Professional Documents
Culture Documents
Kunjungan Kapal Amn
Kunjungan Kapal Amn
Disususn oleh :
Teknika A
Website: www.amn.ac.id
JUDUL ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1. Tujuan Kunjungan Kapal..................................................................... 1
2. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
BAB II ISI .............................................................................................................. 2
1. Piping Line ......................................................................................... 2
2. Prosedur Menghidupkan Generator Kapal ......................................... 9
3. Paralel generator ................................................................................. 11
4. Persiapan OHN Kapal ........................................................................ 14
5. Pendingin Air Tawar Dan Air Laut .................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ......................................................................................... 20
B. Saran dan Kesan ................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena begitu besar
kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kunjungan kapal
tepat waktu. Penulis menyusun laporan ini dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas
iii
BAB I PENDAHULUAN
C.pelaksanaan kegiatan
Adapun kegiatan yang harus dilakukan sebelum kunjungan kapal sebagai berikut:
1. Para mahasiswa berkumpul di lapangan untuk melakukan presensi
1
2. Para mahasiswa berangkat ke pelabuhan tanjung intan dengan menggunakan
motor pribadi
3. Ketika sampai di pelabuhan, mahasiswa disamput oleh pihak dari pt pusri,
kemudian diarahkan menuju kapal mochtar prabu mangkunegara milik pt.
Pusri
4. Mahasiswa langsung disambut untuk kunjungan kapal oleh chief enggineeer
ketika sampai di kapal mochtar prabu mangkunegara milij pt. Pusri.
BAB II ISI
A. Piping Line
1. Pengertian
Pipa adalah suatu batang silindar berongga yang dapat berfungsi untuk
dilalui atau mengalirkan zat cair, uap, gas ataupun zat padat yang dapat
dialirkan yang berjenis serbuk/tepung. Untuk pembuatan pipa baja dapat
dibuat dengan beberapa metoda antara lain seamless pipe, butt welded pipe
dan spiral welded pipe. Pembuatan pipa disesuaikan dengan kebutuhan dan
dibedakan dari batas kekuatan tekanan, ketebalan dinding pipa, temperatur zat
yang mengalir, jenis material berkaitan dengan korosi dan kekuatan pipa
tersebut.
a. Penamaan pipa sering disebut dari jenis pipa dan ukuran pipa yaitu
diameter pipa. Diameter pipa sendiri dibagi dua : diameter luar dan
diameter dalam, selain itu ada yang menamakan pipa dari ketebalan pipa
yaitu ketebalan antara diameter luar dan diameter dalam dan sekarang
dikenal dengan istilah schedules.
b. Untuk instalasi pipa dikapal tentu pipa-pipa tersebut tidak hanya pipa lurus
melainkan terdapat belokan , cabang, mengecil, naik dan turun. Panjang
dari pipa pun beraneka ragam ada yang penjang ataupun pendek.
Berkaitan dengan hal ini maka kita akan mengenal beberpa jenis
2
sambungan pipa seperti sambungan ulir, sambungan shock , sambungan
dengan las (butt welded) dan sambungan dengan menggunakan flange.
Selain itu dikenal juga istilah belokan atau ellbow, cabang T atau tee,
cabang “Y” dan ada juga pipa yang diameternya mengecil disebut reducer.
c. Pada setiap kapal yang memiliki perlengkapan permesinan yang terdiri
dari Mesin Induk , Mesin Bantu dan pompa-pompa atau kapal yang tidak
dilengkapi Mesin Penggerak namun memiliki permesinan lain dan
pompapompa, selalu dilengkapi dengan instalasi perpipaan.
d. Instalasi pipa dikapal diganakan untuk mengalirkan fluida dari satu
tanki/kompartment ke tanki lain, atau dari satu tangki ke peralatan
permesinan dikapal, atau mengalirkan fluida dari kapal keluar kapal atau
sebaliknya. Selain itu terdapat instalasi pipa yang lain berfungsi
mengalirkan gas non cair seperti pipa gas buang, pipa sistim CO2, atau
instalasi pipa yang mengalirkan udara dan uap bertekanan.
e. Jenis pipa yang terdapat dikapal memiliki beragam senis ditinjau dari
material pipa sesuai dengan kegunaannya. Material pipa dikapal pada
umumnya terbuat dari baja galvanis, baja hitam, baja campuran, stainless
steel, kuningan, tembaga ataupun alumunium. Pada kegunaan tertentu
terdapat pula pipa yang terbuat dari bahan non metal seperti rubber hose ,
gelas dan PVC.
f. Untuk kapal-kapal yang dibangun mengikuti peraturan klasifikasi maka
instalasi pipa harus pula mendapat persetujuan atau gambar instalasi pipa
harus mendapat pengesahan dari badan klasifikasi.
g. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sistim pemeliharaan atau sistim
reparasi terhadap pipa-pipa dikapal, untuk memudahkan hal tersebut maka
sistim penyambungan pipa-pipa dikapal menggunakan sistim baut dan
flange.
3
a. Sesuai dengan fungsinya , istalasi pipa air laut digunakan untuk
mengalirkan air laut dari satu tanki ke tanki lain, dari luar ke dalam kapal,
dari kapal ke laut dan lain sebagainya. Pengaliran air laut menggunakan
sarana pompa, dapat berupa pompa hisap atau pompa tekan, pompa ini
disebut Pompa air laut/Sea water pump. Selain pompa pengaturan aliran
instalasi air laut dikontrol dengan menggunakan sistim katub/valve.
b. Pompa air laut pada umumnya menggunakan jenis pompa centrifugal
disesuaikan dengan kebutuhannya . Air laut masuk kedalam kapal dengan
melalui instalasi karangan laut/sea chest , yaitu pipa yang menembus
bagian kulit kapal didaerah bottom. Pipa di sea chest dilengkapi
katub/valve type non return valve yang terbuat dari bahan cast steel atau
bronze. Setelah melalui katub sebagai pengatur masuknya air laut , air laut
melewati Saringan/Strainer untuk menyaring partikel / kotoran sebelum
dihisap oleh pompa Air laut/sea water pump yang mempunyai kapasitas
mencukupi sesuai kebutuhan. Pengaturan kebutuhan air laut diatur dengan
menggunakan manifold dan beberapa katub untuk penyalurannya yang
dapat dikontrol di kamar mesin (lihat diagram pipa isometri terlampir).
c. Air laut antara lain dibutuhkan untuk sistim Pemadam Kebakaran/Fire
Hydrant system, sistim Pendingin Mesin Induk/Bantu/Sea Water cooling
system, sistim Bilas sanitasi/Sewage flushing system, sistim Cuci
Geladak/Deck washing system, sistim pencuci rantai di Hawse pipe/Chain
washing system dan sistim Balas dikapal/Sea water ballast system.
4
3. Sistem instalasi pipa air tawar / fresh water piping system
5
4. Sistem instalasi pipa bahan bakar / fuel oil piping system
6
pelat geladak kapal dan masuk ke Tanki bahan bakar dikenal dengan nama
Bunker Station. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katub/valve yang
terbuat dari bahan pipa baja atau pipa stainless steel.
d. Pengaturan kebutuhan bahan bakar diatur dengan menggunakan manifold
dan beberapa katub untuk penyalurannya sesuai jumlah tanki dan jumlah
mesin yang dapat dikontrol di kamar mesin (lihat diagram pipa isometri
terlampir).
e. Untuk pipa bahan bakar yang keluar dari tangki harian dan mengalir
menuju mesin harus dilengkapi dengan katup dengan sitim penutup
otomatis dengan pegas dan dapat dioperasikan secara cepat/Quick closing
valve.
7
c. Untuk pembersihan sistim instalasi sewage ini, dilengkapi dengan instalasi
pembersih/ flushing system. Sistim pembersih menggunakan air laut , dan
pembuangan sewage menggunakan pipa yang umumnya menembus kulit
lambung kapal disebut overboard dan dilengkapi pula pipa pembuangan
yang terletak digeladak belakang utama untuk pembuangan ke sarana
didarat atau tongkang pembuangan. Pipa-pipa tersebut terbuat dari bahan
pipa tahan karat atau pipa stainless steel dan dilengkapi dengan
katub/valve.
c. Pipa Udara adalah pipa peranginan yang harus dipasang disetiap tanki
yang ada dikapal, dengan kegunaan supaya didalam tanki tidak terjadi
tekanan yang membahayakan. Pipa udara harus dipasang ditanki dan
keluar menembus geladak sehingga udara keluar ditempat udara bebas.
Pipa udara mempunyai ketinggian digeladak diatur oleh ketentuan Load
Line Convention. Ukuran diameter pipa udara harus lebih besar dari
ukuran diameter pipa isi. Dibagian ujung pipa udara harus dibuat bengkok
atau dipasang strainer sehingga air tidak mesuk kedalam tanki.
8
d. Pipa Gas buang/Exhaust gas pipe merupakan pipa untuk mengalirkan gas
hasil pembakaran Mesin Induk/Main Engine atau mesin Bantu/Aux.
Engine. Pipa gas buang terpasang dari manifold gas buang Mesin
Induk/Bantu didalam kamar mesin dan terus menuju cerobong
kapal/funnel . Karena pipa ini akan dialiri gas yang cukup panas maka
pipa pada umumnya dibalut dengan bahan insulation.
9
5. Gunakan AVR untuk mengeset Tegangan Incoming Generator sama atau
lebih tinggi dari sistem.
6. Gunakan Synchroscope pada incoming generator dan set frekwensi
incoming generator berputar perlahan – lahan di daerah “Fast” mendekati 0.
7. Tutup breaker incoming generator saat 1 sampai 2 derajat pada
synchroscope sebelum posisi 0. Dengan asumsi breaker mepunyai massa
lembam dengan demikian penutupan breaker tepat pada angka 0 pada
synchroscope.
8. Matikan synchroscope
9. Dengan governor control, buat perpindahan beban ke incoming generator
secara perlahan – lahan.
10. Jika power faktor yang terbaca antara 2 generator atau lebih yang diparalel
tidak sama maka, set AVR masing – masing generator sampai power faktor
setiap generator mendekati sama. Jika menggunakan peralatan automatic
synchronizer yang digabung dengan peralatan Load sharer dan kVA sharer
kita hanya mengikuti langkah 1 dan 3, selain itu kita dapat mempersingkat
semua langkah diatas. Lama waktu yang diperlukan untuk langkah –
langkah diatas dengan menggunakan peralatan automatic (AS, LS dan kVA
S) adalah berkisar antara 10 sampai 15 detik.
Untuk menjamin kondisi layak laut maka kapal harus memenuhi standart
aturan Biro Klasifikasi. Memeriksa keran (water tap) saluran bahan bakar dari
tangki harian, apabila sudah dalam keadaan terbuka, maka generator kapal siap
untuk dihidupkan. Langkah selanjutnya dalam menghidupkan generator kapal
yaitu dengan memutar stopkontak (plug contact) agar dapat menghubungkan
baterai penyimpanan dengan motor starter dan meletakan handle gas pada posisi
kurang lebih setengah dari kecepatan penuh (RPM) generator kapal, kemudian
lakukan start, mesin hidup, kembalikan stopkontak posisi run kemudian atur
kecepatan putaran mesin,
Untuk ketentuan jumlah generator dikapal, Sekurang-kurangnya dua
agregat yang terpisah dari mesin penggerak utama harus disediakan untuk
pemberian daya instalasi listrik [BKI, 1996]. Ini untuk menjamin jika generator
terjadi kerusakan dilaut maka kapal masih dapat beroperasi. Ketentuan untuk
kapasitasnya, daya keluar dari generator yang sekurang-kurangnya diperlukan
untuk pelayanan dilaut harus 15% lebih tinggi daripada kebutuhan daya yang
ditetapkan dalam balans daya [BKI, 1996]. Ini dimungkinkan untuk keperluan
10
arus asut dari motor – motor listrik peralatan diatas kapal. Sedangkan untuk
ketentuan paralel generator dengan kapasitas berbeda maka beda keluaran daya
reaktif dari setiap generator tidak boleh lebih kecil 15% dari keluaran daya reaktif
generator kapasitas lebih besar dan tidak boleh lebih kecil 25% dari daya reaktif
generator berkapasitas lebih kecil [BKI, 1996]. Aturan ini dimaksudkan untuk
keamanan dalam operasional generator pada kapasitas berbeda supaya tidak
terjadinya beban berlebih. Ketentuan untuk variasi frekwensi adalah + 5% [BKI,
1996], dengan demikian karakteristik droop generator tidak boleh lebih dari 5%,
ini dimaksudkan untuk kestabilan kontrol operasional generator dikapal.
C. Paralel Generator
Paralel generator dapat diartikan menggabungkan dua buah generatoratau
lebih dan kemudian dioperasikan secara bersama – sama dengan tujuan : 1.
Mendapatkan daya yang lebih besar. 2. Untuk effisiensi (Menghemat biaya
pemakaian operasional dan Menghemat biaya pembelian) 3. Untuk memudahkan
penentuan kapasitas generator. 4. Untuk menjamin kotinyuitas ketersediaan daya
listrik. Sinkronisasi Jika kita hendak memparalelkan dua generator atau lebih
tentunya kita harus memperhatikan beberapa persyaratan paralel generator
tersebut. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah, 1.Tegangan kedua
generator harus mempunyai amplitudo yang sama. 2.Tegangan kedua generator
harus mempunyai frekwensi yang sama, dan 3.Tegangan antar generator harus
sefasa. Dengan persyaratan diatas berlaku apabila, 1. Lebih dari dua generator
yang akan kerja paralel. 2. Dua atau lebih sistem yang akan dihubungkan sejajar.
3. Generator atau pusat tenaga listrik yang akan dihubungkan pada sebuah
jaringan. Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan dua
generator atau lebih adalah dengan mempergunakan sinkroskop lampu. Yang
harus diperhatikan dalam metoda sederhana ini adalah lampu – lampu indikator
harus sanggup menahan dua kali tegangan antar fasa.
1. Sinkronoskop Lampu Gelap
Jenis sinkronoskop lampu gelap pada prinsipnya menghubungkan
antara ketiga fasa, yaitu U dengan U, V dengan V dan W dengan W. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
11
Gambar Skema Sinkronoskop Lampu Gelap
Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama maka ketiga
lampu akan gelap yang disebabkan oleh beda tegangan yang ada adalah nol.
Demikian juga sebaliknya, jika lampu menyala maka diantara fasa terdapat
beda tegangan. Ini dapat dijelaskan pada gambar berikut.
12
Gambar Skema Sinkronoskop Lampu Terang
Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskop lampu
gelap. Jika antara fasa terdapat beda tegangan maka ketiga lampu akan
menyala sama terang dan generator siap untuk diparalel. Kelemahan dari
sinkronoskop ini adalah kita tidak mengetahui seberapa terang lampu tersebut
sampai generator siap diparalel. Ini dapat dijelaskan dengan gambar dibawah
ini.
D. Persiapan OHN 1. Persiapan OHN (One Hour Notice) Kapal Mau Bersandar
Di Pelabuhan
a. Siapkan formulir check list sebelum tiba.
13
b. Jalankan generator sekaligus paraleldengan generator yang lain untuk
menambah daya.
c. Periksa tekanan udaraa start dalam botol angin.
d. Selanjutnya menunggu perintah dari anjungan.
e. Setelah olah gerak selesai masinis jaga tidak segera meninggalkan kamar
mesin.
f. Buka kran indicator untuk blow up ME.
g. Turning gear selama lebih kurang 30 menit.
h. Matikan pompa yang tidak di perlukan.
14
b. Air Tawar atau sistem pendingin utama: air tawar digunakan dalam
rangkaian tertutup untuk mendinginkan mesin yang ada di kamar mesin.
Air tawar kembali dari exchanger panas setelah pendinginan mesin yang
selanjutnya didinginkan oleh air laut pada pendingin air laut.
15
e. Tangki Ekspansi : Kerugian pada rangkaian tertutup yaitu air tawar terus
dikompensasi oleh tangki ekspansi yang juga menyerap peningkatan
tekanan karena ekspansi panas.
16
udara sekurang-kurangnya berdiameter dalam 32 mm yang dapat
diputuskan hingga di atas deck bulk head. Adanya tempat dengan ukuran
yang cukup di bagian dinding pelat.
Saluran udara bertekanan atau saluran uap melengkapi kelengkapan
sea chest untuk pembersihan sea chest dari kotoran. Saluran tersebut
dilengkapi dengan katup shut off yang dipasang di sea chest. Udara yang
dihembuskan ke sea chest dapat melebihi 2 bar jika sea chest dirancang
untuk tekanan yang lebih tinggi.
b. Katup
Katup sea chest dipasang sedemikian hingga sehingga dapat
dioperasikan dari atas pelat lantai (floor plates) Pipa tekan untuk system
pendingin air laut dipasangi suatu katup shut off pada shell plating.
c. Strainer
Sisi hisap pompa air laut dipasangi strainer. Strainer tersebut juga
diatur sehingga dapat dibersihkan selama pompa beroparasi. Bilamana air
pendingin disedot oleh corong yang dipasang dengan penyaringnya, maka
pemasangan strainer dapat diabaikan.
d. Pompa pendingin air laut
Pembangkit penggerak utama kapal dengan menggunakan motor
diesel harus dilengkapi dengan pompa utama dan pompa cadangan. Pompa
pendingin motor induk yang diletakkan pada pembangkit penggerak
(propulsion plant) dipastikan bahwa pompa itu dapat memenuhi kapasitas
air pendingin yang layak untuk keperluan motor induk dan Bantu pada
berbagai jenis kecepatan dari propulsion plant. (untuk pompa cadangan
digerakkan oleh motor yang independent).
Pompa air pendingin utama dan cadangan masing-masing
kapasitasnya merupakan kapasitas maksimal air pendingin yang diperlukan
oleh pembangkit. Atau sebagai alternatif tiga buah pompa air pendingin
dengan kapasitas yang sama dapat dipasang. Bahwa dua dari pompa adalah
cukup untuk menyuplai air pendingin yang diperlukan pada kondisi operasi
beban penuh pada temperatur rancangan. Dengan pengaturan ini
dimungkinkan untuk pompa yang kedua secara otomatis mengambil alih
operasi hanya pada temperatur yang lebih tinggi dengan dikendalikan oleh
thermostat.
17
Pompa ballast atau pompa air laut lainnya dapat digunakan sebagai
pompa pendingin cadangan. Bilamana air pendingin dipasok oleh corong
hisap (Scoop), pompa air pendingin utama dan cadangan harus dipastikan
memiliki kapasitas yang menjamin keandalan pada operasinya pada
pembangkit di bawah kondisi pembebanan parsial. Pompa air pendingin
utama secara otomatis dibangkitkan sesegera mungkin bila kecepatan turun
di bawah kecepatan yang diperlukan oleh corong.
e. Sistem untuk pendingin air tawar
Sistem pendingin air tawar diatur sehingga motor dapat secara baik
didinginkan di bawah berbagai kondisi suhu. Menurut kebutuhan dari
motor sistem pendingin air tawar yangdiperlukan seperti:
1) Suatu sirkuit tunggal untuk keseluruhan pembangkit.
2) Sirkuit terpisah untuk pembangkit daya induk dan Bantu.
3) Beberapa sirkuit independent untuk komponen motor induk yang
memerlukan pendinginan (silinder, piston, dan katup bahan bakar) dan
untuk motor bantu.
4) Sirkuit terpisah untuk berbagai batasan
temperatur.
Sirkuit pendingin diatur sehingga bila salah satu sirkuit mangalami
kegagalan maka dapat diambil alih oleh sirkuit pendingin yang lain.
Bilamana perlu, dibuatkan pengaturan pengambilalihan untuk tujuan
tersebut. Sedapat mungkin pengatur suhu dari motor induk dan Bantu
dibuatkan sirkuit yang terpisah dan independent satu sama lainnya.
Bilamana pada motor pembangkit otomatis, penukar panas
untuk bahan bakar dan pelumas melibatkan sirkuit air pendingin,
system air pendingin dimonitor terhadap kebocoran dari minyak bahan
bakar dan pelumas.
Sistem air pendingin umum untuk pembangkit induk dan bantu
dipasangi katup shut off untuk memungkinkan reparasi tetapi tidak
mengganggu pelayanan dari system tersebut.
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kunjungan Lapangan ke kapal ini terkait dengan manajemen pelayaran,
yang dapat saya simpulkan bahwa manajemen pelayaran publik yang
dilaksanakan oleh pihak kapal sangat baik, sehingga pihak perkapalan bisa
mendapatkan beberapa Penghargaan, penghargaan- pengahargaan yang di dapat
ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak perkapalan dalam
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
19