Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

NAMA ; RYAN DEVA DAMARA

NIM ; 203020601114
KELAS ; PERDATA
MATA KULIAH ; SURAT SURAT BERHARGA

JURNAL

SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DALAM PEMBIAYAAN


INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Abstrak

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan instrumen investasi pemerintah dengan

berbagai jenis dan tujuan penerbitan. Pada tahun 2012, diterbitkan tipe SBSN dengan tujuan

penghimpunan dana untuk percepatan proyek infrastruktur pemerintah. Surat berharga ini

menjadi dasar pembiayaan infrastruktur dan dikenal sebagai Proyek Berbasis Sukuk (PBS).

PBS dapat diterbitkan melalui tiga cara, yaitu lelang, private placement dan penjilidan buku.

Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) merupakan salah satu bentuk dari instrumen

kegiatan investasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Sukuk dapat digunakan untuk

pembangunan infrastruktur, dan infrastruktur tersebut terutama difokuskan untuk

meningkatkan perekonomian nasional dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Penelitian

ini dilakukan dalam bentuk deskriptif analisis. Kajian ini mendeskripsikan dan menjelaskan

kondisi perkembangan sukuk selama 5 tahun dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.

Sukuk Bang merupakan salah satu bentuk investasi yang diterbitkan pemerintah yang

memiliki beberapa keunggulan. Pertama, sukuk negara sebagai alternatif pendanaan defisit

APBN dan alternatif investasi bagi investor yang ingin mengelola dananya secara syar'i.
A. Pendahuluan

Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses Pertumbuhan produksi dari waktu ke

waktu merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu

negara. Infrastruktur memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Kita semua tahu bahwa kita dapat menemukan pertumbuhan ekonomi lebih banyak

di daerah yang memiliki infrastruktur yang memadai . Identifikasi program pembangunan

infrastruktur di sejumlah negara menunjukkan bahwa program-program ini umumnya

berorientasi jangka menengah, meningkatkan kebutuhan dasar dan aktivitas manusia, sumber

daya air menjadi sasaran. , listrik, energi untuk transportasi (jalan raya, kereta api, pelabuhan

dan bandara).

Pada saat yang sama, model keuangan Islam berkembang sangat cepat dan juga

menarik bagi investor. Khususnya orang di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah

orang muslim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model keuangan syariah laris manis

di pasar modal. Model keuangan Islam sendiri memiliki prinsip yang diikuti secara konsisten,

diantaranya mencegah gharar (kepastian), maisyir (kepastian), dan riba (bunga). Inilah salah

satu dari alasan mengapa model keuangan Islam diminati oleh para investor. Salah satu model

keuangan syariah di Indonesia adalah Sukuk. Sukuk merupakan bentuk keuangan syariah

yang relatif baru, yang perkembangannya sejalan dengan perkembangan ekonomi syariah .

Hal itu ditandai dengan diterbitkannya Surat Berharga Negara (SBSN) No. 19 tanggal 7 Mei

2008 yang mengatur tentang penerbitan sukuk oleh pemerintah pusat.

Pertumbuhan ekonomi akan meningkat pada tahun , sebagian berkat peningkatan

efisiensi investasi. Pertumbuhan ekonomi negara hanya mungkin terjadi jika investasi bersih

melebihi nol. Penerbitan sukuk oleh pemerintah merupakan pencapaian baru yang baik

seiring dengan penambahan dana untuk pembangunan infrastruktur. Tentunya Sukuk

merupakan wahana yang cocok untuk pembiayaan infrastruktur , karena proyek utamanya
adalah proyek itu sendiri. Sukuk lebih cocok untuk membiayai proyek daripada membiayai

defisit anggaran. Perkembangan alokasi dana di bidang infrastruktur dengan bantuan Sukuk

atau Surat Berharga Negara (SBSN) diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) . Hal itu kemudian disahkan pada dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Peraturan berperan sebagai jaminan

kepastian hukum dalam penerbitan sukuk pemerintah.

B. Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk di Indonesia

Pasca diundangkannya Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tahun

2008, penerbitan Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Sukuk pertama yang diterbitkan di Indonesia adalah obligasi

korporasi. Sukuk Korporasi diterbitkan oleh PT. Indosat, Tbk tahun 2002 senilai 175 miliar

rupiah dan akad yang digunakan adalah akad Mudharabah. Setelah itu disusul dengan

munculnya perusahaan lain sebanyak . Dan dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN)/Sukuk Pemerintah, total penerbitan Surat Berharga Negara Syariah (SBSN)/Sukuk

Pemerintah meningkat.

C. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebagai Sumber Pembiayaan Infrastruktur

Menurut Richard A. Musgrave, mengeja bahwa Pemerintah melintas jasa percukaian

memiliki tiga instansi pangkal yaitu mencatu beban dan kebijakan kepada tujuan publik

(alocation), mengerjakan catu obat lelah dan kemakmuran (distribution), dan juga kepada

mereka kestabilan perekonomian bangsa (stabilization). Ketiga instansi pangkal Pemerintah

tertulis ramal dilaksanakan bagian dalam belanja daerah, atau bisa dikatakan bahwa belanja

daerah disusun nilai kepada membanding ketiga instansi penting tertulis. Seluruh perangkat

yang terdapat bagian dalam belanja daerah (APBN) menginjak berbunga obat lelah, iuran

ataupun pembelanjaan menemukan rancangan andika nilai menjadikan tiga instansi pangkal
tertulis. Pendapatan daerah bisa dijadikan seperti corong kepada membanding catu obat lelah,

misalnya pakai cara pengutipan biaya berbunga biaya yang mempunyai pokok kesudahan

melintas mekanisme biaya yang kelak didistribusikan untuk tala yang tidak mempunyai

pokok kesudahan melintas mekanisme subsidi. Sedangkan iuran daerah bisa digunakan

seperti corong kepada menyisihkan beban dan kebijakan yang diperlukan oleh sipil ukuran

sebagai misalnya infrastruktur, pendidikan, kesegaran dan keamanan daerah. Selain itu

melintas iuran daerah juga bisa digunakan kepada mereka berbagi padang kerja, sehingga

bisa meresap berlebihan gaya kerja. Sedangkan pembelanjaan daerah bisa digunakan seperti

pendorong perubahan ekonomi, sehingga kepiawaian obat lelah daerah akan merayap usia

karena dipicu oleh iuran andika yang meningkat.

Kementrian keuangan Indonesia ramal mengerjakan pelayanan diverifikasi hadirat

pokok-pokok pembelanjaan nilai memondong memondong Anggaran Pendapan dan Belanja

Negara (APBN) khususnya kepada menggapai tambahan donasi kepada rehabilitasi

infrastruktur. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menemukan kekufuran esa

intrumendari pilihan pokok pembelanjaan APBN. Pengajuan proposal rancangan yang akan

dibiayai oleh Sukuk Negara bisa diusulkan lanjut oleh Kementrian atau Lembaga yang

berlaku seperti tala yang memiliki skedul rehabilitasi maupun bisa ditawarkan sebagi seleksi

oleh Bapennas ataupun berbunga Kementrian Keuangan untuk Kementrian atau Lembaga

yang memiliki rancangan, apakah rancangan yang diusulkan nantinya akan dibiayai oleh

Sukuk atau pembelanjaan biasa (APBN atau PHLN). Adapun alur mekanisme penganjuran

skedul penganjuran skedul Kementrian atau Lembaga yang akan dibiayai oleh Sukuk

mengikuti Kementrian Keuangan, Direktorat Pembiayaan Syariah yaitu yang pertama,

adanya penyampaian proposal rancangan/skedul oleh Kementrian/Lembaga yang dilengkapi

pakai Kerangka Acuan Kerja dan Studi Kelayakan, kelak dilanjutkan ke stadium kedua, yaitu

kira keistimewaan dan keikhlasan proyrek/skedul yang akan dibiayai oleh SBSN oleh
Bappenas. Ketiga, Bappenas mengerjakan kategorisasi dan propaganda agenda prioritas

skedul untuk Kementrian Keuangan. Keempat, Kementrian Keuangan mengerjakan penilaian

terhadap rancangan yang membolehkan ukuran berbunga kira Bappenas. Dan yang kelima,

lulusan DIPA rancangan yang dilanjutkan lulusan SBSN kepada rancangan tertulis oleh

Kementrian Keuangan kepada melindungi rancangan tertulis.

Melihat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017 dapat kita

lihat secara bersama bahwa pemerintah terus meningkat sebesar belanja produksi negara

seperti pembangunan infrastruktur dan konektivitas antar daerah, pembangunan infrastruktur

dan instalasi listrik, perumahan , sanitasi dan air minum. Hal ini terlihat dari porsi

pembiayaan infrastruktur yang terus tumbuh sebesar pada satu titik dari total belanja

pemerintah tahunan. Keterpaduan pembangunan infrastruktur tidak lepas dari upaya

pemerintah untuk mendistribusikan kesejahteraan kepada seluruh lapisan masyarakat

Indonesia. Ketersediaan infrastruktur yang mudah diakses oleh orang akan memungkinkan

orang memiliki fasilitas yang luar biasa untuk melakukan kegiatan ekonomi. Dengan adanya

peningkatan kegiatan ekonomi, diharapkan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan kemungkinan akan mengurangi ketimpangan ekonomi setiap orang.

Banyak ahli ekonomi pembangunan mengungkapkan hubungan positif antara

pertumbuhan ekonomi tahun 1 dan ketersediaan infrastruktur. Salah satunya adalah Simon

Kuznets yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh

akumulasi modal (investasi tanah, peralatan, pabrik dan infrastruktur serta sumber daya

manusia), sumber daya alam, sumber daya manusia (human resources) total serta kualitas

penduduk, kemajuan teknologi, akses informasi , aspirasi inovasi dan pembangunan dan

budaya tenaga kerja. Para ekonom memperkirakan kebutuhan dana untuk percepatan

pertumbuhan ekonomi menjadi atau sekitar 7% mencapai Rp 2.900 triliun pada pada 2019.

Pemerintah melalui APBN tidak dapat menyediakan dana tersebut sendiri. Sehingga saat ini
pemerintah telah meningkatkan keterlibatan pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan

infrastruktur dengan kerjasama pemerintah-swasta ( public-private Partnerships). Proyek

yang bernilai tinggi dan berpotensi menghasilkan pendapatan (revenue streams) seperti jalan

tol sebaiknya dikerjakan oleh pihak swasta. Untuk proyek lainnya adalah pelayanan publik

diantaranya seperti jalan, jembatan, sekolah , dll. telah disediakan oleh pemerintah. Hingga

saat ini, pemerintah juga telah melakukan upaya berbeda untuk mengisi kesenjangan

keuangan. Sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah, misalnya memperkuat kerjasama

dengan pihak swasta (PPP/PPP), menugaskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk

menggarap proyek strategis seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan pertanian

waduk, pembangunan jalan tol lintas Sumatera dan pelabuhan pelayaran. Selain itu,

pemerintah juga berencana mendirikan bank tanah dan bank infrastruktur untuk mendukung

pembangunan infrastruktur .

Selain langkah tersebut, kini pemerintah juga memiliki terobosan baru yaitu mencari

sumber pendanaan untuk . Salah satu terobosan adalah penerbitan Sukuk Negara khusus

untuk membiayai . dukungan infrastruktur (proyek berbasis Sukuk). Sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN) atau Sukuk Negara, Sukuk Negara dapat diterbitkan untuk membiayai defisit

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hibah infrastruktur publik dan pemerintah. Melalui

penerbitan Sukuk Negara untuk pembiayaan infrastruktur, merupakan salah satu dari langkah

yang diambil pemerintah untuk melibatkan warga dalam pembiayaan pembangunan.

D. Project Based Sukuk (PBS)

Project Based Sukuk (PBS) adalah Obligasi Pemerintah yang diterbitkan oleh

Pemerintah Republik Indonesia dengan menggunakan proyek sebagai salah satu aset

dasarnya. Project Based Sukuk (PBS) adalah obligasi pemerintah yang diterbitkan khusus

untuk membiayai proyek-proyek pemerintah. Satu-satunya perbedaan antara Sukuk non-PBS


dan Sukuk PBS adalah apakah dana yang digunakan atau dana hasil penerbitan SBSN yang

digunakan. Apabila dana hasil penerbitan SBSN selain PBS digunakan untuk pendanaan

umum APBN (pembiayaan umum) khusus untuk menutupi defisit anggaran, maka dana hasil

penerbitan Sukuk PBS digunakan untuk membiayai kegiatan atau beberapa proyek yang

dilaksanakan oleh Kementerian/Organisasi. Oleh karena itu, hasil dari siaran Sukuk PBS

langsung dialokasikan untuk proyek pendanaan yang teridentifikasi dalam APBN dan tidak

dapat digunakan untuk keperluan lain.

Proyek Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Seri Sukuk Berbasis (PBS) adalah

Sukuk Negara yang diterbitkan untuk mendanai proyek jangka menengah, berdenominasi

rupiah di pasar perdana domestik , dengan rate . pengembalian tetap dibayar setengah

tahunan (semi-annually) dan dapat dinegosiasikan di pasar sekunder. Proyek Berbasis Sukuk

(PBS) Seri SBSN disusun dengan menggunakan Ijarah sewa, aset dasar berupa kompleks dan

proyek Barang Milik Negara (BMN), dimana di antaranya sebagian besar merupakan proyek

Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) . Selain Project Based

Sukuk Series (PBS), Sukuk Ritel Negara (SR) yang juga dirilis sejak 2012 juga digunakan

untuk mendanai proyek infrastruktur. Proyek Berbasis Sukuk (PBS) Seri Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) dijual kepada investor institusi melalui lelang dan posisi perorangan,

menggunakan fasilitas berupa proyek proyek dan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN). ). Reward Sukuk Based Project Series (PBS) Surat Berharga Syariah

Syariah (SBSN) berupa kupon tetap dan dibayarkan setiap 6 bulan dalam rupiah. Surat

Berharga Negara Syariah (SBSN) seri Project Based Sukuk (PBS) juga dapat

diperdagangkan.

Proyek Seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Berbasis Sukuk (PBS)

menggunakan Aset Ijarah untuk sewa , di mana struktur dibuat yang memungkinkan

pemerintah untuk menyewa aset Properti ( proyek infrastruktur) akan dilaksanakan di masa
depan (menurut sampai dengan masa konstruksi), tetapi pemerintah dapat membayar sewa

proyek sejak awal masa konstruksi. Investor sukuk (pemegang sukuk) akan menerima

sebagai imbalan atas nilai sewa yang disepakati. Karena menggunakan akad Ijarah (artinya

sewa), maka return pada yang akan diterima investor bersifat tetap (fixed return). Hasil sewa

disebut juga ujrah. Namun, karena proyek yang sedang dibangun tidak menghasilkan aliran

pendapatan dan merupakan layanan kepada masyarakat , kompensasi yang diberikan kepada

investor Bank Sukuk tidak berasal dari kinerja lembaga infrastruktur . Pemerintah justru

dapat membayar sebesar ujrah dari sumber penerimaan lainnya, seperti dari penerimaan

perpajakan atau penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

E. Peluang Pembiayaan Infrastruktur Melalui Penerbitan Sukuk Negara

Peran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam pembiayaan

infrastruktur terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN, Pemerintah

telah mengembangkan Hibah Infrastruktur melalui Penerbitan SBSN Pengoperasian Sukuk

Negara. Implementasinya adalah dengan merilis Sukuk Negara berbasis proyek atau

Sertifikat Syariah Negara (SBSN) dalam rangkaian Sukuk Berbasis Proyek (PBS). Pendanaan

infrastruktur melalui penerbitan Sukuk Negara sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2010,

tepatnya sejak dirilisnya Proyek Berbasis Sukuk Negara (SBSN) seri (PBS), mekanisme

pertama yang digunakan adalah dengan memanfaatkan proyek pemerintah yang tercantum

dalam APBN sebagai aset dasar Bang Sukuk. Dan mekanisme kedua telah diusulkan,

Kementerian/lembaga sudah mulai mengajukan pembiayaan infrastruktur melalui

penerbitan Sukuk Negara sejak lembaga ini diusulkan ke Badan Akuntansi Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas). Mekanisme ini berpotensi memberikan insentif kepada

kementerian/sektor untuk menyelesaikan pekerjaan infrastruktur secara transparan dan

bertanggung jawab . Pemerintah berkeyakinan bahwa pelepasan Sukuk Negara akan menjadi
salah satu sumber pendanaan utama infrastruktur ke depan, karena adanya peluang untuk

sangat besar. Infrastruktur selalu menjadi prioritas dalam rencana pembangunan

pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan tujuan meningkatkan konektivitas antar daerah .

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk pembangunan

infrastruktur infrastruktur selama tahun terakhir.

Sebagian APBN untuk pembangunan infrastruktur dialokasikan untuk biaya

kementerian dan lembaga. Beberapa yang tersebar di antaranya Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat , Kementerian Perhubungan , Kementerian Pertanian, dan

Kementerian ESDM . Kemudian, melalui kelembagaan yang memungkinkan meningkatkan

kapasitas swasta untuk berpartisipasi dalam konstruksi infrastruktur. Dana yang digunakan

untuk infrastruktur itu salah satunya berasal dari dana Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN).

F. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis pada bab-bab

sebelumnya, , penulis menarik beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Pertumbuhan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara tumbuh dari year

on year. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara menjadi salah satu

dari terobosan baru pemerintah Indonesia dalam pembiayaan infrastruktur.

Penggunaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk sebagai sumber

pembiayaan infrastruktur didokumentasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN). juga telah disahkan oleh hukum digital. 19 Tahun 2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN). Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk

Negara dalam pembiayaan proyek infrastruktur Indonesia terus meningkat setiap

tahun sejak SBSN/Sukuk Negara dirilis pada tahun 2008. Dan dengan adanya produk
investasi berbasis syariah seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk

Negara, pemerintah optimis akan menarik investor, khususnya investor muslim. .

Mencermati Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara, maka total data

yang dirilis tahun demi tahun yaitu pada tahun 2014 mencapai Rp 75,54 triliun,

kemudian pada tahun 2015 meningkat sebesar Rp 42,97 triliun menjadi Rp 118,51

triliun, 2016 mengalami peningkatan sebesar Rp 61,39 triliun menjadi Rp . Rp 12,59

triliun atau menjadi Rp 192,49 triliun. Namun pada 31 Juli 2018, total penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara turun Rp 38,79 triliun

dibandingkan tahun 2017 yakni hanya mencapai Rp 153,70 triliun.

2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara cukup memberikan kontribusi

bagi pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia. Hal ini terlihat dari data

volume rilis Project Finance Sukuk (PFS) yang menunjukkan peningkatan dari tahun

ke- yaitu data tahun 2014 mencapai Rp 1,57 triliun, tahun 2015 sebanyak meningkat

menjadi Rp 7,13 triliun, tahun 2016 meningkat menjadi Rp 13,67 triliun, tahun 2017

meningkat menjadi Rp 16,76 triliun, kemudian tahun 2018 juga meningkat Rp . Rp

5,77 triliun, mencapai Rp 22,53 triliun.

G. Daftar Pustaka

Angrum Pratiwi dan Dedy Mainata dan Rizky Suci Ramadayanti. 2017. Peran Sukuk Negara

dalam Pembiayaan Infrastruktur. Al-Tijary Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 2,

Nomor 2, Juni 2017

Ahmad Ifham Sholihin, 2010.Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Utama.


Adiatna dan Pradono,2010. “Peluang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Sebagai

Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Transportasi”, Simposium XIII FSTPT, Unika

Soegijapranata.

Bahril Datuk. Sukuk, Dimensi Baru Pembiayaan Pemerintah Untuk Pertumbuhan Ekonomi.

Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, 2014.

Burhanuddin S, 2011.Hukum Surat Berharga Syariah Negara dan Pengaturannya, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Himawan Yudistira, Agnes L, dkk. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol.

16, No. 3, 2016.

Kurniawan & Rahman, “ Project Based Sukuk (PBS) and Its Implementation in Economic

Development in Indonesia”, Jurnal Al-„Adalah, Vol 16, No. 1, 2019

Maryaningsih, Novi., dkk. “Pengaruh Infrastruktur terhadap Petumbuhan Ekonomi

Indonesia”. Peneliti ekonomi di BRE DKM, Bank Indonesia. Buletin Ekonomi

Moneter dan Perbankan, Vol.17, No. 1, 2014.

Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan

Investasi Di Pasar Modah Syariah Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian

Gabungan, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana, 2014.

Rukhul Amin. 2016. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dan Pegaturannya Di Indonesia.

Jurnal Masharif alsyariah, Vol. 1, No. 2, November 2016.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah


Wurjanto Nopijantoro, “Surat Berharga Syariah Negara Project Based Sukuk (SBSN PBS):

Sebuah Instrumen Alternatif Partisipasi Publik Dalam Pembiayaan Infrastruktur”.

Jurnal Substansi, Vol. 1, No. 2, 2017.

You might also like