Professional Documents
Culture Documents
Jurnal SSB RyanDevaDamara-203020601114
Jurnal SSB RyanDevaDamara-203020601114
NIM ; 203020601114
KELAS ; PERDATA
MATA KULIAH ; SURAT SURAT BERHARGA
JURNAL
Abstrak
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan instrumen investasi pemerintah dengan
berbagai jenis dan tujuan penerbitan. Pada tahun 2012, diterbitkan tipe SBSN dengan tujuan
penghimpunan dana untuk percepatan proyek infrastruktur pemerintah. Surat berharga ini
menjadi dasar pembiayaan infrastruktur dan dikenal sebagai Proyek Berbasis Sukuk (PBS).
PBS dapat diterbitkan melalui tiga cara, yaitu lelang, private placement dan penjilidan buku.
Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) merupakan salah satu bentuk dari instrumen
kegiatan investasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Sukuk dapat digunakan untuk
ini dilakukan dalam bentuk deskriptif analisis. Kajian ini mendeskripsikan dan menjelaskan
kondisi perkembangan sukuk selama 5 tahun dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Sukuk Bang merupakan salah satu bentuk investasi yang diterbitkan pemerintah yang
memiliki beberapa keunggulan. Pertama, sukuk negara sebagai alternatif pendanaan defisit
APBN dan alternatif investasi bagi investor yang ingin mengelola dananya secara syar'i.
A. Pendahuluan
ekonomi. Kita semua tahu bahwa kita dapat menemukan pertumbuhan ekonomi lebih banyak
berorientasi jangka menengah, meningkatkan kebutuhan dasar dan aktivitas manusia, sumber
daya air menjadi sasaran. , listrik, energi untuk transportasi (jalan raya, kereta api, pelabuhan
dan bandara).
Pada saat yang sama, model keuangan Islam berkembang sangat cepat dan juga
menarik bagi investor. Khususnya orang di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah
orang muslim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model keuangan syariah laris manis
di pasar modal. Model keuangan Islam sendiri memiliki prinsip yang diikuti secara konsisten,
diantaranya mencegah gharar (kepastian), maisyir (kepastian), dan riba (bunga). Inilah salah
satu dari alasan mengapa model keuangan Islam diminati oleh para investor. Salah satu model
keuangan syariah di Indonesia adalah Sukuk. Sukuk merupakan bentuk keuangan syariah
yang relatif baru, yang perkembangannya sejalan dengan perkembangan ekonomi syariah .
Hal itu ditandai dengan diterbitkannya Surat Berharga Negara (SBSN) No. 19 tanggal 7 Mei
efisiensi investasi. Pertumbuhan ekonomi negara hanya mungkin terjadi jika investasi bersih
melebihi nol. Penerbitan sukuk oleh pemerintah merupakan pencapaian baru yang baik
merupakan wahana yang cocok untuk pembiayaan infrastruktur , karena proyek utamanya
adalah proyek itu sendiri. Sukuk lebih cocok untuk membiayai proyek daripada membiayai
defisit anggaran. Perkembangan alokasi dana di bidang infrastruktur dengan bantuan Sukuk
atau Surat Berharga Negara (SBSN) diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) . Hal itu kemudian disahkan pada dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Peraturan berperan sebagai jaminan
Pasca diundangkannya Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tahun
peningkatan dari tahun ke tahun. Sukuk pertama yang diterbitkan di Indonesia adalah obligasi
korporasi. Sukuk Korporasi diterbitkan oleh PT. Indosat, Tbk tahun 2002 senilai 175 miliar
rupiah dan akad yang digunakan adalah akad Mudharabah. Setelah itu disusul dengan
munculnya perusahaan lain sebanyak . Dan dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
Pemerintah meningkat.
memiliki tiga instansi pangkal yaitu mencatu beban dan kebijakan kepada tujuan publik
(alocation), mengerjakan catu obat lelah dan kemakmuran (distribution), dan juga kepada
tertulis ramal dilaksanakan bagian dalam belanja daerah, atau bisa dikatakan bahwa belanja
daerah disusun nilai kepada membanding ketiga instansi penting tertulis. Seluruh perangkat
yang terdapat bagian dalam belanja daerah (APBN) menginjak berbunga obat lelah, iuran
ataupun pembelanjaan menemukan rancangan andika nilai menjadikan tiga instansi pangkal
tertulis. Pendapatan daerah bisa dijadikan seperti corong kepada membanding catu obat lelah,
misalnya pakai cara pengutipan biaya berbunga biaya yang mempunyai pokok kesudahan
melintas mekanisme biaya yang kelak didistribusikan untuk tala yang tidak mempunyai
pokok kesudahan melintas mekanisme subsidi. Sedangkan iuran daerah bisa digunakan
seperti corong kepada menyisihkan beban dan kebijakan yang diperlukan oleh sipil ukuran
sebagai misalnya infrastruktur, pendidikan, kesegaran dan keamanan daerah. Selain itu
melintas iuran daerah juga bisa digunakan kepada mereka berbagi padang kerja, sehingga
bisa meresap berlebihan gaya kerja. Sedangkan pembelanjaan daerah bisa digunakan seperti
pendorong perubahan ekonomi, sehingga kepiawaian obat lelah daerah akan merayap usia
intrumendari pilihan pokok pembelanjaan APBN. Pengajuan proposal rancangan yang akan
dibiayai oleh Sukuk Negara bisa diusulkan lanjut oleh Kementrian atau Lembaga yang
berlaku seperti tala yang memiliki skedul rehabilitasi maupun bisa ditawarkan sebagi seleksi
oleh Bapennas ataupun berbunga Kementrian Keuangan untuk Kementrian atau Lembaga
yang memiliki rancangan, apakah rancangan yang diusulkan nantinya akan dibiayai oleh
Sukuk atau pembelanjaan biasa (APBN atau PHLN). Adapun alur mekanisme penganjuran
skedul penganjuran skedul Kementrian atau Lembaga yang akan dibiayai oleh Sukuk
pakai Kerangka Acuan Kerja dan Studi Kelayakan, kelak dilanjutkan ke stadium kedua, yaitu
kira keistimewaan dan keikhlasan proyrek/skedul yang akan dibiayai oleh SBSN oleh
Bappenas. Ketiga, Bappenas mengerjakan kategorisasi dan propaganda agenda prioritas
terhadap rancangan yang membolehkan ukuran berbunga kira Bappenas. Dan yang kelima,
lulusan DIPA rancangan yang dilanjutkan lulusan SBSN kepada rancangan tertulis oleh
Melihat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017 dapat kita
lihat secara bersama bahwa pemerintah terus meningkat sebesar belanja produksi negara
dan instalasi listrik, perumahan , sanitasi dan air minum. Hal ini terlihat dari porsi
pembiayaan infrastruktur yang terus tumbuh sebesar pada satu titik dari total belanja
Indonesia. Ketersediaan infrastruktur yang mudah diakses oleh orang akan memungkinkan
orang memiliki fasilitas yang luar biasa untuk melakukan kegiatan ekonomi. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi tahun 1 dan ketersediaan infrastruktur. Salah satunya adalah Simon
Kuznets yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh
akumulasi modal (investasi tanah, peralatan, pabrik dan infrastruktur serta sumber daya
manusia), sumber daya alam, sumber daya manusia (human resources) total serta kualitas
penduduk, kemajuan teknologi, akses informasi , aspirasi inovasi dan pembangunan dan
budaya tenaga kerja. Para ekonom memperkirakan kebutuhan dana untuk percepatan
pertumbuhan ekonomi menjadi atau sekitar 7% mencapai Rp 2.900 triliun pada pada 2019.
Pemerintah melalui APBN tidak dapat menyediakan dana tersebut sendiri. Sehingga saat ini
pemerintah telah meningkatkan keterlibatan pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan
yang bernilai tinggi dan berpotensi menghasilkan pendapatan (revenue streams) seperti jalan
tol sebaiknya dikerjakan oleh pihak swasta. Untuk proyek lainnya adalah pelayanan publik
diantaranya seperti jalan, jembatan, sekolah , dll. telah disediakan oleh pemerintah. Hingga
saat ini, pemerintah juga telah melakukan upaya berbeda untuk mengisi kesenjangan
dengan pihak swasta (PPP/PPP), menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk
menggarap proyek strategis seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan pertanian
waduk, pembangunan jalan tol lintas Sumatera dan pelabuhan pelayaran. Selain itu,
pemerintah juga berencana mendirikan bank tanah dan bank infrastruktur untuk mendukung
pembangunan infrastruktur .
Selain langkah tersebut, kini pemerintah juga memiliki terobosan baru yaitu mencari
sumber pendanaan untuk . Salah satu terobosan adalah penerbitan Sukuk Negara khusus
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) atau Sukuk Negara, Sukuk Negara dapat diterbitkan untuk membiayai defisit
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hibah infrastruktur publik dan pemerintah. Melalui
penerbitan Sukuk Negara untuk pembiayaan infrastruktur, merupakan salah satu dari langkah
Project Based Sukuk (PBS) adalah Obligasi Pemerintah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan menggunakan proyek sebagai salah satu aset
dasarnya. Project Based Sukuk (PBS) adalah obligasi pemerintah yang diterbitkan khusus
digunakan. Apabila dana hasil penerbitan SBSN selain PBS digunakan untuk pendanaan
umum APBN (pembiayaan umum) khusus untuk menutupi defisit anggaran, maka dana hasil
penerbitan Sukuk PBS digunakan untuk membiayai kegiatan atau beberapa proyek yang
dilaksanakan oleh Kementerian/Organisasi. Oleh karena itu, hasil dari siaran Sukuk PBS
langsung dialokasikan untuk proyek pendanaan yang teridentifikasi dalam APBN dan tidak
Proyek Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Seri Sukuk Berbasis (PBS) adalah
Sukuk Negara yang diterbitkan untuk mendanai proyek jangka menengah, berdenominasi
rupiah di pasar perdana domestik , dengan rate . pengembalian tetap dibayar setengah
tahunan (semi-annually) dan dapat dinegosiasikan di pasar sekunder. Proyek Berbasis Sukuk
(PBS) Seri SBSN disusun dengan menggunakan Ijarah sewa, aset dasar berupa kompleks dan
proyek Barang Milik Negara (BMN), dimana di antaranya sebagian besar merupakan proyek
Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) . Selain Project Based
Sukuk Series (PBS), Sukuk Ritel Negara (SR) yang juga dirilis sejak 2012 juga digunakan
untuk mendanai proyek infrastruktur. Proyek Berbasis Sukuk (PBS) Seri Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dijual kepada investor institusi melalui lelang dan posisi perorangan,
menggunakan fasilitas berupa proyek proyek dan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). ). Reward Sukuk Based Project Series (PBS) Surat Berharga Syariah
Syariah (SBSN) berupa kupon tetap dan dibayarkan setiap 6 bulan dalam rupiah. Surat
Berharga Negara Syariah (SBSN) seri Project Based Sukuk (PBS) juga dapat
diperdagangkan.
Proyek Seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Berbasis Sukuk (PBS)
menggunakan Aset Ijarah untuk sewa , di mana struktur dibuat yang memungkinkan
pemerintah untuk menyewa aset Properti ( proyek infrastruktur) akan dilaksanakan di masa
depan (menurut sampai dengan masa konstruksi), tetapi pemerintah dapat membayar sewa
proyek sejak awal masa konstruksi. Investor sukuk (pemegang sukuk) akan menerima
sebagai imbalan atas nilai sewa yang disepakati. Karena menggunakan akad Ijarah (artinya
sewa), maka return pada yang akan diterima investor bersifat tetap (fixed return). Hasil sewa
disebut juga ujrah. Namun, karena proyek yang sedang dibangun tidak menghasilkan aliran
pendapatan dan merupakan layanan kepada masyarakat , kompensasi yang diberikan kepada
investor Bank Sukuk tidak berasal dari kinerja lembaga infrastruktur . Pemerintah justru
dapat membayar sebesar ujrah dari sumber penerimaan lainnya, seperti dari penerimaan
infrastruktur terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN, Pemerintah
Negara. Implementasinya adalah dengan merilis Sukuk Negara berbasis proyek atau
Sertifikat Syariah Negara (SBSN) dalam rangkaian Sukuk Berbasis Proyek (PBS). Pendanaan
infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2010,
tepatnya sejak dirilisnya Proyek Berbasis Sukuk Negara (SBSN) seri (PBS), mekanisme
pertama yang digunakan adalah dengan memanfaatkan proyek pemerintah yang tercantum
dalam APBN sebagai aset dasar Bang Sukuk. Dan mekanisme kedua telah diusulkan,
penerbitan Sukuk Negara sejak lembaga ini diusulkan ke Badan Akuntansi Perencanaan
bertanggung jawab . Pemerintah berkeyakinan bahwa pelepasan Sukuk Negara akan menjadi
salah satu sumber pendanaan utama infrastruktur ke depan, karena adanya peluang untuk
pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan tujuan meningkatkan konektivitas antar daerah .
kapasitas swasta untuk berpartisipasi dalam konstruksi infrastruktur. Dana yang digunakan
untuk infrastruktur itu salah satunya berasal dari dana Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN).
F. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada bab-bab
1. Pertumbuhan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara tumbuh dari year
on year. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara menjadi salah satu
Negara (APBN). juga telah disahkan oleh hukum digital. 19 Tahun 2008 tentang Surat
tahun sejak SBSN/Sukuk Negara dirilis pada tahun 2008. Dan dengan adanya produk
investasi berbasis syariah seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk
Mencermati Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara, maka total data
yang dirilis tahun demi tahun yaitu pada tahun 2014 mencapai Rp 75,54 triliun,
kemudian pada tahun 2015 meningkat sebesar Rp 42,97 triliun menjadi Rp 118,51
triliun atau menjadi Rp 192,49 triliun. Namun pada 31 Juli 2018, total penerbitan
bagi pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia. Hal ini terlihat dari data
volume rilis Project Finance Sukuk (PFS) yang menunjukkan peningkatan dari tahun
ke- yaitu data tahun 2014 mencapai Rp 1,57 triliun, tahun 2015 sebanyak meningkat
menjadi Rp 7,13 triliun, tahun 2016 meningkat menjadi Rp 13,67 triliun, tahun 2017
G. Daftar Pustaka
Angrum Pratiwi dan Dedy Mainata dan Rizky Suci Ramadayanti. 2017. Peran Sukuk Negara
dalam Pembiayaan Infrastruktur. Al-Tijary Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 2,
Soegijapranata.
Bahril Datuk. Sukuk, Dimensi Baru Pembiayaan Pemerintah Untuk Pertumbuhan Ekonomi.
Burhanuddin S, 2011.Hukum Surat Berharga Syariah Negara dan Pengaturannya, Jakarta: PT.
Himawan Yudistira, Agnes L, dkk. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol.
Kurniawan & Rahman, “ Project Based Sukuk (PBS) and Its Implementation in Economic
Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Rukhul Amin. 2016. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dan Pegaturannya Di Indonesia.