Professional Documents
Culture Documents
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, M.S.P. Keynote D2 Setwapres at Sosialisasi Pedoman Gizi Kemenkes 300822
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, M.S.P. Keynote D2 Setwapres at Sosialisasi Pedoman Gizi Kemenkes 300822
…………………………….………………………………………………...
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan
SekretariatWakil Presiden
3
KERANGKA PENYEBAB DAN PENDEKATAN:
MULTIFAKTOR
Pencegahan stunting Hasil
Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, perlindungan sosial, sistem
kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.
Proses
Sumber: UNICEF 1997 dan IFPRI, 2016 disesuaikan dengan konteks Indonesia 4
KEBIJAKAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
DI INDONESIA TAHUN 2013 - 2021
• Pemerintah telah menjadikan • Penurunan Stunting menjadi Program • Presiden Menandatangani Perpres
penurunan Stunting sebagai Prioritas Nasional dan dilakukan No 72 tahun 2021 tentang
prioritas. percepatan penurunan dengan target Percepatan Penurunan Stunting
menurunkan prevalensi hingga 14% • Penguatan kerangka kelembagaan,
• Payung hukum pelaksanaannya pada tahun 2024.
adalah Perpres 42/2013 tentang kerangka intervensi dengan
Percepatan Perbaikan Gizi. • Disusun Strategi Nasional Percepatan menggunakan pendekatan keluarga
Penurunan Stunting (Stranas) melalui beresiko stunting, pemantauan dan
• Pemerintah mulai melaksanakan serangkaian konsultasi publik dan evaluasi
berbagai program, piloting di 64 evidence based dikoordinasikan oleh
kabupaten/kota, kampanye dan • Disusun Rencana Aksi Nasional
TNP2K - Setwapres. Percepatan Penurunan Angka
advokasi.
• Stranas dilaksanakan melibatkan 20 K/L Stunting (RAN PASTI) 2021- 2024
dan secara bertahap di Kab/Kota sebagai acuan bersama
5
PERATURAN PRESIDEN NO. 72 TAHUN 2021
TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Pada Bulan Agustus 2021, Presiden menandatangani Perpres 72/2021 yang mengadopsi Stranas
yang disusun pada tahun 2018. Perpres memberikan penguatan pada beberapa aspek, yaitu:
6
PILAR UTAMA DAN KELOMPOK SASARAN
PENURUNAN STUNTING SESUAI PERPRES 72/2021
Sasaran Prioritas:
Calon
Remaja Pengantin Ibu Hamil Ibu Menyusui Anak Baduta
7
KELEMBAGAAN
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
8
TARGET ANTARA
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
11 Target
Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Intervensi
Stunting telah menetapkan 91 target antara yang Sensitif
harus dicapai pada tahun 2024. 9 Target
Intervensi 11 Target
Spesifik Pilar 1
Target tersebut terkait dengan cakupan:
a. Intervensi spesifik,
91
b. Intervensi sensisitif, dan TARGET
18 Target 13 Target
c. Perbaikan tata kelola program baik dari Pilar 5 ANTARA
Pilar 2
sisi :
Ø Perencanaan dan penganggaran,
Ø Kelembagaan, 7 Target 22 Target
Ø Kooordinasi Pilar 4 Pilar 3
9
INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
Dalam Perpres no. 72 tahun 2021
Intervensi Spesifik (Penyebab Langsung) Intervensi Sensitif (Penyebab Tidak Langsung)
Indikator Sasaran Target Indikator Sasaran Target
1. Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang 90% 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pascapersalinan. 70%
mendapatkan tambahan asupan gizi.
2. Kehamilan yang tidak diinginkan. 15,5%
2. Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah 80%
Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa 3. Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh 90%
kehamilan. pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
3. Remaja putri yang mengonsumsi Tablet 58% nikah.
4. Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak di 100%
Tambah Darah (TTD). kabupaten/kota lokasi prioritas.
4. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu 80% 5. Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah 90%
ibu (ASI) eksklusif. domestik) layak di kabupaten/kota lokasi prioritas.
5. Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan 80% 6. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional 112,9 juta
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). dari 40% penduduk berpendapatan terendah. penduduk
6. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi 90% 7. Keluarga berisiko stunting yang memperoleh 90%
pendampingan.
buruk yang mendapat pelayanan tata laksana 8. Keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai 10 juta keluarga
gizi buruk. bersyarat.
7. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang 90% 9. Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang 70%
dipantau pertumbuhan dan perkembangannya. stunting di lokasi prioritas.
8. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi 90% 10. Keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial 15.600.039
kurang yang mendapat tambahan asupan gizi. pangan. keluarga
11. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan 90%
9. Balita yang memperoleh imunisasi dasar 90% (BABS) atau Open Defecation Free (ODF).
lengkap.
Selain Intervensi Spesifik, terdapat 3 intervensi Sensitif dibawah tanggungjawab Kemenkes (No 6,9,11) 10
KEMAJUAN INTERVENSI SPESIFIK
Berdasarkan Target Perpres 72/2021
58
Intervensi spesifik belum mencapai target
Remaja putri mengonsumsi TTD*
21,7 o Intervensi spesifik memegang
Bumil KEK mendapat PMT* 90
92,1 peranan penting karena
80
berpengaruh langsung terhadap
Bumil mengonsumsi TTD*
37,7 kejadian stunting
Anak 6-23 bulan mendapat MP-ASI*** 80
52,5
o Masih terdapat indikator yang
80
Bayi < 6 bulan mendapat ASI Eksklusif***
69,7 capaiannya jauh dari target yang
90
ditetapkan dalam Perpres 72/2021:
Balita dipantau pertumbuhan***
69 Remaja putri dan ibu hamil yang
Balita gizi kurang mendapat PMT* 90 mengonsumsi TTD sesuai standar,
81,2
dan konsumsi MPASI anak 6-23
90
Imunisasi dasar lengkap (IDL)**
65,8 bulan.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
o Belum semua data capaian indikator
Target (%) Capaian (%)
Sumber:
intervensi spesifik tersedia secara
* Kemkes, 2020; ** SSGI, 2021. IDL pada anak 12-23 bulan, indikator Perpres 72/2021 adalah IDL pada balita: ***Kemkes, 2021
rutin.
11
KEMAJUAN INTERVENSI SENSITIF
Persentase Rumah Tangga Persentase Penduduk yang
Prevalensi Penduduk Persentase Rumah Tangga
dengan Akses Sanitasi Mempunyai Jaminan
dengan Kerawanan Dengan Air Minum Layak
Layak Kesehatan
Pangan 90,78
5,42 80,29 69,29
68,36
90,21 79,53
5,12
65,88
4,79
77,39
89,27
2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021
Rata-Rata Umur Rata-Rata Umur Kehamilan Pasangan Usia Subur (PUS) Persentase Pasangan Usia
Perkawinan Pertama Pada Pertama Menggunakan Alat KB Subur (PUS) Menggunakan
Perempuan 55,96 56,04 Alat KB Modern
21,59 21,67 55,06 54,55
21,51 54,34
53,77
20,96 21,03
20,85
2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021
Intervensi Sensitif mengalami kemajuan yang cukup baik dalam 3 tahun terakhir, kecuali untuk
penggunaan alat KB yang mengalami penurunan 8
ALOKASI ANGGARAN TERKAIT PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING TAHUN 2022
13
SKEMA PERCEPATAN KHUSUS 12 PROVINSI PRIORITAS
KEPMEN BAPPENAS 01/M.PPN/HK/06/2022
Secara nasional, terdapat sekitar 69 % balita stunting nasional (3.586.556 orang) terdapat di 12 Provinsi
Estimasi
No. Provinsi Prevalensi Jumlah Balita
Stunting (%) Stunting
(orang)
1 NTT 37,8 218.443
2 Sulawesi Barat 33,8 44.760
3 Aceh 33,2 168.777
4 NTB 31,4 153.826
5 Sulawesi Tenggara 30,2 80.003
6 Kalimantan Selatan 30,0 110.881
7 Kalimantan Barat 29,8 131.466
8 Jawa Barat 24,5 968.148
9 Jawa Timur 23,5 656.449
10 Jawa Tengah 20,9 510.646
11 Banten 24,5 268.226
12 Sumatera Utara 25,8 348.889
1. Cakupan intervensi spesifik belum memenuhi target, terutama untuk Remaja putri
dan ibu hamil yang mengonsumsi TTD sesuai standar, dan konsumsi MPASI anak 6-
23 bulan.
2. Komitmen Pemda dalam mengalokasikan anggaran dari APBD untuk Penanganan
Stunting masih rendah; masih sangat tergantung pada dana APBN.
3. Kapasitas tenaga di lapangan masih rendah dan sinergistas antar tenaga
pendamping belum terjadi (TPPS, Satgas, dan Kader , maupun tenaga pendamping
lain)
4. Belum semua data capaian indikator intervensi spesifik tersedia secara rutin; dan
sharing data Pendataan Keluarga dan Elsimil belum berjalan.
5. Kondisi Pandemi COVID-19 mempengaruhi sejumlah intervensi layanan dan
membutuhkan sejumlah inovasi layanan.
15
KESIMPULAN
1. Setwapres sangat mendukung Kemenkes dalam upaya Peningkatan Manajemen Pelayanan Gizi
Spesifik di Puskesmas karena sangat penting dalam peningkatan capaian berbagai indikator intervensi
spesifik dalam Perpres 72/2021. Dukungan tersebut antara lain: Penyusunan dan penerbitan
Pedoman, Sosialiasi, Pembekalan Tim Fasilitator 34 Provinsi, serta Pilot project manajemen Layanan
Gizi Spesifik di Puskesmas (6 kabupaten di 12 lokasi provinsi prioritas).
2. Peningkatan kapasitas tenaga Kesehatan di lapangan dalam penerapan Pedoman Manajemen
Layanan Gizi Spesifik sangat diperlukan dan membutuhkan dukungan pembiayaan dari KL dan
Pemda (a.l: DAK, BOK, APBD). Tenaga Nakes di Kabupaten dan Puskesmas termasuk Tenaga Gizi dan
Tenaga Pelaksana Gizi di lapangan perlu diprioritaskan untuk mendapatkan orientasi oleh Tenaga
Pelatih Provinsi dan Kabupaten yang akan disiapkan oleh Kemenkes dengan dukungan Setwapres.
3. Stunting merupakan persoalan multimensi dan multisektor maka Sinergistas Pendampingan
penting untuk dilakukan, baik antara TPPS, Satgas, para kader Kesehatan, maupun tenaga
pendamping lainnya.
4. Khusus 12 Provinsi prioritas yang menerapkan Skema khusus, Penguatan Aksi konvergensi dan
peningkatan cakupan dan kualitas ePPGBM (antropometri dan tenaga pelaksana) terus perlu
dilakukan;
5. Ketersediaan data secara rutin dan berkualitas bagi Pemerintah dan Pemda dalam menyusun
perencanaan dan pemantauan Capaian target indicator intervensi spesifik dan sensitif. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengumpulan data dan peningkatan kualitas data khususnya terkait kualitas data
ePPGBM, dan sharing data Pendataan Keluarga dan Elsimil.
16
20