Professional Documents
Culture Documents
Al Fatihah Jurnal 2 20
Al Fatihah Jurnal 2 20
Dalam
PEMAHAMAN KANDUNGAN AL QUR’AN
Barang siapa buta di dunia ini, maka di akhirat kelak dia juga akan buta
bahkan lebih buruk lagi
Kedudukan Bismillah
Para Ulama bersepakat bahwa sesungguhnya bismillah yang
tercantum dalam surat al-naml adalah bagian dari ayat yaitu di dalam
Firman Allah :
إنّه من سليمان وإنّه بسم هّللا ال ّرحمن ال ّرحيم
Tetapi para Ulama berbeda pendapat apakah bismillah termasuk dari ayat
fatihah, dan termasuk dari permulaan setiap surat atau bukan ? jawabnya
ada beberapa pendapat
Pertama: Bismillah termasuk ayat dari fatihah dan termasuk dari ayat
setiap surat, pendapat ini adalah madzab Imam Syafi’i
Rahimahullah.
Kedua: Bismillah bukan termasuk dari ayat fatihah dan bukan termasuk
dari ayat surat-surat Al-Qura’an ini adalah madhab imam Malik.
Ketiga: Bismillah merupakan ayat yang menyendiri dari Al-Qur’an,
diturunkan sebagai pemisah antara surat-surat dan bukan
termasuk dari ayat fatihah, pendapat ini adalah madzhab imam
Abu Hanifah Rahimahullah.
Tarjih
Sesudah memperlihatkan dalil-dalilnya dan pengambilan dalil setiap
ulama madzhab dari imam-imamnya maka kami berkata Semoga madzhab
Imam Hanafi adalah pendapat yang paling unggul. Pendapatnya adalah
pendapat menengah dari dua pendapat yang saling berlawanan. Ulama
Syafi’iyyah berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat fatihah dan ayat
setiap surat dan Ulama Malikiyah berpendapat bahwa basmalah bukan
termasuk ayat fatihah dan bukan juga termasuk ayat dari setiap surat.
Firman Allah berbunyi )148: ولكل وحهة هو موليها (البقرةartinya : Dan bagi tiap-
tiap ummat ada qiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Akan
tetapi kalau kita perhatikan secara mendalam maka kita akan menemukan
bahwa penulisan basmalah dalam Mushaf dan mutawatirnya penulisan itu
tanpa ada orang yang mengingkarinya serta diketahuinya bahwa shahabat
menghilangkan Mushaf dari sesuatu yang bukan Al-Qur’an menunjukkan
bahwa basmalah termasuk ayat Al-Qur’an akan tetapi tidak menunjukkan
terhadap ayat dari setiap surat atau ayat dari surat fatihah. Melainkan
basmalah termasuk ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebagai pemisah
diantara setiap surat. Pendapat ini yang diisyaratkan oleh hadits Ibnu
Abbas yang telah disebutkan bahwasanya Rasulullah tidak mengetahui
pemisah antara surat sehingga diturunkan kepada beliau basmalah. Dan
menguatkan pendapat ini yaitu basmalah bukan termasuk ayat dari
permulaan setiap surat bahwa sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan sesuai
perkataan orang Arab dalam berbicara. Dan orang Arab berkeyakinan
bahwa beragam dalam pembicaraan termasuk dari sebagian perkataan
balaghah apalagi pada permulaan perkataan. Kalaulah basmalah termasuk
ayat dari setiap surat maka permulaan setiap surat berada pada satu
bentuk. Dan ini tidak sesuai sesuatu penjelasan yang mena’jubkan dalam
mu’jizat Al-Qur’an. Pendapat Madzhab Malikiyah bahwa tidak mutawatirnya
keberadaan basmalah sebagai ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa
basmalah bukan ayat Al-Qur’an tidaklah jelas seperti pendapat al-
Jashshosh. Karena tidak mesti dikatakan bahwa pada setiap ayat bahwa itu
adalah Al-Qur’an dan menjadi mutawatir. Akan tetapi cukup memerintah
Rasulullah SAW menulis ayat tersebut dan mutawatir penulisan tersebut
dari Rasulullah SAW. Sedangkan telah sepakat ummat bahwa semua yang
ada didalam Mushaf adalah Al-Qur’an. Maka tentu basmalah merupakan
ayat menyendiri dari ayat-ayat Al-Qur’an, yang diulang-ulang basmalah
pada beberapa tempat, sesuai dengan apa yang ditulis pada permulaan-
permulaan kitab untuk mendapatkan keberkahan dengan nama Allah SWT.
Pendapat inilah yang mententramkan dan menenangkan jiwa. Dan
pendapat ini adalah pendapat yang mengumpulkan diantara nash-nash
yang ada. Wallohu a’lam.
PENAMBAHAN
A. Al Fatihah juga merupakan konsep skenario dari dialog termesra
sepanjang sejarah penciptaan, antara seorang hamba yang
menghambakan diri dengan Tuhannya, hal ini sesuai dengan sebuah
hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, dari A’la bin Abdir
Rahman dari ayahnya Abi Hurairah dari Rasulullah bahwa Allah
berfirman: Bila hambaKU membaca al fatihah maka AKU
menjawabnya langsung “ Alhamdulillahi robbil ‘alamiin dengan:
hambaKU memujiKU, Arohmanirrohiim dengan: hambaKU
menyanjungKU, Maaliki yaumiddiin dengan: hambaKU
memuliakanKU, Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin dengan: ini
merupakan antara AKU dan hambaKU, Ihidinas shirootol mustaqiim,
Shirootolladziina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim walad
dloolliin dengan: ini untuk hambaKU seperti yang diminta “
B. Dari hadits Qudsi lainnya yang diriwayatkan oleh Thobroni dari
sahabat Ubai bin Ka’ab dalam bukunya al Mu’jamul Ausath: “ Wahai
bani Adam, Aku telah turunkan kepadamu tujuh ayat yang tiga
pertama untukKU, tiga akhir untukmu sedang satu di tengah untuk
kita bersama. Adapun tiga yang untukKU adalah dari Alhamdulillah
hingga Maaliki yaumiddiin, satu untuk kita adalah iyyaaka na’budu
wa iyyaaka nasta’iin, dari pihakmu beribadah, dari pihakKU memberi
pertolongan, yang husus untukmu dari ihdinas shirootol mustaqiim,
hingga walad dloollin “
C. I’rab Fatihah, Menurut Jumhur ulama ahli nahwu:
- Lafadz ( )الحمدdal-nya dirafakan jadi mubtada akan tetapi menurut
sebagian ulama bisa dinasabkan dal-nya menjadi mashdar dari fi’il
yang dibuang taqdirnya adalah أحمد الحمدBisa juga dikasrahkan dal-
nya disertakan pada kasrah yang ada pada lamnya lafadz لله
tetapi
I’rab ini lemah dalam ayat karena menyertakan yang dimu’rabkan
terhadap yang dimabnikan, yang mengakibatkan batalnya hukum
I’rab. Dan ada yang membaca di dlommahkan dal dan lam-nya
dengan menyertakan harkat lam terhadap harkat dal. Lafadz هللlam-
nya lam haraf jar dan lafadz هللا dijar-kan oleh lam ciri jarnya kasrah.
- Lafadz ربmerupakan mashdar tashrifnya adalah رب... رب يyang
dijadikan sifat seperti lafadz دل.. عasalnya adalah راب. Lafadz رب
dijarkan karena jadi sifat atau jadi badal dari lafadz Allah. Bisa juga
dibaca nashab jadi maf’ul dari fi’il yang dibuang taqdirnya أعنىatau
sebagai munada dari “ya” haraf nida yang dibuang taqdirnya يا رب
العالمين. Ada juga yang membaca rafa’ jadi khobar dari mubtada yang
dibuang taqdirnya هـو. Lafadz العالمينkedudukannya sebagai mudlof
‘ilaih dari lafadz ربdijarkan oleh ربciri jar-nya “ya” karena
merupakan mulhak jama’ mudzakar salim. Lafadz رحيم. الرحمن الbisa
dibaca jar, nashab dan rafa’ sama dengan lafadz رب.
- Lafadz ملك يوم الد ينapabila tidak pakai alif maka jadi sifat dari lafadz
Allah dan apabila pakai alif maka jadi badal. Pada lafadz ملك يوم الد ين
ada yang dibuang taqdirnya ملك أمر يوم الد ين atau ملك يوم الد ين
األمر. ملكbisa juga dibaca nashab dengan mentaqdirkan fi’il
Lafadz
yaitu lafadz اعنىdan ada sebagian kaum membolehkan dibaca rafa’
dengan mentaqdirkan lafadz هو. Ada lagi yang membaca مليك يوم الد
ينdirafa’kan, dinashabkan dan dijarkan lafadz مليك-nya. Dan ada
juga yang membaca ك َ َ َملyang merupakan kalimat fi’il (kata kerja yang
disertai waktu), sedangkan lafadz يومdibaca nashab kedudukannya
sebagai dhorof.
- . تعين..وإيّاك نس
Menurut jumhur ulama lafadz إيّاكdikasrahkan
“hamzah”nya dan “ya”nya bertasydid. Menurut qira’at syad
difatahkan “hamzah”nya ada lagi yang dikasrahkan “hamzah”nya
serta tidak bertasydid “ya”nya dengan alasan haraf illat (ya) berat
dibacanya ketika bertasydid. Menurut Imam Sibawaih إيّاmerupakan
isim dlomir sedang “kaf”-nya merupakan haraf khithob (haraf yang
menunjukkan terhadap yang diajak bicara), sedangkan menurut
Imam Kholil “kaf”-nya yang merupakan isim dlomir (kata ganti) dan
إيّا
disandarkan pada “kaf”. Menurut ulama Kufah إيّاكsecara
keseluruhan merupakan isim. Menurut sebagian kaum, huruf “kaf”
merupakan isim dan lafadz إيّاsebagai haraf pembantu saja.
Kedudukan إيّاك sebagai maf’ul (hukum maf’ul adalah nashab) yang
didahulukan dari lafadz نعبدmahal nashab karena kalimat mabni.
- Lafadz نعبدmerupakan kalimah fi’il (kata kerja yang disertai waktu)
yang fa’ilnya (subjek) adalah dlomir yang disembunyikan taqdirnya
adalah نعبد نحن.
- Lafadz “ وإيّاكwau”nya sebagai haraf ‘athaf kedudukan إيّاكsama
sebagai maf’ul (objek).
- Lafadz نستعينmerupakan kalimat fi’il, menurut ulama Jumhur
difatahkan “nun”nya yang pertama dan ada yang membaca
dikasrahkan “nun”-nya. Asal lafadz نستعينadalah ن ُ نَ ْستَع ِْوkemudian
dipindahkan harkat “wau” terhadap ‘ain dan “wau-nya diganti dengan
‘ya’ karena sukunnya ‘ya’ dan berada sesudah harokat kasrah.
Fa’ilnya dibuang wajib taqdirnya adalah نستعين نحن.
- إهدنا الصراط المستقيم
Lafadz إهدshighatnya adalah fi’il amar ( kata kerja yang
menunjukkan makna perintah). Menurut ulama Bashrah di
mabnikan, sedangkan menurut ulama Kufah di mu’rabkan. Fa’ilnya
disembunyikan taqdirnya ( أنتartinya engkau). Lafadz ناsebagai
maf’ul mabni sukun mahal nashab. Lafadz الص راطsebagai maf’ul
kedua dari lafadz إهد. Lafadz المستقيم sebagai sifat dari lafadz الصراط
di nashabkan, ciri nashabnya fathah. Dalam lafadz الصراط ada yang
membaca dengan سbukan dengan ص. Pembacaan dengan س
merupakan asal makna yang artinya jalan diganti dengan صkarena
berdekatan dengan طyang sama-sama merupakan huruf ithbaq
(huruf yang mempunyai sifat ithbaq) yang jumlahnya empat yaitu ,ص
ط, ضdan ظ. Ada juga yang membaca dengan زkarena سdan زsatu
makhraj dan sama-sama merupakan huruf yang mempunyai sifat
shofir ( suara bersiul yang menyerupai suara burung) yang jumlah
hurufnya ada tiga yaitu س, زdan صjuga زlebih menyerupai ط
karena kedua-duanya merupakan huruf yang mempunyai sifat jahar
(tertahannya nafas ketika mengeluarkan huruf). Dan ada lagi yang
membaca di isymam-kan (lafal campuran dua huruf yaitu صdan )ز.
- صراط الذين أنعمت عليهم..Lafadz صراطdi nashabkan karena jadi badal dari
lafadz الصراطyang pertama. Lafadz صراطterhadap lafadz الذينsebagai
mudlof dan lafadz الذينsebagai mudlof ilaih mahal jar mabni kasrah.
Lafadz الذينdi mabnikan karena menyerupai huruf dalam iftiqornya
(selalu butuh terhadap jumlah / selalu disertai jumlah). Lafadz أنعم
merupakan kalimat fi’il dan تsebagai fa’il mahal rofa’ mabni
fatah.Lafadz عليهمadalah jar majrur, عليharaf jar dan هyang dijarkan
sedangkan مsebagai ciri jamak mudzakar (menunjukkan lelaki
banyak).
- .. غير المغضوب عليهم وال الضآلينLafadz غيرdibaca kasrah jadi badal
dari lafadz الذينatau jadi badal dari هdan مjuga bisa juga jadi sifat
dari lafadz الذين.Lafadz غيرbisa dibaca nashab kedudukannya bisa
jadi hal dari هdan مatau sebagai istitsna dari هdan مbisa juga
jadi maf’ul dari fi’il yang dibuang taqdirnya أعني.Lafadz غيرterhadap
lafadz المغضوبsebagai mudlof dan lafadz المغضوبsebagai mudlof
ilaihi di jarkan oleh mudlof ciri jarnya kasrah sebab isim mufrad.
Lafadz عليهمmerupakan jar majrur jadi na’ibul fa’il dari lafadz
المغضوب.
- Lafadz “ وال الض آلينwau”-nya merupakan ‘ وathaf dan ال-nya
menurut ulama Bashrah adalah haraf penambah untuk memperkuat
sedangkan menurut ulama Kufah mengandung makna غير. Lafadz
الض آلينjadi ma’thuf di’athafkan terhadap lafadz المغض وبI’rabnya
sama yaitu di jarkan ciri jarnya يkarena jamak mudzakar salim.
Ayub membaca الض آلينmenggantikan alif yang ada setelah ض
dengan ءyang difatahkan.