi. Subjek juga
komunitas tari sekolah dengan menjadikan adalah seorang kepala padukuan di wilayah
guru sekolah tersebut sebagai pelatihnya. Kepulauan Hinako, Nias Barat. Beberapa
Hasilnya sanggar tari ini terkenal dan sering temuan dari kasus subjek kedua di antaranya:
menjadi tamu undangan dalam berbagai 1. Berperan ganda tidak hanya sebagai kepala
kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten sekolah, juga sebagai kepala bagian
Nias Barat.
administrasi sekolah, kepala TU, dan
2. Menciptakan komunitas peduli sekolah, menjadi guru di hampir semua mata
dimana kepala sekolah mengajak para guru pelajaran di sekolah. Hal ini
untuk melakukan sosialiasai kepada mengasumsikan bahwa subjek berperan
masyarakat sekitar sekolah untuk saling sangat aktif dan beragam dalam kasus ini.
bekerja sama membantu dan mendukung 2. Sosok subjek adalah seseorang yang
kegiatan sekolah. Kegiatan ini mampu mampu berbaur bersama dengan warga di
mendatangkan minat warga untuk mana hal ini menjadi karakter dan
melakukan iuran rutin setiap minggu secara keunggulannya. Subjek beranggapan
sukarela dalam membantu pertumbuhan bahwa dirinya harus mampu menjadi
sekolah baik fisik ataupun non material. partner terbaik sekolah bagi warga di
3. Ikut serta dalam acara gereja di sekitar daerahnya.
sekolah yang kemudian kepala sekolah, 3. Kegiatan yang sering dilakukan setiap hari
guru, dan siswa mengambil kesempatan adalah menjadikan anak-anak di daerahnya
untuk melakukan lelang barang-barang tersebut mau bersekolah dan menanamkan
yang sudah disiapkan dengan tujuan hasil nilai tentang kecintaan terhadap daerah dan
akan digunakan membantu sekolah. juga memberikan motivasi terhadap
4. Kepala sekolah menitikberatkan bahwa pentingnya pendidikan.
hubungan dengan guru adalah sesuatu yang 4. Beberapa karakter yang muncul dari subjek
penting dan harus dibangun sejak awal,

MEDIAPSI 43
PENTINGNYA KOLABORASI

adalah keteguhan hati, kesabaran, mencapai tujuan bersama. Guru adalah mereka
tanggungjawab, komitmen, dan sikap open- yang mempunyai kompetensi dan kualitas
minded terhadap orang luar. Subjek selalu sesuai yang dikemudian digambarkan dengan
menjelaskan kepada orang luar siapa saja keahliannya dalam menyampaikan pelajaran,
yang datang ke wilayahnya untuk melihat memberikan contoh ilmu yang tepat, mereka
potensi daerahnya. adalah orang yang cerdas, dan mereka
mempunyai kemampuan problem solving
5. Hal yang unik dari subjek adalah selalu
yang baik. Sedangkan guru dianggap sebagai
menyampaikan motivasi dan pelajaran di
seseorang yang berpengalaman ketika mampu
kelas kepada siswa dengan menggunakan
mengajarkan arti kehidupan, memberikan suri
alat bantu gitar dengan keyakinan
tauladan, mampu membangun karakter siswa,
pendekatan yang baik dengan siswa dan
dan menanamkan nilai-nilai kebaikan.
guru akan membuat mereka mau untuk
melakukan perubahan. Kategori yang kedua adalah mengenai
karakter seorang guru yang diinginkan oleh
Hasil analisis kuesioner terbuka
siswa. Ada tiga hal penting yang diharapkan
Analisis terhadap hasil kuesioner ada dalam karakter seorang guru yaitu karakter
terbuka dilakukan dengan cara melakukan yang berkaitan dengan wisdom & knowledge,
koding terhadap unit-unit hasil yang relevan karakter humanity & love, serta karakter
dengan topik atau masalah yang sedang religious. Karakter yang pertama
diteliti. Ada dua kategori yang diperoleh dari dideskripsikan sebagai sosok guru yang
hasil analisis terhadap jawaban terbuka siswa inovatif, kreatif, berawawasan luas, jiwa
mengenai gambaran guru seperti apa yang
motivator, cerdas, komunikatif, open-minded,
mereka inginkan dan harapkan dapat menjadi dan tekun. Karakter yang kedua berkaitan
sosok yang baik dalam proses pembelajaran. dengan humanity & love digambarkan sebagai
Kategori pertama menghasilkan temuan sosok yang ramah, tulus, penyayang, rendah
mengenai bagaiamana sosok seorang guru hati, pendengar yang baik, cinta terhadap
yang diidamkan oleh siswa. Siswa murid, suka memuji, murah senyum, peduli,
menganggap bahwa setidaknya ada tiga hal simpati, dan empati yang tinggi. Sedangkan
yang mereka harapkan dari sosok seorang guru karakter yang ketiga sosok guru yang
yang baik. hal-hal tersebut meliputi posisi guru diharapkan adalah mereka yang sabar, ikhlas
sebagai partner siswa, guru mempunyai dalam mengajar muridnya, tawadhu dalam
kompetensi dan kualitas yang sesuai, dan guru bekerja, amanah, dan jujur dalam berilmu.
dianggap adalah seseorang yang mempunyai Penjelasan mengenai kategori sebelumnya bisa
banyak pengalaman. Guru sebagai partner dilihat pada Tabel 1.
siswa digambarkan sebagai sosok yang bukan
Hasil analisis deskriptif
hanya menjadi pengajar semata bagi siswa,
Analisis deskriptif dilakukan dengan
juga mereka yang mampu menjadi sahabat
melihat hasil peroleh skala yang diberikan
ketika siswa mempunyai masalah, mereka
kepada 40 orang guru yang berisi tentang
yang mampu menjadi orang tua mereka di
karakter-karakter yang dibutuhkan oleh guru
kelas yang senantiasa memberikan nasihat dan
dalam proses pembelajaran. Skala yang
motivasi positifnya, juga mereka yang
digunakan didasarkan pada kekuatan karakter
senantiasa berkolaborasi dengan siswa dalam

MEDIAPSI 44
RAMDANI, DKK.

yang dibuat oleh Peterson & Seligman (2004) Diskusi


kemudian peneliti menggunakan skala yang Sebagaimana yang telah dipaparkan
dikembangkan oleh (Ramdani & Fahmi, sebelumnya, bahwa sistem pendidikan yang
2016). baik haruslah dibangun melalui kerjasama
Tabel 1 yang konsisten di antara berbagai elemen-
Kategori Guru Idaman
elemen dalam sistem pendidikan nasional saat
No. Kategori Indikator ini. Peran kepala sekolah mempunyai
1. Sosok Guru Idaman Partner kontribusi paling besar karena sebagai dasar
Skills dan pintu utama terciptanya iklim dan budaya
Experienced belajar yang baik. Sekolah yang dipimpin oleh
2. Karakter Guru Idaman Wisdom & Knowledge seseorang yang kompeten di bidangnya,
setidaknya akan menghasilkan kebijakan yang
Humanity & Love
mampu dicapai oleh siswanya (Riehl, 2000).
Religious
Dalam penelitian ini peran kepala sekolah
Gambar 1 menjelaskan mengenai lebih didasarkan atas kemampuan personal
bagaimana karakter guru yang menjadi subjek mereka dalam mengembangkan pendidikan
penelitian dalam studi ini. Dari enam karakter yang unik sesuai cara mereka masing-masing.
yang diujikan meliputi karakter love (cinta), Seorang kepala sekolah yang secara sukarela
kindness (kebaikan hati), emotional stability mampu mencari alternatif dari setiap
(keseimbangan emosional), creativity permasalahan dengan solusi yang baru dan
(kreativitas), open-minded (keterbukaan memanfaatkan potensi yang ada dapat menjadi
pikiran), dan love of learning (kecintaan langkah awal dalam mengembangkan tipe
belajar), hampir semua karakter di atas rata- kepemimpinan mereka di sekolah (Leithwood
rata 50%. Dengan demikian, melihat pada hasil & Montgomery, 1982). Berbeda dengan
analisis pada gambar diatas menjelaskan mereka yang hanya menjalankan apa yang
bahwa kesiapan guru dalam menciptakan sudah diamanahkan saja kepada mereka. Hal-
pendidikan yang berkualitas sudah dibekali hal penting yang menjadi kunci dari peran
dengan karakteristik kepribadian yang kepala sekolah ini adalah bagaimana seorang
mumpuni. Hanya saja pada bagian kreativitas kepala sekolah dapat menciptakan suasana
mendapatkan skor terendah, yang artinya belajar yang efektif dan kordinasi yang
karakter ini belum sepenuhnya dikembangkan harmonis dengan guru-guru yang lainnya.
pada guru dalam subjek penelitian ini. Selain itu mereka juga perlu menumbuhkan
tipe kepempimpinan yang transformasional
dibanding hanya manajerial ataupun
instruksional.
Peran seorang kepala sekolah tidak akan
berjalan sesuai keinginan jika tidak didukung
oleh sumber daya guru yang mumpuni baik
secara kompetensi ataupun secara personal.
Guru sejatinya adalah alat utama dalam
menciptakan generasi bangsa yang cerdas dan
Gambar 1. Kesiapan Karakter Guru

MEDIAPSI 45
PENTINGNYA KOLABORASI

berkepribadian mulia (Murphy, Delli, & belajar dan mencoba menerima lingkungan
Edwards, 2010). Guru yang diharapkan mereka sebagai lingkungan yang positif,
mampu membantu menciptakan pendidikan sehingga pada akhirnya akan terjadi
yang baik, akan memulai membentuk dirinya kepedulian dan empati terhadap keberhasilan
menjadi sosok yang hangat dan diidamkan dalam proses pembelajaran. Hasil akhirnya
oleh siswa mereka (Rooij & Jansen, 2018). adalah terjalin hubungan dan harmonisasi di
Guru yang baik akan menghasilkan siswa antara elemen-elemen pendidikan.
dengan performa yang baik pula. Hal itu akan Dengan demikian dapat dibuat simpulan
menjadi pertimbangan bagi siapa saja yang bahwa berdasarkan penelitian ini kepala
ingin menjadi guru agar mempersiapkan diri sekolah mempunyai peranan yang besar di
dan kepribadian mereka sesuai dengan
dalam menciptakan iklim dan suasana belajar
tuntutan lingkungan dan juga globalisasi yang nyaman bagi siswa. Hal itu juga membuat
(Berg, 2002). Hasil penelitian tentunya tidak hubungan antara kepala sekolah dan guru
serta merta mampu mendefinisikan sosok menjadi solid dan mampu menciptkan metode
seorang guru yang sempurna. Tetapi dari hasil dan menghasilkan perspektif yang baik
ini mampu menyajikan gambaran sederhana terhadap performa siswa-siswa mereka.
tentang bagaimana seharusnya dilakukan oleh
seorang guru dengan berbagai keunikannya
masing-masing. Catatan dan Penghargaan
Dalam studi sederhana ini dihasilkan Hasil studi ini diperoleh berdasarkan
bahwa karakter-karakter yang tepat dimiliki pengalaman penulis ketika sedang melakukan
oleh seorang guru dalam menciptakan penelitian jangka panjang mengenai aspirasi
pendidikan yang baik sudah secara sekolah di pedalaman Indonesia. Penulis ingin
keseluruhan mereka miliki. Aspek-aspek yang mengucapkan terima kasih banyak kepada
meliputi kemampuan personal dan Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan
kemampuan yang berbasis kompetensi sudah UGM yang telah bekerjsama dengan
dimiliki oleh mayoritas guru dalam subjek Kementrian Kebudayaan RI dan memilih
penelitian. penulis sebagai salah satu asisten lapangan di
Titik kolaborasi dalam penelitian ini beberapa daerah di Sumatera Utara terutama
adalah bagaimana kepala sekolah sebagai masyarakat Pulau Samosir dan Kepulauan
elemen yang berada pada jalur kebijakan dan Nias.
proses administrasi mampu menghasilkan
situasi dan iklim sekolah yang mendukung
Daftar Pustaka
proses belajar dan mengajar siswa. Selain itu
itu juga kepala sekolah dan guru bersama-sama Berg, R. van den. (2002). Teachers’ meanings
mempunyai tanggung jawab dan kesadaran regarding educational practice. Review
penuh akan peran mereka masing-masing of Educational Research, 72(4), 557-
sehingga sejak awal mereka sudah 625.
mempersiapkan sikap dan perilaku mereka https://doi.org/10.3102/0034654307200
sesuai dengan apa yang diharapkan siswa. 4577
Dalam hal ini juga, siswa seharusnya mampu Bossert, S., Dwyer, D., Rowan, B., & Lee, G.

MEDIAPSI 46
RAMDANI, DKK.

(1982). The instructional management https://doi.org/10.1080/0142159004094


role of the principal. Educational 29
Administration Quarterly, 18(3), 34–64. Hosgorur, T. (2012). A discussion of what
doi: makes a good teacher: Opinions of pre-
https://doi.org/10.1177/0013161X82018 service primary school teacher. Procedia
003004 Social and Behavioral Sciences, 55,
Brodaty, T., & Gurgand, M. (2016). Good 451–460. doi:
peers or good teachers? Evidence from a https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09
French university. Economic of .524
Education Review, 54, 62–78. doi: Korthagen, F. A. J. (2004). In search of the
http://dx.doi.org/10.1016/j.econedurev.2 essence of a good teacher: Toward a
016.06.005 more holistic approach in teacher
Departemen Agama RI. (2003). Undang- education. Teaching and Teacher
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Education, 20(1), 77–97. doi:
Sistem Pendidikan Nasional (hal. 1). https://doi.org/10.1016/j.tate.2003.10.00
Jakarta: Departemen Agama RI. 2
Eisenhardt, K. (1989). Building theories from Leithwood, K. A., & Montgomery, D. J.
case study research. Academy of (1982). The role of the elementary
Management Review, 14(4), 532–550. school principal in program
doi: http://dx.doi.org/10.2307/258557 improvement. Review of Educational
Research, 52(3), 309–339.
Hallinger, P. (1992). The evolving role of
https://doi.org/10.3102/0034654305200
American principals: From managerial
3309
to instructional to transformational
leaders. Journal of Educational Murphy, P. K., Delli, L. A. M., & Edwards, M.
Administration, 30(3). doi: N. (2010). The good teacher and good
http://dx.doi.org/10.1108/09578239210 teaching: Comparing beliefs of second-
014306 grade students, preservice teachers, and
inservice teachers. The Journal of
Hallinger, P., & Heck, R. H. (1996).
Experimental Education, 72(2), 69-92.
Reassessing the principal’s role in school
doi:
effectiveness: A review of empirical
https://doi.org/10.3200/JEXE.72.2.69-
research, 1980-1995. Educational
92
Administration Quarterly, 32(1), 5-44.
doi: Porter, M. E., Stren, S., & Loria, R. A. (2013).
https://doi.org/10.1177/0013161X96032 Social Progress Index 2013.
001002 Washington, DC: Social Progress
Imperative.
Harden, R. M., & Crosby, J. (2009). AMEE
Guide No 20: The good teacher is more Ramdani, Z. (2017). Forgiving is not only
than a lecturer -the twelve roles of the forgetting (phenomenological study on
teacher. Medical Teacher, 22(4), 334– forgiveness in individu who experiences
347. doi: a friendship conflict. IJASOS-

MEDIAPSI 47
PENTINGNYA KOLABORASI

International E-Journal of Advances in Second International Handbook of


Social Sciences, 3(9), 829–839. doi: Educational Change. Springer
https://doi.org/10.18769/ijasos.366853 International Handbooks of Education,
vol 23. Dordrecht: Springer. doi:
Ramdani, Z., & Fahmi, I. (2016). Profil
https://doi.org/10.1007/978-90-481-
kekuatan karakter dan kebajikan pada
2660-6_19
mahasiswa berprestasi. Psympathic :
Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 98–108. Sahlberg, P. (2011). The fourth way of
doi: Finland. Journal of Educational Change,
https://doi.org/10.15575/psy.v1i1.471 12(2), 173–185. doi:
https://doi.org/10.1007/s10833-011-
Raufelder, D., Nitsche, L., Breitmeyer, S.,
9157-y
Kebler, S., Herrmann, E., & Regner, N.
(2016). Student’s perception of “good” Scheerens, J., & Blomeke, S. (2016).
and “bad” teacher: Results of qualitative Integrating teacher education
thematic analysis with German effectiveness research into educational
adolesencents. International Journal of effectiveness model. Educational
Education Research, 75, 31–44. doi: Research Review, 18, 70–87. doi:
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2015.11.00 http://dx.doi.org/10.1016/j.edurev.2016.
4 03.002
Riehl, C. J. (2000). The principal’s role in Schwab, K. (2017). The Global
creating inclusive schools for diverse Competitiveness Report. Cologny:
students: A review of normative, World Economic Forum.
empirical, and critical literature on the
practice of educational administration.
Review of Educational Research, 70(1),
55–81. doi:
https://doi.org/10.3102/0034654307000
1055
Rooij, E. C. M., & Jansen, E. P. W. A. (2018).
“Our job is to deliver a good secondary
school student, not a good university
student.” Secondary school teachers’
beliefs and practices regarding
university preparation. International
Journal of Educational Research, 88, 9–
19. doi:
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2018.01.00
5
Sahlberg P. (2010) Educational Change in
Finland. Pada A. Hargreaves, A.
Lieberman, M. Fullan, D. Hopkins (eds),

MEDIAPSI 48

You might also like