Bahan 1. Detail Engineering Desain (DED) Drainase-Permasalahan Sistem Drainase (PELATIHAN PKRMS)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 44

PERMASALAHAN SISTEM

DRAINASE

(12 SEPTEMBER 2022)

Oleh :
G. Gunawan
Balai Perkerasan dan Lingkungan Jalan

1
Permasalahan
drainase jalan
Gambaran umum
Faktor-faktor penyebab Banjir

• Faktor alami atau faktor given by god yang sulit diintervensi manusia (climate change,
curah hujan ekstrim/badai, kemarau berkepanjangan, air laut pasang /rob, tsunami,

1 letak dan kondisi geografis dan topografi lahan, serta karaketergeologis)

• Faktor anthropogenik atau faktor yang berkaitan dengan perilaku dan kegiatan atau
tindakan manusia (tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam pemanfaatan
ruang dan lahan di Daerah tangkapan Air dan Derah Dataran Banjir, pembuangan sampah,

2 bangunan pada daerah pengaliran sungai, dan perlikau yang menyebabkan pemanasan
global).
Gambaran Umum
Faktor-faktor penyebab Banjir
• Faktor teknis atau faktor yang berkaitan dengan rekayasa teknologi
(ketersedian dan kondiisi sarana dan prasarana pengendali banjir,
ketidak teraturan utilitas kota, kualitas perencanaan , ketersedian
3 sistem operasi dan prosedur, dan kinerja pemeliharaan prasarana)

• Faktor administratif atau tatakelola pemerintahan (ketidakjelasan


batas pembagian tugas dan fungsi serta tanggujawab antarinstansi
pemerintah, kapasitas lembaga pengelola, kinerja penegakan hukum,
4 serta kualitas komunikasi dan kondisi antarinstansi/lembaga)
Permasalahan drainase kawasan

• Limpasan run off dari kawasan


“berkontribusi “ tinggi terjadinya banjir
atau genangan (Drainase jalan ><
Drainase kawasan) dalam perhitungan,
evaluasi dan penangan, perlu
memperhatikan:
• Cathment area
• Koordinasi instansi (Pemda, BBWS,
PUPR)
• Penanganan secara kawasan (Kolam
resapan, pond atau polder)
• Elevasi terjadinya genangan pada
lokasi cekungan.

Luas daerah layanan (A)


1) didasarkan panjang segmen jalan yang ditinjau;
2) batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar.
3) Jika diperlukan, pada daerah perbukitan, direncanakan
beberapa saluran (Lihat sub bab drainase lereng).
PJN1 Ruas Jalan Raya Cilegon (Serang) STA 2+750
PPK 1.2 Jbt. Drangong (kopassus)
KETERANGAN
a
a. Kondisi-1 senin 28 februari
b. Kondisi-2 selasa 1 maret kondisi Jalan Raya
NORMAL
b

Lokasi Banjir-6
Permasalahn drainase jalan diperkotaan (kondisi eksisting)

• Posisi elevasi jalan nasional rendah (cekungan)


tergenang/banjir.
• Saluran samping dan gorong gorong tidak berfungsi
(<50%)
• Perlu Penataan dan perbaikan kapasitas/dimensi .
• Penataan PKL /bangunan.
• Perlu penataan arah aliran limpasan permukaan
perkersan jalan (pengaturan/penempatan inlet dsb)
• Penataan Saluran lingkungan ke jalan (drainase kawasan)
Pada Jembatan
Permasalahan drainase jembatan :
Aliran dan kondisi dan arah aliran air
• Pengendalian air dari Pipa cucuran tidak langsung
jatuh ke bangunan proteksi.
• Saluran samping diprotek pasangan batu Atau
dialirkan ke saluran samping yang tersedia.
• Lakukan pemeliharaan inlet diatas jembatan dan
tambahkan penutup/jeruji

Ketentuan (Pedoman no 23/2021 desain drainase jalan)


1) Pemasangan inlet pada dek jembatan mempunyai ketentuan sebagai berikut:
• Inlet harus didesain aman
• Inlet harus didesain untuk minimal penyumbatan;
• Inlet harus ditempatkan pada daerah yang rendah.
• Jumlah inlet harus sesuai perhitungan.
2) Jeruji, merupakan pelengkap untuk beberapa jenis inlet. Penggunaan jeruji keamanan
pengguna jalan, mencegah sampah.
3) Outlet, ditempatkan sedemikian rupa sehingga air yang keluar tidak mengguyur ataupun
berbalik arah ke elemen jembatan, tidak mengalir pada retakan sambungan, tidak mengalir di
antara perkerasan dan jembatan, dan tidak mengalir di abutment ataupun wingwall.
Permasalahan :
• Limpasan air hujan dari kawasan yang besar debit nya pada
kondisi ekstrim

Rekomendasi awal:
• Pemeliharaan pembersihan sedimen dan sampah saluran
• Letak saluran darainase yang lebih tinggi dari permukaan jalan ,
perbaikan inlet dan tali air.
• Perbaikan kapasitas gorong-gorong (dimensi)
• Lakukan Koordinasi instansi terkait (Pemda Serang, Bina Marga)
dalam rangka penanganan sistem drainase kawasan, run off
kawasan akan melalui gorong-gorong. (bila diperlukan siapkan
saluran pencegat /kolam resapan dll)
• Penataan utilitas yang berpengaruh terhadap penurunan fungsi
gorong gorong
Tampak depan
dengan sodetan
dengan aliran
diarahkan
kesungai inlet
gorong2, hindari
pengaliran yang
berpotensi
merusak
konstruksi
bangunan
jembatan

Permasalahan:
• Pada curah hujan tinggi terjadi genanangan pada arah dari serang ke Cilegon (foto)
• Air dari Saluran samping terhambat diperkirakan elevasi air sungai tinggi, menutupi oulet
dari saluran permukaan.
A • Saluran sungai menyempit diujung gorong gorong (outlet )
• Lokasi daerah cekungan.
Rekomendasi awal:
• Pemeliharaan/pembersihan sampah/sedimen di saluran
• Peningkatan dan pelebaran saluran dengan memanfaatkan area bebas sekitar pagar
kopasus (gambar A) , dengan disiapkan sodetan ke saluran sungai untuk air limpasan
apabila saluran permukaan melimpah.
• Normalisasi saluran sungai dan penataan utilita
• Perlu disiapkan desain saluran permukaan yang mampu menurunkan kecepatan aliran
aliran (misal pematah arus), dengan memperhatikan ketinggian pintu outlet dari dasar
1,7 M dan sementara diperkirakan saluran samping 1,85 m
Contoh: DATA KONDISI DRAINASE JALAN
(PANTURA JAWA BARAT)
Kondisi Saluran Drainase Jalan Pantura Jawa Barat

Rusak Berat
15%

Rusak Sedang
15%
Baik
62%

Rusak Ringan
8%
Contoh: REKOMENDASI PENANGAN DRAINASE JALAN
(PANTURA JAWA BARAT)
Rekomendasi Penangangan Drainase Jalan Pantura Jawa Barat

Rekonstruksi
15%

Rehabilitasi
15% Pemeliharaan
Rutin
62%

Pemeliharaan
Berkala
8%
HASIL INSPEKSI RUTIN
(PANTURA JAWA BARAT)
TIPIKAL PERMASALAHAN DRAINASE PANTURA JAWA BARAT

Sedimentasi & Menyatu dengan


Sampah saluran irigasi
Tumbuhan Liar
HASIL INSPEKSI RUTIN
(PANTURA JAWA BARAT)
TIPIKAL PERMASALAHAN DRAINASE PANTURA JAWA BARAT

Tidak ada inlet Menyatu dengan


Dimanfaatkan PKL dan bak kontrol utilitas lainnya
(di bawah flyover)
HASIL INSPEKSI RUTIN
(PANTURA JAWA BARAT)
TIPIKAL PERMASALAHAN DRAINASE PANTURA JAWA BARAT

Gorong-gorong
Saluran inlet Outlet tersumbat terhambat
penuh sampah sampah sampah
MASALAH UMUM di LAPANGAN Permasalahan dan Kondisi
Eksisting Drainase Jalan

Air Tergenang

Kemungkinan Penyebab:
1. Muka air tanah naik ke
permukaan.
2. Air run off yang terjebak.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Laju air tersumbat.

Kemungkinan Penyebab:
1. Sedimentasi.
2. Tersumbat benda.
3. Terjebak.
4. Salah desain.
5. Lainnya.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Saluran samping dipenuhi


tanaman vegetasi.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Tidak ada saluran samping.


Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Gorong Gorong

Kemungkinan Penyebab:
1. Terjadi sedmentasi.
2. Adanya sampah.
3. Adanya vegetasi.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Gorong Gorong

Terjadi hambatan :
1. Terjadi sedmentasi.
2. Adanya sampah.
3. Kerusakan struktur.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN


Eksisting Drainase Jalan

Saluran outlet

1. Tertutup bangunan liar (aspek


social).
2. Kapasitas saluran mengalami
hambatan / mengecil.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN


Eksisting Drainase Jalan

Saluran outlet
1. Tertutup berbagai jenis utilitas.
2. Kapasitas saluran mengalami hambatan /
mengecil.
Permasalahan dan Kondisi

MASALAH UMUM di LAPANGAN Eksisting Drainase Jalan

Tumpang tindih antara saluran


drainase jalan dengan saluran
irigasi.
Masalah Lapangan Drainase Jalan

Drainase jalan merupakan bagian dari drainase


1
kawasan;

Kurang optimalnya mengamankan daya


2
 Sangat kuat
 Kedap air  Kuat
 Lebih mahal  Harus kering

dukung struktur jalan dari pengaruh air;  Mahal

 Kuat moderat
 Kering
 Lebih murah

 Tanah asli
 Kelembaban tertentu
 Sensitif

3 Perkerasan jalan rusak sebelum waktunya;


MASALAH LAPANGAN

Tergenang, karena tidak berfungsinya saluran


4
drainase;

Masih banyak ditemui jalan yang tidak ada


5
saluran drainasenya;

Kurang perawatan, sampah, sedimen, dan


6 vegetasi;
MASALAH LAPANGAN

7 Saluran dranase tertutup, banyak yang bolong;

Muka air tanah yang tinggi, meredam lapisan


8
struktur perkerasan jalan;

Saluran drainase pembawa (Outlet), terlalu


9 jauh;
MASALAH LAPANGAN

10 Overlapping utilitas:

11 Perawatan tidak maksimal.

12 Terbatasnya peralatan mesin pendukung;


MASALAH LAPANGAN

Ruang Milik Jalan (RUMIJA) yang sempit,


13
kesulitan menempatkan saluran drainase;

MASALAH MANAJEMEN / OFFICE

Dana terbatas, pembangunan dan


13
pemeliharaan kalah prioritas;
Ketentuan teknis yang sering
dilupakan dalam pembangunan
sistem drainase jalan
Alternatif 1:
Pembuatan saluran dimedian (dampak tanaman/pohon harus
ditebang ).

Alternatif 2:
Membuat saluran poros/subdrain sekitar median dengan
pipa poros

Parit
infiltrasi

Desain
sub-drain
DRAINASE SUB TANAH - sering dilupakan tetapi sangat penting hingga 15%
dari jaringan
PEMECAH ARUS
• Untuk mengurangi kecepatan aliran
• Saluran samping jalan yang panjang
• Kemiringan dasar saluran cukup besar

Hubungan Kemiringan Saluran Samping Jalan (i) dan Jarak Pemecah Arus (L)

6% 7% 8% 9% 10%
i (%)
L (M) 16 M 10 M 8M 7M 6M

i%

33
Acuan untuk sistem drainase di Super elevasi
• Pada bagian jalan di tikungan, diperlukan kemiringan melintang jalan maksimum (superelevasi), aspek yang
harus diperhatikan:
• elevasi dasar saluran di tepi luar jalan pada tikungan tetap mengikuti kemiringan dasar saluran pada
bagian hulu.
• pada tikungan yang lebar, badan/perkerasan jalan relatif pendek misal 2 (dua) lajur maka seperti
Gambar, dengan seluruh permukaan jalan dimiringkan satu arah.
• untuk tipe jalan dengan jumlah lajur banyak, maka saluran di median dimanfaatkan dengan dimensi
saluran lebih kecil dari saluran samping.
• Kemiringan memanjang/kelandaian jalan, untuk jalan baru sesuai desain geometri jalan, untuk peningkatan
sesuai kemiringan memanjang di lapangan.
Penempatan saluran bantu di daerah cekungan
• Kesinambungan antara perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping, harus
bertingkat, untuk aliran permukaan mengalir ke titik pengumpulan.
• Pada saat curah hujan tinggi dan air dalam saluran tidak habis meresap di
sepanjang saluran, maka perlu dibuatkan saluran bantu untuk menuju saluran
alam atau sungai terdekat.
• Pada jalan yang berubah dari menurun kemudian menanjak, saluran bantu
dibuat pada tempat perubahan tersebut, Gambar

Pembuatan saluran bantu ke alur alam atau sungai


Ketentuan Teknis
Kemiringan melintang jalan
Penenpatan dan desain Inlet
Desain bentuk ataupun dimensi saluran inlet jalan tergantung kondisi lapangan (datar, turunan atau tanjakan).
Berikut ditampilkan beberapa contoh untuk saluran inlet jalan pada jalan menurun/tanjakan .

Inlet jalan sesuai kemiringan memanjang jalan > 4 %


Fungsi dan penempatan Inlet jalan
• Saluran yang menghubungkan aliran air dari saluran talang/tali air menuju saluran samping atau tengah.
• Lokasi inlet jalan ditempatkan mulai pada titik terendah dari kemiringan memanjang jalan (alinyemen vertical
cekung) juga pada antara titik terendah dan tertinggi pada kemiringan memanjang jalan .
• Lokasi dimana terjadi perubahan pada kemiringan melintang jalan.
• Bagian hilir terjadi perubahan kemiringan longitudinal jalan, terutama di lokasi dengan penurunan kemiringan jalan
untuk mencegah sedimentasi dan meningkatkan keamanan.
• Persimpangan jalan untuk tujuan drainase, talang melintang dapat digunakan tegak lurus dengan jalan yang
menyilang untuk mengalirkan arus melintasi persimpangan bila diperlukan. Talang melintang harus cukup untuk
mengalirkan limpasan melintasi persimpangan dengan sebaran yang setara dengan yang diperbolehkan di jalan.
• Kemiringan longitudinal dari jalan utama harus dipertahankan, tidak ada bentuk palang/jendulan melintang yang
harus dibangun di jalan utama untuk tujuan drainase.
Penempatan gorong gorong harus memperhatikan kondisi aliran

• Perilaku tergantung pada apakah inlet dan/atau outlet terendam.


• Lokasi penempatan tegak lurus jalan. Secara ideal gorong-gorong harus ditempatkan dalam saluran alami. (Gambar)
• Aliran dalam gorong-gorong tidak terjadi turbulensi. Untuk menghindari terjadinya aliran turbulensi, maka:
• Perpotongan dengan jalan harus saling tegak lurus.
• Ujung apron bagian hulu harus bidang yang smute (streamlined line)
Modifikasi yang mengurangi bagian miring dan memperpendek gorong-gorong , harus dirancang dengan baik untuk menghindari masalah erosi
dan lumpur.
Pemasangan kain geotektil pada drainase bawah permukaan
Umum dilakukan dalam penempatan lebar kain filter geotektil :
• Kain geotektil merupakan lembaran filter terbuat dari poliester, nilon atau filamen polipropilen yang tembus
air.
• Pada seluruh keliling parit dibungkus dengan lembar kain geotektil untuk memisahkan timbunan masuk dari
tanah dasar, alas, subbase dan bahan apa pun yang menutupi parit (Gambar bagian a).
• Pada sebagian pojok parit dikosongkan sesuai arah kedatangan rembesan air (Gambar bagian b).
• Pada selimut keliling pipa berlubang/perforasi (Gambar bagian c).
Bangunan LID yang dapat dimanfaatkan berpotensi dimanfaatkan di median jalan dengan desain diperkecil
(tetap memperhatikan keamanan bangunan jalan ) .
Parit resapan (Infiltration Trench)
• Parit infiltrasi adalah galian parit yang kemudian diisi kembali dengan batu untuk membentuk bak dibawah
permukaan.
• Aliran air hujan dibelokan ke dalam parit dan disimpan sampai air dapat diinfiltrasi ke dalam tanah, bisaanya
lebih dari beberapa hari.
• Hal yang harus diperhatikan adalah menjaga parit supaya tidak tersumbat, oleh karena itu air yang masuk
harus diolah dulu baik itu dengan saluran rumput atau juga dengan lahan filter vegetasi. Sebuah parit
resapan adalah fasilitas pengelolaan air hujan berbentuk memanjang dan sempit, lihat (Gambar 15-7).

(Sumber: Prince George's County, 1999)


Gambar 15-7 Konstruksi parit resapan (infiltration Trench)
Sengkedan resapan (Infiltration Swale) , bisa diterpkan pada lokasi saluran outlet disekitar kawasan resapan
Krakatau steel dengan tujuan memperlambat aliran dan menyerap)
• Sengkedan resapan adalah saluran berumput atau bervegetasi dangkal yang dirancang untuk menangkap,
menahan dan mengelola air hujan dan membawa aliran yang lebih besar.
• Sengkedan Resapan menampung aliran permukaan dari permukaan beraspal yang berdekatan, menahan air
di belakang bendung, dan memungkinkan untuk meresapkan ke dalam tanah melalui tanah dasar (Gambar
15-8).
• Sengkedan dan struktur bendung menyediakan fasilitas untuk mengakomodasi kejadian debit yang lebih
besar untuk mengalir ke sistem drainase. Variasi pada rancangan termasuk batuan dasar, dengan atau tanpa
pipa drainase di dalamnya.

(Sumber: Prince George's County,


1999)
Gambar 15-8 Konstruksi infiltration
Swale
Sengkedan basah (Wet Swale), bisa diterpkan pada lokasi saluran outlet disekitar kawasan resapan
Krakatau steel dengan tujuan memperlambat aliran dan menyerap)
• Sengkedan basah dibedakan dari drainase sederhana/channel grassed dengan fitur rancangan yang
mempertahankan kondisi jenuh dalam tanah di bawah sengkedan (Gambar).
• Tujuan dari sengkedan basah adalah untuk menciptakan sebuah sistem pengolahan lahan basah
memanjang yang memperlakukan air hujan melalui tindakan fisik dan biologis.
• Tidak seperti sengkedan kering, infiltrasi air hujan adalah kondisi yang tidak diinginkan dalam sengkedan
basah karena kemungkinan akan menghasilkan kondisi yang merugikan untuk mempertahankan tanah
jenuh untuk mendukung vegetasi lahan basah.

(Sumber: Claytor & Schueler, 1996)


Gambar 15-9 Konstruksi wet swale
Terima kasih

You might also like