Adriana Dapa Ole Teo 2018 Ok

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

DOSA KARENA LIDAH

(EKSPOSISI YAKOBUS 3:1-12)


Adriana dapa Ole
Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

ABSTRAK
Dosa karena lidah adalah dosa yang dikeluarkan dari mulut yang diungkapkan
melalui kata-kata yang tidak menyenangkan didengar oleh orang lain. Lidah
merupakan anggota kecil, tetapi lidah juga dapat mendeteksi kondisi fisik seseorang
melalui kata-kata yang diucapkannya seperti yang di atas. Artinya seseorang dapat
mendeteksi orang lain apakah ia dewasa dalam Tuhan atau tidak itu semuanya dapat
diketahui melalui kata-kata yang diucapkannya. Dengan lidah manusia memuji nama
Tuhan, tetapi dengan lidah yang sama manusia mengutuk manusia yang diciptakan
menurut gambar dan rupa Alllah. Dari lidah yang sama keluar berkat dan kutuk (Yak.
3:1-12). Di sini Yakobus menegaskan, “Hal ini saudara-saudaraku, tidak boleh demikian
terjadi di antara kamu” (Yak. 3:10). Yakobus mengingatkan kepada orang Kristen yang
berprofesi sebagai guru agar berhati-hati dalam berkata berkata-kata karena jadi
seorang pengajar sangatlah berat (Yak. 3:1). Orang Kristen perlu menguasai diri dalam
pengucapannya karena ia tidak terlepas dari setiap kesalahan kata-kata yang
dikeluarkan dari mulutnya, sebab itu dapat berdampak positif dan negatif
Tujuan penulisan adalah upaya mencari jawaban atas pokok penelitian. Adapun
tujuan penulisan skripsi ini adalah pertama, agar pembaca dapat memahami
penggunaan lidah melalui kata-kata yang benar. Kedua, pembaca dapat memperoleh
pengertian yang benar tentang dosa karena lidah. Ketiga, pembaca mendapatkan
pemahaman yang benar tentang bagaimana mengendalikan lidah.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan dan penyusunan skripsi
ini adalah penelitian kualitatif literatur (murni) dan studi kepustakaan. Metode
penelitian yang digunakan dalam pengumpulan dan penyusunan skripsi ini adalah
penelitian kualitatif literatur dan studi kepustakaan.
Adapun hipotesis penelitian adlah diduga adanya orang-orang yang belum
memahami dengan benar tentang penggunaan lidah yang dikehendaki Tuhan maka
ada orang percaya
Berdasarkan penelitian di atas, adapun saran-saran yang direkomendasikan
adalah: Pertama, Seorang Kristen hendaklah menyadari dirinya sebagai wakil Allah.
Kedua, seorang Kristen hendaklah menjadi orang yang percaya. Ketiga , seorang Kristen
hendaklah menjadi dokter yang dapat menyembuhkan luka bagi orang lain. Keempat,
seorang Kristen hendaklah menjadi teladan dan menyerupai karakter kristus. Kelima,
seorang Kristen hendaklah menjaga dan menguasai lidahnya dalam perkataan. Keenam,
seorang Kristen hendaklah menggunakan lidahnya untuk memberkati bukan
mengutuk.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak keterbatasan baik secara
bahasa, penulisan,dan referensi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan koreksi
dan masukan dari pembaca demi penyempurna hasil karya tulis ini.

Oren siregar,M.Th.
Herlince Rumahorbo,M.Th
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... I


HALAMAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN ...................................... II
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................ III
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ............................................ IV
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... V
ABSTRAK ...................................................................................................................... VII
KATA PENGANTAR ................................................................................................... VIII
DAFTAR ISI................................................................................................................... X\

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN ................................................ 6
C. PEMBATASAN MASALAH PENELITIAN ............................................... 7
D. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN ...................................................... 7
E. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................ 7
F. HIPOTESIS .................................................................................................... 7
G. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 8
H. METODE ....................................................................................................... 8
I. SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................................... 9

Bab II Gambaran Umum Surat Yakobus


A. Latar Belakanag Surat Yakobus ......................................................................... 9
1. Penulis............................................................................................................ 10
2. Penerima ........................................................................................................ 12
3. Waktu dan Tempat Penulisan ..................................................................... 14
B. Tujuan .................................................................................................................. 15
C. Ciri-ciri Surat Yakobus ....................................................................................... 15
D. Konteks Historis ................................................................................................. 18
E. Konteks Sastra ..................................................................................................... 19
F. Garis Besar Surat Yakobus ................................................................................. 21
G. Tema Teologis Serat Yakobus ............................................................................ 20

Bab III Ekposisi Yakobus 3:1-12


A. Analisis Teks ....................................................................................................... 22
B. Interpertasi Surat Yakobus ................................................................................ 26
C. Kesimpulan Eksposisi ........................................................................................ 43
Bab IV Implikasi Bagi Orang Kristen Masa Kini
A. Orang yang Lahir Baru....................................................................................... 45
B. Lidah atau Perkataan Perlu Dijaga ................................................................... 52
C. Kesimpulan ......................................................................................................... 56

Bab V Penutup ............................................................................................................... 57

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 61

Biodata ............................................................................................................................ 64
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dosa karena lidah adalah dosa yang dikeluarkan dari mulut yang diungkapkan
melalui kata-kata yang tidak menyenangkan didengar oleh orang lain. Lidah
merupakan anggota kecil dari tubuh manusia, namun sangat berbahaya. Artinya lidah
ini yang merupakan pokok utama seseorang mengucapkan kata-kata yang timbul dari
hati dan dari pikiran seseorang.
Dengan lidah seseornag, terjadi berbagai masalah antara satu sama lain. Setiap
kata-kata yang tidak enak didengar yang diucapkan melalui lidah menimbulkan
masalah besar yaitu terjadi pertikaian, pembunuhan, dan masalah lain, seperti caci
maki atau pertengkaran.
Lidah merupakan anggota yang kecil dari tubuh manusia, yang digunakan
sebagai perasa, dan untuk menelan makanan atau minuman, dan juga merupakan
pokok utama untuk berkata-kata, baik komunikasi dengan sesama, dan terlebih utama
dalah untuk memuliakan nama Tuhan.
Lidah sering dikatakan binatang yang buas yang tidak dapat tenang, selalu
mencari mangsa atau selalu mengaum-gaum mencari mangsa yang dapat ditelannya.
Dan juga ada ang mengatakan lidah adalah maut karena setiap kata-kata yang
diucapkan yang keluar dari mulut yang tidak enak didengar dapat menghancurkan
orang lain.
Lidah seseorang diumpamakan sesuatu yang buas atau ganas, kejam karena
setiap kata-kata yang diucapkannya sangat menyakitkan orang lain. Dan ia juga dapat
merusak kepribadian seseorang. Dan lidah juga diumpamakan dunia yang tidak benar,
karena setiap kata-kata yang diucapkan dapat merusak kehidupan ornag lain dan juga
bagi diri sendiri.
Ada sebagian orang selalu jatuh dalam perkataan yang salah diucapkan dan juga
orang yang sengajar mempergunakan lidahnya untuk mengeluarkan kata-kata yang
menjatuhkan orang lain.

Lidah adalah sesuatu yang buas, yang tidak akan diam, lidah adalah suatu
‘dunia’ yang kecil. Lidah didapatkan di antara anggota-anggota kita selaku
dunia ketidakbenaran yang mencemarkan seluruh pribadi yang memiliki fungsi
yaitu untuk hal benaran yaitu mengatakan yang baik, membangun, dan yang
terutama untuk memuji memuliakan nama Tuhan. Ketidakbenaran yakni
mengeluarkan kata-kata yang meyakitkan, kutukan, pengkhianatan,
menghakimi dan pada akhirnya terjadi perkelahian, pembunuhan dan kejahatan
yang lain. Akan tetapi sebagian orang lebih cenderung menggunakan lidahnya
dalam hal ketidakbenaran. 1

Lidah seseorang diumapakan sesuatu yang buas atau ganas, kejam karena setiap
kata-kata yang diucapkannya sangat menyakitkan orang lain. Dan ia juga dapat
merusak kepribadian seseorang. Dan lidah juga diumpamakan dunia yang tidak benar,
karena setiap kata-kata yang diucapkan dapat merusak kehidupan orang lain dan juga
bagi diri sendiri.
Ada sebagian orang selalu jatuh dalam perkataan yang salah diucapkan dan juga
orang yang sengaja mempergunakan lidahnya untuk mengeluarkan kata-kata yang
menjatuhkan orang lain.

Dalam jemaat-jemaat Kristen abad pertama, belum ada keseragaman jabatan.


“di sini Yakobus hanya berbicara tentang guru-guru, guru mempunyai peranan
penting utama, sama seperti ahli-ahli hukum taurat dalam sinagoge. Khususnya
seorang guru berada dalam bahaya untuk bersalah dengan lidahnya, alat utama
untuk memberikan pengajaran.”2

Masih ada sebagian besar orang Kristen yang menjadi malas dan tidak komitmen
dengan hubungannya bersama Tuhan dan hingga akhirnya ia bersalah menggunakan
lidah dengan mengucapkan kata atau kalimat untuk menjatuhkan orang lain. Mereka
selalu melalai tidak disiplin dalam perkataan, karena ketidakdisiplinnya ia
menghakimi, menyebut kata-kata kotor, tipu muslihat, dan segala macam perkataan
jahat. Dan juga orang Kristen belum memahami cara menggunakan kata-kata yang baik
untuk membangun orang lain. Sampai ada orang meninggalkan tempat tinggalnya,
kawan menjadi lawan hanya oleh karena kata-kata yang tidak menyenangkan baginya.
Pengaruh lidah begitu besar. Hal yang tidak diduga bisa saja terjadi oleh karena lalai
dalam menggunakannya. Pengaruhnya begitu besar, tetapi untuk mengatasinya begitu
sulit. Hal ini mengganggu kehidupan manusia yang masih normal dan menjadi
khawatir memikirkan apa yang telah dilakukannya. Hanya bagi mereka saja yang
kurang normal yang menggunakan lidanya dengan perkataan yang tidak membuatnya
khawatir dan bimbang.
Dalam Yakobus memaparkan secara terperinci akan pentingnya lidah dan bahaya
yang akan terjadi apabila lidah disalahgunakan. Penulis tertarik dengan perkataan dan
ucapan Yakobus dan hendak meneliti lebih dalam akan pengaruh lidah dan besarnya
akibat apabila lidah disalah gunakan.

1 R. A. Ward Rikin, Tafsiran Masa Kini 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2012), 799.
2 Gunning W. J. J., Tafsiran Surat Yakobus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 35-36.
Melihat apa yang dilakukan Yakobus ketika memperingatkan orang Kristen
tentang penguasaan lidah, yang tidak hanya berlaku bagi jemaat penerima surat, tetapi
berlaku bagi saat ini. “memang lidah tidak bertulang, dan tidak terbatas kata-kata. Ini
mengingat kita tentang fungsi dapat mengubah kawan menjadi lawan artinya lidah
sangatlah berbahaya bila tidak dikontrol dengan baik”. 3 Maka dalam hal ini, yang
diharapkan adalah agar orang Kristen mempergunakan lidanya dengan baik dan
menggunakan kata-kata yang menyenangkan untuk didengar serta membangun
sesama.
Berdasarkan topik di atas, penulis ingin membahas Yakobus 3:1-12 yang
membahas tentang “dosa karena lidah”.

BAB II
GAMBARAN UMUM SURAT YAKOBUS

A. Latar Belakang Surat Yakobus


Surat Yakobus adalah surat pertama dari rangkaian surat yang disebut sebagai
surat Am (umum) karena tidak menunjukkan penerima surat yang jelas. Kontribusi
surat Yakobus memang sangat berbeda dari surta-surat Paulus, tetapi gereja memiliki
insting yang benar saat memasukan surat ini ke dalam kanon karena surat Yakobus
mewakili masa transisi. Tanpa mengetahui masa transisi ini, penghargaan kita terhadap
sejarah Kristen awal akan lebih miskin, dan pemahaman kita tentang etika Kristen tidak
akan lengkap ada banyak orang berdebatkan latar belakang surat Yakobus, dan ada
yang mengatakan bahwa Yakobus merupakan “surat pertama dari rangkaian surat
yang disebut surat Am, karena tidak menunjukkan penerima surat yang jelas.” 4
Surat Yakobus dikirim kepada “kedua belas suku diperantauan”. “Keduabelas
suku di perantauan” berarti ornag-orang Yahudi yang tidak tinggal di Palestina.
Yakobus berkirim surat kepada mereka sebagai ketua perhimpunan orang Kristen
di Yerusalem. “Saudara-saudara, anggaplah suatu kebahagiaan, apabila kamu
jatuh ke dalam berbagai-bagai percobaan” (1:2). “Kamu juga harus bersabar dan
harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (5:8).
Maksudnya ia adalah memberi nasihat dan penghiburan kepada orang Kristen
yang mengalami pencobaan, kesusahan dan hukuman karena Kristen. Amanita
Yakobus ialah iman Kristen yang sesungguhnya wajib dinyatakan dalam
perbuatan kebajikan. Hal ini tidak bertentangan dengan ajaran Paulus yang
menekankan iman. Karena kendati Yakobus menekankan perbuatan kebajikan, ia
tidak mengajarkan bahwa perbuatan kebajikan itu alat untuk memperoleh

3 Reiner Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus Iman dan Perbuatan (Yogyakarta: Andi, 2013), 37.
4 Donald Guthrei, Pengantar Perjanjian Baru (Surabaya: Momentum, 2014), 51.
keselamatan, tapi melalui hasil dari keselamatan. Tema Yakobus ialah bukti iman
yang benar.5

Boxter menjelaskan bahwa Yakobus menulis surat ini untuk menguatkan mereka
yang sedang berada di perantauan oleh karena mengamuk dan tidak menerima
kenyataan yang ada. Yakobus memberikan penguatan kepada kepada mereka melalui
kata-kata. Ia menyatakan anggaplah sebagai kebahagiaan apabila kamu jatuh kedalam
berbagai pencobaan. Mereka yang berada diperantauan berusaha menerima dan
terhibur oleh karena perkataan Yakobus. Mereka menyadari iman mereka mudah
goyah ketika menghadapi rintangan dan cobaan, namun mereka dikuatkan oleh
penghiburan dari yakobus.
Yakobus menekankan kehidupan orang Kristen sehari-hari, karena melihat
bahwa ada orang yang hidupnya tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan ia juga
mengatakan bahwa iman dan perbuatan tidak dapat dipisah-pisahkan. Surat Yakobus
merupakan surat ajakan kepada orang yang percaya untuk mendengar dan menaati
segala sesuatu yang tercantum dalam firman Tuhan. Sebab itu Yakobus berusaha
menjelaskan kewajiban pengikut Tuhan dan mengajak supaya pembaca mentaatinya
agar mereka menjadi pelaku firman. Ajakanya berdasarkan pengajarannya.”6
Surat yakobus adalah surat yang sederhana karena hanya memiliki 5 pasal dari
kitab-kitab yang lainnya. Surat Yakobus ini memberikan nasihat-nasihat kepada ‘kedua
belas suku di perantauan’ yang berserak di berbagai daerah Palestina karena surat ini
menekankan iman tanpa perbuatan. Mengapa Yakobus mengatakan iman tanpa
perbuatan, karena ada orang menganggap dirinya beriman tetapi tidak disertai dengan
perbuatan. Surat Yakobus menuliskan surat ini karena ada orang yang miskin dan
kaya, kadang yang miskin ini dianggap remeh sedangkan yang kaya sangat dihormati.
Surat Yakobus adalah surat yang paling praktis dari semua surat. Yakobus 1:22,
Yakobus menyuruh orang yang percaya kepada Yesus menjadi “pelaku firman dan
bukan hanya sekadar saja”. Yakobus mengawali dan menyudahi suratnya dengan
dorongan kuat supaya para pembacanya sering berdoa. Yakobus mengajarkan tentang
iman. Kalau iman seorang diuji, ia dapat berpaling kepada Allah yang memberi
kekuatan dan menolongnya dalam masa-masa yang sukar. Yakobus mengajarkan
bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Iman dalam Kristus harus
menimbulkan keinginan dalam hati orang Kristen untuk berbuat baik dan penuh kasih
terhadap orang lain. Yakobus memberikan petunjuk praktis bagaimana hidup berkenan
di hati Allah, juga cara mengendalikan lidah-bercerita tentang Yesus dan memuji nama-
Nya, bukan untuk memfitnah ornag lain. Kita harus bersabar dalam masa yang sulit.

5 Sidlow. J. Baxter, Menggali Isi Alkitab Roma-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2002), 196-197.
6 Rikin, Tafsiran Masa Kini 3, 782.
Menyerahkan semuanya kepada Allah, dan berkeyakinan, kita akan mendapat upah
kelak. Banyak otang Kristen Yahudi dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang tidak
mengasihi Yesus. Yakobus menulis kepada mereka cara menghadapi kesulitan dan
tetap hidup sebagai orang Kristen. Penulis membahas Yakobus 3:1-12, yaitu tentang
tanggung jawab pengajar dan bahaya lidah. Yakobus menasihati orang-orang supaya
jangan terburu-buru menjadi seorang pengajar/guru sebab seorang pengajar
merupakan pokok utama untuk mengajar. Seorang pengjar harus melakukan apa yang
diajarkannya kepada orang lain.

B. Penulis
Kitab-kitab atau surat-surat dalam Alkitab, tidak ada dengan sendirinya. Tetapi
ada orang yang dipakai oleh Tuhan untuk menuliskannya. Untuk mengetahuai siapa
penulis kitab atau surat, maka dalam hal ini orang harus menggali surat tersebut dari
latar belakang dan isi, sehingga setiap orang tidak binggung. Hasan Susanto
menyatakan: “Setiap penulis mempunyai latar belakang dan keunikan sendiri. Dengan
lebih banyak informasi seorang penulis akan sangat membantu penafsiran modern
menjelaskan kitab tersebut”.7 Penulisnya ialah Yakobus (1:1). Yakobus mungkin
saudara Yesus seibu. Yang baru jadi pengikut Yesus setelah Yesus bangkit dari orang
mati. Yakobus menjadi Pembina jemaat di Yerusalem. Dan telah bertemu Paulus
sekurangnya dua kali (Gal. 1:9; Kis 21:18)8

C. Penerima
Surat Yakobus ditujukan kepada “keduabelas suku diperantauan”. Hal ini
dinyatakan dalam pasal 1:1, Yakobus menyatakan bahwa ia mengirinkan surat ini
kepada keduabelas suku diperantauan, yaitu seluruh bangsa Yahudi yang berada di
wilayah-wilayah di luar Palestina. Yaitu orang-orang Kristen Yahudi, Yakobus
mengajak mereka untuk menyadari bahwa adalah tenpat sementara, karena tempat
orang Kristen yang untuk selama-lamanya berada di surga itu adalah tempat yang
kekal.

D. Waktu dan tempat penulisan


Sesuai tradisi bahwa penulis surat ini adalah Yakobus saudara Tuhan Yesus
Kristus dan mati dibunuh sekitar tahun 62 M, maka tentunya surat Yakobus ditulis
sebelum kematiannya di Yerusalem kira-kira sekitar pada tahun 45 dan 49 M. sesuai
dengan keterangan Yosefius ahli sejarah. 9 Sesuai masalah yang terjadi di antara orang-
orang Kristen Yahudi, yaitu tentang orang-orang Yahudi yang masuk Kristen, tidak

7 Hasan Susanto, Hermeneutik (Malang: Saat, 2002), 181.


8 Frances Blankebaker, Inti Alkitab untuk Para Pemula (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 298.
9 Ola Tullan, Introduksi PB (Malang: YPPI, 1999), 253.
disinggung sama sekali dalam surat ini, berarti kemungkinan surat ini ditulis pada
waktu jumlah orang Kristen Yahudi yang berlatar belakang Kristen non Yahudi, yaitu
sebelum sidang di Yerusalem.
Yakobus tidak memisahkan antara Kristen Yahudi dengan Kristen non Yahudi, ini
merupakan acuan ketidakjelasan antara keduanya. Tetapi acuan tersebut ini
menunjukkan bahwa Yakobus ditulis terlebih awal dari surat-surat lainnya. Dan
Yakobus juga tidak melawan ajaran Paulus.

E. Tujuan
Maksud Yakobus menulis surat ini adalah untuk “membimbing anggota-anggota
jemaat yang keluar dari kesalahan menuju hidup yang benar”. 10 Dan orang Kristen
Yahudi mereka harus menyadari bahwa dunia ini adalah tempat mereka merantau,
tempat mereka yang sejati berada di surga.
Untuk memberikan peringatan kepada pembaca dan kita saat ini, supaya setiap
orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus menjadi pelaku firman, menjadi orang
yang dewasa kerohaniannya, bertahan dalam penderitaan yang dialami, dan tidak
goyah dalam menghadapi penderitaan/pencobaan akan ‘menerima mahkota kehidupan
yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Di mana pasal 3:1-12,
di sini Yakobus memberikan nasihat kepada orang yang menjadi guru supaya ia
berhati-hati dalam pengajrannya karena yang menjadi pokok utamanya utuk mengajar
adalah lidanya. Karena lidah adalah yang menentukan kedewasaan rohani seseorang.

F. Ciri-Ciri Surat Yakobus


ada beberapa ciri surat Yakobus, yakni:
a. Peringatan, kepada pembaca surat ini atau penerima.
b. Kesuliatan muncul dari kenyataan bahwa Yakobus berahli dengan cepat dari
topik ke topik.
c. Yakobus memberikan gambar-gambar, contoh lidah. Merupakan dunia, api,
neraka, binatang, dan gambaran-gambaran yang lainnya.
d. Yakobus memberikan nasihat bagi orang percaya tentang kehidupan sehari-
hari.
e. Yakobus menggunakan kata-kata praktis yang dapat dimengerti. “yang
terpenting dari pengajaran ini adalah Yesus”. 11

10 Duyrman M. E, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulian, 1992), 175
11 D.A Carson dan Duglos J. Moo, An Introduction to The New Testament, (Malang: Gandum Mas,
2016), 738-739.
BAB III
EKSPOSISI YAKOBUS 3:1-12

A. Analisis Teks

1. Konteks dekat Yakobus 3:1-12

Perihal lidah yang sudah diatur diungkapkan dengan paling gamblang dalam
Yakobus, lidah adalah “api, ia merupakan suatu dunia kejahatan yang tak terkuasai,
dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3:6-8).12 Gambaran-gambaran yang paling
jelas dalam Yakobus berkaitan dengan tema tentang lidah. Kecenderungan lidah pada
yang jahat dan konsekuensi-konsekuensinya. Lidah adalah “seorang pembual yang
memegahkan perkara-perkara yang besar” (Yak. 3:5), lidah juga adalah sebuah api kecil
yang dapat membakar hutan, lidah juga menerima kekuatan jahat dari neraka dan
dapat menghancurkan roda kehidupan. Lidah merupakan suatu dunia kejahatan dan
mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebgai sesuatu yang menodai
seluruh tubuh, pengaruh jahat yang mneghancurkan kemurnian moral. Lidah adalah
“sesuatu yang buas yang tek terkuasai, dan penuh racun yang mematikan,” yang terus
cari jalan untuk membahayakan orang lain. Kebutuhan untuk mengendalikan lidah dan
hubungan akrab lidah dengan seluruh tubuh ditunjukkan dengan gambaran-gambaran
yang hidup. Mengendalikan lidah berarti mengendalikan tubuh bagai kekang di mulut
kuda yang mengendalikan tubuhnya atau seperti kemudi yang dipakai seorang
nahkoda untuk menyetir kapal yang besar. Menjadi religios dan sempurna adalah jika
dapat mengekang lidah. Kesulitan mengendalikan lidah dilukiskan dengan
membandingkan binatang yang dapat dijinakkan oleh manusia, dengan manusia yang
tidak dapat menjinakkan lidahnya sendiri. Gambaran-gambaran dari alam menyoroti
inkonsistensi lidah yang mengucapkan berkat dan kutuk, suatu pelanggaran terhadap
tujuan penciptaannya yang hanya untuk memberkati. Air pahit dan air tawar tidak
dapat keluar dari mata air yang sama, dan air asin tidak menghasilkan air tawar. Pohon
ara tidak dapat menghasilkan buah zaitun atau pohon anggur tidak dapat
menghasilkan buah ara. Tetapi manusia memakai lidah yang sama untuk mengutuk
dan memberkati. 13
Begitu besar masalah yang timbul melalui kata-kata atau kalimat yang diucapkan
melalui, sehingga ia diberikan umpama sebagai api, binatang buas, dan juga
merupakan racun yang mematikan, karena setiap kata-kata yang diucapkan sangat
berbahaya bagi orang lain, bukan hanya kepada orang lain tetapi kepada diri sendiri.

12Leland Ryken, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, Kamus Gambaran Alkitab (Surabaya:
Momentum, 2011), 595.
13 Ibid, 1219-1220
2. Konteks jauh
a. Perjanjian Lama

Lidah bahasa Ibraninya lasyon, Yunani glossa, berarti lidah manusia maupun
bahasanya. Lidah sebagai alat untuk berbicara. Lidah dikatakan baik atau jahat (mzm.
51:16), dan pembicara. Seperti ulut dapat mengandung sesuatu, demikian pula juga
dikatakan bahwa kejahatan dapat disembunyikan di bawah lidah. Dan lidah dapat
penuh dengan sorak-sorai. Lidah dapat ditajamkan seperti pedang. Pengaruh yang
hebat sekali yang terkandung dalam kata-kata seseorang untuk maksud baik atau jahat,
terungkap dengan mepertaruhkan kekuasaan pada lidah manusia. Kelaparan dan
dahaga menyebabkan lidah melekat pada langit-langit mulut, dan lidah dapat menjadi
busuk karena penyakit. Lidah melambangkan keseluruhan pribadi, luapan yang keluar
dari hati yang diucapkan oleh mulut “orang yang serong hatinya tidak akan mendapat
bahagia, orang-orang yang memutar-mutar lidanya akan jatuh kedalam celaka” (Ams.
17:20; Mzm. 39:4). Kecenderungan untuk membiarkan lidah salah menginterpretasikan
pribadi menjadi latar imbauan Yohanes, “marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan atau dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran”
1Yoh. 3:18). Karena lidah menunjukkan pemikiran dan sikap seseorang, lidah jiga
mewakili suatu gaya hidup.” 14
Pengajar-pengajar pertama adalah orang tua. Tugas ini ditekankan dalam
Pentateukh (Ul. 4:9). Bahkan sampai pada zaman Talmud pun masih termasuk
tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan taurat, mengajarkan keterampilan kerja
dan mengawinkan anaknya. Allah sang Pengajar. Allah adalah sang Pengajar yang
agung dari Alkitab. Seluruh isi Alkitab adalah ajaran Allah yang mengajar dengan
hukum-hukum. Bangsa Israel pengajaran Allah dilambangkan oleh Hukum-Nya,
Taurat. Ajaran-Nya yang dinyatakan dalam bentuk ketetapan-ketetapan, titah-titah,
dan perintah-perintah, dan tersimpan di dalam kitab taurat, memunculkan pujian
tertinggi dari murid-muridnya.

b. Perjanjian Baru

Pada zaman Perjanjian Baru sifat para ahli taurat berubah. ‘Orang berhikmat’
sudah menjadi serikat kerja yang berbeda dari kelompok ahli taurat, tapi sifat dan
tanggung jawab mereka belum jelas. Ada tiga golongan guru yaitu: Khakham, sofer
dan khazzan (petugas), nikodemus termasuk golongan tertinggi, ‘para ahli taurat’ (Luk.
5:17), kata Yunaninya ialah Nomodidaskalos termasuk golongan terendah.
Yesus sebagai pengajar. Yesus adalah ungkapan tertinggi dari sang pengajar ilahi,
yang menunjukkan kemurahan hati yang dipadu dengan kejelasan, kuasa, dan otoritas

14 Leland Ryken dan James C. Wilhoit. Tremper Logman III, Kamus Gambran Allkitab, 59.
di dalam pengajaran-Nya. Tidak sama dengan para Rabbi yang mengajar di lokasi-
lokasi yang tetap, kita menemukan Yesus mengajar di bait Allah (Mat. 21:23; 26:55; Yoh
7:14; 8:2; 20), di kota-kota dan desa-desa (Mat. 9:35; 11:1; Mark. 6:6; Luk. 13:22) di
rumah-rumah ibadah (Mat. 4:23; 9:35), di rumah-rumah (Mrk. 2:1-2) ketika ia
berpergian sepanjang jalan (Mrk. 10:32-34), bahkan di sebuah perahu (Mrk. 4:1; Luk.
5:3). Gambaran tentang Yesus sang Guru adalah gambaran tentang Dia yang bisa
beradaptasi dengan setiap tempat dan merasa nyaman di alam terbuka seperti juga di
di bawah atap rumah ibadat. Pelayanan Yesus, menunjukkan bahwa karakter dan
kualitas dari kehidupan seorang pengajar sama pentingnya dengan Kretivitas dan
keterampilan di dalam mengunakan metode-metode pengajaran yang efektif.”15

B. Kesimpulan Eksposisi
Oleh karna guru merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang penting dan
sangat di hormati, sehingga tidak heran jikalau banyak orang yang mau menjadi guru
atau pemgajar bukan untuk sustu tujuan mendidik, namun berubah tujuan yaitu
mencari gelar, dan hormat. Karna latar belakang itulah Yakobus, menegur dan
menasihati melalui surat yang ditulisnya jika seseorang ingin menjadi guru, ia terlebih
dahulu belajar untung mengekang lidah karna mempunyai karakter dan budi pekerti
yang baik.
Yakobus tentunya sadar betul betapa penting dan sangat mulia, jika seseorang
ingin bercita-cita menjadi guru atau pengajar, bahwa Yakobus tidak melarang orang
Kristen untuk menjadi guru atau pengajar, akan tetapi kalau menjadi guru hendaklah
guru yang mempunyai karakter dan budi pekerti yang baik.
Banyak orang Kristen di zaman sekarang ingin menjadi guru dengan motivasi
ingin menjadi sejahtra (mis. PNS, dll). Dan tidak peduli dengan bagaimana belajar
mempersiapkan diri sebagai guru, namaun yang penting mendapatkan pekerjaan
untuk mendapatkan uang dengan gaji yang besar, untuk memuaskan keluarga dan
dirinya sendiri.
Orang Kristen adalah orang yang mampu mengekang atau mengendalikan
lidanya, ketiaka ia berkata-kata ia tidak kedapatan bersalah dalam kata-kata yang
membangun orang lain, bukan menyakitkan, melaikan menjadi berkat bagi orang lain.
Orang Kristen sering diumpamakan surat yang terbuka yang dapat dibaca semua
orang, yaitu melalui kata-kata dan kalimat yang diucapkan, dan orang Kristen
hendaknya menjadi garam dan terang bagi Dunia.

15 Leland Ryken. James C. Wilhoit. Tremper Logman III, Kamus Gambaran Alkitab, 25.
BAB IV
IMPLIKASI BAGI ORANG KRISTEN MASA KINI

Lidah Untuk Mengatakan Kebenaran


Hidup manusia dinilai dari perkataan dan cara hidupnya. Manusia cepat menilai
orang dan lupa menilai diri sendiri. Dalam segala sesuatu, hal yang paling penting
adalah lidah. Lidah mengendalikan seluruh kehidupan manusia. Kebenaran menjadi
prioritas utama kehidupan orang percaya sehingga dalam perkataannya memberkati
orang.
Yakobus mengatakan bahwa dengan lidah kita memuji Tuhan dan dengan lidah
orang percaya mengagung-agungkan Tuhan dengan kata-kata seperti Engkau maha
besar, engkau Juruslamatku, Tuhanku hebat, Tuhanku ajaib, Tuhanku dahsyat, Tuhan
Engkau Raja segala raja. Setiap orang diberikan lidah oleh Allah dengan tujuan untuk
memuji Dia dan memuliakan nama-Nya. Dalam masalah apapun yang kita hadapi,
marilah mendekatkan diri kepada-Nya dengan kata-kata atau dengan puji-pujian.

BAB V
KESIMPULAN

Penulis akan menyimpulkan dosa karena lidah seperti yang penulis bahas dari
bab I sampai bab 4. Yakobus memberikan peringatan pengaruh lidah yang berisiko
begitu besar, supaya setiap orang Kristen hendaklah memperhatikan kata-kata yang ia
gunakan ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Lidah merupakan bagian anggota
tubuh manusia yang kecil, lidah dapat digunakan untuk mendatangkan hal yang
positif tetapi juga berpotensi untuk merusak. Apabila lidah dapat dikendalikan dan
menguasai dirinya dengan baik, maka akan menghasilkan perkataan yang membangun
dan perkataan yang memberkati. Perkataan yang selalu diucapkan dari hati yang sudah
dipimpin Roh kudus. Jika pikiran hati dan keinginan dalam diri telah diperbarui, maka
setiap perkataan yang bersih dan membangun. Jadi, alamat tegas yang disampaikan
Yakobus kepada jemaatnya dari Yakobus 3:1-12 adalah bahwa lidah yang dapat
dikendalikan bersumber dari hati yang benar di hadapan Tuhan.
Orang Kristen yang ingin menjadi pengajar hendaklah ia tahu menempatkan
dirinya dalam profesi yang ia cita-citakan seperti seorang guru, atau hamba Tuhan.
Orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan hendaklah ia menjadi pengajar yang
membangun dan membawa berkat bagi jemaat yang ia nasihati lewat firman Tuhan.
Orang Kristen hendaklah menggunakan kata-kata yang tidak merusak.
Dosa karena lidah sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Untuk
menghindari hal itu, yang dilakukan adalah percaya sepenuhnya kepada Tuhan,
pergunakan kata-kata dan ucapan yang membangun dan membangkitkan semangat
orang lain dan kata-kata yang menyenangkan hati Tuhan. Pergunakanlah lidah untuk
memuji Tuhan dan tidak untuk mengutuk dan berkata kotor, sebab Tuhan akan
memandang rendah orang yang melakukan hal demikian dan orang demikian tidak
menghargai hdup yang Tuhan berikan.

You might also like